Wawasan kebangsaan simple

29
Wawasan Kebangsaan Oleh: Ery Arifullah Widyaiswara Muda Pemprov. Kalimantan Timur

Transcript of Wawasan kebangsaan simple

Page 1: Wawasan kebangsaan simple

Wawasan Kebangsaan

Oleh:Ery Arifullah

Widyaiswara Muda Pemprov. Kalimantan Timur

Page 2: Wawasan kebangsaan simple

Wawasan

• Cara pandang

• Sudut pandang

• Pengetahuan

• Pola pikir.

Page 3: Wawasan kebangsaan simple

• Bangsa– Sejarah– Suku– Pola pikir– Mental

Page 4: Wawasan kebangsaan simple

5 Definisi globalisasi (Jan Aart Scholth)

• Internasionalisasi.

• Liberalisasi.

• Universalisasi.

• Westernisasi atau modernisasi.

• Deteritorialisasi.

Page 5: Wawasan kebangsaan simple
Page 6: Wawasan kebangsaan simple
Page 7: Wawasan kebangsaan simple
Page 8: Wawasan kebangsaan simple
Page 9: Wawasan kebangsaan simple
Page 10: Wawasan kebangsaan simple

• 257.000.000 ton emas kemakmuran penduduk?

Page 11: Wawasan kebangsaan simple
Page 12: Wawasan kebangsaan simple
Page 13: Wawasan kebangsaan simple
Page 14: Wawasan kebangsaan simple

Masih relevankah?

• Boedi Oetomo • untuk meningkatkan wawasan kebangsaan kaum masyarakat Jawa

Page 15: Wawasan kebangsaan simple

Kondisi daerah2 Indonesia

• Keberagaman yg sangat tinggi.

• Kandungan wasbang berbeda sejarah empiris yg berbeda.

Page 16: Wawasan kebangsaan simple

Masalah mendasar

1. Wawasan kebangsaan bagaimana ?

2. Apakah konsep wawasan kebangsaan ini masih relevan tertanam ke dalam sanubari setiap warga negara yang notabene mengantongi KTP Indonesia?

Page 17: Wawasan kebangsaan simple

FAKTA

• keberadaan berbagai suku bangsa yang telah ada di Nusantara sejak ribuan tahun lalu.

• melalui perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 disepakati antara Indonesia dan Belanda bahwa wilayah kekuasaan RI meliputi Sumatera, Jawa dan Madura.

• selanjutnya RI bersama Belanda akan membentuk RIS, yang salah satu Negara bagiannya adalah RI.

Page 18: Wawasan kebangsaan simple

FAKTA • Tanggal 17 Januari 1948 ditanda tangani kembali suatu perjanjian yaitu Perjanjian Renville hanya sekitar daerah Yogyakarta saja.

Page 19: Wawasan kebangsaan simple

Bangsa Indonesia

• masih perlu mencari jejak atau pondasi yang kuat.

• kini terbentuklah wilayah kekuasaan Indonesia dari Sabang hingga Merauke.(masih belum jelas bgmana proses

penggabungannya!!!)

Page 20: Wawasan kebangsaan simple

SEKARANG ?

• Kita bisa mempertanyakan keabsahan berdirinya BO sebagai organisasi pertama bumi putera karena sebelumnya telah berdiri organisasi bumi putera lainnya yaitu Sarekat Islam.

Page 21: Wawasan kebangsaan simple

TREND?

Page 22: Wawasan kebangsaan simple

Kasus 1

• Hidup tanpa rasionalitas ekonomi.• Gaji tak cukup makan, TAPI KREDIT MOTOR?• Nggak ada kerjaan, merokok sambil main

catur?• Bagaimana nasib keluargamu?• Jawabannya adalah?

Page 23: Wawasan kebangsaan simple
Page 24: Wawasan kebangsaan simple

Kasus 2

• Rakyat Indonesia berteriak.• Kemudian mereka berduka satu dua bulan,

menjalani penghidupan sekeluarganya dengan amat sangat mandiri, tanpa ketergantungan yang signifikan dan tidak perduli-perduli amat kepada parpol apa yang memerintah, Presidennya si X, Y, Z dst.

• Apa kata rakyat setelah itu?

Page 25: Wawasan kebangsaan simple
Page 26: Wawasan kebangsaan simple

Kita perlu umroh sesering mungkin, langsung melakukan pendekatan kepada Tuhan.

Page 27: Wawasan kebangsaan simple

Budaya kita lebih mengutakaman “trend”

ketimbang HUKUM dan MORAL !

Page 28: Wawasan kebangsaan simple

SEKARANG ?

• Apakah yang dimaksud dengan bangsa adalah suatu bentuk negara semata?

• Apakah suku bangsa tertentu telah hidup layak dalam negara Indonesia yang sudah merdeka selama 64 tahun.

Page 29: Wawasan kebangsaan simple

• Menurut Hatta, "bangsa ditentukan oleh sebuah keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak" (Mohammad Hatta; beberapa pokok pikiran; Jakarta UI-Press, 1992).