WAWASAN KEBANGSAAN tugas
-
Upload
zulkifli-paldana-akbar -
Category
Documents
-
view
60 -
download
1
description
Transcript of WAWASAN KEBANGSAAN tugas
WAWASAN KEBANGSAAN
ZULKIFLI PALDANA AKBAR1S2 SORE
TEKNIK KONSTRUKSI SIPILPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA
MEI 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Acuan dan Perancah” .
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai perencanaan,
persiapan, dan pembiayaan pembuatan acuan dan perancah yang merupakan salah satu aspek yang
sangat mempengaruhi suatu konstruksi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….
Wawasan Kebangsaan :
a. Pengertian Wawasan Kebangsaan …………………………………………………………
b. Komponen utama Wawasan Kebangsaan ………………………………………………….
c. Aktualisasi Wawasan Kebangsaan …………………………………………………………
Kesimpulan ……………………………………………………………………………………
Saran ………………………………………………………………………………………….
Penutup ……………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….
WAWASAN KEBANGSAAN
A. Pengertian
Wawasan ialah kemampuan memahami cara memandang suatu konsep tertentu yang telah
direfleksikan dalam prilaku tertentu sesuai dengan konsep atau pokok pikiran yg terkandung
didalamnya. Kebangsaan ialah tindak tanduk; kesadaran dan sikap yang memandang dirinya itu sbg
suatu kelompok bangsa yg sama dgn keterikatan sosio-kultural yg telah disepakati. Jadi, Wawasan
Kebangsaan ialah wawasan yg mementingkan kesepakatan,kesepahaman,kesejahteraan,kelemahan,
dan keamanan bangsanya sebagai titik tolak dalam berfalsafah,berencana dan bertindak.
Pengertian wawasan kebangsaan :
Menurut Kamus dapat berarti Kedudukan,Martabat, Keturunan. Kelompok masyarakat yg
bersamaan asal keturunan,adat,bahasa dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri. Kumpulan
manusia yg biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum serta
menempati wilayah tertentu di bumi ini.
Menurut Ernest Renan dapat berarti kumpulan manusia yg mendiami suatu wilayah sebagai
hasil pengalaman sejarah dengan ikatan suka dan duka. Jadi ciri khas Bangsa ialah perwujudan
kehidupan suka duka di tanggung bersama.
Berdasarkan AlQUR’AN S. Al Fatah ayat 29 dengan penegasan menurut hadits:
“Perumpamaan kehidupan org2 yang ber-Iman diantara sesamanya, dalam hal saling merindukan
serta saling kasih sayang dan saling tolong menolong adalah seperti halnya gerak kehidupan satu
tubuh yg utuh sehat. Apabila satu bagian (anggota) nya cedera (sakit), niscaya seluruh tubuhnya itu
serempak turut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam, begitu gerak kehidupan org2 ber-
IMAN.
Menurut Prof. Muladi Gubernur Lemhannas RI, beliau meyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya , mengutamakan
kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural
mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan
kesatuan pertahanan dan keamanan.
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”
dan secara etimologi istilah wawasan berarti hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga
berarti konsepsi cara pandang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Wawasan Kebangsaan sangat
identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan
nasional yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya,
ekonomi dan pertahanan keamanan, serta mengenai diri dan lingkungan berdasarkan ide nasional
yang dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai aspirasi suatu bangsa yang
merdeka, berdaulat, dan bermartabat serta dijiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaan dalam
mencapai tujuan nasional sehingga kesejahteraan dapat diwujudkan bagi bangsa Indonesia dan bisa
ikut dalam setiap kegiatan ketertiban dunia.
B. Komponen utama dari Wawasan Kebangsaan
Ada tiga komponen utama dari Wawasan Kebangsaan, yaitu Rasa Kebangsaan,
Faham Kebangsaan, dan Semangat Kebangsaan. Dimana semuanya harus berjalan secara
bertahap atau berlanjutan, agar semuanya dapat berjalan sesuai dengan harapan kita bersama.
Wawasan Kebangsaan sebagai bagian dari ‘nation and character building’. Setiap orang tentu
memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran, paling
tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realita, rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat dirasakan
tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh.
Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri
kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar
biasa kekuatannya.
Rasa kebangsaaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena
adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni
pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan
nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau
semangat patriotisme.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri,
serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir dan
tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.
Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d’entre) bangsa-bangsa di dunia. Dengan
demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita karena
hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.
Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis adanya. Dalam kedinamisannya, antar-
pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan bangsa lainnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Dengan benturan budaya dan kemudian bermetamorfosa dalam campuran budaya dan
sintesanya, maka derajat kebangsaan suatu bangsa menjadi dinamis dan tumbuh kuat dan kemudian
terkristalisasi dalam paham kebangsaan.
Paham kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu, dan berbeda dalam satu lingkungan
masyarakat dengan lingkungan lainnya. Dalam sejarah bangsa-bangsa terlihat betapa banyak paham
yang melandaskan diri pada kebangsaan. Ada pendekatan ras atau etnik seperti Nasional-sosialisme
(Nazisme) di Jerman, atas dasar agama seperti dipecahnya India dengan Pakistan, atas dasar ras dan
agama seperti Israel-Yahudi, dan konsep Melayu-Islam di Malaysia, atas dasar ideologi atau atas
dasar geografi atau paham geopolitik, seperti yang dikemukakan Bung Karno pada pidato 1 Juni
1945.
“Seorang anak kecil pun, jikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan
gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar; Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, dan
di antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan benua Autralia. Seorang anak kecil dapat mengatakan,
bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, kepulaua Sunda Kecil,
Maluku, dan lain-lain pulau kecil di antaranya, adalah satu kesatuan.”
Terhadap pernyataan itu, Bung Hatta tidak sepenuhnya sependapat, terutama mengenai
pendekatan geopolitik itu:
“Teori geopolitik sangat menarik, tetapi kebenarannya sangat terbatas. Kalau diterapkan
kepada Indonesia, maka Filipina harus dimasukkan ke daerah Indonesia dan Irian Barat
dilepaskan; demikian juga seluruh Kalimantan harus masuk Indonesia. Filipina tidak
saja serangkai dengan kepulauan kita.”
Menurut Hatta memang sulit memperoleh kriteria yang tepat apa yang menentukan bangsa.
Bangsa bukanlah didasarkan pada kesamaan asal, persamaan bahasa, dan persamaan agama. Menurut
Hatta “bangsa ditentukan oleh sebuah keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu,
yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang
bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama
didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada
riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak.
Pengertian tentang rasa dan wawasan kebangsaan tersebut di atas sebenarnya merupakan
pandangan generik yang menjelaskan bahwa rasa dan wawasan lahir dengan sendirinya di tengah
ruang dan waktu seseorang dilahirkan. Tidak salah bila pandangan generik itu mengemukakan
pentingnya menumbuhkan semangat kejuangan, rasa kebanggaan atas bumi dan tanah air dimana
seseorang dilahirkan dan sebagainya.
Wawasan kebangsaan merupakan jiwa, cita-cita, atau falsafah hidup yang tidak lahir dengan
sendirinya. Ia sesungguhnya merupakan hasil konstruksi dari realitas sosial dan politik (sociallyand
politicallyconstructed). Pidato Bung Karno atau perhatian Hatta mengenai wawasan kebangsaan
adalah bagian penting dari konstruksi elit politik terhadap bangunan citra (image) bangsa Indonesia.
Apa pun perbedaan pandangan elit tersebut, persepsi itu telah membentuk kerangka berpikir
masyarakat tentang wawasan kebangsaan.
Mengadopsi pemikiran Talcott Parson mengenai teori sistem, wawasan kebangsaan dapat
dipandang sebagai suatu falsafah hidup yang berada pada tataran sub-sistem budaya Dalam tataran
ini wawasan kebangsaan dipandang sebagai ‘way of life’ atau merupakan kerangka/peta pengetahuan
yang mendorong terwujudnya tingkah laku dan digunakan sebagai acuan bagi seseorang untuk
menghadapi dan menginterpretasi lingkungannya. Jelaslah, bahwa wawasan kebangsaan tumbuh
sesuai pengalaman yang dialami oleh seseorang, dan pengalaman merupakan akumulasi dari proses
tataran sistem lainnya, yakni sub-sistem sosial, sub-sistem ekonomi, dan sub-sistem politik.
Pada tataran sub-sistem sosial berlangsung suatu proses interaksi sosial yang menghasilkan
kohesi sosial yang kuat, hubungan antar individu, antar kelompok dalam masyarakat yang harmonis.
Integrasi dalam sistem sosial yang terjadi akan sangat mewarnai dan mempengaruhi bagaimana sistem
budaya (ideologi/ falsafah/pandanngan hidup) dapat bekerja dengan semestinya.
Sub-sistem ekonomi dan sub-sistem politik mempunyai kaitan yang sangat erat. Ada yang
mengatakan bahwa paham kebangsaan Indonesia tidak menempatkan bangsa kita di atas bangsa lain,
tetapi menghargai harkat dan martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban manusia. Paham
kebangsaan berakar pada asas kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Oleh karena itu paham
kebangsaan sesungguhnya adalah paham demokrasi yang memiliki cita-cita keadilan sosial,
bersumber pada rasa keadilan dan menghendaki kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Namun demikian sangat dipahami bahwa pembangunan ekonomi bukan semata-mata proses
ekonomi, tetapi suatu penjelamaan dari proses perubahan politik dan sosial. Oleh karena itu
keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat lepas dari keberhasilan pembangunan di
bidang politik. Pada masa kini kita menyaksikan betapa pembangunan ekonomi hanya dapat terjadi
secara bekelanjutan di atas landasan demokrasi. Betapa bangsa yang menganut sistem politik
totaliter, dengan atau tanpa ideologi, atau dilandasi oleh ideologi apapun, tidak bisa mewujudkan
kesejahteraan dan tidak sanggup memelihara momentum kemajuan yang telah dicapai. Sejarah
membuktikan keikutsertaan rakyat dalam pengambilan keputusan merupakan prasyarat bagi
peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Di sisi lain, ada pula yang mengatakan proses demokratisasi tidak akan berlangsung dengan
sendirinya tanpa faktor-faktor yang menkondisikannya. Dalam hal ini tingkat kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh akan menentukan kualitas demokrasi. Masyarakat yang belum
terpenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar akan sulit dibayangkan dapat ikut
mempengaruhi secara aktif proses perumusan kebijaksanaan pada tingkat mana pun, faktor ekonomi
sangat menentukan. Dengan demikian, tingkat partisipasi politik rakyat sangat erat kaitannya dengan
tingkat kemajuan ekonominya. Jalan menuju demokrasi adalah pembangunan ekonomi, seperti juga
jalan menuju pembangunan ekonomi adalah demokrasi.
Ekonomi yang kuat yang antara lain tercermin pada tingkat pendapatan per kapita dan tingkat
pertumbuhan yang tinggi belum menjamin terwujudnya demokrasi yang sehat apabila struktur
ekonomi pincang dan sumber-sumber daya hanya terakumulasi pada sebagian sangat kecil anggota
masyarakat. Dengan demikian, upaya-upaya pemerataan pembangunan yang sekarang diberikan
perhatian khusus harus dipandang pula sebagai langkah strategis dalam rangka pengejawantahan dari
wawasan kebangsaan.
Dapat dipahami bila wawasan kebangsaan hanya tumbuh dan dapat diwujudkan dengan
energi yang diberikan oleh sub sistem lainnya. Sub-sistem politik akan memberikan energi kepada
bekerjanya sub-sistem ekonomi, untuk kemudian memberikan energi bagi sub-sistem sosial dan pada
akhirnya kepada sub-sistem budaya. Sebaliknya, apabila sub-sistem budaya telah bekerja dengan baik
karena energi yang diberikan oleh sub-sistem lainnya, maka sub-sistem budaya ini akan berfungsi
sebagai pengendali (control) atau yang mengatur dan memelihara kestabilan bekerjanya sub-sistem
sosial. Begitu seterusnya, sub-sistem sosial akan memberi kontrol terhadap sub-sistem ekonomi, dan
sub-sistem ekonomi akan bekerja sebagai pengatur bekerjanya sub-sistem politik.
Hubungan timbal balik antara sub-sistem tersebut di atas oleh Parsons disebut sebagai
cybernetic relationship.
Dalam gambar di atas Sub-sistem Politik merupakan prasayarat atau prakondisi bagi
terciptanya atau bekerja sub-sistem ekonomi. Pada sub-sistem politik, pencapain tujuan dilaksanakan
melalui demokrasi yang mengedepankan keseimbangan hak dan kewajiban warga negara, menghargai
perbedaan dan sebagainya. Di kalangan ilmu politik, tujuh kriteria Robert Dahl, juga banyak dikenal,
yaitu (1) pengawasan atas kebijaksanaan pemerintah dilakukan secara konstitusional oleh wakil-wakil
yang dipilih, (2) wakil-wakil rakyat itu dipilih dalam pemilihan yang dilakukan secara jurdil dan tanpa
paksaan, (3) semua orang dewasa berhak memilih, (4) semua orang dewasa juga berhak dipilih, (5)
setiap warga negara berhak menyatakan pendapat mengenai masalah-masalah politik tanpa ancaman
hukuman, (6) setiap warganegara berhak memperoleh sumber-sumber informasi alternatif, yang
memang ada dan dilindungi oleh hukum, dan (7) setiap warga negara berhak membentuk
perkumpulan atau organisasi yang relatif independen, termasuk partai politik dan kelompok
kepentingan.
Tentu saja terdapat banyak ukuran lain, tetapi sebagai suatu ukuran minimal kriteria Dahl
tersebut mungkin cukup memadai untuk melihat pengejawantahan demokrasi di Indonesia. Secara
ringkas kriteria demokrasi mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:
“Kebebasan hukum untuk merumuskan dan mendukung alternatif-alternatif politik dengan
hak yang sesuai untuk bebas berserikat, bebas berbicara, dan kebebasan-kebebasan dasar
lain bagi setiap orang; persaingan yang bebas dan antikekerasan di antara para pemimpin
dengan keabsahan periodik bagi mereka untuk memegang pemerintahan; dimasukkannya
seluruh jabatan politik yang efektif di dalam proses demokrasi; dan hak untuk berperan
serta bagi semua anggota masyarakat, apapun pilihan politik mereka. Secara praktis itu
berarti kebebasan untuk mendirikan partai politik dan menyelenggarakan pemilihan umum
yang bebas dan jujura dalam jangka waktu tertentu tanpa menyingkirkan jabatan politis
efektif apa pun dari akuntabilitas pemilihan yang dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.”
Ada pandangan yang mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia telah hancur lebur sejak
diterapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Penerapan aturan
tersebut justru mematikan pranata-pranata tradisional yang sudah ada yang sesungguhnya merupakan
wahana demokrasi bagi masyarakatnya. Hilangnya konsep nagari di Sumatera Barat atau otoritas adat
di dalam masyarakat di wilayah lainnya merupakan awal dari ‘kematian’ demokrasi.
Terlepas dari pandangan di atas, sebagaimana dipahami, sistem politik Indonesia dewasa ini
sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap
dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang
menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan.
Dalam suatu negara yang berdasarkan konstitusi sebagai dasar hukum, maka antara sistem
pemerintahan negara, sistem politik dan sistem perekonomian saling berkaitan dan merupakan satu
keterkaitan tentang pandangan hidup dan falsafah dasar negara.
Berlangsungnya mekanisme dan budaya demokrasi pada sub sistem politik akan memberikan
dampak secara langsung bagaimana sub sistem ekonomi berjalan. Bekerjanya sub sistem ekonomi ini
secara signifikan akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan.
C. Aktualisasi
Wawasan Kebangsaan Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
berkembang dan mengkristal dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Wawasan Kebangsaan
Indonesia mengamanatkan kepada seluruh bangsa Indonesia agar menempatkan persatuan, kesatuan
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Disamping itu adalah sanggup serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa Indonesia dengan cara
memupuk penghargaan terhadap martabat manusia, cinta kepada tanah air dan bangsa, demokrasi dan
kesetiakawanan sosial. Namun pengembangan rasa persatuan ini tetap harus berasaskan Bhinneka
Tunggal Ika .
Dalam hal wawasan global dan kawasan, bangsa Indonesia harus proaktif dalam
mengantisipasi perkembangan lingkungan strategik karena dengan wawasan kebangsaan, Indonesia
harus dapat memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi
tantangan dari luar tanpa konfrontasi dan harus dapat meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi
bangsa bukan merupakan sumber konflik dalam pergaulan umat manusia namun merupakan asset
yang diperlukan dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab.
Telah kita ketahui bahwa Integritas Nasional identik dengan integritas bangsa yang
mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke
dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapat menjamin
terwujudnya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai
suatu bangsa. Pemahaman integralistik yang dianut oleh bangsa Indonesia bersumber dari pemikiran
Mr. Soepomo yang disampaikan pada sidang BPUPKI pada tahun 1945 yang merupakan salah satu
aliran dalam teori tentang negara bahwa negara dibentuk tidak untuk menjamin kepentingan
seseorang atau golongan tetapi untuk menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan
Bahwa integritas nasional dapat dipahami dari dua segi yaitu integritas nasional secara
vertikal dan integritas nasional secara horizontal. Integritas nasional secara vertikal membahas cara
mempersatukan pemerintah nasional dengan rakyat yang tersebar dalam daerah yang luas, karena
rakyat hidup di bawah kepemimpinan pemimpin masing-masing, yang berarti mempersatukan
kepemimpinan pemerintah di tingkat pusat dengan kepemimpinan pemerintah di tingkat daerah
dengan empat tugas konstitusional yang bersifat abadi dari pemerintah Indonesia. Integritas nasional
secara horizontal adalah tantangan bagaimana merealiasikan persatuan rakyat yang majemuk, hidup
dalam8
berbagai golongan primordial yang beraneka ragam nilai, lembaga, adat
kebiasaan, sehingga merasa sebagai bagian dari satu bangsa yang sama.
Makna dari wawasan kebangsaan dan integritas nasional seperti telah diuraikan diatas
haruslah dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagi sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Adalah menjadi isapan jempol belaka seandainya kita memahami teori tentang
kenegaraan maupun kebangsaan namun tidak diaktualisasikan untuk kemajuan bangsa. Hal inilah
yang menjadi tantangan tidak hanya bagi setiap penyelenggara Negara namun juga oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Pemahaman dan aktualisasi wawasan kebangsaan di dalam komponen kehidupan berbangsa
dan bernegara seyogyanya dilakukan secara terencana, terprogram dan berkelanjutan. Paling tidak
wawasan ini harus dimuatkan dalam setiap gerak program pembangunan nasional dan kebijakan-
kebijakan berupa undang-undang serta peraturan-peraturan yang lain yang selalu dibuat oleh
pemerintah bersama DPR. Hal ini dilakukan dalam kerangka mencegah kegagalan pencapaian
integritas bangsa.
Kegagalan kita dalam mewujudkan integritas inilah yang kita sebut sebagai disintegrasi
bangsa atau terjadinya perpecahan bangsa. Oleh karena itu perlu dilakukan program-program nyata
yang mampu menyentuh sampai ke akar rumput kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Bagaimana
mencapainya, kata kuncinya adalah kerjasama antar komponen bangsa. Kerjasama dan secara
bersama-sama, satu pemahaman, satu semangat dalam mengaktualisasikan wawasan kebangsaan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini akan menyadarkan kita sebagai warganegara akan pentingnya kebersamaan dan
solidaritas social yang mana bersumber dalam nilai-nilai perekat bangsa kita yaitu Pancasila, UUD
1945, keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia dan sesanti bhineka tunggal ika.
KESIMPULAN
a) Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya , mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat
cultural dan tidak hanya bernuansa structural mengandung satu kesatuan ideology, kesatuan
politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
b) Integritas nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial
budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan,
keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa
c) Disintegrasi nasional adalah proses perpecahan berbagai aspek kehidupan bangsa sehingga
terjadi ketidakterjaminnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan
nasional.
d) Aktualisasi wawasan kebangsaan dalam mencegah disintegrasi bangsa adalah realisasi dari
pemahaman tentang wawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai komponen
kehidupan bangsa.
SARAN
a) Pembangunan wawasan kebangsaan, rasa cinta tanah air, semangat persatuan dan kesatuan harus
ditanamkan sejak dini dalam seluruh lapisan masyarakat dan para penyelenggara Negara.
b) Pembuatan kebijakan dan program pembangunan seyogyakan bermuatan dan berasas tujuan
sebagai pemersatu wilayah, ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
nasional.
c) Peningkatan kesejahteraan dan keamanan menjadi kata kunci tercapainya wawasan kebangsaan
yang diharapkan, demikian juga sebaliknya keberhasilan penanaman, penerapan dan aktualisasi
wawasan kebangsaan akan mampu membantu tercapainya kesejahteraan dan keamanan nasional.
PENUTUP
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan - kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://elistiatripuspita.blogs.ukrida.ac.id/blogs/2010/09/25/tugas-1-kewarganegaraanpancasila-
rangkuman-seminar-k2/
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8543/
www.brighten.or.id/attachments/070_wawasan_kebangsaan.pdf
lab.pancasila.um.ac.id/.../Wawasan.Kebangsaan.dan.Politik-HMI-Batu-01-2008.doc
http://andriasuta.wordpress.com/2009/11/21/i-n-d-o-n-e-s-i-a/
http://indoyouthcenter.org/in/tentang-kami/forum-wawasan-kebangsaan.html
http://syadiashare.com/wawasan-nusantara.html
http://www.madina-sk.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=5175
http://www.scribd.com/doc/31314484/Aktualisasi-Wawasan-Kebangsaan-Guna-Mencegah-
Disintegrasi-Bangsa
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/aktualisasi-wawasan-kebangsaan-menghadapi-era-
globalisasi/
http://www.scribd.com/doc/28796687/WAWASAN-KEBANGSAAN
http://gilangjaelani.blogspot.com/2011/03/wawasan-kebangsaan-indonesia.html