Mekanisme Berkemih
-
Upload
sri-nurhayati -
Category
Documents
-
view
369 -
download
54
description
Transcript of Mekanisme Berkemih
Mekanisme Berkemih
Miksi atau berkemih merupakan sutu proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh
dua mekanisme : reflex berkemih dan control volunter.
a. Refleks Berkemih
Reflex berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih
terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 sampai
400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup menigkat untuk mengaktifkan
reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat
pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke
medulla spinalis dan akhirnya melalui antarneuron merangsang saraf parasimpatis untuk
kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis menyebabkan otot polos dinding kandung kemih (musculus detrusor
vesicae) berkontraksi dan musculus sphinter vesicae dibuat relaksasi. Tidak ada
mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus; perubahan bentuk
kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfinter internus.
Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh gaya yang
ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Reflex berkemih ini, yang seluruhnya adalah
reflex spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung
kemih terisi cukup untuk memicu reflek, bayi secara otomatis berkemih (Sherwood,
2011).
b. Kontrol Volunter Berkemih
Selain memicu reflex berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan
yang bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih
muncul sebelum sfingter eksternus secara reflex melemas, memberi peringatan bahwa
miksi akan segera terjadi. Akibatnya kontrol volunter berkemih yang dipelajari selama
toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan reflex berkemih sehingga
pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan
bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika
waktu refleks miksi tersebut dinilai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang
bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan
mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-
neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relative PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini
tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar (Sherwood, 2011).
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi
maka sinyal refleks dari reseptor regang menigkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal
inhibitorik refeleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat
sehingga tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunteer sehingga sfingter
melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya (Sherwood,
2011).
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan
menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja
dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan
tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk
mempermudah pengosongan (Sherwood, 2011).
DAPUS
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta :
EGC.