Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat,...

22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN SENGKETA PERS 2.1 Tinjauan Umum Tentang Mediasi 2.1.1 Istilah Mediasi dan Dasar Hukum Mediasi 2.1.1.1 Istilah Mediasi Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif di luar pengadilan sudah lama di pakai dalam berbagai kasus-kasus bisnis, lingkungan hidup, perburuhan, pertanahan, perumahan, sengketa konsumen dan sebagainya merupakan perwujudan tuntutan masyarakat atas penyelesaian sengketa yang cepat, efektif dan efisien. Secara etimologi istilah mediasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu : “mediare” yang berarti “berada di tengah”. Makna ini menunjukan pada peran yang di tampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Mediator harus menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak yang bersengketa. 38 Selain itu kata mediasi juga berasal dari bahasa Inggris yaitu mediation, yang artinya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga 38 Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, h. 1-2. 28

Transcript of Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat,...

Page 1: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

28

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN SENGKETA PERS

2.1 Tinjauan Umum Tentang Mediasi

2.1.1 Istilah Mediasi dan Dasar Hukum Mediasi

2.1.1.1 Istilah Mediasi

Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif di

luar pengadilan sudah lama di pakai dalam berbagai kasus-kasus bisnis,

lingkungan hidup, perburuhan, pertanahan, perumahan, sengketa konsumen dan

sebagainya merupakan perwujudan tuntutan masyarakat atas penyelesaian

sengketa yang cepat, efektif dan efisien. Secara etimologi istilah mediasi berasal

dari Bahasa Latin, yaitu : “mediare” yang berarti “berada di tengah”. Makna ini

menunjukan pada peran yang di tampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam

menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para pihak.

“Berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan

tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa.

Mediator harus menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara

adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak yang

bersengketa.38 Selain itu kata mediasi juga berasal dari bahasa Inggris yaitu

mediation, yang artinya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga

38 Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, HukumNasional, Kencana, Jakarta, h. 1-2.

28

Page 2: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

29

sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi, yang yang

menengahinya di namakan mediator atau orang yang menjadi penengah.39

Pada dasarnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar

pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap

netral (nonintervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak yang

bersengketa. Pihak ketiga dalam mediasi tersebut di sebut “mediator” atau

“penengah”, yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam

menyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil

keputusan. Mediator di sini hanya bersifat fasilitator saja. Dengan mediasi di

harapkan di capai titik temu penyelesaian masalah atau sengketa yang di hadapi

para pihak, yang selanjutnya akan di tuangkan sebagai kesepakan bersama.

Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, melainkan di tangan para

pihak yang bersengketa.

Dalam proses mediasi ini terjadi permufakatan di antara para pihak yang

bersengketa, yang merupakan kesepakatan (konsensus) bersama yang di terima

para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi di

lakukan oleh para pihak yang bersengketa dengan dibantu oleh mediator.

Mediator di sini hendaknya berperan secara aktif dengan berupaya menemukan

berbagai pilihan solusi penyelesaian sengketa, yang akan di putuskan oleh para

pihak yang bersengketa secara bersama-sama. Penyelesaian sengketa melalui

mediasi tersebut, hasilnya di tuangkan dalam kesepakatan tertulis, yang juga

bersifat final dan mengikat para pihak untuk di laksanakan dengan itikad baik.

39 Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, PT. CitraAditya Bakti, Bandung (Selajutnya disebut Rachmadi Usman I), h. 79.

Page 3: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

30

2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa dasar hukum yang mengatur

pengintegrasian mediasi kedalam sistem peradilan pada dasarnya bertitik tolak

pada ketentuan HIR maupun RBg.

HIR merupakan singkatan dari Herziene Inlandsch Reglement (Reglemen

Indonesia Baru) merupakan salah satu sumber hukum acara perdata bagi daerah

Pulau Jawa dan Madura peninggalan kolonial Hindia Belanda yang masih berlaku

dinegara kita hingga kini. HIR berasal dari Inlansch Reglement (IR) atau

Reglement Bumiputera. IR pertama kali diundangkan tanggal 5 April 1848

(Staatblad 1984: No. 16) yang diperbaharui dengan (Staatblad 1941 No. 44)

merupakan hasil rancangan JHR. Mr. HL. Wichers, President hooggerechtshof

(Ketua Pengadilan Tinggi di Indonesia pada zaman Hindia Belanda) di Batavia.

Sedangkan, RBg adalah singkatan dari Rechtsreglement voor de Buitengewesten

(Reglement untuk daerah seberang), merupakan Hukum Acara Perdata bagi

daerah luar pulau Jawa dan Madura.40

Lembaga perdamaian dalam Penyelesaian Perkara diatur dalam Pasal 130

HIR dan 154 RBg, menentukan41 :

Pasal 130 Ayat (1) HIR

”jika pada hari yang di tentukan itu kedua belah pihak datang, makaPengadilan Negeri dengan pertolongan ketua mencoba akanmemperdamaikan mereka.”

40 Riduan Syahrani, 2009, Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Cet. V, PT. Citra AdityaBakti, Bandung, h. 13.

41 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Implementasi Mediasi, dalam URL :www.mahkamahagung.go.id/IMPLEMENTASI_MEDIASI.ppt. Diakses pada Senin, 25 Mei 2015Pukul 18:44 WITA.

Page 4: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

31

Pasal 130 Ayat (2) HIR

“jika perdamaian yang demikian itu dapat di capai, maka pada waktubersidang di perbuat sebuah surat (akta) tentang itu, dalam mana keduabelah pihak di hukum akan menaati perjanjian yang di perbuat itu, suratmana akan berkekuatan dan akan di jalankan sebagai putusan yangbiasa.”

Pasal 154 Ayat (1) RBg

“bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap,maka Pengadilan Negeri dengan perantaraan ketua berusahamendamaikannya.”

Pasal 154 Ayat (2) RBg

“bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam sidang itu juga dibuatkansuatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telahdibuat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti suatusurat keputusan biasa.”

Mediasi sejak tahun 2002, sudah mulai diterapkan di pengadilan-

pengadilan negeri di Indonesia dengan di terbitkannya Surat Edaran Mahkamah

Agung Republik Indonesia (SEMA42) Nomor 1 Tahun 2002 tentang

Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai.

Tujuannya adalah untuk mencapai pembatasan kasasi secara substantif.

Kemudian setelah satu tahun, tepatnya tanggal 11 September 2003, Ketua

Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik

Indonesia (PERMA43) Nomor 02 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan. Dengan di keluarkannya Perma ini, surat edaran Ketau Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan

42 SEMA adalah bentuk edaran pimpinan MA ke seluruh jajaran peradilan yang berisibimbingan dalam penyelenggaraan peradilan, yang lebih bersifat administrasi. (Henry Pangabean,2001, Fungsi Mahkamah Agung dalam Praktek Sehari-hari, Sinar Harapan, Jakarta, h. 144).

43 PERMA adalah bentuk peraturan yang berisi ketentuan bersifat hukum acara. (HenryPangabean, 2001 : 144).

Page 5: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

32

Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai di cabut karena di

pandang belum lengkap, sehingga perlu di sempurnakan.44

PERMA Nomor 2 Tahun 2003 yang kemudian diganti dengan PERMA

Nomor 1 Tahun 2008 telah membawa angin segar bagi perubahan kelembagaan

proses mendamaikan para pihak untuk menyelesaikan suatu sengketa perdata dari

yang bersifat sukarela menjadi suatu hal yang bersifat wajib. Kalau sebelumnya,

umumnya kelembagaan mediasi hanya di pergunakan untuk penyelesaian

sengketa di luar pengadilan, namun kini kelembagaan mediasi di kembangkan

juga menjadi mediasi yang berbasis pada pengadilan. Dengan di berlakukannya

Perma Nomor 1 tahun 2008 maka sejak itu kelembagaan mediasi di pergunakan di

Pengadilan dalam Hukum Acara Perdata.45

Dari PERMA Nomor 2 Tahun 2003 jo. PERMA Nomor 1 Tahun 2008,

maka mediasi dapat digunakan untuk penyelesaian sengketa baik di melalui

Proses Pengadilan maupun di luar Proses Pengadilan.

2.1.2 Jenis-Jenis dan Wewenang Mediator

Moore membagi mediator ke dalam 3 jenis, yang yang di tentukan oleh

pola hubungan mereka dengan Para Pihak. Ketiga jenis mediator tersebut

adalah46:

44 Widnyana, op.cit, h.117-118.

45 Rachmadi Usman, 2012, Mediasi Pengadilan Dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika,Jakarta (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman II), h. 36.

46 Widnyana, op.cit, h. 110.

Page 6: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

33

1. Mediator jaringan Sosial (Social Network Mediator)

Merupakan mediator yang dipimpin oleh salah seorang tokoh yang

berpengaruh, baik tokoh agama maupun tokoh adat dari masyarakat setempat

yang disegani dan dihormati. Mediator memiliki hubungan dengan kedua

belah pihak, bersikap netral serta sangat memperhatikan hubungan jangka

panjang. Mereka biasanya adalah bagian dari suatu jaringan sosial umum

yang berkelanjutan. Disamping itu, mereka secara rutin terlibat dalam setiap

implementasi yang terus menerus dengan menggunakan pengaruh personal

atau tekanan masyarakat untuk menghasilkan kesepakatan.47

2. Mediator Berwenang (Authoritative Mediators)

Merupakan seseorang yang memiliki hubungan wewenang dengan para pihak

dan memiliki posisi yang lebih besar atau lebih kuat, serta kapasitas potensial

atau sebenarnya untuk mempengaruhi hasil suatu sengketa.

2.1 Mediator Baik Hati (Benevolent Mediator)

Memiliki kemampuan mempengaruhi atau memutus suatu permasalahan

dalam sengketa, tetapi umumnya nilai-nilai kesepakatan yang dibuat oleh

para pihak melampaui keterlibatannya secara langsung dalam mencapai

suatu keputusan. Jadi, peran mediator Janis ini bisa berhubungan dengan

para pihak yang terlibat sengketa atau tidak, bertugas mencari solusi

terbaik, berwenang untuk memberikan nasehat, serta berhak menganjurkan

bahkan memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan langkah-

langkah yang telah ditetapkan. Disamping itu, Benevolent Mediator turut

47 Ibid, h. 111.

Page 7: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

34

mengawasi dan berwenang mengimplementasikan persetujuan yang

disepakati para pihak.48

2.2 Mediator Administrasi/ Managerial (Admintrative/ Managerial Mediator)

Memiliki pengaruh dan wewenang melebihi para pihak. Mereka

menempati suatu posisi yang superior dalam suatu masyarakat atau

organisasi dan mempunyai wewenang untuk mengembangkan parameter

tawar-menawar, sehingga dapat dipertimbangkan suatu keputusan yang

dapat diterima oleh para pihak. Tipe mediator ini berbeda dari tipe

Benevolent Mediator sebab dia memiliki kepentingan substantif terhadap

hasil, walaupun kepentingan tersebut merupakan mandate yang telah

sesuai dengan hukum dan kelembagaan.49

2.3 Mediator Berkepentingan (Vested Interest Mediator)

Mediator yang memiliki peranan mirip dengan administrative/ managerial

mediator karena berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

dengan salah satu pihak atau kedua belah pihak. Sebagai perantara para

pihak, dia memiliki kepentingan dalam tata cara dan substansi terhadap

hasil dari perundingan. Mediator tipe ini memiliki pengaruh kuat dan

dapat memaksa para pihak untuk mencapai persetujuan.50

3. Mediator Independen (Independent Mediators)

Mediator ini sangat umum ditemukan dalam berbagai budaya atau tradisi dari

suatu pengadilan independen, yang menyediakan suatu model mencakup tata

48 Ibid, h. 112.

49 Ibid.

50 Ibid, h. 113.

Page 8: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

35

cara yang adil, dan yang tidak memihak sebagai pembuat keputusan.

Mediator tipe ini bersikap netral dengan suka rela mencari solusi terbaik serta

tidak memaksa salah satu pihak. Dalam pelaksanaaannya, mereka tidak

mempunyai kekuasaan untuk menjalankan persetujuan serta bisa terlibat atau

tidak terlibat dalam bidang pengawasan.51

2.1.3 Prosedur Mediasi Diluar Pengadilan

2.1.3.1 Para Pihak Setuju Untuk Melakukan Mediasi

Langkah awal melakukan mediasi adalah para pihak harus setuju untuk

mencoba menyelesaikan sengketanya melalui mediasi. Mediasi sifatnya sukarela,

artinya tidak boleh ada paksaan dan tekanan dari salah satu pihak untuk

melakukan mediasi. Dalam mediasi para pihak bisa menetapkan tata cara dan

peraturan yang akan di ikuti. Mediasi juga mengandung sifat yang konfidental.52

2.1.3.2 Seleksi Terhadap Mediator

Langkah berikutnya adalah para pihak mengadakkan seleksi terhadap

mediator atau organisasi yang akan menetapkan mediator. Kualifikasi yang sangat

penting bagi seorang mediator adalah dia harus netral, dapat di percaya dan di

hormati. Sering sekali seorang mediator itu berasal dari pejabat dan

pemerintahan, atau anggota masyarakat yang dihormati seperti pimpinan adat,

pimpinan agama, anggota organisasi dagang, dan sebagainya.53

51 Ibid, h. 114.

52 Widnyana, op.cit, h. 122.

53 Ibid.

Page 9: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

36

2.1.3.3 Pertemuan Mediator dan Para Pihak

Pada awalnya mediator bertemu dengan para pihak secara terpisah. Dalam

pertemuan itu mediator menjelaskan ihwal proses mediasi sehingga membuat para

pihak yakin dan bersedia melakukan mediasi. Dia juga selanjutnya menanyakan

dan mempelajari persoalan yang menjadi pokok sengketa, fakta-fakta dan

perasaan atau keinginan dari masing-masing pihak.54

2.1.3.4 Melakukan Mediasi

Proses mediasi itu sendiri dapat dilakukan melalui fase-fase sebagai

berikut55 :

a. Melakukan identifikasi dan penjelasan atas permasalahan

Para pihak menyampaikan apa yang menjadi perhatian dan kebutuhannya

melalui mediator, kemudian mediator akan membantu para pihak bagaimana

cara mendengarkan dan berbicara yang baik untuk mengurangi emosi dan

membantu memfasilitasi komunikasi yang produktif;

b. Membuat ringkasan tentang pokok permasalahan dan menyusun agenda untuk

di diskusikan

Seringkali sengketa timbul dari permasalahan yang berhubungan dengan

sengketa itu sendiri. Mediator berusaha membantu para pihak memisahkan

persoalan-persoalan itu menjadi agenda yang jelas untuk didiskusikan oleh

para pihak;

54 Ibid.

55 Ibid, h. 124.

Page 10: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

37

c. Mendiskusiskan setiap masalah satu demi satu

Para pihak mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi. Mediator akan

mendorong dan memfasilitasi para pihak sehingga mereka menjadi mengerti;

d. Kesiapan memecahkan masalah

Mediator melakukan pengecekan terhadap masing-masing pihak untuk

meyakinkan bahwa mereka benar-benar telah mengerti setiap permasalahan.

Bila para pihak belum mengerti, maka para pihak harus jujur mengenai

hambatan-hambatan yang masih mereka temukan;

e. Kerja sama memecahkan masalah

Mediator memandu para pihak bekerja sama memikirkan berbagai pilihan

yang mungkin berguna dalam memecahkan setiap masalah yang

disengketakan. Kemudian para pihak bersama-sama menimbang setiap

kemungkinan pilihan yang dipandang cocok untuk menyelesaikan sengketa

dan memuaskan keinginan masing-masing;

f. Membuat suatu persetujuan tertulis

Mediator akan membantu para pihak menulis istilah-istilah yang tepat dalam

persetujuan tertulis tersebut agar para pihak mempunyai pengertian,

pemahaman, dan persetujuan yang sama terhadap setiap istilah tersebut. Para

pihak dapat meminta mediator untuk memonitor persetujuan itu agar

dilaksanakan dan membantu para pihak melaksanakan kewajibannya yang

telah disepakati seperti yang tercantum dalam persetujuan.

Page 11: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

38

2.1.4 Syarat-Syarat Mediator

Ada beberapa syarat yang mesti dimiliki seorang mediator agar

berkualitas, mengacu pada kualifikasi mediator yang disusun oleh Australian

Commercial Disputes Centre (1991), yaitu56 :

1. Keterampilan mendengan (Listening Skills);

Seorang mediasi harus mampu mendengarkan secara seksama keluhan-

keluhan dari para pihak. Seorang mediator harus berlaku secara adil

dalam mendengarkan para pihak.

2. Kemampuan mengenali masalah (Ability to Recognize the Issues);

Mediator harus mampu dalam mengenali setiap permasalahan yang

diajukan padanya, sehingga mediator dapat membantu para pihak untuk

memahami setiap permasalahan yang terjadi diantara para pihak, agar

tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan permasalahan yang ada .

3. Kesabaran (Patience);

Seorang mediator harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam

mendengarkan setiap keluhan atau permasalahan yang disampaikan oleh

para pihak kepadanya.

4. Pemikiran Lateral (Lateral Thinkink);

Seorang mediator haruslah memiliki pemikiran yang lateral, pemikiran

lateral disini berarti pemikiran yang kreatif. Sehingga mediator dalam

membantu para pihak menyelesaikan permasalahan dapat menggunakan

56 Ibid, h. 115.

Page 12: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

39

ide-ide baru (kreatif), menyesuaikan cara penyelesaiannya dengan

permasalahan yang ada.

5. Wawasan luas (Common Sense);

Seorang mediator haruslah memiliki wawasan yang luas, karena dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi mediator harus

mengetahui dengan pasti pokok-pokok permasalahan yang ada dan

berlandaskan wawasannya yang luas kemudian mencari penyelesaiannya

yang sesuai.

6. Sikap netral (Neutrality);

Seorang mediator haruslah bersikap netral dalam menyelesaikan

permasalahan, tidak memihak salah satu dari pihak-pihak yang

bermasalah.

7. Kemampuan mendekatkan para pihak (Ability to Close);

Mediator sebagai penengah harus mampu untuk mendekatkan para pihak,

sehingga para pihak mau mengungkapkan keluhan yang dirasakan satu

sama lain dan mau menyelesaikan permasalahan yang ada secara baik-

baik.

8. Kemampuan untuk meyakinkan (Persuasive Ability);

Mediator harus mampu meyakinkan para pihak agar para pihak

mempercayai mediator dan mau menceritakan secara detail setiap

permasalahan yang ada.

Page 13: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

40

9. Kemampuan membuat ringkasan (Ability to Summarize);

Mediator harus mampu membuat ringkasan yang sempurna dan jelas dari

permasalahan yang ada, kemudian mediator dapat membuat agenda untuk

selanjutnya dapat di diskusikan dengan para pihak.

10. Kegigihan (Persistence);

Mediator harus memiliki kegigihan dalam menyelesaikan permasalahan,

sehingga mediator tidak gampang menyerah dengan permasalahan yang

dihadapinya.

11. Keterampilan menganalisis (Analytical Skills);

Mediator harus memiliki kemampuan analisa yang baik, sehingga

mediator dapat menganalisis hal-hal yang menjadi sumber permasalahan

para pihak dan mencarikan jalan keluarnya.

12. Kreativitas (Creativity).

Memiliki kreativitas hampir sama dengan memiliki pemikiran yang lateral,

disini mediator harus mampu menunjukkan kreativitasnya dalam

menyelesaikan masalah, dan tidak monoton terhadap cara-cara yang sudah

ada, namun juga menggali lagi cara-cara baru yang lebih kreatif dan tidak

menyalahi aturan.

13. Kemampuan menjaga kerahasiaan (Ability to Keep Confidence).

Kemampuan menjaga kerahasian merupakan hal penting bagi seorang

mediator, karena seorang mediator tidak boleh membocorkan

permasalahan yang sedang dihadapinya, karena permasalahan para pihak

yang diajukan kepadanya bersifat pribadi.

Page 14: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

41

2.1.5 Tujuan dan Manfaat Mediasi

Ada beberapa tujuan dan manfaat daripada Mediasi, diantaranya adalah :

1. Mempercepat proses penyelesaian sengketa dan menekan biaya;

2. Keputusan pengadilan tidak menyelesaikan perkara. “Menang jadi arang

kalah jadi abu” (Baik yang menang maupun kalah pada suatu pertengkaran

sama-sama tidak mendapatkan keuntungan apa-apa);

3. Untuk mengurangi kemacetan dan penumpukan perkara (court congestion)

di pengadilan;

4. Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat (desentralisasi hukum) atau

memberdayakan pihak-pihak yang bersengketa dalam proses penyelesaian

sengketa;

5. Untuk memperlancar jalur keadilan (acces to justice) di masyarakat;

6. Untuk memberi kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang

menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak sehingga

para pihak tidak menempuh upaya banding dan kasasi;

7. Bersifat tertutup/rahasia (confidential);

8. Lebih tinggi tingkat kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan,

sehingga hubungan pihak-pihak bersengketa di masa depan masih

dimungkinkan terjalin dengan baik.

Page 15: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

42

2.2 Tinjauan Umum Tentang Sengketa Pers

2.2.1 Pengertian Pers dan Dasar Hukum Pers

2.2.1.1 Pengertian Pers

Secara etimologis, kata pers dalam bahasa belanda, atau press dalam

bahasa Inggris, berasa dari bahasa latin, yaitu pressare dari kata premere yang

berarti tekan atau cetak. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh I Taufik dalam

bukunya sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. Menurutnya pers adalah

suatu alat yang terdiri dari dua lembar besi atau baja yang diantara keduanya itu

dapat diletakkan suatu barang yaitu kertas, sehingga sesuatu yang akan ditulis atau

digambar akan tampak ada kertas tersebut dengan cara menekannya.57

Akibat perkembangan zaman, pengertian pers pun mengalami

perkembangan. Saat ini pers berarti usaha-usaha dari alat komunikasi massa untuk

memenuhi kebutuhan anggota masyarakat akan penerangan, hiburan atau

keinginan mengetahui peristiwa-peristiwa yang tengah terjadi baik di sekitarnya

maupun dunia luas yang biasanya berupa media cetak atau media elektronik.

Masih dalam arti yang sama, dalam ensiklopedi nasional indonesia jilid

1358 disebutkan bahwa pers memiliki dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit.

Dalam arti luas pers adalah seluruh media baik cetak maupun elektronik yang

menyampaikan laporan dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan, dan gambar kepada

57 Alex Sobur, 2001, Etika Pers: Profesionalisme Dengan Nurani, Humaniora Utama Press,Bandung, h. 145.

58 Ensiklopedia, Pers Indonesia, dalam URL : http://KamusBesarBahasaIndonesia/KBBI/Pers_Indonesia Diakses Pada Senin, 25 Mei 2015 Pukul 19:40 WITA.

Page 16: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

43

masyarakat luas secara regular. Dalam pengertian sempit, pers hanya terbatas

media cetak seperti surat kabar harian, surat kabar mingguan, mjalah dan buletin.

Secara yuridis formal, pengertian pers disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (untuk

selanjutnya disebut UU Pers) yang menjelaskan bahwa

“pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yangmelaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan, informasi, baikdalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupundalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, elektronik,dan segala jenis jalur yang tersedia.”59

Dari pengertian tersebut, ada dua hal yang perlu diperlukan yaitu, pers

sebagai lembaga sosial atau lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan. Ini

menunjukkan bahwa pers bukan sekadar benda mati yang tidak memiliki kekuatan

untuk mempengaruhi masyarakat pembacanya. Apalagi kodrat pembawaan dan

kebutuhan esensial manusia ( masyarakat ) itu sendiri adalah berkomunikasi. Pers

merupakan hasil karya budaya manusia yang semakin berkembang dan meluas,

sehingga kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak

dibantu oleh instrumen yang sanggup menyampaikan pesan secara serempak,

cepat, dan jangkauannya luas. Instrumen itu adalah media massa ( pers ).

Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan lainnya, pers akan mempunyai

corak dan visi yang berbeda-beda. Setiap negara atau wilayah memiliki sistem

sendiri-sendiri yang disebabkan oleh perbedaan dalam tujuan, fungsi, dan latar

belakang munculnya pers, dan tentunya akan berbeda dalam mengaktualisasikan.

59 Seri Pustaka Yustisia, 2005, Hukum Jurnalistik, Himpunan Perundangan Mengenai Persdan Penyiaran, Cet. II, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, h. 8.

Page 17: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

44

Dalam ketentuan umum UU Pers terdapat beberapa pengertian yang terkait

dengan Pers itu sendiri, diantaranya :

1. Perusahan Pers (Pasal 1 angka 2 UU No. 40 Tahun 1999)

Perusahan Pers adalah Badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha

pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik dan kantor berita serat

perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan

atau menyalurkan informasi.

2. Kantor Berita (Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 1999)

Kantor Berita adalah Perusahaan pers yang melayani media cetak, media

elektronik atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh

informasi.

3. Wartawan (Pasal 1 angka 4 UU No. 40 Tahun 1999)

Wartawan merupakan Orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan

jurnalistik.

4. Organisasi Pers (Pasal 1 angka 5 UU No. 40 Tahun 1999)

Organisasi Pers merupakan Organisasi Wartawan dan organisasi perusahaan

pers.

5. Pers Nasional (Pasal 1 angka 6 UU No. 40 Tahun 1999)

Pers Nasional adalah Pers yang di selenggarakan oleh perusahaan pers

Indonesia.

6. Dewan Pers (Pasal 15 UU No. 40 Tahun 1999)

Dewan Pers di bentuk untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan

meningkatkan kualitas serta kuantitas pers nasional.

Page 18: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

45

7. Kode Etik Jurnalistik (Pasal 1 angka 14 UU No. 40 Tahun 1999)

Kode Etik Jurnalistik merupakan Himpunan etika profesi wartawan.

8. Hak Jawab (Pasal 1 angka 11 UU No. 40 Tahun 1999)

Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan

tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan

nama baiknya.

2.2.1.2 Dasar Hukum Pers

Ada beberapa peraturan peruandang-undangan yang berlaku yang menjadi

dasar dari keberadaan Pers, peraturan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisandan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasiuntuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhakuntuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, danmenyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yangtersedia.

B. Tap MPR No. XII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Lebih rincinya lagi terdapat pada Piagam Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal

20 dan 21 yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 20

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasiuntuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

Page 19: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

46

Pasal 21

Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis sarana yang tersedia.

C. Undang –Undang No. 39 Tahun 2000 tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 14 ayat (1)

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yangdiperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

Pasal 14 ayat (2)

Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis sarana yang tersedia.

D. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 dalam pasal 2 dan pasal 4 ayat 1

tentang Pers

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yangberasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 4 ayat (1)

Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

Peraturan tentang pers yang berlaku sekarang ini (Undang-Undang Nomor

40 Tahun 1999 telah diundangkan pada tanggal 23 september 1999 dimuat dalam

Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 166) memuat berbagai

perubahan yang mendasar atas Undang-Undang pers sebelumnya. Hal itu

dimasksudkan agar pers berfungsi maksimal sebagaimana diamanatkan oleh pasal

Page 20: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

47

28 Undang-Undang Dasar 1945. Fungi yang maksimal tersebut diperlukan karena

kemerdekaan pers adalah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan

unsur yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang demokratis.

Pencabutan undang-undang lama yang diganti dengan undang-undang

baru, pada hakikatnya mencerminkan adanya perbedaan nilai-nilai dasar politis

ideologi antara Orde Baru dengan Orde Reformasi. Hal ini tampak dengan jelas

dalam konsideran undang-undang pers baru, yang antara lain bahwa undang-

undang tentang ketentuan pokok pers yang lama dianggap sudah tidak sesuai lagi

dengan tuntutan zaman. Disamping itu, tentang fungsi, kewajiban, dan hak pers

dalam undang-undang yang baru tidak lagi dikaitkan dengan penghayatan dan

penglaman inti P5 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila).

Dalam melaksanakan fungsi, hak kewajiban, dan peranannya, pers harus

menghormati hak asasi setiap orang. Oleh sebab itu, pers dituntut manyarakat,

antara lain bahwa setiap orang dijamin hak jawab dan hak koreksinya.

Pers memiliki peranan penting dalam mewujudkan Hak Asasi Manusia

(HAM), sebagaimana dijamin dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Nomor XVII/ MPR/1998 yang antara lain yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomonikasi dan memperolah

informasi sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi

manusia. Selanjutnya pasal 19 berbunyi, setiap orang berhak atas kebebasan

mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam ini termasuk kebebasan memiliki

pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, menyampaikan

Page 21: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

48

informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dengan tidak memandang

batas-batas wilayah”.

Pers juga melaksanakan kontrol sosial (social control) untuk mencegah

terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun

penyelewengan dan penyimpangan lainnya.

2.2.2 Jenis-Jenis Sengketa Pers

Pengertian sengketa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti

pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara

orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek

permasalahan. Sehingga, yang dimaksud dengan sengketa Pers adalah suatu

konflik yang terjadi akibat adanya kesalahan dari Pers selaku media dalam

mencari dan menyebarluaskan berita. Adapun jenis sengketa Pers diantaranya

adalah :

1. Pencemaran Nama Baik

2. Kesalahan Pemberitaan

3. Kesalahan Sumber Berita

4. Kesalahan Informasi dari Narasumber

2.2.3 Syarat-Syarat Pemberitaan Pers

Syarat-syarat pemberitaan Pers60 :1. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan :

a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, informasiyang termasuk dalam jenis ini meliputi :1. Informasi yang berkaitan dengan badan publik;2. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait;3. Informasi mengenai laporan keuangan;

60 Ahmad Faisol, Irawan Saptono, Tri Mariyani Parlan, 2008, Keterbukaan Informasi PublikBuku Pegangan Untuk Jurnalis, Institut Studi Arus Informasi bersama TIFA, Jakarta, h. 16.

Page 22: Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, …erepo.unud.ac.id/9789/3/0bd4533b25926e1d66e8459d89b2dbd7.pdf · 30 2.1.1.2 Dasar Hukum Mediasi Secara sederhana dapat dijelaskan

49

4. Informasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.Kewajiban memberikan dan melayani informasi publik diatas,

dilakukan paling singkat secara 6 bulan sekali. Penyebarluasannyadisampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dandalam bahasa yang mudah dipahami.

b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta, merupakan informasiyang bersifat segera dan merupakan informasi mengancam hajat hiduporang banyak dan ketertiban umum. Badan publik harus menyampaikaninformasi yang wajib diumumkan secara serta merta ini dengan cara yangmudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudahdipahami.

2. Informasi yang dikecualikan61

Informasi yang dikecualikan adalah informasi yang apabila diberikan kepadaorang akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut :a. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi dapat menghambat atau mengganggu proses penegakan hukum;b. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi dapat mengganggu kepentingan perlindungan ha katas kekayaanintelektual dan persaingan usaha sehat;

c. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohoninformasi dapat membahayakan pertahanan dan keamanan nasional;

d. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohoninformasi dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;

e. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohoninformasi dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional;

f. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohoninformasi dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.

g. Informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi aktaotentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiatseseorang;

h. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohoninformasi dapat mengungkapkan rahasia pribadi;

i. Memorandum atau surat-surat antar badan publik atau intra badan public,yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan komisi informasiatau pengadilan;

j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

61 Ibid.