MEDIAINDONESIA .COM JUJUR BERSUARA SENIN, 16 … · Ramadan dari ujung Pulau Sumatra hingga ujung...

1
SUDAH 65 tahun Indonesia mengenyam kemerdekaan. Namun, proklamasi kemerdekaan yang sering dibahasakan sebagai jembatan emas menuju kesejahteraan itu masih jauh dari ke- nyataan. Perekonomian kita yang pernah dijuluki ‘Macan Asia’ karena tumbuh rata-rata 7% pada 1980-an hingga 1990-an--sebelum krisis tiba--kini masih tertatih-tatih untuk kembali ke pencapaian tersebut. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dalam kurun sepuluh tahun terakhir ini lebih banyak ditopang sektor konsumsi, bukan sektor riil atau industri. Sumbangan sektor industri terhadap produk domestik bruto kini tidak lebih dari seperlima saja. Lebih parah lagi, sektor in- dustri yang banyak menyerap tenaga kerja itu kini hanya tumbuh rata-rata 4%. Sebuah pertumbuhan yang amat jauh jika dibandingkan de- ngan kinerja puncak yang pernah diraih industri kita di kisaran 10% hingga 12% di masa kejayaan ekonomi berbasiskan repelita demi repelita. Dengan pertumbuhan industri yang hanya 4%, sektor industri cuma menyumbang 0,8% dari total pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6%. Selama sumbangan industri terhadap pertumbuhan ekonomi masih serendah itu, mimpi menyerap 500 ribu tenaga kerja untuk setiap kenaikan pertumbuhan 1% masih jauh panggang dari api. Problem industri kita pun dari waktu ke waktu masih itu-itu saja. Mulai dari infrastruktur yang payah, birokrasi yang mengidap penyakit kleptokrasi, hingga ru- pa-rupa pungutan yang memicu ekonomi biaya tinggi. Kondisi tersebut kian melengka- pi problem industri sebagaimana pernah disampaikan Bank Dunia pada 1993. Dalam laporan yang berjudul Industrial Policy-Shifting into High Gear tersebut Bank Dunia menemukan beberapa permasa- lahan struktural pada industri Indonesia, antara lain tingginya tingkat konsentrasi dalam perekonomian dan dahsyatnya mo- nopoli, baik yang terselubung maupun terang-terangan pada pasar yang diproteksi. Juga, masih adanya dominasi kelompok bisnis pemburu rente yang belum memanfaatkan keunggulan mereka dalam skala produksi dan kekuatan nansial untuk bersaing di pasar global. Struktur industri kita juga masih dangkal, dengan minimnya sektor industri menengah. Selain itu, kebanyakan industri kita masih menghasilkan ba- rang setengah jadi, bukan barang jadi yang siap ekspor. Industri otomotif, misalnya, kendati sudah merintis jalan selama 40 tahun, tetap saja berkutat pada perakitan dan belum mampu menghasil- kan barang jadi. Tentu saja kondisi seperti itu harus diakhiri. Harus ada upaya radikal. Janji menyediakan dan memperbaiki infrastruktur juga jangan cuma wacana. Negara harus menjadikan industri kita berdaulat, bukan membiarkannya seperti anak yatim piatu yang mengusahakan semuanya sendiri tanpa arah yang jelas. Singkatnya, jangan mau cuma jadi tukang jahit, tukang rakit doang. Malu, ah.... PENGANTAR: RAMADAN, bulan penuh berkah, momentum untuk melihat aktivitas manusia, baik secara vertikal maupun horizontal. Berkaitan dengan itu, Media Indonesia menggelar Ekspedisi Ramadan dari ujung Pulau Sumatra hingga ujung Pulau Jawa. Selain menelusuri infrastruktur jalan yang digunakan para pemudik, kami memotret tradisi masyarakat setempat yang masih berkembang pada bulan suci Ramadan. Pada edisi perdana ini, kami memulai perjalanan dari Nanggroe Aceh Darussalam. Berikut petikannya. Layanan Berlangganan & Customer Service SMS: 08121128899 T: (021) 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) MEDIAINDONESIA.COM JUJUR BERSUARA SENIN, 16 AGUSTUS 2010 | NO.10769 | TAHUN XLI | 54 HALAMAN Menuju Daulat Industri Merajanya produk impor, tidak hanya mengancam ekonomi nasional, tetapi juga membuat industri dalam negeri inferior di pasar sendiri. Edisi Khusus, Hlm 13-30 Singkatnya, jangan mau cuma jadi tukang jahit, tukang rakit doang. Malu, ah....JADWAL IMSAKIAH 16 AGUSTUS JAKARTA & SEKITARNYA IMSAK SUBUH ZUHUR ASAR MAGRIB ISYA 04.32 04.42 11.59 15.20 17.57 19.07 kewajiban untuk melindungi kelompok yang lebih kecil. Itu adalah impian ketika bangsa In- donesia merdeka dulu,” papar anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, I Wayan Sudirta, kemarin. Kekerasan yang belakangan terjadi, imbuhnya, mengancam Indonesia sebagai negara gagal. Cendekiawan muslim Azyu- mardi Azra mengemukakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama telah mengan- cam keanekaragaman NKRI. “Tendensi kelompok anarkistis akan selalu ada. Untuk itu, apa- rat harus bersikap tegas apabila kelompok-kelompok itu melaku- kan tindak kekerasan. Saya kira kuncinya ada di aparat,” kata mantan Rektor IAIN Syarif Hi- TUNTUT KEBEBASAN BERAGAMA: Massa mengibarkan bendera Merah Putih saat berunjuk rasa untuk memperjuangkan jaminan kebebasan beragama bagi warga negara Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, kemarin. “Kondisi jalan licin dan ber- lumpur menyebabkan perjalan- an menjadi terhambat men- jadi 7 jam. Padahal, jika kondisi normal, hanya membutuhkan waktu 4 jam,” kata Muhammad, sopir angkutan umum jurusan Calang, Aceh Jaya. Pembangunan Jembatan Lam- boso, Lamno hingga kini ter- bengkalai akibat ditinggalkan pihak kontraktor. (Hendra Saputra/X-6) Berita terkait hlm 49 Kedaulatan Industri EDITORIAL Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi: mediaindonesia.com PAUSE Jalan Kaki dan Jantung TIDAK TERBIT SEHUBUNGAN dengan peringatan hari ulang tahun ke-65 Republik Indonesia, Media Indonesia tidak terbit pada 17 Agus- tus 2010. Media Indonesia kembali terbit pada 18 Agustus 2010. Kepada pembaca dan relasi harap maklum. PENERBIT Pluralisme Terancam Tsunami Berlalu, Kondisi Jalan masih Bikin Pilu jalan di tempat, seperti Jalan Lintas Barat Aceh. Jalan yang menghubungkan lintas Banda Aceh-Calang, Aceh Jaya, hingga saat ini masih sulit dilalui kendaraan. Sekitar 80 kilometer jalan yang menghu- bungkan Kecamatan Lamno dan Calang, Aceh Jaya, belum juga selesai dikerjakan. Akibatnya, jarak tempuh anta- ra Banda Aceh dan Calang men- jadi terhambat dari jarak tempuh normal 4 jam, kini menjadi 7 jam lebih. Kondisi itu diperparah jika terjadi hujan yang mengakibat- kan badan jalan licin karena tim- bunan tanah yang belum padat. Selain kondisi jalan yang masih dalam tahap peram- pungan, sejumlah kendaraan yang melintasi kawasan terse- but harus menggunakan rakit penyeberangan karena belum dibangunnya Jembatan Lam- buso, Lamno, dan Jembatan Kuala Unga, Aceh Jaya. Setiap kendaraan yang melintas harus membayar Rp20 ribu untuk sekali penyeberangan. Malaysia Tahan Tiga Petugas DKP Indonesia Kekerasan atas nama agama dan etnik dapat mengancam Indonesia menjadi negara gagal. Kristantyo Wisnubroto H ARI-HARI men- jelang ulang tahun ke-65 RI diwarnai kian mengerasnya ancaman terhadap pluralisme. Tragisnya lagi, negara seperti tidak berdaya menghadapi ancaman itu. Peristiwa kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah di Manis- lor, Kuningan, Jawa Barat (Jumat, 30/7), bentrok antara pengikut ormas Forum Betawi Rempug POLISI Malaysia menculik dan menahan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia setelah terjadi insiden di perairan Tanjung Be- rakit, Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (13/8) malam. Hingga kemarin ketiga petugas itu (lihat gras) masih ditahan di Johor Baru. Insiden tersebut berawal ketika lima petugas DKP me- nangkap basah lima kapal de- ngan tujuh nelayan Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit. Kelima petugas DKP yang menggunakan kapal Dolphin 015 kemudian berbagi tugas. Dua orang tetap di atas ka- pal dengan membawa tujuh nelayan menuju Pelabuhan Sekupang, Batam. Sementara itu, tiga petugas lain turun dan menggandeng kelima kapal nelayan Malaysia itu. Namun, tiba-tiba kapal polisi Malaysia datang dan menghen- tikan aksi mereka dan memin- ta tujuh nelayan negeri jiran itu dilepaskan. Petugas DKP menolak. Polisi Malaysia ke- mudian melepaskan tembakan Beragama (FSKB). Kemarin, me- reka menggelar ibadah bersama di depan Monas, Jakarta. “Kami hanya ingin beribadah dengan tenang, tanpa adanya tindak kekerasan dan gang- guan yang sering datang kepada kami,” ujar Saor Siagian, Humas FSKB. Sementara itu, ratusan je- maat HKBP bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan lancar di lahan kosong di Jl Ciketing, Bekasi. Itu terjadi se- telah sedikitnya 600 personel gabungan polisi dan Satpol PP Kota Bekasi mengamankan pe- laksanaan ibadah tersebut. (*/KG/GG/LI/X-7) kristantyo@ mediaindonesia.com Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui mediaindonesia.com atau e-mail [email protected] dan warga di Rempoa, Banten (31/7), serta pemukulan terha- dap jemaat Huria Kristen Batak Protestan yang hendak beriba- dah di Ciketing, Bekasi (Minggu, 8/8), terjadi secara leluasa tanpa bisa dicegah secara cepat. “Pascareformasi, kemampuan pemerintah untuk merawat pluralisme justru semakin di- pertanyakan. Prinsip NKRI di bawah kepemimpinan Presi- den Soekarno menyebutkan bahwa kelompok kecil tidak perlu merasa kurang nyaman. Kelompok mayoritas punya dayatullah itu. Ia mengingatkan jangan sam- pai aparat cuek dan justru men- jadikan kelompok-kelompok itu sebagai teman kerja sama. “Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab. Jangan diam. Sepatutnya pemerintah memanggil seluruh kelompok untuk memastikan tindak keke- rasan yang mengatasnamakan agama tidak terjadi lagi di masa depan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid. Keprihatinan terhadap mun- culnya kekerasan, khususnya yang mengatasnamakan agama, juga disuarakan sekitar seribu orang yang tergabung dalam Forum Solidaritas Kebebasan BENCANA tsunami memor- ak-porandakan bumi Nang- groe Aceh Darussalam enam tahun lalu. Namun, perbaikan infrastruktur jalan yang hancur akibat petaka dahsyat itu masih DKP Hermanto yang terlibat dalam peristiwa itu. Sementara itu, seorang nelayan Malaysia, Roszaidy, yang diamankan di Kantor Polairud di Sekupang, mengaku ia tidak tahu sudah berada di perairan Indonesia. Menko Polhukam Djoko Su- yanto di Kompleks Istana, Jakar- ta, mengatakan Indonesia akan menggunakan langkah-langkah diplomasi untuk membebaskan tiga petugas DKP itu. Djoko mengaku Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mengetahui peristiwa tersebut dan meminta masalah itu diselesaikan dengan cara yang baik. Pada bagian lain, Kepala Kon- sulat Jenderal Republik Indone- sia (KJRI) Johor Suryana Sastra- diredja berharap pihaknya bisa memulangkan ketiga anggota DKP yang ditahan pada hari ini. (CS/HK/Rin/*/X-5) Malaysia itu dan membawa mereka ke Johor Baru. “Kami yakin perairan itu teritorial NKRI,” kata petugas MI/SUSANTO ke udara sebanyak dua kali. Karena Dolphin 015 tidak bersenjata, petugas DKP pun memutuskan lari. Namun, polisi Malaysia sudah telanjur menahan tiga petugas DKP yang berada di kapal nelayan Pulau Pulau Jurong Jurong Johor Baru Johor Baru Pulau Pulau Tekong Tekong Pulau Pulau Batam Batam Pulau Pulau Kepalajernih Kepalajernih Pulau Pulau Bulan Bulan Tanjung Tanjung Pinang Pinang Kota Kota Tinggi Tinggi Singapura Singapura Malaysia Malaysia Pulau Jurong Johor Baru Pulau Tekong Pulau Batam Pulau Kepalajernih Pulau Bulan Tanjung Pinang Kota Tinggi Singapura Malaysia Selat Singapura Lokasi insiden Penyebab Nelayan Malaysia tidak membawa perangkat GPS dan terbawa arus. Batas laut kedua negara belum jelas. Sumber : Ant/Tim Riset/GRAFIS: TIYOK Lokasi penahanan Tiga Petugas DKP Asriadi,40 Erwan,37 Selvogrevo Wewengkang,26 Lokasi penahanan tujuh nelayan Faisal bin Muhammad Muslimin bin Mahmud Lim Kok Guan Chen Ah Choy Ghazaki bin Wahab Roszaidy bin Akub Boh Khe Soo U S Tanjung Tanjung Berakit Berakit Tanjung Berakit Pulau Bintan Pulau Bintan Pulau Bintan Pengerang Pengerang Pengerang Sekupang Sekupang Sekupang Johor, Johor, Malaysia Malaysia Johor, Malaysia Insiden Perbatasan Indonesia-Malaysia Keterangan DKP= Dinas Kelautan dan Perikanan GPS= Global Positioning System Perbatasan Negara EBET TIYOK EBET SALAH satu cara menjaga kesehat- an jantung sejak kecil adalah dengan berjalan kaki ke sekolah. Sebuah penelitian yang dipubli- kasikan di jurnal Medicine & Sci- ence edisi Agustus menemukan berjalan kaki ke sekolah dapat mengurangi tingkat stres anak se- panjang hari. Itu kemudian dapat menjaga supaya denyut jantung dan tekanan darah terjaga sampai dewa- sa sehingga ia tidak terkena penyakit kardiovaskuler. “Penyakit kardiovaskuler dimulai dari kecil. Jadi jika kita dapat menye- top atau memperlambat prosesnya, akan ada keuntungan kesehatan yang cukup penting,” ujar peneliti se- nior James Roemmich yang juga profesor pediatrik di Universitas at Buffalo, New York. Penelitian itu juga mengungkapkan, jika dibandingkan dengan yang jalan, anak yang naik mobil ke sekolah mengalami kenaikan tekanan darah sistolik hingga tiga kali lipat dan perubahan stres yang mereka rasakan sekitar dua kali lebih tinggi. (HealthDay News/Yahoo/*/X-5)

Transcript of MEDIAINDONESIA .COM JUJUR BERSUARA SENIN, 16 … · Ramadan dari ujung Pulau Sumatra hingga ujung...

Page 1: MEDIAINDONESIA .COM JUJUR BERSUARA SENIN, 16 … · Ramadan dari ujung Pulau Sumatra hingga ujung Pulau Jawa. Selain menelusuri infrastruktur jalan yang digunakan para pemudik, kami

SUDAH 65 tahun Indonesia mengenyam kemerdekaan. Namun, proklamasi kemerdekaan yang sering dibahasakan sebagai jembatan emas menuju kesejahteraan itu masih jauh dari ke-nyataan.

Perekonomian kita yang pernah dijuluki ‘Macan Asia’ karena tumbuh rata-rata 7% pada 1980-an hingga 1990-an--sebelum krisis tiba--kini masih tertatih-tatih untuk kembali ke pencapaian tersebut. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dalam kurun sepuluh tahun terakhir ini lebih banyak ditopang sektor konsumsi, bukan sektor riil atau industri.

Sumbangan sektor industri terhadap produk domestik bruto kini tidak lebih dari seperlima saja. Lebih parah lagi, sektor in-dustri yang banyak menyerap tenaga kerja itu kini hanya tumbuh rata-rata 4%.

Sebuah pertumbuhan yang amat jauh jika dibandingkan de-ngan kinerja puncak yang pernah diraih industri kita di kisaran 10% hingga 12% di masa kejayaan ekonomi berbasiskan repelita demi repelita. Dengan pertumbuhan industri yang hanya 4%, sektor industri cuma menyumbang 0,8% dari total pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6%.

Selama sumbangan industri terhadap pertumbuhan ekonomi masih serendah itu, mimpi menyerap 500 ribu tenaga kerja untuk setiap kenaikan pertumbuhan 1% masih jauh panggang dari api.

Problem industri kita pun dari waktu ke waktu masih itu-itu saja. Mulai dari infrastruktur yang payah, birokrasi yang mengidap penyakit kleptokrasi, hingga ru-pa-rupa pungutan yang memicu ekonomi biaya tinggi.

Kondisi tersebut kian melengka-pi problem industri sebagaimana pernah disampaikan Bank Dunia pada 1993. Dalam laporan yang berjudul Industrial Policy-Shifting into High Gear tersebut Bank Dunia menemukan beberapa permasa-lahan struktural pada industri Indonesia, antara lain tingginya tingkat konsentrasi dalam perekonomian dan dahsyatnya mo-nopoli, baik yang terselubung maupun terang-terangan pada pasar yang diproteksi.

Juga, masih adanya dominasi kelompok bisnis pemburu rente yang belum memanfaatkan keunggulan mereka dalam skala produksi dan kekuatan fi nansial untuk bersaing di pasar global. Struktur industri kita juga masih dangkal, dengan minimnya sektor industri menengah.

Selain itu, kebanyakan industri kita masih menghasilkan ba-rang setengah jadi, bukan barang jadi yang siap ekspor. Industri otomotif, misalnya, kendati sudah merintis jalan selama 40 tahun, tetap saja berkutat pada perakitan dan belum mampu menghasil-kan barang jadi.

Tentu saja kondisi seperti itu harus diakhiri. Harus ada upaya radikal. Janji menyediakan dan memperbaiki infrastruktur juga jangan cuma wacana.

Negara harus menjadikan industri kita berdaulat, bukan membiarkannya seperti anak yatim piatu yang mengusahakan semuanya sendiri tanpa arah yang jelas.

Singkatnya, jangan mau cuma jadi tukang jahit, tukang rakit doang. Malu, ah....

PENGANTAR:RAMADAN, bulan penuh berkah, momentum untuk melihat aktivitas manusia, baik secara vertikal maupun horizontal. Berkaitan dengan itu, Media Indonesia menggelar Ekspedisi Ramadan dari ujung Pulau Sumatra hingga ujung Pulau Jawa. Selain menelusuri infrastruktur jalan yang digunakan para pemudik, kami memotret tradisi masyarakat setempat yang masih berkembang pada bulan suci Ramadan. Pada edisi perdana ini, kami memulai perjalanan dari Nanggroe Aceh Darussalam. Berikut petikannya.

Layanan Berlangganan & Customer Service

SMS: 08121128899T: (021) 5821303

No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa + ongkos kirim)

M E D I A I N D O N E S I A . C O M JUJUR BERSUARA SENIN, 16 AGUSTUS 2010 | NO.10769 | TAHUN XLI | 54 HALAMAN

Menuju Daulat Industri Merajanya produkimpor, tidak hanyamengancam ekonomi nasional, tetapi juga membuat industri dalam negeri inferior di pasar sendiri.Edisi Khusus, Hlm 13-30

Singkatnya, jangan mau cuma jadi tukang jahit, tukang rakit doang. Malu, ah....”

JADWAL IMSAKIAH 16 AGUSTUSJAKARTA & SEKITARNYA

IMSAK SUBUH ZUHUR ASAR MAGRIB ISYA 04.32 04.42 11.59 15.20 17.57 19.07

kewajiban untuk melindungi kelompok yang lebih kecil. Itu adalah impian ketika bangsa In-donesia merdeka dulu,” papar anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, I Wayan Sudirta, kemarin.

Kekerasan yang belakangan terjadi, imbuhnya, mengancam Indonesia sebagai negara gagal.

Cendekiawan muslim Azyu-mardi Azra mengemukakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama telah mengan-cam keanekaragaman NKRI. “Tendensi kelompok anarkistis akan selalu ada. Untuk itu, apa-rat harus bersikap tegas apabila kelompok-kelompok itu melaku-kan tindak kekerasan. Saya kira kuncinya ada di aparat,” kata mantan Rektor IAIN Syarif Hi-

TUNTUT KEBEBASAN BERAGAMA: Massa mengibarkan bendera Merah Putih saat berunjuk rasa untuk memperjuangkan jaminan kebebasan beragama bagi warga negara Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, kemarin.

“Kondisi jalan licin dan ber-lumpur menyebabkan perjalan-an menjadi terhambat men-jadi 7 jam. Padahal, jika kondisi normal, hanya membutuhkan waktu 4 jam,” kata Muhammad, sopir angkutan umum jurusan Calang, Aceh Jaya.

Pembangunan Jembatan Lam-boso, Lamno hingga kini ter-bengkalai akibat ditinggalkan pihak kontraktor. (Hendra Saputra/X-6)

Berita terkait hlm 49

Kedaulatan IndustriEDITORIAL

Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi:mediaindonesia.com

PAUSE

Jalan Kaki dan Jantung

TIDAK TERBITSEHUBUNGAN dengan peringatan hari ulang tahun ke-65 Republik Indonesia, Media Indonesia tidak terbit pada 17 Agus-tus 2010. Media Indonesia kembali terbit pada 18 Agustus 2010. Kepada pembaca dan relasi harap maklum.

PENERBIT

Pluralisme Terancam

Tsunami Berlalu, Kondisi Jalan masih Bikin Pilu jalan di tempat, seperti Jalan Lintas Barat Aceh.

Jalan yang menghubungkan lintas Banda Aceh-Calang, Aceh Jaya, hingga saat ini masih sulit dilalui kendaraan. Sekitar 80 kilometer jalan yang menghu-bungkan Kecamatan Lamno dan Calang, Aceh Jaya, belum juga selesai dikerjakan.

Akibatnya, jarak tempuh anta-ra Banda Aceh dan Calang men-jadi terhambat dari jarak tempuh normal 4 jam, kini menjadi 7 jam lebih. Kondisi itu diperparah jika

terjadi hujan yang mengakibat-kan badan jalan licin karena tim-bunan tanah yang belum padat.

Selain kondisi jalan yang masih dalam tahap peram-pungan, sejumlah kendaraan yang melintasi kawasan terse-but harus menggunakan rakit penyeberangan karena belum dibangunnya Jembatan Lam-buso, Lamno, dan Jembatan Kuala Unga, Aceh Jaya. Setiap kendaraan yang melintas harus membayar Rp20 ribu untuk sekali penyeberangan.

Malaysia Tahan Tiga Petugas DKP Indonesia

Kekerasan atas nama agama dan etnik dapat mengancam Indonesia menjadi negara gagal.

Kristantyo Wisnubroto

HARI-HARI men-jelang ulang tahun ke-65 RI diwarnai kian mengerasnya

ancaman terhadap pluralisme. Tragisnya lagi, negara seperti tidak berdaya menghadapi ancaman itu.

Peristiwa kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah di Manis-lor, Kuningan, Jawa Barat (Jumat, 30/7), bentrok antara pengikut ormas Forum Betawi Rempug

POLISI Malaysia menculik dan menahan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia setelah terjadi insiden di perairan Tanjung Be-rakit, Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (13/8) malam. Hingga kemarin ketiga petugas itu (lihat grafi s) masih ditahan di Johor Baru.

Insiden tersebut berawal ketika lima petugas DKP me-nangkap basah lima kapal de-ngan tujuh nelayan Malaysia yang sedang mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit.

Kelima petugas DKP yang menggunakan kapal Dolphin 015 kemudian berbagi tugas. Dua orang tetap di atas ka-pal dengan membawa tujuh nelayan menuju Pelabuhan Sekupang, Batam. Sementara itu, tiga petugas lain turun dan menggandeng kelima kapal nelayan Malaysia itu.

Namun, tiba-tiba kapal polisi Malaysia datang dan menghen-tikan aksi mereka dan memin-ta tujuh nelayan negeri jiran itu dilepaskan. Petugas DKP menolak. Polisi Malaysia ke-mudian melepaskan tembakan

Beragama (FSKB). Kemarin, me-reka menggelar ibadah bersama di depan Monas, Jakarta.

“Kami hanya ingin beribadah dengan tenang, tanpa adanya tindak kekerasan dan gang-guan yang sering datang kepada kami,” ujar Saor Siagian, Humas FSKB.

Sementara itu, ratusan je-maat HKBP bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan lancar di lahan kosong di Jl Ciketing, Bekasi. Itu terjadi se-telah sedikitnya 600 personel gabungan polisi dan Satpol PP Kota Bekasi mengamankan pe-laksanaan ibadah tersebut. (*/KG/GG/LI/X-7)

[email protected]

Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui

mediaindonesia.com atau e-mail

[email protected]

dan warga di Rempoa, Banten (31/7), serta pemukulan terha-dap jemaat Huria Kristen Batak Protestan yang hendak beriba-dah di Ciketing, Bekasi (Minggu, 8/8), terjadi secara leluasa tanpa bisa dicegah secara cepat.

“Pascareformasi, kemampuan pemerintah untuk merawat pluralisme justru semakin di-pertanyakan. Prinsip NKRI di bawah kepemimpinan Presi-den Soekarno menyebutkan bahwa kelompok kecil tidak perlu merasa kurang nyaman. Kelompok mayoritas punya

dayatullah itu.Ia mengingatkan jangan sam-

pai aparat cuek dan justru men-jadikan kelompok-kelompok itu sebagai teman kerja sama.

“Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab. Jangan diam. Sepatutnya pemerintah memanggil seluruh kelompok untuk memastikan tindak keke-rasan yang mengatasnamakan agama tidak terjadi lagi di masa depan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid.

Keprihatinan terhadap mun-culnya kekerasan, khususnya yang mengatasnamakan agama, juga disuarakan sekitar seribu orang yang tergabung dalam Forum Solidaritas Kebebasan

BENCANA tsunami memor-ak-porandakan bumi Nang-groe Aceh Darussalam enam

tahun lalu. Namun, perbaikan infrastruktur jalan yang hancur akibat petaka dahsyat itu masih

DKP Hermanto yang terlibat dalam peristiwa itu. Sementara itu, seorang nelayan Malaysia, Roszaidy, yang diamankan di Kantor Polairud di Sekupang, mengaku ia tidak tahu sudah berada di perairan Indonesia.

Menko Polhukam Djoko Su-yanto di Kompleks Istana, Jakar-ta, mengatakan Indonesia akan menggunakan langkah-langkah diplomasi untuk membebaskan tiga petugas DKP itu.

Djoko mengaku Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mengetahui peristiwa tersebut dan meminta masalah itu diselesaikan dengan cara yang baik.

Pada bagian lain, Kepala Kon-sulat Jenderal Republik Indone-sia (KJRI) Johor Suryana Sastra-diredja berharap pihaknya bisa memulangkan ketiga anggota DKP yang ditahan pada hari ini. (CS/HK/Rin/*/X-5)

Malaysia itu dan membawa mereka ke Johor Baru.

“Kami yakin perairan itu teritorial NKRI,” kata petugas

MI/SUSANTO

ke udara sebanyak dua kali.

Karena Dolphin 015 tidak bersenjata, petugas DKP pun memutuskan lari. Namun,

polisi Malaysia sudah telanjur menahan tiga petugas DKP yang berada di kapal nelayan

Pulau Pulau JurongJurong

Johor Baru Johor Baru

Pulau Pulau TekongTekong

Pulau Pulau BatamBatam

Pulau Pulau KepalajernihKepalajernih

Pulau Pulau BulanBulan

Tanjung Tanjung Pinang Pinang

Bintan Bintan Utara Utara

Kota Kota TinggiTinggi

SingapuraSingapura

MalaysiaMalaysia

Pulau Jurong

Johor Baru

Pulau Tekong

Pulau Batam

Pulau Kepalajernih

Pulau Bulan

Tanjung Pinang

Kota Tinggi

Singapura

Malaysia

Selat Singapura

Lokasi insiden

Penyebab

Nelayan Malaysia tidak membawa perangkat GPS dan terbawa arus.

Batas laut kedua negara belum jelas.

Sumber : Ant/Tim Riset/GRAFIS: TIYOK

Lokasi penahananTiga Petugas DKP

Asriadi,40

Erwan,37

Selvogrevo Wewengkang,26

Lokasi penahanan tujuh nelayan

Faisal bin Muhammad

Muslimin bin Mahmud

Lim Kok Guan

Chen Ah Choy

Ghazaki bin Wahab

Roszaidy bin Akub

Boh Khe Soo

U

S

Tanjung Tanjung BerakitBerakitTanjung Berakit

Pulau BintanPulau BintanPulau Bintan

PengerangPengerangPengerang

SekupangSekupangSekupang

Johor, Johor, MalaysiaMalaysiaJohor, Malaysia

Insiden Perbatasan Indonesia-Malaysia

Keterangan DKP= Dinas Kelautan dan PerikananGPS= Global Positioning System

Perbatasan Negara

EBET

TIYOK

EBET

SALAH satu cara menjaga kesehat-an jantung sejak kecil adalah dengan berjalan kaki ke sekolah.

Sebuah penelitian yang dipubli-kasikan di jurnal Medicine & Sci-ence edisi Agustus menemukan berjalan kaki ke sekolah dapat mengurangi tingkat stres anak se-panjang hari. Itu kemudian dapat menjaga supaya denyut jantung dan tekanan darah terjaga sampai dewa-sa sehingga ia tidak terkena penyakit kardiovaskuler.

“Penyakit kardiovaskuler dimulai dari kecil. Jadi jika kita dapat menye-top atau memperlambat prosesnya, akan ada keuntungan kesehatan yang cukup penting,” ujar peneliti se-nior James Roemmich yang juga profesor pediatrik di Universitas at Buffalo, New York.

Penelitian itu juga mengungkapkan, jika dibandingkan dengan yang jalan, anak yang naik mobil ke sekolah mengalami kenaikan tekanan darah sistolik hingga tiga kali lipat dan perubahan stres yang mereka rasakan sekitar dua kali lebih tinggi. (HealthDay News/Yahoo/*/X-5)