Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam...

56
  • date post

    21-Oct-2014
  • Category

    Documents

  • view

    802
  • download

    3

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi 3

Implementasi Gender dalam Proyek AMPL di Indonesia 7

Wawancara

Deputi Pengarusutamaan Gender Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan 9

Peraturan

Dana Alokasi Khusus Prasarana Air Bersih dan Sanitasi 11

Wawasan

Mengapa CLTS Berhasil? 13

Apapun Sumber Dananya, yang Penting Perencanaannya 18

Limbah Bukan Lawan tapi Kawan 20

Metode Balanced Scorecard 22

Inspirasi

Kerelaan Tatung-Azizah Mengelola Jaringan Air Warga 25

Tamu Kita

Ananda: Prihatin terhadap Kelangkaan Air 26

Inovasi

Lubang Resapan Biopori 28

Opini

Pendampingan Pascaproyek, Siapa Berminat? 30

Seputar Plan Indonesia

Togo-togo Butuh Pionir Baru 31

Seputar ISSDP

Lokakarya Sanitasi di Blitar Hasilkan Deklarasi 32

Seputar WASPOLA 34

Seputar AMPL 39

Program 42

Air untuk Kesehatan Lingkungan dan Manusia 45

Abstraksi 47

Klinik IATPI 48

Info Buku 49

Info Situs 50

Info CD 51

Pustaka AMPL 52

Majalah Percik edisi April 2007 ini diterbitkan atas kerja sama antara POKJA AMPL dan Plan Indonesia Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

(Pokja AMPL)

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENAS

Direktur Penyehatan Lingkungan,

DEPKES

Direktur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,

Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang dan

Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Supriyanto, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,

Essy Asiah, Bowo Leksono

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113

http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]

[email protected]

[email protected]

Redaksi menerima kiriman

tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungan

dan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.

Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.

Silahkan kirim ke alamat di atas.

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Tak terasa kita sudah menapakibulan kelima di tahun 2007.Selama itu pula kita tak berse-

muka. Kini kami kembali menyapapembaca setia Percik dengan tetapmengusung semangat "cinta air dan cin-ta lingkungan".

Banyak hal yang harus kami benahi.Penyesuaian rubrik, pengumpulan data,hingga pembenahan intern. Dan diedisi17 ini, kami kembali menyampaikanberbagai informasi seputar air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL).

Dalam empat bulan terakhir, banyakperistiwa dan kegiatan berkaitan de-ngan air dan penyehatan lingkungan.Peristiwa dan kegiatan tersebut telahkami rangkum dan kami hadirkan dihadapan pembaca setia semua.

Tepat 22 Maret 2007 lalu, Hari AirSedunia diperingati. Sudah lebih dari 10tahun sejak sidang umum PBB mene-tapkan pelaksanaan Hari Air Seduniasetiap 22 Maret mulai 1993. Bukan tan-pa alasan ada penetapan hari air yangsetiap tahun diperingati negara-negaraseluruh dunia. Bukankah air terus men-jadi persoalan kompleks yang melandabanyak negera, terutama negara-negaramiskin? Dan tak disangkal lagi, air me-mang menjadi kebutuhan dasar manu-sia.

Karena itu, edisi kali ini, membahasseputar Hari Air Sedunia. Tentangsejarah dan berbagai kegiatan yangdigelar masyarakat Indonesia dalammenyambutnya. Mulai dari pemerintah,pihak swasta, mahasiswa, hingga ma-syarakat biasa. Kegairahan ini menun-jukkan keinginan semua pihak agar ter-hindar dari kelangkaan air.

Hari Air Sedunia tahun ini memetiktema Menanggulangi Kelangkaan Air(Coping with Scarcity). Sangat tepat,karena semakin tahun kelangkaan airsebagai kebutuhan seluruh umat manu-sia, semakin terasa.

Di banyak daerah di Indonesia, baikdi perdesaan atau bahkan di perkotaan,akses terhadap air minum masih terusmenjadi masalah utama, apalagi bagi

masyarakat miskin. Dan yang palingmerasa menderita adalah kaum perem-puan.

Sudah saatnya perempuan berperanaktif menjadi penentu kebijakan ber-kaitan dengan pengadaan air minumdan penyehatan lingkungan. Tak hanyaitu, semua pihak juga sudah seharusnyamenyadari pentingnya keterlibatan pe-ran perempuan.

Bicara perempuan, sekedar meng-ingatkan, bila di bulan April tepatnya 21April, pernah lahir seorang pejuang pe-rempuan, Raden Ajeng Kartini. Tam-paknya di zaman ini, dibutuhkan pe-juang-pejuang perempuan sebagai pe-nyelamat keluarga dari kelangkaan air.

Laporan utama kali ini tentang isugender. Penjelasan sejarah, definisi,dan pengarusutamaan gender, diharap-kan dapat memberi pencerahan bagikita semua. Untuk membumikan isugender, maka Kami mencoba mengorekseberapa jauh proyek-proyek sepertiProAir, Sanimas, WSLIC-2, dan

Promkes telah memberi porsi terhadapperan perempuan. Tentunya gambarantentang gender menjadi lengkap denganadanya wawancara eksklusif bersamaDr. Surjadi Soeparman, MPH, DeputiPengarusutamaan Gender, Kemente-rian Pemberdayaan Perempuan.

Satu rubrik yang akan terus diha-dirkan adalah "Tamu Kita". Mengang-kat selebritis atau public figure yang te-lah lama dan berkompeten seputar airminum dan lingkungan hidup. Kita bisabersama belajar dari pengalaman mere-ka.

Masih banyak lagi bahasan dan in-formasi yang ditampilkan di majalahyang diterbitkan Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) ini. Namun berbeda de-ngan edisi terdahulu, Percik Yuniorkali ini diterbitkan secara terpisah danlangsung didistribusikan ke sekolah.Kritik dan saran tetap dinantikan demikemajuan majalah kita bersama. Akhirkata, selamat membaca.

DARI REDAKSI

Percik April 2007 1

Pemasangan spanduk oleh KRUHA (Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air) dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.

FOTO:DOK/KRUHA

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Gagasan Tanggap Bencana

Memperhatikan bencana banjiryang terjadi di Jakarta pada awalFebruari 2007, kami ingin menyam-paikan gagasan preventif sebagai be-rikut :1. Latar Belakang

a. Pembangunan perumahan sangatsulit dicegah apalagi kota yangmenarik dari berbagai aspek seper-ti Jakarta maupun daerah ur-ban/sub urban Depok dan Bogor.

b. Relokasi permukiman warga dipinggir kali juga sangat sulit de-ngan berbagai macam alasan danpertimbangan.

c. Regulasi sumur resapan sudah di-terapkan, namun dalam prak-tiknya warga membuat tapi kapa-sitas tidak mencukupi, tidak per-nah dipelihara, dan hanya ber-orientasi pada konservasi air tanahdangkal sehingga masih terjadibanjir karena sumur resapan tidakberfungsi optimal.

d. Beban ekonomi masyarakat saat inikhususnya yang bertempat tinggaldi wilayah berpotensi banjir sangatberat.

2. Usulana. Dengan pertimbangan anggaran

yang cukup, baik dari APBNmaupun APBD DKI Jakarta,masalah sumur resapan sebaiknyadiambil alih Pemerintah/Peme-rintah Daerah.

b. Dalam pembuatan sumur resapanharus komunal, mempunyai kapa-sitas yang besar, dapat dipelihara,berkelanjutan, dan berorientasipada konservasi air tanah dalam.

c. Sebagai pilot project Jakarta se-baiknya mengembangkan sumurresapan dengan menggunakan kon-struksi sumur dalam 80-100meter, seperti sumur bor untukpengambilan air bawah tanah un-tuk air minum. Sehingga apabilaterjadi penyumbatan dapat di flash-

ing dan digunakan kembali.d. Dengan mengacu pada penyedotan

air minum, dimana satu sumur bordapat mensuplai debit 20-40liter/detik, maka sumur resapandengan konstruksi yang sama akanmampu menyerap air 20-40liter/detik.

e. Untuk memelihara dan mencegahpenyumbatan yang cepat, sebelumair dimasukkan ke dalam sumur re-sapan air dari saluran drainase dile-watkan dulu pada bangunan pe-nangkap pasir/kerikil termasukkotoran yang lain yang dapatditangkap.

f. Uji coba dapat dilaksanakan denganmemerintahkan kepada semuahotel-hotel berbintang yang adaatau bangunan-bangunan komer-sial yang besar.

g. Agar lebih aplikatif dapat diadakanuji akademik dan penelitian ter-lebih dahulu.

h. Apabila Jakarta berhasil, maka da-pat ditiru provinsi/kabupaten laindi Indonesia.

Demikian usulan kami, atas perha-

tiannya diucapkan terima kasih.Bambang Widiyoko

Staf Dinas KimpraswilhubKabupaten Sleman

Mohon Dikirim Percik

Perkenalkan nama saya JokoSutrisno, guru di SMA 1 KarangmojoGunungkidul D.I. Yogyakarta 55891.

Selanjutnya, suatu ketika saya pernahbaca majalah Percik, saya tertarik isinyakarena masalah lingkungan menjadi topikyang perlu segera dipikirkan secara serius.Untuk itu kiranya berkenan, saya mohonuntuk dikirimi majalah Percik setiap kalimajalah Percik terbit.

Pertama untuk menambah wawasansaya tentang lingkungan, kedua danseterusnya untuk dapat ikut mem-berikan saran-saran kepada lingkungansaya berada atau cakupan yang lebih lu-as yaitu Pemkab kami Gunungkidul.Terima kasih atas perhatiannya.

Joko Sutrisno, S.Pd., M.T.SMA 1 Karangmojo, Gunungkidul,

Yogyakarta 55891

SUARA ANDA

Percik April 2007 2

KARIKATUR: RUDI KOZ

P E R C I K A R T U N

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Setiap manusia, tidak terkecualiperempuan dan laki-laki, mem-butuhkan air setiap hari untuk

berbagai kebutuhan. Untuk memenuhikebutuhan air di setiap keluarga,khususnya di perdesaan, perempuanmempunyai peran dominan, mulai darimengambil air, memasak, memandikananak, mencuci, dan menyiram tanaman.Namun laki-laki memegang kendalidalam pengambilan keputusan terkaitpenyediaan air minum dan sanitasi.

Kondisi ini kemudian menyebabkantimbulnya ketidakefisienan dan keti-dakefektifan dalam penyediaan airminum dan sanitasi. Fasilitas yangdibangun sebagian besar tidak sesuaidengan kebutuhan terutama terkait de-ngan kebutuhan perempuan yang notabene merupakan pengguna air domi-nan, baik dari segi proporsi jumlah pen-duduk maupun peran penggunaan air.

Beberapa dasawarsa terakhir, mulaitimbul kesadaran akan pentingnyamempertimbangkan kepentingan pe-rempuan dalam penyediaan air minumdan sanitasi. Isu ini kemudian banyakdikenal sebagai isu gender.

Salah Kaprah GenderPemahaman gender sebagai jenis

kelamin perempuan banyak terjadi di-sekeliling kita. Bukan sesuatu yang anehketika kita mendengar seseorang dalamsebuah pertemuan mengajukan pernya-taan seperti ”Kok laki-laki semua ya?.Mana gendernya?.” Bahkan tidak jarangkita menemukan studi tentang genderyang semua tenaga ahlinya perempuan.Alasannya sederhana bahwa ”Biar hasil

studinya tidak bias gender”. Jadi genderditerjemahkan hanya sebagai jeniskelamin perempuan.

Apa itu Gender?Jika melacak ke belakang, kata gender

muncul terutama dalam khasanah akade-mik di akhir abad 20. Penggunaan perta-makali kata gender terlacak pada tahun1976 ketika dilaksanakan Lokakarya

Subordinasi Perempuan di University ofSussex. Para ahli pada pertemuan tersebutmenyatakan bahwa perempuan, seperti ju-ga pria, adalah perbedaan biologis, semen-tara subordinasi perempuan adalah tercip-ta secara sosial dan bukan ditentukansecara biologis. Mereka lebih lanjut mene-gaskan bahwa untuk membedakan secarakonseptual dari kenyataan ini maka diper-lukan untuk mengidentifikasi 'sex' seba-

Percik April 2007 3

Isu GENDERdalam Penyediaan

Air Minum dan Sanitasi

LAPORAN UTAMA

S ampai awal 1970-an, kebijakan pem-bangunan terfokus pada pemenuhankebutuhan perempuan miskin dalam

konteks sebagai istri dan ibu. Sekarang inidikenal sebagai pendekatan kesejahteraan,dengan pusat perhatiannya adalah kese-hatan ibu dan anak, dan nutrisi. Diasumsi-kan bahwa keuntungan dari orientasi stra-tegi ekonomi makro akan memercik ke pen-duduk miskin dan perempuan miskin akanmendapatkan manfaat dari perbaikan kon-disi kesejahteraan suaminya. Perempuanadalah penerima manfaat secara pasif.Layanan air dan sanitasi didefinisikan dalamkonteks kesehatan dan higinitas, yang di-pandang sebagai tanggungjawab perempu-an.

Dalam periode 1970-1980, pendekatanperempuan dalam pembangunan (Womenin Development/WID) ditujukan untukmenyatukan perempuan kedalam prosespembangunan dengan menjadikan merekasebagai target, bahkan dalam bentuk ke-giatan khusus perempuan. Perempuan te-tap sebagai penerima manfaat secara pasifdalam pendekatan ini. Meskipun banyakproyek WID meningkatkan kesehatan, pen-dapatan atau sumber daya dalam jangka

pendek, tetapi perempuan tidak mendapatperlakukan yang setara, bahkan banyak ke-giatan yang tidak berrkelanjutan. Kelemah-an utama proyek WID adalah tidak memper-timbangkan peran perempuan yang bera-gam atau salah menghitung elastisitas ke-tersediaan waktu perempuan.

Sejak akhir 1980-an, pendekatan Gen-der dan Pembangunan (Gender and Deve-lopment/GAD) diperkenalkan dengan sasar-an menghilangkan disparitas sosial, ekono-mi dan keseimbangan politik antara perem-puan dan laki-laki sebagai persyaratanuntuk mencapai pembangunan yang berori-entasi pada masyarakat. Sebagian besarkegiatan di bidang air dan sanitasi saat inimenggunakan pendekatan ini. Walaupundemikian, terdapat banyak cara pandangdalam pendekatan ini dan belum tersediasatu cetak biru untuk memungkinkan kese-taraan dalam penyediaan air.

Baik pendekatan WID dan GAD masihdipergunakan sampai saat ini

Beberapa tahun terakhir, pendekatangender dan pemberdayaan (gender andempowerment) telah berusaha merubahhubungan gender saat ini melalui pene-kanan pada pemberdayaan perempuan.

Evolusi Pendekatan Gender

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

gai perbedaan biologis antara perem-puan dan pria, dan 'gender' pembedaanantara maskulinitas dan feminitas yangterbangun sebagian besar melalui pen-didikan dan sosialisasi. Faktor biologistetap dan tak dapat dirubah, tetapi fak-tor sosial dapat dirubah.

Sehingga gender kemudian menga-cu pada perbedaan peran, hak, dantanggungjawab laki-laki dan perempu-an dan hubungan diantara keduanya.Gender tidak sekadar mengacu pada pe-rempuan atau laki-laki, tetapi terhadapbagaimana kualitas, perilaku dan iden-titas ditentukan melalui proses sosial-isasi. Gender umumnya dikaitkan de-ngan ketidaksetaraan kekuasaan danakses terhadap pilihan dan sumber da-ya. Perbedaan peran perempuan danlaki-laki dipengaruhi oleh kenyataan se-jarah, agama, ekonomi dan budaya. Ke-seluruhan peran ini dan tanggung ja-wabnya dapat berubah seiring waktu.

Pada penggunaan istilah gender ter-kini, gender telah digunakan layaknyaseperti kelas, etnis, suku, untuk menje-laskan analisis kategori sosial dalaminteraksi antarfaktor sosial.

Sederhananya, seharusnya gender

bukan tentang perempuan tetapi lebihpada kesetaraan peran laki-laki danperempuan dalam segala aspek kehi-dupan. Pada satu kesempatan, mungkinmasalahnya adalah peran perempuantetapi tidak tertutup kemungkinan di-lain kesempatan peran laki-laki yangmenjadi isu.

Kemudian apa yang dimaksud de-ngan Analisis Gender?

Analisis gender mengacu pada carasistematis memandang perbedaan dam-pak pembangunan terhadap perempuandan laki-laki. Analisis gender mensyarat-kan pemilahan data berdasar jenis ke-lamin. Analisis gender harus dilaksana-kan di tiap tingkatan proses pemba-ngunan, untuk kemudian mendapatkangambaran bagaimana kegiatan, keputus-an, rencana tertentu mempengaruhi pe-rempuan dan laki-laki secara berbeda.

Mengapa Gender Penting dalamPenyediaan Air Minum dan Sani-tasi

Terdapat beberapa fakta pentingyang menjadikan alasan pentingnyamengangkat isu gender diantaranya (i)kaum perempuan merupakan kolektor,pengangkut, pengguna dan pengelolautama air untuk keperluan rumah tang-ga dan sebagai promotor dalam kegiat-an-kegiatan yang berkaitan dengan airdan sanitasi (ii) manfaat yang lebih be-sar dari sekedar kemampuan proyekuntuk menyediakan air dan sanitasiyang baik antara lain berupa

Manfaat ekonomi: Akses yang lebih

LAPORAN UTAMA

Percik April 2007 4

FOTO:DOK/CWSH

Gender dan pendidikan --- Lebih banyak anak perempuan bersekolah ketikaketersediaan air minum meningkat dan ketika tersedia fasilitas jamban yangterpisah bagi anak laki dan perempuan.

Gender dan kesehatan --- peningkatan kesehatan menguntungkan perempuansecara langsung (termasuk kesehatan melahirkan), dan akibatnya higinitasrumah tangga membaik.

Gender dan pekerjaan rumah tangga --- peningkatan ketersediaan air me-ngurangi beban kerja rumah tangga dan memberikan perempuan lebih banyakwaktu bersama anak-anak dan kegiatan ekonomi.

Gender dan pendapatan --- peningkatan ketersediaan air dan mengurangibeban penyakit mengakibatkan lebih banyak waktu bagi perempuan untukbekerja.

Gender dan budaya --- peningkatan ketersediaan air dan fasilitas sanitasimemperbaiki kehormatan, status dan kesempatan perempuan.

Keterkaitan Gender

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

baik pada air akan memberi kaumperempuan waktu yang lebih ba-nyak untuk melakukan aktivitasmendatangkan pendapatan, men-jawab kebutuhan anggota keluar-ga, atau memberikan kesejahtera-an dan waktu luang untuk kese-nangan mereka sendiri. Perekono-mian, secara keseluruhan, dapatpula memberikan berbagai man-faat.

Manfaat kepada anak-anak: Ter-bebas dari pekerjaan mengumpul-kan dan mengelola air yang me-makan waktu dapat membuatanak-anak, khususnya anak pe-rempuan untuk bersekolah. Olehsebab itu, dampaknya diharapkandapat mencapai antargenerasi.

Pemberdayaan terhadap kaum pe-rempuan: Keterlibatan dalam pro-yek-proyek penyediaan air dansanitasi akan memberdayakan ka-um perempuan, khususnya apabilakegiatan proyek tersebut dihu-bungkan dengan kegiatan yangterkait dengan peningkatan penda-patan dan sumber daya produktifseperti kredit.

Salah satu bukti empiris pentingnyapartisipasi perempuan dalam penyedia-an air minum yang selalu dijadikan re-ferensi adalah hasil analisis terhadap121 proyek air minum perdesaan BankDunia. Berdasar hasil analisis ternyatabahwa partisipasi wanita meningkatkankeefektifan proyek dalam bentuk de-sain, implementasi, operasi dan peme-liharaan, dan kehandalan sistem.

Jejak Gender dalam PenyediaanAir Minum dan Sanitasi

Pada pertemuan tingkat dunia ten-tang Pembangunan Berkelanjutan (TheWorld Summit on Sustainable Develop-ment) September 2002, pemimpin du-nia bersepakat untuk memadukan pen-dekatan gender kedalam kebijakan danpraktek pengelolaan air internasional.Kesepakatan ini dituangkan dalam

Deklarasi Politik (Prinsip 18) yaitu "Ka-mi bersepakat untuk memastikan bah-wa pemberdayaan perempuan danemansipasi dan kesetaraan gender dipa-dukan kedalam seluruh kegiatan yangdisepakati dalam Agenda 21, dan Millen-nium Development Goals (MDGs)".

Kesepakatan ini merupakan kelan-jutan dari pernyataan yang dibuat da-lam Konferensi Tingkat Menteri 2001 diBonn, Jerman, bahwa "pengelolaan airseharusnya didasarkan pada pende-katan partisipatif. Baik laki-laki dan pe-rempuan terlibat dan mempunyai kese-

taraan dalam pengelolaan penggunaanair berkelanjutan dan dalam memper-oleh manfaat. Peran perempuan perluditingkatkan dan partisipasinya diper-luas". Pada Forum Air Dunia II (2ndWorld Water Forum) di Hague tahun2000, baik tujuan efisiensi dan keseta-raan dipromosikan melalui penggunaanpendekatan gender.

Pengarusutamaan Gender Pengarusutamaan gender adalah

proses mengukur implikasi bagi perem-puan dan laki-laki dari setiap kegiatan

LAPORAN UTAMA

Percik April 2007 5

Perempuan Afrika dan Asia berjalan rata-rata 6 km untuk meng-ambil air. Sementara perempuan India menghabiskan rata-rata2,2 jam per hari.Ketika fasilitas sanitasi memadai bagi anak perempuan, tingkatkehadiran meningkat. Di Pakistan, lebih dari 50 persen dari anakperempuan yang putus sekolah disebabkan tidak tersedianya fasi-litas jamban di sekolah. Di Bangladesh, penyediaan air dan fasili-tas sanitasi meningkatkan kehadiran anak perempuan sebesar 15persen.Di Tajikistan, anak perempuan memilih tidak hadir di sekolah keti-ka sedang datang bulan, sebagai akibat tidak tersedianya fasilitasjamban.

Tahukah Anda?

FOTO:PRO AIR

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

yang direncanakan, termasuk legislasi,kebijakan dan program di semua ting-katan. Ini merupakan strategi untukmenjadikan kepedulian yang sama ter-hadap perempuan dan laki-laki dalammelaksanakan penyusunan, imple-mentasi, pemantauan dan evaluasi darikebijakan dan program di segala aspek.Singkatnya, pengarusutamaan genderdiartikan sebagai cara untuk memasti-kan bahwa kesetaraan perempuan danlaki-laki terwujud baik dalam perenca-naan, operasi, pemeliharaan, dan pe-ngelolaan program dan proyek.

Dalam penyediaan air minum dansanitasi, pendekatan berbasis ma-syarakat sering mengalami kegagalandalam mencapai tujuan efisiensi dankeberlanjutan program dikarenakankomunitas dipandang sebagai se-kumpulan penduduk dengan kebu-tuhan yang sama tanpa membedakanperempuan atau laki-laki.

Pada kenyataannya, komunitasbukan merupakan kumpulan pendu-duk dengan karakteristik dan ke-inginan yang seragam. Komunitasterdiri dari beragam kelompok yangsaling bersaing. Ketika sumber dayaterbatas maka terjadi persaingan dansebagaimana biasa penduduk miskinterabaikan khususnya perempuan.Penerapan analisis gender akanmembantu pengambil keputusanmengalokasikan sumber daya denganlebih baik tanpa merugikan kelom-pok marjinal.

Ketika disepakati bahwa keterlibat-an perempuan merupakan faktor kritisdalam memastikan tercapainya efisiensidan keberlanjutan penyediaan air mi-num dan sanitasi, pengarusutamaangender menjadi jalan keluarnya. Tentusaja pengarusutamaan gender dalampenyediaan air minum dan sanitasiakan memerlukan langkah strategis, di-antaranya berupa (i) penyiapan datayang mendukung analisis gender beru-pa pemisahan data perempuan dan laki-laki; (ii) mendorong keterlibatan pe-

rempuan dalam pengambilan keputus-an, diantaranya dengan membuat jad-wal kegiatan yang membuat perempuandapat terlibat; (iii) mendorong kerjasa-ma strategis antara Organisasi BerbasisMasyarakat dan Lembaga Swadaya Ma-syarakat dengan komunitas dan peme-rintah daerah dalam penyediaan AMPLdan mendukung pengembangan usahakecil; (iv) meningkatkan kapasitas paraprofesional untuk mengarusutamakangender; (v) keterlibatan swasta dalampenyediaan AMPL perlu mempertim-bangkan aspek gender.

Bagaimana Isu Gender Diterje-mahkan dalam Kebijakan

Pada banyak negara, kebijakannasional penyediaan air minum dan sa-nitasi sebagian besar telah menyebutpentingnya peran wanita dan lebih rincilagi pembagian tanggungjawab antaraperempuan dan laki-laki, walaupun ja-rang ditemukan fokus gender yang leng-kap. Di Uganda, Strategi Gender SektorAir Minum telah diperkenalkan sejaktahun 2003 yang menegaskan keterli-batan perempuan pada seluruh ting-

katan pengelolaan air minum. Contohlainnya yang relatif lebih rinci seperti diLesotho dan Afrika Selatan yang meng-atur proporsi tertentu staf perempuan.Di Republik Dominika, Otoritas Air Mi-num mempersyaratkan setidaknya 40persen dari komite air minum harusperempuan.

Di Indonesia sendiri, isu gendertelah diadopsi dalam salah satu prinsipdasar Kebijakan Nasional Pemba-ngunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat.Dibahasakan sebagai peran perempuandalam pengambilan keputusan.

Kemudian prinsip dasar ini di-terjemahkan oleh masing-masing pe-ngelola proyek AMPL di Indonesia(WSLIC 2, CWSH, Sanimas, Pro Airdan lain-lain). Bentuk implementasidari prinsip ini akan berbeda di setiapproyek (selengkapnya lihat tulisanImplementasi Gender dalam ProyekAMPL di Indonesia). Ada yang secarajelas mensyaratkan proporsi keterli-batan perempuan dalam berbagaikegiatan, sementara lainnya hanyamensyaratkan memberi kesempatanyang sama bagi perempuan. Belumterlihat secara jelas bagaimana kon-sep gender ini akan diterapkan didalam kegiatan penyediaan AMPL diIndonesia.

Pekerjaan Rumah yang Tersisa Ketika pemahaman konsep gen-

der telah dipahami dengan benar,ketika konsep gender telah dituangkandalam kebijakan pemerintah, ketikakonsep gender telah dicoba diimple-mentasikan dalam kegiatan penyediaanAMPL, dan banyak ketika yang lain,maka pertanyaan yang menyeruakadalah apakah konsep gender dalampenyediaan AMPL di Indonesia sudahdalam jalur yang benar?. Pekerjaanrumahnya adalah bagaimana meng-ukurnya? Ini menjadi tugas kita ber-sama, baik perempuan maupun laki-laki. (OM)

LAPORAN UTAMA

Percik April 2007 6

FOTO:PRO AIR

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

LAPORAN UTAMA

Percik April 2007 7

Implementasi Genderdalam Proyek AMPL di Indonesia

Pada hakekatnya baik secaratersirat maupun dalam imple-mentasinya, proyek-proyekAMPL di Indonesia telah men-

coba mengimplementasikan prinsip gen-der.

Proair atau program air yang meru-pakan proyek hibah Pemerintah Jermantelah menekankan secara tersirat salahsatu prinsip dasarnya adalah berorientasipada gender.

Sekretaris Eksekutif Proair Ir. DeniMulyana, M.Kes menekankan perem-

puan memiliki peran sentral dalampenyediaan, pengelolaan dan perlin-dungan air. "Oleh sebab itu, perempuanharus dilibatkan dalam segala pembuatankeputusan yang mempengaruhi penggu-naan air," tegasnya.

Proyek Proair ini mengacu padaKebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat (AMPL-BM) bahwaperempuan mempunyai peran dalampengambilan keputusan.

Salah satu fokus dari proyek WSLIC-2

(Water and Sanitation for Low IncomeCommunities) adalah gender dan kemis-kinan. Melalui proyek ini diperlukanupaya menggugah dan menggali peranperempuan dan masyarakat miskin untukmemperoleh hak dan kewajiban yangsama dalam menyampaikan pendapatdan dalam pengambilan keputusan.

Tidak berbeda dengan CWSH (Com-munity Water Services and Health Pro-ject) yang menjadikan pendekatan gendersebagai salah satu karakter dari proyek.CWSH menempatkan kaum perempuansebagai posisi kunci untuk fasilitator yangdiharapkan keterlibatannya disetiap level.

Sementara pada proyek Sanimas me-mang tidak secara khusus menerapkanpendekatan gender. Tapi pada kenyataandi lapangan, perempuan banyak terlibatdalam setiap tahapan proses pember-dayaan Sanimas seperti tenaga fasilitatordan pengambil keputusan.

Dra. Pimanih, M.Kes, Staf Perenca-naan dan Keuangan Proyek CWSH, me-ngatakan peran penting perempuan,karena mereka selalu berhubungan de-ngan air mulai dari bangun tidur sampaimau tidur kembali dalam hal menyedia-kan air untuk minum, memasak, mandidan mencuci. "Dalam keseharian perem-puan tidak terlepas dari air sebagai salahsatu kebutuhan rumah tangga karenasudah dianggap kodratnya," jelasnya.

Sementara menurut CPMU WSLIC-2Imam Syahbandi, perempuan berperanbesar dalam kesinambungan kegiatansehingga mereka penting menentukanpilihan teknis sarana yang dibangun agarsesuai kebutuhan perempuan dan laki-laki. "Perempuan juga penting untuk ikutdalam penentukan aturan dan sanksipenggunaan dan pemeliharaan air serta

Bicara kesetaraan gender sepertitak ada habisnya. Di satu tempat ada kemajuan

sementara di tempat lain masih adapraktek pemarjinalan peran perempuan.

FOTO:PRO AIR

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

pembayaran iuran operasional danpemeliharaan," tuturnya.

Kesetaraan PeranSebenarnya sudah adilkah peran an-

tara perempuan dan laki-laki dalampemenuhan kebutuhan air bersih dan sa-nitasi? Karena tak hanya di perdesaan sajaperempuan masih dianggap orang rumah-an. Di wilayah perkotaan pun pembedaanstatus sosial dan budaya masih terasa.

Dalam penelitian Proair ditahun 2004tentang pengetahuan, sikap dan praktekdalam pemakaian/pengolahan air khusus-nya terhadap kaum perempuan, hasilnyakaum perempuan banyak terlibat dalammengambil air khususnya bagi merekakalangan ekonomi lemah. Bagi kaumperempuan dengan tingkat ekonomi lebihbaik, yang mengambil air adalah anak-anak dan itu adalah anak perempuan.

Dari yang mengambil air, 27 persenanak perempuan, 41 persen perempuandewasa dan sisanya kaum laki-laki.Sedangkan dari status, baik kaum kaya,sedang dan rendah tetap kaum perempuanyang berperan mengambil air.

Menurut Pimanih atau yang akrab di-sapa Upi, memaparkan masih terjadi keti-daksetaraan kaum seperti pada perte-muan untuk mengambil keputusan ren-cana pembangunan sarana air minum.Kaum laki-lakilah yang kerap diundangkarena dianggap mereka lebih menge-tahui dan mampu mengerjakannya.

"Sementara perempuan dianggaptidak mengetahui tentang pembangunantepatnya hanya untuk mengurus anak danrumah tangga," ujar Upi.

Emah, staf Dep. PU yang sehari-harimenangani Sanimas, menganggap untukmemperoleh air tidak perlu diperde-batkan menjadi tanggung jawab dankewajiban siapa karena kebutuhan dasaradalah milik semua orang. Akan tetapi,menurut Deni, peran yang disediakanuntuk perempuan terkadang kurangdimanfaatkan sehingga perempuan yanghendak terlibat masih ada perasaankhawatir bahwa ini bukan porsi perem-puan atau khawatir berbuat salah karena

selama ini peran itu ada pada kaum laki-laki. Dan pandangan ini yang menjadikantetap adanya rasa ketidakadilan.

Menurut Emah, perempuan harusberperan aktif disetiap tahap pemba-ngunan dimanapun berada sejauh diamampu dan diberi kesempatan. "Tanpaperlu memilih-milih peran karena padakenyataannya perempuan bisa dan mam-pu melakukan dan berperan sebagai apasaja," ujar perempuan yang bekerja seba-gai staf Subdit Air Limbah DirektoratPengembangan dan Penyehatan Ling-kungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya.

Untuk pemenuhan kebutuhan air, lan-jut Emah, seharusnya perempuan menja-di pihak petama yang diutamakan ma-sukan/pendapat maupun kebutuhannya,karena perempuan yang berfungsi sebagaiibu rumah tangga masih menjadi faktorutama penentu keberhasilan sebuah kelu-arga. "Jika ingin generasi penerus yangberkualitas, yang pertama harus dila-kukan adalah mendidik perempuan-perempuan menjadi ibu yang pintar dancerdas," ujarnya.

Usaha dan Konsep Keterlibatan Pe-rempuan

Cara pelibatan perempuan dalampembangunan Sanimas adalah denganmelibatkan mereka dalam setiap kesem-patan tahapan proses pemberdayaanmasyarakat. Hal ini dapat dilihat denganbanyaknya perempuan yang terlibat dise-tiap pembangunan Sanimas di hampirsemua tempat.

Dalam proyek WSLIC-2 proses peli-batan dengan jalan penetapan quota

keterwakilan perempuan dalam setiaplangkah kegiatan dan kepengurusan ke-lembagaan masyarakat (minimal 30 per-sen perempuan), rekruitmen staf, danmengadakan berbagai pelatihan genderdan advokasi gender kepada stakeholderuntuk mensosialisasikan dan mendukungimplementasi pendekatan gender.

Keterlibatan perempuan di CWSHbisa dilihat dalam musyawarah, work-shop, diskusi kelompok. Perempuan di-minta pendapatnya dalam proses, mulaidari perencanaan, pembangunan, peman-faatan, dan perawatan.

Sudah sejak awal ada dukungan danketerlibatan peran perempuan dalampembangunan air minum dan sanitasi diproyek Proair sehingga tinggal mengikutiaturan yang ada dari kegiatannya. "Semua-nya kembali pada kaum perempuan. Apa-kah mau terlibat atau tidak, atau dapat me-manfaatkan kesempatan ini," kata Deni.

Saat ini, pemberdayaan dan peranperempuan dikegiatan Proair baru padatahap keterlibatan atau partisipasi perem-puan dalam setiap langkah. Masih dibu-tuhkan peran yang lebih mendalam lagi.

Imam memaparkan upaya WSLIC-2dalam memberdayakan perempuan danmeningkatkan peran perempuan saat inipada konsep "partisipasi perempuan"yang berpegang pada prinsip "kese-taraan", karena memang belum dilakukanupaya-upaya khusus penguatan untukperempuan. Masih pada keterlibatan dise-tiap kegiatan dan bergeser pada pengam-bilan keputusan.

"Kedepan, pada proyek-proyek yangmenggunakan pendekatan gender dalamimplementasinya selain mengeluarkankebijakan tentang quota, staffing, peranperempuan dalam setiap langkah kegiatanjuga perlu dirancang sejak persiapanproyek untuk penguatan perempuandalam peran pembangunan," paparnya.

Apapun jika pemberdayaan masya-rakat benar-benar diterapkan, makaperempuan akan terlibat dengan aktif dansuaranya akan didengar. Semua ini perlukesadaran dan kedewasaan bersama.Bowo Leksono

LAPORAN UTAMA

Percik April 2007 8

Keterlibatan perempuandi CWSH bisa dilihat dalammusyawarah, workshop,

diskusi kelompok. Perempuandiminta pendapatnya

dalam proses, mulai dariperencanaan, pembangunan,pemanfaatan, dan perawatan.

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

B agaimana Anda melihat pem-bangunan air minum dan sa-

nitasi dilihat dari perspektif gen-der?

Kita lihat fungsi air bersih dan sani-tasi akan mempengaruhi standar danindeks pembangunan manusia yangsudah disepakati di dunia internasionalyaitu Human Development Index (HDI)dan bila dipilah menjadi Gender Deve-lopment Index (GDI) untuk kemudiansecara khusus menjadi indeks pemba-ngunan perempuan di berbagai bidangseperti ekonomi dan pengambilankeputusan.

Menilik Human Development Re-port (HDR) 2006, memang topik uta-manya masalah air dan sanitasi. Karenaternyata kelangkaan air dan masalah

sanitasi memberikan dampak yang sa-ngat signifikan terhadap pembangunansumber daya manusia.

Siapa yang paling menderitabila kebutuhan akan air dan sani-tasi tidak memadai ?

Dari setiap keluarga atau pendudukyang paling menderita karena takmemiliki akses air minum dan sanitasiadalah penduduk miskin. Dan kalaukita lihat siapa sejatinya penduduk yangpaling miskin? Adalah perempuan.Karena kemiskinan di Indonesia adalahberwajah perempuan. Sekitar 84 persendari penduduk miskin adalah perem-puan.

Dalam laporan tercatat satu darilima orang mengalami kesulitan meng-

akses air minum. Sementara untuk sa-nitasi, satu dari dua orang mengalamikesulitan mengakses sanitasi yangbersih dan sehat. Kelangkaan air dansanitasi yang buruk menyebabkan tim-bulnya berbagai penyakit menular.

Jadi permasalahan pengadaan airminum dan sanitasi yang sehat meru-pakan masalah yang perlu kebijakan-kebijakan baik secara lokal maupunnasional untuk menunjang pencapaian-pencapaian standar HDI.

Seberapa penting peran pe-rempuan dalam hal ini ?

Kalau kita perhatikan peran perem-puan dan laki-laki dalam mengakseskebutuhan air minum dan sanitasi yangpaling peduli terhadap masalah ituadalah kaum perempuan. Kaum laki-laki hanya tinggal terima bersih. Airsudah tersedia dalam bentuk apa saja.Air minum, untuk mandi, mencuci dansebagainya. Tapi yang paling peduliadalah perempuan karena mereka sadarhal ini akan meningkatkan kesehatankeluarga terutama melindungi balitadan keluarga dari bermacam penyakit.

Padahal penduduk miskin untukmengakses air minum sangat mahal,perlu perjuangan dengan jalan naik-turun bukit, dan memerlukan waktuyang lama. Sudah harga mahal jumlahsedikit pula. Tenaga mereka habisuntuk mencari air.

Bisa dibayangkan kaum perempuanhilang waktu produktifnya hanya untukmendapatkan akses air minum. Semakinmiskin keadaan, semakin sulit meng-akses air. Oleh karena itu, kita harus

WAWANCARA

Percik April 2007 9

Dr. Surjadi Soeparman, MPH(Deputi Pengarusutamaan Gender Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan)

KAUM PEREMPUAN PALING PEDULI

Kaum perempuan kerap masih diang-gap "orang rumahan" yang hanya berhakmengurus rumah tangga belaka. Semen-tara kaum laki-laki bebas berpendapatdan menentukan langkahnya. Tak jarangkeinginan perempuan yang sejatinyamenjadi kebutuhan penting keluargatidak terealisasikan. Seperti kebutuhanair minum dan sanitasi. Padahal perem-puan adalah kaum yang paling peduli ter-hadap ketersediaan air minum untukkeluarga.

Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan berupaya mengangkat keter-tinggalan perempuan dalam berbagaiaspek, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan dalam proses peng-ambilan keputusan, termasuk kebutuhan air minum dan sanitasi. Bagaimana upayadan langkah kementerian ini? Berikut petikan wawancara Percik dengan DeputiPengarusutamaan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dr. SurjadiSoeparman, MPH.

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

memperhatikan kebutuhan air maupunsanitasi sebagai wujud keutamaan pe-ranan perempuan.

Berarti masih ada ketidakadil-an dalam hal ini ?

Ya jelas. Satu contoh saya pernahmengikuti Musyawarah PerencanaanPembangunan di tingkat desa atau"Musrenbang", sebagai satu sistem pe-rencanaan pembangunan di tingkatbawah. Ada masyarakat yang mewakililaki-laki dan perempuan tapi kita lihatdari forum itu saja jumlah perempuansedikit sekali. Jadi bagai-mana kaum perempuanmenyampaikan aspirasi danharapannya?

Pada waktu itu pimpinaningin mendapatkan satukeputusan. Kaum laki-lakicenderung menginginkanperbaikan jalan desa, semen-tara ibu-ibunya ingin adasumber air minum yangdekat dengan permukimansupaya tidak repot mencariair.

Begitu pengambilan ke-putusan, perempuan yangjumlahnya sedikit ya kalahbersuara. Akhirnya kami berpendapatsupaya aspirasi, harapan, dan kebu-tuhan kaum perempuan turut berperanmulai dari proses perencanaan, harusada pemberdayaan perempuan supayamereka mampu berbicara diforum.

Kepedulian pengambil kebi-jakan?

Kami melihat para pengambil kebi-jakan baik di tingkat lokal, nasional,maupun global, belumlah terasakepeduliannya. Air masih dianggapkomoditas yang tak punya nilai ekono-mi. Padahal kelangkaan air merupakanancaman terhadap sumber daya manu-sia bahkan sampai menimbulkan kema-tian. Dan yang tanpa disadari, kematianitu menimpa anak-anak balita yang jauhlebih besar dari korban peperangan.

Sejauh mana peran Kementeri-an Pemberdayaan Perempuan ?

Salah satu program KementerianPemberdayaan Perempuan meng-upayakan pemberdayaan perempuandalam pengambilan keputusan hinggaakar rumput. Kerap aspirasi dan harap-an perempuan jauh lebih mengarahpada kepentingan kesejahteraan keluar-ga, seperti ketersediaan air minum,jamban, dan sanitasi yang baik, diban-ding aspirasi laki-laki yang terkadangkurang relevan. Di sinilah arti pentingperan perempuan agar mampu me-

nyampaikan aspirasi dalam musyawa-rah pembangunan desa.

Caranya?Kelemahan kami memang tidak

mempunyai kemampuan kegiatan hing-ga akar rumput. Unit kerja kami terda-pat di tingkat provinsi seperti biro ataubadan dan bagian pemberdayaanperempuan di tingkat kabupaten.

Caranya ya bekerjasama denganorganisasi perempuan, LSM, dan berba-gai donor yang mempunyai strukturorganisasi sampai tingkat akar rumput.Pada tataran kebijakan bekerjasamadengan departemen-departemen teknismaupun satuan perangkat kerja di dae-rah pada tataran operasional.

Sebenarnya apa faktor penye-

bab ketimpangan ini?Ketimpangan peran antara laki-laki

dan perempuan tidak terlepas dari per-tama; faktor sosial budaya. Hal yangselama ini mengatakan perempuanadalah orang rumahan atau orangkedua yang kerap terpinggirkan dariperan-peran di berbagai bidang. Keduafaktor pendidikan. Ini penyebab perem-puan tertinggal dengan laki-laki. Danyang ketiga faktor kemiskinan yangsemakin memarjinalkan kaum perem-puan.

Padahal bila perempuan dilibatkandalam proses pengambi-lan keputusan denganjalan ikut bersuara, ber-aspirasi atau berpenda-pat, dan bisa bernegosiasidi tingkat rembug desa,maka suara perempuanakan bisa menggolkanrencana pembangunanyang lebih penting sepertipenyediaan air minumdan sanitasi sehat.

Peran perempuan ha-rus didengar suaranyakarena yang paling pe-duli. Karena itulah kitaharus melibatkan perem-

puan dalam pembangunan air minumdan sanitasi melalui keputusan-keputusan perencanaan pembangunandi tingkat desa.

Jadi apa yang harus dilakukan?Ya harus melihat sejauh mana kese-

taraan antara kaum perempuan dankaum laki-laki. Apakah keberpihakanprogram kegiatan sampai penganggaransudah memberikan akses yang setara?Apakah sudah memberikan partisipasiyang setara? Pengambilan keputusanyang setara? Dan apakah memberikanmanfaat yang setara pula?

Bila kesetaraan itu sudah terjadi,maka kita bisa katakan bahwa kebijak-an program kegiatan sampai anggarandari sektor pembangunan terkait, sudahresponsif gender. Bowo Leksono

WAWANCARA

Percik April 2007 10

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Dalam rangka pelaksanaan de-sentralisasi dan terseleng-garanya otonomi daerah, pe-

merintah telah menganggarkan danayang bersumber dari APBN yang dialo-kasikan kepada daerah untuk mendanaikebutuhan daerah yang kemudian dise-but sebagai Dana Perimbangan. Dengandemikian pemerintah mengharapkanadanya hubungan yang teratur secaraadil dan selaras dalam hal keuangan,pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumber daya lainnyabaik antara pemerintah pusat danpemerintah daerah maupun antarpemerintah daerah itu sendiri.

Dana perimbangan tadi terdiri atasDana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus. Pada prinsip-nya ketiga dana tadi sama-sama ditu-jukan bagi pendanaan kegiatan-ke-giatan atau kebutuhan di daerah, se-dangkan letak perbedaannya adalahlingkup kegiatan yang akan didukungsetiap dana tadi.

Untuk Dana Alokasi Khusus (DAK),dana tersebut dialokasikan kepadadaerah tertentu dengan tujuan mem-bantu mendanai kegiatan khusus yangmerupakan urusan daerah dan sesuaiprioritas nasional. Daerah tertentutersebut merupakan daerah yang dapatmemperoleh DAK setelah memenuhipersyaratan kriteria umum, kriteriakhusus, dan juga kriteria teknis.

Sedangkan yang termasuk dalamkegiatan khusus adalah kegiatan yangditetapkan pemerintah yang menguta-makan kegiatan pembangunan, peng-

adaan, peningkatan, serta perbaikansarana dan prasarana fisik pelayanandasar masyarakat dengan umur ekono-mis yang panjang, termasuk sarana fisikpenunjang. Pelayanan dasar ini me-liputi bidang pendidikan, kesehatan,infrastruktur (jalan, irigasi, dan airbersih), kelautan dan perikanan, per-tanian, prasarana pemerintahan dae-rah, dan lingkungan hidup.

Alokasi DAK untuk Air Bersih danSanitasi

Sebagai salah satu bentuk pelayanandasar terhadap masyarakat tadi, pem-bangunan infrastruktur di sektor airbersih dan sanitasi pun menjadi salahsatu kegiatan yang mendapat suntikandana dari DAK. Hal ini tercantumdalam Peraturan Menteri Keuangan No.128/PMK.07/2006 tentang PenetapanAlokasi dan Pedoman Umum Penge-lolaan Dana Alokasi Khusus TahunAnggaran 2007.

Berdasarkan peraturan tersebut, padatahun 2007 ini sektor air bersih dan sani-tasi mendapat alokasi sebesar

Rp 1.062.370.000.000,- atau sebesar 6,21persen dari keseluruhan anggaran untukDAK Non Dana Reboisasi tahun ini yangmencapai Rp 17.094.100.000.000,-.Dan yang dimaksud dana reboisasi tadiadalah dana yang dipungut daripemegang izin usaha pemanfaatan hasilhutan dari hutan alam yang berupakayu yang kemudian dana tersebutdigunakan dalam rangka reboisasi danrehabilitasi hutan.

Porsi yang didapat sektor air besihdan sanitasi mungkin tidak terlalu besarjika dibandingkan total DAK Non DRyang dianggarkan pemerintah. Hal inidikarenakan pendanaan sektor airbersih dan sanitasi belum menjadibidang tersendiri sehingga masih harusberbagi dengan jalan dan irigasi sebagaibagian dari pembangunan bidang infra-struktur.

Namun jumlah proporsi tadi seti-daknya masih mengalami peningkatanjika dibandingkan dua tahun sebelum-nya dimana pada tahun 2005 air bersihdan sanitasi mendapat porsi sebesar5,07 persen dari DAK Non DR dan padatahun 2006 sebesar 5,25 persen.Bahkan sebelum tahun 2005 sektor airbersih dan sanitasi belum mendapatalokasi dana dari DAK.

Dalam dua tahun terakhir sejak2005, setiap tahunnya sektor air bersihdan sanitasi terus mengalami pe-ningkatan proporsi dimana pada tahunini meningkat 0,96 persen dari tahunsebelumnya dan peningkatan tersebutcukup signifikan jika dibandingkan pe-ningkatan yang terjadi pada tahun 2006

PERATURAN

Percik April 2007 11

Dana Alokasi Khusus Prasarana Air Bersihdan Sanitasi dalam Peraturan Menteri

Keuangan No. 128/PMK.07/2006

Untuk Dana Alokasi Khusus(DAK), dana tersebut

dialokasikan kepada daerahtertentu dengan tujuan

membantu mendanai kegiatankhusus yang merupakan urusan

daerah dan sesuaiprioritas nasional.

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

yang hanya 0,18 persen dari tahun2005. Melihat kondisi tersebut seti-daknya dapat sedikit mengikis rasa pe-simis terhadap upaya pemerintah dalammemenuhi pelayanan dasar masyarakatkhususnya bidang air bersih dan sani-tasi.

Pengalokasian DAK untuk bidanginfrastruktur khususnya air bersih dansanitasi bertujuan meningkatkan ca-kupan dan kehandalan pelayanan airbersih dan sanitasi. Lebih rinci lagipengalokasian tersebut dilakukan untukmembiayai kegiatan-kegiatan yangberkaitan dengan penanganan pra-sarana dan sarana air bersih yangdiarahkan untuk kegiatan perbaikan,peningkatan dan pembangunan barusistem prasarana air bersih bagimasyarakat pada daerah rawan airbersih dan kekeringan di perdesaan danperkotaan serta penanganan prasaranadan sarana sanitasi yang diarahkanuntuk kegiatan perbaikan, peningkatandan pembangunan prasarana dansarana sanitasi untuk daerah-daerahrawan sanitasi di perdesaan dan perko-taan.

Daerah Penerima DAK Untuk mendapatkan alokasi dana

dari DAK maka setiap daerah harusmemenuhi kriteria-kriteria yang telahditentukan. Kriteria tersebut terdiri darikriteria umum, khusus, dan teknis. Ber-dasarkan kriteria umum, pengalokasianDAK diprioritaskan untuk daerah-dae-rah yang memiliki kemampuan fiskalrendah atau di bawah rata-rata nasio-nal. Kemampuan tersebut didasarkanpada selisih antara realisasi PenerimaanUmum Daerah (Pendapatan Asli Dae-rah, Dana Alokasi Umum, dan DanaBagi Hasil) dengan belanja PegawaiNegeri Sipil Daerah pada APBD TahunAnggaran 2005.

Sedangkan secara khusus, daerahyang dapat menerima alokasi DAKadalah daerah-daerah pada wilayah ter-

tentu yang memiliki karakteristikdan/atau berada di wilayah (a) ProvinsiPapua yang merupakan DaerahOtonomi Khusus; (b) daerah pesisir dankepulauan, daerah perbatasan dengannegara lain, daerah tertinggal/terpencil,dan daerah yang masuk kategori keta-hanan pangan, serta daerah pariwisata;(c) daerah rawan banjir/longsor, daerahpenampung transmigrasi, daerah yangmemiliki pulau-pulau kecil terdepan,daerah yang alokasi DAU-nya dalamtahun 2007 tidak mengalami kenaikan,daerah rawan pangan dan/atau ke-keringan, daerah pascakonflik, dan dae-rah penerima pengungsi.

Kriteria teknis berbeda untuk setiapbidangnya dimana untuk bidang infra-struktur air bersih dan sanitasi kriteriayang harus dipenuhi daerah penerimaDAK dirumuskan oleh Menteri Pe-kerjaan Umum. Kriteria teknis tersebutmempertimbangkan (a) jumlah desadan kelurahan (dinyatakan dalam satu-an desa/kelurahan); (b) jumlah desadan kelurahan rawan air bersih(desa/kelurahan); (c) jumlah penduduk(jiwa); (d) tingkat/cakupan pelayananair limbah (persentase jiwa); (e)tingkat/cakupan pelayanan persampah-an (persentase jiwa); (f) luas genangandi kabupaten/kota (ha); (g) luaskawasan kumuh di kabupaten/kota(ha); dan (h) Indeks Kemahalan Kon-struksi (IKK).

Kewajiban Daerah Penerima DAKSetelah ditentukan sebagai daerah

penerima DAK, daerah juga mempu-nyai kewajiban menyediakan DanaPendamping sekurang-kurangnya 10persen dari nilai DAK yang diterimanyauntuk mendanai kegiatan fisik. Yangdimaksud kegiatan fisik adalah kegiatandiluar kegiatan administrasi proyek,kegiatan penyiapan proyek fisik, kegiat-an penelitian, kegiatan pelatihan, ke-giatan perjalanan pegawai daerah, dankegiatan umum lain yang sejenis.Kewajiban penyediaan Dana Pendam-ping tadi untuk menunjukkan sejauh manakomitmen daerah terhadap kegiatan yangdidanai dari DAK. Namun terdapat daerahtertentu yang terlepas dari kewajibanpenyediaan Dana Pendamping yaitu dae-rah yang selisih antara penerimaan umumAPBD dan belanja pegawainya sama de-ngan nol atau negatif.

Dalam pelaksanaan program DAK,melalui Menteri Perencanaan Pem-bangunan Nasional dan Menteri Teknispemerintah pusat melakukan peman-tauan dan evaluasi terhadap peman-faatan dan teknis pelaksanaan kegiatanyang didanai dari DAK. Sedangkanuntuk pengelolaan keuangan DAK,pemerintah menugaskan MenteriKeuangan untuk melakukan peman-tauan dan evaluasinya. Selain kewajibandi atas, daerah pun mempunyai kewa-jiban dalam menyampaikan laporan tri-wulan yang memuat laporan pelak-sanaan kegiatan dan penggunaan DAKkepada Menteri Keuangan, MenteriTeknis, dan Menteri Dalam Negeri.Keterlambatan atau tidak dilaksanakan-nya penyampaian laporan tersebut akanmerugikan daerah sendiri denganditundanya penyaluran DAK. Melaluipengaturan-pengaturan yang telah dije-laskan sebelumnya, diharapkan penga-lokasian DAK dapat berjalan secaraoptimal dalam mendukung pemba-ngunan di daerah yang juga menjadiprioritas nasional. Afif Nu'man

PERATURAN

Percik April 2007 12

Kriteria teknis berbedauntuk setiap bidangnyadimana untuk bidang

infrastruktur air bersihdan sanitasi kriteria yang

harus dipenuhi daerahpenerima DAK

dirumuskan oleh MenteriPekerjaan Umum.

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 13

Saya berpendapat, Kamal Karr-seorang asal Bangladesh yangmelahirkan model pembangun-

an jamban yang sepenuhnya dilaksa-nakan oleh masyarakat (CommunityLed Total Sanitation). Dia adalah seo-rang pragmatis. Dia tidak mau terikatpada salah satu kutub paradigma ilmusosial tetapi cenderung meleburkannyamenjadi perangkat untuk membuatrekayasa sosial (social engineering) gu-na sebesar mungkin meningkatkankesejahteraan masyarakat. Dia tidakpeduli bahwa dikalangan ilmuwansosial terjadi polarisasi tajam, yangmasing-masing mengibarkan benderamahzabnya, berkelompok secara eks-klusif dan jarang bertemu pendapatdalam forum yang sama.

Diakui atau tidak upayanya mema-nipulasi kaidah-kaidah ilmu sosial un-tuk rekayasa mempengaruhi dan meng-ubah perilaku, sangat berhasil. Pene-rapan di beberapa daerah di Indonesiamenunjukkan kinerja yang sangat baik.Bagaimana tidak? Dalam waktu relatifsingkat, perilaku penduduk yang biasaBAB (buang air besar) di sembarangtempat, bisa berubah. Jamban rumahtangga dengan model yang dikem-bangkan sendiri oleh penduduk, dalamhitungan bulan bisa terbangun, dan ca-kupan pengguna jamban meningkat sa-ngat pesat, meroket mencapai 100 per-sen. Hal yang belum pernah terjadi sela-ma ini. Peristiwa yang sangat fenome-nal ini, tentu saja sangat menarik.Bagaimana menjelaskannya?

Kinerja di beberapa daerahDi Indonesia, CLTS sudah diterap-

kan di berbagai daerah, seperti bebera-pa desa di Kabupaten Sambas (Kali-mantan Barat), Muaro Jambi, (Jambi),

Bogor, Lombok Barat, dan sebagainya.Hampir semua daerah yang telah me-nerapkan model itu berhasil menak-jubkan, bukan saja kecepatan serapandan pertumbuhan cakupannya tetapijuga pengembangan sendiri model sa-nitasi dasar oleh masyarakat dan kese-diaan masyarakat untuk secara bersa-ma-sama mengubah perilaku dan me-negakkan kontrol sosial dengan berba-gai cara.

Penerapan prinsip-prinsip CLTSjuga sangat konsisten. Beberapa prinsiputama tersebut antara lain bisa di-abstraksikan sebagai berikut.

1. Tanpa adanya subsidi dan masukandari luar, baik berupa pendanaanstimulan, material maupun modeljamban

2. Adanya proses pemicuan untukmenggoncang (membuat shock)tingkat kesadaran dan perasaan

masyarakat sasaran bahwa selamaini mereka telah berperilaku danberpandangan keliru .

3. Adanya komitmen pribadi untuksegera mengubah pandangan danperilakunya.

4. Fasilitasi disampaikan denganbahasa yang lugas, cenderung ka-sar, tidak mempertimbangkan belaskasihan.

5. Asumsi dasarnya masyarakat maudan mampu membebaskan dirinyadari masalah BAB di sembarangtempat.

Konsistensi terhadap prinsip terse-but, tampaknya yang justru menjadiandalan untuk keberhasilan pemba-ngunan sanitasi dasar model CLTS. Be-berapa desa uji coba di Indonesia, adayang dinyatakan diskualifikasi dandikeluarkan dari keikutsertaan dalamuji coba karena adanya belas kasihpemerintah (desa) yang mencoba mem-berikan masukan (dana) ke masyarakatagar sasarannya segera tercapai, ma-

MENGAPA CLTS BERHASIL?(Tinjauan dari Perspektif Ilmu Sosial)

Oleh: Alma Arief *)

FOTO: DOK/POKJA AMPL

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 14

syarakat segera membangun jambandan cakupannya segera mencapai 100persen. Masukan dari luar seperti itu, jus-tru yang dihindari karena tidak selarasdengan prinsip memandirikan masyara-kat model CLTS dan bahkan akanmenumbuhkan rasa ketergantungan.

Cikal Bakal di IndonesiaDengan segera, setelah uji coba

menunjukkan keberhasilannya, berba-gai komunitas yang selama ini menun-jukkan kepedulian pada upaya penang-gulangan masalah BAB di sembarangtempat dan peningkatkan kesehatandan kesejahteraan, terguncang dancukup takjub, layaknya sebuah capaianspektakuler yang belum pernah terwu-jud. Benarkah?

Apabila bicara dalam tataran angka(statistik), capaian pembangunansanitasi di Indonesia selama inimemang lebih merupakan ungkapankesedihan. Persentase penduduk yangmemiliki jamban masih rendah ataudengan kata lain persentase yang BABdi sembarang tempat masih tinggi.

Di manakah mereka BAB selamaini? Di sungai, di kebun, di ladang, diselokan, di semak-semak, dan seba-gainya. Pendeknya di sembarang tem-pat. Karena kondisi yang mempri-hatinkan itu, istilah WC bagi merekakemudian menjadi suatu satire me-nyedihkan. Ada di antaranya yang me-namainya "WC terbang" untuk menye-but perilaku BAB di kantong plastik danmembuangnya (melemparkan) ke tem-pat sampah, "WC Putar" merujuk pe-rilaku BAB di semak-semak atau balikpohon, dan bergerak memutari semakatau pohon bila kebetulan dipergokiorang lewat, "WC bergerak/pindah"untuk menyebut perilaku BAB di kebunsambil membawa pentungan untukmengusir anjing ataupun babi yangakan memangsa feses,"WC plung lap"mengacu BAB di sungai, dan sebagai-nya. Ada plesetan yang mengganti na-ma WC leher angsa menjadi WC leherbabi atau leher anjing, karena babi dan

anjing itulah yang berperan sebagailatrine. Ada lagi sebutan "WC helikopteratau hanging latrine" untuk merujuktempat BAB berbentuk kotak daripapan yang berada di atas sungai.

Jumlah penduduk yang berperilakuseperti itu jutaan. Pembangunan sani-tasi dengan sistem dana stimulan yangdidorong pemerintah, tumbuh sangatlambat, atau bahkan jalan di tempat.Hal itu karena lemahnya kemauan ma-syarakat untuk beradaptasi, mengubahperilaku mereka yang memang sudahmembudaya. Data penelitian menun-jukkan bahwa rentang waktu mulai saatseseorang mengenal jamban sampai diamau membangun jamban di rumahnyabergerak antara: 5-33 tahun, rentangwaktu yang sangat panjang. Itulah ki-nerja pembangunan yang menyedihkanbila dilihat dari aspek angka-angka.Disayangkan, bahwa pelaksana pemba-ngunan kurang mau belajar dari penga-laman (lesson learned) yang ada, dancenderung memaksakan model yangmereka rancang. Padahal, ada beberapapelaksanaan pembangunan sanitasidasar yang hasilnya cukup spektakuler,yang seharusnya bisa memberi inspirasiuntuk dikembangkan di tempat lainnya.Jangan-jangan Kamal Khar justru ter-inspirasi dari beberapa kasus di In-donesia, menangkap substansinya, danmenyintesanya menjadi model CLTStersebut.

Benarkah di Indonesia tidak pernahada model yang bisa menghasilkancapaian seperti itu, dan benarkahmasyarakat sasaran program lambatmerespon gagasan yang bermaksudmeningkatkan kesejahteraannya? DiDesa Piyangang, Desa Syawal (JawaTengah), Desa Margahayu, Neglasari,Gunung Sari, Sumur Gintung,Kabupaten Subang (Jawa Barat) danjuga di Lewoloba, Kab. Flores Timur,pembangunan sanitasi dasar pernahmembuahkan hasil yang cukup me-nakjubkan juga.

Di Desa Piyangang, Kabupaten Se-marang, capaian pemilikan jamban

mencapai 100 persen, hanya dalamwaktu beberapa tahun. Ada beberapametode yang dikembangkan fasilitatorkesehatan dari Puskesmas yang mem-fasilitasi masyarakat desa ini, antaralain:

Memanipulasi kasih sayang orangtua kepada anak-anaknya, dengancara menyalurkan bantuan stimu-lan melalui anak-anak sekolah. Disini pesan hidup bersih dan sehat,dan penyampaian bantuan stimu-lan disampaikan melalui guru yangtahu persis siapa muridnya yangtidak memiliki jamban.Di sekolah, setiap kelas memilikiWC sendiri, di dalam kelas terdapatwashtafel, dan di halaman diba-ngun taman sekolah. Setiap tahundilaksanakan lomba kebersihandan keindahan sarana kesehatantersebut.Di Desa Piyangang ini, pesan hidupbersih dan sehat juga dititipkankepada ustad (guru ngaji) yangakan menyampaikan kepada jama-ahnya, dan juga melalui perkum-pulan PKK.

Hasilnya menakjubkan. Dalam wak-tu relatif singkat semua rumah tanggatelah memiliki jamban. Padahal padawaktu sebelumnya mereka yang tidakpunya jamban, BAB di selokan. Jambanyang mereka bangun biaya pembangun-annya jauh melampaui bantuan stimu-lan yang diberikan, bahkan ada yangmencapai nilai jutaan rupiah. Di siniperan guru dalam memberi wawasanPHBS sangat kuat, dan juga metodeyang secara halus "mempermalukan"seorang murid dihadapan teman-temannya sangat efektif. Murid yangtidak punya jamban dan karenanyamasih BAB di sembarang tempat, men-jadi kekuatan penekan bagi para orangtua, yang karena rasa sayang kepadaanaknya segera membangun jambanagar anaknya tidak merasa malu.

Di Desa Syawal, Banjarnegara,Jawa Tengah, metodenya lebih simpel.Di desa yang semula penduduknya BAB

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 15

di selokan, dan karena setiap musimkemarau menebarkan aroma menge-rikan karena selokannya kering, dalamwaktu hanya beberapa tahun, sudah ter-bebas dari BAB di sembarang tempat(selokan). Di sini metodenya lebih me-nekankan pada peran guru agama, pen-didikan sekolah (Muhammadiyah) danfasilitator desa. Identitas desa yang sa-ngat memalukan karena menebarkanbau kotoran manusia di musim kema-rau, dijadikan isu untuk dibebaskan me-lalui forum pengajian, pendidikan seko-lah, dan juga penerangan oleh fasilitatordesa. Karena prestasinya, fasilitatordesa sering dikirabkan dalam kegiatannasional untuk memberikan penjelasankeberhasilannya dan atau belajar daridesa lainnya.

Di Desa Lewoloba, Flores Timur,prestasi membangun jamban yangspektakuler dicapai melalui metode pe-maksaan dan pemberian sanksi yangmemberatkan secara ekonomi, danmemalukan secara sosial. Pada saat de-sa ini dipimpin seorang mantan (pen-siunan) tentara, maka salah satu yangdiprioritaskan adalah mendorong pem-bangunan jamban. Di bawah kepemim-pinannya masyarakat dipaksa mem-bangun jamban sehingga dalam waktusingkat 100 persen penduduk memilikijamban. Pemaksaan dilakukan denganbenar-benar menerapkan sanksi ekono-mi dan sosial bagi yang tidak memi-likinya. Di upacara 17 Agustus, pen-duduk yang tidak memiliki jamban diu-mumkan, dan didenda membayar duaekor ayam atau satu ekor anjing. Tidakada fasilitator desa, yang ada adalahpemaksaan dan penegakan sanksisecara tegas.

Di Desa Neglasari, Gunung Sari,Margahayu, Sumur Gintung, Subangmetodenya sangat normatif mengikutimodel fasilitasi partisipatori secara in-tensif. Beberapa fasilitator dari YayasanPradipta Paramitha, mengajak pendu-duk untuk melakukan FGD sekitar pem-

bangunan sarana jamban. Fasilitasi be-nar-benar dilakukan secara intensif se-hingga penduduk memahami mengenaiapa kerugian/risiko-risikonya BAB disembarang tempat, apa keuntungannyamembangun dan menggunakan jam-ban, dan sebagainya. Dalam waktu sing-kat, karena fasilitasi intensif tersebut,hampir semua rumah tangga telah me-miliki jamban sendiri.

Pelajaran yang bisa dipetik daribeberapa kasus tersebut adalah :

Perlu adanya penyadaran melaluipendidikan formal maupun nonformal. Mentranformasikan penge-tahuan untuk mengubah perilaku,melalui: guru ngaji, fasilitator desa,fasilitator dari Puskesmas, gurusekolah, dan sebagainya.Memberikan sanksi ekstrinsikdalam bentuk barang atau uang.Memberikan sanksi sosial denganmengumumkan kepada masyarakat.Memberikan sanksi (intrinsik) se-perti rasa malu, rasa terbelakang,dsb.Memberikan penghargaan (ekstrin-sik) bagi yang berprestasi (lombaantarkelas)Memberikan penghargaan (intrin-sik) berupa penerimaan sosial,harga diri, dsb.Melakukan tekanan melalui kekuat-an kelompok yang berpengaruh(anak-anak mereka sendiri yangmasih sekolah dasar).Melakukan tekanan dan penegakanaturan melalui kekuatan yangmampu memaksa (kepala desayang juga mantan tentara).

Faktor Pemicuan Suatu hal yang istimewa dari model

CLTS adalah dramatisasi proses pe-nyadaran masyarakat, yang mampumembuat masyarakat dalam sekejapmemahami (memiliki pengetahuan)mengenai kerugian berperilaku BAB disembarang tempat dan juga keun-

tungannya bila BAB di jamban yanghigienis. Dalam teori pengembanganorganisasi pada bagian yang membahasplanned change, istilah pemicuan lebihbersesuaian dengan istilah unfreezingdari model perubahan terencana yangdibuat Lewin, ketimbang dua modellainnya yaitu: action research model,dan contemporary action researchmodel, yang secara luas dikenal dalamteori pengembangan organisasi. Padafase unfreezing, terjadi proses transfor-masi psikologis, di mana terjadi pem-bongkaran pengetahuan mengenai peri-laku apa yang diinginkan dan perilakuapa yang tidak diinginkan. Dalam skalamasa, proses ini kadang kala menim-bulkan ketegangan antara kelompokyang menginginkan perubahan denganyang tidak.

Dalam model CLTS, proses penya-daran didramitisasi sedemikian rupasehingga benar-benar mampu membuatshock dan membuka wawasan masya-rakat. Dengan peragaan membuat petasosial untuk mengidentifikasi sebaranpermukiman dan siapa yang BAB di sem-barang tempat, peragaan dengan me-nawarkan siapa yang bersedia memi-num air yang terkontaminasi tinja de-ngan menawarkan segelas air yang di-bubuhi sedikit tinja, dan dengan meng-hitung kuantitas tinja yang merekabuang sehari-hari yang mencemarilingkungan sekitar, dan melakukantransek ke tempat-tempat mereka biasaBAB sembarangan, telah benar-benarmampu mengguncang kesadaran danperasaan masyarakat (aspek affectivedan cocnitive). Di sinilah proses pe-nyadaran yang disebut pemicuan itu.Masyarakat tersadar bahwa selama inimereka telah hidup secara tidak sehat,setelah mereka memperoleh penjelasanmengenai bagaimana polutan yang se-cara kuantitatif sangat besar, bertebar-an di sekitar mereka dan melalui berba-gai proses polutan tersebut akan mence-mari makanan dan minuman, yang

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 16

akhirnya masuk ke perut manusia.Di saat masyarakat dalam kondisi

shock karena proses penyadaran yangsingkat dan sedang dalam perasaanbersalah berat, mereka secara bersama-sama diminta komitmennya mengubahperilaku dengan membuat jamban.Peserta pertemuan diminta mem-berikan tepuk tangan setiap ada indi-vidu yang memberikan nama dankomitmennya, dan kepada merekadiberikan julukan pahlawan peloporperubahan perilaku BAB.

Pada sesi akhir tahap pemicuan,masyarakat telah memiliki rencanakerja membuat jamban. Dipandu fasili-tator, masing-masing yang hadir akanmemberikan informasi nama, dankapan akan menyelesaikan pembuatanjamban. Kelompok masyarakat yangtelah memberikan komitmen tersebutakan menjadi pelopor perubahan peri-laku, dan akan menjadi kelompok pe-ngontrol perubahan yang berjalan te-rus-menerus, sehingga bagaikan bolasalju yang semakin membesar, akhirnyapeserta akan mencapai 100 persen.

Tahap yang juga menentukan darimodel CLTS adalah penegakan kontrolsosial. Variasinya sangat beragam. Adayang menggunakan anak-anak sebagaipasukan pengintai, yang secara lang-sung akan menginformasikan kepadapenduduk bila melihat orang BAB disembarang tempat. Ada yang membuatnyanyian untuk mempermalukanorang-orang yang BAB di sembarangtempat, dan sebagainya. Inilah bentukhukuman yang efektif dan membuatjera, lebih efektif dari hukuman dendamateri.

Perspektif Ilmu SosialTelah disampaikan, Kamal Karr

tidak peduli pada polarisasi paradigmailmu sosial, dan cenderung meleburnyauntuk rekayasa sosial (social engineer-ing) guna kemaslahatan masyarakat.Padahal di dalam ilmu sosial terdapatpolarisasi yang masing-masing me-ngibarkan bendera mahzabnya.

Di satu kubu berdiri kokoh ilmuwanyang dikonsepsikan sebagai kaum natu-ralis yang menelaah fenomena sosialsecara scientific dengan mengasumsi-kan masyarakat sama dengan benda-benda alam atau obyek ilmu lainnyayang bisa ditentukan keteraturan peri-lakunya, kaidah-kaidahnya, dan kare-nanya bisa terukur menggunakanmetode statistik. Di kutub ini berdirisub-sub kubu seperti: kaum structurefungsionalis, sub-kubu kaum conflictstructuralist yang terpecah lagi menjadikaum structuralist Marxist dan non-Marxist, dan sub kubu kaum beha-viorist.

Sedangkan pada kubu yang lainberdiri kokoh kaum humanis, yang me-mandang manusia sebagai fenomenaunik yang tidak bisa digeneralisasikan,dibuat hukum-hukumnya. Kaum hu-manis menolak keras pandangan kaumnaturalis yang mereduksi nilai manusiamenjadi identik dengan benda-bendaalam lainnya, termasuk binatang.

Model CLTS menggunakan berba-gai kaidah dalam masing-masing para-digma ilmu sosial untuk menyiasatiperubahan perilaku (memanipulasi kai-dah ilmu sosial) tanpa mempedulikanpolarisasi mahzab, yang, sesungguhnya,sangat tajam. Beberapa kaidah yang di-manipulasikan untuk rekayasa CLTS,adalah:

Di manakah komponen-komponenteoritis dari masing-masing mahzab ter-sebut dimanipulasikan untuk rekayasa?Penjelasannya begini:

1. Kontrol sosial : Modelnya berma-cam-macam, ada yang menggunakananak-anak untuk memata-matai orangyang BAB di sembarang tempat, adayang menggunakan lagu-lagu untukmempermalukan orang BAB di sem-barang tempat, dsb.

2. Sosialisasi: Diskusi intensif, dra-matisasi dan peragaan pada saat alihpengetahuan ke masyarakat mengenaihidup yang higienis. Proses ini bilaberhasil akan muncul "nilai dan normabaru" yang merupakan perekat dan

kesepakatan kolektif.3. Penegakan aturan dengan sanksi

yang keras/tegas: Proses ini merupakankelanjutan dari kontrol sosial namunsanksinya lebih konkret dan disepakatibersama.

4. Pada dasarnya introduksi carahidup higienis mengandung aspek kon-flik, yaitu memperebutkan ruang hidupyang higienis. Di satu sisi berdiri kelom-pok yang biasa BAB di sembarang tem-pat yang menganggap ruang bisadipakai semaunya termasuk BAB disembarang tempat. Di sisi lain berdirikelompok pembaharu yang meng-inginkan hidup yang higienis, lingkung-an yang bersih dan sehat.

5. Keutuhan sosial ditegakkan de-ngan coersive power : Penegakan nilaidan norma yang telah terbangun dandisepakati bersama, dijaga bersamadengan memberikan sanksi yang padadasarnya bersifat memaksa/paksaan.Setiap orang harus patuh, atau meneri-ma konsekuensi dianggap tidak ber-adab, dikucilkan, disindir-sindir dalampertemuan, diumumkan dalam pe-ringatan 17 Agustus, dan sebagainya. Inipada dasarnya kekerasan, paksaan,meskipun tidak dalam bentuk keke-rasan fisik,

6. Bila diuntungkan (mendapat im-balan) dalam melakukan kegiatan ter-tentu, maka akan mempertahankanuntuk melakukan kegiatan tersebut.Peserta pemicuan akan memberikankomitmennya mengubah perilaku,karena fasilitator mampu menjelaskandengan segala cara bahwa mereka akandiuntungkan bila hidup secara higienis.Sebaliknya bila tidak berhasil, ma-syarakat tak akan mematuhinya.

7. Manusia akan menghindari ber-perilaku yang tidak mendapatkan im-balan/keuntungan/(reward), atau de-ngan kata lain menghindari hukuman(punishment). Prinsip 6 dan 7, di dalammanajemen disebut kaidah carrot andstick. Di sini manusia memang diasum-sikan seperti binatang yaitu mencariganjaran (carrot), dan menghindari hu-

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 17

kuman (stick). Di dalam CLTS masya-rakat akhirnya akan mematuhi untukmengikuti kesepakatan bersama "nilai-nilai dan norma baru", sebab bila tidakmereka akan mendapatkan hukuman,dipermalukan oleh anak-anak, dijadikanbahan cemoohan, diumumkan ke publik,dan sebagainya. Meskipun hukumannyabukan fisik seperti dicambuk dll.Sedangkan bila mengikuti mereka mem-peroleh keuntungan/ imbalan yaitu: pene-rimaan sosial, perbaikan mutu kesehatan,dan sebagainya.

8. Makna suatu benda atau gejaladidapatkan melalui proses interaksisosial (pengetahuan akan makna bendaatau gejala diperoleh dari interaksi de-ngan pihak lain). Masyarakat selama inimelakukan BAB di sembarang tempatkarena selama ini (dari kecil) memper-oleh pengetahuan dari orang tuanyaatau orang lain di sekitarnya, bahwasungai, kebun, semak, dsb, mempunyaimakna sebagai tempat BAB, tong sam-pah, dsb.

9. Makna benda atau gejala akanberubah melalui interaksi dengan pihak

lain (makna baru suatu benda diperolehdari pihak lain). Dalam CLTS sangatnyata bahwa peserta pemicuan mem-peroleh pengetahuan baru mengenaimakna sungai, kebun, semak semak,dsb. Bahwa tempat-tempat tersebutbukan tempat untuk BAB. Bahwa BABharus dikelola dengan baik agarlingkungan menjadi bersih dan sehat.BAB harus dilakukan di jamban, dansebagainya. Keberhasilan mengintro-duksi makna baru suatu benda ataugejala itu, akan sangat tergantung padakepiawian fasilitator pemicuan.

10. Reaksi terhadap gejala ataubenda tertentu tergantung padapendefinisian mengenai makna bendaatau gejala tersebut (setting of mind).Bila seseorang mendefinisikan bahwasungai adalah tempat pembuangansegala limbah termasuk BAB maka diatidak akan merasa bersalah menggu-nakan sungai sebagai tempat BAB.Namun bila pendefinisiannya sudahberubah sebagaimana pada butir 9,maka dia akan merasa bersalah dantidak menggunakan lagi sebagai tempat

BAB. Perubahan ini menjadi kuat bila diikuti kesepakatan bersama denganmemberikan sanksi (butir 4).

Itulah beberapa prinsip dalam ilmusosial yang dimanipulasikan untukmembuat rekayasa CLTS. Apabilademikian prinsip-prinsip CLTS punpada masa lalu sudah diterapkan diIndonesia, sebagaimana telah diuraikanterdahulu. Kemudian apa yang membe-dakannya sehingga kinerja CLTS begitumenakjubkan, hasilnya bisa meroketmencapai cakupan 100 persen dalamwaktu kurang dari setahun?.

Jawabannya adalah pemicuan yangdi dalamnya terkandung dramatisasipenyadaran masyarakat denganmenanamkan pengetahuan baru, danmendemonstrasikan secara visual, danlangsung meminta komitmen untukmengubah perilaku sekaligus penjad-walan kapan hal itu akan dilakukan.Yang tidak kurang penting adalah kon-trol sosial yang modelnya bisa berma-cam-macam.

*) Konsultan WASPOLA

KAIDAH MAHZAB

STRUCTURE FUNGSIONALIS

Kontrol sosial sebagai

mekanisme pengendalian

penyimpangan perilaku.

Sosialisasi nilai dan

norma untuk meman-

tapkan sistem sosial.

KAIDAH MAHZAB

BEHAVIORIST

Dengan percobaan pada binatang

tertentu disimpulkan bahwa:

"Perilaku manusia mendasarkan

pada prinsip pertukaran/transak-

sional:

1. Bila diuntungkan (mendapat

imbalan) dalam melakukan

kegiatan tertentu, akan mem-

pertahankan untuk mela-

kukan kegiatan tersebut.

2. Akan menghindari perilaku

yang tidak mendapatkan im-

balan/keuntungan/(reward),

atau dengan kata lain meng-

hindari hukuman (punish-ment). Dalam management

disebut prinsip stick and car-rot.

KAIDAH MAHZAB

HUMANIST/INTERACTIONIST

- Setiap benda dan gejala

mempunyai makna tertentu:

Makna suatu benda atau

gejala didapatkan melalui

proses interaksi sosial

(pengetahuan mengenai

makna benda atau gejala

diperoleh dari interaksi

dengan pihak lain)

Makna benda atau gejala

akan berubah melalui

interaksi dengan pihak lain

(makna baru suatu benda

diperoleh dari pihak lain)

Reaksi terhadap gejala

atau benda tertentu ter-

gantung pada pendefi-

nisian mengenai makna

benda tersebut.

KAIDAH MAHZAB

STRUCTURALIST(MARXIST DAN NONMARXIST)

- Penegakan keteraturan sosial

secara kekerasan/paksaan

- Sanksi berat bagi pelanggar

aturan.

- Konflik perebutan sumber da-

ya langka sebagai realitas

sosial

- Keutuhan sosial ditegakkan

dengan coersive power.

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Paparan Kabupaten Pekalonganpada lokakarya nasional Imple-mentasi Kebijakan Nasional

AMPL di Semarang, yang diselengga-rakan awal Februari 2007, sangatmenarik. Di hadapan 70 peserta yangmewakili 50 kabupaten dan 9 provinsi,disampaikan bagaimana KabupatenPekalongan melalui Kelompok KerjaAMPL-nya melakukan pendekatan ke-pada pengelola proyek air minum yangdibiayai Dana Alokasi Khusus padatahun 2006.

Kepedulian Kelompok Kerja AMPLPekalongan diwujudkan dengan upayamaksimal yang dapat mereka lakukan.Dengan menyiapkan masyarakat pene-rima bantuan, diharapkan sarana airminum yang dibangun kontraktor dapatdikelola dengan baik oleh masyarakat.Dengan upaya tersebut, di sebelas desatelah terbentuk badan pengelola saranaair minum yang sebagian disebut"PDAM Desa".

Ketika partisipan lokakarya melaku-kan kunjungan ke desa-desa penerimaproyek tersebut, serangkaian pertanya-an diajukan kepada pengelola dan ma-syarakat. Intinya mereka ingin menge-tahui sejauh mana masyarakat terlibatdalam seluruh tahapan pembangunan,mulai dari perencanaan, pelaksanaan,dan pengelolaan. Diperoleh kesan bah-wa partisipasi masyarakat memang ada,tetapi masih terbatas, hanya dimulai ke-tika proyek tersebut akan mulai dilaksa-nakan. Masyarakat misalnya diajak ber-bicara ketika menentukan lokasi sumurdalam, tetapi alasan mengapa harusmenggunakan sumur dalam tidak dike-tahui masyarakat. Ketika dalam pelak-

sanaanya ternyata diperlukan pipa dis-tribusi tambahan, kemudian masyara-kat berembuk dan sepakat melakukankontribusi.

Walaupun masih jauh dari prinsippengelolaan berbasis masyarakat-yangkeputusannya berada di tangan masya-rakat-tetapi upaya Kelompok KerjaAMPL Pekalongan dalam pelibatanmasyarakat, perlu mendapat apresiasi.Tampaknya upaya tersebut mem-berikan harapan, terbukti dengan ber-fungsinya sarana yang dibangun.Walaupun demikian, upaya pembinaanperlu terus dilakukan karena sistemyang dibangun sangat sarat teknologi,yang keahliaannya mungkin belum di-miliki masyarakat desa.

Hal menarik dari pengalaman Pe-kalongan adalah adanya persepsi yangkurang tepat terhadap pengelolaandana alokasi khusus. Tampaknyaanggapan yang menonjol bahwakegiatan yang didanai DAK seolah-olahturun begitu saja dari pusat ke daerah,dengan aturan-aturannya yang ketat,yang tidak memungkinkan daerahmelakukan pekerjaan persiapan yangsifatnya nonfisik.

Apabila mekanisme dan aturan DAKini dipahami semua pelaku pemba-ngunan, pemanfaatan dananya dapatlebih optimal. Sesungguhnya dana alo-kasi khusus prosesnya dirancang bot-tom up. Tahap pertama yang dilakukanadalah pemerintah daerah melakukanpengusulan kegiatan yang diajukankepada menteri teknis, untuk proyek airminum dalam hal ini Menteri Pekerjaan

Umum. Kemudian menteri teknismenyampaikan usulan dan kriteriateknisnya kepada Menteri Keuangan.Menteri Keuangan didampingi menteriteknis, Menteri Dalam Negeri, danMenteri Bappenas melakukan pemba-hasan dengan Panitia Anggaran DPR.Menteri Keuangan menetapkan DAKuntuk masing-masing daerah. Nampakjelas bahwa peran pemerintah daerahsangat vital, inisiatif awal berasal daridaerah. Sebaiknya daerah mengusulkankegiatan yang memang dapat dikelolaoleh daerah sendiri, dengan memper-timbangkan kesiapan masyarakat, sertakapasitas pemerintah daerah sendiri.

Dalam PP No. 25 tahun 2005 ten-tang Dana Perimbangan, dinyatakanbahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)adalah dana yang bersumber dari pen-dapatan APBN yang dialokasikan kepa-da daerah tertentu dengan tujuan mem-bantu mendanai kegiatan khusus yangmerupakan urusan daerah dan sesuaidengan prioritas nasional. Kegiatankhusus dimaksud adalah pembangunandan/atau pengadaan dan/atau pe-ningkatan dan/atau perbaikan saranadan prasarana fisik pelayanan dasarmasyarakat dengan umur ekonomisyang panjang, termasuk pengadaansarana fisik penunjang. Secara khususuntuk sektor air bersih, DAK diperun-tukkan bagi kegiatan rehabilitasi, opti-malisasi, dan pembangunan baru sistemprasarana air bersih bagi masyarakatpada desa/kelurahan rawan air bersihdan kekeringan, yang memakai teknolo-gi sederhana diluar jaringan (sistem)PDAM/PAM, dengan cakupan skaladesa/kelurahan yang dikelola masya-

WAWASAN

Percik Desember 2006 18

Belajar dari Pekalongan dalam Optimalisasi DAK Air Bersih

Apapun Sumber Dananya,

yang Penting Perencanaannya

Oleh: Sofyan Iskandar

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

rakat.Ada aturan-aturan yang berkaitan

dengan pengelolaan DAK ini seperti :Daerah penerima DAK wajib men-cantumkan alokasi dan penggu-naan DAK di dalam APBD.Penggunaan DAK dilakukan sesuaidengan Petunjuk Teknis Pengguna-an DAK.DAK tidak dapat digunakan untukmendanai administrasi kegiatan,penyiapan kegiatan fisik, peneliti-an, pelatihan, dan perjalanan dinas.Daerah penerima DAK wajib meng-anggarkan Dana Pendamping da-lam APBD sekurang-kurangnya10% (sepuluh persen) dari besaranalokasi DAK yang diterimanya.

Dana Pendamping digunakan untukmendanai kegiatan yang bersifatkegiatan fisik.

Dari aturan yang ada, jelas sekalibahwa dana alokasi khusus hanya mem-beri ruang bagi kegiatan fisik, tidakuntuk kegiatan-kegiatan pendahuluan,seperti penyiapan masyarakat, pelati-han, dan lain-lain. Bahkan dana pen-damping daerah sendiri pun hanyadialokasikan untuk kegiatan fisik.Pertanyaannya adalah, apakah peker-

jaan persiapan itu tidak perlu adaataukah perlu tetapi tidak boleh meng-gunakan DAK. Padahal tujuan pemba-ngunan tersebut untuk digunakan dandikelola masyarakat pengguna. Hal inibisa dilihat dalam petunjuk teknis yangdikeluarkan oleh Menteri PekerjaanUmum. Untuk pelaksanaan DAK tahun2006, jelas sekali bahwa penyusunanrencana definitif harus memperhatikantahapan penyusunan program, pe-nyaringan, dan penentuan lokasikegiatan yang akan ditangani,penyusunan pembiayaan, serta metodapelaksanaannya. Menurut aturan terse-but, pekerjaan persiapan termasuk didalamnya penyiapan masyarakat meru-pakan kegiatan yang inheren di dalamtanggung jawab pemerintah daerah. Halini dipastikan dalam lampiran peratur-an tersebut yang menilai kemajuanpekerjaan berdasarkan tiga kategori,yaitu i) persiapan terdiri dari kesiapandana pendamping, rencana definitif,surat penetapan, sosialisasi kegiatankepada masyarakat, ii) pelaksanaan ter-diri dari proses tender, kontrak, reali-sasi kegiatan, serah terima, dan paskakegiatan terdiri dari organisasi pengelo-la masyarakat, pemanfaatan.

Jadi jelas bahwa program air bersihdengan DAK merupakan kegiatan yangmemerlukan perhatian mulai dari taha-pan persiapan, pelaksanaan, dan paskakegiatan. Hanya sejauh mana pemerin-tah daerah dapat memilah kegiatanyang langsung didanai DAK dan didanaioleh daerah sendiri sebagai bagiankewajiban daerah dalam pembangunansektor air bersih.

Bayangkan sebuah kabupaten yangsudah memiliki suatu perencanaanpembangunan air minum. Daerah terse-but sudah memiliki prioritas wilayahyang harus dibangun. Ada daerah yangmenjadi sasaran perluasan PDAM, adadaerah yang hanya bisa dibangun sis-tem berbasis pengelolaan masyarakat.Berdasarkan prioritas tersebut, daerah-dalam hal ini kelompok kerja lintasdinas terkait melakukan fasilitasipenilaian kebutuhan untuk wila-yah/desa prioritas. Dengan panduanyang diberikan, desa didorong untukmenyusun perencanaan air minum,yang meliputi; pilihan sumber air, sis-tem pengaliran, mekanisme pelak-sanaan, kontribusi, pengelolaan, danrencana operasi serta pemeliharaannya.Tentu kegiatan-kegiatan tersebutmemerlukan pendanaan yang perludialokasikan dari APBD.

Dari usulan desa-desa kemudianpemerintah daerah mengusulkan pen-danaannya ke berbagai sumber terma-suk DAK misalnya. Sehingga ketikadana tersedia, pada prinsipnya kegiatanfisik sudah dapat dilakukan tanpapenyiapan yang berarti.

Pembatasan penggunaan DAK ha-nya untuk kegiatan fisik, bukan berartikegiatan dapat dilakukan tanpa kegiat-an penyiapan masyarakat. Tetapi ter-sirat di dalamnya agar pemerintah dae-rah sendiri melakukan kegiatan peren-canaan yang komprehensif dan bersifatprogramatik. Untuk itu upaya pemerin-tah Kabupaten Pekalongan dalam mela-kukan kegiatan penyiapan masyarakatuntuk mendukung DAK air bersih didaerahnya perlu mendapat apresiasi.

WAWASAN

Percik April 2007 19

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Kota Batu yang sejak bergulirnyaotonomi daerah tahun 2001,resmi sebagai daerah otonom

terpisah dari Kabupaten Malang. Kotaini dikenal sebagai daerah yang subur,sejuk, dingin dan memiliki peman-dangan yang indah sebagai daerah pari-wisata.

Lebih jauh, masyarakat Kota Batujuga dikenal sebagai peternak sapi pe-rah dan pengusaha kecil seperti tahu,tempe dan ayam potong. Karena itu per-lu perhatian terhadap isu-isu ling-kungan yang diakibatkan limbah peter-nakan dan usaha kecil.

Wujud perhatian itu berupa pening-katan nilai tambah melalui pemanfaat-an limbah cair dan limbah padat (sam-pah) menjadi biogas sebagai bahanalternatif energi pengganti bahan bakarminyak dan pupuk organik.

Potensi Kota BatuKota yang terletak di dataran tinggi

ini terdapat banyak sumber mata air(111 mata air) untuk kecukupan airbersih dan pertanian yang mengalirisebagian wilayah di Jawa Timur.

Potensi ini dirasa cocok untukpengembangan populasi ternak sapiperah sejumlah 6000 ekor yang terse-bar di Kecamatan Bumiaji, Batu, danJunrejo. Disamping usaha kecil tahu,tempe dan ayam potong kurang lebih165 unit yang tersebar di KecamatanBatu dan Junrejo.

Daerah yang memiliki tanah suburdengan iklim dingin dan sejuk sangatmendukung perkembangan bakteri un-tuk biogas dan pupuk organik. Bakteriini diperlukan dalam pemanfaatan lim-bah dari usaha ternak sapi dan usahakecil.

Tinggal bagaimana merubah opinimasyarakat bahwa limbah bukanlahlawan tapi kawan. Ajakan ini berupapemanfaatan potensi limbah cair (tahu,tempe, ayam potong dan ternak) danlimbah padat (sampah) menjadi biogassebagai bahan alternatif energi peng-ganti Bahan Bakar Minyak (BBM) danpupuk organik.

Namun, pemanfaatan limbah iniharus tetap memperhatikan penataansanitasi dan pembuangan limbah.Dengan demikian akan mengurangibeban pencemaran lingkungan dankualitas air tetap terjaga.

Peran Serta MasyarakatDalam setiap program kegiatan yang

menyentuh pada kehidupan masyarakatterlebih dahulu dilakukan sosialisasiagar masyarakat yang menerima pro-

gram bisa mengetahui maksud, tujuandan manfaat dari kegiatan tersebut danmerasa terlibat. Demikian pula dalamkegiatan pengelolaan limbah cair tahu,tempe dan ternak menjadi biogas danpupuk organik.

Aktualisasi program berdasarkanaspirasi masyarakat dan dilakukan se-cara padat karya adalah satu wujud ke-terlibatan masyarakat terutama yangmenerima manfaat secara langsung. Di-perlukan penentuan lokasi Instalasi Pe-ngelolaan Air Limbah (IPAL) digesterbiogas dengan pertimbangan waktujangka panjang dan mensinergikan ke-hendak masyarkat.

IPAL biogas dilakukan secara bersa-ma-sama dari beberapa pemilik kan-dang ternak dan usaha kecil tahu, tempedan ayam potong agar tumbuhkesadaran dan tanggung jawab ber-sama. Dan penyerahan pemanfaatanbiogas dari pemerintah kepada ma-syarakat penerima agar dijaga, dirawat,dipelihara dan dimanfaatkan dengan

WAWASAN

Percik April 2007 20

Limbah Bukan Lawan tapi KawanAplikasi Pemanfaatan Biogas Berbasis Partisipasi Masyarakat

di Kota Batu, Jawa Timur

Oleh: Muji Dwi Leksono, S.H., M.M.

FOTO:ISTIMEWA

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

sebaik-baiknya.

Pemanfaatan TeknologiDalam penanganan limbah cair agar

bisa dimanfaatkan dan memberikanmanfaat terhadap masyarakat diper-lukan rekayasa teknologi tepat gunadengan pertimbangan biaya konstruksimurah (bahan-bahan mudah dicari dantersedia), biaya operasional rendah(tidak memakai tenaga listrik namundilakukan secara kerja bakti kelompok),dan dapat dimanfaatkan dengan mudah(siapa saja bisa melaksanakan danmengoperasikannya).

Sehubungan dengan teknologi tepatguna maka untuk menghasilkan biogasdiperlukan pengujian kandungan BOD5(Biochemical Oxygen Demand - ba-nyaknya oksigen dalam mg/I yang di-perlukan untuk menguraikan benda or-ganik oleh bakteri sehingga jernih se-kali) dan COD (Chemical Oxygen De-mand - banyaknya oksigen dalam mg/Iyang dibutuhkan dalam kondisi khususuntuk menguraikan benda organiksecara kimiawi).

Dalam pembangunan IPAL menjadibiogas menghasilkan gas metan (CH4)sebagai sumber energi alternatif dansekaligus menghasilkan pupuk organikserta dapat menurunkan tingkat pence-maran lingkungan. Dengan indikatorBOD5 dan COD turun sebesar 90 persendan nyala kompor api biru ini menun-jukkan efisiensi panas tinggi.

Hasil yang DiperolehSetiap program kegiatan yang dila-

kukan tentunya mempunyai target yangdiharapkan sebagai bahan evaluasikegiatan yang sama dikemudian hari.Adapun hasil yang diperoleh berupapolusi limbah cair usaha tahu, tempe,ayam potong dan ternak sapi perahakan teratasi karena pengurangantingkat pencemaran dengan indikasiparameter BOD5 dan COD turun 90persen.

Dengan demikian lingkungan tetapbersih, sehat dan menambah estetikakandang karena limbah cair dan padattidak berserakan. Gas methan (CH4)yang dihasilkan dapat dimanfaatkansebagai sumber energi alternatif peng-ganti BBM untuk memasak dan pe-nerangan.

Hasil berupa pupuk slury sebagaipupuk organik siap pakai untuk me-nyuburkan dan menggemburkan ta-

nah mempunyai nilai jual sertabermanfaat dalam menopang per-ekonomian keluarga.

Peningkatan peran serta masyarakatdan pengenalan teknologi tepat gunadalam pengelolaan lingkungan akanmemberikan kontribusi dalam merubahopini negatif terhadap limbah. Bahwalimbah cair dan padat dapat dimanfa-atkan dalam menunjang dan mengu-rangi beban ekonomi masyarakat akibatkenaikan harga BBM, LPG dan listrikmelalui IPAL menjadi biogas sebagaienergi alternatif pengganti BBM.

Masalah lingkungan memang men-jadi tanggung jawab bersama untukmenjaganya karena merupakan modaldan faktor utama dalam mensejahte-rakan masyarakat. Karena itu diper-lukan strategi dalam mewujudkannyaserta kemampuan dan kemauan daripihak pemerintah maupun masyarakatdalam membentuk dan menumbuhkanMasyarakat yang Sadar Lingkungan(My Darling).

WAWASAN

Percik April 2007 21

Setiap programkegiatan yang

dilakukan tentunyamempunyai target yang

diharapkan sebagaibahan evaluasi kegiatanyang sama dikemudian

hari.

FOTO:ISTIMEWA

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 22

Munculnya kasus lingkungandalam hal sampah di berba-gai kota besar di Indonesia

saat ini (Jakarta, Bandung, dan bebera-pa kota besar lainnya), merupakanwujud masih minimnya perhatian parapemangku kepentingan institusi pe-ngelola sistem penanganan sampah ter-hadap kinerja institusi yang dipimpin-nya. Berbagai kasus konflik sosial akibatsampah yang tidak diangkut setiap hari,bocornya bak truk sampah yang meng-akibatkan tetesan air sampah (air lindi)sepanjang jalan, hingga penolakanmasyarakat terhadap keberadaan Insta-lasi Pengolahan Sampah (IPS), meru-pakan beberapa contoh kasus pena-nganan sampah yang tidak diselesaikansecara komprehensif dan tuntas. Sangatdikhawatirkan akan muncul ketidakper-cayaan masyarakat terhadap kinerja insti-tusi pengelola sistem penanganan sampahsehingga bisa merugikan institusi itusendiri. Untuk mencegah hal ini, diper-lukan suatu kajian yang menyeluruh me-ngenai kinerja institusi tersebut, dengantujuan untuk memperbaiki kinerjanya.

Salah satu metode pengukuran ki-nerja yang dapat digunakan adalah Me-tode Balanced Scorecard. Dengan me-tode ini, diharapkan dapat muncul sua-tu simulasi untuk memberikan gambar-an dan akhirnya memberikan re-komendasi untuk memperbaiki kinerjainstitusi itu untuk melayani pelanggan(dalam hal ini masyarakat, selaku pro-dusen sampah).

Pengertian Metode Balanced Sco-recard

Metode Balanced Scorecard perta-

ma kali diajukan oleh Robert S. Kaplan(seorang profesor di Harvard BusinessSchool) dan David P. Norton (seorangpimpinan di US Consultancy) padatahun 1992. Metode ini melakukan pen-dekatan analisis kinerja perusahaan kedalam aspek kinerja internal, aspeksumber daya manusia, aspek hubunganeksternal, aspek keuangan, aspek ke-puasan konsumen (pelanggan), dan as-pek pengembangan usaha. Metode inimerupakan salah satu dari sekian ba-nyak metode pengukuran kinerja insti-tusi, seperti Total Quality Management(TQM) yang juga cukup populer danumum digunakan.

Seiring dengan irama otonomi dae-rah di Indonesia, metode ini akan sa-ngat membantu untuk memberikanpedoman pada pemerintah pusat untukmelakukan pembinaan ke daerah. Pe-merintah pusat akan dapat memberikanmasukan dan pembinaan secara terukurpada tiap daerah, sehingga biaya inves-tasi pemerintah untuk pembinaan dapatlebih efisien dan efektif. Sebagai permi-salan, sangat memungkinkan bahwa in-stitusi di Provinsi A tidak membutuh-kan pembinaan yang serupa denganProvinsi B. Hal ini dikarenakan kinerjainstitusi di Provinsi A sudah lebih baikpada salah satu aspek, namun lemahpada beberapa aspek lainnya. Sebalik-nya institusi di Provinsi B sudah relatifmantap pada tiap aspek dalam kinerjainstitusinya. Tentu saja ini berdampakkepada turunnya biaya investasi untukpembinaan institusi di Provinsi B, yang

dapat dialokasikan pada institusi diProvinsi A.

Aspek Kinerja Internal Aspek kinerja internal umumnya

melakukan pendekatan kinerja substan-si teknik. Pendekatan teknik dalam me-todologi perhitungan sistem penangan-an sampah harus mampu menjawabkebutuhan sistem penanganan sampahdengan benar. Setiap subsistem pena-nganan sampah dalam hal pengumpul-an, pengangkutan, hingga pengolahansampah merupakan hal yang harusdikaji secara mendalam. Kelayakan dankeandalan teknik yang disediakan harusmampu menangani 100 persen sampahsetiap harinya. Selain itu, tingkat keter-jangkauan pelanggan (dalam hal inimasyarakat selaku produsen sampahharus diperhatikan), karena merupakandasar perhitungan biaya retribusi sam-pah sebagai gambaran dari biaya peng-operasian-pemeliharaan-perawatanyang dibutuhkan. Selain itu, peluanginvestasi dalam hal sistem penanganansampah yang akan dibebankan padainstitusi pengelola sistem penanganansampah juga harus terjangkau, namuntetap memperhatikan kelayakan dankeandalan teknik yang disyaratkan.

Sebagai permisalan, ketidakterkum-pulan sampah 100 persen setiap ha-rinya, ketidakterangkutan sampah 100persen setiap harinya, serta ketidaktero-lahan sampah 100 persen setiap hari-nya, sudah pasti akan memberikangambaran rendahnya kinerja institusiditinjau dari aspek ini. Selain kuantitasdari sistem penanganan sampah ter-penuhi, kualitas sistem penanganan

Oleh: Sandhi Eko Bramono, S.T.,MEnvEngSc *)

Metode Balanced ScorecardSebagai Tolak Ukur Kinerja

Institusi Pengelola Sistem Penanganan Sampah

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 23

sampah juga harus baik. Jikasampah dapat tertangani 100 per-sen setiap harinya, harus di-pastikan bahwa semuanya dilak-sanakan secara baik, seperti pe-tugas sampah mengoperasikangerobak sampah sesuai denganwaktu yang telah ditetapkan, baksampah pada truk sampah tidakberkarat (tidak meneteskan airlindi di badan jalan), hingga pe-ngoperasian IPS yang sesuai tatacara dan prosedur yang ditetap-kan.

Aspek Sumber Daya ManusiaAspek sumber daya manusia meme-

gang peranan yang penting untuk men-jamin kinerja institusi dengan baik.Sumber daya manusia mencakup ku-antitas dan kualitas yang bersinergi un-tuk mencapai tujuan. Pengembangansumber daya manusia dari segi kuanti-tas mutlak diperlukan mengingat sema-kin tingginya tuntutan kebutuhan sis-tem penanganan sampah, ditinjau darisudut pandang peningkatan volumesampah setiap tahunnya. Selain itu, pe-ngembangan kualitas sumber daya ma-nusia berupa pendidikan maupun pe-latihan untuk meningkatkan pengeta-huan serta ketrampilan, merupakan halyang tidak kalah pentingnya. Pimpinaninstitusi harus mampu menjamin bah-wa pengalokasian kuantitas sumber da-ya manusia didasarkan pada kebutuhanpada tiap seksi atau divisi. Sedangkanpengembangan kualitas sumber dayamanusia harus diarahkan untuk benar-benar mendukung pencapaian tujuan.Suatu kesalahan memberikan pendi-dikan maupun pelatihan lanjut tanpapeta konsep yang jelas, yang akhirnyajustru tidak memberikan manfaat apa-pun. Haruslah ditarik suatu alur yangjelas, bahwa investasi dalam bentukpendidikan maupun pelatihan lanjutpada sejumlah karyawan, akan membe-rikan kontribusi beberapa persen daritujuan total institusi. Jika dalam hal ini

tambahan kemanfaatan (benefit) mau-pun keuntungan (profit) institusi tidakterjadi, maka dibutuhkan suatu kesa-daran bahwa pendidikan dan pelatihanyang telah dilakukan hanya membuang-buang uang secara percuma. Pemilihankaryawan yang potensial untuk menca-pai manfaat ataupun keuntungan bagiinstitusi harus didasarkan pada kinerjakaryawan itu sendiri. Dengan pemilihanyang tepat, target kemanfaatan ataupunkeuntungan yang diharapkan dapat ter-capai.

Sebagai permisalan, karyawan yangpotensial dalam hal merancang sistempenanganan sampah diberikan pendi-dikan lanjut mengenai sistem pena-nganan sampah secara modern. Se-dangkan karyawan yang andal dalamhal tata administrasi dan organisasi ti-dak perlu diberikan pendidikan lanjuttentang sistem penanganan sampah,namun sebaiknya diarahkan untuk pen-didikan lanjut mengenai administrasiniaga yang baik.

Aspek Hubungan EksternalAspek hubungan eksternal meru-

pakan hal yang sangat penting, meng-ingat perannya untuk mendorong pelu-ang yang mungkin dapat diraih olehinstitusi. Hubungan dengan berbagaiinstitusi lain dapat memberikan man-faat. Peluang terjadinya investasi tam-bahan dalam infrastruktur sistem pe-nanganan sampah dari institusi lain,

merupakan suatu hal yang sa-ngat mungkin terjadi. Hubung-an dengan institusi pendidikanjuga sangat memungkinkanuntuk memperoleh masukanberupa kajian akademik yangtentu sangat berguna untukmeningkatkan kinerja institusi.Bahkan kerja sama denganinstitusi yang berkaitan denganpenyebaran informasi, khusus-nya media massa, dapatmemicu lahirnya kontrol darimasyarakat sebagai umpan

balik bagi kinerja institusi. Kegiatanyang dilakukan oleh institusi dapat puladisebarluaskan oleh media massamelalui hubungan kerja sama eksternalyang baik dengan institusi tersebut.

Sebagai permisalan, penolakan ma-syarakat akan kehadiran IPS di sekitarlingkungan mereka juga dapat dijadikansuatu penilaian yang buruk pada insti-tusi ini, karena ketidakmampuannyauntuk mengomunikasikan dengan baiksistem penanganan sampah yang diren-canakan. Aspek komunikasi massa ter-hadap masyarakat mutlak diperlukanuntuk menjamin masyarakat bahwa sis-tem yang direncanakan sudah mema-tuhi kaidah peraturan yang berlaku danmemberikan dampak negatif yang mini-mum pada masyarakat dan lingkungan.

Aspek KeuanganAspek keuangan merupakan para-

meter yang harus diuji dalam mengukurkinerja institusi. Kemampuan dalammengelola keuangan menjamin keber-langsungan institusi. Efisiensi dalammanajemen, berupa memotong jalur-jalur ekonomi berbiaya tinggi yangumumnya tidak menghasilkan suatukeluaran yang sangat efektif, namunsangat boros dalam hal pembiayaan,mutlak untuk dilakukan. Penyeleweng-an keuangan juga menjadi suatu perha-tian serius yang dapat mengganggu ki-nerja institusi secara signifikan. Perhi-tungan retribusi sampah yang benar

FOTO:DOK/POKJA AMPL

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

WAWASAN

Percik April 2007 24

harus mampu memberikan keuanganyang sehat pula bagi institusi penge-lolanya.

Sebagai permisalan, alokasi pembia-yaan untuk sistem penanganan sampahitu sendiri diharapkan lebih tinggi dari-pada pembiayaan untuk kebutuhananggaran tetap yang bersifat pendukung(misalnya, gaji karyawan, alat tulis kan-tor, uang perjalanan dinas, dan lain -lain). Namun di sisi lain, bentuk dariinstitusi merupakan suatu bentuk dasaracuan penganggaran. Institusi yangberbentuk Perusahaan Daerah diharap-kan mampu memberikan sumbanganpendapatan untuk Anggaran Penda-patan dan Belanja Daerah (APBD),sedangkan jika berbentuk dinas masihdiharapkan memberikan pelayanan tan-pa mengharapkan adanya keuntunganatau laba. Namun sangat diharapkanbahwa kegiatan penganggaran di-lakukan secara profesional dan trans-paran, untuk menjamin akuntabilitasdari institusi.

Aspek Kepuasan KonsumenAspek kepuasan konsumen juga

menjadi tolok ukur yang penting untukmeninjau kinerja suatu institusi. Dalamhal sistem penanganan sampah, kepu-asan masyarakat dalam hal keterkum-pulan sampah, keterangkutan sampah,serta keterolahan sampah 100 persensetiap harinya, adalah bentuk manifes-tasinya. Selain itu, keterjangkauan re-tribusi sampah yang ditarik berdasarkankualitas pelayanan tersebut, juga harusmampu dibayarkan oleh masyarakat.Pengaduan yang dilakukan oleh masya-rakat akibat ketidakpuasan pelayananharus dapat segera ditindaklanjuti un-tuk mempertahankan kinerja. Institusiharus mempunyai kotak pengaduanuntuk menampung pengaduan dari ma-syarakat. Kemampuan menanggapi ser-ta kecakapan untuk melayani masyara-kat yang memberikan keluhan merupa-kan suatu tolok ukur institusi ditinjaudari aspek ini.

Sebagai permisalan, dapat dilaku-kan suatu survei mengenai jumlahpengaduan atau keluhan dari konsumenyang masuk ke dalam kotak pengaduan.Kemudian ditinjau seberapa cepat pe-ngaduan tersebut ditangani atau di-selesaikan, aksesibilitas masyarakat un-tuk menjejaki pengurusan pengaduanyang telah dilakukannya, hingga penye-lesaian kemungkinan adanya pungutanliar (pungli) dari oknum-oknum terten-tu. Hal ini dapat dilakukan denganmenggunakan kuisioner yang diberikankepada masyarakat selaku produsensampah dan pengguna jasa institusi ter-sebut.

Aspek Pengembangan UsahaAspek pengembangan usaha meru-

pakan upaya kewirausahaan (enterpre-neurship) untuk mengembangkan ca-kupan pelayanan secara prima, dengantidak mengorbankan tingkat pelayananyang utama sebagai kewajiban institusitersebut. Upaya untuk memperluas ca-kupan pelayanan baik kuantitas mau-pun kualitas, bahkan harus mampu me-ningkatkan kinerja institusi itu sendiri,baik dari segi kemanfaatan (benefit)maupun keuntungan (profit) bagi insti-tusi tersebut.

Sebagai permisalan, menjual produkdaur ulang sampah anorganik (sepertisampah plastik, sampah gelas, dan sampahlogam), dapat memberikan keuntungantambahan bagi institusi. Selain itu, biayapengolahan sampah anorganik tersebutmenjadi lebih rendah, dan akhirnya menu-runkan biaya total sistem penanganansampah. Dengan pendekatan tersebut, re-tribusi yang harus dibayarkan oleh ma-syarakat juga dapat dikurangi, karena telahterjadi subsidi silang dari hasil penjualanproduk daur ulang sampah untuk menutupibiaya pengoperasian-pemeliharaan-pera-watan dalam sistem penanganan sampah.

Manfaat Metode Balanced Score-card

Dengan metode ini, pemerintah

pusat dapat memberikan pembinaansecara lebih terarah pada institusi-insti-tusi yang berwenang dalam sistempenanganan sampah di tiap daerah.Pemerintah pusat perlu untuk mela-kukan pembobotan (scoring factor)untuk keenam aspek di atas, untukdapat menilai secara obyektif dan sera-gam untuk seluruh institusi yang ada diseluruh Indonesia. Pemerintah pusatjuga perlu untuk melakukan diseminasiinformasi bagi seluruh institusi di dae-rah mengenai penilaian kinerja ini, yangtidak bertujuan untuk menghakimi,namun untuk memicu pelayanan sistempenanganan sampah yang lebih baik diseluruh Indonesia. Hal ini akan mem-buka peluang pula bagi institusi di dae-rah untuk berkoordinasi secara internaldan secara mandiri menjalin kerja samadengan institusi serupa di daerah lainyang memiliki kinerja lebih baik. Tentusaja hal ini akan memberikan pe-ningkatan kerja sama dan koordinasiantar institusi di daerah untuk me-ningkatkan cakupan kuantitas dan kua-litas pelayanannya masing-masing.

Sebagai pengukuran kinerja insti-tusi, metode ini masih memerlukansuatu analisis kebijakan dan strategiuntuk memperbaiki kinerja institusi.Metode ini merupakan salah satumetode di antara sekian banyak metodelain yang dapat digunakan untuk me-ngukur kinerja institusi. Dengan me-manfaatkan metode ini, diharapkandapat mempertegas penilaian kinerjainstitusi yang bertugas menanganisistem penanganan sampah. Tentu sajaini dapat menjadi langkah yang baikuntuk mencegah terjadinya kembalikasus - kasus seperti penolakan TempatPengolahan Sampah Terpadu (TPST)Bojong ataupun longsor sampah di IPSLeuwigajah, dimasa yang akan datang.Semoga !

*) Penulis adalah staf Sub DirektoratKebijakan dan Strategi, Direktorat Bina Program,

Direktorat Jenderal Cipta Karya, DepartemenPekerjaan Umum ; anggota Indonesian Solid

Waste Association (InSWA) dan Ikatan Ahli Teknik

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Begitu banyak daerah di In-donesia yang belum berkesem-patan memperoleh kebutuhan

air untuk hidup sehari-hari yang layak.Tak hanya di wilayah perkotaan, dipelosok desa pun persediaan akan airbersih masih sangat langka. Tak jarangmasyarakat secara swadaya berusahamengakses air bersih. Seperti yangdilakukan warga Kelurahan Ulu 12,Kecamatan Sebrang Ulu, Palembang,Sumatera Selatan.

Sudah sejak 1992 warga kelurahandi daerah pegunungan itu secara swa-daya mengusahakan penyediaan airjaringan terbatas bagi kebutuhan mere-ka. Untuk kelancaran arus air hingga kerumah warga dibutuhkan sukarelawanyang secara ikhlas mengabdi bagikepentingan masyarakat banyak.

Adalah Tatung Ibrahim dan Azizah,pasangan suami istri di Kelurahan Ulu12 itu yang rela menjadi pengelola insta-lasi pengolahan air. Bukan sebatas kere-laan untuk mengelola jaringan air,Tatung menjadi operator setelah men-jalani pendidikan dan pelatihan.

Keterlibatan Tatung dan Azizahbermula ketika instalasi dibangun pada1992 oleh Proyek Penyediaan SaranaAir Bersih Departemen PekerjaanUmum. Instalasi dengan kapasitas 5 li-ter per detik ini mulai beroperasi se-tahun kemudian.

"Selama kurang lebih setahun,instalasi dikelola pihak kelurahan.Karena kesulitan dalam hal keuangandan operasional, pihak kelurahanmenyerahkan kepada kami dengan per-janjian lahan dan instalasi tetap menja-di milik pemerintah," tutur Tatungmerasa bangga.

Pasangan ini bahu-membahumengelola instalasi pengelolaan air ter-

batas tersebut. Tatung menangani hal-hal teknis di instalasi dan jaringan.Sementara Azizah menangani pembe-lian bahan-bahan operasional sepertisolar dan bahan-bahan kimia, sertapenagihan ke pelanggan.

"Semula pelanggan hanya 15 rumahkemudian berkembang sampai saat iniberjumlah 125 rumah. Tidak ada biayapenyambungan namun pelangganmembayar sendiri biaya penyambunganke instalasi," ungkap Tatung.

Memang diakui, kualitas air tidaklahsebagus air dari PAM. Namun karenapelayanan 24 jam pelanggan cukupmerasa puas. Pelanggan membayar Rp50 ribu tiap bulannya secara flat.Bahkan pelanggan sanggup membayarrelatif tinggi karena banyak dari pelang-gan yang menjualnya kembali.

Pada musim kemarau, kata Tatung,dalam sehari instalasi memerlukan kuranglebih 45 liter solar seharga Rp 4.500,- perliter. Solar ia beli dari pemasok langganandengan menggunakan boat di SungaiMusi. "Untuk menetralkan air baku digu-nakan 1,5 kilogram soda kaustik perharinya. Harga soda kaustik di pasaran Rp10 ribu per kilogram".

Sementara bahan tawas, lanjut Tatung,digunakan sebagai bahan pengendaputama dengan rincian 50 kilogram tawasatau satu zak seharga Rp 105 ribu akanhabis dalam tiga hari. Sementara bahankaporit, tambahnya, yang digunakandalam proses desinfeksi, dalam waktu tigahari juga membutuhkan satu kilogramdengan harga Rp 65 ribu.

Azizah menceritakan, instalasihanya tinggal memiliki satu pompakarena satu pompa cadangan sudahlama rusak. Karena umur pompa yangsudah tua, Azizah harus menyisihkanpaling tidak Rp 50 ribu per bulan untuk

biaya saat pompa rusak. "Paling tidakdiperlukan Rp 75 ribu untuk ongkostukang pompa tiap kali pompa rusak.Itu pun belum termasuk biaya sukucadang yang harus diganti," ujarnya.

Untuk membantu tugas sehari-hari,Tatung memperkerjakan tiga orangyang direkrut dari tetangga sendiri.Dalam mengelola keuangan, Azizahmenggaji Rp 250 ribu tiap orang. Tiapdua minggu sekali pekerja member-sihkan bak-bak pengolahan dan penam-pungan dari lumpur yang mengendap.

Meskipun pelanggan membiayaisendiri jaringan pipanya, namun jikaada kerusakan atau kebocoran, sudahmenjadi kewajiban Tatung dan pega-wainya untuk memperbaiki. "Setiaphari ada saja yang harus dicek dandiperbaiki pipanya. Paling tidak dibu-tuhkan Rp 15 ribu tiap harinya," ung-kapnya.

Saat ini mereka sangat memerlukaninvestasi baru untuk mengganti pompayang sudah tua dan seringkali rusak.Tatung sudah pernah minta bantuan kekelurahan namun tak mendapattanggapan positif. Pinjaman ke bankpun sudah pernah dijajaki. Bank kemu-dian, seperti umumnya syarat pinja-man, meminta surat bukti kepemilikantanah atau agunan lain. Satu hal yangtidak dapat dipenuhi pasangan ini.

"Jumlah uang yang diperlukan sebe-narnya tidak banyak, yang penting bisauntuk membeli dua pompa yang total-nya seharga Rp 5 juta," kata Tatung.Tatung dan Azizah yakin dapatmengembalikan uang pinjaman secaracicilan per bulan. Adakah pihak yangdapat membantu ? Job Supangkat

Penulis adalah anggota timstudi penyedia air skala kecil

WASPOLA-BAPPENAS

INSPIRASI

Percik April 2007 25

Kerelaan Tatung-Azizah

Mengelola Jaringan Air Warga

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Buku pelajaran yang menyatakanair dan sinar matahari termasukbenda bebas sehingga manusia

bisa leluasa menggunakan, jelas sudahtidak relevan lagi. Terutama pada bendaair. Seiring usia bumi, di berbagai tem-pat sangat terasa bahwa air sudah men-jadi benda ekonomi.

Puteri Indonesia Lingkungan Hidup2006, Ananda, ingin menanamkandalam pikiran anak-anak Indonesiasebagai penerus generasi bangsa bahwaair sudah mulai dirasakan kelangkaan-nya. "Untuk itulah, kita harus menggu-nakan air bersih seefisien mungkin,"kata peraih runner up I Puteri Indo-nesia 2006 sekaligus peraih Puteri In-donesia Persahabatan dan PersatuanIndonesia kepada Percik.

Menurut Nanda, panggilan akrabAnanda, pemerintah telah menemukansatu solusi dalam mengatasi kelangkaanair bersih yaitu dengan membangunsumur resapan. "Sumur resapan selainberfungsi mengatasi kelangkan airbersih juga mengatasi banjir saatmusim hujan," ungkap dara cantikkelahiran Banjarmasin, 3 Juni 1984.

Nanda membagi pengalamannyasaat berkunjung ke berbagai daerah diIndonesia, sudah dirasakan kondisikelangkaan air dan tak terkecuali dikota kelahirannya. Duta Indonesia diajang Miss International Earth inimenceritakan ada beberapa kecamatandi Banjarmasin, Kalimantan Selatanyang kesulitan mendapatkan air bersihsehingga untuk mendapatkannyamasyarakat harus membeli air dari ge-robak dan mereka yang kesulitan ini

biasanya masyarakat yang berasal darigolongan ekonomi bawah.

Suatu ketika, putri pasangan H IrNur Achmad M.H dan Hj Dra Nu-rana Alwi yang juga sempat menjadipenulis lepas di Harian BanjarmasinPost ini berkunjung ke daerah TanjungBerung, Bandung, Jawa Barat. Dalamkunjungannya itu, Nanda menyak-sikan bagaimana suatu daerahyang dalam kurun 12 tahun ter-akhir mengalami kelangkaanair bersih.

"Kondisinya mempri-hatinkan. Bagaimana ma-syarakat harus berjalan jauhke sumber air untuk kehi-dupan sehari-hari," tuturpenghobi fotografi yang me-miliki tinggi badan 170 cm danberat badan 50 kg ini.

Bukan semata Nanda se-orang Puteri Indonesia Ling-kungan Hidup, sebagai manusiacalon peserta Miss World ini me-rasa prihatin dengan kondisi ke-langkaan air yang dialami masya-rakat kita. "Indonesia memangdaerah tropis yang banyak turunhujan. Tapi tak jarang daerah yangmasih kekurangan air bersih,"katanya.

Kelangkaan air, menurutpandangan penyabet TheBeauty of IndonesianEyes Contest by Softlens X2 ini bukan se-mata fenomena alam.Ada faktor manusiayang turut berperan

merusak lingkungan, seperti menebangpohon di hutan dan membangun vilatanpa memikirkan wawasan lingkung-an. Mereka, kata Nanda, adalah orang-orang yang hanya berpikir sesaat untuk

memenuhi kepen-tingannya.

Percik April 2007 26

Ananda, Puteri Indonesia Lingkungan Hidup 2006

Prihatin terhadapKelangkaan Air

FO

TO

:DO

K P

RI

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Akumulasi Kerusakan Lingkung-an

Kerusakan lingkungan seperti hal-nya hutan yang gundul atau sungai-su-ngai yang tersumbat sampah, akanmenyebabkan bencana banjir. Dalampemikiran Nanda, banjir merupakanbencana yang harus ditindaklanjutisecara berkesinambungan. "Banjir yangterjadi di Jakarta beberapa bulan yanglalu dan beberapa tahun terakhir iniakibat akumulasi kerusakan lingkunganhidup," ungkap bintang iklan MustikaRatu dan salah satu produk mobil.

Ia mencontohkan kegiatan dan kon-disi perusakan lingkungan sepertisemakin berkurangnya daerah resapanair akibat pembangunan gedung-ge-dung yang tidak memperhatikan kea-daan lingkungan dan rendahnya kesa-daran masyarakat yang masih mempu-nyai kebiasaan membuang sampahsembarangan.

Pola hidup tidak sehat akibat airkotor dan sanitasi yang kurang baik inikerap tak disadari. Pada akhirnyamenimbulkan berbagai sumber penya-kit. Menurut alumnus Fakultas Kedok-teran Universitas Negeri LambungMangkurat Banjarmasin ini mempunyaisolusi mengatasi bermacam jenis pe-nyakit tersebut.

Nanda mengatakan yang perludilakukan untuk mengatasi penyakityang ditimbulkan oleh air kotor yaitudengan melakukan penyuluhan kese-hatan. "Terutama penyuluhan yangdilakukan di pelosok daerah," ujarmantan penyiar radio di Banjarmasinini.

Disamping itu, lanjut Nanda, usaha-usaha pencegahan yaitu membanguntangki-tangki air bersih yang diperun-tukkan untuk masyarakat. "Pada intinyapenyakit kulit yang muncul akibatlingkungan adalah karena kurangnyakebersihan diri," tegas pemudi yangsempat mengikuti program pertukaranpemuda Indonesia-Kanada ini.

Arti Puteri LingkunganPredikat Puteri Lingkungan bagi

Nanda pribadi adalah sosok yang dalamkehidupan sehari-harinya sangat peduliterhadap kelangsungan lingkunganhidup. Menurut pendapat putri dengansegudang prestasi dan pengalamankerja, dalam satu dekade terakhir,kepedulian terhadap lingkungan hidupperlu peningkatan seiring semakin

parahnya kerusakan pada lingkunganhidup.

"Dengan adanya Puteri IndonesiaLingkungan Hidup diharapkan ma-syarakat dapat lebih menyadari bahwalingkungan hidup adalah penunjangutama kehidupan," jelas presenter acara"Matematika itu Indah" yang ditayang-

kan TVRI Nasional dan pembawa beritapagi di salah satu stasiun televisi swasta.

Nanda merasa predikat sebagaiPuteri Indonesia Lingkungan Hidupmenuntut tanggung jawab untuk selalumencerminkan kepedulian dan kecin-taan terhadap lingkungan hidup. "Ke-pedulian dan kecintaan ini harus diter-apkan dimana pun dan kapan pun kitaberada. Bila semua orang peduli dan

cinta pada lingkungan-nya, jelas akan terjadikeseimbangan lingkun-gan hidup," tegas puteriyang mengaku punyakeahlian sebagai MC(master of ceremony)ini.

Karena itu, sebagaiPuteri Lingkungan,mantan anggota Pas-kibraka Tingkat Nasio-nal ini mempunyai misim e n y a d a r k a nmasyarakat bahwa un-tuk memperbaiki ke-rusakan lingkungan, se-perti yang terjadi se-karang ini, bukan hanyatanggung jawab peme-rintah khususnya Ke-menterian LingkunganHidup. "Melainkan jugatanggung jawab seluruhmasyarakat termasukLSM yang bergerak dilingkungan hidup".

Nanda berjanji kelakbila sudah tidak me-nyandang gelar Puteri

Indonesia Lingkungan Hidup, dirinyaakan tetap mengkampanyekan bahwalingkungan hidup adalah bagian yangsangat vital dari setiap kehidupanmanusia. "Seandainya lingkungan hi-dup rusak maka kehidupan manusiapun akan terancam," tegas pemeranutama wanita di film independen berta-juk "Oren Jus". Bowo Leksono

Percik April 2007 27

FOTO:DOK PRI

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Indonesia termasuk negara yangdikaruniai curah hujan relatif ting-gi. Ironisnya banyak orang yang

merasa takut terhadap kelangkaan airbersih. Tidak sedikit daerah yang meng-alami kekeringan dan kerap terjadi ban-jir di musim penghujan.

Semakin bertambah tahun, kelang-kaan air bersih tak hanya persoalankuantitas tapi juga kualitas. Kondisi seper-ti ini karena banyak pihak yang tidakmerasa bersyukur dengan mengantisi-pasi penyebab bencana seperti banjir,tanah longsor, dan kekeringan. Se-hingga orang terlalu mudah menyalah-kan bencana yang terjadi akibat feno-mena alam.

Seorang pakar bidang pertanahandari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ir.Kamir Raziudin Brata, M.Sc mencipta-kan teknologi sederhana dan relatif mu-rah yang bisa mengurangi laju air hujanberupa lubang serapan. Teknologi inidinamakan "lubang resapan biopori"(LRB).

Lubang resapan biopori ini berupalubang berbentuk silinder berdiameter10 cm atau 30 cm dengan kedalamansekitar 100 cm atau tidak lebih darikedalaman muka air tanah dengan jarakmasing-masing lubang antara 50 sam-pai 100 cm. Lubang-lubang ini diisisampah organik guna mendorong ter-bentuknya biopori. Biopori atau liang-liang kecil terjadi karena adanya aktivi-tas hewan-hewan (bakteri) tanah atauakar tanaman. Lubang-lubang kecil iniberkapasitas sekitar 8 liter air.

Banyak manfaat yang diberikan tek-nologi sederhana ini. Tak hanya me-ningkatkan laju peresapan air hujan kedalam tanah sebagai sumber air bersihsekaligus mengantisipasi bencana ban-jir saat musim hujan dan kekeringan di

musim kemarau. Cara ini juga meng-hindari terjadinya genangan air yangdapat menyebabkan berbagai penyakitseperti demam berdarah dan malaria.

Sementara pemanfaatan sampahorganik dapat mengatasi masalah pem-buangan sampah yang kerap meng-akibatkan pencemaran dan tersumbat-nya saluran drainase sehingga mudahsebagai sarang penyakit. Manfaat lain,sampah organik tersebut jelas menjadikompos yang baik untuk tanaman.

"Saya mengembangkan teknologisederhana ini supaya orang tidak punyaalasan lagi untuk lepas dari tanggungjawab terhadap kelangkaan air bersih,"tutur Kamir R Brata, dosen Ekologi Ta-nah, Fakultas Pertanian, Institut Perta-nian Bogor, saat ditemui Percik dikampusnya.

Mudah dan MurahTeknologi ini sangat mudah diterap-

kan semua masyarakat dari berbagai

lapisan, baik kaya maupun miskin.Masyarakat yang hanya memiliki lahansempit di seputar rumah pun bisa danperlu membuat lubang-lubang resapanini.

Kamir menjelaskan lubang-lubangresapan diisi sampah organik di sekitarrumah dan bila menyusut karena prosespelapukan perlu selalu ditambah."Kompos yang dihasilkan dapat diambilsetiap akhir musim kemarau sekaliguspemeliharaan lubang. Dan untuk mem-perkuat mulut lubang dapat diberiadukan semen selebar 2-3 cm denganketebalan 2 cm di sekeliling mulutlubang," terang alumni IPB tahun 1974ini.

Menurut Kamir, banyaknya lubangyang perlu dibuat dapat dihitung meng-gunakan persamaan; jumlah lubangadalah intensitas hujan (mm/jam) x lu-as bidang kedap (m2) dibagi laju pere-sapan air per lubang (liter/jam).

Ia mencontohkan untuk daerah de-

INOVASI

Percik April 2007 28

Lubang Resapan BioporiLubang Ajaib Berteknologi Sederhana

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

ngan intensitas hujan 50 mm/jam(hujan lebat) dengan laju peresapan airper lubang 3 liter/menit (180 liter/jam)pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuatsebanyak (50x100):180 = 28 lubang.

Bila lubang yang dibuat berdiameter10 cm dengan kedalaman 100 cm, lanjutKamir, setiap lubang dapat menampung7,8 liter sampah organik, artinya tiaplubang dapat diisi sampah organik sela-ma 2 sampai 3 hari. "Dengan demikian28 lubang baru dapat dipenuhi sampahorganik yang dihasilkan selama 56 sam-pai 84 hari dimana dalam kurun waktutersebut lubang perlu diisi kembali,"jelas pakar yang sedang menyusun di-sertasi pada program doktor di IPB.

Kamir sendiri tak hanya memulaimembuat lubang resapan berpori ini dilingkungan rumahnya. Di lingkungankampus seperti pelataran, taman yaitudi sekeliling batang pohon, dan di la-han-lahan penelitian. Bahkan lubang inisangat efektif bila dibuat di dasar salur-an air (got) dengan cara membendung-nya. Ia menjamin 100 persen air mere-sap dengan cara dibendung. "Cara inipun tidak memerlukan pemeliharaansecara khusus. Paling kita harus mem-buang sampah non-organik bila me-nyumbat lubang".

Menurut Kamir, pembuatan lubangakan lebih mudah dengan alat bor tanahyang dapat dipesan di pandai besiberbiaya sekitar Rp 150 ribu sampai Rp200 ribu. "Biaya membeli atau membu-at bor akan lebih murah bila satu bortanah dimiliki oleh beberapa keluarga,"ujarnya.

Tak Ada RuginyaAda anggapan bahwa sampah yang

dimasukkan ke lubang akan mencemariair resapan bawah tanah. Anggapan iniditepis Kamir karena menurutnya sam-pah organik di dalam lubang-lubangtersebut tidaklah banyak dan air yangmasuk tidak menggenang. "Karena itutidak menghambat proses pelapukan

yang dilakukan bakteri organismesehingga tetap aman bagi air resapan,"jelas pakar jebolan Western University,Australia ini.

Justru, menurut Kamir sumur re-sapan dinilai tidak efektif karena ba-nyaknya volume air yang masuk kedalam lubang besar sehingga air tidaksegera meresap tapi akan menggenang."Kondisi air di luar batas kemampuanmenyebabkan tanah seputar sumurresapan menjadi lembek dan menyum-bat proses peresapan. Sehingga akantimbul bau dan sumber penyakit karenabahan organik tidak segera dihan-curkan," ungkapnya.

Kurang PromosiSemua orang memerlukan air dan

semua orang juga menghasilkan sam-pah. Tapi bagaimana agar kebutuhanair dapat tercukupi dan masalah sam-pah tidak merugikan orang lain.

Siapa menyangka sang pakar telahmenciptakan teknologi lubang peresap-an biopori sudah sejak 1970-an. Namunbelum banyak pihak mencobanya ter-

masuk di lingkungan kampus IPB. Bah-kan baru 5 April 2007 lalu, teknologi inidiluncurkan secara resmi oleh pihakkampus.

Menurut Kamir tidak memasyara-katnya teknologi ini karena kurang pro-mosi dan belum adanya petunjuk tek-nis. Ia berharap pihak terkait seperti de-partemen-departemen teknis akanmembantu memperkenalkan pada ma-syarakat. "Selama ini saya berharaporang tergerak mengaplikasikannya.Caranya memang harus melihat sendi-ri," ujarnya.

Di Jakarta, kata Kamir, baru KantorKementerian Lingkungan Hidup yangtelah mencobanya. "Rencananya sayaingin memperkenalkan dan menerap-kan teknologi ini di lingkungan IstanaNegara," katanya mantap.

Bagaimanapun upaya peduli ter-hadap lingkungan seperti membuatlubang resapan biopori yang me-nyimpan kandungan air bersih akansemakin memperkaya bumi ini. Jadi,tunggu apalagi? Mari kita mencoba!

BW

INOVASI

Percik April 2007 29

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Kerap kita dengar kata sustain-ability atau dalam bahasa Indo-nesia diterjemahkan menjadi

"keberlanjutan". Kata ini selalu di-dengungkan dalam setiap proyek baik dibidang air bersih dan sanitasi maupunproyek-proyek lain yang berbasismasyarakat. Kata tersebut selalu menja-di kata kunci yang dipersyaratkan donormaupun pengelola proyek.

Berbagai strategi dibuat untuk men-jamin kata kunci tersebut agar benar-benar bisa terjadi di masyarakat. Salahsatunya yaitu strategi menumbuhkanpartisipasi atau kontribusi masyarakatbaik dalam bentuk dana tunai (cash),material, maupun tenaga/pikiran atauistilah kerennya in kind. Hal ini seringmenjadi persyaratan dihampir semuaproyek berbasis masyarakat.

Partisipatori dan kontribusi inimeski berbeda-beda tingkatan jugaselalu dipersyaratkan disemua tahapanproyek dan disemua strata masyarakat.Namun apakah semua strategi tersebuttelah benar-benar ampuh menjaminadanya keberlanjutan proyek? Ini yangbelum dijamin oleh proyek-proyekberbasis masyarakat karena berbagaifaktor akan mempengaruhi dalam taha-pan-tahapan kegiatan yang dilakukan.

Di negara kita yang sangat unikdimana keanekaragaman sosial, ekono-mi, budaya, dan paham begitu banyak.Dan ternyata tidak mudah untukmengejar kata kunci sustainability itubisa terlaksana dengan mudah. Meskidemikian pola masyarakat yang pater-nalistik dimana selalu membutuhkanfigur pendamping nampaknya belumbisa dilepaskan di lingkungan masya-

rakat kita pada umumnya.Berangkat dari kondisi tersebut

ternyata tidak dapat dipungkiri peranfasilitator yang bisa menjadi pioneer da-lam masyarakat yang mampu mensti-mulasi tahapan-tahapan yang men-jamin adanya keberlanjutan dan dapatdilakukan secara terus-menerus bahkanbeberapa tahun setelah proyek mema-suki masa pengoperasian dan pemeli-haraan. Karena disinilah peran danfungsi pioneer yang sesungguhnyadiharapkan menjadi bagian dari penye-lesaian masalah bukan pembuatmasalah.

Pengertian pioneer disini tidakharus selalu diperankan satu orang.Juga tidak harus oleh individu tapi bisaberupa lembaga baik pemerintah mau-pun nonpemerintah yang intens me-lakukan pendampingan dan bisa me-ngemban kepercayaan dari komunitas-nya.

Dari beberapa kali mengunjungi eksproyek air bersih dan sanitasi yangsudah lebih dari tiga tahun memasukimasa pengoperasian dan pemeliharaan,hampir semua temuan kasus di lapang-an adalah tidak adanya lagi pioneeryang secara intens melakukan pen-dampingan dalam menstimulasi organi-sasi pengelola di masyarakat sehinggatetap berfungsi dengan baik.

Bahkan bisa lebih meningkat perandan fungsinya badan pengelola akanberimplikasi pada menurunnya kualitaspelayanan dari sistem itu sendiri,sehingga sustainability yang sangatdidambakan tidak mungkin bisa diha-rapkan lagi. Sungguh menyedihkan bilakenyataan tersebut sering terjadi bah-

kan dalam suatu desa atau lokasi yangsudah mendapatkan bantuan daribeberapa proyek.

Sementara yang menjadi pertanyaansekarang adalah bagaimana dan siapayang harus menyiapkan pioneer dandiharapkan mampu menjadi fasilitatoryang diterima masyarakat baik daritahap persiapan sampai tahap operasidan pemeliharaan. Bahkan bila mung-kin sampai tahap re-investment dariproyek itu sendiri oleh masyarakat.

Haruskah ada strategi khusus yangperlu dikembangkan dalam mengidenti-fikasi dan menyiapkan pioneer dalamproyek-proyek yang berbasis masyarakatagar keberlanjutan yang sebenarnya dapatterjadi di masyarakat. Bukan sebuah raha-sia lagi bahwa Pemda selaku pemegangtanggung jawab dan pemilik otoritaswilayah belum bisa berperan sebagai pio-neer, apalagi menyiapkannya karena me-mang bukan suatu aktifitas yang menarik.

Bagaimana dari pihak para donor?Sepertinya juga bukan sesuatu yangmenarik untuk coba dilakukan. Apakahmungkin karena kurangnya supportPemerintah karena dianggap kegiatanpendampingan pascaproyek ini diang-gap sebagai kewajiban masyarakat itusendiri atau Pemda setempat?

Bila pihak-pihak yang memilikisumber daya dan dana tidak ada yangtertarik dalam kegiatan pendampinganpascaproyek, lalu apa hendak kitabiarkan investasi bermiliar bahkanbertriliun rupiah selalu bernasib sama?Atau malah menjadi monumen semata?Sampai kapan kita akan melangkah kedepan? Tofik Rochman

renungan seorang pekerjadi sektor air bersih dan sanitasi

OPINI

Percik April 2007 30

Pendampingan Pascaproyek,Siapa Berminat ?

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Sistem air bersih Togo-togo meru-pakan salah satu program peng-adaan sarana air bersih kerjasama

Plan Indonesia dengan masyarakat diDesa Togo-togo yang dibangun padatahun 1994. Sistem air bersih ini menggu-nakan sumur dalam sebagai sumberairnya.

Dengan kedalaman sumur sekitar 102meter, kapasitas debit sesuai hasil tespumping yang dilakukan pada waktu itusebesar 20 liter/detik. Pada awal pengo-perasian sistem terpasang menggunakanpompa submersible dengan kapasitasberkisar 13 liter/detik melayani 125 sam-bungan rumah (SR) dan 20 hidran umum(HU), dimana setiap HU dimanfaatkanoleh 10-15 kepala keluarga (KK).

Semua sambungan baik SR maupunHU dipasangkan meter air dengan tarif airyang sama untuk kedua jenis sambungantersebut. Kemudian dihitung berdasarkanbesarnya biaya operasi dan pemeliharaanper bulan, meliputi biaya listrik, honorpengelola dan perkiraan biaya penggan-tian suku cadang baik pompa maupunperpipaannya.

Untuk sebuah sistem yang menggu-nakan pompa sebagai pilihan teknologieksplorasinya, sistem di Togo-togo ini cu-kup istimewa dari sisi manajemen operasidan pemeliharaannya (O dan M). Lebihdari 12 beroperasi, sistem sarana ini masihbisa berfungsi bahkan mengalami pe-ningkatan cakupan pelayanan yang cukupsignifikan seperti yang ditunjukan dalamtabel peningkatan jumlah pelangganmaupun pendapatannya.

Dua hal yang sangat mendukungadalah tingkat kebutuhan (demand) ma-syarakat akan air bersih yang sangat ting-gi juga akuntabilitas badan pengelolanya,khususnya pengelola periode pertamayaitu kurun waktu antara tahun 1994-2005. Bahkan dalam kurun waktu terse-but mampu melakukan perbaikan dan

penggantian pompa secara swadaya (darihasil pendapatan rekening air) sekitar Rp90 juta.

Pada tahun 2001 Plan Indonesiamembantu mengembangkan daerahpelayanan dari tiga desa menjadi limadesa dengan penambahan jumlah SRmenjadi 1000 unit.

Pendapatan kotor per bulan darirekening air ini juga mengalami pening-katan dari sekitar Rp 1,8 juta pada kurunwaktu sebelum tahun 2000 dengan ke-mampuan menyimpan berkisar antara Rp500 ribu sampai Rp 600 ribu. Tahun 2007pendapatan kotor per bulan dari rekeningair ini menjadi Rp 14 juta dengan saldoterakhir yang dimiliki badan pengelolasekitar Rp 15 juta.

Besarnya biaya pengoperasian danpemeliharaan per bulan saat ini adalahsekitar Rp 12 juta. Untuk pembayaranrekening listrik (Rp 6 juta), honor pengu-rus sebanyak 13 orang termasuk tigaorang jajaran Muspika (sekitar Rp 4,5juta), pemeliharaan rutin fasilitas (Rp 1juta sampai Rp 1,5 juta) dan pajak penggu-naan air tanah ke Dinas Pertambangan(Rp 50 ribu).

Patut disayangkan bahwa sejak tahun2005 terjadi penurunan kapasitas sistemsarana dari 13 liter/detik menjadi 8 li-

ter/detik. Juga dengan adanya kevakum-an ketua badan pengelola dikhawatirkankualitas sistem menjadi semakin menu-run. Untuk sementara waktu jabatanketua dipegang ketua dewan pembinayaitu Camat Batang sampai terpilihnyaketua baru. Proses pemilihan ketua badanpengelola sendiri dilakukan secara terbu-

ka dengan diumumkan langsung kepadamasyarakat/pelanggan.

Bagi ketua yang terpilih, nantinya tan-tangan berat sudah menghadang dimanapembenahan manajemen dan fasilitasmemerlukan usaha keras dan kreatif agarpenurunan kualitas pelayanan yang sudahmulai terjadi tidak semakin memburuk.Kesuksesan membenahi dan mening-katkan kualitas pelayanan pada sistem diTogo-togo ini bagaimana pun ditentukankualitas ketua yang diharapkan nantinyaakan mampu menjadi pionir di komunitasini karena modal yang cukup sudah ada dimasyarakat yaitu "demand" yang tinggiakan ketersediaan air bersih. Tinggalmenunggu hadirnya pionir yang tangguhuntuk menjalankan modal yang ada dimasyarakat tersebut.

Sumber:Pembelajaran dari hasil persinggahan BudiSuranto dari Plan Indonesia saat melewati

Togo-togo pada 22 Januari 2007.

SEPUTAR PLAN INDONESIA

Percik April 2007 31

Togo-togo Butuh Pionir Baru

PERKEMBANGAN PELAYANAN SISTEM AIR BERSIH TOGO-TOGO

Jumlah Pelanggan

1994 125 20 300 Togo-Togo1995-1997 212 20 300 Togo-Togo, Arungkeke Palantikang1998-1999 350 20 450 Togo-Togo, Arungkeke Palantikang, Camba-camba1999-2000 >500 20 700 Togo-Togo, Arungkeke Palantikang, Camba-camba2001-2003 1000 20 1250 Togo-Togo, Arungkeke Palantikang, Camba-camba,

Bontorappo, Bontoraya2004-.... >1000 20 1500 Togo-Togo, Arungkeke Palantikang, Camba-camba,

Bontorappo, Bontoraya

Area Pelayanan (Desa)TarifTahunSR HU

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

SEPUTAR ISSDP

Percik April 2007 32

Perkembangan kota-kota yangtergabung dalam IndonesiaSanitation Sector Development

Program (ISSDP) telah menunjukkankemajuan yang signifikan. Dari enamkota peserta ISSDP, Blitar, Solo, danBanjarmasin telah memasuki tahappenyusunan Rencana Strategis SanitasiSkala Kota. Sedangkan Kota Paya-kumbuh, Jambi, dan Denpasar masihdalam tahap penyelesaian Buku PutihSanitasi yang merupakan potret kondisisanitasi yang akan dikembangkan men-jadi Rencana Strategis Sanitasi SkalaKota.

Pada 28 - 29 Maret 2007 telah dise-lenggarakan Lokakarya Sanitasi EnamKota ISSDP Ke-2 bertema: 'JalanMenuju Strategi Sanitasi Skala Kota' diKota Blitar. Penyelenggaraan kegiatanini merupakan hasil kerjasama TimISSDP dan Pemerintah Kota Blitar yangdidukung kalangan swasta di KotaBlitar.

Tujuan penyelenggaraan lokakaryatersebut sebagai sarana pertukaraninformasi antar kota-kota ISSDP. Padakegiatan ini pemerintah kota dapatmeningkatkan kemampuannya dalampenyusunan strategi pembangunan sa-nitasi dan meningkatkan kerjasamanyadengan pemerintah pusat serta stake-holders lainnya. Dari kegiatan ini jugadiharapkan adanya dukungan anggotaparlemen kota dan masukan-masukanuntuk pemerintah pusat tentang hal-halyang dapat dilakukan untuk mendorongpembangunan sanitasi kota.

Dukungan politik pemerintah kotatampak nyata dengan hadirnya Wali-kota Blitar, Walikota Banjarmasin, Sek-da Jambi, Kepala Bappeda Surakarta,

Asisten Daerah II Denpasar, KepalaDinas Kesehatan Payakumbuh, TimPokja Sanitasi Pusat (perwakilanBappenas, Departemen PU, Depdagri,KLH, dan Deperin), dan Tim PokjaSanitasi Enam Kota ISSDP yang terdiriatas : Banjarmasin, Blitar, Denpasar,Jambi, Surakarta, dan Payakumbuh,serta Tim Konsultan ISSDP.

Hadir pula sebagai peserta tamuperwakilan dari kota-kota yang akanberpartisipasi dalam MetropolitanSanitation Managment and HealthProject (MSMHP), antara lain KotaMedan, Bandung, Makassar danYogyakarta. Kehadiran kota-kota terse-but untuk mempelajari prosespenyusunan Rencana Strategis SanitasiSkala Kota yang sedang dikembangkanmelalui ISSDP.

Dalam lokakarya ini dilakukanpenandatanganan naskah kesepakatan

Deklarasi Blitar oleh para walikota kotayang terlibat dalam ISSDP. Parapemimpin kota sepakat mengimple-mentasikan deklarasi melalui penyu-sunan rencana aksi yang akan dibuatdalam jangka waktu satu minggu sete-lah penandatanganan. Mereka menya-dari bahwa saat ini pelayanan sanitasimasih jauh dari kebutuhan dan per-baikan kondisi sanitasi, terutama dikawasan kumuh, merupakan salah satulangkah strategis dalam rangka upayapengentasan kemiskinan di perkotaan.

Hari pertama lokakarya diawali keynote speech dari Direktur Pemukimandan Perumahan Bappenas Basah Her-nowo dan Kepala Dinas PermukimanPropinsi Jawa Timur Chairul Djaelani.Sebagai pembicara pada hari pertamaantara lain M Taufik (Ketua BappedaKota Blitar) yang menyampaikan topikPro Poor Sanitation, Alex Chalik

Lokakarya Sanitasi di Blitar

Hasilkan DeklarasiFOTO:DOK ISSDP

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

SEPUTAR ISSDP

Percik April 2007 33

(Kasubdit Pengembangan Sistem Drainasedan Persampahan Direktorat JenderalCipta Karya PU) yang berbicara StandarPelayanan Minimum, dan KonsultanISSDP yang menyampaikan KerangkaPendukung Kebijakan Nasional dan AspekSumber Pembiayaan Sanitasi.

Pada sambutannya, Basah Hernowomengharapkan ke enam kota dapatmenjadi center of excellent atau motorreplikasi untuk pengembangan sanitasikota-kota lain di Indonesia. Untukmemberikan gambaran tentang ProPoor Sanitation di kota Bllitar,dilakukan kunjungan lapangan ketigalokasi berbeda, yaitu Puskesmas Bendo(Citizen Charter), Fasilitas Sanimas 3 diKelurahan Sanan Wetan, dan BR2K(Bantuan Revitalisasi Rumah Kumuh)di Kelurahan Tanjung Sari.

Pada kunjungan lapangan kePuskesmas Bendo diperoleh informasibahwa Puskesmas ini merupakan salahsatu proyek citizen charter yang meru-pakan kontrak atau kesepakatan antaraPemerintah Kota sebagai penyedialayanan dengan masyarakat sebagai

konsumen. Proyek ini menitikberatkanpada apa dan bagaimana layanan harusdisediakan serta bagaimana masyarakatberkontribusi. Inovasi yang diperke-nalkan adalah dipahami dan dilak-sanakannya hak dan kewajiban pelakupelayanan publik.

Pendekatan ini terbukti dapatmeningkatkan pelayanan Puskesmasmenjadi lebih baik. Untuk mengawasidan memantau kinerja pelayanandibentuk badan yang beranggotakantokoh masyarakat dan anggota DPRD.Evaluasi pengelolaan Puskesmas ditin-jau dari sisi kepuasan pelanggan.Terlepas dari itu, pendekatan ini bisaberjalan karena adanya dukunganPemda Blitar dalam hal memberikaninsentif atas keberhasilan.

Pada kunjungan ke lokasi Sanimas3 terlihat masyarakat mampu memba-ngun dan mengelola fasilitas sanitasiserta memberikan akses kepada masya-rakat miskin. Pelibatan masyarakat se-jak awal perencanaan menjadi kuncikeberhasilan pelaksanaan Sanimas 3 diSanan Wetan.

Kunjungan ke lokasi BR2K dimak-sudkan melihat usaha yang dilakukanKota Blitar untuk menggabungkan pro-gram sanitasi dengan program BR2Kbagi masyarakat miskin. Dari prosesperbaikan rumah kumuh sampai penye-diaan fasilitas sanitasi terdapat lang-kah-langkah strategis yang dapat men-jadi inspirasi bagi kota-kota lain dalammenangani sanitasi yang "pro-poor".

Pemerintah kota memberi bantuanberbentuk stimulan yang bertujuan mem-perbaiki dan membangun hunian yanglayak dengan sasaran masyarakat miskin.Pemerintah Kota Blitar juga memberikanbantuan dana yang khusus dialokasikanuntuk membangun septic tank komunalsehingga hunian yang dibangun tersebutmemiliki fasilitas sanitasi memadai.

Pada hari kedua, agenda lokakaryadiwarnai pemaparan kemajuan kerjamasing-masing Pokja Sanitasi. PokjaSanitasi Jambi, Payakumbuh, danDenpasar memaparkan rencana penye-lesaian buku putih sanitasi, yaitu bukuyang berisi potret kondisi sanitasi kota.Sedangkan Pokja Sanitasi dari tiga kotalainnya, Blitar, Solo, dan Banjarmasinmenjelaskan persiapan penyusunanrencana strategis sanitasi. Diskusi tanyajawab setiap presentasi tampak terlihataktif, memberikan masukan kepadaprogram masing-masing kota. Sesi ter-akhir lokakarya adalah diskusi kelom-pok tentang metode penyusunan ren-cana strategis sanitasi.

Lokakarya diakhiri dengan penyim-pulan oleh Nugroho Tri Utomo, KasubditAir Minum dan Air Limbah Bappenas.Nugroho menggarisbawahi Deklarasi Bli-tar merupakan momentum yang pentinguntuk pembangunan sanitasi dan itudiwujudkan dengan komitmen yang di-berikan pemerintah kota. Lokakarya di-tutup oleh Ketua Bappeda Blitar M Tau-fik. Setelah acara lokakarya berakhir,peserta mendapat kesempatan mengun-jungi perpustakaan dan makam BungKarno. IA dan YW

FOTO:DOK ISSDP

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Tahun 2007 ini WASPOLA me-masuki hampir satu dasawarsaperjalanan mengusung Kebijakan

Nasional Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) dalam rangkameningkatkan pelayanan AMPL didaerah. Bukan waktu yang sebentar dantidak sedikit tantangan yang dirasakandalam setiap langkahnya. Walaupundemikian, masa exit strategy ditahunini ditandai dengan semangat menye-maikan kearifan dalam memaknaiKebijakan Nasional Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat (AMPL BM) di daerah de-ngan melihat beberapa daerah telahmenuai keberhasilan dari penerapankebijakan tersebut.

Perlu dukungan eksekutif dan le-gislatif

Tolak ukur keberhasilan dapat dili-hat antara lain beberapa daerah menda-pat dukungan politis dari pimpinandaerah yang ditunjukkan denganadanya keterlibatan pejabat teknisdalam kegiatan pelaksanaan kebijakan.Disamping legalitas terhadap kelemba-gaan Pokja melalui SK pimpinan daerahatau adanya legalitas dalam implemen-tasi rencana strategi (Renstra) pemba-ngunan AMPL.

Keberhasilan yang lain adalahkelembagaan yang menandai kuatnyafungsi dan peran Pokja melalui berbagaiinisiatif dan inovasi Pokja AMPL didaerah. Kemudian dukungan pembia-yaan berupa alokasi dana operasionalPokja, mobilisasi berbagai sumber pem-biayaan dalam mendukung operasio-nalisasi Renstra.

Bupati Gorontalo David BobohoeAkib dalam wawancara dengan timpenulis buku Lesson Learned WASPO-LA menyatakan keterlibatan komunitasakan memperluas pengembangan ca-paian dan keberhasilan karena adanyarasa memiliki dan kesadaran darikomunitas. "Komitmen untuk partisi-pasi masyarakat sudah semestinyadidukung dari parlemen lokal danpemerintah," katanya. SementaraKepala DPRD Kabupaten GorontaloAnto Naue tidak menolak untuk turutmendukung komitmen dan partisipasimasyarakatnya.

Hal ini terlihat dari kunjungan timke tiga desa yang dikunjungi, yaituDembe I, Lonuo, dan Olimoo. Sejak2004 Pokja AMPL memainkan perancukup banyak dalam memfasilitasi per-masalahan yang dihadapi lembaga-lem-

baga yang didirikan sebelumnya seper-ti BPAM, UPS, dan sebagainya.

Pokja AMPL Daerah memfasilitasipertemuan dengan masyarakat dan ha-silnya solusi yang ditemukan sendirioleh masyarakat. CLTS (CommunityLed Total Sanitation) atau GerakanSanitasi Total Masyarakat cukupberhasil diterapkan. Komunitas mera-sakan perubahan yang lebih baik dalamkeseharian mereka. Dengan adanyajamban, para perempuan mengatakan,"Sekarang sudah senang", dan para lela-ki menyatakan konsentrasi kerja 100%,"Melaut tidak ingat ambe air lagi".

Renstra, salah satu output kunciadopsi kebijakan

Renstra atau Rencana StrategiPembangunan AMPL di daerah meru-pakan output penting sebagai tolak

SEPUTAR WASPOLA

Percik April 2007 34

Kegiatan WASPOLA Januari-Maret 2007

Semaikan Kearifanuntuk Menuai Keberhasilan

FOTO:DOK WASPOLA

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

ukur memastikan terjadinya adopsikebijakan melalui mekanisme peren-canaan. Sampai akhir Desember 2006,14 daerah sudah melakukan finalisasiRenstra, delapan daerah menyelesaikandraf dan 24 daerah masih dalam prosesmenyusun draf Renstra.

Beberapa kabupaten telah menun-jukkan inovasi maupun inisiatifnyauntuk memastikan Renstra mendapatdukungan dari berbagai pihak termasukmasyarakat. Salah satunya bulanJanuari lalu Kabupaten Pekalonganmengadakan lokakarya kedua, sebagaikelanjutan lokakarya sebelumnya de-ngan mempertimbangkan semua inputdari berbagai pihak termasuk ma-syarakat.

Sedangkan di TTS (Timur TengahSelatan) pada 19 Januari 2007 diseleng-garakan lokakarya Renstra yangdihadiri 25 peserta dari berbagai pihak.Hasilnya menyepakati tujuan strategispembangunan AMPL yaitu mengurangiprevalensi penyakit menular, me-ningkatkan kesadaran, dan menyusunkebijakan daerah tentang pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakat.

Lokakarya di Rotendao dibukabupati dan pada saat penutupan unsurpimpinan DPRD menegaskan dukung-annya terhadap penyusunan Renstra.Selama dua hari efektif telah dihasilkandraf kedua Renstra AMPL. Beberapakesepakatan dan penegasan dari hasillokakarya akan disempurnakan sebagaibahan pemaparan kepada bupati danDPRD sebelum dilegalkan.

Keragaman pendekatan dalamoperasionalisasi kebijakan

Februari 2007, Sumba Barat danSumba Timur mengadakan lokakaryadan membentuk kelompok kerja yangdihadiri sekitar 60 orang dari unsurdinas terkait dan tokoh masyarakat.Lokakarya dibuka wakil bupati setem-pat.

Sumba Timur melihat mandat pen-

ting dibentuknya kelompok kerja antaralain karena banyaknya sarana terba-ngun yang tidak berkelanjutan, rendah-nya cakupan layanan AMPL, dan berku-rangnya waktu produktif khususnyabagi anak usia sekolah dikarenakanharus mengambil air dengan jarak yangjauh.

Beberapa program yang diusulkanantara lain peningkatan kapasitas,penyiapan strategi pembangunanAMPL, peningkatan kelestarian ling-kungan, peningkatan layanan AMPL,dan peningkatan peran serta ma-syarakat.

Sedangkan kelompok kerja ProvinsiJawa Tengah mengadakan layanan pe-nguatan kapasitas kelompok kerja kepa-da 20 peserta dari anggota KelompokKerja AMPL provinsi. Topik yang diba-has antara lain meliputi paradigmapembangunan, kebijakan nasionalAMPL, dasar-dasar fasilitasi, manaje-men kolaborasi kelompok kerja, sertapenyusunan rencana tindak lanjut.

Sedangkan Kabupaten Kebumenmengadakan Pelatihan CLTS (Commu-nity Led Total Sanitation) di DesaBocor untuk para sanitarian. Diikuti 57peserta termasuk dinas kesehatan dantokoh masyarakat.

Pelatihan ini menghasilkan rencana

tindak lanjut dari dinas kesehatanuntuk melakukan pemicuan di 11 desaterpilih serta terbentuknya dukunganpositif dari pemerintah daerah bahwaprogram sanitasi dapat dilakukan de-ngan pendekatan non-subsidi.

Membangun komitmen dan ke-berlanjutan

Untuk bersama membangun komit-men dalam keberlanjutan pembangun-an AMPL dilaksanakan LokakaryaNasional di Semarang pada 6-9Februari 2007. Acara ini diikuti 66peserta dari daerah, 21 dari Pokja AMPLdan WASPOLA. Lokasi Semarang dipi-lih karena adanya contoh inovasi dariKabupaten Pekalongan yang dinilaitelah mengadopsi prinsip-prinsip kebi-jakan ke dalam program pembangunanAMPL.

Topik dari Loknas adalah berbagipengalaman Renstra, inovasi pem-biayaan, dan peningkatan peran koordi-nasi dan efektifitas Pada akhir lo-kakarya dengan pengalaman yangdiperoleh dari daerah lain; seluruhprovinsi dan kabupaten menyatakanoptimis melanjutkan agenda pemba-ngunan AMPL. Hal itu perlu didukungdan dibantu dalam teknis pelaksanaan-nya. WH

SEPUTAR WASPOLA

Percik April 2007 35

FOTO:DOK WASPOLA

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Kru stand by sesuai tugas ma-sing-masing. Cahaya lampumenerangi wajah presenter

kondang yang tersenyum membawagelas besar berisi air. Sementara ka-meraman siap dengan angle masing-masing. Lalu terdengar program direc-tor berteriak, "3-2-1 action !".

"Halo, selamat pagi pemirsa, sayamembawa gelas besar air minum karenahari ini adalah Hari Air Sedunia", de-mikian sapa Dick Doank dan Desy Rat-nasari saat membuka acara "SelamatPagi" di Trans7. Pagi itu khusus me-nayangkan serangkaian topik seputarair minum dan sanitasi. KoordinatorPokja AMPL Dr. Oswar Mungkasa hadirsebagai special guest (bintang tamu).

Kesadaran stasiun televisi, radio,dan media cetak dalam mengangkat airminum dan sanitasi tentu menjadi halyang menggembirakan. Mengingat sela-ma ini sebagian besar praktisi mediamenganggap isu sektor AMPL (AirMinum dan Penyehatan Lingkungan)belum menjadi sesuatu yang "sexy"(baca: menarik) untuk diberitakan.

Padahal isu tersebut penting untukdiketahui publik. Selain permasalahanyang cukup rumit, para pelaku sektorAMPL memiliki informasi dan data yangberbeda-beda sehingga membingungkanmedia massa. Lalu kemana media massaharus memperoleh informasi? Jugabelum jelas, sementara kerja media mem-butuhkan waktu yang cepat. Pendapattersebut dilontarkan praktisi media padaacara AMPL Open House, 22 Februari2007, di sekretariat Pokja AMPL JalanCianjur 4 Menteng, Jakarta.

Disisi lain para pelaku sektor airminum merasa banyak proyek telahdilaksanakan, tapi informasi manfaatdan gaungnya kepada publik sangatkecil. Pemberitaan di media massahanyalah seputar bad news (beritaburuk) mengenai AMPL. Hal ini menja-di tantangan semua pihak untuk maududuk bersama termasuk dalam hal inimedia massa, memikirkan jalan keluaryang tepat sehingga terjadi suatu siner-gi maksimal dari kedua belah pihak.

Mengangkat isu AMPL melaluimedia massa

Awal 2007 ini di tingkat pusat mem-persiapkan serangkaian kegiatan imple-mentasi strategi komunikasi, salah satu-nya media relation dan advokasi media.Diawali keikutsertaan tim WASPOLAdalam On Communications Workshop onWater and Sanitation Reform in EastAsia Discussion Forum for Governments,Mass Media, and WSS Agencies yang di-selenggarakan WSP/World Bank di

Bangkok awal Februari 2007.Diikuti enam negara yang meng-

hadirkan peserta dari pemerintah danmedia massa. Delegasi Indonesiadihadiri PU, Depkes, Bappenas, sertamedia massa dari Jakarta Post,Kompas, Kantor Berita Antara, XinhuaNews Agency, dan Trans TV.

Hasil pertemuan di Bangkok, aksipertama yang dilakukan adalah meng-undang media massa berkunjung dirumah AMPL, WASPOLA, dan ISSDP22 Februari 2007. Acara yang dihadirisekitar 25 wartawan dari berbagaimedia massa termasuk empat stasiuntelevisi berlangsung santai dalamjamuan makan siang bersama.

Praktisi media dipertemukan de-ngan orang-orang kunci dari sektorAMPL, seperti Bappenas, PU, Depdagri,Depkes, KLH, WASPOLA, ISSDP danESP/USAID. Nugroho dari Bappenasmenyatakan peningkatan akses dankualitas pelayanan air minum dan sani-tasi bisa diraih melalui partisipasi pu-

SEPUTAR WASPOLA

Percik April 2007 36

Membangun Jejaring Komunikasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Menjadikan Air Minum dan Sanitasi

sebagai Isu "Sexy" bagi Media MassaFOTO:DOK/POKJA AMPL

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

blik dan dalam hal ini media sangat kuatmempromosikan hidup sehat dan per-ubahan perilakunya. Sementara GarrySwisher (Waspola) menambahkan ke-tersediaan komunitas untuk berparti-sipasi tergantung pada pemahaman ter-hadap pentingnya nilai-nilai mengenaiair minum dan sanitasi. Dengan mema-hami isu AMPL, akan sangat membantumedia dalam mengemas pesan ter-hadap publik secara tepat.

Sebagian besar jurnalis menyatakansangat membutuhkan banyak informasidan materi untuk dipublikasikan darisektor ini. Dari pertemuan tersebut, se-mua pihak menggagas pentingnya me-ngembangkan kelanjutan jaringan ko-munikasi dan keterlibatan media dalamacara atau agenda yang serupa.

Mengembangkan jaringan komu-nikasi

Secara tanggap, even di atas ditin-daklanjuti dengan Workshop Commu-nication Networking antara pelaku sek-tor AMPL dengan media massa sejum-lah 50 peserta pada 27 Februari 2007.Workshop ini diselenggarakan olehBAPPENAS, WASPOLA bekerjasamadengan JAS (Jaringan Air dan Sanitasi)dan FORKAMI. Tujuan utama mem-pertemukan dan memetakan potensi se-mua pihak melalui mekanisme jaringankomunikasi sehingga dapat menam-pung informasi secara lebih luas.

Dari sesi pemetaan strategi dite-mukan hal menarik, ternyata banyakkegiatan yang serupa yang dilakukanantarpelaku maupun stakeholder disektor ini. Sehingga akan lebih efektifdan optimal apabila satu sama lain sa-ling berkontribusi maupun meman-faatkan untuk kepentingan bersama.Dikemukakan Harian Jakarta Post danMedia Indonesia yang membutuhkaninformasi, data akurat, dan gambar-gambar di lapangan untuk mendukungpemberitaan seperti Hari Air Sedunia.

Sementara kelompok pelaku sektormempunyai banyak informasi danmateri tetapi tidak tahu bagaimana cara

mempublikasikannya. Jelas terlihat adakebutuhan yang sebetulnya saling men-jawab dari kedua belah pihak, hanyabutuh penyesuaian.

Dari pertemuan ini dihasilkan ke-sepakatan dibentuknya "Jejaring Ko-munikasi AMPL" sebagai wadah salingberbagi informasi dan kampanye pu-blik. Mekanisme pertemuan akan ber-langsung 3 bulan sekali dengan kesekre-tariatan di kantor Pokja AMPL.

Salah satu kegiatan bersama darijejaring ini diwujudkan pada 20 Maret2007 dengan mengadakan "DialogMedia Mengenai Kelangkaan Air Baku:Tantangan dalam Penyediaan Air Mi-num untuk Perkotaan" dalam rangkaPeringatan Hari Air Sedunia 2007.Diskusi yang dimoderatori dr. LulaKamal, artis dan presenter ini diseleng-garakan Pokja AMPL, FORKAMI danESP/USAID.

Menghadirkan Duta MDGs ErnaWitoelar, Deputi Bidang Sarana danPrasarana Bappenas Syahrial Loetan,Direktur Jenderal Pengendalian Penya-kit dan Penyehatan Lingkungan De-partemen Kesehatan I Nyoman Kan-dun, Direktur Jenderal Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum AgoesWidjanarko, dan Kepala BPLHD Pro-vinsi DKI Jakarta Budirama Nataku-sumah.

Dilanjutkan kunjungan ke lokasiKelurahan Jatake, Kecamatan JatiUwung, Tangerang dengan mengun-jungi MCK Plus++ dampingan BESTuntuk melihat bagaimana MCK tidakhanya sebagai tempat pembuangankotoran manusia tetapi sekaligus bisadipergunakan sebagai bahan olahanbiogas yang dapat digunakan untukmemasak sehari-hari. Praktisi medianampak cukup tertarik dengan modelsanitasi semacam ini terbukti lebih darienam media menayangkan program ini.

Perlunya pusat informasi dan pe-ngembangan media AMPL

Hubungan kemitraan yang telahdibangun dengan media massa menun-

jukkan isu AMPL yang tadinya dirasakurang "sexy" sekarang mulai dilirik.Berbagai liputan dan tayangan khususmengenai air dan sanitasi mulai menda-pat tempat di berbagai media massa.Hasil monitoring menunjukkan selamaMaret 2007 lebih dari enam stasiuntelevisi menyiarkan secara intensmelalui pemberitaan, majalah udara,maupun talk show. Demikian juga de-ngan radio dan media cetak. Tulisan-tulisan mengenai AMPL mulai terarahdengan baik.

Perkembangan positif tersebut perluditindaklanjuti dengan membentukAMPL Information Centre sehinggadapat membantu media massa meng-angkat isu AMPL di masa mendatang.Sebagai langkah awal, 11-14 Maret 2007WASPOLA mengadakan PelatihanPengembangan Media AMPL bagi stafinternal dan Pokja AMPL Pusat di Yog-yakarta bekerjasama lembaga pelatihanmedia Studio Audio Visual PUSKAT.

Selama tiga hari pelaksanaan,pelatihan dengan metode learning bydoing ini bermaksud mengembangkanpemahaman dan ketrampilan pesertatentang media komunikasi AMPL yangtepat sasaran dan efektif, salah satu halyang penting adalah kemampuan kerjatim. Peserta berlatih mengenai karak-teristik media dan menghasilkan pro-duksi sendiri baik foto esai, dramaradio, dan program iklan layananvideo/televisi. Tim juga berkesempatanmengunjungi Radio Komunitas BBMyang dikelola sendiri oleh masyarakatDesa Minomartani serta mengadakansiaran langsung dengan masyarakatsetempat.

Bagaimanapun pelaku sektorAMPL membutuhkan kekuatan me-dia untuk publikasi sementara mediamembutuhkan materi AMPL sebagaibahan tayangan kepada publik.Terciptanya dialog dan public sphe-re menjadi salah satu strategi pen-ting sehingga nantinya terjadi par-tisipasi publik yang positif dan kritisterhadap pembangunan AMPL. WH

SEPUTAR WASPOLA

Percik April 2007 37

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Sejumlah 1719 jamban keluargadibangun selama kurun waktusatu tahun. Sebuah prestasi

yang menggembirakan bagi warga dienam desa dari lima kecamatan yaituSaketi, Pagelaran, Angsana, Patia, danSukaresmi, Kabupaten Pandeglang,Provinsi Banten. Terlebih pembuatanjamban atau cubluk itu dengan swadayaalias tanpa subsidi pemerintah.

Prestasi ini karena kesadaran wargaterhadap resiko pencemaran lingkung-an yang disebabkan praktek buang airbesar (BAB) di tempat terbuka atau disungai. Kesadaran ini yang pada akhir-nya menggiring warga Pandeglang ber-inisiatif membangun jamban di bela-kang rumah.

Pantas bila kesadaran warga iniakhirnya membuahkan hasil berupapenghargaan dari Museum Rekor Indo-nesia (MURI). "Pembuatan JambanTerbanyak 1719 dalam Kurun Waktu Sa-tu Tahun", demikian MURI mencatatprestasi yang diukir warga Pandeglang.

Penyerahan piagam MURI dilaku-kan oleh Representatif MURI Nadri ke-pada Bupati Pandeglang A. Dimyati ber-tepatan Hari Jadi Kabupaten Pande-glang yang ke-133, Minggu 1 April 2007.

Penghargaan ini tak terlepas dariprakarsa Kelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkungan (PokjaAMPL) Provinsi Banten dan PCI(Project Concern International), pe-megang dan penyelenggara PemkabPandeglang, dan pendukung yaitu fo-rum lima kecamatan dan penggerakPKK lima kecamatan, serta PokjaAMPL Pusat dan WASPOLA (WaterSupply and Sanitation Policy andAction Planning Project).

Dimyati mengatakan penghargaan

ini sebagai sebuah tantangan agar lebihbersemangat lagi dalam membudaya-kan hidup bersih dan sehat. "Semangatdan usaha keras ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah ka-bupaten dan warganya," ungkapnya se-usai menerima piagam penghargaan

MURI.Diawali gerakan CLTS (Community

Led Total Sanitation) yaitu gerakan sa-nitasi total yang dilakukan sepenuhnyaoleh masyarakat dan gerakan ini di-inisiasi WASPOLA melalui pelatihan diprovinsi Banten. Ini yang pada akhirnyamenginspirasi Pokja AMPL ProvinsiBanten menindaklanjutinya denganfasilitasi PCI.

Gerakan yang memfokuskan diri pa-da pemberdayaan masyarakat ini dila-kukan untuk mengkaji keadaan dan re-siko pencemaran lingkungan yang dise-babkan praktek buang air besar di tem-pat terbuka. Dan ternyata pendekatandengan cara menimbulkan rasa jijik danmalu kepada warga, terbukti ampuhmemancing warga membangun jamban.

BW

SEPUTAR WASPOLA

Percik April 2007 38

Pembuatan Jamban Terbanyak 1719 dalam Satu Tahun

MURI untuk Warga Pandeglang

Ternyata pendekatandengan cara

menimbulkan rasa jijikdan malu kepada

warga, terbukti ampuhmemancing warga

membangunjamban.

FOTO:WIWIT

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Sudah lebih dari 10 tahun pen-canangan Hari Air Sedunia.Rupanya air akan selalu menjadi

persoalan yang kompleks yang dialamibanyak negara, terutama negara-negaramiskin. Tak disangkal karena airmemang menjadi kebutuhan dasarmanusia.

Hari Air Sedunia (World WaterDay) diperingati setiap tanggal 22 Ma-ret. Peringatan ini sebagai wahanauntuk memperbarui satu tekad dalammelaksanakan Agenda 21 yang dice-tuskan pada tahun 1992 dalam UnitedNations Conference on Environmentand Development (UNCED) yang dise-lenggarakan di Rio de Janeiro. Peristiwaitu secara populer dikenal sebagai EarthSummit (KTT Bumi).

Pada sidang umum PBB ke-47, 22Desember 1992 melalui Resolusi Nomor147/1993, usulan Agenda 21 diterimasekaligus ditetapkan pelaksanaan HariAir Sedunia setiap 22 Maret mulaitahun 1993 di setiap negara anggotaPBB termasuk Indonesia.

Saat ini, sekitar 100 juta pendudukIndonesia belum berkesempatan mem-punyai akses air yang aman untukdikonsumsi.

Dalam catatan Wahana LingkunganHidup (Walhi) Pusat, jumlah volume airtotal di bumi sekitar 1,4 miliar km3.Jumlah yang sungguh besar dan 97,3persen adalah air laut. Hanya 2,7 persensaja air yang tersedia sebagai air tawaryang ada di daratan.

Namun jumlah air tawar yang terse-dia di planet yang dihuni manusia ini,sebanyak 37,8 juta km3 air tawar terse-but berupa lapisan es di puncak-puncakgunung dan gleyser dengan porsi 77,3

persen. Sementara air tanah danresapan hanyalah 22,4 persen serta airdanau dan rawa hanya 0,35 persen. Laluuap air di atmosfer sebanyak 0,04persen dan sisanya merupakan air su-ngai sebanyak 0,01 persen.

Maka dari itu, tidak salah bila ditahun 2007 ini, tema yang dipetikadalah Menanggulangi Kelangkaan Air(Coping with Scarcity). Tema ini me-nyoroti peningkatan signifikan darikelangkaan air di dunia dan perlunyapeningkatan kesatuan dan kerjasamadalam menjamin manajemen kelang-kaan sumber daya air yang berkelanjut-an, efisien, dan adil, baik di tingkatinternasional maupun lokal.

Indonesia sebagai negara kepulauanyang dikelilingi lautan dengan berlatariklim tropis, secara kuantitas tak akankekurangan air. Namun, setiap tahunkualitas air selalu menurun sementarakebutuhan akan air bersih terus

meningkat.Dengan demikian tema ini menjadi

penting karena sumber daya air kitatelah mengalami degradasi dengantingkat kecepatan yang semakin mence-maskan dan telah mencapai tingkatankrisis untuk ketersediaan air bersih.Demikian juga jumlah kejadian bencanaalam yang terkait dengan air (banjir dantanah longsor) yang terjadi di seluruhIndonesia semakin meningkat denganjumlah korban manusia yang meninggalmencapai lebih dari 750 orang, hilanglebih dari 250 orang, dan ratusan ribuorang mengungsi serta menyebabkanlebih dari 200.000 rumah telah rusakselama periode 5 tahun terakhir.

Food and Agriculture Organizationof the United Nations (FAO) atas namaUnited Nations - Water (UN-Water),selaku penyelenggara kegiatan, telahmenyiapkan beberapa agenda kegiatandalam menyambut Hari Air Sedunia

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 39

Hari Air Sedunia 2007

Menyiasati Kelangkaan AirFOTO:MALIK

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

yang telah dimulai sejak Januari hinggaMaret lalu. Acara utama PeringatanHari Air Sedunia pada 22 Maret 2007dipusatkan di kantor pusat (headquar-ters) FAO, Roma, Italia. Dalam acara inidihadiri para ahli dari seluruh duniayang menyampaikan isu-isu terkait de-ngan permasalahan kelangkaan air.

Sementara kegiatan Perayaan HariAir Sedunia 2007 di Indonesia dilak-sanakan oleh berbagai pihak denganbentuk dan caranya masing-masing.

1. Bappenas, FORKAMI dan ESP-USAID, Pokja AMPL Pusat menggelarDiskusi dan Kunjungan Media dengantema "Kelangkaan Air Baku: Tantangandalam Penyediaan Air Minum untukPerkotaan di Gedung Bappenas,Jakarta, Selasa (20/3). Diskusi meng-hadirkan pembicara Deputi BidangSarana dan Prasarana BappenasSyahrial Loetan, Direktur JenderalCipta Karya Departemen PekerjaanUmum Agoes Widjanarko, DirekturJenderal Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan DepartemenKesehatan I Nyoman Kandun, KepalaBPLHD Provinsi DKI Jakarta BudiramaNatakusumah, dan Lula Kamal selakumoderator. Seusai diskusi, insan persberkunjung ke Kelurahan Jatake,Kecamatan Jati Uwung, Tangerang,untuk mengamati bangunan MCKPlus++.

2. Sebuah talkshow menarik dalamkemasan acara "Selamat Pagi" di layarTrans7, Kamis (22/3) pagi, memetiktopik "Hidup dengan Sanitasi danKetersediaan Air yang Lebih Baik".Dihadirkan narasumber KasubditPersampahan dan Drainase BappenasOswar Mungkasa dengan presenterDesy Ratnasari dan Dik Doank.

3. Radio Delta FM Jakarta meng-adakan talkshow mengenai air dalamkemasan acara "Indonesia Siesta",Kamis (22/3) siang. Talkshow meng-angkat tema "Kelangkaan Air Baku:Tantangan dalam Penyediaan AirMinum untuk Perkotaan". KasubditPersampahan dan Drainase Bappenas

Oswar Mungkasa didaulat sebagai nara-sumber didampingi pembawa acaraartis cantik Shahnaz Haque.

4. Berbagai kegiatan yang dikoordina-si oleh Departemen Pekerjaan Umumantara lain kampanye peduli air dan peng-galakan Hari Air Sedunia, berbagailokakarya, pameran dan perlombaan, dankegiatan hingga tingkat daerah. Sebagaipuncak acara Hari Air Sedunia 2007untuk tingkat Nasional berupa penanam-an pohon langka bernilai ekonomi(arboretum) di Daerah Aliran Sungai(DAS) kritis dengan semangat "MudaMenanam, Tua Memanen" pada 9 Mei2007 di Situ Cikaret, Bogor.

5. Sejumlah Lembaga Swadaya Ma-syarakat (LSM) pemerhati lingkunganmenggelar kampanye peduli lingkungandi Pantai Ancol, Jakarta Utara. Kampanyeyang bertepatan dengan peringatan HariAir Sedunia ini disponsori Yayasan AnandAshram, yang berafiliasi dengan Perseri-katan Bangsa-Bangsa (PBB) dan NationalIntegration Movement. Mereka mengajakmasyarakat agar mencintai air dan alamsekitar.

6. Sekitar 45 mahasiswa ITS (Ins-titut Teknologi Surabaya) yang terga-bung dalam Pecinta Lingkungan Hidup(PLH) Siklus ITS Surabaya menggelaraksi teatrikal di perempatan GubengPojok, Minggu (11/3). Mereka secarakhusus menyoroti kondisi air SungaiKalimas yang sudah sangat tercemar

meski sampai sekarang masih menjadibahan baku air minum warga Surabaya.

7. Memperingati hari air sedunia, ra-tusan siswa sekolah dasar di Kota Solomenebarkan benih ikan di kolamKapujanggan yang terletak di KompleksSriwedari Solo, Jumat (23/2). Merekajuga membersihkan lingkungan di seki-tar kolam yang dibangun sejak PakuBuwono X tersebut.

8. Mahasiswa Program Studi TeknikLingkungan - FT UI menyelenggarakankegiatan Uji Kualitas Air (UKA) gratisatau diskon hingga 90% biaya pemerik-saan kualitas air untuk parameter ter-tentu. Progam UKA berlangsung daritanggal 1 hingga 22 Maret 2007.

9. Perayaan Hari Air Sedunia di Pro-vinsi Nangroe Aceh Darussalam dipu-satkan di Taman Sari sebagai bentukperingatan akan pentingnya menjaga sum-ber air bagi masyarakat. Tema Hari AirSedunia 2007 yaitu "Mengatasi Kelang-kaan Air" saat ini dirasakan langsung seba-gian masyarakat Serambi Mekkah itu. Takhanya di kota Banda Aceh, kondisikelangkaan air juga terjadi di daerah huluseperti di Desa Jruek Balee.

10. Lembaga Swadaya Masyarakat Ge-rakan Bersama Rakyat (LSM Gebrak) me-lakukan teatrikal mandi di Bundaran Oto-rita Batam (OB) guna memperingati HariAir Sedunia. Teatrikal ini menggambarkanbetapa sulit dan mahalnya air yang meru-pakan kebutuhan pokok manusia. BW

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 40

1994 : Caring for Our Water Resources is Everyone's Business (Peduli Akan Sumber Daya Air adalah Urusan Setiap Orang)

1995 : Water and Women (Air dan Wanita)1996 : Water for Thristy City (Air untuk Kota-Kota yang Haus)1997 : The World's Water: is There Enough? (Air Dunia Cukupkah?)1998 : Groundwater-The Invisible Resource

(Air Tanah-Sumber Daya yang Tak Kelihatan)1999 : Everyone Lives Downstream (Setiap Orang Tinggal di Bagian Hilir)2000 : Water for 21st Century (Air untuk Abad 21)2001 : Water for Health (Air untuk Kesehatan)2002 : Water for Development (Air untuk Pembangunan)2003 : Water for Future (Air untuk Masa Depan)2004 : Water and Disasters (Air dan Bencana)2005 : Water for Life (Air untuk Kehidupan)2006 : Water and Culture (Air dan Budaya)2007 : Coping with Scarcity (Menanggulangi Kelangkaan Air)

TEMA-TEMA HARI AIR SEDUNIA SETIAP TAHUN

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Akses terhadap air bersih dan sa-nitasi bagi sebagian besar ma-syarakat Indonesia dinilai sangat

kurang. Hingga saat ini, kurang lebih 100juta penduduk Indonesia belum mempu-nyai akses terhadap air yang aman untukdiminum dan sanitasi dasar.

Berdasarkan laporan MDGs (Millen-nium Development Goals) Asia-Pasifik2006 dan laporan A Future WithinReach, Indonesia termasuk dalamnegara-negara yang mundur dalamupaya pencapaian MDGs.

Demikian persoalan yang mencuatdalam Diskusi dan Kunjungan Mediadengan tema "Kelangkaan Air Baku:Tantangan dalam Penyediaan Air Mi-num untuk Perkotaan" dalam mempe-ringati Hari Air Sedunia 2007. Acara inidigelar POKJA AMPL kerja sama FOR-KAMI dan ESP-USAID pada 20 Maret2007 di Bappenas.

Acara yang dihadiri media massa danelektronik ini menghadirkan pembicaraErna Witoelar (MDGs Ambassador), Syah-rial Loetan (Plt. Deputi Bidang Sarana danPrasarana Bappenas), Agoes Widjanarko(Direktur Jenderal Cipta Karya DepartemenPekerjaan Umum), I Nyoman Kandun(Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penye-hatan Lingkungan Departemen Kesehatan),Budirama Natakusumah (Kepala BPLHDProvinsi DKI Jakarta), dan Lula Kamalsebagai moderator.

Duta MDGs Erna Witoelar mema-parkan untuk sampai ke target MDGspada tahun 2015, kinerja pencapaianIndonesia kurang menggembirakan danbahkan cenderung adanya penurunan.Hal ini menempatkan Indonesia dalamkategori terbawah bersama Banglades,Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan,Papua Nugini dan Filipina.

"Pada laporan MDGs 2006, penu-runan pencapaian kerja Indonesia dan

beberapa negara lain tak hanya soal airdan sanitasi, tapi juga bidang pen-didikan dan kematian ibu melahirkan,"ungkap Erna. Menurutnya, bermacamhal mempengaruhi kondisi penurunanini, seperti adanya konflik politik danbanyak terjadinya bencana.

Ironisnya, meskipun Indonesia ma-suk 10 negara kaya air namun ancamankrisis air baku tak bisa terhindarkan.Menurut catatan, dari kondisi neraca airdi Pulau Jawa, hingga tahun 2000ketersediaan air per kapita di Jawasebesar 1.750 meter kubik per kapita pertahun jauh di bawah standar cukupyaitu minimal 2.000 meter kubik perkapita per tahun.

Angka ini diperkirakan semakinmenurun hingga mencapai 1.200 meterkubik per kapita per tahun pada 2020.Selain Jawa, kelangkaan air juga akanmengancam Bali, Nusa Tenggara Baratdan Sulawesi Selatan.

Potensi kelangkaan air bakusemakin diperparah oleh pencemaransungai terutama air limbah rumah tang-ga. Sebanyak 76,2 persen dari 52 sungaidi Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesitercemar berat oleh cemaran organik.Sementara 11 sungai-sungai utama ter-cemar berat unsur amonium.

Mayoritas sungai yang terdapat dikota padat penduduk seperti Jawa, cen-derung lebih tercemar oleh bakteri coli-form dan fecal coli. Keberadaan bakterifecal coli menunjukkan terjadinya pen-cemaran tinja dan bakteri ini adalahpenyebab utama penyakit diare.

Lebih lanjut Erna mengatakan kon-disi memprihatinkan yang terjadi diIndonesia ini membutuhkan kerja samasemua pihak agar tercapai kondisi yanglebih baik. "Setiap peran masyarakat itupenting seperti berkampanye, member-sihkan sungai, membuat sumur re-

sapan, dan sebagainya," ungkapnya.Hal yang sama diungkapkan Syah-

rial Loetan (Plt. Deputi Bidang Sarana danPrasarana Bappenas). Menurutnya, bu-ruknya penanganan sanitasi di In-donesia terjadi akibat anggapan bahwamasalah sanitasi sepenuhnya tanggungjawab masing-masing rumah tanggadan persoalan dianggap selesai saatsebuah rumah tangga sudah menyedia-kan fasilitas sanitasi dengan baik.

"Sudah seharusnya sanitasi bukanlagi urusan pribadi tapi menjadi per-soalan bersama antara pemerintah danmasyarakat. Jadi penanganan sanitasiharus dilakukan bersama karena kon-disi mendesak dan tak bisa ditunda-tun-da lagi," tutur Syahrial.

Lebih jauh Kepala BPLHD ProvinsiDKI Jakarta Budirama Natakusumahmemaparkan kondisi air permukaandan air tanah di wilayah DKI Jakarta.

Limbah di wilayah Jakarta, didominasidari limbah rumah tangga (domestik) yangmencemari 13 aliran sungai di Jakarta.

"Hal ini, perlu adanya upaya-upayapencegahan antara lain penerapan peratur-an-peraturan berkenaan dengan pengelo-laan air limbah domestik," jelas Budirama.

Sementara I Nyoman Kandun, DirjenPengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan Departemen Kesehatan, men-jelaskan keinginannya untuk terus men-sosialisasikan perilaku hidup bersih dansehat. "Bukankah sebuah kemustahilan kitabisa hidup sehat tanpa air bersih?," katanya.

Berdasarkan penelitian, kita mencu-ci tangan dengan sabun dan air meng-alir merupakan tindakan pencegahandari penyakit hingga 65 persen. "Peri-laku hidup bersih dan sehat ini sangattergantung kondisi ekonomi dan pen-didikan yang baik. Kuncinya, bumi bisadihuni manusia karena air," demikianI Nyoman Kandun. BW

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 41

Diskusi dan Kunjungan Media

Sanitasi Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 42

Siapa tak merasa nyaman hidup dilingkungan bersih? Apalagi bilakebutuhan berupa MCK (mandi,

cuci, kakus) terpenuhi dengan baik.Tentu karena kebutuhan itu diperlukansetiap saat oleh semua orang.

Permasalahan kebutuhan dasarberupa MCK kerap dialami masyarakaturban yang, demi kelangsungan hidup-nya, rela berjubel-jubel hidup di kota."Sejak ada bangunan MCK plus ini jadienak. Nggak kayak dulu harus antri dipompa air," kata Hartati (54), wargaKelurahan Jatake, Kecamatan JatiUwung, Tangerang, saat kunjunganmedia dalam rangka Hari Air Sedunia2007 yang digelar Pokja AMPL, Selasa(20/3).

Hartati, salah satu warga yangmerasa beruntung sebab kompleks dimana ia tinggal dibangun sebuah MCKPlus++. "Di sini banyak kontrakanuntuk karyawan pabrik dan kebutuhanair susah. Sekarang mah semua sudahterpenuhi. Mandi, cuci, gampang,"ujarnya berbinar.

Bangunan dengan teknologi Jermanyang terletak di Kelurahan Jatake, RT02/01, Kecamatan Jatiuwung, KotaTangerang ini terdiri dari 12 kamar, enamuntuk toilet dan enam lagi untuk mandidengan menggunakan shower. Sementaratempat mencuci berada di luar.

Tak hanya itu, tinja masyarakat pundimanfaatkan sebagai biogas untukmemasak dan penerangan. Di kompleksbangunan berbiaya Rp 200 juta denganukuran 3 x 8 meter ini terdapat sumurresapan dan taman sehingga ling-kungan sekitar kian bersih, sehat, dannyaman.

Marwan (50), petugas MCK++, se-usai Subuh sudah berada di lokasi danbertugas hingga pukul 22.00 WIB.

Menurutnya, untuk sekali buang airorang membayar Rp 300,-, untukmandi Rp 400,-, sementara mencuciRp 1.000,-. "Di sini yang memakaikebanyakan ya karyawan pabrik. Seharisekitar 150 orang yang memakainya,"tutur bapak tiga anak ini.

Ditemani istri tercinta, Marwanmembuka warung kecil di kompleks itu.Untuk memasak air atau mi instan, bio-gas hasil MCK++ itulah yang diguna-kan. Tak ada yang perlu dikhawatirkankarena kompleks di mana MCK ini ber-ada selalu bersih dan nyaman.

Proyek MCK ini ditangani BEST(Bina Ekonomi Sosial Terpadu) denganmelibatkan partisipasi masyarakat.Direktur BEST Hamzah Harun AlRasyid mengatakan tangki septik MCKini dibangun kedap air dan kedap udara."Jadi terjamin kebersihan dan kese-hatannya," ungkapnya.

Sudah banyak rumah tangga di

Indonesia, terutama yang bermukim diperkotaan, yang memiliki tangki septiksebagai penampung buangan tinja.Jumlahnya hampir 80 persen. Hanyaapakah penampung buangan tinja itusudah memenuhi syarat kesehatan?Sebab tangki septik setidaknya berjarak10 meter dari sumur dan tidak bocor.Saat ini, di Tangerang terdapat 26 titikMCK++ yang sudah beroperasi.

Tahun 2003, sistem ini diadopsiPemerintah Indonesia melalui pilotproject SANIMAS (Sanitasi oleh Masya-rakat) melalui kerjasama AUSAID,WSP, dan Bank Dunia. Pada SANIMAS,pelibatan masyarakat menjadi kunciutama pelaksanaan program. Kontri-busi masyarakat dipersyaratkan danfasilitas dikelola langsung oleh masya-rakat. Sejak 2005, konsep SANIMAStelah direplikasi Departeman PekerjaanUmum dan telah menjangkau sekitar 80kabupaten/kota. Bowo Leksono

Lebih Nyaman denganMCK Plus++

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Permukiman ku-muh dicirikan se-bagai lingkungan

permukiman dengan ting-kat hunian dan kepadatanbangunan yang sangattinggi, kualitas rumah atauperumahan yang sangatrendah serta tidak me-madainya prasarana dansarana dasar seperti air mi-num, jalan, air limbah,sampah dan drainase.

Upaya untuk menyu-sun kerangka kebijakanpenanganan permukiman kumuh di-awali dengan lokakarya pada 7-9 De-

sember 2006 yang digagas DirektoratPermukiman dan Perumahan-BAPPE-

NAS dengan KementerianNegara Perumahan Rak-yat. Rencananya penyu-sunan kerangka kebijakantersebut akan melibatkanseluruh stakeholders ter-kait melalui sebuah ke-lompok kerja.

Dengan adanya upayatersebut diharapkan dapattersusun kerangka kebi-jakan penanganan permu-kiman kumuh yang akanmenjadi panduan bagi se-mua pihak dalam me-

nangani permukiman kumuh di In-donesia. BW

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 43

Lokakarya Penyusunan Kerangka Kebijakan

Penanganan Permukiman Kumuh

Dalam kaitan pelaksanaan programUNICEF 2007 di NTT, dilaksana-kan Lokakarya Koordinasi dan

Perencanaan Program Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan (AMPL) ProvinsiNTT kerjasama UNICEF 28 Februari - 1Maret 2007 di Kupang.

Lokakarya dibuka sekretaris Bappe-da NTT dan dihadiri wakil dari Bappe-nas, Departemen Pekerjaan Umum,UNICEF, sekretariat Pokja AMPLPusat, instansi provinsi dan daerahyang mendapat dukungan UNICEF,yaitu Kabupaten Alor, Ende, Belu, danSikka. Lokakarya ini hasil kerjasamaUNICEF, Bappeda NTT, Pokja AMPLpusat, dan WASPOLA.

Astrid, perwakilan UNICEF, menge-mukakan perlunya meningkatkan kualitasprogram kerjasama AMPL antara Pe-merintah Indonesia dan UNICEF. "Padasaat ini daerah mitra kerja baru men-

jangkau NTT dan NTB, tetapi selanjutnyadapat diperluas ke sembilan daerah mitrakerja," katanya di sela lokakarya.

Pada kesempatan diskusi mengemu-ka beberapa isu utama terkait pemba-ngunan AMPL, yaitu (i) kerusakanlingkungan dan pencemaran sumbermata air, (ii) rendahnya kemampuan

masyarakat, (iii) kurangnya keterli-batan masyarakat dalam pemeliharaanhasil pembangunan, (iv) pemilihanteknologi tepat guna, (v) rendahnyakesadaran masyarakat, (vi) konflikpemanfaatan sumber daya air, (vii)lemahnya koordinasi, (viii) kurangnyakonsistensi rencana dan implementasi,(ix) tidak tersedianya basis data, dan (x)tidak tersedianya rencana strategis.

Secara garis besar, kegiatan kerja-sama pada 2007, mencakup (i) pe-ningkatan kapasitas berupa pemben-tukan Pokja AMPL di masing-masingdaerah, pembenahan dan pengelolaandata dan penyusunan renstra, (ii) pe-ningkatan kesadaran masyarakat me-lalui PHBS dan CLTS, (iii) pemba-ngunan fasilitas berupa PenampungAir Hujan (PAH) dan jamban sekolah,dan (iv) pembenahan monitoring danevaluasi. BW

Lokakarya Koordinasi dan Perencanaan

Program AMPL di NTT

FOTO:ISTIMEWA

FOTO:DOK/POKJA AMPL

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

"Ibu tahu kapan hari airsedunia?," tanya Geri Andrian,pelajar SMA YPI 45 Bekasi,

kepada seorang ibu yang berada disebuah mobil. Sambil menerimasebatang bibit pohon dari Geri, ibu itupun balik bertanya, "Enggak tuh.Emang kapan?".

Mungkin memang tidak pentingorang harus tahu kapan hari airsedunia. Dan tak ada keharusan pulaorang memperingatinya. Karena yangpaling penting adalah memahamihakekat dan esensinya. Air adalah kebu-tuhan dasar manusia, tak satupunmanusia mampu mengelaknya.

Memperingati Hari Air Seduniayang jatuh tepat pada 22 Maret 2007,Perusahaan Coca-Cola Indonesia ker-jasama USAID Indonesia menggelarkegiatan di Bumi Perkemahan danWisata (Buperta) Cibubur, Jakarta,pada 18 Maret 2007. Kegiatan ini meli-batkan 40 pelajar dari empat SMA diBekasi yaitu SMAN 2, SMAN 6, SMAYPI 45, dan SMA Al-Azhar KemangPratama. Disamping sejumlah wargaKampung Wangkal dan pelajar SDNSukadanau, serta beberapa pakarlingkungan dan pengelolaan air.

Mengapa peringatan Hari AirSedunia 2007 dirayakan di Cibubur?Menurut Deputy Chief ExecutiveOperating Committee Coca-ColaFoundation Indonesia Triyono Prijo-soesilo, Cibubur merupakan daerahtangkapan hujan dan kantong air yangdekat dengan masyarakat sekitarJakarta. "Cibubur dengan luas 210 hek-tar adalah hutan kota sebagai wilayahpenyerapan air yang perlu menda-patkan perhatian masyarakat," katanya.

Menjadi acara puncak yaitu memba-gi 2.007 bibit pohon kepada masya-rakat. Diharapkan masyarakat lebih

peduli terhadap air dan konservasilingkungan hidup. Sejumlah 500 bibitdibagikan kepada pengemudi yang

melewati jalan seputar Cibubur. Sisanyadiserahkan ke sekolah-sekolah dan pe-ngelola area rehabilitasi lahan kritis danarea hulu sungai.

Sementara Titie Sadarini, ChiefOperating Committee Coca-Cola Founda-tion Indonesia, mengatakan dengan mem-bagikan bibit pohon, pihaknya mengajakmasyarakat untuk menanam pohon dilingkungan mereka agar membantu prosespenyerapan air. "Dengan demikian, setiapindividu dapat aktif berperan serta dalamusaha pengentasan masalah kelangkaanair," tuturnya.

Tak hanya di Jakarta. Kegiatan yangmerupakan bagian dari Program CintaAir ini juga digelar di beberapa wilayahdi Semarang dan Surabaya. BW

SEPUTAR AMPL

Percik April 2007 44

Menyambut Hari Air Sedunia

Berbagi Pohon Berbagi Kehidupan

L inawati, wanita yang berprofesisebagai guru Biologi di SMAN 6Bekasi itu tekun mengajak anak-

anak didiknya untuk mencintai air. Iamengajari bagaimana mengukur kan-dungan oksigen di air danau Cibubur saatperayaan Hari Air Sedunia yang digelarCoca-Cola Indonesia dan USAID.

"Hasilnya 1,7 mililiter per tigamenit," kata Tia Marianti, pelajar kelas IIIPA setelah mengambil air di tengahdanau ke dalam gelas ukur kemudianmemasukkan tanaman jenis hidra. Gurupun menyimpulkan bahwa kandunganoksigen sedang. "Semakin banyak pohonyang tumbuh makin tinggi proses fotosin-tesa yang akan menghasilkan oksigen,"tutur Linawati.

Sebagai pelajar, Tia merasa senang bisaturut merayakan Hari Air Sedunia. Ia yangbiasanya hanya berkutat diseputar teori,kali ini bisa langsung praktek, mengamatikandungan oksigen dalam air. "Saya berke-

simpulan kalau kita sudah saatnya berhe-mat air. Caranya dengan memulai dari dirisendiri, seperti mandi menggunakan show-er," ungkap dara berwajah hitam manis ini.

Para pelajar dari empat SMA diwilayah Bekasi itu diajak untuk peka ter-hadap lingkungan terutama terkait per-masalahan air dan konservasi tanaman.Banjir yang dialami Jakarta atau tempat-tempat lain di Indonesia setiap tahun,sedikit banyak merupakan dampak keti-dakpedulian masyarakat terhadap airdan konservasi lingkungan.

Kepada Percik, Triyono Prijosoesilomengatakan kegiatan yang melibatkanpelajar SMA merupakan bagian ProgramCinta Air dengan pendekatan edukasiberupa program Go Green School (GGS)atau program sekolah hijau. "Denganmelibatkan para remaja, diharapkanmereka menjadi generasi yang tahu artipenting air dan perlindungan lingkunganhidup," tegasnya. BW

Bermain Sambil Belajar

FOTO:BOWO LEKSONO

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

The Environmental Services Pro-gram (ESP) yang didanai TheUnited States Agency for Inter-

national Development (USAID) bekerjasama dengan masyarakat Indonesia danpemerintah setempat membuat pro-gram pencegahan penyebaran diaremelalui peningkatan akses air bersih,pembangunan tangki septik komunal,perlindungan mata air, meningkatkankepedulian terhadap pentingnya men-cuci tangan dengan sabun, menga-mankan pengolahan dan penyimpananair, dan pengumpulan sampah denganmempromosikan komposting dan daurulang.

ESP bekerja di daerah tangkapan airdi tujuh provinsi, yaitu Nanggroe AcehDarussalam, Sumatera Utara, JawaTimur, Jawa Tengah, Yogyakarta, JawaBarat, dan Jakarta dengan total popu-lasi lebih dari setengah jumlah pen-duduk Indonesia yang mencapai 200juta jiwa.

ESP melakukan pendekatan darihulu ke hilir untuk menyatukan mana-jemen sumber daya air dengan pe-ningkatan kesehatan, menciptakan se-buah pendekatan Blue Thread denganair sebagai tema integrasi untukmenghubungkan kesehatan lingkungandan manusia.

Dengan inisiatif masyarakat, ESPmendukung empat bidang teknis:

1. Manajemen Batas Air dan Kon-servasi Keanekaragaman Hayati;Bersama pihak terkait ESP men-stabilkan dan meningkatkan suplaiair baku untuk penduduk kota dihilir.

2. Penyediaan Pelayanan Lingkung-an; ESP membantu peningkatan

penyediaan air bersih, sanitasi,dan pelayanan manajemen sam-pah untuk daerah perkotaan dansub-urban.

3. Pendanaan Pelayanan Lingkung-an; ESP berusaha membantu pen-danaan yang dibutuhkan untukjangka panjang dan menengahbagi masyarakat maupun sektorswasta untuk menstimulasi inves-tasi dalam produksi dan distribusiair bersih seperti dalam halpengembangan sistem penyaluranair kotor.

4. Strategi Komunikasi untuk Per-ubahan Perilaku; ESP bekerjasama dengan jaringan media lokalmengangkat kepedulian dan wa-cana tentang isu-isu penting air,lingkungan dan kesehatan melaluikampanye tetap multi-media.

Dari tujuh provinsi yang menjadidaerah kerja ESP, di setiap provinsi

tersebut ESP menerapkan pendekatanterpadu untuk membawa empat aspekteknik secara bersamaan dalam men-dukung inisiatif berbasis masyarakat dilokasi atau masyarakat yang spesifik.

Pendekatan terpadu ESP terdiri dariBlue Thread, Clean-Green-Hygiene,dan Water for The Poor.

Blue ThreadPendekatan Blue Thread ESP meng-

gunakan penyediaan air baku sebagaijalan masuk meningkatkan kesehatanmasyarakat dan mengembalikan sertamempertahankan ekosistem yangmenyediakan air sebagai sumberkehidupan masyarakat. ESP membantumenciptakan jaringan masyarakat, darihulu ke hilir, yang mampu berbicaradan bertindak secara lokal untukkepedulian daerah tangkapan air secaraluas.

Staf lapangan ESP membantu ma-

PROGRAM

Percik April 2007 45

Airuntuk Kesehatan Lingkungan dan Manusia

FOTO:ISTIMEWA

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

syarakat mengidentifikasi tindakanyang bisa mereka ambil untuk melin-dungi daerah tangkapan air yang men-jadi sumber air. Dengan dukungan ESP,sekarang masyarakat melindungi mataair, membangun kebun-kebun, danmenanami kembali lahan-lahan yangterdegradasi.

Clean Green HygienePendekatan Clean Green Hygiene

menggunakan sanitasi dan sampahsebagai cara lain meningkatkan kese-hatan masyarakat. Air buangan dansampah rumah tangga mengandungkontaminan baik organik maupun non-organik dan juga bakteri pathogen se-hingga memerlukan pengolahan sebe-lum dibuang ke lingkungan.

Namun sayangnya, di sebagianbesar wilayah Indonesia, tidak terdapatinfrastruktur yang cukup yang dibu-tuhkan untuk pengolahan tersebutseperti sistem pengumpulan dan pem-buangan sampah, serta instalasi pengo-lahan air buangan kota. Badan airseperti sungai, saluran irigasi, dan salu-ran drainase kerap dijadikan tempatpembuangan air buangan rumah tang-ga, sampah, buangan pertanian, danjuga buangan industri.

Tragisnya, namun sebenarnya sa-ngat bisa dicegah, sebagai akibat darikehidupan yang lekat dengan air buang-an dan sampah yang tidak terolahadalah terdegradasinya badan air, tim-bulnya penyakit, meningkatnya biayakesehatan, meningkatnya ketidakhadir-an siswa di sekolah, terhambatnya per-tumbuhan dan perkembangan anak-anak, dan sebagai batas akhirnyahilangnya nyawa masnusia.

Program ini bekerja bersama masya-rakat, pemerintah setempat, dan or-ganisasi non-pemerintah untuk mengi-dentifikasi segala tindakan yang dapatdiambil mereka sendiri, mulai darikegiatan sederhana dan bekerja menujupemecahan yang sangat kompleks,seperti membantu masyarakat mengi-

dentifikasi kondisi mereka saat ini danbagaimana peluangnya.

Water for The PoorDi daerah urban, ESP membangun

kapasitas PDAM untuk melindungisumber penyediaan air kota yang digu-nakan PDAM. Bantuan teknis secaralebih jauh diberikan berdasarkan per-mintaan hingga 30 PDAM. Berkisar daristudi kelayakan untuk peningkatansumber air baku dan atau pengembang-an jaringan distribusi.

Sehubungan peningkatan kapasitasteknis dan keuangan PDAM dan perlin-dungan sumber air baku, PDAM men-dukung meningkatkan pelayanan kepa-da masyarakat kota dengan penekanan

terutama pada masyarakat miskin yangtidak terlayani. Prinsip yang dipegangESP dalam meningkatkan akses untukmasyarakat miskin yaitu keluargamiskin bisa membayar tarif normalPDAM sehingga mereka mendapatkanpelayanan yang berkelanjutan danmemberikan kondisi pembayaran yangfleksibel (penarikan tarif secara harianoleh organisasi masyarakat setempatdaripada secara bulanan di kantorPDAM).

Daripada memaksa PDAM mem-bangun lebih banyak lagi kran umumyang tidak terpantau, di mana PDAMdan masyarakat miskin kehilangan airdan uang, ESP mengadakan programmenggerakkan masyarakat di sekitarkran umum dan sudah memulai pro-gram baru penggabungan meteran pri-badi dan umum untuk sekelompokkeluarga miskin di lokasi metropolitanyang berbeda di Indonesia.

Keseluruhan di atas merupakanupaya ESP membantu Indonesia da-lam usahanya mencapai MDG terkaitkegiatan peningkatan akses terhadapair bersih dan sanitasi untuk semua. FN

PROGRAM

Percik April 2007 46

Dengan dukungan ESP,sekarang masyarakatmelindungi mata air,

membangun kebun-kebun,dan menanami kembali

lahan-lahanyang terdegradasi.

FOTO:ISTIMEWA

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Masalah keberlajutansarana air minumdan sanitasi yang

dibangun melalui berbagai pro-yek, menjadi perhatian banyakpihak. Dalam era desentralisasi,pembangunan sarana air mi-num dan sanitasi merupakankewajiban daerah. Kewajibanpemerintah pusat lebih dibatasipada bimbingan, bantuan tek-nis, dan penyediaan pedomanserta arahan.

Upaya pemerintah dalampengembangan kebijakan pem-bangunan air minum danpenyehatan lingkungan (sani-tasi), merupakan tanggung jawab yangharus ditindaklanjuti di tingkat daerah.Setelah proses formulasi kebijakan sele-sai tahun 2003, dan kemudian diterap-kan pada 7 provinsi, selanjutnya perluditerapkan di daerah yang lebih luas.

Penelitian ini mengkaji responpemerintah daerah di 7 provinsi-yaituSumatera Barat, Bangka Belitung,Banten, Jawa Tengah, Nusa TenggaraBarat, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo-terhadap Kebijakan Nasional Pemba-ngunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan. Dengan mengukur tingkatpenerimaan responden terhadap logikakebijakan, diketahui rata-rata persepsiresponden terhadap kebijakan.

Pengukuran persepsi respondenterhadap kebijakan menggunakan skala1-4, nilai 1 untuk tidak bisa diterima, 2kurang bisa diterima, 3 untuk bisaditerima, dan 4 sangat bisa diterima.Adapun responden adalah para pejabatdan staf dinas/instansi terkait dengansektor pembangunan air minum danpenyehatan lingkungan di daerah, yangsehari-hari bertanggung jawab dalam

pengelolaan pembangunan sektor terse-but. Berdasarkan teori kebijakan, dite-rimanya logika kebijakan, merupakanprasyarat untuk kebijakan dapat dite-rapkan.

Penelitian menunjukkan bahwa 11pernyataan kebijakan, baik secara indi-vidu maupun gabungan menunjukkannilai rata-rata 3,31. Angka ini menun-jukkan bahwa rata-rata penerimaanlogika kebijakan berkisar diantara bisaditerima dan sangat bisa diterima.Walaupun demikian, rata-rata persepsiresponden terhadap penerapan kebi-jakan nilainya lebih rendah, yaitu sebe-sar 2,98. Angka ini menunjukkan ke-mungkinan penerapannya sedikit dibawah bisa diterapkan. Perbedaan rata-rata penerimaan logika dan kemungkin-an penerapannya, memberi indikasibanyaknya hambatan yang dihadapioleh kebijakan pembangunan airminum dan penyehatan lingkungan didaerah.

Penelitian ini juga mengkaji kinerjadaerah yang mendapatkan fasilitasikebijakan melalui proyek WASPOLA

sejak tahun 2005. Dilakukanpengukuran persepsi respondenterhadap delapan indikator: i)koordinasi pembangunanAMPL antar dinas, ii) penge-tahuan dan pemahaman ter-hadap pendekatan pemba-ngunan partisipatif khususnyadalam bidang AMPL, iii) priori-tas pembangunan AMPL berba-sis partisipasi masyarakat, iv)pelibatan stakeholder di luarpemerintah dalam pembangun-an AMPL berbasis partisipasimasyarakat, v) alokasi anggarandaerah pembangunan fisikAMPL berbasis partisipasi

masyarakat, vi) alokasi anggaran daerahuntuk mendukung kegiatan pemba-ngunan AMPL berbasis partisipasimasyarakat, vii) produk peraturan yangmendukung pembangunan AMPLberbasis partisipasi masyarakat, viii)produk perencanaan yang mendukungpembangunan AMPL berbasis partisi-pasi masyarakat.

Dengan mengukur persepsi respon-den terhadap kondisi sebelum dan sesu-dah fasilitasi, diperoleh data kecen-derungan yaitu: i) berubah ke arah yanglebih baik, ii) tidak berubah, dan iii)berubah ke arah yang lebih buruk.Dengan analisis statistik nonpara-metrik menggunakan uji Mc Nemar,diperoleh nilai Chi Square secarakeseluruhan sebesar 81,275. Angka inilebih besar dari nilai Chi Square tabelsebesar 3,481 untuk derajat bebas 1 dantaraf signifikansi 5%. Artinya bahwafasilitasi kebijakan menurut respondentelah memberikan perubahan yangpositif.

Dirangkum dari Tesis Magister Perencanaan danKebijakan Publik Program Pasca Sarjana Universitas

Indonesia, oleh Sofyan Iskandar

ABSTRAKSI

Percik April 2007 47

Evaluasi Persepsi terhadap Kegiatan Fasilitasi Adopsidan Implementasi Kebijakan Pembangunan Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan di 7 Provinsi Melalui Proyek WASPOLA

Rubrik ini memuat ringkasan disertasi atau tesis terkait AMPL

FOTO:DOK/WASPOLA

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Air Minum

Pertanyaan :Bagaimana cara menentukan dosis

koagulan yang benar di Instalasi Peng-olahan Air (IPA) ?

Seto, Bandung

Jawaban :Koagulan yang sering digunakan di

Indonesia adalah alum atau alumuniumsulfat atau Al2(SO4)3. Dosis koagulandapat ditentukan dengan percobaan dilaboratorium dengan piranti yang dike-nal sebagai jar test. Dosis koagulan sa-ngat ditentukan oleh kualitas air (tur-biditas, partikel tersuspensi, jumlahsenyawa organik, dan pH), kualitaskoagulan (kemurnian dan ukuran butir-an), kualitas pengoperasian di IPA(persentase larutan koagulan, teknikpembubuhan, dan intensitas pe-ngadukan), serta kualitas akhir air tero-lah (khususnya turbiditas dan partikeltersuspensi yang ingin disisihkan).

Dalam pengujian dengan menggu-nakan jar test, umumnya dilakukanpembubuhan koagulan dengan variasidosis (antara 30 - 80 mg/l) yang diadukdengan pengadukan cepat (kecepatan100 rpm) selama 1 menit dan dilan-jutkan dengan pengadukan lambat(kecepatan 60 rpm) selama 10 - 20 me-nit. Kecepatan 100 rpm dijadikan seba-gai model pengadukan cepat di IPA(proses koagulasi) serta kecepatan 60rpm dijadikan model sebagai pe-ngadukan lambat di IPA (proses floku-lasi).

Setelah pengadukan lambat, jar testdimatikan selama 20 - 30 menit (modelproses sedimentasi), untuk kemudiandilihat kualitas flok yang terbentuk. Danyang diukur adalah kecepatan endapflok (kedalaman gelas jar test terhadapwaktu endap hingga ke dasar gelas jar

test), bentuk flok yang terjadi (padatatau tidak padat), turbiditas dan par-tikel tersuspensi yang bisa tersisihkansetelah pengadukan.

Variasi dosis dilakukan dengankisaran yang tersebut di atas untukmenentukan dosis koagulan optimum.Ada batasan tertentu pada suatu dosisyang tinggi, justru turbiditas dan par-tikel tersuspensi yang tersisa dalam airakan meningkat. Hal ini merupakantanda bahwa dosis koagulan terlalutinggi (berlebih) dan dosis optimumakan lebih rendah dari dosis berlebihtersebut. Untuk kualitas air permukaanrata - rata di Indonesia (air keruh),umumnya dosis koagulan (Al2(SO4)3)adalah 40 - 50 mg/l.

Drainase

Pertanyaan :Apakah keuntungan penggunaan

drainase yang menggunakan atau tidakmenggunakan pembetonan di dasarsaluran drainase ?

Rama, Kupang

Jawaban :Drainase ditujukan untuk meng-

alirkan air secepat mungkin dari lokasitersebut untuk mencegah penggenang-an (banjir). Penggunaan saluran yangmemiliki koefisien kekasaran rendah(seperti beton, dengan koefisien ke-kasaran Manning = 0.013) dapat mem-percepat aliran air untuk dapat dite-ruskan ke saluran yang lebih besar. Na-mun dengan pemanfaatan saluran yangtidak dibeton (menggunakan vegetasiatau bidang resapan di dasar saluran),akan meningkatkan jumlah air yangdapat masuk ke dalam air tanah (infil-trasi) ketimbang mengalirkannya kebadan sungai (run off).

Dengan menggunakan bidangresapan tersebut, maka cadangan airtanah dapat ditingkatkan sebagaikonservasi air tanah (air hujan akanterkonversi menjadi air tanah dan tidakmenjadi air permukaan). Hal ini men-jadikan peluang air tersebut untukterkontaminasi zat - zat pencemar men-jadi lebih kecil (karena air permukaanrelatif lebih mudah terkontaminasiketimbang air tanah). Sandhi Eko

Bramono, S.T., MEnvEngSc

KLINIK IATPI

Percik April 2007 48

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.

Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah PercikKontributor: Sandhi Eko Bramono ([email protected])

Lina Damayanti ([email protected])

FOTO:RESKI DD

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Seperti diketahui, pencapaianMillennium Development Goals(MDGs) di target pada tahun

1015. Masih banyak negara, terutamanegara-negara miskin, yang masih jauhdari target pencapaian diberbagaibidang. Bahkan cenderung ada kemun-duran dalam pencapaiannya.

Proyek MDGs ini berdasarkan kese-pakatan 198 pemimpin dunia pada Sep-tember 2000 untuk bersama menang-gulangi masalah yang dihadapi sebagianbesar negara berkembang di dunia.Masalah-masalah itu seperti kemiskin-an, buta huruf, kelaparan, tingginyaangka kematian bayi, kekurangan pen-didikan, dan kekurangan air minum dansanitasi.

Makalah ini diterbitkan oleh Genderand Development (Kelompok Pemba-ngunan dan Gender) dari Bank Dunia(World Bank). Menyajikan gambaran

dasar kesetaraan gender dan menilaihubungan antara kesetaraan genderdengan MDGs terutama dalam bidangkemiskinan, pendidikan, kesehatan dangizi, serta lingkungan.

Dilengkapi data-data berupa dia-gram pencapaian target yang dapat dili-hat dari pembedaan jenis kelamin.Disamping dihiasi ilustrasi berupa foto-foto menarik tentang peran perempuandi beberapa Negara.

Kesetaraan gender tidak untukdijadikan angan-angan semata dan yanglebih penting adalah mewujudkannya.Peran perempuan sangat penting kare-na dekat dengan bidang-bidang sepertikemiskinan, pendidikan, kesehatan dangizi, serta lingkungan. BW

INFO BUKU

Percik April 2007 49

Kesetaraan Gender dan MDGsJudul

GENDER EQUALITY AND THE MILLENNIUMDEVELOPMENT GOALS

Penulis:Gender and

Development GroupPenerbit:

Gender andDevelopment Group,

World Bank, 2003Tebal: 24 halaman

Proyek-proyek penyediaan air dansanitasi yang ditangani ADB lebihdari beberapa dekade terakhir

telah membuktikan adanya hubunganpositif yang kuat antara perhatian padagender dan partisipasi kaum perempuandi satu pihak dengan tingkat keberhasilanproyek dan kesinambungan pengelolaanpenyediaan air dan sanitasi di lain pihak.

Kaum perempuan merupakan kolek-tor, pengangkut, pengguna, dan pengelolautama air untuk keperluan rumah tanggadan sebagai promotor dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi dirumah dan di masyarakat. Namun, dike-banyakan masyarakat, pandangan kaumperempuan tidak terwakili secara sistema-tis dalam lembaga-lembaga pembuatkeputusan. Proyek penyediaan air dansanitasi memberikan kesempatan-kesem-patan yang luas untuk mempersempitkesenjangan ini.

Tujuan dari buku yang berupa daftar

periksa ini untuk membantu para staf dankonsultan ADB dalam mengimplemen-tasikan kebijakan dan sasaran-sasaranstrategis ADB dalam hal gender dan pem-bangunan atau Gender of Development(GAD).

Disamping tujuan, buku ini memper-tanyakan seberapa penting gender dalam

proyek penyediaan air dan sanitasi sertalangkah utama dalam siklus proyek. Jugadibahas contoh terms of reference (TOR)untuk spesialis gender.

Daftar periksa ini diharapkan bisamenjadi pedoman bagi para penggunapada seluruh tahapan siklus proyek/pro-gram dalam menentukan akses terhadapsumber daya-sumber daya, peran-perandan tanggung jawab, hambatan dan priori-tas-prioritas berdasarkan gender dalampenyediaan air dan sanitasi dan dalammendesain strategi-strategi yang peka gen-der, komponen-komponen dan indikator-indikator untuk merespon isu-isu gender.

Daftar periksa ini terutama dibuatuntuk proyek-proyek penyediaan air dansanitasi di perdesaan dan untuk proyekperkotaan yang berbasis masyarakat.Walaupun banyak isu dan metodologiyang dipaparkan buku ini, namun secaraumum diterapkan pada seluruh proyekpenyediaan air dan sanitasi. BW

Panduan Implementasi Kebijakan Berbasis Gender

JudulDAFTAR PERIKSA

(CHECKLIST) GENDERPenulis:

Sonomi TanakaPenerbit:

Asian DevelopmentBank (ADB)

Tebal:28 halamanTahun: 2005

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

GENDER AND WATER ALLIANCE (GWA)www.genderandwater.org

M elalui situs ini pengunjung dapatmenemukan informasi penting

terkait mengenai gender. Bentuk infor-masi yang disajikan diantaranya berupastudi kasus, publikasi, bulletin, Dekla-rasi, materi pelatihan, link. Beberapapublikasi menarik yang dapat ditemu-kan disini antara lain mengetengahkantopik Advocacy Manual for Gender andWater Ambassadors; For Her-It's TheBig Issue: Putting Women at TheCenter of Water Supply; Sanitation,and Hygiene; Gender, Water andSanitation: a Policy Brief; The GenderApproach to Water Management;MDG, Gender & Water.

GWA merupakan suatu jaringanglobal yang didedikasikan untuk mem-populerkan masalah gender dalam sek-tor pengelolaan sumber daya air. GWAdikelola oleh suatu komite pengarahyang dipilih setiap dua atau tiga tahun.GWA merupakan program asosiasi de-ngan Global Water Partnership (GWP)

WOMAN HUMAN RIGHT NET (WHRNET)www.whrnet.org/docs/issue-

water.html

D i dalam situs ini pengunjung dapatmemperoleh informasi yang ber-

kaitan dengan Perempuan dan Priva-tisasi Air. Secara jelas tertulis latar be-lakang dari dibuatnya tulisan tersebut,hubungannya dengan hak asasi manu-sia dan tambahan berbagai alamat-ala-mat situs lain yang dapat mendukunginformasi berkaitan dengan tulisantersebut.

Situs ini milik WHRnet yaitu suatuproyek yang dikelola oleh Associationfor Women's Rights in Development(AWID).

GENDER EQUALITY AND THE MILLENNIUM

DEVELOPMENTwww.mdgender.net

S itus ini berfungsi sebagai sumberinformasi yang mempromosikan

pengertian yang lebih baik dan berbagaipiranti yang sasarannya untuk menca-pai persamaan gender. Disini tersediaberagam materi publikasi dalam bentukbuku, laporan, makalah, artikel, naskahpidato. Selain itu juga terdapat pirantiyang dapat digunakan untuk isu-isupersamaan gender. Beberapa topik pu-blikasi menarik yang dapat diperolehdisini antara lain: A Change of Course,The Millennium Development GoalsThrough the Lens of the Women'sGlobal Charter for Humanity, TakingActions: Achieving Gender Equalityand Empowering Women, Mainstre-aming Gender to Achieve the MDGs:Summary Record.

Situs ini merupakan usaha kolabo-rasi antara UN Inter-Agency Network

on Women and Gender Equality, theOECD/DAC Network on GenderEquality dan Multilateral DevelopmentBank Working Group on Gender.

ELDIS GENDER RESOURCE GUIDEwww.eldis.org/gender

D i dalam situs ini terdapat berbagaitulisan yang berkaitan dengan

gender, antara lain Gender and Inte-grated Water Resources Management;Gender and Participation; GenderHealth and Wellbeing; Gender andPoverty Redction Strategies; GenderFocused Manuals and Toolkits; gender;Conflicts and Emergencies dan masihbanyak lagi topik menarik lainnya.Tulisan tersebut dapat dibaca tekslengkapnya dalam bentuk pdf.

Situs ini milik Eldis. Eldis merupa-kan suatu resource center yang beradadi bawah Institute of Development,Sussex, Inggris. Eldis didanai oleh Sida,NORAD, DFID dan SDC.

INFO SITUS

Percik April 2007 50

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Perempuan-perempuan desa ber-sama anak-anak mereka ber-jalan berurutan, menelusuri

bukit terjal dan lembah tandus.Perjalanan jauh hanya untuk menda-patkan air untuk kebutuhan hidup."Kami melakukan ini sehari dua kali,pagi dan sore. Berjalan dari rumahhingga ke sumber air," ujar seorang ibudi salah satu desa di Provinsi NusaTenggara Timur (NTT).

Sebuah gambaran nyata yang dike-mas apik berupa film dokumenterbertajuk "Sulitkah Memperoleh AirBersih?" berisi perjuangan bagaimanamasyarakat NTT kesulitan dalam meng-akses air bersih karena kelangkaansumber air baku ditambah curah hujanyang sedikit.

Realita hidup yang 'nelangsa' ini ter-jadi sebelum Proair (program air ber-sih) yang merupakan kerjasama Peme-

rintah Indonesia dengan PemerintahFederal Jerman masuk ke wilayah timurIndonesia.

Tayangan VCD (video compact disc)berdurasi 30 menit ini merupakan per-jalanan masyarakat kecil di pelosoksampai akhirnya mereka melakukan

langkah-langkah kerjasama denganProair untuk mendapatkan kemudahandalam memperoleh air bersih.

Dan yang menarik, salah satu syaratkerjasama dengan Proair ini adalah ke-terlibatan perempuan. Kaum perempu-an disadari sebagai pelaku utama ke-tersediaan air dalam rumah tangga.Terlihat dalam tayangan bagaimana pe-rempuan dilibatkan secara aktif dalammengelola sarana air minum.

Sebagai sebuah media promosi, filmdokumenter berdurasi pendek yang di-produksi Proair ini cukup mengena ka-rena mengedepankan potensi lokal, se-perti lokasi, adat istiadat, serta musikyang khas sehingga dekat dengan ma-syarakatnya. Secara struktur juga mu-dah untuk diikuti. Namun masih adabeberapa adegan yang terkesan bertele-tele sehingga tayangan yang cuma se-tengah jam ini terasa lambat. BW

Film sebagai sebuah hasil karyaaudiovisual dinilai sangatampuh dalam mempengaruhi

pola pikir masyarakat. Karena itu,tayangan iklan berlatar komersil atausebuah layanan masyarakat harus dike-mas semenarik mungkin.

Cara ini dilakukan Yayasan DianDesa dalam melakukan sosialisasi pro-duk berupa PUR (purifier of water)untuk menjernihkan air keruh sekaligusmematikan bakteri sehingga air bisalangsung dikonsumsi.

Produk ini berupa bubuk dari bahancampuran yang dapat mematikan bak-teri pathogen dan menghilangkan zatpadat dalam air sehingga menjadijernih.

Film pendek berdurasi delapanmenit ini dibuka dengan sebuah frag-

men. Dalam fragmen itu dikenalkanbagaimana keunggulan dan cara peng-gunaan serbuk PUR untuk menda-patkan air bersih.

Penggunaan serbuk ini sangat cocokuntuk daerah yang sumber mata airnyatidak jernih atau daerah yang kerapterkena bencana banjir. Metode efektif,aman dan hemat dijadikan kelebihandari produk ini.

Tayangan ini sangat menarik karenapengambilan gambar yang tidak mem-bosankan dan proses editing yang baik.Apalagi dengan memasang pemain yangcukup dikenal masyarakat luas, sepertiCici Tegal. Tentu akan menambahketertarikan orang untuk menyaksikan-nya. BW

INFO CD

Percik April 2007 51

Perjalanan Masyarakat NTT Memperoleh Air Bersih

Cara Baru Mendapatkan Air Bersih Siap Minum

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

L A P O R A NLEMBARAN INFORMASI ACCESS SEBAGAI PEN-

DUKUNG PENGINTEGRASIAN GENDERDAN KEMISKINAN

Penerbit: ACCESS

WORKSHOP ON THE SOLID WASTEMANAGEMENT PILOT PROJECT ANDITS SOCIO-ECONOMIC COMPONENTS

Penerbit: Cal Recovery EuropeLtd, 2006

LAPORAN STUDI SANITASI MASYA-RAKAT BERPENGHASILAN REN-DAH (MBR) DI PERKOTAAN GAM-

BARAN UMUM NASIONALPenerbit: PT Waseco Tirta Association

with BaliFokus - WSP, 2006

P E R A T U R A NPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.

294/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENDUKUNG PENGEMBANGAN SIS-TEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 23TAHUN 2005 TENTANG PEDOMANTEKNIS DAN TATA CARA PENGATURANAIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAER-AH AIR MINUM

PERATURAN MENTERI NEGARA PEREN-CANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAP-PENAS NO. 005/M.PPN.06/2006TENTANG TATA CARA PEREN-CANAAN DAN PENGAJUANUSULAN SERTA PENILAIAN KE-GIATAN YANG DIBIAYAI DARI PIN-JAMAN DAN/ATAU HIBAH LUARNEGERI

B U K USTATISTIK LINGKUNGAN HI-DUP INDONESIA (ENVIRONMEN-TAL STATISTICS OF INDONESIA)2005

Penerbit: Badan Pusat Sta-tistik, 2006

PELIBATAN PUBLIK DALAM PENGAMBILANKEPUTUSANCATATAN PENGALAMAN PEMBANGUN-AN PRASARANA SUMBER DAYA AIR

Penerbit: Tim Advokasi Kebijakan Publik, 2005

WATER AND CULTURE: AIR DI TANAHKAMI (WATER IN OUR LAND)

Penerbit: Tirta Dharma - PDAM KotaSurakarta

INSTALASI PENGOLAHAN AIR GAMBUT UNTUKPENYEDIAAN AIR MINUM

Penerbit: Pusat Penelitian dan PengembanganPengairan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum,Departemen Pekerjaan Umum, 1994

ECOLOGICAL NETWORKS AND GREENWAYS: CONCEPT, DESIGN,IMPLEMENTATION

Penerbit: Cambridge University Press, 2004

WATER CRISIS: MYTH OR REALITY?Penerbit: Taylor & Francis / Balkema, 2006

ULTRAVIOLET LIGHT IN WATER AND WASTEWATER SANITATIONPenerbit: Lewis Publishers, 2002

WORLD WATER RESOURCES AT THE BEGINNING OF THE 21st CENTURY -INTERNATIONAL HYDROLOGY SERIES

Penerbit: Cambridge University Press - Unesco, 2003

M A J A L A HMAJALAH PERCIK JUNIOR,Edisi I, Januari 2007

MAJALAH PERCIK,Edisi Desember 2006,versi Bahasa Inggris

MAJALAH KOMBINASI,(Komunitas Membangun Ja-ringan Informasi)Edisi 19, Maret 2007

MAJALAH AIR MINUMEdisi bulan Maret 2007

PUSTAKA AMPL

Percik April 2007 52

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

AGENDA

Percik April 2007

16 Januari Diskusi Terbatas: "Mengurai Benang Kusut Privatisasi Air di Jakarta" diselenggarakan oleh Koalisi Hak Rakyat Atas Air (KruHa) di Jakarta17 Januari Workshop Minimasi Sampah Perkotaan, diselenggarakan oleh WJEMP di Jakarta 18-19 Januari Lokakarya Evaluasi ISSDP, diselenggarakan oleh Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) di Purwakarta18 Januari Media Discussion "Memerangi Diare Melalui Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi" diselenggarakan oleh ESP-USAID di Jakarta18-19 Januari Lokakarya Konsolidasi dan Pemantapan Kerja ISSDP di Jakarta23-24 Januari Lokakarya Proyek Gates Foundation diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Surabaya24 Januari Rapat Finalisasi Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Peningkatan Kapasitas Implementasi Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan

oleh WASPOLA di Jakarta29 Januari Lokakarya Keberlanjutan Air Baku PDAM diselenggarakan atas kerjasama Bappenas dengan Universitas Merdeka Malang di Malang29-30 Januari Workshop Kondisi Sanitasi Kota Metropolitan dan Kota Besar di Indonesia diselenggarakan oleh Ditjen. Cipta Karya Dep. PU di Jakarta30 Januari Persiapan Konferensi Sanitasi Indonesia 2007 diselenggarakan oleh ISSDP di Jakarta31 Januari Lokakarya Data AMPL, diselenggarakan atas kerjasama UNICEF dan Pokja AMPL di Jakarta31 Januari Rapat Koordinasi Rencana Program Sanitasi Permukiman di Surabaya5-8 Februari Monitoring dan Evaluasi Kegiatan ProAir, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Kab.Ende6-9 Februari Lokakarya Nasional Konsolidasi Hasil Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL-BM diselenggarakan oleh WASPOLA di Semarang13 Februari Working Group Meeting: "Diskusi Kegiatan Air dan Sanitasi Pasca 2007" diselenggarakan oleh Ausaid bekerjasama dengan

Pokja AMPL dan WASPOLA di Jakarta16 Februari Rapat Pembahasan WASAP Komponen E- Water & Sanitation Monitoring, diselenggarakan oleh ISSDP di Jakarta20 Februari Rapat Koordinasi Kerjasama Indonesia-UNICEF, diselenggarakan oleh UNICEF dan Pokja AMPL di Jakarta22 Februari Open House Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, diselenggarakan oleh ISSDP bekerjasama dengan Pokja AMPL dan WASPOLA di Jakarta22-23 Februari Lokakarya Penguatan Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Propinsi NTT, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Kupang23 Februari Seminar: "Urgensi Peningkatan Anggaran Negara Untuk Pemenuhan Hak Dasar Masyarakat Akan Air", diselenggarakan oleh LP3ES di Jakarta26-28 Februari CWSH Supervision Mission, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Aceh26 Februari Rapat UNICEF-POKJA AMPL di Jakarta27 Februari Workshop Membangun Jejaring Komunikasi AMPL, diselenggarakan oleh Pokja AMPL bekerjasama dengan WASPOLA, Forkami,

Jaringan Air dan Sanitasi (JAS) serta ISSDP di Jakarta28 Februari Lokakarya Koordinasi dan Perencanaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Propinsi NTT, diselenggarakan oleh UNICEF bekerjasama

dengan Pokja AMPL di Kupang2 Maret Working Group Debriefing, diselenggarakan oleh Ausaid bekerjasama dengan Pokja AMPL dan WASPOLA di Jakarta5 Maret Dialog Penajaman Konsumsi Air di Indonesia, diselenggarakan oleh Ditjen. Cipta Karya Dep.PU di Jakarta5 Maret Pertemuan Penjelasan BRI Tentang Program Pendanaan yang Sesuai dengan Program ESP, diselenggarakan oleh ESP-USAID di Jakarta5-6 Maret CWSH Supervision Mission, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Kalimantan Tengah5-6 Maret Sosialisasi Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007diselenggarakan oleh Sekjen Dep.PU di Jakarta6-8 Maret CWSH Supervision Mission, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Nias-Sumut8 Maret Workshop Penyusunan Profil ke-PLP-an Bidang Persampahan, diselenggarakan oleh Ditjen Cipta Karya Dep.PU di Jakarta5-9 Maret Orientasi Kelembagaan Pasca Konstruksi Bagi TKK dan TKP WSLIC-2 Tahun 2007 diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Mataram9 Maret Sosialisasi Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, diselenggarakan oleh WASPOLA di Banten13 Maret Workshop Best Practices Dalam Pengelolaan Persampahan Dalam Rangka Regional Initiative on Environment & Health ASEAN & East Asian

Countries diselenggarakan oleh Ditjen Cipta Karya Dep.PU di Jakarta14 Maret Workshop Membahas Perkuatan Kelembagaan Dalam Pengelolaan Persampahan diselenggarakan oleh Ditjen Cipta Karya di Jakarta12-14 Maret Pelatihan Produksi Media AMPL, diselenggarakan oleh WASPOLA di Yogyakarta14-17 Maret Finalisasi Panduan Operasionalisasi Kebijakan AMPL, diselenggarakan oleh WASPOLA di Yogyakarta16-17 Maret Pertemuan Penyempurnaan Pedoman Umum Program Air Bersih dan Sanitasi Pedesaan, diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Depkes di Prop. NTT18 Maret Program Cinta Air: Pembagian Bibit Pohon, diselenggarakan oleh ESP-USAID di Cibubur20 Maret Diskusi dan Kunjungan Media Memperingati Hari Air Sedunia 2007, diselenggarakan oleh Pokja AMPL bekerjasama dengan WASPOLA, Forkami

dan ESP di Jakarta20-23 Maret Fasilitasi Pokja Sumba Timur, diselenggarakan oleh WASPOLA di Waingapu21-23 Maret Basic Fasilitator, diselenggarakan oleh WASPOLA di Kebumen22 Maret Talkshow TV Memperingati Hari Air Sedunia dalam acara Selamat Pagi di Stasiun Trans TV Jakarta22 Maret Talkshow Radio Memperingati Hari Air Sedunia, Bertema Kelangkaan Air Baku: Tantangan dalam Penyediaan Air Minum untuk Perkotaan

disiarkan dalam acara Indonesia Siesta di Radio Delta FM Jakarta 23 Maret Persiapan Pelaksanaan WASAP Komponen D-Sanitation City Pilot, diselenggarakan oleh ISSDP di Jakarta26-27 Maret Lokalatih Fasilitasi, diselenggarakan oleh WASPOLA di Semarang27-30 Maret Lokakarya Sanitasi Enam Kota SSDP II, diselenggarakan oleh ISSDP di Blitar, Jatim28-29 Maret Lokalatih Fasilitasi, diselenggarakan oleh WASPOLA di Brebes, Jateng30 Maret Rapat Kelanjutan Kegiatan Small Scale Independent Water Providers Study, diselenggarakan oleh WASPOLA di Jakarta

TANGGAL BULAN KEGIATAN

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2007 Tema Isu Gender dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi