Matriks dan determinan

8
MATRIKS DAN DETERMINAN Pendahuluan Banyak persoalan dalam matematika murni maupun terapan yang disajikan dalam sistem persamaan linear. Misalnya, penerapan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian listrik biasanya akan menghasilkan sistem persamaan linear dengan variabel arus listrik. Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel biasanya digunakan metode substitusi atau eliminasi. Akan tetapi, untuk sistem persamaan linear yang melibatkan tiga variabel atau lebih, metode ini ternyata tidak efisien. Untuk menyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel atau lebih, kita akan membahas metode reduksi baris atau eliminasi Gauss dan aturan Cramer. Sebelum membahas kedua metode ini, kita akan membicarakan konsep matriks dan determinan. Definisi Diandaikan kita memiliki sistem persamaan linear berikut: + 2 + 3 = 7 4 βˆ’ βˆ’ 6 = 1 2 + 2 βˆ’ 3 = βˆ’4 } Koefien-koefisien x, y, dan z dapat dituliskan sebagai =( 1 2 3 4 βˆ’1 βˆ’6 2 2 βˆ’3 ). Sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom ini dikenal dengan sebutan matriks. Matriks Γ— adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas m baris dan n kolom. Sebuah matriks A biasanya dituliskan dalam bentuk =( 11 12 13 … 1 21 22 23 … 2 … 1 … 2 … 3 … … … ). Setiap bilangan pada matriks disebut unsur atau elemen, dengan indeks i dan j berturut-turut menunjukkan unsur yang terletak pada baris ke-j dan kolom ke-k matriks yang bersangkutan. Jika banyaknya baris m sama dengan banyaknya kolom n, dikenal matriks bujur sangkar berukuran Γ— atau berorde n. Sebuah matriks yang hanya terdiri satu baris dinamakan matriks baris. Sebaliknya, sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom dinamakan matriks kolom. Aljabar Matriks

Transcript of Matriks dan determinan

Page 1: Matriks dan determinan

MATRIKS DAN DETERMINAN

Pendahuluan

Banyak persoalan dalam matematika murni maupun terapan yang disajikan dalam sistem

persamaan linear. Misalnya, penerapan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian listrik biasanya akan

menghasilkan sistem persamaan linear dengan variabel arus listrik. Untuk menyelesaikan sistem

persamaan linear dengan dua variabel biasanya digunakan metode substitusi atau eliminasi. Akan

tetapi, untuk sistem persamaan linear yang melibatkan tiga variabel atau lebih, metode ini

ternyata tidak efisien.

Untuk menyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel atau lebih, kita akan

membahas metode reduksi baris atau eliminasi Gauss dan aturan Cramer. Sebelum membahas

kedua metode ini, kita akan membicarakan konsep matriks dan determinan.

Definisi

Diandaikan kita memiliki sistem persamaan linear berikut:

π‘₯ + 2𝑦 + 3𝑧 = 74π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 6𝑧 = 1

2π‘₯ + 2𝑦 βˆ’ 3𝑧 = βˆ’4}

Koefien-koefisien x, y, dan z dapat dituliskan sebagai

𝐴 = (1 2 34 βˆ’1 βˆ’62 2 βˆ’3

).

Sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom ini dikenal dengan sebutan matriks.

Matriks π‘š Γ— 𝑛 adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas m baris dan n

kolom. Sebuah matriks A biasanya dituliskan dalam bentuk

𝐴 = (

π‘Ž11 π‘Ž12 π‘Ž13 … π‘Ž1π‘˜π‘Ž21 π‘Ž22 π‘Ž23 … π‘Ž2π‘˜β€¦π‘Žπ‘—1

β€¦π‘Žπ‘—2

β€¦π‘Žπ‘—3

……

β€¦π‘Žπ‘—π‘˜

).

Setiap bilangan π‘Žπ‘—π‘˜ pada matriks disebut unsur atau elemen, dengan indeks i dan j berturut-turut

menunjukkan unsur yang terletak pada baris ke-j dan kolom ke-k matriks yang bersangkutan.

Jika banyaknya baris m sama dengan banyaknya kolom n, dikenal matriks bujur sangkar

berukuran 𝑛 Γ— 𝑛 atau berorde n. Sebuah matriks yang hanya terdiri satu baris dinamakan matriks

baris. Sebaliknya, sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom dinamakan matriks kolom.

Aljabar Matriks

Page 2: Matriks dan determinan

1. Kesamaan Matriks

Dua matriks 𝐴 = (π‘Žπ‘—π‘˜) dan matriks 𝐡 = (π‘π‘—π‘˜) yang berukuran sama (memiliki jumlah

baris dan kolom yang sama), dikatakan sama jika dan hanya jika π‘Žπ‘—π‘˜ = π‘π‘—π‘˜. Sebagai

contoh,

(π‘₯ π‘Ÿ 𝑒𝑦 𝑠 𝑣) = (

2 0 8βˆ’1 4 3

),

jika dan hanya jika x = 2, y = 1, r = 0, s = 4, u = 8, dan v = 3.

2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Dua buah matriks A dan B yang berukuran sama dapat dijumlahkan/dikurangkan untuk

menghasilkan matriks C yang unsur-unsurnya merupakan hasil

penjumlahan/pengurangan dari unsur matriks A dan B yang bersesuaian. Secara

matematis, jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, maka 𝐢 = 𝐴 ± 𝐡

dengan π‘π‘—π‘˜ = π‘Žπ‘—π‘˜ Β± π‘π‘—π‘˜.

3. Perkalian Matriks dengan Skalar

Perkalian matriks A dengan skalar k akan menghasilkan sebuah matriks baru B yang

unsur-unsurnya diperoleh dengan mengalikan unsur-unsur matriks A dengan k. Jadi, B =

kA.

4. Perkalian dua Matriks

Jika 𝐴 = (π‘Žπ‘—π‘˜) sebuah matriks berukuran π‘š Γ— 𝑛 dan 𝐡 = (π‘π‘—π‘˜) sebuah matriks berukuran

𝑛 Γ— 𝑝, maka perkalian matriks A dengan matriks B, yaitu C = AB, didefinisikan sebagai

π‘π‘—π‘˜ = βˆ‘ π‘Žπ‘—π‘™π‘π‘™π‘˜π‘›π‘™=1 ,

dengan matriks C berukuran π‘š Γ— 𝑝. Perkalian dua matriks dapat dilakukan jika dan

hanya jika banyaknya kolom A sama dengan banyaknya baris B.

Untuk 𝐴 = (4 2

βˆ’3 1) dan 𝐡 = (

1 5 32 7 βˆ’4

), diperoleh 𝐴𝐡 = (8 34 4

βˆ’1 βˆ’8 βˆ’13).

Berbeda dengan aljabar bilangan biasa, perkalian matriks pada umumnya tidak komutatif.

Akan tetapi, hukum asosiatif dan distributif tetap berlaku:

A(BC)= (AB)C, A(B + C) = AB + AC, (A + B)C = AC + AC.

Sebuah matriks A dapat dikalikan dengan dirinya sendiri jika dan hanya jika A adalah

matriks bujur sangkar. Ungkapan AA biasanya ditulis 𝐴2. Dengan cara yang sama,

𝐴3 = 𝐴2𝐴, 𝐴4 = 𝐴3𝐴, dan sebagainya.

5. Matriks Transpos

Page 3: Matriks dan determinan

Untuk matriks A dapat dilakukan operasi transposisi, yaitu mengganti baris dengan

kolomnya sehingga diperoleh matriks baru. Matriks baru sebagai hasil transposisi ini

dinamakan transpose dari A dan dinyatakan dengan 𝐴𝑇 . Dengan demikian, jika 𝐴 = (π‘Žπ‘—π‘˜)

maka 𝐴𝑇 = (π‘Žπ‘˜π‘—). Sebagai contoh, jika

𝐴 = (2 1 βˆ’85 2 1

) maka 𝐴𝑇 = (2 51 2

βˆ’8 1).

Sifat-sifat matriks transpos: (𝐴 + 𝐡)𝑇 = 𝐴𝑇 + 𝐡𝑇, (𝐴𝐡)𝑇 = 𝐡𝑇𝐴𝑇, dan (𝐴𝑇)𝑇 = 𝐴.

Untuk matriks kompleks, yaitu matriks yang unsur-unsurnya bilangan kompleks, terdapat operasi

konjugat kompleks dan konjugat hermite.

Operasi konjugat kompleks pada matriks kompleks C yang dinyatakan dengan 𝐢̅ akan

menghasilkan matriks baru B yang elemen-elemennya adalah konjugat kompleks dari C. Jadi,

𝐡 = (π‘π‘—π‘˜) = 𝐢̅ = (π‘οΏ½Μ…οΏ½π‘˜). Matriks 𝐢̅ dikenal sebagai matriks konjugat kompleks dari C.

Operasi konjugat hermite pada matriks kompleks C merupakan kombinasi dari operasi

konjugat kompleks dan transposnya sehingga sehingga menghasilkan matriks baru B. Dengan

demikian, 𝐡 = (𝐢̅)𝑇 atau 𝐡 = 𝐢†. Elemen-elemen matriks B adalah (π‘π‘—π‘˜) = (𝑐�̅�𝑗). Matriks B ini

dikenal sebagai matriks konjugat hermite dari C.

Sebagai contoh, jika

𝐴 = (2 + 3𝑖 4 βˆ’ 5𝑖

3 5𝑖) maka 𝐴† = (οΏ½Μ…οΏ½)𝑇 = (

2 βˆ’ 3𝑖 4 + 5𝑖3 βˆ’5𝑖

)𝑇

= (2 + 3𝑖 34 + 5𝑖 βˆ’5𝑖

).

Matriks-matriks Khusus

Matriks bujur sangkar, matriks baris, dan matriks kolom biasanya dikelompokkan ke dalam

matriks khusus. Ada beberapa matriks khusus yang lain, yaitu:

1) Matriks diagonal, yaitu matriks yang semua unsurnya nol kecuali unsur-unsur yang

terletak pada diagonal utama. Contoh,

𝐴 = (1 0 00 3 00 0 4

).

Jumlah semua unsur diagonal utama sebuah matriks bujur sangkar dinamakan trace

matriks yang bersangkutan.

Page 4: Matriks dan determinan

2) Matriks segitiga, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya terletak di bawah atau

di atas diagonal utama sama dengan nol. Jika unsur-unsur nol terletak di bawah diagonal

utama, biasanya disebut matriks segitiga atas. Sebaliknya, jika unsur-unsur nol terletak di

atas diagonal utama disebut matriks segitiga bawah.

3) Matriks satuan, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya pada diagonal utama

sama dengan 1, sedangkan unsur-unsur yang lain sama dengan nol. Matriks satuan

biasanya diberi simbol I. Sebagai contoh,

𝐼 = (1 00 1

).

4) Matriks nol, yaitu matriks yang unsur-unsurnya sama dengan nol dan biasanya diberi

simbol O. Untuk matriks A yang ukurannya sama dengan O, berlaku 𝐴 + 𝑂 = 𝑂 + 𝐴 = 𝐴

dan 𝐴𝑂 = 𝑂𝐴 = 𝑂.

5) Matriks simetri, yaitu matriks bujur sangkar yang memenuhi sifat 𝐴𝑇 = 𝐴. Jika 𝐴𝑇 = βˆ’π΄,

A disebut matriks taksimetri.

6) Matriks kofaktor, yaitu matriks yang didefinisikan sebagai 𝐴𝑐 = π΄π‘—π‘˜.

Jika 𝐴 = (

π‘Ž11 π‘Ž12 π‘Ž13

π‘Ž21 π‘Ž22 π‘Ž23

π‘Ž31 π‘Ž32 π‘Ž33

) maka 𝐴𝑐 = (

𝐴11 𝐴12 𝐴13

𝐴21 𝐴22 𝐴23

𝐴31 𝐴32 𝐴33

), dengan

𝐴11 = (βˆ’1)1+1 |π‘Ž22 π‘Ž23

π‘Ž32 π‘Ž33|, 𝐴12 = (βˆ’1)1+2 |

π‘Ž21 π‘Ž23

π‘Ž31 π‘Ž33|, dan seterusnya.

7) Matriks adjoint, yaitu matriks yang diperoleh dari transpose matriks kofaktor. Jadi,

adj 𝐴 = 𝐴𝑐𝑇.

Untuk 𝐴 = (1 32 1

), 𝐴𝑐 = (1 βˆ’2

βˆ’3 1), dan adj 𝐴 = 𝐴𝑐𝑇 = (

1 βˆ’3βˆ’2 1

).

8) Jika adj 𝐴 = 𝐴, matriks A dikatakan self-adjoint.

9) Jika 𝐴2 = 𝐼, matriks A dikatakan involuntary.

10) Jika 𝐴 = οΏ½Μ…οΏ½, matriks A dinamakan matriks real.

11) Jika 𝐴𝐴𝑇 = 𝐼, matriks A dinamakan matriks orthogonal.

12) Jika 𝐴 = (οΏ½Μ…οΏ½)𝑇 = 𝐴†, matriks A dinamakan matriks hermite.

13) Jika 𝐴𝐴† = 𝐼, matriks A dinamakan matriks uniter.

14) Jika 𝐴 = βˆ’οΏ½Μ…οΏ½, matriks A dinamakan matriks imajiner murni.

15) Jika 𝐴2 = 𝐴, matriks A dinamakan matriks idempotent (indepotent matrix).

Page 5: Matriks dan determinan

Determinan

Untuk setiap matriks bujur sangkar A terdapat nilai karakteristi yang dikenal sebagai

determinan, biasa ditulis det (A) atau |π‘Žπ‘—π‘˜|. Determinan matriks A ditulis sebagai

det𝐴 = ||

π‘Ž11

π‘Ž21

π‘Ž12

π‘Ž22

… π‘Ž1π‘˜

… π‘Ž2π‘˜

π‘Ž31 π‘Ž32… π‘Ž3π‘˜

β€¦π‘Žπ‘—1

β€¦π‘Ž 𝑗2

……

β€¦π‘Ž π‘—π‘˜

||.

Jika matriks A dengan det (A) = 0, A disebut matriks singular. Sebaliknya, jika det (A) β‰ 

0, A disebut matriks taksingular.

Minor

Jika baris ke-j dan kolom ke-k pada determinan yang disajikan di atas dihilangkan, kemudian

dibentuk sebuah determinan dari unsur-unsurnya yang tertinggal, akan diperoleh determinan

baru yang terdiri atas (n-1) baris dan (n-1) kolom. Determinan baru ini merupakan minor dari

unsur π‘Žπ‘—π‘˜ dan dinyatakan dengan ungkapan π‘€π‘—π‘˜. Sebagai contoh,

det𝐴 = |

π‘Ž11

π‘Ž21

π‘Ž12

π‘Ž22

π‘Ž13 π‘Ž14

π‘Ž23 π‘Ž24

π‘Ž31 π‘Ž32 π‘Ž33 π‘Ž34

π‘Ž41 π‘Ž42 π‘Ž43 π‘Ž44

|

maka minor unsur π‘Ž32 adalah 𝑀32, yaitu

𝑀32 = |

π‘Ž11 π‘Ž13 π‘Ž14

π‘Ž21 π‘Ž23 π‘Ž24

π‘Ž41 π‘Ž43 π‘Ž44

|.

Jika minor dari π‘Žπ‘—π‘˜ dikalikan dengan (βˆ’1)𝑗+π‘˜ hasilnya dinamakan kofaktor dari π‘Žπ‘—π‘˜ dan

dinyatakan dengan π΄π‘—π‘˜. Jadi,

π΄π‘—π‘˜ = (βˆ’1)𝑗+π‘˜π‘€π‘—π‘˜.

Untuk menentukan determinan matriks A dapat digunakan ekspansi Laplace yang menyatakan

bahwa nilai determinan merupakan jumlah dari hasil kali unsur-unsur pada suatu baris (atau

suatu kolom) dengan kofaktor-kofaktor yang bersesuaian. Secara matematis,

det 𝐴 = βˆ‘ π‘Žπ‘—π‘˜π΄π‘—π‘˜π‘›π‘˜=1 , untuk sembarang j.

Sebagai contoh, kita akan menghitung

det 𝐴 = |π‘Ž11 π‘Ž12

π‘Ž21 π‘Ž22|

Untuk j =1, diperoleh

Page 6: Matriks dan determinan

det 𝐴 = βˆ‘ π‘Ž1π‘˜π΄1π‘˜= π‘Ž11𝐴11 + π‘Ž12𝐴12

2π‘˜=1 ,

dengan 𝐴11 = (βˆ’1)1+1|π‘Ž22| = π‘Ž22 dan 𝐴12 = (βˆ’1)1+2|π‘Ž21| = βˆ’π‘Ž21. Jadi,

det 𝐴 = π‘Ž11π‘Ž22 βˆ’ π‘Ž12π‘Ž21.

Sifat-sifat Determinan

1) Nilai determinan tidak berubah apabila baris dan kolomnya dipertukarkan. Jadi, det 𝐴 =

det 𝐴𝑇 .

2) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, determinan matriks itu sama

dengan nol.

3) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, kecuali satu unsur,

determinannya sama dengan hasil kali unsur itu dengan kofaktornya.

4) Pertukaran dua baris atau dua kolom sembarang akan mengubah tanda determinan.

5) Jika semua unsur dalam suatu baris (atau kolom) dikalikan dengan sebuah bilangan,

determinannya juga dikalikan dengan bilangan itu.

6) Jika dua baris (atau kolom) sama atau sebanding, determinannya sama dengan nol.

7) Jika setiap unsur dalam suatu baris (atau kolom) sebuah determinan merupakan jumlah dua

suku, determinannya dapat dinyatakan sebagai jumlah dua determinan yang berukuran

sama.

8) Jika kita mengalikan unsur-unsur suatu baris (atau kolom) dengan sebuah bilangan

kemudian dijumlahkan dengan unsur-unsur yang bersesuaian dengan suatu baris (atau

kolom) yang lain, nilai determinannya tetap.

9) Jika A dan B dua matriks bujur sangkar yang berukuran sama, maka det(𝐴𝐡) = det(𝐴) +

det(𝐡).

10) Jumlah dari hasil kali unsur-unsur dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor-

kofaktornya dari baris (atau kolom) lainnya adalah nol. Secara matematis,

βˆ‘ π‘Žπ‘žπ‘˜π΄π‘π‘˜π‘›π‘˜=1 = 0 atau βˆ‘ π‘Žπ‘˜π‘žπ΄π‘˜π‘

π‘›π‘˜=1 = 0, jika 𝑝 β‰  π‘ž.

Jika 𝑝 = π‘ž, hasilnya sama dengan det 𝐴.

Invers Matriks

Jika pada matriks bujur sangkar A terdapat matriks B sehingga AB = I, dengan I adalah

matriks identitas, maka B dinamakan invers matriks A dan ditulis sebagai π΄βˆ’1. Jadi, jika A adalah

Page 7: Matriks dan determinan

matriks bujur sangkar tak singular berorde-n, maka terdapat satu invers π΄βˆ’1 sehingga π΄π΄βˆ’1 =

π΄βˆ’1𝐴 = 𝐼. Invers matriks memiliki sifat, (𝐴𝐡)βˆ’1 = π΅βˆ’1π΄βˆ’1 dan (π΄βˆ’1)βˆ’1 = 𝐴.

Untuk menentukan invers matriks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: metode reduksi

baris dan metode determinan.

Metode Reduksi Baris

Untuk memberi gambaran penerapan metode reduksi baris, diandaikan kita akan menghitung

invers matriks A. Dengan mengingat sifat-sifat matriks satuan I, A = IA. Selanjutnya, dengan

mereduksi A di ruas kiri menjadi I maka ruas kanan akan tereduksi menjadi B sehingga

menghasilkan I = AB. Jadi, B adalah invers matriks A. Metode reduksi baris terdiri atas operasi-

operasi berikut:

menukarkan dua baris,

mengalikan sembarang baris dengan sebuah tetapan π‘˜ β‰  0, dan

menjumlahkan atau mengurangkan dua baris sembarang.

Untuk memudahkan penulisan operasi reduksi baris, biasa digunakan notasi 𝐡𝑗,π‘˜ dan π‘Žπ΅π‘— Β± π‘π΅π‘˜.

Notasi pertama menunjukkan baris-j dan baris-k dipertukarkan, sedangkan notas kedua artinya

baris-j dikalikan dengan a kemudian dijumlahkan atau dikurangkan dengan b kali baris-k.

Metode Determinan

Sebuah matriks memiliki invers jika dan hanya jika det 𝐴 β‰  0. Invers matriks A dapat ditentukan

dengan rumus π΄βˆ’1 =adj (𝐴)

det 𝐴.

Sistem Persamaan Linear

Sistem persamaan linear dengan n variabel adalah suatu himpunan persamaan linear yang

berbentuk

{

π‘Ž11π‘₯1 + π‘Ž12π‘₯2 + β‹― + π‘Ž1𝑛π‘₯𝑛 = π‘Ÿ1

π‘Ž21π‘₯1 + π‘Ž22π‘₯2 + β‹― + π‘Ž2𝑛π‘₯𝑛 = π‘Ÿ2

… .π‘Žπ‘š1π‘₯1 + π‘Žπ‘š2π‘₯2 + β‹― + π‘Žπ‘šπ‘›π‘₯𝑛 = π‘Ÿπ‘›

Page 8: Matriks dan determinan

Jika π‘Ÿ1 = π‘Ÿ2 = β‹― = π‘Ÿπ‘› = 0, sistem persamaan linear di atas disebut homogen. Sebaliknya, jika

π‘Ÿπ‘› β‰  0 dinamakan takhomogen. Sistem persamaan linear di atas dapat dinyatakan dalam bentuk

matriks, yaitu

(

π‘Ž11 π‘Ž12 … π‘Ž1𝑛

π‘Ž21 π‘Ž22… π‘Ž2𝑛

β€¦π‘Žπ‘š1

β€¦π‘Žπ‘š2

… …… π‘Žπ‘šπ‘›

) (

π‘₯1π‘₯2

…π‘₯𝑛

) = (

π‘Ÿ1

π‘Ÿ2β€¦π‘Ÿπ‘›

)

atau AX = R.

Untuk menyelesaian system persamaan linear di atas digunakan dua cara, yaitu metode reduksi

baris dan aturan Cramer (lihat Bambang Ruwanto. 2002. Matematika untuk Fisika dan Teknik I.

Yogyakarta: Adicita hal. 131-135)