maternitas-menolong persalinan.docx
-
Upload
abah-bisol -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
Transcript of maternitas-menolong persalinan.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam menghadapi persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan dirinya pada bidan,
dokter umum, dokter spesialis ginekologi dan obstretri untuk pemeriksaan secara teratur,
melakukan pengawasan hamil sekitar 12-14 kali sampai pada persalinan. Pertemuan
konsultasi dan menyampaikan keluhan, menciptakan hubungan saling mengenal antara calon
ibu dengan bidan atau dokter yang akan menolongnya. Kedatanganya sudah mencerminkan
adanya “ informed consent” artinya telah menerima informasi dan dapat menyetujui bahwa
bidan atau dokter itulah yang akan menolong persalinanya.
Kepada keluarga yang sering melakuka konsultasi diberitahukan perkiraan tanggal
persalinanya, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri, karenasewaktu – waktu akan
datang sakit perut disertai dengan tanda seperti lender bercampur darah. Keluarga telah
mempersiapkan menyambut persalinan bahkan kadang sudah mempunyai nama untuk anak
laki-laki atau anak perempuanya. Baju untuk persalinan ibu telah dipersiapkan demikian
juga untuk anaknya.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah pengertian persalinan itu ?
1.2.2 Tahap tahap periode persalinan dengan rencana tindakannya ?
1.3 Tujuan.
1.3.1 Tujuan umum
Diharapkan setelah membaca makalah ini bisa mengetahui dasar-dasar tindakan
menolong persalinan.
1.3.2 Tujuan khusus
Diharapkan mampu mengetahu : a. pengertian persalinan
b. tahap periode persalinan dengan rencana
tindakanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian
Selama kehamilan berlangsung dapat terjadi kontraksi ringan pada seluruh Rahim, tanpa
rasa sakit dan koordinasi yang disebut “BRAXTON HICKS”. Kontraksi ini lebih lanjut
akan menjadi kekuatan persalinan. Bagaimana persalinan dapat berlangsung? Banyak
teori yang di kemukakan untuk menerangkan bagaimana proses persalinan dapat terjadi.
a. Teori kadar progesterone, Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan
kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot Rahim
mudah di rangsang oleh oktsitosin.
b. Teori oksitosin, menjelang kelahiran oksitosin meningkat, sehingga cukup kuat
merangsang persalinan.
c. Teori regangan otot Rahim, dengan meregangnya otot rahimdalam batas tertentu
menimbulkan kontraksi dengan sendirinya.
d. Teori Prostaglandin prostaglandin banyak di hasilkan oleh lapisan dalam Rahim di duga
dapat kontraksi Rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi
otot Rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya,sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas
yang memeadai. Persalinan pada manusia terjadi pada 4 tahappenting dan kemungkinan
penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut.
2.2 tahap – tahap persalinan
a. Kala pertama
Akan dilakukan pemeriksaan tentang kedudukan dalam Rahim, dilakukan pemeriksaan
dalam dengan terbatas dan akan di jelaskan pembukaanya dan kapan perkiraan
persalinan berlangsung. Ibu akan di pertahankan kekuatan moral dan emosinya karena
persalinan masih jauh sehingga dapat mengumpulkan kekuatan.
Pengkajian :
Pengkajian selama kala pertama meliputi pemeriksaan vagina dan pengkajian kontraksi,
show, tanda-tanda vital, dan DJJ.
1. PEMERKSAAN VAGINA
Frekuensi pemeriksaan vagina selama persalinan bergantung pada kasus individu;
sering kali satu atau dua pemeriksaan sudah cukup, sedangkan pada kasus lain lebih
banyak pemeriksaan, jika terjadi pecah ketuban sangat penting untuk membatasi
jumlah pemeriksaan vagina guna memberi perlindungan terhadap infeksi.jika terjadi
perdarahan pervaginam, pertama kali harus dipastikan tidak ada diagnosis plasenta
previa sebelum pemeriksaan vagina dapat dilakukan dengan aman.
Perawat persalinan yang berpengalaman mengetahui bahwa kelahiran akan terjadi
saat wanita berkata bahwa ia ingin buang air besar. Dari pada membantu wanita ke
kamar mandi, perawat mengangkat duk (drape ) dan memeriksa apakah kepala janin
sudah terlihat.
2. KONTRASI UTERUS
Banyak wanita muda menjelang waktu melahirkan merasa takut nyeri. Bukan hal
mudah untuk menghilangkan rasa takut itu, tetapi sepanjang pengalaman melahirkan,
upaya sadar harus dilakukan untuk membentuk sudut pandang yang bermanfaat
tentang pengalaman melahirkan. Perawat harus menghindari menyebut kata nyeri
kapanpun jika mungkin dikarenakan konotasi ata tersebut.
Factor social budaya memainkan peran penting dalam memaknai,
menginterprestasikan rasa nyeri pada klien. Walaupun nyeri pada dasarnya
merupakan fenomena fisiologis, makna dan jenis respns terhadap nyeri yang
dianggap tepat, sebagian ditentuka oleh budaya, kondisinsosial dan orientasi budaya
Bagaimanapun, seiring dengan kemajuan persalinan, kontraksi menjadi semakin
intens. Oleh karena itu tanggung jawab perawat adalah membantu ibu membedakan
antara rasa takut dan antisipasi nyeri deengan ketidak nyamanan atau nyeri aktual
yang ia alami. Pearwat harus membantu ibu untuk melaksanakan kopingnya secara
efektif dan memberkan intervensi farmakologi dan no farmakologi untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
Pemantaun waktu kontrasi, frekuensi, durasi, dan intensitas waktu kontraksi harus
dipantau secara ketat dan di catat saat terjadi kemajuan persalina, intensitas kontraksi
menjadi lebih kuat, berlangsung lebih lama ( 30-60) detik, dan lebih dekat jaraknya
( setiap 2-3 menit)ini bisa diketahui dengan alat pemantau janin elektronik atau tidak,
dapat juga melalui metode efektif yang biasa dilakukan perawat adalah menempatkan
jarinya denga lembut pada fundus, jari direkomendasikan karena lebih sensitive
Mengkaji kontraksi dengan cara ini memungkinkan perawat mendeteksi awal
kontraksi berupa ketegangan secara bertahap dan naiknya fundus kedepan.
3. SHOW
Adalah rabas mukoid atau lendir serviks yang timbul setelah sumbatan mucus
dikeluarkan . ketika penipisan dan dilatasi serviks secara progesif terjadi. Show
mwnjadi berwarna darah karena rupture kapiler superfisial, adanya jumlah
peningkatan show yang berdarah-lendir bercampur darah ( bukan perdarahan aktual )
menunjukan bahwa kemajuan yang cepat mungkin terjadi, dank lien harus dikaji
kembali, sering kali dengan peningkatan show yang berdarah disertai kontraksi uterus
yang kuat dan dorongan untuk mengejan.
Jika peningkatan perdarahan pervagina dikaitkan dengan takikardi maternal,
peningkatan tonus uterus dan tinggi fundus, penurunan hematocrit, atau ketidak
teraturan pola DJJ, deri tahu dokter dan diperlukan persiapan lebih lanjut untuk
memastikan bahwa tidak terjadi arupsio plasenta, rupture uterus, atau perdarahan
fetal-maternal, perdarahan feto plasenta tidak mungkin menyebabkan perdarahan
pervagina dalam jumlah besar, tetapi mungkin terjadi kehilangan darah yang
berhubungan dengan janin, yang saat cukup ulan memiliki aliran darah tali pusat 120
ml/mnt per kilogram atau hanya 420 ml/ mnt pada janin cukup bulan yang berukuran
rata rata 3,5 kilogram (Ardnold Aldea, et al, 1990 ) dengan janin mati dilaporkan
terjadi saat perdarahan feto maternal massif lebih dari 150 ml ( kehilangan lebih dari
30 % ).
Intervensi :
1. Penggunann sentuhan yang efektif
Banyak aktivitas perawatan fisik yang perawat lakukan terdiri atas, sebagian kecil, “
meletakan tangan “ jenis komunikasi ini dapat menunjukan perhatian dan empati
perawat, terutama komunikasi verbal sulit dilakukan, kontak ini dapat berbentuk
menggosok punggung, mengusap dahi klien, dan sebagainya.
2. Lingkungan suportif
Wanita yang menghadiri kelas prenatal, yang memberikan teknik relaksasi biasanya
memiliki persiapan persalinan yang baik, meski demikian ia perlu dibimbing dalam
menggunakan teknik yang kemampuanya bekerja sama dorongan alamiah persalinan.
Selama awal persalinan, klien biasanya lebih suka jalan jalan disekitar ruangan dan
sering kali lebih merasa lebih tenang duduk dikursi yang nyamam.
3. Teknik pernapasan.
Wanita yang telah dipersiapkan untuk melahirkan telah diajarkan teknik pernapasan,
seperti pernapasan diafragma, atau pernapasan ostal dangkal yang cepat. Dengan
dibimbing perawat, wanita biasanya mampu melakukan secra sadar.
Sering kali yang terbaik untuk membantu wanita relaks adalah dengan mendorong
dan melatihnya untuk tetap bernapas secara perlahan dan seimbang selama kontraksi
awal .
b. Kala kedua.
Tanda dan gejala kala kedua;
1. Klien mulai mengejan sesuai kemauanya; hal ini disebabkan oleh reflex ketika
kepala mulai menekan dasar perenium.
2. Mood wanita yang meningkatkan ketakutan,
3. Peningkatan show secara tiba tiba, disertai berwarna darah
4. Klien mudah marah
5. Klien dapat merasa mual
6. Merasa ingin buang air besar
7. Ketuban dapat pecah,
Posisi dan upaya mengejan.
Posisis yang digunakan selama kala kedua persalinan harus memungkinkan bagian
presentasi sejajar dengan
sumbu panggul. Mungkin di
rumah sakit sering
meggunakan posisis semi
fowler dan lateral, posisi lain seperti berjongkok , duduk, berlutut menjadi lebih
popular
Persiapan kelahiran
Ketika kala ke dua maju, perawat memberi tahu perubahan perenium, seperti
pembengkakan dan dilatasi ofisium anus jika terpasang elektroda kulit kepala janin,
kabel keluar saat bagian presentasi janin menurun.tana memperhatikan tipe system
kelahiran, perawat pada saat ini memiliki tanggung jawab:
Memberi tahu dokter atau bidan
Mempersiapkan untuk kelahiran
Memberikan lingkungan yang hangat untuk BBL
Mengonfirmasi kembali bahwa peralatan resusitasi BBL telah tersedia dan
berfungsi
Memberitahu tiem neunatus untuk kelahiran jika distress pernafasan terjadi
atau jika ada cairan amnion yang bercampur dengan meconium secara
bermakna
Mengonfirmasi kembali behwa peralatan kedaruratan untuk orang dewasa
telah tersedia
Mempersiapkantipe anamnesis jika diminta klien
Membantu pasangan klien untuk siap pada kelahiran:
Mengganti pakaian dengan pakaian bedah mencuci tangan, mempersiapkan
peraltan kamera atau video.
Semua itu dilakukan untuk mendukung upaya klien dan pasanganya. persiapan
kelahiran memerlukan kerja team antara dokter atau bidan, perawat, dokter anastesi
jika perlu, team neonates, jika perlu untuk memenuhi kebutuhan klien, BBL, dan
orang pendukung.
Persiapan ruang kelahiran
Perawat bisanya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa minimal bagian
peralatan berikut tersedia ketika kelahiran tampak akan terjadi:
Untuk kelahiran:
Sarung tangnsteril
Set persiapan untuk membersihkan perenium sebelum kelahiran
Set tali pusat (gunting, klem)
Handuk, duk, gaun steril
Air steril hangat
Untuk BBL:
Penghangat radian
Selimut hangat dan steril
Pengisap lendir
Perlengkapan pengisap
Oksigen
Laringoskop
Set resusitasi dengan peralatan kedaruratan yang diperlukan
Persiapan ruang pelahiran
Tidak ada pengaturan ruang pelahiran dan prosedur untuk melahirkan
yang sama persisi di rumah sakit, oleh karena itu opservasi dan pengalaman di
institusi tertentu adalah dasar untuk mengena tata ruang fisik dan metode asuhan
yang di harapkan.
Asepsis dan antisepsis
Salah satu hal terpenting pada kala ke dua adalah tehnik asepsis dan
antisepsis yang ketat di sepanjang kelahiran.sampai ahir kala ini, setiap orang di
ruang kelahiran formal memakai gaun bedahdan topi yang bersih.
Jika perawat membersihkan area perenium untuk membantu dokter, tehnik
aseptic yang ketat di pantau. Tangan di bersihkan denga di gosok secara cermat
seperti pada operasi bedah. Mencuci tangan dilakukan lebih awal guna
memberika waktu untuk melakukan pembersihan dan memakai gaun serta sarung
tangan.
Pemindahan wanita ke ruang pelahiran
Pemindahan dilakukan ketika kelahiran tampak segera akan terjadi.
Pemindahan ke ruang pelahiran dapat menjadi waktu yang stress bagi
wanita:factor nya meliputi perubahan suhu, lingkungan, tempat tidur, dan
kemungkinan perubahan staf.
Pengaturan posisi untuk melahirkan
Tanggung jawab keperawatan yang penting adalah membantu wanita
memperleh posisi yang nyaman dan senyaman mungkin. Tidak ada satu posisi
yang sempurna untuk pelahiran, walaupun banyak rumah sakit dan penolong
kelahiran lebih menyukai posisi litotomi dengan atau tanpa stirrup karena posisi
tersebut memungkinkan akses paling besar ke perineum dan mengontrol proses
kelahiran. Setiap posisi yang membantu upaya wanita mengejan, meningkatkan
penurunan dan rotasi janin, dan menghindari hipotensi supine harus didukung.
Kelahiran
Segera setela kepala melebarkan orifisium vagina sampai diameter 6-8 cm
(crowning) handuk diletakkan pada rectum sambil 1 tangan menekan dahu bayi
kedepan dan tangan lainya menekan oksiput kebawh. Tehnik ini, disebut
maneuver rit gen. kontorl kepala oleh manuverit gen, ekstensi, dan kelahiran yang
lambat diantara waktu kontraksi membantu mencegah laterasi. Jika robekan
tampak takbisa di hindari, insisi yang disebut episiotomy dapat dibuat diperineum.
Segera setelah kelahiran kepala, mulut dan hidung biasanya di hisap
lendirnya dengan penghisap lendir(bulb syring). Setelah pengisapan lendir, satu
jari dimasukan ke sepanjang oksiput sampai leher bayi untuk meraba apakah
tedapat lilitan tali pusat, jika ada lilitan harus di tarik ke bawah secara berlahan
dan jika cukup longgar, lepaskan dari BBL.
DAFTAR PUSTAKA
Mengklem tali pusar
Biasanya dilakukan sebelum denyut nadi berhenti untuk mencegah tranfisi
dari plasenta dan hiperviskositas pada BBL (hematocrit>65%). Tali pusat
dipotong di antara dua klem Kelly. Yang di pasang beberapa inci dari tali pusat;
klem tali pusat kemudia dipasang. Tersediah banyak tali pusat. Perawat diruang
pelahiran harus mengkaji dan mendokumentasikan jumlah pembuluh darah yang
ada pada tali pusat ( dua arteri dan satu vena), karena arteri yang hanya satu
dikaitkan dengan anomaly kongenital, paling sering berhubungan dengan ginjal
( endo et al; 1993 )
c. Kala ketiga
Kala tiga persalinan, kalaplasenta, dimulai setelah kelahiran bayi baru lahir da
berakhir dengan kelahiran plasenta.
Tanda-tanda bahwa plasenta akan terlepas adalah ;
Uterus naik ke atas abdomen
Tali pusat menonjol 3 inci atau lebih jauh keluar dari vagina
Uterus berubah dari bentuk kepingan manjadi berbentruk bulat dan
normalnya menjadi lebih keras
Tetesan atau pancarn darah yang mendadak sering terjadi
Tanda tanda ini kadang kala tampak dalam satu menit atau lebih setelah kelahiran
bayi dan biasanya dalam 5 menit dan terjadi dalam 15 menit pada 90 % dari
semua pelahiran (o’brien et al.,1991 ).
Laserasi jalan lahir
Selama proses pelahiran normal, laserasi perineum dan vagina dapat disebabkan
oleh pengeluaran kepala yang menddadak dan cepat, ukuran BBL yang
berlebihan, dan jaringan ibu yang muda robek.
Lasersi perineum biasanya diklasifikasikan ke dalam 3 derajat sesuai dengan luas
robekan;
Laserasi derajat 1 mencakup fourchette ( lipatan kulit yang tipis
dibelakang vulva)
Laserasi derajat 2 mencakup ( selain kulit dan membrane mukosa)
Laserasi derajat 3 meluas secara komplek melalui kulit, membrane
mukosa , badan perineum, dan sfingter rectum.
d. Kala ke empat
Kala ke empat dapat didefinisikan sebagai berawal setelah pelahiran plasenta da
berakhir ketika statufisik telah stabil. Kala ini biasanya terjadi dalam 1 atau 2 jam .
kerja persalinan yang meletihkan tlah selesai, dan ibu serta ayah atau pasangan
harus duipuji oleh perawat atas upaya yang telah mereka lakukan dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN
Peran utama perawat persalinan dan pelahiran adalah memastikan kesejahteraan ibu-
janin selama proses melahirkan.
Persalinan adalah kontraksi ritmik uterus yang menyebabkan pembukaa serviks dan
penurunan bagian presentasu janin.
Kelahiran adalah transisi janin dari lingkungan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri
sebagai BBL.