Maternal fisiologis dan partusritas.doc
Transcript of Maternal fisiologis dan partusritas.doc
FISIOLOGIS MATERNAL DAN PARTURITAS
1 FISIOLOGI WANITA HAMIL
1. FISIOLOGI WANITA HAMIL
1.1 SISTEM REPRODUKSI
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna dan pada payudara.
Dalam hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron
mempunyai peranan penting. Perubahan yang terdapat pada wanita hamil
ialah antara lain sebagai berikut :
A. Uterus
Pada wanita tidak hamil, uterus adalah suatu struktur yang hampir
solid dengan berat sekitar 70 g dan rongga berukuran 10 mL atau kurang.
Selama kehamilan, uterus berubah menjadi organ muskular dengan dinding
relatif tipis yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion.
Volume total isi uterus pada aterm adalah sekitar 5 L meskipun dapat juga
mencapai 20 L atau lebih. Pada akhir kehamilan, uterus telah mencapai
kapasitas yang 500 sampai 1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak
hamil. Peningkatan berat uterus juga setara sehingga pada aterm organ ini
memiliki berat sekitar 1100 g.
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan
hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru terbatas.
Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa,
terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan bermakna jaringan
elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus.
Meskipun mengalami penebalan yang lebih bermakna selama
beberapa bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya menipis
seiring dengan kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan dinding ini hanya 1
sampai 2 cm atau kurang. Pada bulan-bulan terakhir, uterus berubah menjadi
suatu kantong berotot dengan dinding yang tipis, lunak, dan lentur sehingga
janin dapat teraba dari luar.
Hipertrofi uterus pada awal kehamilan diperkirakan dirangsang oleh
efek estrogen dan mungkin progesteron. Tampak jelas bahwa hipertrofi pada
wal kehamilan ini tidak semata-mata terjadi sebagai respon terhadap
peregangan mekanis oleh produk konsepsi, karena perubahan uterus serupa
1
juga diamati pada kehamilan ektopik. Tetapi setelah sekitar 12 minggu,
peningkatan ukuran uteruss terutama berkaitan dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh hasil konsepsi yang terus membesar.
Pembesaran uterus paling mencolok terjaddi di fundus. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan, tuba uterina serta ligamentum ovarii proprium dan
ligamentum teres uteri melekat sedikit di bawah apeks fundus. Pada bulan-
bulanselanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak sedikit diatas bagian
tengah uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi tingkat hipertrofi uterus,
karena bagian uterus yang mengelilingi tempat plasenta melekat, membesar
lebih cepat daripada bagian uterus lainnya.
Susunan Sel Otot-otot uterus selama kehamilan tersusun dalam 3
lapisan :
a. Suatu lapisan luar berbentuk tudung, yang melengkung menutupi
fundus dan meluas ke dalam berbagai ligamentum.
b. Lapisan tengah, yang terdiri dari anyaman padat serat otot yang
ditembus di segala arah oleh pembuluh darah.
c. Lapisan dalam, dengan serat-serat mirip sfingter mengelilingi
orifisium tuba uterina dan ostium internum serviks.
Bagian utama dinding uterus dibentuk oleh lapisan tengah. Setiap sel
di lapisan ini memiliki dua lengkungan sehingga persilangan antara dua otot
akan menghasilkan bentuk mirip angka delapan. Susunan ini sangat penting
karena ketika berkontraksi setelah pelahiran, sel-sel ini memeras pembuluh
darah sehingga berfungsi sebagai pengikat.
Ukuran, Bentuk, Posisi Uterus
Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahanka
bentuknya mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan,
korpus dan fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir
sferis pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat
dalam ukuran penjangnya daripada lebarnya dan mengambil bentuk
ovoid. Pada akhir minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk
seluruhnya tetap berada di dalam panggul. Uterus yang terus membesar
ini kemudian berkontak dengan dinding anterior abdomen, menggeser
usus ke lateral dan superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya hampir
mencapai hati. Sewaktu muncul dari panggul, uterus biasanya mengalami
2
rotasi ke kanan. Dekstrorotasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh
adanya rektosigmoid disisi kiri panggul. Seiring dengan naiknya uterus,
tegangan pada ligamentum latum dan rotundum juga meningkat.
Bila wanita hamil berdiri, sumbu longitudinal uterus setara dengan
perluasan sumbu apertura pelvis superior. Dinding abdomen menopang
uterus dan, kecuali jika terlalu melemas, mempertahankan hubungan
antara sumbu panjang uterus dan sumbu apertura pelvis superior. Dalam
keadaan terlentang, uterus kembali jatuh bertumpu pada kolumna vertebra
dan pembuluh-pembuluh besar sekitar, terutama vena kava inferior dan
aorta.
Kontraktilitas
Sejak awal kehamilan uterus sudah mengalami kontraksi ireguler
yang secara normal tidak menyebabkan nyeri. Selama trimester kedua,
kontraksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Karena
fenomena ini pertama kali diungkapkan oleh J.Braxton Hicks pada tahun
1872 maka kontraksi ini dinamai kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini
muncul tanpa dapat diduga dan secara sporadis serta biasanya tidak
berirama. Intensitasnya bervariasi antara 5 dan 25 mm Hg (Alvarez dan
Caldeyro-Barcia). Sampai beberapa minggu menjelang akhir kehamilan,
kontraksi ini jarang terjadi, tetapi meningkat selama satu atau dua minggu
terakhir kehamilan. Pada saat ini, kontraksi dapat sesering setiap 10
sampai 20 menit dan juga, sedikit banyak, mungkin berirama. Studi-studi
tentang aktivitas listrik uterus juga memperlihatkan pola kelistrikan yang
rendah dan tidak terkoordinasi pada awal gestasi, yang menjadi semakin
progresif dan sinkron menjelang atrem. Pada akhir kehamilan,
kontraksi=kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan
menjadi penyebab persalinan palsu atau false labour. Salah satu dampak
klinis yang baru-baru ini dibuktikan adalah bahwa 75% wanita dengan 12
atau lebih kontraksi perjam didiagnosis memasuki persalinan aktif dalam
24 jam.
Aliran Darah Uteroplasenta
Penyaluran sebagian besar bahan yang esensial bagi pertumbuhan
dan metabolisme janin dan plasenta serta pengeluaran sebagian besar
bahan sisa metabolik, bergantung pada perfusi yang memadai antar filus
3
plasenta. Perfusi plasenta bergantung pada aliran darah uterus total, yang
terutama berasal dari arteri uterina, dan ovarium. Aliran darah
uteroplasenta meningkat secara progresif selama kehamilan, dengan
perkiraan berkisar dari 450-650 Ml/menit menjelang aterm. Hasil penelitian
yang dilakukan pada tikus oleh page dkk (2002) memperlihatkan bahwa
vena-vena uterus juga mengalami adaptasi signifikan selama kehamilan.
Sevara spesifik, remodeling vena mencakup berkurangnya kandungan
elastin, kepadatan saraf adrenergik, yang menyebabkan kaliber dan
distensibilitas atau daya regang (vena yang meningkat). Secara logis,
perubahan-perubahan ini diperlukan untuk menampung peningkatan masif
aliran darah uteroplasenta.
Asali dkk 1968, dengan menggunakan pelacak aliran darah
elektromagnetik yang ditempatkan langsung di arteri uterina mempelajari
efek persalinan pada aliran darah uteroplasenta pada domba dan anjing
yang hamil atrem. Mereka mendapatkan bahwa kontraksi uterus, baik
spontan maupun di induksi, menyebabkan penurunan aliran darah yang
kira-kira sebanding dengan intensitas kontraksi. Merekan] juga
memperlihatkan bahwa kontraksi tetanik menyebabkan penurunan tajam
aliran darah uterus. Harlbert dkk 1969 melakukan pengamatan serupa
pada monyet hamil kontraksi uterus tampaknya tidak banyak
mempengaruhi sirkulasi janin, dan brar dkk 1988 melaporkan tidak
addanya efek samping pada aliran darah arteri umbilikalis.
Regulasi Aliran Darah Uteroplasenta
Peningkatan progresif aliran darah ibu-plasenta selama gestasi
terutama disebabkan oleh vasodilatasi sedangkan aliran darah janin-
plasenta meningkat akibat terus tumbuhnya pembuluh-pembuluh plasenta.
Palmer dkk 1992 memperlihatkan bahwa diameter rerata arteri uterina
bertambah dua kalilipat pada minggu ke 20 dan velosimetri droppler juga
meningkat rerata 8 kali lipat. Pada tahap kehamilan ini, vasodilatasi
diperkirakan oleh stimulasi estrogen. Sebagai contoh, naden dan rosen
veld tahun 1985 mendapatkan bahwa pemberian 17B-Ekstradiol kepada
domba tidak hamil memicu perubahan kardiovaskuler yang serupa dengan
diamati pada hewan yang hamil. Dengan mengukur indeks resistensi
arteri uterina, jauniaux dkk 1994 mendapatkan bahwa estrogen dan
4
ekstradiol dan progesteron berperan dalam menurunkan resistensi
vaskuler pada wanita pada usia kehamilan tahap lanjut.
B. Serviks uteri
Bahkan pada satu bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai
menggalami perlunakan dan sianosis mencolok. Perubahan ini terjadi karena
peningkatan vaskularitas dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh
hipertrofi dan hiperplasi kelenjar serviks. Meskipun serviks mengandung
sejumlah kecil otot polos namun komponen utamanya adalah jaringan ikat.
Penataaan ulang jaringan ikat kaya kolagen ini diperlukan agar serviks
mampu melaksankan beragam tugas dari mempertahankan kehamilan hingga
aterm, berdilatasi untuk mempermudah kelahiran, dan memperbaiki diri
setelah persalinan sehingga dapat terjadi kehamilan berikutnya.
Kelenjar-kelenjar serviks mengalami proliferasi mencolok sedemikian
rupa sehingga pada akhir kehamilan kelenjar-kelenjar tersebut menempati
sekitar separuh dari separuh massa serviks dan bukan hanya sebagian kecil
seperti sebelum kehamilan. Perubahan normal akibat kehamilan ini
menyebabkan perluasan, atau eversi, kelenjar endoserviks kolumnar.
Jaringan ini cenderung tampak merah dan seperti beludru serta mudah
berdarah bahkan oleh trauma ringan, misalnya pengambulan hapusan pap
smear.
Sel mukosa endoserviks menghasilkan suatu mukus lengket dalam
jumlah besar yang menyumbat kanalis servisis uteri segera setelah
kopnsepsi. Mukus ini kaya akan imunoglobin dan sitokin serta mungkin
berfungsi sebagai sawar imunologis untuk melindungi isi uterus terhadap
infeksi dari vagina. Pada permulaan persalinan, jika bukan sebelumnya,
sumbat mukus ini terlepas, sehingga terjadi bloddy show. Selain itu,
konsistensi mukus serviks berubah selama kehamilan. Pada sebagian besar
wanita hamil, jika mukus serviks disebarkan dan dikeringkan pada kaca objek
akan terjadi kristalisasi atau beading, akibat adanya progesteron. Pada
sebagian wanita, arborisasi kristal atau verning, terjadi akibat kebocoran
cairan amnion.
Selama kehamilan, sel basal dekat taut skuaomo kolumnar
kemungkinan besar mengalami peningkatan ukuran, bentuk, dan kualitas
5
permulasan. Perubahan ini dianggap disebabkan oleh estrogen. Selaun itu,
kehamilan berkaitan dengan hiperplasia kelenjar endoserviks ddan
hipersekresi reaksi arias stela yang menyebabkan identifikasi sel kelenjar
atipikal pada hapusan pap smear menjadi lebih sulit
C. Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-\folikel
baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada
wanita hamil. Struktur ini berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu
pertama kehamilan- 4 sampai 5 minggu paska ovulasi dan setelah itu tidak
banyak berkontribusi dalam produksi progesteron. Pengamatan ini telah
dikonfirmasi oleh pengangkatan korpus luteum secara bedah sebelum 7
minggu sampai 5 minggu paska ovulasi yang menyebabkan penurunan cepat
progesteron serum ibu dan abortus spontan. Namun setelah waktu ini,
pengangkatan korpus luteum biasanya tidak menyebabkan abortus. Memang
bahkan oovorektomi bilateral pada 16 minggu dilaporkan tidak menyebabkan
gangguan kehamilan. Yang menarik pada kasus-kasus ini, kadar FSH tiddak
mencapai kadar perimenopouse sampai sekitar 5 minggu paska persalinan.
Suatu reaksi desidua pada dan dibawwah permukaan ovarium, serupa
dengan yang ditemukan di struma endometrium, sering dijumpai pada
kehamilan dan biasanya terlihat pada pelahan SC. Bercak-bercak jaringan
yang meninggi ini mudah berdarah dan mungkin, jika terlihat sekilas, mirip
perlekatan yang baru robek. Reaksi desidua serupa dijumpai pada serossa
uterus dan organ pelvis, atau bahkan ekstra pelvis lainnya. Meskipun
terjadinya reaksi desidua tersebut belum sepenuhnya dipahami tausig 1960
dan peneliti lain menyimpulkan bahwa penemuan ini kemungkinan besar
mencerminkan detritus sel dari endometrium yang mengalir melalui tuba
uterina.
Kaliber vena-vena ovarium yang terlihat ketika pelahiran cesar
sangatlah besar. Hodgkinson 1953 mendapatkan bahwa garis tengah
pedikulus vaskular ovarium meningkat selama kehamilan dari 0,9 cm menjadi
sekitar 2,6 cm pada aterm. Perlu diingat bahwa menurut hukum poisseulle
aliran dalam suatu sturktur tubulus setara dengan pangkat 4 jari-jari tubulus.
6
D. Relaksin
Hormon protein ini dikeluarkanoleh korpus luteum, desidua, dan
plasenta dalam suatu pola yang serupa dengan pola gonadotropin korion
manusia. Hormon ini juga di ekspresikan di berbagai jaringan non reproduksi,
termassuk otak dan ginjal. Relaksin dibahas disini karena salah satu efek
biologis utamanya adalah remodeling jaringan ikat saluran reproduksi untuk
meng akomodasi persalinan. Relaksin juga tampaknya merupakan faktor
yang penting dalam inisiasi peningkatan hemodinamika ginjal dan penurunan
osmolalitas yang berkaitan dengan kehamilan. Meskipun dinamai relaksin
kadar hormon ini tidak berkaitan dengan peningkatan kelenturan sendi perifer
selama kehamilan.
E. Luteoma kehamilan
Pada tahun 1963, Sternberg melaporkan suatu tumor ovarium padat
yang terbentuk selama kehamilan dan terdiri dari sel-sel terluteinisasi
asidofilik besar, yang mencerminkan reaksi luteinisasi berlebihan pada
ovarium normal. Apa yang disebut sebagai luteoma kehamilan ini memiliki
ukuran bervariasi, dari mikroskopik hingga berdiameter lebih dar 20 cm.
Gambaran sonografik tipikalnya adalah massa padat unulateral atau bilateral
yang tampak kompleks dengan gambaran kistik sesuai dengan daerah
perdarahan. Luteoma biasanya tidak dapat dibedakan dari neoplasma
ovarium padat lainnya misalnya tekoma terluteinisasi, tumor sel granulosa,
atau tumor sel leydig, hanya dari karakteristik sonografinya.
Luteoma kehamilan, dapat menyebabkan virilisasi ibu, tetapi janin
perempuan biasanya tidak terpengaruh. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh
efek protektif trofoblast dengan kapasitasnya yang besar untuk mengubah
androgen dan steroid mirip androgen menjadi estrogen. Namun, janin
perempuan kadang mengalami virilisasi. Meskipun mengecil setelah
kelahiran, luteoma dapat kambuh pada kehamilan berikutnya.
F. Kista Tekalutein
Lesi ovarium jinak ini terjadi karena stimulasi fisiologis tetapi berlebihan
pada folikel disebut hiperreaksio luteinalis. Meskipun pola sel hiperreaksio
luteinalis serupa dengan yang terdapat pada luteoma, kista ovarium yang
biasanya bilateral ini berukuran sedang sampai masif. Reaksi ini berkaitan
7
dengan peningkatan mencolok kadar hCG serum. Karenanya tidak
mengejutkan bahwa kista tekalutein sering ditemukan pada penyakit
trofoblastik gestasional. Kista ini juga sering dijumpai bersama deengan
plasenta besar, misalnya pada pengidap diabetes, isomimunisasi-D, dan janin
multipel. Kista tekalutein juga pernah dilaporkan pada gagal ginjal kronik
akibat berkurangnya hCG klearance, dan pada hipertiroidissme akibat
homolgi struktural antara Hcg dan TSH. Tetapi kista-kista ini juga pernah
dijumpai pada wanita dengan kehamilan tanpa penyulit dan dipeerkirakan
terjadi karena respon berleebihan ovarium terhadap kadar hCG darah yang
normal.
Meskipun biasanya asimptomatik, perdarahan kedalam kista, dapat
menyebabkan nyeri perut. Virilisasi ibu dapat dijumpai pada hampir 25%
wanita, perubahan yang dijumpai mencakup kebptakan temporer,
hirssutisme, dan klitoro megali yang berkaitan dengan peeningkatan
mencolok kadar androstenedion dan testosteron. Diagnosis biasanya
didasarkan pada penemuan sonografik berupa pembesaran ovarium bilateral
yang mengandung kista multipel dengan gambaran klinis sesuai. Penyakit ini
suasirna dan lenyap setelah persalinan. Pada sebagian wanita peningkatan
responsilitas ovarium terhadap gonadotropin dapat dideteksi hingga beberapa
minggu paska persalinan.
G. Tuba Uterina
Otot-otot tuba uterina hanya sedikit mengalami hipertrofi selama
kehamilan. Namun, epitel mukosa tuba menjadi agak mendatar. Di stroma
endosalping mungkin terbentuk sel-sel desidua, tetapi tidak terbentuk
membran desidua yang kontinu. Meskipun sangat jarang, peningkatan ukuran
uterus yang hamil, terutama jika terdapat kista paratuba atau ovarium, dapat
menyebabkan torsio tuba uterina.
H. Vagina dan Perineum
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tempak lebih
merah, agak kebiruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwick. Warna
porsio pun tampak livide.
8
Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. Hal
ini karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia interna akan
meningkat. Apabila terdapat kecelakaan pada kehamilan atau persalinan,
maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan
kematian.
Selama kehamilan terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia
dikulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan jaringan ikat
dibawahnya. Meningkatnya vaskularitas sangat mempengaruhi vagina dan
warnanya menjadi keunguan (tanda chadwick). Dinding vagina mengalami
perubahan mencolok sebagai persiapan untuk mereganag saat persalinan
dan pelahiran. Perubahan perubahan ini mencakup peningkatan bermakna
ketebalan mukosa, melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.
Papila epitel vagina mengalami hipertrofi sehingga terbentuk gambaran
berpaku-paku halus.
Sekresi serviks kedalam vagina selama kehamilan sangat meningkat
dan berupa cairan putih agak kental. PH cairan ini asam, berkisar dari 3,5
sampai 6. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi asam laktat dari
glikogen di epitel vagina oleh kerja Lactobacillus acidophilus.
1.2 KULIT
A. Aliran Darah ke kulit
Meningkatnya aliran darah kulit selama kehamilan berfungsi untuk
mengeluarkan kelebihan panas yang terbentuk karena meningkatnya
metabolisme.
B. Dinding Abdomen
Sejak setelah pertengahan kehamilan sering terbentuk alur-alur
kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen dan kadang dikulit
payudara dan paha. Ini disebut stria gravidarum atau stretch marks. Pada
wanita multipara, selain stria kemerahan akibat kehamilan yang sedang
dikandung, sering tampak garis-garis putih keperakan berkilap yang
mencerminkan sikatriks dari stria lama. Dalam sebuah penelitian terhadap
110 wanita primipara melaporkan bahwa 48 % mengalami stria gravidarum
diperut, 25 % dipayudara, 25% dipaha. Faktor resiko terkait yang paling kuat
9
adalah penambahan berat selama kehamilan, usia ibu yang muda, dan
riwayat keluarga.
Kadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang
mengenainya. Akibatnya, otot rektus terpisah di garis tengah, menciptakan
suatu diastasis rekti dengan derajat bervariasi. Jika parah maka sebagian dari
dinding uterus anterior hanya akan ditutupi oleh suatu lapisan kulit, fasia yang
tipis dan peritoneum. Defek sejati pada fasia menyebabkan hernia ventralis
yang meskipun jarang, memerlukan koreksi bedah sebelum persalinan.
C. Hiperpigmentasi
Hal ini terjadi pada hampir 90 % wanita. Hiperpigmentasi biasanya
lebih mencolok pada mereka yang berkulit gelap. Garis tengah kulit abdomen
– linea alba mengalami pigmentasi sehingga warnanya berubah menjadi
hitam kecoklatan irreguler dengan berbagai ukuran diwajah dan leher,
menimbulkan kloasma atau melasma gravidarum apa yang disebut sebagai
mask of pregnancy. Pigmentasi areola dari kulit genital juga dapat bertambah.
Perbahan-perubahan pigmentasi ini biasanya hilang, atau paling sedikit
berkurang nyata, setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga dapat
menyebabkan pigmentasi serupa.
Hanya sedikit saja yang diketahui tentang sifat perubahan pigmentasi
ini, meskipun melanocyte stimulating hormone, suatu polipepsida yang
serupa dengan kortikotropin, dibuktikan meningkat secara bermakna sejak
lahir bulan kedua kehamilan hingga aterm. Estrogen dan progesteron juga
dilaporkan memiliki efek merangsang melanosit.
D. Perubahan Vaskuler
Angioma, yang disebut vaskular spider, terbentuk pada sekitar dua
pertiga wanita kulit putih dan sekitar 10 % wanita kulift hitam. Angioma ini
bermanifestasi sebagai tonjolan-tonjolan kecil merah dikulit, terutama diwajah,
leher, dada atas, dan lengan, disertai jari-jari menjulur keluar dari bagian
tengah lesi. Keadaan ini sering disebut sebagai nevus, angioma, atau
telangiektasi. Eritema palmaris ditemukan selama kehamilan pada sekitar dua
pertiga wanita kulit putih dan sepertiga wanita kulit hitam. Kedua keadaan ini
tidak memiliki makna klinis dan lenyap pada sebagian besar wanita segera
10
setelah persalinan. Perubahan vaskular ini kemungkinan besar merupakan
konsekuensi hiperestrogenemia.
1.3 PAYUDARA
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Putting payudara
akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan
berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini
berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormone prolactin
ditekan oleh prolactin inhibitor hormone. Setelah persalinan kadar
progesterone dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi
progesterone terhadap -laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolactin akan
merangsang sintesis lactose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi
air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebacea dari areola, akan membesar
dan cenderung menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae
seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum
kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang akan
dihasilkan.
1.4 PERUBAHAN METABOLIK
Sebagai respon terhadap pertumbuhan janin yang cepat dan plasenta
serta kebutuhan yang semakin meningkat, wanita hamil mengalami
perubahan metabolik yang banyak dan intens. Perubahan – perubahan
tersebut diantaranya adalah :
A. Pertambahan berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya, payudara dan peningkatan volume darah
serta cairan ekstraselular ekstravaskular. Sebagian kecil pertambahan berat
badan tersebut diakibatkan oleh perubahan metabolic yang mengakibatkan
pertambahan airselula dan penumpukan lemak dan protein baru, yang
11
disebut cadangan ibu.Hytten (1991) melaporkan suatu pertambahan berat
badan rata-rata sebanyak 12,5 kg.
B. Metabolisme
Metabolisme Air
Peningkatan retensi air adalah suatu perubahan fisiologis yang
normal pada kehamilan. Hal ini diperantarai sekurang-kurangnya
sebagian oleh penurunan osmolaritas plasma sebesar kurang lebih 10
mOsm/kg yang diinduksikan oleh pengaturan kembali ambang osmotic
untuk rasa haus dan sekresi vasopressin, fenomena ini berfungsi pada
awal kehamilan.
Saat aterm, kandungan air janin, plasenta, dan cairan amnion
berjumlah sekitar 3,5 L. 3L lainnya terakumulasi akibat bertambah
banyaknya volume darah ibu dan ukuran uterus seta payudara. Jadi
jumlah minimum ekstra yang dapat disimpan rata-rata wanita selama
kehamilan normal adalah sekitar 6,5L. Pitting edema yang dapat dilihat
dengan mudahpada pergelangan kaki dan tungkai bawah terjadi pada
sebagian besar wanita hamil, khususnya di penghujung hari.
Akumulasi cairan ini, yang mungkin berjumlah sekitar 1L, disebabkan
oleh peningkatan tekanan intravena di bagian yang lebih rendah dari
uterus akibaat oklusi partial vena kava. Penurunan tekanan osmotic
koloid interstitial yang ditimbulkan oleh kehamilan normal juga
cenderung menimbulkan edema pada pada akhir kehamilan.
Metabolisme Protein
Produk konsepsi, sebagai mana uterus dan darah ibu, relative
kaya akan protein daripada lemak atau karbohidrat. Saat aterm, janin
dan plasenta bila dgabungkan akan berberat sekitar 4kg dan
mengandung kurang lebih 500 g protein, atau sekitar separuh dari
pertambahan total pada kehamilan. 500g protein sisanya ditambahkan
ke uterus sebagai protein kontraktil, ke payudara terutama di kelenjar-
kelenjar, darah ibu dalam bentuk hemoglobin dan protein plasma.
Dari penelitian balance nitrogen pada wanita hamil, tampak
bahwa penggunaan nitrogen yang sebenarnya hanya 25%. Karena itu,
kebutuhan harian asupan protein selama kehamilan meningkat cukup
12
besar untuk mengoreksi hal ini. Yang tak kalah pentingnya adalah
konsumsi karbohidrat dan lemak dalam jumlah cukup. Jika makanan ini
tidak dikonsumsi dalam jumlah cukup, kebutuhan energy ibu harus
dipenuhi dengan melakukan katabolisme cadangan protein ibu. Asam
amino yang digunakan untuk energi tidak tersedia untuk sintesis
protein ibu. Dengan semakin bertambahnya asuapan lemak dan
karbohidrat sebagai sumber energi, akan lebih sedikit protein dalam
diet yang diperlukan untuk memelihara balance nitrogen positif.
Metabolisme Karbohidrat
Kehamilan normal ditandai dengan hipoglikemia ringan akibat
puasa, hiperglikemia post prandial, dan hiperinsulinemia. Konsentrasi
glukosa puasa dalam plasma turun tanpa diketahui penyebabnya,
diduga akibat meningkatnya kadar insulin plasma. Hal ini tidak dapat
dijelaskan oleh suatu perubahan dalam metabolisme insulin karena
waktu paruh insulin tidak mengalami perubahan.
Meningkatnya kadar insulin basal dalam plasma yang ditemui
pada kehamilan normal berhubungan dengan beberapa respon unik
terhadap ingesti glukosa. Sebagai contoh, setelah makan glukosa per
oral, terjadi baik hiperglikemia maupun hiperinsulinemia yang
memanjang pada wanita hamil yang disertai supresi yang lebih besar
terhadap glukagon. Tujuan dari mekanisme seperti ini kemungkinan
untuk memastikan supply glukosa post prandial kejanin yang terus
menerus atau dipertahankan. Respons ini sejalan dengan suatu
keadaan ketahanan perifer terhadap insulin yang diinduksi kehamilan.
Respon ini dicurigai, berdasarkan 3 pengamatan :
1. Meningkatnya respons insulin terhadap glukosa
2. Berkuranganya asupan glukosa perifer
3. Tertekannya respons glukagon
Mekanisme- mekanisme yang bertanggung jawab resistensi
insulin tidak dipahami sepenuhnya. Progesterone dan estrogen
mungkin berperan secara langsung maupun tidak langsung untuk
memperantarai resistensi ini. Kadar plasma laktogen plasenta
meningkat pada kehamilan, dan hormon protein ini ditandai dengan
kerjanya yang menyerupai hormone pertumbuhan yang dapat
13
pengakibatkan peningkatan lipolysis disertai pembebasan asam- asam
lemak bebas. Konsentrasi asam lemak bebas sirkulasi yang meningkat
juga memfasilitasi peningkatan resistensi jaringan terhadap insulin.
Mekanisme tersebut diatas menjamin tersedianya supply
glukosa terus menerus untuk ditransfer kejanin. Tetapi, wanita hamil
dengan cepat berubah dari status post prandial yang ditandai dengan
kadar glukosa yang tinggi dan menetap ke status puasa yang ditandai
dengan menurunnya glukosa plasma dan asam amino seperti alanine.
Terdapat juga konstrasi asam lemak bebas, trigliserida, dan kolesterol
plasma yang lebih tinggi pada wanita hamil tersebut selama puasa.
Frainkel dan rekan menyebut pergeseran bahan bakar dari glukosa ke
lipid yang diinduksikan kehamilan ini sebagai “ kelaparan yang
dipercepat”. Tentu saja, jika puasa pada wanita hamil terjadi
berkepanjangan, perubahan- perubahan ini bertambah berat dan
dengan cepat akan terjadi ketonemia.
Hornes dan Kuhl (1980) mengukur respon glukagon dan insulin
terhadap rangsang glukosa standar pada akhir masa kehamilan normal
dan diulangi lagi pada wanita yang sama paska partum. Respon
puncak insulin terhadap infus glukosa meningkat sebanyak 4x lipat
pada kehamilan lanjut. Sebaliknya, konsetrasi glukagon plasma
ditekan dan derajatnya sama Antara kehamilan lanjut dan masa nifas.
Hasil- hasil ini konsisten dengan pandangan bahwa sensitifitas sel beta
terhadap suatu tantangan glukosa jelas meningkat pada wanita hamil
normal, tetapi sensitifitas sel alfa terhadap rangasangan glukosa tidak
berubah selama kehamilan.
Metabolisme Lemak
Konsentrasi lipid, lipoprotein, dan apolipoprotein dalam plasma
meningkat cukup besar selama kehamilan. Desoye dan rekan (1987)
menemukan bahwa terdapat korelasi positif Antara konsentrasi lipid
dengan konstrasi estradiol, progesterone, dan laktogen plasenta.
Kadar kolesterol lipoprotein plasma juga meningkat secara
signifikan. Kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah ( LDL-C)
14
memuncak pada sekitar minggu ke 36, kemungkinan sebagai
konseksunsi dari efek hepatic estradiol dan progresteron. Kolesterol
lipoprotein densitas tinggi (LDL-C) memuncak pada minggu ke 25,
menurun sampai minggu ke 32 dan tetap konstan selama sisa waktu
kehamilan tersebut. Peningkatan awal diyakini disebabkan oleh
estrogen. Kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi 2 dan 3
memuncak pada usia gestasi sekitar 28 minggu dan tetap tidak
berubah sepanjang sisa kehamilan. Brizzi dan rekan (1999)
menyarankan bahwa perubahan pola lipoprotein densitas rendah (LDL)
selama masa kehamilan normal mungkin dapat dipakai untuk
mengidentifikasi wanita yang dimasa akan datang mempunyai factor
predisposisi atherogenesis. Setelah melahirkan, konsentrasi lipid,
lipoprotein, dan apolipoprotein ini menurun dengan kecepatan yang
berbeda. Laktasi mempercepat penurunan berbagai senyawa ini.
Hytten dan Thomson (1968) serta Pipe dan rekan(1979) menyimpukan
bahwa penyimpanan lemak terjadi terutama selama pertengahan
kehamilan, lemak ditumpuk paling banyak di sentral daripada di perifer.
Pada kehamilan lebih lanjut, ketika kebutuhan nutrisi janin meningkat
dngan cepat, cadangan lemak ibu berkurang. Hytten dan Thomson
(1968) menyebutkan beberapa bukti bahwa progesterone mungkin
bekerja untuk menyetel kembali lipostat di hypothalamus, dan pada
akhir kehamilan lipostat tersebut kembali ke keadaan tak hamil
sebelumnya dan lemak tambahan akan hilang. Mekanisme
penyimpanan energy tersebut akan melindungi ibu dan janin selama
waktu kelaparan yang lama dan kerja fisik yang berat, sekurang-
kurangnya secara teoritis.
Metabolisme Mineral
Kebutuhan akan besi selama kehamilan cukup besardan sering
melebihi jumlah yang tersedia. Tanpa mengecilkan arti sebagian besar
kebanyakan mineral lainnya, kehamilan hanya menimbulkan sedikit
perubahan pada metabolismenya selain retensi dalam jumlah yang
setara dengan yang digunakan untuk pertumbuhan janin dan pada
tingkat yang lebih kecil, , jaringan-jaringan ibunya.
15
Sepanjang kehamilan, kadar kalsium dan magnesium plasma
menurun, penurunannya mungkin sebagian besar mencerminkan
penurunan konsentrasi protein plasma dan, kemudian penurunan yang
ditimbulkan pada sejumlah elektrolit ang terikat pada protein. Namun
Bardicef dkk. (1995) menyimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu
keadaan deplesi magnesium. Mereka menunjukkan bahwa kadar
magnesium total dan kadar magnesium terionisasi berkurang secara
signifikan pada kehamilan normal bila dibandingkan dengan wanita
tidak hamil. Fog-anderson dan Schultz-Larson (1981)
mendemonstrasikan peningkatan konsentrasi ion kalsium bebas pada
kehamilan lanjut yang kecil tapi signifikan dengan mengoreksi
perubahan pH darah. Kadar fosfat serum berada dalam kisaran pada
wanita tidak hamil. Pada kehamilan, ambang ekskresi fosfat inorganic
diginjal meningkat berdasarkan peningkatan kalsitonin. Cole dkk
(1987) melaporkan bahwa turn offer tulang berkurang pada awal
kehamilan, kembali normal pada trisemester ketiga dan meningkat
pada wanita paska partum yang menyusui.
C. Elektrolit plasma
Meski terdapat akumulasi besar- besaran natrium dan kalium selama
kehamilan, konsentrasi elektrolit- elektrolit ini didalam serum menurun. Pada
kehamilan normal, hampir 1000mEq natrium dan 300mEq kalium ditahan.
Meskipun filtrasinya oleh glomerulus meningkat, eksresi natrium dan kalium
tidak berubah selama kehamilan. Dengan demikian, ekskresi fraksional
elektrolit- elektrolit ini menurun, dan telah dianggap bahwa progrestron
melawan efek natriuretic dan kaliuretik dari aldosterone.
1.5 PERUBAHAN HEMATOLOGIS
A. Volume Darah
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan. Dalam
penelitian pada wanita normal, volume darah saat aterm dan saat mendekati
aterm rata- rata berkisar Antara 40 sampai 45 persen diatas volume waktu
tidak hamil. Tingkat ekspansinya sangat bervariasi, dan pada beberapa
wanita hanya terdapat peningkatan sedang sementara pada yang lain volume
16
darahnya hampir berlipat ganda. Janin tidak berperan penting dalam
timbulnyaa hypervolemia selama kehamilan, karena meningkatnya volume
darah dapat terjadi pada beberapa wanita dengan mola hidatidosa.
Hipervolumia yang dinduksi olek kehamilan mempunyai beberapa
fungsi penting :
1. Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan system
vaskularnya yang sangat mengalami hipertrofi
2. Untuk melindungi ibu, dan juga janinnya, terhadap efek merusak dari
terganggunya aliran darah balik vena pada posisi telentang dan berdiri
tegak.
3. Untuk menjaga ibu dari efek samping kehilangan darah yang dikaitkan
dengan persalinan.
Volume darah ibu mulai meningkat pada trisemester pertama,
bertambah paling cepat trisemester kedua, dan kemudian naik dengan
kecepatan lebih pelan pada trisemester ketiga untuk mencapai kondisi
plateau pada beberapa minggu akhir kehamilan.
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan
eritrosit. Walaupun biasanya leibh banyak plasma daripada eritrosit yang
ditambahkan ke sirkulasi ibu, peningkatan volume eritrosit sirkulasi tidak
begitu banyak, rata-rata sekitar 450 ml atau bertambah sekitar 33 persen.
Terjadi hiperplasi eritroid sedang dalam sumsum tulang, dan hitung
retikulosit sedikit meningkat pada kehamilan normal. Hal ini hampir pasti
disebabkan oleh meningkatnya kadar eritropoietin plasma ibu. Kadar ini
meningkat setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat produksi
eritrosit paling tinggi.
B. Hematokrit dan konsentrasi hemoglobin
Meskipun eritropoiesis ditingkatkan, konsentrasi hemoglobin dan
hematocrit sedikit menurun selama kehamilan normal. Akibatnya, viskositas
darah secara keseluruhan menurun (huisman dkk., 1987). Konsentrasi
hemoglobin rata-rata saat aterm adalah 12,5 g/dl, dan pada 6 persen wanita
kadarnya dibawah 11,0 g/dl, terutama pada akhir kehamilan, hendaknya
17
dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi dan bukan
karena hipervolemia gravidarum.
C. Metabolisme Besi
Cadangan Besi
Meskipun total kandungan besi tubuh rata-rata 4 g pada pria,
pada wanita muda sehat dengan ukuran rata-rata, kandungan besi
tubuh mungkin separuh dari jumlah itu. Umumnya, cadangan besi
wanita muda normal hanya sekitar 300 mg. Pada laki-laki, total besi
heme dalam mioglobin dan enzim-enzim serta besi yang terikat
transferin dalam sirkulasi hanya beberapa ratus miligram. Kandungan
besi total wanita dewasa normal mungkin berkisar dari 2,0 sampai 2,5
mg.
Kebutuhan zat besi
Kebutuhan besi pada kehamilan normal sekitar 1000 mg.
Sekitar 300 mg secara aktif ditransfer ke janin dan plasenta dan sekitar
200 mg hilang sepanjang berbagai jalur ekskresi normal. Ini adalah
kehilangan mutlak dan tetap terjadi walau ibunya kekurangan zat besi.
Penambahan rata-rata total volume eritrosit pada sirkulasi berjumlah
sekitar 450 ml selama kehamilan, bila zat besi tersedia, menggunakan
500 mg besi lainnya, karena 1 ml eritrosit normal mengandung 1,1 mg
besi. Praktis semua zat besi untuk maksud ini, terpakai selama paruh
terakhir kehamilan. Oleh karena itu, kebutuhan zat besi menjadi lebih
besar selama paruh kedua kehamilan, rata-rata 6 – 7 mg/hari. Karena
jumlah zat besi ini tidak tersedia dari cadangan tubuh pada sebagian
besar wanita, peningkatan volume eritrosit dan massa hemoglobin
yang diharapkan pada ibu tidak akan terjadi jika tidak tersedia zat besi
eksogen dalam jumlah yang adekuat. Dalam keadaan tidak adanya zat
besi suplemental, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun cukup
besar saat volume darah ibu bertambah. Namun produksi hemoglobin
dalam janin tidak akan terganggu, karena plasenta memperoleh besi
dari ibu dalam jumlah yang cukup bagi janin untuk menghasilkan kadar
hemoglobin normal meskipun ibunya menderita anemia defisiensi besi
berat.
18
Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari diet, bersama dengan yang
dimobilisasi dari cadangan, biasanya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang disebabkan oleh kehamilan. Hal ini tetap terjadi
meskipun absorbsi zat besi dari traktus gastrointestinal tampaknya
meningkat sedang selama kehamilan. Jika wanita hamil yang tidak
anemik tidak diberi suplemen, konsentrasi besi dan feritin akan
menurun selama paruh kedua kehamilan. Peningkatan kadar besi dan
feritin serum pada awal kehamilan yang tidak terduga, diperkirakan
terjadi akibat kebutuhan zat besi yang minimal selama trimester
pertama dan akibat balans positif zat besi karena amenorea.
Kehilangan darah
Tidak semua kadar zat besi yang ditambahkan ke sirkulasi ibu
dalam bentuk hemoglobin akan hilang dari ibu. Selama kelahiran
pervaginam normal dan sampai beberapa hari setelahnya, hanya
separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke sirkulasi ibu selama masa
kehamilan yang akan hilang pada mayoritas wanita. Kehilangan ini
terjadi melalui tempat implantasi plasenta, plasenta itu sendiri,
episiotomi, laserasi dan dari luka. Rata-rata jumlah eritrosit ibu yang
setara dengan 500-600 ml darah prakelahiran yang akan hilang
selama dan setelah kelahiran pervaginam bayi tunggal. Rata-rata
kehilangan darah yang dikaitkan dengan seksio sesaria atau pada
kelahiran normal bayi kembar adalah sekitar 1000 ml, atau hampir 2x
lipat dari kehilangan pada kelahiran bayi tunggal.
D. Fungsi Leukosit dan Imunologis
Kehamilan dianggap berkaitan dengan supresi berbagai macam fungsi
imunologis yang diperantarai secara humoral dan selular untuk menyesuaikan
diri dengan tubuh janin. Bahkan titer antibodi humoral terhadap beberapa
virus misalnya herpes simplex, campak, cacar dan influenza a menurun
selama kehamilan. Namun, penurunan titer ini, dianggap merupakan efek
hemodilusi pada kehamilan. Prevalensi berbagai autoantibodi tidak berubah.
Terdapat bukti klinis bahwa fungsi adhesi dan kemotaksis leukosit
polimorfonuklear ditekan mulai trimester kedua dan berlanjut sepanjang
kehamilan. Terdapat kemungkinan bahwa penekanan fungsi leukosit
19
polimorfonuklear pada wanita hamil ini sebagian bertanggung jawab atas
perbaikan yang ditemukan pada beberapa wanita hamil yang mendapat
penyakit autoimun serta meningkatnya kerentanan wanita hamil terhadap
infeksi-infeksi tertentu. Dengan demikian baik fungsi maupun jumlah absolut
leukosit tampaknya merupakan faktor penting saat mempertimbangkan
leukositosis pada kehamilan normal.
Hitung leukosit bervariasi cukup besar selama kehamilan normal.
Biasanya berkisar antara 5000 sampai 12.000/ ml. Selama persalinan dan
saat nifas awal jumlahnya dapat sangat meningkat hingga mencapai 25.000
atau bahkan lebih, tetapi konsentrasinya dapat berkisar antara 14.000 sampai
16.000/ml. Penyebab peningkatan yang menyolok tersebut tidak diketahui,
tetapi respons yang sama terjadi selama dan setelah olah raga berat. Hal ini
mungkin menggambarkan timbulnya kembali leukosit ke dalam sirkulasi yang
sebelumnya tersisihkan dari sirkulasi aktif. Selama kehamilan terjadi suatu
keadaan neutrofilia yang terutama terdiri dari bentuk-bentuk matur, namun
kadang-kadang dapat ditemukan mielosit.
Peningkatan aktifitas alkali fosfatase leukosit pada kehamilan dimulai
cukup awal. Peningkatan aktifitas seperti itu, tidak khusus terjadi pada
kehamilan, tetapi dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk pada
sebagian besar keadaan peradangan. Protein C-Reaktif adalah reaktan
serum fase akut. Konsentrasi serum meningkat secara cepat sampai 1000
kali sebagai respon terhadap trauma jaringan atau peradangan. Median kadar
protein reaktif C selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan dengan individu
yang tidak hamil, dan kadar ini meningkat lebih tinggi pada saat persalinan.
Wanita yang sedang tidak in partu, 95% kadarnya adalah 1,5 mg/dl atau
kurang dan usia gestasi tidak mempengaruhi jumlah serum. Tanda
peradangan lainnya adalah laju endap darah (ESR) pada kehamilan normal
meningkat akibat peningkatan globulin dan fibrinogen plasma. Faktor
komplemen C3 dan C4 meningkat secara signifikan selama trimester kedua
dan ketiga kehamilan.
E. Koagulasi
Pada kehamilan normal, kaskade koagulasi berada dalam keadaan
teraktifasi. Bukti adanya aktifasi merupakan peningkatan konsentrasi seluruh
20
faktor pembekuan kecuali faktor XI dan XIII, disertai peningkatan kadar
kompleks fibrinogen berberat molekular tinggi. Dengan mempertimbangkan
peningkatan volume plasma fisiologis yang cukup bermakna, pada kehamilan
normal, kenaikan konsentrasi seperti itu menggambarkan suatu peningkatan
yang nyata pada produksi prokoagulan ini. Sebagai contoh fibrinogen plasma
(Faktor I) pada wanita normal yang tidak hamil memiliki kadar rata-rata sekitar
300 mg/dl dan berkisar antara 200-400 mg/dl. Pada kehamilan normal,
konsentrasi fibrinogen meningkat sekitar 50% hingga mencapai rata-rata 450
mg/dl pada kehamilan lanjut dengan kisaran antara 300 sampai 600.
Peningkatan konsentrasi fibrinogen tidak diragukan lagi berperan besar pada
peningkatan tajam laju endap darah yang didiskusikan sebelumnya. Produk
akhir kaskade koagulasi adalah pembentukan fibrin.
Kompleks fibrin-fibrinogen terlarut dengan berat molekul tinggi
bersirkulasi pada kehamilan normal dan kadar D Dimer meningkat siring
dengan pertambahan usia gestasi. Waktu pembekuan darah lengkap, baik
dalam tabung gelas polos maupun dalam gelas plastik ataupun berlapis
silikon, tidak berbeda secatra signifikan pada kehamilan normal. Beberapa
perubahan yang diinduksikan kehamilan pada kadar faktor pembekuan dapat
ditiru dengan pemberian tablet estrogen dan progestin.
Kehamilan normal juga mengakibatkan perubahan trombosit. Walau
hanya terjadi sedikit perubahan pada hitung trombosit dalam kehamilan
normal, ukuran trombosit dan volumenya meningkat. Satu penjelasan untuk
perubahan ini adalah meningkatnya konsumsi trombosit yang mengakibatkan
peningkatan proporsi trombosit muda, oleh karenanya berukuran lebih besar.
Perubahan semacam ini oleh karena kehamilan normal, mungkin akan
disertai koagulasi intravaskular derajat ringan.
Produk akhir kaskade koagulasi adalah pembentukan fivbrin, dan
fungsi utama fibrinolitik untuk menghilangkan fibrin yang berlebihan.
Prekursor plasminogen yang tidak aktif diaktifkan oleh protease-protease
serin (aktivator plasminogen) yang mengubah plasminogen menjadi plasmin.
Aktifitas aktifator plasminogen ini diimbangi oleh inhibitor spesifik yang
terdapat dalam plasma dan trombosit. Hasil aktifitas plasmin pada fibrin
adalah fibrinolisis yang menghasilkan produk gradasi fibrin seperti D Dimer.
21
F. Protein – Protein pengatur
Protein ini merupakan inhibitor pembekuan alami dan defisiensi salah
satu faktor-faktor ini disebut trombofilia. Keadaan hiperkoagulobilits herediter
terjadi defisiensi protein C, protein S serta antitrombin III menyebabkan 15
sampai 20 % episode tromboemboli berulang.
Bremme dkk. (1992) melaporkan bahwa aktifitas protein C tidak
menunjukkan kecenderungan yang signifikan dan tetap dalam kisaran acuan
yang normal sepanjang masa kehamilan. Senada dengan hal itu, pada
penelitian cross-sectional dari 90 wanita hamil normal, Faugh dan rekan tidak
menemukan tidak ada perubahan yang signifikan pada kadar protein C
antigenik atau fungsional.
Faugh dan rekan juga menunjukkan bahwa kadar protein S total tidak
mengalami perubahan , tapi kadar protein S bebas turun secara signifikan
dari trimester pertama ke trimester kedua (dari 1,45 menjadi 0,26) dan tetap
mengalami penurunan selama kehamilan. Kontrasepsi oral menurunkan
kadar ini sekitar 20 persen mengakibatkan spekulasi bahwa penurunan ini
diperantarai oleh hormon.
Kadar antitrombin III pada dasarnya tidak berubah selama kehamilan
normal. Namun kadar komplek trombin-antitrombin III meningkat secara
progresif. Hal ini mengisyaratkan bahwa aktifasi koagulasi sejalan dengan
beberapa pengamatan yang menyatakan bahwa fibrinopeptida A dan B juga
mengalami peningkatan.
1.6 SISTEM KARDIOVASKULAR
Selama kehamilan dan masa nifas, jantung dan sirkulasi darah
mengalami adaptasi fisiologi yang signifikan. Perubahan-perubahan pada
sistem kardiovaskular mulai tampak jelas pada 8 minggu pertama kehamilan.
Perubahan yang terjadi antara lain, meningkatnya cardiac output dan nadi.
Nadi saat istirahat meningkat 10x/menit pada saat hamil. Antara minggu ke
10 dan 20, peningkatan volume plasma dimulai dan preload meningkat.
Kemampuan ventrikel saat hamil dipengaruhi baik oleh menurunnya
resistensi vaskular sistemik dan perubahan aliran darah arteri pulsatil. Ada
beberapa faktor yang berperan dalam perubahan-perubahan dalam fungsi
22
hemodinamik secara keseluruhan dan memungkinkan sistem kardiovaskular
menyesuaikan diri dengan tuntutan fisiologis janin dan tetap menjaga
integritas kardiovaskular ibu.
Dengan semakin tingginya diafragma, jantung bergeser ke kiri dan ke
atas dan berputar pada sumbu panjangnya. Akibatnya apex jantung
berpindah sedikit lateral dari posisi biasa dan menyebabkan siluet jantung
tampak lebih besar pada gambaran foto polos. Besar perubahan dipengaruhi
oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen, serta konfigurasi
abdomen dan toraks. Selain itu, wanita hamil secara normal memiliki sedikit
efusi perikardium, yang dapat memperbesar siluet jantung. Terdapat variasi
dari faktor-faktor ini yang menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi
secara tepat kardiomoegali sedang dengan menggunakan foto polos.
Gambar 1. Gambaran perubahan kontur jantung pada kehamilan. Garis hitam
menunjukkan posisi pada wanita hamil. Garis biru menunjukkan jantung
wanita tidak hamil.
Dari EKG ditemukan deviasi axis kiri ringan sebagai akibat perubahan
posisi jantung. Selama kehamilan, beberapa bunyi jantung dapat berubah.
Cutforth dan MacDonald (1996) menggunakan fonokardiografi dan
menemukan adanya:
23
1. Splitting berlebih bunyi jantung pertama disertai peningkatan kebisingan
kedua komponennya
2. Tidak adanya perubahan pada elemen aortik dan pulmoner pada bunyi
jantung kedua
3. Bunyi jantung ketiga nyaring dan mudah terdengar
4. Terdengar juga murmur sistolik pada 90% wanita hamil yang meningkat
saat inspirasi atau ekspirasi dan menghilang setelah melahirkan. Murmur
diastolik juga ditemukan pada 20% wanita dan murmur kontinu pada 10%.
Selama kehamilan normal, MAP (Mean Arterial Pressure) atau tekanan
darah arteri dan resistensi vaskular menurun, sementara volume darah dan
basal metabolic rate meningkat. Akibatnya, cardiac output saat istirahat, saat
diukur pada posisi berbaring miring, meningkat secara signifikan mulai awal
kehamilan dan terus meningkat dan tetap tinggi hingga akhir kehamilan.
Saat kehamilan lanjut dengan wanita pada posisi terlentang, uterus
yang membesar menekan aliran balik vena dari tubuh bagian bawah secara
terus menerus. Uterus juga dapat menekan aorta. Akibatnya pengisian
jantung menurun dengan penurunan cardiac output. Secara spesifik, cardiac
output meningkat 1,2 L/menit saat pasien berpindah dari posisi terlentang ke
berbaring miring. Pada pasien dengan posisi terlentang, aliran darah uterus
menurun 33% (1/3). Saturasi oksigen janin 10% lebih tinggi pada wanita yang
melahirkan dengan posisi berbaring miring daripada terlentang. Saat berdiri
cardiac output turun hingga seperti wanita yang tidak hamil. Pada kehamilan
dengan bayi kembar, cardiac output ibu lebih tinggi 20% karena stroke
volume (15%) dan nadi (3,5%) yang lebih tingi bila dibandingkan dengan bayi
tunggal.
Pada kala satu persalinan, cardiac output meningkat sedang. Pada
kala dua, dengan usaha mengejan yang kuat, cardiac output jauh lebih tinggi.
Setelah bayi lahir peningkatan akan hilang, walaupun terkadang tergantung
pada jumlah darah yang hilang.
24
Gambar 2. Gambaran cardiac output pada 3 tahap kehamilan,
persalinan dan kala 4 dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Hasil
didapatkan dari wanita dengan posisi berbaring miring.
A. Sirkulasi dan Tekanan Darah
Perubahan pada posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah arteri.
Tekanan arteri brakialis saat duduk lebih rendah daripada posisi berbaring
miring. Tekanan darah arteri biasanya menurun hingga titik terendah pada
minggu ke 24-26 dan meningkat setelahnya, terutama tekanan diastolic.
Tekanan vena femoralis meningkat secara bertahap tetapi pasti pada posisi
berbaring terlentang dari 8mmHg pada awal kehamilan hingga 24 mmHg
pada kehamilan lanjut. Hal ini disebabkan adanya aliran darah ke kaki yang
terhambat kecuali bila pasien berbaring dengan posisi miring. Kecenderungan
darah terhambat di area tungkai bawah pada kehamilan lanjut dianggap
berasal dari tersumbatnya vena-vena di area pelvis dan vena cava inferior
oleh uterus yang membesar.
B. Hipotensi Supinasi
25
Pada 10% wanita, kompresi supinasi pembuluh darah besar oleh
uterus menyebabkan hipotensi arterial yang signifikan, yang sering disebut
sindroma hipotensi supinasi. Hal ini dapat mempengaruhi pola denyut jantung
janin.
C. Renin, Angiotensin II, dan Volume Plasma
Axis renin-angiotensin-aldosteron memainkan peranan penting dalam
pengendalian keseimbangan garam dan cairan oleh ginjal. Seluruh komponen
sistem ini meningkat selama kehamilan. Renin dihasilkan oleh ginjal ibu dan
plasenta, dan peningkatan angiotensinogen diproduksi oleh hepar ibu dan
janin. Peningkatan angiotensin sebagian disebabkan oleh tingginya kadar
produksi estrogen selama kehamilan. August dkk(1995) melihat pentingnya
stimulasi sistem renin-angiotensin dalam mempertahankan keseimbangan
tekanan darah pada trimester pertama. Gan dan rekan meneliti adanya
peningkatan sensitivitas yang abnormal dari refrakter vaskuler terhadap
angiotensin II selama kehamilan. Hal ini disebabkan adanya perubahan pada
sifat refrakter dinding pembuluh darah dan bukan akibat perubahan volume
darah atau kadar renin-angiotensin dalam sirkulasi. Perubahan ini
dihubungkan dengan progesterone. Normalnya, wanita hamil kehilangan
vaskuler refrakter terhadap angiotensin II dalam 15-30 menit setelah plasenta
dilahirkan, terlebih lagi, progesterone intramuscular dalam jumlah besar yang
diberikan pada tahap akhir persalinan menunda penurunan refrakter ini. Dan
walaupun progesterone yang diberikan secara intravena tidak dapat
mengembalikan refrakter angiotensin II pada wanita dengan hipertensi
gestational, hal ini bisa dilakukan dengan infus menggunakan metabolit
utamanya, yaitu 5α-dihidroprogesterone.
D. Kardiak Natriuretic Peptida
Ada 3 tipe kardiak natriuretic peptida, yaitu ANP (Atrial Natriuretic
Peptide), BNP (B-type Natriuretic Peptide) dan CNP (C-type Natriuretic
Peptide). Dua diantaranya (ANP dan BNP) disekresi oleh kardiomiosit
sebagai respon terhadap peregangan dinding bilik jantung. Kedua peptida ini
mengontrol volumedarah dengan merangsang natriuresis, diuresis dan
relaksasi vaskuler otot polos. Pada pasien yang tidak hamil, level BNP dan
26
amino-terminal pro-brain natriuretic peptida atau Nt pro-BNP berguna dalam
pemeriksaan depresi fungsi sistolik ventrikel kiri dan menentukan prognosis
gagal jantung kronis.
Pada kehamilan normal, tingkat plasma ANP tidak mengalami
perubahan, walaupun ada peningkatan dari volume plasma. Dalam suatu
penelitian, Resnik dan rekan menemukan bahwa tingkat median BNP <
20pg/mL dan stabil selama kehamilan normal. Tetapi level ini meningkat pada
preeclampsia berat. Hal ini disebabkan adanya tekanan jantung karena
afterload yang tinggi. Adaptasi fisiologis yang disebabkan oleh ANP berperan
dalam ekspansi volume cairan ekstraselular dan peningkatan konsentrasi
plasma aldosterone yang khas pada kehamilan normal.
Tipe ketiga CNP(C-type Natriuretic Peptide) sebagian besar disekresi
oleh jaringan selain jantung. Diantara fungsi biologis yang beragam, peptida
ini merupakan regulator penting pertumbuhan tulang bayi.
E. Prostaglandin
Peningkatan produksi prostaglandin selama kehamilan dianggap
memiliki peran penting dalam pengaturan tonus vaskular, tekanan darah dan
keseimbangan natrium. Sintesis prostaglandin E2 oleh medula ginjal
meningkat tajam pada kehamilan lanjut dan diduga bersifat natriuretic.
Prostasiklin (PGI2), prostaglandin utama dari endothelium juga meningkat
pada kehamilan lanjut dan meregulasi tekanan darah dan fungsi platelet.
Prostasiklin juga terlibat sebagai salah satu faktor dalam resistensi
angiotensin yang khas pada kehamilan normal. Rasio prostasiklin terhadap
tromboksan dalam urine dan darah ibu dianggap penting dalam patogenesis
preeclampsia.
F. Endothelin
Endothelin adalah anggota famili peptida asam amino-21 yang
menyebabkan kontraksi myometrium secara kuat. Endothelin-1 adalah
vasokonstriktor kuat yang diproduksi di sel vaskular otot polos dan meregulasi
tonus lokal vasomotor. Produksinya di stimulasi oleh angiotensin II,
vasopressin arginine, dan trombin. Endothelin, menstimulasi sekresi ANP,
27
aldosterone dan katekolamin. Reseptor endothelin terdapat pada myometrium
hamil dan tidak hamil.
Reseptor endotelin A dikeluarkan di otot polos dan berefek
meningkatkan kalsium intraseluler. Endothelin-1 diproduksi di myometrium
dan potensi kontribusi terhadap kala 3 persalinan masih belum jelas.
Endothelin-1 juga ditemukan di amnion, cairan amnion, decidua dan jaringan
plasenta. Sensitivitas vaskular terhadap endothelin-1 tidak berubah selama
kehamilan normal. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa faktor
vasodilatasi mengimbangi efek vasokonstriksi endothelin-1 dan memproduksi
penurunan resistensi vaskular perifer.
G. Nitrit Oksida
Oksida nitrit merupakan vasodilator kuat yang dikeluarkan oleh sel-sel
endothelial dan mungkin memiliki akibat penting terhadap perubahan
resistensi vaskular selama kehamilan. Abnormalitas sintesis oksida nitrit
dihubungkan dengan timbulnya preeclampsia.
1.7 SISTEM RESPIRATORIK
Diafragma meningkat ± 4 cm selama kehamilan. Angulus subkosta
melebar cukup besar karena diameter transversal rongga toraks bertambah
sekitar 2cm. lingkar toraks bertambah sekitar 6 cm, tetapi tidak mencukupi
untuk mencegah turunnya volume residual udara di paru yang diciptakan oleh
naiknya diafragma.
A. Fungsi paru
Pada semua tahap kehamilan normal, RR tidak mengalami perubahan,
tetapi volume tidal dan resting minute ventilation meningkat signifikan selama
kehamilan. Kolarzyk dkk (2005) melaporkan peningkatan signifikan dari mean
tidal volume (0,66-0,8 L/menit) dan minute ventilation (10,7-14,1L/menit) bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Peningkatan minute ventilation
disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk diantaranya meningkatnya
respiratory drive yang terutama disebabkan oleh efek stimulasi oleh
progesterone, rendahnya ERV (expiratory reserve volume), dan kompensasi
alkalosis respiratorik (Wise dan rekan, 2006).
28
Functional Residual Capacity dan Residual Volume menurun sebagai
akibat dari tingginya diafragma. Volume ekspirasi puncak menurun secara
progresif bersamaan dengan usia gestasional (Harirah dan rekan,2005). Lung
compliance tidak dipengaruhi oleh kehamilan, tetapi airway conductance
meningkat dan total pulmonary resistance menurun, kemungkinan
disebabkan oleh progesterone. Maximum breathing capacity dan forced atau
timed vital capacity tidak terlalu terpengaruh. Tidak jelas apakah critical
closing volume, volume paru dimana saluran napas pada bagian dependen
paru-paru mulai menutup pada saat ekspirasi, mengalami perubahan. Telah
terbukti bahwa kepercayaan bahwa bagian tersebut lebih tinggi saat
kehamilan adalah tidak benar (DeSwiet,1991). Peningkatan kebutuhan
oksigen dan mungkin peningkatan critical closing volume yang disebabkan
oleh kehamilan sering menyebabkan penyakit respirasi lebih serius selama
kehamilan. Tidak ditemukan adanya perbedaan fungsi antara kehamilan
kembar dan tunggal.
Gambar 3. Perubahan pada volume paru-paru saat kehamilan
B. Pengiriman oksigen
29
Jumlah oksigen yang disalurkan ke paru-paru oleh tidal volume yang
meningkat, mengalami peningkatan melebihi kebutuhan oksigen yang
ditimbulkan oleh kehamilan. Lebih lanjut, jumlah hemoglobin dalam sirkulasi,
dan juga kapasitas pembawa oksigen total, meningkat cukup besar selama
kehamilan normal, seperti halnya cardiac output. Sebagai akibatnya,
perbedaan maternal arteriovenous menurun.
C. Keseimbangan asam-basa
Kesadaran yang meningkat untuk mengambil napas sering terjadi
bahkan pada awal kehamilan. Hal ini mungkin diinterpretasikan sebagai
dyspnea, yang mengesankan adanya kelainan paru atau jantung meskipun
tidak ada apa-apa. Mekanisme dyspnea fisiologis tersebut diperkirakan
disebabkan oleh meningkatnya tidal volume yang menurunkan kadar PCO2,
yang secara paradoks menyebabkan dyspnea. Meningkatnya usaha untuk
bernapas berakibat menurunnya PCO2, selama kehamilan kemungkinan
besar dipengaruhi sebagian besar oleh progesterone dan sisanya oleh
estrogen. Progesterone menurunkan batas dan meningkatkan sensitivitas
respon kemorefleks terhadap CO2(Jensen dan rekan, 2005)
Sebagai efek kompensasi dari respirasi alkalosis, level plasma
bikarbonat menurun dari 26 hingga 22 mmol/L. Walaupun pH darah hanya
meningkat sedikit, terjadi pergeseran disosiasi kurva ke kiri. Pergeseran ini
meningkatkan afinitas hemoglobin ibu terhadap oksigen, Bohr effect, dengan
demikian menurunkan kapasitas pelepasan oksigen oleh darah ibu. Hal ini
penting karena peningkatan pH yang sedikit itu juga menstimulasi
peningkatan 2,3-diphosphoglycerate pada eritrosit ibu yang menggeser kurva
kembali ke kanan(Tsai de Leeuw,1982). Oleh karena itu, penurunan PCO2
dari hiperventilasi ibu menolong transfer CO2 dari janin ke ibu, sekaligus
mempermudah pelepasan oksigen ke janin.
1.8 SISTEM URINARIA
A. Ginjal
Sejumlah perubahan yang luar biasa terjadi pada sistem urinaria
selama kehamilan (Tabel 8-5). Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama
kehamilan. Bailey dan Rollenston ( 1971 ), misalnya menemukan bahwa
30
ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal dibanding ketika diukur 6
bulan kemudian. Laju Filtrasi Gomelurus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF
) meningkat pada awal kehamilan, GFR sebanyak 50 persen pada awal
trimester kedua, dan RPF tidak cukup banyak (Chesley,1963; Dunlop,1981).
Seperti terlihat pada Gambar 8-13, sebagian besar peneliti telah menemukan
bahwa peningkatan filtrasi glomelurus menetap sampai aterm sementara
aliran plasma ginjal menurun pada kehamilan lanjut. Kalikrein, protease
jaringan yang disintesis dalam sel tubulus distal ginjal, meningkat pada
beberapa kondisi yang berhubungan dengan meningkatnya perfusi glomelural
pada individu yang tidak hamil. Platts dan rekan (2000) meneliti laju ekskresi
kalikrein pada kehamilan manusia dan menemukan peningkatan ekskresi
kalikreinvpada minggu ke 18 dan 34 yang kembali ke kadar tidak hamil saat
aterm. Makna fluktuasi normal pada kecepatan ekskresi kalikrein ginjal
selama kehamilan ini tetap tidak diketahui.
Sebagian besar penelitian tentang fungsi ginjal yang dilakukan selama
kehamilan dikerjakan selama subyek berada dalam posisi telentang, posisi
yang pada kehamilan tua dapat menimbulkan perubahan-perubahan
hemodinamik sistemik mencolok yang menimbulkan perubahan pada
beberapa aspek fungsi ginjal. Pada kehamilan tua, misalnya aliran urin dan
ekskresi natrium rata-rata kurang dari separuh laju ekskresinya pada posisi
telentang di banding dengan posisi berbaring miring.Meskipun postur jelas
mempengaruhi ekskresi air dan natrium pada kehamilan lanjut, dampaknya
pada filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal jauh lebih variabel.
KEHILANGAN NUTRIEN
Salah satu ciri perubahan terinduksi kehamilan yang luar biasa
pada ekskresi ginjal adalah peningkatan mencolok jumlah berbgai nutrien
di dalam urin. Asam amino dan vitamin-vitamin yang larut dalam air hilang
di dalam urin wanita hamil dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada di
dalam urin wanita tidak hamil (Hytten dan Leitch, 1971)
UJI FUNGSI GINJAL
Selama kehamilan konsentrasi kreatinin dan ureum plasma
normalnya menurun akibat meningkatnya filtrasi glomelurus untuk zat-zat
ini. Sewaktu-waktu, konsentrasi urea dapat menjadi sedemikian rendah
31
sehingga mengesankan adanya gangguan sintesis hepatik, yang kadang
kala terjadi pada penyakit hati berat.
Bersihan kreatinin (creatinin clearance) adalah tes yang bermanfaat
untuk memperkirakan fungsi ginjal pada kehamilan, dengan syarat
pengumpulan urin lengkap dilakukan pada periode waktu yang telah
ditentukan secara akurat. Selama siang hari, wanita hamil cenderung
mengakumulasi air dalam bentuk edema dependen, dan pada malam hari,
saat berbaring mereka memobilisasi cairan ini dan mengekspresikannya
lewat ginjal. Kebalikannya dari pola diurnal aliran urin yang biasa pada
waktu tidak hamil ini dapat menyebabkan nokturia, dan urin menjadi lebih
encer dibanding dengan keadaan tidak hamil. Kegagalan seorang wanita
hamil untuk mengekskresi urin yang terkonsentrasi setelah menahan
cairan selama kurang lebih 18 jam tidak serta merta menyebabkan
kerusakan ginjal. Bahkan, pada keadaan ini ginjal berfungsi secara sangat
normal dengan mengekskresi cairan ekstraselular yang dimobilisasi
dengan osmolalitas yang relatif rendah.
URINALISIS
Glukosuria selama kehamilan tidak selalu berarti abnormal.
Peningkatan filtasi glomelurus yang cukup besar, bersama dengan
gangguan kapasitas reabsorbsi tubuler untuk glukosa yang difiltrasi,
menerangkan sebagian kasus glukosuria (Davidson dan Hytten, 1975).
Proteinuria normalnya tidak terjadi selama kehamilan, kecuali
kadang-kadang dalam jumlah yang sangat kecil pada waktu atau segera
setelah persalinan yang berat. Higby dan rekan (1994) mengukur ekskresi
protein pada 270 wanita normal selama kehamilan. Rerata ekskresi 24
jam adalah 115 mg dan batas atas derajat kepercayaan 95 persen adalah
260 mg/hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap trimester.
Hematuria, jika bukan akibat kontaminasi sewaktu pengumpulan,
sesuai dengan diagnosis penyakit saluran kemih. Persalinan dan kelahiran
yang sulit dapat menyebabkan hematuria karena trauma disaluran kencing
bawah.
HIDRONEFROSIS DAN HIDROURETER
Setelah uterus naik dan seluruhnya berada diluar panggul, organ ini
terletak diatas ureter dan menekan saluran ini pada tepi pelvis. Terdapat
32
peningkatan tonus intraureter diatas ketinggian ini dibanding pada bagian
ureter yang berada di dalam pelvis (Sufi dan Salam,1968). Derajat dilatasi
yang tidak sama tersebut mungkin disebabkan oleh bantalan ureter kiri
yang disediakan oleh kolon sigmoid dan mungkin karena kompresi pada
ureter kanan lebih besar akibat dekstrorotasi uterus. Kompleks vena
ovarika kanan, yang sangat terdilatasi pada kehamilan, terletak miring
diatas ureter kanan dan mungkin berperan cukup signifikan terhadap
terjadinya dilatasi ureter kanan.
Kemungkinan mekanisme lain yang menyebbakan hidronefrosis
dan hidroureter adalah efek progesteron. Dukungan utama untuk konsep
ini diberikan oleh Van Wagenen dan Jenkins (1939), yang memaparkan
dilatasi uterus yang terus berlangsung setelah pengangkatan janin pada
kera jika plasentanya tetap in situ. Awitan dilatasi yang relatif mendadak
pada wanita saat pertengahan kehamilan lebih cocok dengan kompresi
ureter akibat uterus yang membesr daripada efek hormonal.
Elongasi biasanya menyertai distensi ureter, yang sering
membentuk lekuk-lekuk dengan berbagai ukuran, yang lebih kecil mungkin
bersudut lebih tajam. Lekukan-lekukan yang disebut tekukan tajam (krink)
ini sebenarnya adalah penamaan yang salah , karena istilah ini
berkonotasi obstruksi. Kink biasanya berupa satu atau dua lekukan saja,
yang bisa dilihat dalam radiograf pada bidang yang sejajajr dengan
lekukan itu, tampak sebagai angulasi ureter yang kurang atau lebih tajam.
Pajanan lain pada sudut kanan hampir selalu mengidentifikasi lekukan
tersebut sebagai lekukan yang lebih pandai daripada kink. Ureter tidak
hanya mengalami pemanjangan tetapi sering kali juga pergeseran ke
lateral akibat tekanan uterus yang membesar.
B. Vesika Urinaria
Thorp dkk.(1999) meniliti 123 wanita hamil selama kehamilan dan
masa nifas dan menemukan bahwa kehamilan berkaitan dengan peningkatan
inkontinensia urin. Ketika para wanita tersebut diminta untuk membandingkan
fungsi traktus urinarius dari minggu ke minggu selama masa kehamilan,
mereka melaporkan penurunan terus menerus pada fungsi kandung kemis
33
yang dapat dirasakan. Sesungguhnya, pengukuran obyektif terhadap
frekuensi miksi dan total keluaran urin meningkat selama kehamilan.
Terdapat sedikit perubahan anatomi pada kandung kemih sebelum 12
minggu. Namun sejak usia gestasi 12 minggu dan seterusnya, peningkatan
ukuran uterus, bersama dengan hiperemia yang mengenainseluruh organ
panggul, dan hiperplasia otot serta jaringan ikat, mengangkat trigonum
kandung kemih dan menyebabkan penebalan permukaan posterior trigonum,
atau tepi intraureter. Berlanjut proses ini hingga akhir kehamilan
menghasilkan trigonum yang melebar dan semakin dalam. Mukosa kandung
kemih tidak mengalami perubahan selain bertambahnya ukuran dan
kompleksitas pembuluh darahnya.
Mendekati akhir kehamilan, terutama pada nulipara yang bagian
terbawah janinnya sering sudah cakap sebelum terjadi persalinan, seluruh
dasar kandung kemih terdorong kedepan dan keatsa, sehingga mengubah
permukaan yang normalnya cembung menjadi cekung. Sebagai akibatnya
kesulitan prosedur diagnostik dan teraupetik semakin besar. Normalnya
hanya terdapat sedikit residu urin pada nulipara, tetapi kadang kala hal ini
timbul pada multipara dengan dinding vagina yang kendur dan sisitokel.
inkompetensi katup
Ureteovesikal dapat tumpang tindih, dengan konsekuensi
kemungkinan refluks urin vesikoureteral.
1.9 TRAKTUS GASTROINTESTINAL
Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh
uterus yang membesar. Sebagai akibat perubahan-perubahan posisi visera
ini, temuan fisik pada penyakit tertentu dapat berubah. Apendiks, misalnya
biasanya bergeser ke arah atas dan agak ke lateral saat uterus membesar,
dan sering kali dapat mencapai pinggang kanan.
Pengosongan lambung dan waktutransit di usus halus menurun pada
kehamilan karena faktor hormonal atau mekanis. Sebagai contoh, hal ini
mungkin diakibatkan oleh progesteron dan penurunan kadar motilin, suatu
peptida hormon yang diketahui mempunyai efek stimulasi otot polos
(Christofides dkk.,1982).
34
Pirosisi ( nyeri ulu hati ) sering terjadi kehamilan dan kemungkinan
besar disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke esofagus bagian bawah.
Posisi lambung yang berubah mungkin ikut berperan pada kekerapan
kejadiannya, namun tonus sfingter esofagus bagian bawah juga menurun.
Tekanan intraesofagus menjadi lebih mudah dan tekanan intragastrik lebih
tinggi pada wanita hamil. Pada waktu yang sama peristaltik esofagus memiliki
kecepatan gelombang yang lebih rendah dan amplitudonya lebih rendah.
Hemoroid cukup sering terjadi pada kehamilan. Kelainan ini sebagian
besar disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan pada vena-vana
dibawah uterus yang membesar.
A. Hepar
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi
hepatik memberikan hasil yang sangat berbeda-beda selama kehamilan
normal. Lebih lanjut, sejumlah perubahan yang ditimbulkan oleh kehamilan itu
mirip dengan yang ditemukan pada pasien dengan penyakit hati. Aktivitas
fosfatase alkali total dalam serum hampir berlipat dua pada kehamilan
normal, tapi peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh isozin
alkali fosfatase dari plasenta, yang tahan panas. Kadar aspartat transaminase
(AST=SGOT), alanin transaminase (ALT=SGPT), gama globulin transferase
(GGT) dan bilirubin serum sedikit menurun selama kehamilan dibandingkan
dengan nilai normal saat tidak hamil.
Aktifitas kolinesterase plasma berkurang selama kehamilan normal.
Besar penurunannya kira-kira sama dengan penurunan konsentasi albumin
(Kambam dkk.,1988;Pritchard,1955). Aktifitas leusin aminopeptidase
meningkat secara nyata dalam serum wanita hamil. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh munculnya enzim spesifik kehamilan dengan spesifitas
substrat yang berbeda-beda. Aminopeptidase yang diinduksi kehamilan
mempunyai aktivitas oksitosinase dan vasopresinase.
B. Kandung Empedu / Gallbladder
Efek kehamilan pada konsentasi serum asam empedu belum
sepenuhnya diketahui walaupun kecenderungan kehamilan untuk
menyebabkan kolestasis intrahepatik dan pruritus gravidarum akibat retensi
garam empedu telah diketahui sejak lama. Kolestasis telah dikaitkan dengan
35
tingginya kadar esterogen dalam sirkulasi, yang akan menghambat transpor
asam empedu intraduktal. Wanita dengan kolestasis mempunyai kadar
estrogen plasma yang lebih rendah secara signifikan serta gangguan
produksi dehidroepiandrosteron (DHEA) janin, yang merupakan prekursor
produksi esterogen plasenta.
1.10 SISTEM ENDOKRIN
A. Pituitary Gland
Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis membesar sekitar135
persen. Meskipun pembesarandiduga mungkin dapat menekan kiasma optik
dan mengurangi lapang pandang, gangguan penglihatan karena fisiologis
pembesaran hipofisis yang normal selama kehamilan jarang terjadi.
Scheithauer dan rekan (1990) telah memberikan bukti bahwa kejadian dari
Prolaktinoma hipofisis tidak meningkat selama kehamilan. Ketika tumor ini
besar sebelum kehamilan-amakroadenoma adalah 10 mm atau lebih besar-
maka pembesaran selama kehamilan lebih mungkin.
Kelenjar pituitari ibu tidak penting untuk pemeliharaan kehamilan.
Banyak wanita telah mengalami hipofisektomi, menjalani masa kehamilan
dengan berhasil, dan menjalani persalinan spontan saat menerima
glukokortikoid bersama dengan hormon tiroid dan vasopressin.
B. Hormon Pertumbuhan
Selama trimester pertama, hormon pertumbuhan disekresi terutama
dari kelenjar hipofisis ibu, dan konsentrasi dalam plasma dan cairan amnion
berada diatas nilai rata-ratawanita tidak hamil yaitu 0,5-7,5 ng / mL. Pada
awal minggu ke-8, hormon pertumbuhan terdeteksi dikeluarkan dari plasenta.
Sekitar 17 minggu, plasenta merupakan sumber utama dari sekresi hormon
pertumbuhan. Nilai plasmamaternal meningkat perlahan-lahan dari sekitar 3,5
ng / mL padaminggu ke-10 dengan puncak setelah 28 minggu di sekitar 14 ng
/ mL. Nilai puncak hormon pertumbuhan pada cairan amnion pada 14 sampai
15 minggu dan perlahan-lahan menurun setelah mencapai usia kehamilan
setelah 36 minggu.
Hormon pertumbuhan plasenta dimana berbeda hormon pertumbuhan
dari hipofisis yaitu 13 asam amino residu - disekresikan oleh
36
syncytiotrofoblasdalam mode nonpulsatile. Pengaturan dan efek fisiologis dari
hormon pertumbuhan plasenta belu sempurna dipahami , tetapitampaknya
memiliki pengaruh pada pertumbuhan janin serta pengembangan
preeklampsia. Sebagai contoh, hormon pertumbuhan plasenta merupakan
penentu utama dariresistensi insulin maternal setelah pertengahan kehamilan
dan kadar pada plasma ibuberkorelasi positif dengan berat lahir, dan
negatifdengan pembatasan janin - pertumbuhan dan resistensi arteri uterina.
Yangmengatakan , pertumbuhan janin masih dapat berlangsung dengan tidak
adanya sama sekali hormon pertumbuhan plasenta. Freemark
menyimpulkanbahwa hormon , meskipun tidak benar-benar penting,dapat
berkerjasama dengan human plasental laktogen dan somatolactogens
lainnyauntuk mengatur pertumbuhan janin.
C. Prolaktin
Kadar plasma prolaktin ibu meningkat tajam selama pada kehamilan
normal dan konsentrasi biasanya 10 kali lipat lebih besar dijangka sekitar 150
ng / mL-dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Paradoksnya, konsentrasi
plasma menurun setelah melahirkan bahkan pada wanita yang sedang
menyusui. Selama awal laktasi, ada semburan berdenyut sekresi prolaktin
sebagai respon menyusui menyusui.
Dasar fisiologis peningkatan prolaktinsebelum partus masih belum
jelas. Apa yang diketahui adalah bahwa estrogen menstimulasi peningkatan
jumlah pituitary anterior lactotrophsdan dapat merangsang pelepasan
prolaktin. Thyroid-releasing hormon juga bertindak untuk meningkatkan
prolaktin pada ibu hamil dibandingkan denganperempuan yang tidak hamil,
tetapi tidak mendapatkan respon menurunkan kemajuan kehamilan.
Serotonin juga diyakini untuk meningkatkan prolaktin,dan dopamin-
sebelumnya dikenal sebagai prolaktin-inhibitor- Faktor-menghambat sekresi.
Fungsi utama prolaktin ibu adalah memastikan laktasi.Pada awal
kehamilan, prolaktin bertindak untuk memulai sintesis DNAdan mitosis sel
epitel glandular dan presecretorys el-sel alveolar payudara. Prolaktin juga
meningkatkan jumlahreseptor estrogen dan prolaktin dalam sel-sel ini.
Akhirnya, prolaktin mengawali sintesis RNA sel alveolar payudara,
galactopoiesis,dan produksi kasein, lactalbumin, laktosa, danlipid. Seorang
37
wanita dengan defisiensi prolaktin gagal menyusui setelah dua kehamilan,
sehingga pembentukan prolaktin sebagaisyarat untuk menyusui tetapi tidak
untuk kehamilan.
Prolaktin ada dalam cairan amnion dalam konsentrasi tinggi.
Jumlahnya hingga 10.000 ng / mL ditemukan pada 20 sampai 26
minggu.Setelah itu, kadarnya mengalami penurunan dan mencapai titik nadir
setelah 34 minggu.Ada bukti yang meyakinkan bahwa desidua uterus adalah
situs sintesis prolaktin yang ditemukan dalam cairan amnion. Meskipun fungsi
prolaktin dalam cairan amnion secara pasti tidak diketahui, diperkirakan
bahwa prolaktin ini mencegah air berpindah dari janin ke dalam kompartemen
maternal,sehingga mencegah dehidrasi janin.
D. Thyroid Gland
Perubahan fisiologis kehamilan menyebabkan kelenjar tiroid
untukmeningkatkan produksi hormon tiroid sebesar 40 hingga 100
persenuntuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Untuk mencapai hal ini , ada
sejumlah kehamilan – perubahan yang didokumentasikan.
Secara anatomis , kelenjar tiroid mengalami pembesaran
moderatselama kehamilan disebabkan oleh hiperplasia kelenjar dan
peningkatanvaskularisasi . Glinoer dan rekan ( 1990) melaporkan bahwa rata-
rata volume tiroid meningkat dari 12 mL pada trimester pertama dan 15 mL
saat persalinan. Volume total berbanding terbalik dengankonsentrasi serum
thyrotropin . Pembesaran tersebut tidakpatologis , tapi normal pada
kehamilan biasanya tidak menyebabkan tiromegali signifikan. Dengan
demikian, gondok pun harus diselidiki.
Sejumlah perubahan dalam fisiologi tiroid dan fungsiselama kehamilan
yang rinci dalam Gambar 5-16 . Mulai awalpada trimester pertama , tingkat
protein pembawa utama -thyroxine -binding globulin - meningkat, mencapai
puncaknya padasekitar 20 minggu , dan stabil pada awal sekitar dua kali lipat
pada sisa kehamilan . Jumlah tiroksin serum( T4 ) meningkat tajam mulai
antara 6 dan 9 minggu danmencapai puncak pada 18 minggu . Kadar serum
T4 bebas meningkat ringan dan puncaknya bersama dengan kadar hCG, dan
kemudian mereka kembali normal.Kenaikan total triiodothyronine (T3) lebih
menonjol sampai 18 minggu, dan setelah itu, meningkat tinggi. Thyroid-
38
releasing hormone (TRH) tidak meningkat selama kehamilan normal, tapi
neurotransmitter ini tidak melewati plasenta dan dapat berfungsi untuk
merangsang hipofisis janin untuk mensekresikan thyrotropin
Menariknya, sekresi T4 dan T3 tidak sama untuk semua wanita hamil
(Glinoer dan rekan, 1990). Sekitar sepertiga wanita mengalami relatif
hypothyroxinemia,sekresi T3 preferensial, dan lebih tinggi, meskipun normal,
thyrotropin serum tingkat. Dengan demikian, mungkin ada variabilitas yang
cukup besar dalam penyesuaian thyroidal selama kehamilan normal
Modifikasi dalam serum thyrotropin - dikenal juga sebagaithyroid-
stimulating hormone ( TSH ) - dan chorionic gonadotropin( hCG ) sebagai
fungsi dari usia kehamilan juga adalahditunjukkan pada Gambar 5-16 .
Seperti dibahas dalam Bab 3 ( hal. 63 ) , yang - subunit dari dua glikoprotein
adalah identik , sedangkan - subunit , meskipun sama, berbeda dalam urutan
asam amino mereka .Sebagai hasil dari kesamaan struktur ini , hCG memiliki
intrinsikaktivitas thyrotropic , dan dengan demikian , kadar serum yang tinggi
menyebabkanstimulasi tiroid . Memang , tingkat thyrotropin menurun lebih
dari 80 persen pada wanita hamil , sedangkan merekatetap dalam kisaran
normal untuk wanita tidak hamil.
E. Kelenjar Paratiroid
Peraturan konsentrasi kalsium erat berhubungan magnesium, fosfat,
hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin fisiologi. Setiap perubahan salah
satu dari faktor-faktor ini kemungkinan untuk mengubah orang lain. Dalam
penyelidikan longitudinal 20 wanita, Lebih dan rekan (2003) menemukan
bahwa semua penanda pergantian tulang meningkat selama kehamilan
normal dan gagal untuk mencapai tingkat dasar dengan 12 bulan setelah
melahirkan. Mereka menyimpulkan bahwa kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan janin dan menyusui dapat ditarik setidaknya sebagian dari
kerangka ibu.
F. Hormon paratiroid dan Kalsium
Penurunan akut atau kronis dalam plasma kalsium atau penurunan
akutmagnesium merangsang pelepasan hormon paratiroid,sedangkan
peningkatan kalsium dan magnesium menekan kadar hormon paratiroid. Aksi
39
hormon ini bekerja pada resorpsi tulang,penyerapan usus , dan reabsorpsi
ginjal untukmeningkatkan kalsium cairan ekstraseluler dan penurunan fosfat.
Konsentrasi plasma hormon paratiroid menurun selamatrimester
pertama dan kemudian meningkat secara progresif di seluruhsisa kehamilan.
Peningkatantingkat kemungkinan hasil dari konsentrasi kalsium rendah
dalamwanita hamil . Seperti telah dibahas sebelumnya , ini adalah hasil dari
peningkatanvolume plasma , meningkatkan laju filtrasi glomerulus , dan
maternalfetaltransfer kalsium . Kalsium terionisasi menurun hanya sedikit
selama kehamilan baru "set point" didirikan untuk kalsium terionisasi dan
hormon paratiroid. Estrogen juga tampak memblokir aksi hormon
paratiroidpada resorpsi tulang , sehingga mekanisme lain untukmeningkatkan
hormon paratiroid selama kehamilan . Hasil bersih daritindakan ini merupakan
hiperparatiroidisme fisiologis kehamilan,kemungkinan untuk memasok janin
dengan kalsium yang memadai.
G. Kalsitonin dan Kalsium
Sel-sel yang mensekresi kalsitonin C yang berasal dari
embryologicallypuncak saraf dan terletak terutama di perifollicular yang
daerah kelenjar tiroid. Kalsium dan magnesium meningkatbiosintesis dan
sekresi kalsitonin . Berbagai hormon lambung -gastrin , pentagastrin ,
glukagon , dan pancreozymin -dan konsumsi makanan juga meningkatkan
kadar plasma kalsitonin.
Aksi yang dikenal kalsitonin umumnya digunakan mengubah hormon
paratiroid dan vitamin D untuk melindungikalsifikasi skeletal selama masa
stres kalsium. Kehamilandan menyusui menyebabkan stres kalsium yang
mendalam , dan selama inikali , tingkat kalsitonin selalu lebih besar
dibandingkan dengan wanita tidak hamil.
H. Vitamin D dan Kalsium
Setelah menelan atau sintesis di kulit , vitamin D dikonversioleh hati
menjadi 25 - hidroksivitamin D3 . Bentuk ini kemudian diubahdalam ginjal ,
desidua , dan plasenta ke 1,25 – dihydroxyvitaminD3 , tingkat serum yang
meningkat selama kehamilan normal. Kemungkinan bentuk ini adalah
senyawa biologis aktif,dan merangsang resorpsi kalsium dari tulang dan
40
penyerapandari usus . Meskipun kontrol tidak jelas , konversi25-
hidroksivitamin D3 untuk 1,25 - dihydroxyvitamin D3 difasilitasi oleh hormon
paratiroid dan dengan kalsium yang rendah danfosfat kadar plasma dan
berlawanan dengan kalsitonin.
I. Kelenjar adrenal
Pada kehamilan normal, kelenjar adrenal ibu mengalami sedikit, jika
ada, perubahan morfologi .
Kortisol
Konsentrasi serum beredar kortisol meningkat , tetapibanyak yang
terikat oleh transcortin , kortisol - binding globulin.Tingkat sekresi kortisol
adrenal tidak meningkat , dan mungkinitu menurun dibandingkan dengan
keadaan tidak hamil.Tingkat clearance metabolik kortisol , bagaimanapun,
adalah lebih rendah selamakehamilan karena paruhnya hampir dua kali
lipat selama itu untuk perempuan tidak hamil. Pemberian estrogen ,
termasuk sebagian besar kontrasepsi oral , menyebabkan
perubahantingkat serum kortisol dan transcortin mirip dengan kehamilan.
Selama awal kehamilan , tingkat sirkulasi corticotropin( ACTH )
menurun mencolok. Saat kehamilan berlanjut ,tingkat ACTH dan cortisol
meningkat bebas (Gambar 5-18 ).Paradoks ini tidak dipahami sepenuhnya
. Noltendan Rueckert ( 1981) telah mengajukan bukti bahwa semakin
tinggikadar kortisol bebas diamati dalam kehamilan adalah hasil dari
sebuah penelitian dari mekanisme umpan balik ibu ke tingkat yang lebih
tinggi.Mereka lebih lanjut menduga bahwa ini mungkin timbul dari jaringan
refractorinesskortisol . Kemudian menduga bahwa keganjilan ini mungkin
hasil dari suatu antagonisaksi progesteron pada mineralokortikoid .
Dengan demikian , dalam menanggapipeningkatan kadar progesteron
selama kehamilan , meningkatkan kortisol bebas yang diperlukan untuk
mempertahankan homeostasis . Memang , eksperimen pada domba
betina hamil menunjukkan bahwa kortisol maternal tinggidan sekresi
aldosteron yang diperlukan untuk mempertahankan peningkatan normal
dalam volume plasma selama kehamilan.
Aldosteron
41
Pada awal 15 minggu , kelenjar adrenal ibu mengeluarkan
jauhpeningkatan jumlah aldosteron . Pada trimester ketiga , kira-kira 1
mg / hari disekresikan . Jika asupan natrium dibatasi , sekresi aldosteron
yang meningkat lebih jauh. Pada saat yang sama, tingkat renin dan
angiotensin II substrat biasanyameningkat , khususnya selama
pertengahantrimester kedua kehamilan.Skenario ini menimbulkan
peningkatan kadar plasma dari angiotensin II,yang dengan bertindak pada
zona glomerulosa kelenjar adrenal ibu, menyumbang sekresi aldosteron
yang nyata meningkat. Hal itutelah mengemukakan bahwa sekresi
aldosteron yang meningkat selamakehamilan normal memberikan
perlindungan terhadap efek natriuretik dariprogesteron dan atrial
natriuretik peptida .
Deoksikortikosteron
Kadar plasma mineralocorticosteroid dari ibu semakin meningkat
selama kehamilan . Memang , kadar plasmakenaikan deoksikortikosteron
mendekati 1.500 pg / mL dengan, lebihdari 15 - kali lipat. Peningkatan
initidak berasal dari sekresi adrenal melainkanmewakili peningkatan
produksi ginjal akibat stimulasi estrogen. Tingkat deoksikortikosteron dan
yangsulfat dalam darah janin selalu lebih besar dibandingkan dengan
darah ibu, yang menunjukkan transfer deoksikortikosteron janin ke dalam
kompartemen maternal
Dehydroepiandrosterone Sulfate
Tingkat serum ibu dan urin dari dehydroepiandrosterone
sulfatemengalami penurunan selama kehamilan normal. Hal ini
merupakan konsekuensi dari peningkatan bersihan metabolismemelalui
hati ibu 6 α– hidroksilasidan konversi plasenta dengan estrogen.
Androstenedion dan Testosteron
Kadar plasma ibu dari kedua androgen ini meningkat
selamakehamilan . Temuan ini tidak sepenuhnya dijelaskan oleh
perubahan dalam bersihan metabolisme mereka . Androstenedion plasma
ibu dantestosteron diubah menjadi estradiol dalam plasenta, yang
meningkatkan tingkat clearance mereka. Sebaliknya, peningkatan
hormone seks plasma- binding globulin pada wanita hamil menghambat
42
testosteronclearance. Dengan demikian , tingkat produksi testosteron ibu
danandrostenedion selama kehamilan meningkat. Sumber peningkatan
produksi ini C19 - steroid tidak diketahui , tetapimungkin berasal dari
ovarium . Menariknya , sedikit atau tidak ada testosterondalam plasma ibu
memasuki sirkulasi janin testosteron . bahkanketika kadar testosteron
besar ditemukan dalam sirkulasiwanita hamil , seperti tumor mensekresi
androgen , testosterontingkat dalam darah tali pusat cenderung tidak
terdeteksi danhasil konversi trofoblas lengkap dekat testosteron sampai 17
β - estradiol.
1.11 SISTEM LAIN
A. Muskulosekeletal
Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi
sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang
diperkiraan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan
perasaan tidak enak pada bagian bawah pungung terutama pada kehamilan.
B. Sistem syaraf pusat
Wanita akan sering mengalami masalah perhatian, konsentrasi dan
ingatan pada saat melalui masa kehamilan dan sesaat setelah kelahiraan.
C. Tidur
Pada awal kehamilan usia minggu ke 12 dan dua bulan pertama
setelah kelahiran, wanita akan mengalami kesulitan untuk tidur, sering
terbangun, sedikit tidur di malam hari, dan berkurang tidur secara efisien.
43
2. PERSALINAN FISIOLOGIS
2.1 DEFINISI PERSALINAN
Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang viabel (dapat bertahan hidup) melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.
2.2 ISTILAH-ISTILAH PERSALINAN
A. Menurut Cara Persalinan
Persalinan Normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam
waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi. Nulipara dan multipara yang tidak mempunyai
disproporsi fetopelvik, tidak ada kehamilan ganda, tidak ada yang
diobati dengan sedasi berat atau analgesi konduksi, oksitosin atau
intervensi operatif.
Persalinan Abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat seperti cunam atau ekstraktor vacuum, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya maupun melalui dinding perut
dengan operasi caesarea, kelahiran janin premature, pada janin letak
44
sungsang, melintang. Terdapat disporoporsi fotopelvik, dan kehamilan
ganda.
B. Menurut Umur Kehamilan
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum
kehamilan 20 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500
gram.
Partus Immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara
20 sampai 28 minggu atau bayi dengan berat badanantara 500-1000
gram
Partus Prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara
28 sampai 37 minggu atau bayi dengan berat badanantara 1000-2500
gram
Partus Maturus atau Aterm adalah pengeluaran buah kehamilan
antara 37 sampai 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram
atau lebih.
Partus Postmaturus atau serotinus adalah pengeluaran buah
kehamilan setelah kehamilan 42 minggu
C. Gravida dan Para
Gravida : wanita hamil.
Primigravida : wanita yang hamil I x.
Para : wanita yang pernah melahirkan bayi hidup.
Nullipara : wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable
untuk pertama kali.
Multipara : wanita yang pernah melahirkan bayi viable untuk
beberapa kali.
Grandemultipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
hidup 6x / lebih .
2.3 PEMERIKSAAN PERSALINAN
Pemeriksaan umum
V.S, BB, TB, Cor, Pulmo
Pemeriksaan status obstetri
45
o Letak dan posisi janin
o TFU à TBJ
o DJJ
o His
Pemeriksaan dalam
o Pelvic score
o Ketuban + / -
Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan urin
o Pemeriksaan darah
Persiapan ibu
o Bersihkan & cukur daerah genitalia eksterna
o Kosongkan kandung kemih
o Klisma supaya rektum kosong
o Pakaian diganti dengan yang longgar
o Perlengkapan bayi
Persiapan alat-alat persalinan
o Sarung tangan steril
o Gunting Siebold,tali pusat
o Klem tali pusat dan klem lainnya
o Alat penghisap lendir
o Iodium tincture
o Alat penjahit luka
o Obat-obatan dan jarum suntiknya
o Kasa steril
2.4 PEMERIKSAAN LEOPOLD
Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi
prenatal pasien, keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput
ketuban, dan ada/tidaknyaperdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sesuai dengan indikasi.
Pemeriksaan fisik harus termasuk dokumentasi tentang tanda vital pasien,
46
posisi bayi dan presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan
frekuensi, durasi dan kualitas kontraksi uterus.
Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi
abdomen. Metode pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid
pertama kali ditemukan oleh Leopold dan Sporlin pada tahun 1894. Walaupun
pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan (kurang akurat pada
keadaan bayi yang kecil, obesitas maternal, kehamilan ganda, dan
polihidramnion), namun relative aman dan dapat memberikan informasi yang
berguna untuk penatalaksanaan dalam proses persalinan. Berikut ini adalah
maneuver-manuver dari pemeriksaan Leopold:
1. Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon
sigmoid. Saat pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi
terlebih dahulu, sehingga funduns berada dalam posisi seharusnya.
Kemudian tinggi fundus diukur melalui midline ibu, dari puncak uterus
hingga ke batas atas simfisis pubis. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk
memperkirakan usia kehamilan, walau ada keterbatasannya.
2. Leopold 2
Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk mengetahui letak fetus
dengan menggunakan jari-jarinya untuk mengetahui lokasi tulang
belakang fetus dan bagian kecil (ekstremitas). Bagian-bagian janin dapat
diidentifikasikan dengan palpasi saat 25-26 minggu kehamilan. Perhatikan
jika terdapat gerakan janin.
3. Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawlik’s grip. Pemeriksa memegang bagian teratas
dan terendah janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis dan di
fundus uteri. Dengan cara ini dapat diketahui presentasi janin. Janin yang
sungsang biasanya teraba lebih besar, lebih lunak, kurang berbentuk dan
kurang ballotable disbanding presentasi kepala.
4. Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua
SIAS untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke
pelvis ibu.
47
Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir
kehamilan dan selama serta di antara kontraksi saat persalinan. Temuan-
temuan tersebut mengenai informasi mengenai presentasi dan posisi janin,
serta seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.
2.5 PENURUNAN KEPALA
Dibagi menjadi 4 bidang Hodge, yaitu :
Bidang Hodge I : bidang yang melalui PAP.
Bidang Hodge II : bidang sejajar bidang HI, melalui tepi bawah
symphisis.
Bidang Hodge III : bidang melalui spina ischiadica sejajar HI dan
HII.
Bidang Hodge IV : bidang melalui ujung os cocygeus sejajar bidang
lain.
Gambar 4. Bidang Hodge
2.6 PROSES PERSALINAN
Proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa factor:
Tenaga yang mendorong anak keluar (Power)
Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
(Passage)
Gerakan anak pada persalinan (Passanger)
Tenaga yang mendorong anak keluar
48
1. His
His adalah kontraksi otot-otot Rahim pada persalinan. Pada bulan
terakhir kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi
Rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu. His ini sebenarnya
hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak
teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha,
tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut
bagian dan lipat paha, tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memancar
dari pinggang ke perut bagian bawah seperti hi persalinan. Lamanya
kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan
sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya
waktu, bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat.
Hal yang paling penting adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai
pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot Rahim.
Bertentangan dengan sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat
nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoksia dari sel-sel otot sewaktu
kontraksi, tekanan oleh serabut otot Rahim yang berkontraksi pada
ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah Rahim, regangan
serviks, atau regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.
Kontraksi Rahim bersifat autonomy, tidak dipengaruhi oleh
kemauan, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar,
misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Seperti kontraksi jantung, pada
his juga terdapat pacemaker yang memulai kontraksi dan mengontrol
frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal tuba. Kontraksi
Rahim bersifat berkala dan yanga harus diperhatikan ialah sebagai
berikut:
- Lamanya kontraksi; berlangsung 47-75 detik
- Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai
35 mmHg
- Interval antara dua kontraksi; pada permulaaan persalinan his timbul
sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Tenaga mengejan/meneran
49
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga
yang mendorong anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding
perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga
mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah lengkap, dan
paling efektif sewaktu kontraksi Rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada
pasien yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan
forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan plasenta setelah plasenta
lepas dari dinding Rahim.
Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
a. Keadaan segmen atas dan segmen bawah Rahim pada persalinan.
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian,
yaitu segmen atas krahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen
bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri. Dalam persalinan,
perbedaan antara segmen atas dan bawah Rahim lebih jelas lagi.
Segmen atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah
Rahim memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan
majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah Rahim memegang
peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya persalinan
karena diregang. Jadi, segemn atas berkontraksi, menjadi tebal dan
mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan
teregang yang akan dilalui bayi.
b. Sifat kontraksi otot Rahim
Kontraksi otot Rahim mempunyai dua sifat yang khas yaitu:
Setelah kontraksi, oto tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan
sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun
tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi.
Dengan retraksi, rongga Rahim mengecil dan anak berangsur didorong
50
ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah HIS hilang.
Akibatnya segmen atas makin tebal seiring majunya persalinan,
apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri
dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen
bawah Rahim. Jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan
kontraksi di bagian atas, tidak aka nada kemajuan dalam persalinan.
Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi Rahim
tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen
atas harus diimbangi oleh relaksasi segmen bawah Rahim. Akibat hal
tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil, sedangkan
segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi Rahim sedikit
demi sedikit terdorong keluar dan pindah ke segmen bawah. Karena
segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, batas antar
segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut
“lingkaran retraksi fisiologis”. Jika segmen bawah sangat diregang,
lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran
ini disebut “lingkaran retraksi patologis” atau “lingkaran Bandl” yang
merupakan tanda ancaman robekan Rahim dan muncul jika bagian
depan tidak maju, misalnya karena panggul sempit.
c. Perubahan bentuk Rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang Rahim bertambah panjang,
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
Pengaruh perubahan bantuk ini ialah sebagai berikut:
1) Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung
anak berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih kurus. Dengan
demikian, kutub atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub
bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul
2) Karena Rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang direnggang
dan menarik segmen bawah dan serviks.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
d. Faal ligamentum rotundum dalam persalinan
Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos. Jika uterus
berkontraksi, otot-otot ligamentum ini ikut berkontraksi sehingga menjadi
51
lebih pendek. Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada
tulang punggung berpindah ke depan dan mendesak dinding perut depan
ke depan. Perubahan letak uterus sewaktu kontraksi penting karena
dengan demikian sumbu Rahim searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan
adanya kontraksi ligamentum rotundum, fundus uteri terlambat. Akibatnya
fundus tidak dapat naik ke atas sewaktu kontraksi. Jika fundus uteri dapat
naik ke atas sewaktu kontraksi, kontraksi tersebut tidak dapat mendorong
anak ke bawah.
e. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar Rahim, perlu terjadi pembukaan serviks.
Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran serviks.
Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang
semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi salah
satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini terjadi dari
atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran
ostioum eksternum menjadi suatu lubang dengan diameter sekitar 10
cm yang dapat dilalui anak.
f. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul sitentukan oleh bagian depan anak. Oleh bagian depan yang
maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang
tipis. Sewaktu kepala sampai vulva, lubang vulva menghadap ke depan
atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum
yang menonjol dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.
Gerakan anak pada persalinan
1. Engagement (fiksasi)
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter
transversal kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas
panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-
52
minggu terakhir kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi menjadi
masuknya kepala ke dala pintu atas panggul dan majunya kepala.
Pembagian ini terutamaa berlaku bagi primigravida. Masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada
bulan terakhir kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi
pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul biasanya terjadi dengan sutura sagitalis melintang dan dengan
fleksi yang ringan.
Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi
belakang kepala, engagement berlangsung apabila diameter biparietal
telah melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan
sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan
posisi yang paling sering kita temukan. Apabila diameter biparietal
tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul
bagian depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila
uterus tegak lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika
keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam keadaan
asinklitisme.
Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula
terjadi asinklitismus posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan
sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal,
namun jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan
yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan
memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga panggul.
53
Gambar 5. Asinklitismus dan sinklitismus
2. Decent (desensus = penurunan)
Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita
nulipara, engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan
desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan
kala dua. Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan
dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih dari empat
gaya:
- Tekanan cairan amnion
- Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
- Usaha mengejan menggunakan otot-otot abdomen
54
- Ekstensi dan pelurusan badan janin
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan
ini, dagu mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika
yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang.
Gambar 6. Gerakan fleksi
4. Internal rotation (Putar paksi dalam)
Rotasi interna (putaran paksi dalam) adalah pemutaran bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah sari bagian depan
memutar ke depan, ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala,
bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam
mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala
sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di
dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam:
55
- Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala
- Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu
di sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara
musculus levator ani kiri dan kanan.
- Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
Gambar 7. Gerakan internal rotasi
5. Defleksi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul
terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dank e atas
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau
tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu
mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan
dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan kea
rah depan atas.
56
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang
dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang
berhadapan dengan subocciput sehingga pada pinggir atas perineum,
lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut, dan akhirnya
dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion.
Gambar 8. Gerakan defleksi
6. External rotation (restitution = putar paksi luar)
Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea
rah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan : putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan
yang teralkhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran
bahu menempatkan diri
dalam diameter
anteroposterior
pintu bawah panggul.
57
Gambar 9. Gerakan eksternal rotasi
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis
dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
Gambar 10. Gerakan ekspulsi
2.7 PEMBAGIAN KALA PERSALINAN
Kala I (kala pembukaan)
Mulai dari tanda inpartu sampai pembukaan lengkap.
58
Kala II (kala pengeluaran)
Mulai dari pembukaan lengkap sampai janin lahir.
Kala III (kala uri)
Mulai dari janin lahir sampai plasenta lahir.
Kala IV (kala pasca persalinan)
Mulai plasenta lahir sampai 1 jam pasca persalinan.
Mekanisme persalinan
KALA I (kala pembukaan)
Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai
membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam 2 fase:
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat hingga mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yakni:
- Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
- Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm, menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek.
59
Gambar 11. Kurva Friedman
Pendataran seviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang
semula berupa saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja
dengan pinggir yang tipis.
Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum yang
tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter,
menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10 cm.
pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah
Rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.
Mekanisme membukannya seviks berbeda pada primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian
ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium
uteri internum sedah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multipara kira-kira 7 jam.
60
Gambar 12. Pendataran serviks
KALA II (kala pengeluaran janin)
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya kepala janin sudah masuk di
ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yaitu secara, reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Selain itu
ibu juga merasakan:
1. Tekanan pada rectum
2. Hendak buang air besar
3. Perineum mulai menonjol dan melebar
4. Anus membuka
5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirksn dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
61
Gambar 13. Gerakan anak dalam persalinan
KALA III (FASE PENGELUARAN PLASENTA)
Terdiri dari 2 fase, yaitu (1) fase pelepasan plasenta, (2) fase
pengeluaran plasenta. Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi
timbul lagi setelah beberapa menit. His ini dinamakan his pelepasan
plasenta, sehingga terletak pada segmen bawah rahim atau bagian atas
vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai tumor yang keras,
segmen atas melebar karena mengandung plasenta, dan fundus uteri
teraba sedikit di bawah pusat.
Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar
sehingga perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta.
Jika setinggi pusat atau lebih, bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih
panjang.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam
segmen bawah rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus
yang berkontraksi. Seiring lepasnya plasenta, dengan sendirinya bagian
62
tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang. Lamanya kala plasenta kurang
lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
- Uterus menjadi bundar
- Perdarahan, terutama perdarahan yang agak banyak (kira-kira 250 cc)
- Memanjangnya tali pusat yang lahir
- Naiknya fundus uteri karena naiknya Rahim sehingga lebih mudah
digerakkan.
KALA IV
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum. Tujuh pokok penting yang perlu diperhatikan pada kala IV:
Kontraksi uterus harus baik, mengamati TFU.
Tidak ada perdarahan pervaginam alau alat genital lain
Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
Kandung kemih kosong.
Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada
hematom.
Resume keadaan umum bayi
Resume keaaan umum ibu
63