MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

23
MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN May 6, 2014 Leave a comment I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kehutanan berorientasi pada upaya menjamin kelestarian hutan dan meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Orientasi tersebut dituangkan dalam bentuk visi Kementerian Kehutanan yaitu Hutan Lestari untuk kesejahteraan masayarakt yang berkeadilan. Hutan lestari dan masyarakat sejahtera bagaikan dua sisi mata uang. Eksistensi keduanya tidak dapat diabaikan. Keduanya saling bergantung. Terciptanya kelestarian hutan sangat bergantung pada aktivitas masyarakat yang tinggal disekitarnya. Masyarakat sekitar hutan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hutan secara berkesinambungan apabila hutan tempat mereka bergantung juga lestari. Pada saat ini kuantitas dan kualitas hutan di Indonesia mengalami penurunan. Hutan mengalami degradasi yang memprihatinkan dari tahun ke tahun. Deforestry hutan di Indonesia telah mencapai 1,8 juta hektar per tahun (Hinrichs, 2008). Sebagaimana kita saksikan dari beberapa media massa, kerusakan ini disebabkan antara lain adanya beberapa proyek pembangunan dan pemanfaatan hasil hutan yang tidak terkendali oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, ditambah lagi ancaman-ancaman lainnya seperti illegal logging, dan adanya kebakaran hutan. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tetap berada dalam kodisi yang serba terbatas. Keterbatasan tersebut termanisfestasi dalam

description

tugas

Transcript of MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

Page 1: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

MATERI PENYULUHAN KEHUTANANMay 6, 2014 — Leave a comment

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kehutanan berorientasi pada upaya menjamin

kelestarian hutan dan meningkatkan kemakmuran masyarakat

yang tinggal di sekitar hutan. Orientasi tersebut dituangkan

dalam bentuk visi Kementerian Kehutanan yaitu Hutan Lestari

untuk kesejahteraan masayarakt yang berkeadilan. Hutan lestari

dan masyarakat sejahtera bagaikan dua sisi mata uang.

Eksistensi keduanya tidak dapat diabaikan. Keduanya saling

bergantung. Terciptanya kelestarian hutan sangat bergantung

pada aktivitas masyarakat yang tinggal disekitarnya. Masyarakat

sekitar hutan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hutan

secara berkesinambungan apabila hutan tempat mereka

bergantung juga lestari.

Pada saat ini kuantitas dan kualitas hutan di Indonesia mengalami

penurunan. Hutan mengalami degradasi yang memprihatinkan

dari tahun ke tahun. Deforestry hutan di Indonesia telah

mencapai 1,8 juta hektar per tahun (Hinrichs, 2008).

Sebagaimana kita saksikan dari beberapa media massa,

kerusakan ini disebabkan antara lain adanya beberapa proyek

pembangunan dan pemanfaatan hasil hutan yang tidak terkendali

oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, ditambah lagi

ancaman-ancaman lainnya seperti illegal logging, dan adanya

kebakaran hutan. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di

sekitar hutan tetap berada dalam kodisi yang serba terbatas.

Keterbatasan tersebut termanisfestasi dalam bentuk rendahnya

pendidikan, ekonomi, akses politik, akses terhadap sumberdaya

Page 2: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

alam, dan melemahnya modal sosial, sehingga kemiskinan

melekat pada mereka. Pada saat ini, 10,2 juta masyarakat yang

tinggal di sekitar hutan tergolong miskin. Keterbatasan ini sering

menimbulkan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada

pemanfaatan hutan yang kurang memperhitungkan asas

berkelanjutan,

Mencermati kondisi permasalahan di atas, Kementerian

Kehutanan telah menetapkan enam kebijakan prioritas

pembangunan kehutanan, yaitu: (1) Pemantapan Kawasan Hutan,

(2) Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung DAS, (3)

Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan, (4)

Konservasi Keanekaragaman Hayati, (5) Revitalisasi Pemanfaatan

Hutan Dan Industri Kehutanan dan (6) Pemberdayaan Masyarakat

Sekitar Hutan.

Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, yang merupakan salah

satu kebijakan prioritas pembangunan kehutanan, memerlukan

upaya-upaya penyuluhan. Penyuluhan kehutanan yang terarah

dan terencana akan mendorong percepatan kekuatan dan

kemampuan masyarakat sekitar hutan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan kehutanan, sehingga dapat tumbuh dan

berkembang ekonomi rakyat yang mandiri, tangguh, dan

berkelanjutan, yang dicirikan dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat, berkembangnya kapasitas dan kemampuan

masyarakat, serta meningkatnya kelembagaan masyarakat.

Perlu dipahami bahwa agar tujuan penyuluhan dapat tercapai

secara optimal maka penyuluhan kehutanan tidak dapat

dilakukan oleh lembaga penyuluhan kehutanan saja. Namun perlu

adanya kerjasama, koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi

dengan berbagai pihak. Penyuluhan kehutanan harus menjadi

tanggung jawab berbagai pihak yang terkait. Dengan demikian,

penyuluhan harus dilakukan secara sistemik, artinya penyuluhan

harus dilihat sebagai suatu sistem. Slamet (2008) menyatakan

Page 3: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

bahwa perlu pembenahan sistem penyuluhan agar tanggung

jawab penyuluhan tidak hanya menjadi tanggung jawab orang

lapangan, tetapi sistem tersebut meliputi banyak pihak atau

komponen.

B. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah selesai mengikuti pembelajaran, peserta dapat

memahami secara konseptual sstem pengembangan penyuluhan

kehutanan

C. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta dapat menjelasakan:

1. Penyuluhan Kehutanan sebagai suatu sistem

2. Pengertian materi penyuluhan

3. Sumber materi penyuluhan kehutanan

4. Pebaikan dan pemantapan sistem penyuluhan kehutanan

II. PENGERTIAN SISTEM

Sistem adalah suatu kesatuan dari banyak unsur yang dapat

menghasilkan output tertentu. Sistem terbentuk oleh adanya

komponen-komponen atau unsur-unsur yang berhubungan satu

sama lain membentuk suatu jaringan. Masing-masing komponen

mempunyai fungsi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan

lainnya, di mana fungsi komponen yang satu dipengaruhi oleh

fungsi komponen lain yang berhubungan dengannya. Kualitas

output sistem bergantung pada kualitas fungsi setiap komponen.

Artinya, bila salah satu komponen tidak ada atau tidak berfungsi,

maka fungsi sistem secara keseluruhan akan terganggu atau

bahkan tidak berfungsi sama sekali.

Dalam makna sistem sebagai suatu organisasi dari sejumlah

element dan bagian yang bekerja sebagai sebuah unit. Sistem

juga dapat bermakna sebagai sejumlah bagian yang berkomposisi

saling terkoneksi, atau disebut sebagai kompleks (complex). Dan,

Page 4: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

dalam makna sebagai susunan dan desain yang sistematis, maka

ia dekat dengan kata-kata: method, order, orderliness,

organization, pattern, plan, systematization, dan systemization.

Sedangkan, sebagai pendekatan yang digunakan untuk melihat

sesuatu, makna sistem tergambar dalam kata-kata: fashion,

manner, method, Sebuah sistem, adalah sebuah komposisi dari

sejumlah element yang saling berinteraski sehingga membentuk

sebuah kesatuan yang padu (a unified whole).

Dengan demikian, sistem adalah himpunan dari bagian-bagian

yang saling berkaitan, masing-masing bagian bekerja sendiri dan

bersama-sama saling mendukung; semuanya dimaksudkan untuk

mencapai tujuan bersama, dan terjadi pada lingkungan yang

kompleks.

A. Komponen-Komponen Sistem

Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat hal, yaitu:

1. Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia

dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus;

tergantung kepada sifat sistem tersebut.

2. Berisi atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan

sistem dan objeknya.

3. Memiliki hubungan internal di antara objek-objek di dalamnya.

4. Sistem hidup dalam satu lingkungan tertentu.

B. Penyuluhan Kehutanan Sebagai Sub Sistem Dari Kementerian

Kehutanan

Keberhasilan penyuluhan kehutanan bukan merupakan tangung

jawab lembaga penyuluhan semata, namun harus melibatkan

banyak komponen yang terlibat dalam pembangunan kehutanan.

Dengan kata lain, keberhasilan penyuluhan kehutanan harus

dilaksanakan secara sistemik. Hal ini berarti bahwa secara

organisatoris keberhasilan penyuluhan kehutanan harus dilihat

Page 5: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

dari perspektif atau dimensi sistem, baik secara makro. mezzo,

maupun mikro. Sebagai sutau sistem, keberhasilan kegiatan

penyuluhan kehutanan sangat ditentukan oleh berfungsinya

semua komponen yang ada dalam sistem penyuluhan kehutanan

tersebut.

Dilihat secara makro, lembaga yang memiliki tanggung jawab

untuk melaksanakan penyuluhan kehutanan merupakan sub

sistem dari sistem pembangunan nasional secara keseluruhan.

Dilihat secara mezzo, lembaga penyuluhan kehutanan merupakan

sub sistem dari sistem Kementerian Kehutanan (Kemenhut).

Sedangkan, ditinjau secara mikro maka lembaga penyuluhan

kehutanan merupakan sistem tersendiri. Ketiga dimensi tersebut

pada dasarnya mempuyai keterkaitan dengan proses

pembangunan yang terjadi pada masyarakat. Karena

pembangunan yang direncanakan secara makro pun perlu di

dukung dalam penerapannya di level mezzo dan mikro.

Dalam konteks mezzo, lembaga penyuluhan kehutanan yaitu

Pusat Pengembangan Penyuluhan dan Pusat Pelayanan

Penyuluhan merupakan salah satu sub sistem dari BP2SDM

Kemenhut, di mana BP2SDM merupakan sub sistem dari

Kemenhut.. Selain Setjen, Kemenhut memiliki beberapa sub

sistem lain yaitu: Direktorat Jenderal Planologi (Ditjen Plan),

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

(Ditjen PHKA), Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai dan Perhutanan Sosial (Ditjen BPDASPS), Direktorat

Jenderal Bina Usaha Kehutanan (Ditjen BUK), Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan (Balitbang), serta Inspektorat

Jenderal (Irjen). Slamet (2008) menyatakan bahwa fungsi

komponen yang satu dipengaruhi oleh fungsi komponen yang

lainnya. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda

namun saling saling terkait satu sama lainnya. Oleh karena itu,

keberhasilan pembangunan kehutanan bergantung pada

Page 6: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

berfungsinya sub-sub sistem yang ada dalam Kemenhut yang

saling berinteraksi secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan kehutanan.

Wirawan (2003) menyatakan bahwa sub-sub sistem mempunyai

fungsi tertentu yang bekerja secara sinergis untuk mencapai

tujuan sistem. Dalam suatu sistem, ikatan sinergis dapat berupa

koordinasi, kerjasama, struktur/hirarki organisasi, dan/atau garis

komando. Dengan demikian dalam rangka mewujudkan visi

Kemenhut yaitu Hutan lestari dan Masyarakat Sejahtera, maka

perlu dibangun koordinasi dan kerjasama di antara sub-sub

sistem yang ada dalam Kemenhut, sehingga tidak terjadi

tumpang tindih kebijakan, baik kebijakan untuk kegiatan di

lapangan maupun kegiatan administrasi, dengan demikian dapat

dihindari terjadinya pemborosan anggaran. Perlu dilakukan

pembenahan dan perbaikan sistem secara intensif dan

berkesinambungan agar tercapai efisiensi dan efektivitas

pembangunan kehutanan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh salah satu sub sistem

harus di arahkan pada upaya pencapaian tujuan sistem, dan

harus bersinergi dengan kegiatan-kegiatan dari sub-sub sistem

lainnya. Hal ini dapat terwujud melalui koordinasi, komunikasi dan

kerjasama antar sub-sub sistem sebagai berikut :

Gambar 1. Komponen-Komponen Sistem Kementerian Kehutanan

Demikian pula dalam proses pengambilan dan penetapan

kebijakan. Pembahasan kebijakan yang akan diambil oleh salah

satu sub sistem harus melibatkan atau dikomunikasikan kepada

sub-sub sistem lain agar dapat diperoleh masukan-masukan yang

berguna. Melalui pelibatan berbagai sub sistem maka akan

diperoleh banyak pemikiran dan alternatif pemecahan masalah

yang lebih baik, karena dengan keterlibatan dari semua sub

sistem memungkinkan munculnya beberapa pengalaman dan ide

Page 7: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

yang beraneka ragam, serta latar belakang peninjauan masalah

dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga akan

dihasilkan kebijakan yang baik, bukan kebijakan yang tumpang

tindih atau kontradiktif dalam pengimplementasiannya.

Perencanaan penetapan kawasan hutan yang dilakukan oleh

Baplan dalam pelaksanaannya akan bersentuhan dengan

masyarakat sekitar hutan, oleh karenanya membutuhkan

koordinasi dengan lembaga penyuluhan kehutanan dalam rangka

mendekati dan memberikan pemahaman kepada masyarakat.

Balitbang memiliki peran dalam mengkaji kondisi alam dan

masyarakat yang hasilnya sebagai masukan bagi Baplan.

Hasil-hasil penelitian Balitbang antara lain pemuliaan tanaman

hutan, pemrosesan hasil hutan yang baik, teknik pengawetan

kayu, dan lain sebagainya sangat bermanfaat bagi pihak BPK.

Hasil-hasil tersebut dapat digunakan sebagai materi untuk

melakukan pembinaan pada pihak-pihak yang diberi hak untuk

mengelola hutan, sehingga diperoleh produksi kayu yang

berkualitas serta dihasilkan secara ramah lingkungan. Dalam

pelaksanaannya BPK juga akan bersentuhan dengan masyarakat

yang telah diberikan hak oleh pemerintah untuk mengelola hutan,

oleh karenanya koordinasi dengan lembaga penyuluhan menjadi

suatu keharusan.

Kegiatan-kegiatan RLPS sering bersentuhan dengan masyarakat.

Oleh karena itu, program/proyek yang diluncurkan oleh RLPS

harus selaras dengan tujuan dari pusbangyanluh agar dapat

tercipta masyarakat yang mandiri. Untuk itu diperlukan koordinasi

dan komunikasi dalam rangka mensinergikan kegiatan RLPS

dengan Kegiatan Pusbangyanluh. Kegiatan RLPS juga

membutuhkan hasil-hasil penelitian Balitbang, misalnya kajian

sosial budaya, kajian teknis kehutanan sehingga kegiatan yang

dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Lembaga penyuluhan memerlukan kerjasama dengan Balitbang

Page 8: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

dalam rangka medapatkan inovasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Inovasi ini kemudian dikemas oleh lembaga

penyuluhan agar dapat diterapkan oleh masyarakat.

Agar semua kegiatan yang dilaksanakan oleh komponen-

komponen berjalan efisien dan efektif maka diperlukan

pengawasan dan penilaian. Selain dilakukan secara internal oleh

setiap komponen-komponen sistem, maka untuk menjamin

obyektivitas pengawasan dan penilaian diperlukan lembaga lain.

Lembaga tersebut adalah Inspektorat Jenderal.

Hal penting yang juga sangat perlu diperhatikan dalam

mensinkronisasikan kegiatan adalah pada saat mengusulkan

anggaran untuk kegiatan atau program tahunan setiap sub sistem

tersebut. Setiap wakil dari sub sistem beserta pejabat keuangan,

seharusnya bersama-sama memaparkan rencana kegiatannya

sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang terjadi tumpang

tindih, atau pada kegiatan apa saja kegiatan tersebut dapat

saling melengkapi.

Hasil koordinasi dan komunikasi antar sub sistem ini dapat

diusulkan kepada pengambil kebijakan puncak (menteri

kehutanan) untuk disyahkan menjadi kebijakan dasar yang

memayungi kegiatan-kegiatan setiap sub sistem. Kebijakan dasar

ini juga seharusnya dapat menjadi pijakan kegiatan penyuluh-

penyuluh kehutanan yang berada di daerah, yang sejak otonomi

daerah keberadaan mereka secara administrasi kepegawaian

telah dilimpahkan kepada pemda.

Dengan demikian, keberhasilan atau tercapainya tujuan

pembangunan kehutanan yang dilaksanakan sangat ditentukan

oleh berfungsinya semua sub sistem yang ada dalam Kemenhut,

yang secara sinergis bekerjasama. Apabila sinegitas tidak terjadi

maka tujuan pembangunan tidak akan tercapai secara optimal.

III. MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

Page 9: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

A. Materi Penyuluhan Kehutanan

Dalam proses komunikasi antara penyuluh dengan sasaran (para

petani), penyuluh kehutanan akan menyampaikan segala sesuatu

yang menyangkut ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh

masyarakat dan juga ajakan kepada masyarakat sasaran untuk

melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Dengan kata lain, yang

dimaksud dengan materi penyuluhan kehutanan adalah segala

sesuatu atau pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang

penyuluh kepada masyarakat sasarannya dalam suatu kegiatan

penyuluhan. Materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh

kehutanan dapat bersifat informatif, persuasif dan entertainment,

yang pada dasarnya mempunyai tujuan utama, yaitu:

– To secure understanding

– To establish acceptance

– To motivate action

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa

masyarakat mengerti materi yang diterimanya. Andaikan sudah

dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus

dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan

dimotivasikan (to motivate action).

Materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus bersifat

inovatif yang mampu mengubah atau mendorong terjadinya

perubahan-perubahan ke arah pembaharuan dalam segala aspek

kehidupan masyarakat sasaran, demi selalu terwujudnya

perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga

masyarakat sasaran yang bersangkutan.

Inovasi ,Rahim ( 1971 ) membedakan adanya dua macam tipe

pesan,yaitu :

a. Pesan Ideologis ,adalah konsep dasar yang melandasi dan

dijadikan alasan untuk melaksanakan perubahan-perubahan atau

pembangunan yang yang direncanakan demi terwujudnya

perbaikan mutu hidup.Misalnya pembangunan di Indonesia yang

Page 10: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

memilih “pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruh masyarakat Indonesia demi terwujudnya masyarakat adil

dan makmur,materiil dan spiritual berdasarkan pancasila”

sebagai pesan ideologisnya.

Pesan ideologis seperti itu,terus menerus ditanamkan dan

dimasyarakatkan ke dalam lubuk hati segenap warga

masyarakat,baik sebelum prencanaan program –program

pembangunan maupun proses pelaksanaan pembangunan

dengan maksud untuk menumbuhkan dan menggerakan

partisipasi masyarakat,serta menjaga agar pembangunan dapat

terus berlangsung dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Melalui pesan-pesan ideologis juga dimaksudkan agar proses

pembangunan dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai kehidupan

yang dijadikan acuannya,dan hasilnya dapat dinikmati oleh setiap

individu dan seluruh warga masyarakat secara

adil,seimbang,selaras dan serasi.Dengan demikian proses

pembangunan dapat tetap berlangsung dalam kerangka

pembangunan untuk manusia dan bukannya justru menjadikan

manusia sebagai obyek pembangunan semata.

Hasil-hasil pembangunan harus benar-benar mampu memperbaiki

mutu hidup masyarakat,dalam arti ( Seers ,1981 ) :

– Meningkatkan pemerataan dan mengurangi kesenjangan,

– Memperluas lapangan dan kesempatan kerja

– Menjamin kebebasan dari segala macam bentuk penindasan.

b. Pesan Imformatif ,adalah segala bentuk imformasi yang

berkaitan dengan dan bergantung pada pesan ideologisnya.

Pesan imformatif dapat berbentuk kebijakan pembangunan,nilai-

nilai sosial budaya dan semua imformasi yang berkaitan dengan

tujuan yang ingin dicapai serta segala macam upaya yang ingin

dilaksanakan melalui kegiata-kegiatan pembangunan yang

direncanakan ,seperti ide-ide,metoda,petunjuk tehnis,imformasi

tehnologi baru dll.

Page 11: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

Havelock ( 1969 ) membedakan dalam 4 ( empat ) macam tipe

pesan :

a. Pengetahuan Tentang Ilmu Dasar,merupakan hasil penelitian

dasar yang berupa metoda dan teori-teori,belum dapat dijadikan

acuan untuk langsung diterapkan oleh masyarakat luas.

b. Hasil riset terapan dan pengembangan/pengujian,pada

hakekatnya merupakan kegiatan lanjutan untuk mengkaji hasil –

hasil penelitian dasar.

c. Pengetahuan praktis, merupakan ringkasan dari riset terapan

dan pengembangan /pengujian yang telah diolah dan dikaji ulang

menjadi imformasi yang mudah dipahami oleh semua pihak.

d. Pesan pengguna ,adalah umpan balik dari masyarakat yang

telah menerapkan inovasi yang ditawarkan oleh para penyuluh.

Pesan pengguna dalam kehidupan sehari-hari dapat berbentuk :

– Ekspresi tentang kebutuhan,yang berupa

keluhan,kepuasan,kegembiraan,atau cerita tentang pengalaman

yang disampaikan oleh pengguna kepada penyuluh atau teman-

temannya ,setelah ia ( pengguna ) menerapkan inovasi yang

ditawarkan oleh penyuluh.

– Reaksi konsumen , yang berupa meningkatnya kebutuhan akan

inovasi yang bersangkutan ( dalam bentuk imformasi/penjelasan

atau produk ); perbaikan produksi dan pendapatan setelah

menetapkan inovasi yang ditawarkan;sikap negatif yang

ditunjukan kepada penyuluh/tokoh masyarakat,jika ternyata

inovasi yang ditawarkan tidak memberikan manfaat/perbaikan

mutu hidup atau bahkan merugikan dan menuntut pengorbanan

yang harus ditanggungnya.

Untuk kegiatan penyuluhan kehutanan,ragam materi yang perlu

disiapkan adalah :

1. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembangunan kehutanan ( baik dari tingkat pusat

maupun sampai ditingkat lokal ) seperti pola kebijakan umum

Page 12: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

pembangunan kehutanan,kebijakan harga dasar,penyaluran

kredit usahatani,distribusi sarana produksi dll.

2. Hasil-hasil penelitian/pengujian dan rekomendasi tehnis yang

permintaan oleh instansi yang berwenang.

3. Imformasi pasar seperti : harga barang,penawaran dan

permintaan produk.

4. Petunjuk tehnis tentang penggunaan alat dan sarana produksi

5. Pengalaman petani yang telah berhasil

6. Imformasi tentang kelembagaan dan kemudahan-kemudahan

yang berkaitan dengan pembangunan kehutanan

7. Dorongan dan rangsangan untuk terciptanya swakarsa dan

swadaya masyarakat.

B. Sumber Materi Penyuluhan

Seperti halnya materi yang beragam,sumber imformasi yang

dapat dijadikan materi penyuluhan juga sangat beragam,baik

yang dihasilkan oleh para peneliti,penyuluh atau oleh masyarakat

pengguna sendiri yang lebih dahulu telah menerapkan inovasi

yang ditawarkan..

Sumber materi dapat dikelompokan dalam :

1. Sumber resmi dari instansi pemerintah:

a. Departemen / dinas-dinas terkait

b. Lembaga penelitian dan pengembangan

c. Pusat-pusat pengkajian

d. Pusat-pusat informasi

e. Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh.

2. Sumber resmi dari lembaga-lemabaga swasta/lembaga

swadaya masyarakat,yang khusus bergerak di bidang

penelitian,pengkajian, dan penyebaran informasi.

3. Pengalaman petani,baik dari pengalaman usahataninya sendiri

atau hasil dari “petak pengalaman “ yang dilakukan secara

khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluhnya.

Page 13: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

4. Sumber lain yang dapat dipercaya,misalnya informasi pasar

dari para pedagang ,perguruan tinggi dll.

Perlu diingat bahwa :

1. Materi yang berasal dari lembaga-lembaga resmi ( pemerintah

dan atau swasta seringkali tidak selalu sesuai dengan kondisi

pengguna,meskipun telah teruji melalui metoda ilmiah tertentu.

Hal ini disebabkan karena,baik lingkungan fisik maupun

sumberdaya yang digunakan tidak selalu sama seperti yang

dimiliki atau yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang

berkaitan dengan peralatan yang digunakan ,pengetahuan dan

ketrampilan yang dikuasai dan tersedianya modal yang

terbatas.Sehingga tidak mengherankan jika materi-materi yang

disampaikan seringkali ternyata :

a. Secara tehnis tak dapat dilaksanakan

b. Secara ekonomi tidak menguntungkan dan

c. Tidak dapat diterapkan karena pertimbangan – pertimbangan

politis,sosial dan budaya setempat yang tidak mendukungnya.

2. Materi yang berasal dari pengalaman petani,seringkali masih

diragukan keterhandalannya( ketepatan dan

ketelitiannya ),karena sering kali tidak dilaksanakan dengan

memperhatikan metoda ilmiah tertentu yang telah dilakukan.

3. Materi yang berasal dari sumber lain,seringkali tidak

jujur,karena dari padanya melekat kepentingan-kepentingan

tertentu yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingan pengguna maupun masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karenanya bagi para pengguna inovasi harus selalu bersikap

hati-hati,dengan selalu mencoba terlebih dahulu dalam skala

usaha yang lebih kecil sebagai petak pengalaman atau dengan

melakukan pengujian lokal ( local verifikation trials ).

C. Sifat-sifat Materi Penyuluhan Kehutanan

Agar kegiatan komunikasi penyuluhan dapat berjalan baik perlu

Page 14: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

diperhatikan ciri-ciri dari suatu materi yang efektif. Schramm

(1972) dalam Cangara (2000) menyatakan bahwa agar pesan

komunikasi, dalam konteks ini adalah materi penyuluhan, dapat

dengan mudah dimengerti oleh penerima, perlu memperhatikan

hal-hal berikut:

a.Materi harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa,

sehingga dapat menarik perhatian masyarakat.

b.Materi harus menggunakan lambang atau bahasa yang dapat

dimengerti oleh sasaran suluh.

c.Materi harus sesuai dan/atau dapat membangkitkan kebutuhan

sasaran suluh.

d.Materi harus menyarankan suatu jalan atau penyelesaian dalam

rangka memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi masyarakat

sehingga dapat membangkitkan respon yang dikehendaki.

Mengacu pada pernyataan Scramm di atas, maka materi

penyuluhan kehutanan harus sesuai dengan kebutuhan atau

kepentingan sasaran (petani), sehingga petani akan tertarik

perhatiannya dan terangsang untuk melaksanakannya. Materi

yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala

sesuatu yang berkaitan dengan usaha taninya seperti perbaikan

produksi, perbaikan pendapatan dan perbaikan tingkat

kehidupan.

Mardikanto (1996) membedakan adanya tiga macam materi

penyuluhan yaitu:

1. Berisikan pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.

Sesuai dengan filosofi penyuluhan yaitu berusaha untuk

“membantu orang lain agar mereka dapat membantu dirinya

sendiri“, maka materi yang berisikan pemecahan masalah

merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat

sasaran. Karena itu, didalam setiap kegiatan penyuluhan, materi

ini harus diutamakan terlebih dahulu, sebelum menyampaikan

Page 15: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

materi yang lainnya.

2. Berisikan petunjuk dan rekomendasi yang harus dilaksanakan.

Materi penyuluhan yang berisi petunjuk atau rekomendasi

bagaimana harus melaksanakan sesuatu, seringkali sangat

diharapkan oleh masyarakat sasaran walaupun terkadang materi

ini kurang memperoleh prioritas dibanding dengan materi yang

berisi pemecahan masalah. Karena itu, materi seperti ini hanya

dibatasi pada petunjuk atau rekomendasi yang harus segera

dilaksanakan. Penyuluh kehutanan seyogyanya tidak memberikan

petunjuk atau rekomendasi yang pelaksanaannya akan dilakukan

pada masa-masa mendatang (masih memerlukan waktu

beberapa lama lagi), sebab bisa saja terjadi pada saat harus

dilaksanakan atau diterapkan, ternyata masyarakat sudah lupa

sehingga materi harus diulang kembali. Bahkan mungkin petunjuk

atau rekomendasi tersebut sudah “out of date” sehingga harus

diperbaiki atau disempurnakan lagi sesuai dengan perubahan

atau perkembangan keadaan yang dihadapi.

3. Materi yang bersifat instrumental, Berbeda dengan kedua

materi yang dikemukakan diatas, materi penyuluhan seperti ini

tidak harus “dikonsumsi” dalam waktu singkat, tetapi merupakan

materi yang perlu diperhatikan dan mempunyai manfaat jangka

panjang, seperti kewirausahaan, pembentukan koperasi,

pembinaan kelompok dll. Sesuai dengan sifatnya, materi yang

disampaikan biasanya berkaitan dengan upaya peningkatan

dinamika kelompok, dorongan bagi tumbuhnya swakarsa,

swakarya dan swadana. Atau hal-hal yang berkaitan dengan

kemandirian yang lain.

Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa agar materi penyuluhan

dapat diterima, dimanfaatkan dan diterapkan oleh masyarakat,

perlu diperhatikan pula hal-hal berikut:

1. Sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat, sehingga

mudah dan dapat diaplikasikan.

Page 16: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

2. Tidak bertentangan dengan norma, nilai, kepercayaan, adat

dan bila perlu tidak pula bertentangan pola pertanian yang

terbiasa dilakukan apabila pola tersebut baik dan merupakan

kearifan lokal.

3. Memberi atau mendatangkan keuntungan ekonomis

(berpengaruh positip terhadap tingkat kehidupan petani)

4. Mengesankan dan merangsang petani untuk melaksanakan

perubahan cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup menuju

perkembangan dan kemajuan.

5. Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan oleh para petani

sehingga mendorong kegiatannya.

6. Menggairahkan petani sehingga para petani menjadi antusias

dan terbujuk untuk mau memperhatikan, menerima, mencoba,

dan melaksanakan/ menerapkannya dalam kegiatan

pertaniannya.

D. Pemilihan Materi Penyuluhan

Apapun materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang

penyuluh,pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut

harus selalu mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan

oleh masyarakat sasarannya.

Tetapi didalam praktek,seringkali penyuluh menghadapi kesulitan

untuk memilih dan menyajikan materi yang benar-benar

dibutuhkan oleh masyarakatsasarannya.Hal ini,bisa disebabkan

karena keseragaman sasaran yang dihadapi ( sehingga menuntut

keragaman kebutuhan yang berbeda ),atau keragaman materi

yang harus disampaikan pada saat yang sama.Kesulitan lain yang

dapat muncul manakala pemahaman tentang sasaran dan waktu

menjadi pembatas.

Arboleda ( 1981) memberikan acuan agar setiap penyuluh

mampu membeda-bedakan ragam materi penyuluhan yang ingin

disampaikan pada setiap kegiatan.

Page 17: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

1.Materi pokok yaitu materi yang benar-benar dibutuhkan dan

harus diketahui oleh sasaran utama.materi pokok sedikitnya

mencakup 50% dari seluruh materi yang ingin disampaikan pada

saat yang sama

2. Materi yang penting yaitu materi yang berisi dasar pemahaman

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang

dirasakan oleh sasarannya.Materi ini,diberikan sekitar 30 % dari

seluruh materi yang ingin disamapaikannya.

3. Materi penunjang,yaitu materi yang masih berkaitan dengan

kebutuhan yangdirasakan.yang sebaiknya diketahui oleh sasaran

untuk memperluas cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan

yang dirasakannya itu.Materi ini maksimal sebanyak 20 % dari

seluruh materi yang diberikan.

4. Materi yang mubazir,yaitu materi yang sebenarnya tidak perlu

dan tidak ada gayutannya dengan kebutuhan yang dirasakan oleh

masyarakat sasarannya. Karena itu dalam setiap kegiatan

penyuluhan,sebaiknya justru dihindari penyampaian materi –

materi seperti ini.

Super flous 0 %

Helpful 20 %

Important 30 %

Vital 50 %

IV. PERBAIKAN DAN PEMANTAPAN SISTEM PENYULUHAN

KEHUTANAN

Masyarakat sekitar hutan pada umumnya adalah petani, yang

sangat mengharapkan adanya perubahan dalam tingkat

kesejahteraan hidupnya Perubahan tingkat kesejahteraan

masyarakat dapat terwujud apabila masyarakat memiliki

keberdayaan sehingga mengakses ruang ekonomi dan mampu

membantu dirinya sendiri keluar dari kesulitan hidupnya. Oleh

Page 18: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

karena, situasi dan kondisi penyuluhan kehutanan yang ada saat

ini belum optimal, dan berdasarkan apa yang telah dikaji di atas,

maka dirasa perlu segera melakukan pemantapan pola-pola

dalam sistem penyuluhan kehutanan baik oleh pemerintah pusat

maupun pemda, yang pada prinsipnya mengacu pada UU no 16

Tahun 2006. Pola-pola tersebut adalah:

1. Penerbitan PP oleh pemerintah pusat sebagai langkah

keseriusan terhadap eksistensi UU No. 16 Tahun 2006. Lembaga-

lembaga penyuluhan harus dapat mendesak dan meyakinkan

pemerintah tentang pentingnya PP agar UU No. 16 Tahun 2006

dapat segera diimplementasikan.

2. Pemantapan struktur organisasi penyuluhan kehutanan

Pemantapan dan pengembangan struktur organisasi penyuluhan

kehutanan meliputi:

a. Pada tingkat pusat terdapat Badan yang menangani

Penyuluhan.

b. Pada tingkat provinsi terdapat Badan Koordinasi Penyuluhan

c. Pada tingkat kabupaten/kota terdapat Badan Pelaksana

Penyuluhan, dan

d. Pada tingkat Kecamatan terdapat Balai Penyuluhan, serta

ditambah dengan:

e. Pos Penyuluhan Kehutanan yang berada di tingkat

desa/kelurahan yang bersifat nonstruktural

3. Pemantapan personalia atau sumberdaya manusia (SDM)

Pemantapan dan pengembangan personalia meliputi:

a. Perekrutan Penyuluh Kehutanan baru

b. Pembinaan dan pengembangan SDM penyuluhan kehutanan

yang telah ada

c. Penyebaraan penyuluh kehutanan ke daerah-daerah secara

proposional

d. Kejelasan atas tugas dan karir penyuluh kehutanan

Pemantapan dan pengembangan personalia pada dasarnya

Page 19: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

bertujuan agar SDM penyuluhan kehutanan memiliki kompetensi

yang memadai untuk membantu sasaran suluh. Kompetensi

tersebut meliputi:

a. Teknologi penyuluhan kehutanan/pemberdayan masyarakat

b. Pemahaman terhadap substansi kehutanan

c. Sistem silvoagribisnis

4. Pemantapan materi penyuluhan kehutanan

Keinginan masyarakat sekitar hutan untuk meningkatkan

kesejahteraan hidupnya akan tercapai apabila mereka dapat

meningkatkan pengelolaan usaha taninya, sehingga dapat

meningkatkan produksinya. Namun demikian, peningkatan

produksi tanpa disertai dengan pemasaran yang baik, tentu tidak

dapat mewujudkan keinginan mereka, karena pendapatan

mereka tetap saja kecil. Oleh karenanya, diperlukan pemantapan

materi penyuluhan kehutanan tentang sistem silvoagribisnis.

5. Pemantapan sistem kerja dan metode penyuluhan kehutanan

Beberapa hal yang dapat dijadikan prinsip kerja dalam rangka

meningkatkan mutu penyuluhan kehutanan adalah:

a. membangun hubungan yang akrab antara penyuluh kehutanan

dengan masyarakat. Hubungan akrab ini ditumbuhkan dan dibina

dengan sistem kerja yang tertib, teratur dan berkesinambungan.

b. Materi penyuluhan harus aktual, segar, dan dibutuhkan oleh

masyarakat.

c. Materi penyuluhan yang akan disampaikan harus dikuasai

benar oleh penyuluh kehutanan. Hal ini memerlukan kesadaran

dan kemauan penyuluh untuk menjadi manusia pembelajar.

d. Memilih dan memilah metode penyuluhan kehutanan yang

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Oleh karena itu,

pemahaman terhadap situasi dan kondisi masyarakat menjadi

penting sebelum memilih dan memilah metode penyuluhan yang

akan digunakan.

6. Pemantapan sarana dan fasilitas

Page 20: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

Sarana dan fasilitas penyuluhan kehutanan yang perlu

dimantapkan meliputi: bangunan, areal percontohan (demplot),

mobilitas (sarana tranportasi), perlengkapan penyuluhan, dan

biaya. Yang kesemuanya memerlukan anggaran yang memadai.

Pemenuhan biaya ini dapat diusahakan dari segala sumber

(misalnya APBN, APBD, sumbangan dan lain sebagainya).

Dengan terlaksananya pengembangan dan pemantapan pola

penyuluhan kehutanan seperti yang telah dikemukakan, maka

kegiatan penyuluhan kehutanan diharapkan dapat berjalan

lancar, efisien dan efektif, sehingga tujuan penyuluhan kehutanan

dan kenginan/harapan masyarakat dapat terpenuhi atau tercapai

secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan MSP. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hinrichs A, Muhtaman DR, Irianto N. 2008. Sertifikasi Hutan

Rakyat di Indonesia. Jakarta: GTZ.

Manurung R. 2008. Demokratisasi dan Permasalahannya. Medan:

FISIP, Universitas Sumatera Utara.

[Pusbangyanluhhut] Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. 2008.

Naskah Akademis Penyetaraan Batas Usia Pensiun Penyuluh

Kehutanan. Jakarta: Pusbangyanluhhut, Kementerian Kehutanan.

Slamet M. 2008. Materi Kuliah Sistem Penyuluhan Pembangunan.

Bogor: IPB.

Syahyuti. 2008. Sistem. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian.

Wirawan. 2003. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan: Penganar

Teori dan Praktek. Jilid 1. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia &

Uhamka Press

Page 21: MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

DIKLAT PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH

KEHUTANAN TINGKAT AHLI

Oleh:

TIM WIDYAISWARA

BALAI DIKLAT KEHUTANAN MAKASSAR

JULI, 2011