Materi Kuliah_permasalahan Penelitian

11
 MATERI KULIAH: METODOLOGI PENELITIAN 2014 M M A A S S A A L L A A H H  P P E E N N E E L L I I T T I I A A N N [Perumusan Masalah Dalam Penelitian] P P O O L L I I T T E E K K N N I I K K  K K E E S S E E H H A A T T A A N N  K K E E M M E E N N K K E E S S  S S U U R R A A K K A A R R T T A A  Oleh: I g g.  D Dodiet t  A Adi t t y ya  Set t y yaw wan, ,  S S K KM, ,  M MPH.  NIP.  1 1974 40 0112 1 19980 03  1 1 0 00 02  E-Mai l l:  ad di t ty ya.12s st t @ @g gmai l l. c com Blog g:  ht ttp p: / // /w ww ww w.ad dity yas se ety yaw wan. w wo ord dp pres ss s.com 

Transcript of Materi Kuliah_permasalahan Penelitian

  • MATERI KULIAH: METODOLOGI PENELITIAN

    2014

    MMAASSAALLAAHH PPEENNEELLIITTIIAANN [Perumusan Masalah Dalam Penelitian]

    PP OO LL II TT EE KK NN II KK KK EE SS EE HH AA TT AA NN KK EE MM EE NN KK EE SS SS UU RR AA KK AA RR TT AA

    Oleh:

    IIgg.. DDooddiieett AAddiittyyaa SSeettyyaawwaann,, SSKKMM,, MMPPHH..

    NNIIPP.. 1199774400111122 119999880033 11 000022

    EE--MMaaiill:: aaddiittyyaa..1122sstt@@ggmmaaiill..ccoomm

    BBlloogg:: hhttttpp::////wwwwww..aaddiittyyaasseettyyaawwaann..wwoorrddpprreessss..ccoomm

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 2

    BBAABB IIIIII PPEERRMMAASSAALLAAHHAANN PPEENNEELLIITTIIAANN

    A. PENGERTIAN

    etiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus

    mampu mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini

    kekritisan peneliti menjadi modal utama dalam menemukan

    sebuah masalah penelitian yang akan diteliti. Sumber-sumber masalah

    penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya kesenjangan antara hal yang

    diinginkan dengan yang didapatkan dilapangan/lingkungan, kesenjangan

    antara Das Sollen (seharusnya) dan Das Sein (kenyataan), kesenjangan antara

    Harapan dan Kenyataan, kesenjangan antara Fakta dan Harapan dan

    kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia. Dari hal-hal

    tersebut itulah mendorong manusia mengajukan sebuah pertanyaan sederhana

    "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapon itu terjadi dan bagaimana itu, mengapa,

    dan sebagainya", sehingga manusia mengidentifikasi masalah.

    Selain itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui

    ketika terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat

    penyimpangan antara rencana dengan kenyataan, adanya pengaduan dan

    adanya kompetisi sehingga menimbulkan masalah besar. Rasa ingin tahu yang

    mendalam membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa yang

    dirasakan kurang benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui

    bersama bahwa penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.

    Lalu apa sebenarnya Masalah Penelitian itu? Menurut Notoatmodjo

    (2002) Masalah Penelitian secara umum dapat diartikan sebagi Suatu

    kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang

    sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang

    seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

    Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada

    hakikatnya Masalah Penelitian Kesehatan adalah Segala bentuk pertanyaan

    yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau

    kesulitan yang muncul. Dengan demikian adanya masalah penelitian oleh

    SS

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 3

    karena adanya "Rational Gap" antara yang diharapkan dan kenyataan.

    Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah

    mengangkatnya sebagai masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap

    masalah penelitian.

    Rasa kepekaan seseorang diawali dengan sikap Skeptis dari seseorang.

    Penelitian diawali dengan sikap SKEPTIS yang mempunyai arti sikap yang

    tidak mudah percaya. Sikap ini berbeda sekali dengan sikap tidak mau

    percaya. Sikap tidak mudah percaya berarti bahwa fenomena yang terjadi di

    masyarakat sebelum ada pembuktian ilmiah melalui penyelidikan ilmiah

    hingga ditemukan jawabannya, seorang peneliti masih belum mau percaya,

    baru setelah ada jawaban melalui penyelidikan ilmiah, hasilnya baru dipercaya.

    Untuk itu harus disajikan dengan kritis, analitis, dan sistematis.

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Penelitian Ilmiah selalu akan didahului dengan uraian tentang Latar

    Belakang Masalah. Uraian tentang Latar Belakang Masalah tersebut merupakan

    alur bagi proses lahirnya suatu masalah penelitian secara formal. Melalui Latar

    Belakang Masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang

    dihadapi dapat menjadilebih utuh. Suatu Rumusan Latar Belakang Masalah

    yang baik, pada umumnya mampu mengungkapkan 4 Hal, yaitu:

    1) Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)

    Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual

    mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang

    sesuatu hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa

    gejala, fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat

    saat ini. Isu dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera

    memerlukan penyelesaian. Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda

    dengan gosip. Hal lain yang juga perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan

    tentang masalah masih bisa dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai

    isu. (Sangaji & Sopiah, 2010).

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 4

    2) Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)

    Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang

    memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat

    tidaklah dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud

    umumnya tentang Data berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif.

    Sumber data ataupun fakta tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari

    suatu media massa, jurnal, laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian

    sebelumnya. Peneliti hendaknya memperhatikan pula kualitas dan ke-

    aktual-an fakta-fakta yang dikemukakan tersebut.

    3) Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need)

    Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian,

    yaitu memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah

    dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu penelitian akan memiliki nilai

    lebih apabila hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu

    permasalahan atau kepentingan yang lain.

    4) Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan

    Masalahnya (Difficulty)

    Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau

    meneliti masalah tersebut masih langka atau jarang. Jadi, jika masalah

    tersebut diteliti, maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang

    berharga bagi siapa pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti

    tersebut.

    C. SYARAT MASALAH PENELITIAN

    Penelitian akan berjalan dengan baik apabila peneliti mampu

    memahami masalah penelitian dengan baik. Masalah penelitian dapat

    dikembangkan dari berbagai sumber, diantaranya adalah:

    1. Kepustakaan.

    2. Bahan diskusi temu ilmiah, hasil seminar, simposium atau lokakarya.

    3. Pengalaman dan Observasi Lapangan.

    4. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif.

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 5

    Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut

    Hulley & Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) harus memenuhi persyaratan

    atau kriteria FINER ( yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical, Relevan, ),

    maksudnya:

    1. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.

    2. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya

    yang aktual sehingga menarik untuk diteliti.

    3. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi penemuan atau

    penelitian terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasilpenelitian

    sebelumnya, atau menemukan sesuatu yang baru.

    4. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan dengan Etika.

    5. Relevan: masalah penelitian sebaiknya disesuaikan juga dengan

    perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ditujukan untuk

    meningkatkan atau mengembangkan keilmuan dan penelitian yang

    berkelanjutan.

    D. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

    Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah

    tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan

    penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi

    sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Rumusan Masalah

    atau PROBLEM FORMULATION atau RESEARCH PROBLEM adalah Suatu

    rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya

    sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena

    yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik

    sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

    Sehingga Rumusan Masalah merupakan formulasi dari pertanyaan

    penelitian, yang artinya merupakan kesimpulan pertanyaan yang terkandung

    dalam pertanyaan penelitian.

    Dengan demikian Perumusan Masalah merupakan jawaban atas

    pertanyaan: apa masalah penelitian itu ? (Danim, S. 2003). Untuk itu harus pula

    dibedakan antara Perumusan Masalah dengan Pertanyaan Penelitian. Untuk

    Pertanyaan Penelitian lebih mengacu pada Tujuan Khusus dan segi-segi tehnis

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 6

    pengumpulan data. Rumusan Masalah umumnya dalam bentuk pertanyaan,

    dan jarang sekali dalam bentuk pernyataan, walaupun dalam bentuk

    pernyataan pun banyak ahli yang tidak mempermasalahkan. Tapi Tuckman

    (1972) dalam Danim,S. (2003) menganjurkan agar Rumusan Masalah

    hendaknya dalam bentuk Pertanyaan. Dimana sebuah Pertanyaan itu

    mempunyai 2 (Dua) ciri utama yaitu:

    a) Memuat Kata Tanya dan

    b) Diakhiri Dengan Tanda Tanya.

    Dalam bahasa penelitian, kata tanya yang dipakai sebaiknya "kata tanya

    baku". Sebagai contoh perbedaan kata tanya tidak baku dan kata tanya baku:

    TIDAK BAKU BAKU Apa Apakah

    Bagaimana Bagaimanakah

    Sejauh mana Sejauh manakah

    Ada Adakah

    Yang mana Yang manakah

    Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam

    kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang

    menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan

    kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.

    Selanjutnya SIFAT Perumusan Masalah penelitian dapat dibedakan

    menjadi 2 (Dua) Sifat, yaitu:

    1. Perumusan Masalah Deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar

    fenomena atau variabel.

    2. Perumusan Masalah Eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan

    adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena/ variabel.

    Rumusan masalah penelitian bisa dibuat oleh seorang peneliti melalui

    beberapa kemungkinan latar belakang yang dibuat:

    1. Setelah menyadari adanya suatu permasalahan kehidupan yang sedang

    dihadapi manusia atau masyarakatnya. Masalah kehidupan yang sedang

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 7

    hangat dibicarakan dalam buku ini disebut "topik masalah" Topik masalah

    inilah yang menyadarkan seorang pemikir untuk berperan memecahkan

    sejumlah rumusan masalah penelitian yang terkait dengan topik masalah itu

    tadi.

    2. Setelah menyadari potensi permasalahan di masa datang setidaknya menurut

    pandangan dan pertimbangan teoritis dari suatu bidang keilmuan. Potensi

    permasalahan itu perlu diantisipasi pemecahannya. Sehubungan dengan itu

    diperlukan penelitian terhadap butir-butir permasalahan yang secara khusus

    telah dirumuskan.

    Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih

    butir masalah penelitian. Ada 5 (Lima) Tipe Topik Masalah Penelitian yang dapat

    digarap oleh seorang peneliti, yaitu:

    Tipe 1

    Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena yang

    merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat lanjutannya

    dapat di atasi atau dipacu.

    Tipe 2 Keperluan Memperbaiki kesalahan yang tengah berjalan agar

    kelemahan-kelemahan yang ada dapat di atasi

    Tipe 3

    Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu

    kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk menaikkan

    yang positif dan menihilkan yang negatif

    Tipe 4 Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih

    Konseptional sehingga dapat menjadi operasional.

    Tipe 5

    Keperluan membuat pendekatan baru atau alternative guna

    meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran yang

    telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.

    Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya

    mengidentifikasi dan merumuskan "masalah penelitian". Upaya membuat Karya

    Tulis Ilmiah atau Skripsi atau bahkan Tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain

    adalah mempraktekkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu mahasiswa

    bertindak sebagai Peneliti Pemula dan sebenarnya sedang dilatih menjadi

    seorang "Problem Solver" (Pemecah Masalah) yang efektif. Untuk itu dalam

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 8

    merumuskan masalah harus memenuhi Syarat-Syarat atau Kriteria sebagai

    berikut:

    1. Rumusan masalah harus jelas, padat dan dapat dipahami oleh orang lain

    2. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung

    pemecahan masalah penelitian

    3. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan

    sementara (Hipotesis)

    4. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

    5. Suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat

    kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif,

    maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang

    menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan

    manusia.

    6. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan

    perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan

    memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-

    teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.

    7. Dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual,

    sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula,

    dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi

    kehidupan manusia.

    E. Kegunaan atau Fungsi Rumusan Masalah

    Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:

    1) Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau

    dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu

    menjadi ada dan dapat dilakukan.

    2) Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.

    Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang

    dan berubah setelah peneliti sampai dilapangan.

    3) Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan

    oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh

    peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 9

    tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah

    peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data

    yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.

    4) Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi

    mudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel

    penelitian.

    F. VARIASI PENEMPATAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

    Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati

    beberapa variasi, antara lain:

    1) Ada yang menempatkannya di bagian sistematika peneliti,

    2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama

    dengan latar belakang penelitian.

    3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.

    Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak

    terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang

    bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu

    dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari

    kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh

    siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan

    perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan

    penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan

    penelitian yang telah dirumuskan.

    G. BENTUK-BENTUK PERMASALAHAN PENELITIAN

    Apabila dilihat dari Bentuknya, maka Masalah Penelitian terdiri dari beberapa

    bentuk, yaitu:

    1) Permasalahan DESKRIPTIF

    Adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap

    keberadaan variable mandiri, baik satu variable atau lebih. Jadi tidak

    bersifat membandingkan dan mencari hubungan.

    contoh: Seberapa tinggi efektifitas penyuluhan terhadap peningkatan

    pengetahuan responden?

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 10

    2) Permasalahan KOMPARATIF

    Adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan

    keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sample yang

    berbeda.

    Contoh: Adakah perbedaan kualitas pengukuran tekanan darah antara

    lengan kanan dan lengan kiri ?

    3) Permasalahan ASOSIATIF

    Adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua

    variablel atau lebih, yang terdiri atas:

    a. Hubungan Simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau

    lebih yang kebetulan munculnya bersama, bukan hubungan kausal

    maupun interaktif.

    Contoh: Adakah hubungan antara kebiasaan olah raga dengan

    prestasi ujian?

    b. Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.

    Contoh: Adakah pengaruh Placebo terhadap penurunan nyeri

    Arthritis pada lansia?

    c. Hubungan Interaktif/ Resiprocal/ Timbal balik, adalah

    hubungan yang saling mempengaruhi.

    Contoh: Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi dalam

    pembelajaran?

    ------------- ooo0ooo ------------

    SUMBER PUSTAKA:

    1. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

    2. Budiarto,E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar,

    Jakarta, EGC.

    3. Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung. PT. Refika Aditama

    4. Chandra. B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. EGC

    5. Creswell.J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

    Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

    6. Danim. S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. CV. Pustaka Setia.

  • Metodologi Penelitian: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH. Page 11

    7. Dawson, C. (2010). Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan. Yogyakarta.

    Pustaka Pelajar.

    8. Hadi.S. (2001). Metodologi Research. Jilid 3. Yogyakarta. Andi Offset.

    9. Heriyanto. A., Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta. Prestasi Pustaka

    10. Ideputri, M.E., Muhith, A., Nasir, A. (2011). Buku Ajar Metodologi

    Penelitian: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Tesis untuk Mahasiswa

    Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.

    11. Mardalis (2002). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta, Bumi

    Aksara.

    12. Nasution (2003). Metode Research. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

    13. Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka

    Cipta.

    14. Pratiknya, A.W. (2007). Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

    Kesehatan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

    15. Sangaji, E.M., Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis

    dalam Penelitian. Yogyakarta. Andi Offset.

    16. Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendikia

    Press

    17. Sastroasmoro S, Ismael S (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

    Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto

    18. Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

    Graha Ilmu.

    19. Siswanto, Susila, & Suyanto(2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan

    Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

    20. Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.