Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
-
Upload
rendra-visual -
Category
Business
-
view
105 -
download
1
Transcript of Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
ISLAMIC BUSINESS COACHINGGELOMBANG IV
Materi 10Oleh: H. Dwi Condro Triono, Ph.D
HUKUM KETENAGAKERJAAN
ISLAMH. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D
Seluruh Harta Kekayaan
Kepemilikan (Al-Milkiyah)
Kepemilikan Umum Kepemilikan NegaraKepemilikan Individu
1. Barang yang menjadi kebutuhan umum
2. Tambang dalam jumlah besar
3. Barang yang tidak dapat dimiliki individu
1. Jizyah2. Kharaj3. Ghanimah4. Fa’i5. ‘Usyur6. 20% rikaz7. Harta tanpa ahli waris8. Harta orang murtad9. Berbagai lahan, bangu-
nan milik negara
Dikelola Negara
MekanismePasar
Syari’ah
? Dikelola Negara
RUMAH TANGGA PERUSAHAAN
UANG
BARANG & JASA
PASAR BARANG
PASAR FAKTOR PRODUKSI
LAHAN TENAGA KERJA MODAL
UANG
HUKUM PERMODALAN
HUKUM KETENAGAKERJAAN
HUKUM LAHAN (PERTANIAN)
HUKUM INDUSTRI
HUKUM PERDAGANGAN DALAM NEGERI
HUKUM PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
HUKUM PERSEROAN
MEKANISME PASAR SYARI’AH
PENGANTAR
• Tenaga kerja adalah faktor produksi kedua yang perlu diatur dalam sebuah perekonomian pasar. • Tenaga kerja bersama dengan faktor produksi yang lain,
yaitu lahan dan permodalan akan berperan penting dalam peningkatan produksi. • Oleh karena itu, jika sebuah perekonomian menginginkan
agar dapat terus tumbuh dan berkembang, maka faktor tenaga kerja ini harus mendapat perhatian yang serius.• Dalam ekonomi pasar bebas, permasalahan
ketenagakerjaan senantiasa menimbulkan banyak problem yang seakan tak berujung pangkal. • Posisi tenaga kerja atau kaum buruh dalam ekonomi
kapitalisme akan senantiasa tertindas.
PROBLEMA KETENAGAKERJAAN
• Untuk menyelesaikan problem ketenagakerjaan, maka kita harus mampu melihat apa yang menjadi akar dari masalah ketenagakerjaan. • Permasalahan yang paling krusial dalam ketenagakerjaan
adalah menyangkut pemberian kompensasi atau upah yang harus diberikan oleh pihak yang mempekerjakan kepada pihak yang dipekerjakan. • Masalah inilah yang dapat menimbulkan konflik yang
berkepanjangan antara pekerja dan pemberi kerja, sehingga membutuhkan pengaturan dan penataan lebih lanjut dengan hukum-hukum tertentu.• Sedangkan masalah yang lain, seperti keselamatan kerja,
cuti kerja, etos kerja, ketrampilan kerja, layanan kerja dll., dapat dianggap sebagai masalah turunan dari persoalan dunia ketenagakerjaan.
PANDANGAN KAPITALISME
• Posisi kaum buruh dalam ekonomi kapitalisme hanya akan ditempatkan sebagai salah satu komponen faktor produksi.• Konsekuensinya, dalam rangka untuk mendapatkan
keuntungan yang setinggi-tingginya, maka upah buruh sebagai salah satu faktor produksi harus ditekan serendah rendahnya. • Dari sinilah kemudian muncul istilah hukum upah besi atau the iron wage’s law, yaitu: upah buruh tidak dapat dinaikkan dan tidak dapat diturunkan. • Upah buruh akan tetap bertengger pada posisi untuk
sekedar pemenuhan kebutuhan fisik minimum (KFM)-nya saja.
• Menurut sosialisme, kaidah ketenagakerjaan yang adil adalah:• “(Pekerjaan) bagi masing-masing itu sesuai dengan kemampuan atau kesanggupannya, sedangkan perolehan bagian (upah) bagi masing-masing itu sesuai dengan kerjanya”.• Sosialisme memandang bahwa kerja dari seorang pekerja merupakan asas yang paling utama dalam produksi barang. • Upah untuk seorang pekerja akan ditentukan
berdasarkan barang yang diproduksinya. • Seluruh biaya produksi akan dikembalikan kepada satu
unsur saja, yaitu kerja.
PANDANGAN SOSIALISME
• Aktivitas jual-beli dengan sewa tenaga itu adalah aktivitas yang berbeda. • Pandangan dari kapitalisme dan sosialisme yang
mengaitkan upah dengan barang yang dihasilkan secara langsung, tidak sesuai dengan fakta. • Seharusnya penentuan upah itu berdiri sendiri. • Penilainnya hanya terkait dengan tenaga yang telah diberikan kepada pengguna tenaga tersebut. • Baik pemberian tenaga itu menghasilkan barang atau tidak, termasuk barang yang dihasilkan itu bernilai tinggi atau tidak. • Jika seseorang telah memberikan tenaganya, maka
kewajiban dari pengguna tenaga adalah memberikan kompensasinya, yaitu memberikan upah kepada pekerjanya.
FAKTA KETENAGAKERJAAN
DALIL-DALIL KETENAGAKERJAAN
بعضهم • ورفعنا بينهممعيشتهمفيالحياةالدنيا أهميقسمونرحمةربكنحنقسمنايجمعون ورحمتربكخيرمما سخريا بعضهمبعضا فوقبعضدرجاتليتخذ
﴿٣٢﴾• “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan (memanfa’atkan) sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az-Zukhruf: 32).
عليه • ه الل صلى بي الن واستأجر عنها ه الل رضي عائشة عنعدي بن عبد بني من ثم الديل بني من رجال بكر وأبو م وسل - : الطريق على ليدلهما بالهداية الماهر الخريت يتا خر هاديا
الهجرة في لهما أذن عندما وذلك• "Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasulullah SAW dan Abu Bakar
pernah mempekerjakan seorang laki-laki dari Bani Ad-Dil, kemudian dari Bani Abdi bin Adi, sebagai penunjuk jalan, yaitu saat keduanya hijrah." (HR Bukhari).
• أجورهن فآتوهن لكم أرضعن ﴾٦فإن• “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu,
maka berikanlah kepada mereka upahnya” (QS. Ath-Thalaq: 6).
DALIL KETENAGAKERJAAN
• : غدر، ثم بي اعطى رجل القيامة يوم خصمهم أنا ثالثةفاستوفى أجيرا إستأجر ورجل ثمنه، فأكل ا حر باع رجل
أجره يوفه ولم منه• “Tiga orang yang Aku musuhi pada hari kiamat nanti,
adalah orang yang telah memberikan (baiat kepada Khalifah) karena Aku, lalu berkhianat; orang yang menjual (sebagai budak) orang yang merdeka, lalu dia memakan harga (hasil) penjualannya; serta orang yang mengontrak pekerja kemudian pekerja tersebut menunaikan pekerjaannya, sedang orang itu tidak memberikan upahnya” (HR Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
DALIL KETENAGAKERJAAN
DEFINISI KETENAGAKERJAAN DALAM ISLAM
•. : العوض وهو األجر من مشتقة اللغة في اإلجارة• Ijarah arti bahasa: berasal dari akar kata al-ajru, yaitu: upah
atau kompensasi.بعوض • المنفعة على عقد هي فاإلجارة الشرع في أما
• Menurut istilah syar'i, Ijarah adalah akad atas manfaat dengan pengganti kompensasi (iwadh). • Atau, dengan definisi yang hampir sama:
بعوض • منفعة تمليك هي اإلجارة• Ijarah adalah akad untuk memiliki suatu manfaat dengan
pengganti atau kompensasi (‘iwadh).
• Berdasarkan jenis manfaat, ada 3 (tiga) macam ijaroh:1. Ijarah untuk manfaat benda atau barang ( منفعة
) disebut penyewaan benda ,(العين األعيان .(استأجارMisalnya: penyewaan (rental) mobil, penyewaan komputer, penyewaan AC, penyewaan rumah dll.
2. Ijarah untuk manfaat perbuatan ( العمل .(منفعةMisalnya: jasa dokter, jasa arsitek, jasa bimbingan belajar, jasa kursus, dll.
3. Ijarah untuk manfaat orang ( الشخص .(منفعةMisalnya: jasa pembantu rumah tangga, jasa buruh, dll.
MACAM-MACAM IJAROH
RUKUN IJAROTUL-AJIR
1. Ajir, yaitu harus ada pihak yang menjadi tenaga kerja, buruh atau pegawai.
2. Musta’jir, yaitu harus ada pihak yang menjadi pengguna tenaga kerja atau majikan.
3. Akad, yaitu harus ada pelafadzan ijab qobul atau yang dapat menggantikannya dalam bentuk tulisan atau surat kontrak kerja yang ditandatangani.
4. Ujroh atau iwadh, yaitu harus ada penentuan besaran upah, gaji, honor, imbalan pengganti atau kompensasi yang akan diberikan.
5. Manfa’at, yaitu harus ada suatu bentuk kemampuan atau kelayakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia.
SYARAT IN’IQAD IJAROTUL-AJIR
•Syarat In’iqad, yaitu dua pihak yang berakad (aqidain) haruslah memenuhi syarat:1. Baligh (mumayyiz = 7 tahun).2. Berakal (gila, mabuk: tidak sah).3. Bukan budak (orang yang merdeka).4. Tidak ada paksaan.
SYARAT SAH IJAROTUL-AJIR
•Syarat Sah ijarotul-ajir:1. Ridha aqidain, yaitu dua belah pihak yang
berakad harus saling ridha.2. Jasa yang ditransaksikan adalah jasa yang halal
dan bukan jasa yang haram.3. Ma’qud ‘alaih (objek akad) harus ma’lum
(jelas diketahui).
•Dalam pembuatan akad kontrak kerja itu diharuskan berisi klausul-klausul yang benar-benar jelas (ma’lum), yang dapat difahami oleh kedua belah pihak.•Dalam membuat akad kontrak kerja tidak boleh mengandung klausul-klausul yang belum jelas (majhul). •Untuk penentuan akad kontrak kerja yang ma’lum atau jelas, paling tidak ada 4 unsur yang harus diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu oleh pekerja dan pemberi kerja.
PEMBUATAN KONTRAK TENAGA KERJA
1.Bentuk dan jenis pekerjaan (nau’ul-’amal)
2.Masa kerja (Muddatul-‘amal)3.Upah kerja (ujratul-’amal)4.Tenaga yang dicurahkan saat bekerja
(juhdul-’amal)
EMPAT UNSUR KONTRAK TENAGA KERJA
• Jenis pekerjaan harus tertuang dengan jelas spesifikasinya dalam akad kontrak kerja. • Jenis kerja yang tertulis tidak boleh terlalu umum, sehingga dapat
meimbulkan bias antara kedua belah pihak. • Jika dalam akad kontrak kerja itu jenis pekerjaannya masih kabur, maka
hukumnya adalah rusak (fasad).• Seorang pekerja diharapkan akan dapat mengukur kemampuannya dan
kesanggupannya melaksanakan tugasnya. • Jika majikan akan memberi pekerjaan diluar tugasnya, maka pekerja bisa
menolaknya atau meminta tambahan kompensasi. • Kecuali, jika mereka sepakat bahwa tambahan pekerjaan itu hanya bersifat
tolong-menolong, maka tidak perlu ada kompensasi tambahan.
1.BENTUK DAN JENIS PEKERJAAN (NAU’UL-’AMAL)
1. Kontrak kerja yang hanya perlu menyebutkan takaran pekerjaannya saja, tanpa harus menyebutkan masa kerjanya (waktu kerjanya). Misalnya saja membuat baju model tertentu.
2. Kontrak kerja yang hanya menyebutkan masa kerjanya, tetapi tidak menentukan takaran kerjanya. Misalnya: menjadi sopir selama 1 hari.
3. Kontrak kerja yang menyebutkan masa kerjanya, sekaligus menyebutkan takaran kerjanya. Misalnya: membangun rumah tipe 45 selama 3 bulan.
1. MASA KERJA (MUDDATUL-‘AMAL)
•Untuk kontrak kerja kelompok 2 dan 3, yaitu kelompok kontrak kerja yang harus menyebutkan waktunya (masa kerjanya), maka dalam akad kontrak kerja ini wajib mencantumkan masa kerjanya. •Sebab, jika masa kerja tidak disebutkan dalam akad kontrak tersebut, maka akan menimbulkan ketidakjelasan (majhul) dalam akad kontraknya.
KETENTUAN UNTUK MASA KERJA
• Dalam akad kontrak kerja harus jelasnya besaran upah (gaji) yang akan diberikan. • Hadits Rasul SAW. Sabda beliau:
أجره • فليعلمه أجيرا أحدكم استأجر إذا• “Apabila salah seorang di antara kalian mengontrak
(tenaga) seorang pekerja, maka hendaklah ia beritahukan kepadanya upahnya (gajinya)” (HR. Ad-Daruqudni).• Jika upahnya tidak jelas, maka akad kontrak kerjanya tidak sah.• Contoh upah tidak jelas: upah 10 % dari hasil
penjualannya. • Bentuk penentuan upah seperti itu tidak sah, sebab
masih belum jelas (majhul).
3. UPAH KERJA (UJRATUL-’AMAL)
• Allah SWT melarang seorang majikan membebani pekerjaan kepada seorang pekerja yang diluar batas kemampuannya. • Allah SWT berfirman:
• ﴿ ه�ا ه� س� و ه�� إ��ل اا س�س ه� و� �� �ل و� ل� ه� و� ه� ﴾٢٨٦ل• “Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kemampuannya” (QS. Al-Baqarah: 286).• Untuk memudahkan yang mendekati batasan tersebut, dapat
digunakan pendekatan hitungan jam kerja dalam sehari. • Sehingga, pembatasan jam kerja ini dapat dijadikan sebagai
ukuran yang jelas untuk menentukan besarnya tenaga yang harus dikeluarkan oleh seorang pekerja.
4. TENAGA YANG DICURAHKAN (JUHDUL-’AMAL)
• Kaum buruh tidak akan ditindas lagi oleh majikannya, sebab mereka akan bisa memperoleh upah sesuai dengan manfa’at yang telah diberikan kepada majikannya. Jika manfa’at yang diberikan tinggi, maka dia berhak mendapat upah yang tinggi dan sebaliknya. Upah tidak disamaratakan, yang hanya didasarkan kepada kebutuhan fisik minimum (KFM) dari pekerjanya untuk hidup dalam sebulan saja.• Pihak majikan juga tidak akan dirugikan, khususnya
jika serikat buruh mampu memaksakan agar standar upah minimumnya dinaikkan dengan kenaikan yang tinggi untuk semua pekerjanya. Padahal faktanya, manfa’at yang diberikan pekerja itu berbeda-beda. Majikan dapat memberikan upah sesuai manfa’at dari masing-masing pekerjanya, sehingga tidak akan membebaninya lagi.
MANFAAT YANG DIHARAPKAN