Materi Hukum Jaminan.doc

26
Hukum jaminan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur ketentuan mengenai jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sudah sering mendengar istilah jaminan. Jaminan dalam pengertian bahasa sehari-hari biasanya merujuk pada pengertian adanya suatu benda atau barang yang dijadikan sebagai pengganti atau penanggung pinjaman uang terhadap seseorang. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, jaminan diartikan sebagai tanggungan. Sedangkan pengertian jaminan yang diberikan oleh Hartono Hadisoeprapto dalam Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. Pengaturan Mengenai Hukum Jaminan Pengaturan mengenai hukum jaminan bersumber dari undang-undang dan peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai hukum jaminan dapat ditemukan dalam pasal 1131 KUHPerdata. Sementara pengaturan hukum jaminan oleh Undang-Undang dapat ditemukan antara lain dalam : Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur tentang pembelian objek jaminan kredit oleh bank pemberi kredit dalam rangka kredit maceet debitur, pada Pasal 12A; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 yang menetapkan agunan untuk pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah oleh Bank Indonesia kepada bank yang memiliki kesulitan pendanaan jangka pendek, sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2). Selain itu, terdapat pula peraturan pemerintah sebagai aturan pelaksana dari perundang-undangan yang mengatur mengenai hukum jaminan khususnya mengenai hukum jaminan fidusia. Pengaturan mengenai hukum jaminan fidusia ini dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Transcript of Materi Hukum Jaminan.doc

Page 1: Materi Hukum Jaminan.doc

Hukum jaminan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur ketentuan mengenai jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sudah sering mendengar istilah jaminan. Jaminan dalam pengertian bahasa sehari-hari biasanya merujuk pada pengertian adanya suatu benda atau barang yang dijadikan sebagai pengganti atau penanggung pinjaman uang terhadap seseorang.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, jaminan diartikan sebagai tanggungan. Sedangkan pengertian jaminan yang diberikan oleh Hartono Hadisoeprapto dalam Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.

Pengaturan Mengenai Hukum Jaminan

Pengaturan mengenai hukum jaminan bersumber dari undang-undang dan peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai hukum jaminan dapat ditemukan dalam pasal 1131 KUHPerdata. Sementara pengaturan hukum jaminan oleh Undang-Undang dapat ditemukan antara lain dalam :

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur tentang pembelian objek jaminan kredit oleh bank pemberi kredit dalam rangka kredit maceet debitur, pada Pasal 12A;

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 yang menetapkan agunan untuk pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah oleh Bank Indonesia kepada bank yang memiliki kesulitan pendanaan jangka pendek, sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2).

Selain itu, terdapat pula peraturan pemerintah sebagai aturan pelaksana dari perundang-undangan yang mengatur mengenai hukum jaminan khususnya mengenai hukum jaminan fidusia. Pengaturan mengenai hukum jaminan fidusia ini dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Asas-Asas Hukum Jaminan

Asas mengenai jaminan utang dalam hukum jaminan

Jaminan pemberian utang oleh kreditur terhadap debitur telah diatur dengan Undang-Undang. Dalam hukum jaminan terdapat 2 (dua) asas umum mengenai jaminan, antara lain:

Dalam pasal 1131 KUH Perdata, yang menentukan bahwa segala harta kekayaan debitur, baik yang berupa benda bergerak maupun benda tetap, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi jaminan atau agunan bagi semua perikatan yang dibuat oleh debitur dengan para krediturnya.

Dalam pasal 1132 KUH Perdata, menyebutkan bahwa apabila debitur wanprestasi, maka hasil penjualan atas semua harta kekayaan atas debitur tanpa kecuali, merupakan sumber bagi pelunasan utangnya.

Asas Mengenai Hak Jaminan dalam Hukum Jaminan Asas Territorial, yakni menentukan barang jaminan yang ada di suatu negara hanya dapat

dijadikan jaminan hutang apabila perjanjian hutang maupun pengikatan hipotik tersebut dibuat di negara tersebut;

Asas Aksesoir merupakan asas yang merujuk pada pasal 1821 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa suatu perjanjian dapat diadakan apabila terdapat perjanjian pokoknya;

Asas Hak Preferensi bahwa pihak kreditur kepada siapa debitur telah menjamin hutangnya pada umumnya mempunyai hak atas jaminan kredit tersebut untuk pelunasan hutangnya yang mesti didahulukan dari kreditur yang lain;

Asas Non-Distribusi menyebutkan bahwa suatu hak jaminan tidak dapat dipecah-pecah kepada beberapa orang kreditur;

Asas Publisitas yang menyatakan bahwa suatu jaminan hutang harus dipublikasikan sehingga diketahui oleh khalayak umum;

Page 2: Materi Hukum Jaminan.doc

Asas Eksistensi Benda, menyebutkan bahwa suatu hipotik atau hak tanggungan hanya dapat diletakkan pada benda yang benar-benar ada;

Asas Eksistensi Perjanjian Pokok, yakni bahwa benda jaminan dapat diikat setelah adanya perjanjian pokok;

Asas Larangan Janji Benda Jaminan Dimiliki Untuk Sendiri, yakni asas yang melarang kreditur untuk memiliki benda jaminan untuk diri sendiri;

Asas Formalism, menyebutkan bahwa terdapat tata cara atau prosesi yang telah diatur oleh Undang-Undang untuk membuat atau melaksanakan suatu perjanjian, antara lain adanya keharusan untuk pembuatan akta, keharusan untuk melakukan pencatatan, keharusan untuk melaksanakan didepan pejabat tertentu, keharusan penggunaan instrumen tertentu dan adanya keharusan penggunaan kata-kata tertentu dalam perjanjian;

Asas Mengikuti Benda, yakni hak jaminan adalah hak kebendaan sehingga hak jaminan akan selalu ada pada suatu benda yang telah dijaminkan walaupun benda tersebut telah berpindah kepemilikannya,

Klasifikasi Jaminan dalam Hukum Jaminan Jaminan Umum dan Jaminan Khusus Jaminan Pokok, Jaminan Utama dan Jaminan Tambahan

Jaminan Kebendaan dan Jaminan Perorangan

Jaminan Regulatif dan Jaminan Non Regulatif

Jaminan Konvensional dan Jaminan Non Konvensional

Jaminan Eksekutorial dan Jaminan Non Eksekutorial Khusus

Jaminan Serah Benda dan jaminan Serah Kepemilikan

Page 3: Materi Hukum Jaminan.doc

Hukum jaminan : Pengertian dan macam-macam jaminan

Pengertian Jaminan dlm kehidupan sehari2

Jaminan adalah sesuatu benda atau barang yang dijadikan sebagai tanggungan dalam bentuk pinjaman uang.

Jaminan menurut kamus diartikan sebagai tanggungan {Wjs Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia}.

Jaminan adalah sesuatu yg diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yg dapa dinilai dg uang yg timbul dr suatu perikatan {Hartono Hadisoeprapto, Pokok2 Hk Perikatan & Jaminan]

ThomasSuyatnodkk.memberikan pengertian jaminan kredit adalah

‘penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggulangi pembayaran kembali suatu utang”.

Ps.8 UU N0.10 1998 jaminan adalah keyakinan atas kemampuandan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dg yg diperjanjikan.

Jaminan mrt kamus perbankan

Jaminan yg diberikan oleh bank, jaminan tersebut dpt berupa jaminan fisik atau non fisik. Jaminan fisik berbentuk barang, sedangkan jaminan non fisik berupaa avalist

[penanggung atau penjaminwesel.

Djuhaendah Hasan memberikkan pengertian Hukum Jaminan dan pengertian jaminan yaitu “sarana perlindungan bagi keamanan kreditur yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamindebitur

Hukum jaminanadalah perangkat hukumygmengatur ttg jaminan dr pihak debitur atau dr pihak ketiga bagi kepastian pelunaan piutang kreditur ataupelaksanaan suatu prestasi.

MACAM-MACAM JAMINAN

1. Mrt terjadinya yaitu jaminan yg lahir krn ditentukan oleh uu yaitujaminan umum dan jaminan yg lahir krn perjanjian yaitu jaminan khusus.

Mrt Sifatnya yaitu jaminnan yg bersifat kebendaan adalah jaminanyg berupa hak mutlak atas suatu benda ygmempunyai ciri2 : mempunyai hubungan langsung ats benda ttt dr debitur,dpt dipertahankanterhadapsiapapun, selalumengikuti bendanya,dandpt diperalihkan.

Jaminan perorangan adalah jaminan yg menimbulkanhub langsung pd perseorangan ttt, hanya dptdipertqahankan thdp debitur ttt, terhadap harta kekayaan debitur semuanya. ( Sri Soedewi M Sofwan)

Menurut Obyeknya

jaminan yg tergolong dalam jaminan umum ialah seluruh harta debitur yang dijadikan jaminan atas utang debitur

( Ps. 1131 dan Ps. 1132 KUHPerdata).jaminan khusus ialah jaminan kebendaan dan jaminan perorangan.

Menurut Penguasaannya

Jaminan dengan penguasaan bendanya dan jaminan yg tanpa penguasan bendanya.

Page 4: Materi Hukum Jaminan.doc

HUKUM JAMINAN

A. PENGERTIAN HUKUM JAMINAN

Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidsstelling atau security of law. Dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional tentang lembaga hipotek dan jaminan lainnya ,yang diselenggarakan di Yogyakarta ,pada tanggal 20 sampai dengan 30 juli 1977, disebutkan bahwa hukum jaminan ,meliputi pengertian ,baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan .Pengertian jaminan ini mengacu pada jenis jaminan, bukan pengertian.Definisi ini menjadi tidak jelas ,karena yang dilihat hanya dari penggolongan jaminan.Pengertian hukum jaminan dari berbagai pendapat para ahli1. Prof. Sri Soedewi Masjhoen SofwanHukum jaminan adalah hukum mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan .Peraturan demikian harus cukup menyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar,dengan jangka waktu lama dan bunga yang relatif rendah.Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjhoen Sofwan ini merupakan suatu konsep yuridis yang berkaitan dengan penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan pada masa yang akan dating. Sedangkan saat ini telah dibuat berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jaminan.2. J satrioHukum jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur jaminan-jaminan piutang seorang kreditor terhadap debitor.Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditor semata-mata,tetapi tidak memperhatikan hak-hak debitor.Padahal subjek kajian hukum jaminan tidak hanya menyangkut kreditor semata-mata,tetapi juga erat kaitannya dengan debitor.

3. Salim H.SHukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.4. Prof. M. Ali MansyurHukum jaminan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara kreditor dan debitor yang berkaitan dengan pembebanan jaminan atas pemberian kredit.Dari pendapat diatas dapat ditarik benang merah bahwa hukum jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi jamianan dengan penerima jaminan dengan menjaminkan benda- benda sebagai jaminan.

B. SISTEM DAN ASAS-ASAS HUKUM JAMINAN 1. Sistem Hukum JaminanSistem pengaturan hukum jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Sistem hukum jaminan di Indonesia adalah menganut sistem tertutup (closed system) artinya orang tidak dapat mengadakan hak-hak jaminan baru ,selain yang telah ditetapkan dalam undang-undang.2. Asas-Asas Hukum Jaminana. Asas publicitetBahwa semua hak tanggungan harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten / Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ,sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan didepan pejabat pendaftaran dan pencatat balik nama yaitu Syahbandarb. Asas specialitetHak tanggungan ,hak fidusia dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atau atas barang-

Page 5: Materi Hukum Jaminan.doc

barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu, harus jelas, terperinci dan detail.c. Asas tidak dapat dibagi-bagiAsas dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan ,hak fidusia, hipotek dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian (benda yang dijadikan jaminan harus menjadi suatau kesatuan dalam menjamin hutang).d. Asas inbezittstellingYaitu barang jaminan harus berada ditangan penerima jaminan (pemegang jaminan)e. Asas horizontalYaitu bangunan dan tanah tidak merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai ,baik tanah negara maupun tanah hak milik .Bangunannya milik dari pemberi tanggungan ,tetapi tanahnya milik orang lain,berdasarkan hak pakai dapat dijadikan jaminan,namun dalam praktek perbankan tidak mau menerima prinsip ini,karena akan mengalami kesulitan jika tejadi wanprestasi.

C. JENIS JAMINAN Jenis jaminan dapat digolongkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia dalam pasal 24 UU No. 7 Th. 1992 tentang perbankan ditentukan bahwa; “ Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk hukum koperasi ,kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku”.Jaminan dapat dibedakan 2 macam yaitu1. Jaminan kebendaan Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun,selalu mengikuti benda dimana berada dan dapat dialihkan.

Jaminan kebendaan mempunyai cirri-ciri ”kebendaan“ dalam arti mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan dimanapun berada (droit de suite),dan memberikan hak revindikasi.Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5(lima) macam yaitu :a. Gadai (pand) yang diatur dalam Bab 20 Buku II BWb. Hipotik kapal yang diatur dalam Bab 21 Buku II BWc. Credietverband yang diatur dalam Stb.1908 no.542 sebagaimana telah diubah dengan Stb. No.1937 no.190d. Hak tanggungan sebagaimana diatur dalam uu no.4 th.1996e. Jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam uu no.42 th.19992. Jaminan peroranganJaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,yang hanya dapat dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor pada umumnya. Jaminan perorangan dapat digolongkan menjadi 3 (empat) macam yaitu :a. Penanggungan (borg) adalah orang lain yang dapat ditagihb. Tanggung menanggung,yang serupa dengan tanggung rentengc. Perjanjian garansi

Page 6: Materi Hukum Jaminan.doc

FUDISIA

Fidusia menurut asal katanya berasal dari bahasa Romawi fides yang berarti kepercayaan. Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia. Begitu pula istilah ini digunakan dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dalam terminologi Belanda istilah ini sering disebut secara lengkap yaitu Fiduciare Eigendom Overdracht (F.E.O.) yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut Fiduciary Transfer of Ownership. Pengertian fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia terdapat berbagai pengaturan mengenai fidusia diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun telah memberikan kedudukan fidusia sebagai lembaga jaminan yang diakui undang-undang. Pada Pasal 12 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa,

1. Rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijadikan jaminan utang dengan :

1. dibebani hipotik, jika tanahnya hak milik atau HGB

2. dibebani fidusia, jika tanahnya hak pakai atas tanah negara.

2. Hipotik atau fidusia dapat juga dibebankan atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta rumah susun yang akan dibangun sebagai jaminan pelunasan kredit yang dimakksudkan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan rumah susun yang direncanakan di atas tanah yang bersangkutan dan yang pemberian kreditnya dilakukan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaan pembangunan rumah susun tersebut.

Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk menjamin pelunasan hutangnya.

Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia ini memberikan kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

Dari definisi yang diberikan jelas bagi kita bahwa Fidusia dibedakan dari Jaminan Fidusia, dimana Fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan dan Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia.

Pranala luar

(Indonesia) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Definisi Hak Tanggungan sesuai dengan Undang - undang no. 4 tanggal 9 April 1996 pasal 1 ayat 1 adalah:

" Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-kreditor lain."

Obyek Hak Tanggungan adalah :

Hak - hak atas tanah yaitu Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan (HGB),

Hak Guna Usaha (HGU),

Page 7: Materi Hukum Jaminan.doc

Hak Pakai (HP) dan

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS).

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. [[Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, tanggal 5 Maret 1998, Pasal 1 atat (1)

Pengertian FIDUSIA pasal 1 ayat 1

FIDUSIA ADALAH:

“pENGALIHAN HAK KEPEMILIKAN SUATU BENDA ATAS DASAR KEPERCAYAAN DENGAN KETENTUAN BAHWA BENDA YANG HAK KEPEMILIKANNYA YANG DIADAKAN TERSEBUT TETAP DALAM PENGUASAAN PEMILIK BENDA ITU.”

Dr. A. Hamzah dan Senjun Manulang mengartikan fidusia adalah:

“Suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya (debitur) berdasarkan adanya perjanjian pokok (perjanjian utang piutang) kepada kreditur, akan tetapi yang diserahkan hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh kreditur secara kepercayaan saja (sebagai jaminan uant debitur), sedangkan barangnya tetap dikuasai oleh debitur, tetapi bukan lagi sebagai eigenaar maupun bezitter, melainkan hanya sebagai detentor atau houder dan atas nama kreditur- eigenaar” (A. Hamzah dan Senjun Manulang, 1987).

Latar belakang timbulnya fidusia

Latar belakang timbulnya lembaga fidusia, sebagaimana dipaparkan oleh para ahli adalah karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand (gadai)mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat (Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, 1977: 15-116).

Dasar hukum jaminan fidusia

Apabila kita mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan perundang-undangan, yang menjadi dasar hokum berlakunya fidusia, dapat disajikan berikut ini.

Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij Arrest (negeri Belanda);

Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest (Indonesia); dan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

OBJEK JAMINAN FIDUSIA

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor. Tetapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang luas. Berdasarkan undang-undang ini, objek jaminan fidusia dibagi 2 macam, yaitu:

benda bergerak, baik yang berujud maupun tidak berujud; dan

benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan.

SUBJEK JAMINAN FIDUSIA ADALAH

Pemberi dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

Page 8: Materi Hukum Jaminan.doc

Pembebanan jaminan fidusia Ps.4-10

1. Dibuat dengan akta notaries dalam bahasa Indonesia. Akta jaminan sekurang-kurangnya memuat:

Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia; Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

Nilai penjaminan;

Nilai benda yang menjadi jaminan fidusia.

UTANG YANG PELUNASANNYA DIJAMINKAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA ADALAH:

uTANG YANG TELAH ADA; uTANG YANG AKAN TIMBUL DI KEMUDIAN HARI YANG TELAH DIPERJANJIKAN DALAM

JUMLAH TERTENTU, ATAU

uTANG YANG PADA UTANG EKSEKUSI DAPAT DITENTUKAN JUMAHNYA BERDASARKAN PERJANJIAN POKOK YANG MENIMBULKAN KEWAJIBAN MEMENUHI SUATU PRESTASI;

jAMINAN FIDUSIA DAPAT DIBERIKAN KEPADA LEBIH DARI SATU PENERIMA FIDUSIA ATAU KEPADA KUASA ATAU WAKIL DARI PENERIMA FIDUSIA;

jAMINAN FIDUSIA DAPAT DIBERIKAN TERHADAP SATU ATAU LEBIH SATUAN ATAU JENIS BENDA TERMASUK PIUTANG, BAIK YANG TELAH ADA PADA SAAT JAMINAN DIBERIKAN MAUPUN YANG DIPEROLEH KEMUDIAN. pEMBEBANAN JAMINAN ATAU BENDA ATAU PIUTANG YANG DIPEROLEH KEMUDIAN TIDAK PERLU

dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri kecuali diperjanjikan lain, seperti:

jaminan fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.

Jaminan fidusia biasanya dituangkan dalam akta notaries. Subtansi perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah. Ini dimaksudkan untuk melindungi pemberi fidusia. Hal-hal yang kosong dalam akta jaminan fidusia ini meliputi tanggal, identitas para pihak, jenis jaminan, nilai jaminan, dan lain-lain. Berikut ini disajikan perjanjian pembebanan akta jamina fidusia.

Fidusia1 Pengertian :Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.2 Jaminan Fidusia : 1. Menurut UU No. 42 tahun 1999 pasal 1angka 1 :Pengalihan suatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikannya diahlikan dan penguasaan tetap ada pada pemilik benda.2. Pasal 1 angka 2 UUJF :Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan atas perlunasan uatang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya.3. Objek Jaminan Fidusia :Benda segala sesuatu yang dapat memiliki dan dialihkan yang terdaftar maupun tidak terdaftar yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.4. Hapusnya jaminan Fidusia :1. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia2. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur3. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia

Page 9: Materi Hukum Jaminan.doc

4. Konkorndansi :1. Dasar yang efektif untuk mempelajari kata-kata2. Buku petunjuk untuk menemulan ayat-ayat dalam kitab suci3. Index,daftar,alfabetis kata pokok dari sebuah buku atau karya seorang penulis konteks terdekat.GADAI1.Pengertian GadaiGadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si piutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Badrul Zaman, 1991).

2. Sifat-sifat umum gadaia. Gadai adalah untuk benda bergerakArtinya obyek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud (hak tagihan).b. Sifat kebendaan.Artinya memberikan jaminan bagi pemegang gadai bahwa dikemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan.c. Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai.Artinya benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.d. Hak menjual sendiri benda gadai.Artinya hak untuk menjual sendiri benda gadai oleh pemegang gadai.e. Hak yang didahulukanf. Hak accessoir.Artinya hak gadai tergantung pada perjanjian pokok. (Badrul Zaman, 1991).

3.Barang yang dapat digadaiBarang yang dapat digadaikan yaitu semua barang bergerak seperti barang-barang perhiasan, elektronik, peralatan rumah tangga, mesin, tekstil, dll.Barang yang tidak dapat digadaikan seperti barang milik pemerintah, surat-surat berharga, hewan dan tanaman, bahan makanan dan benda yang mudah busuk, benda-benda yang kotor, benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain memerlukan izin, barang yang karena ukurannya yang besar maka tidak dapat disimpan digadaian, barang yang tidak tetap harganya. (Badrul Zaman, 1991).

4.Hak dan kewajiban pemegang gadai.a. Hak pemegang gadai.Menjual gadai dengan kekuasaan sendiri dan atau dengan perantara hakim, atas izin hakim tetap menguasai benda gadai, mendapat ganti rugi, retorsi dan hak undang-undang untuk didahulukan.b. Kewajiban pemegang gadai.Bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang gadai karena kelalaiannya, memberitahukan kepada pemberi gadai apabila barang gadai itu di jual dan bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai tersebut. (Badrul Zaman, 1991).

5. Hapusnya gadai :1. Perjanjian pokok2. Musnahnya benda gadai3. Pelaksanaan eksekusi4. Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela5. Pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai6. Penyalahgunaan benda gadai.

Perbedaan gadai dan hipotik :1. Gadai harus disertai dengan pernyataan kekuasaan atas barang yang digadaikan, sedangkan hipotik tidak.2 Gadai hapus jika barang yang digadaikan berpindah tangan ke orang lain, sedangkan hipotik tidak, tetapi teap mengikuti bendanya walaupun bendanya dipindahtangankan ke orang lain.3. Satu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai walaupun tidak dilarang, tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan diatas satu benda adalah sudah merupakan keadaan biasa.

Page 10: Materi Hukum Jaminan.doc

4. Adanya gadai dapat dibuktikan dengan segala macam pembuktian yang dapat dipakai untuk membuktikan perjanjian pokok sedangkan adanya perjanjian hipotik dibuktikan dengan akta otentik.

A. GADAI

1. Pengertian Gadai

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang

diserahkan kepadanya oleh debitur (si berutang), atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang

memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara

didahulukan daripada kreditur kreditur lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,

biaya biaya mana harus didahulukan.

2. Sumber Hukum Gadai

Pasal 1150 s.d. Pasal 1160 Kitab undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

3. Unsur-unsur Gadai

a. Gadai diberikan hanya atas benda bergerak.

b. Jaminan gadai harus dikeluarkan dari penguasaan Pemberi Gadai (Debitor), adanya penyerahan

benda gadai secara fisik (lavering).

c. Gadai memberikan hak kepada kreditor untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu atas piutang

kreditur (droit de preference).

d. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditor untuk mengambil sendiri pelunasan secara

mendahului.

4. Sifat Gadai

a. Gadai merupakan perjanjian yang bersifat assesoir (tambahan) terhadap perikatan pokok, yang

tanpa adanya keberadaan dari utang pokok, maka hak atas benda yang digadaikan tidak pernah ada.

Gadai diberikan setelah adanya perjanjian pokok.

b. Bersifat memaksa, berkaitan dengan adanya penyerahan secara fisik benda gadai dari

Debitur/Pemberi Gadai kepada Kreditur/Penerima Gadai.

c. Dapat beralih atau dipindahkan, benda gadai dapat dialihkan atau dipindahkan oleh Penerima Gadai

kepada Kreditur lain namun dengan persetujuan dari Pemberi Gadai.

d. Bersifat individualiteit, sesuai Pasal 1160 KUH Perdata, bahwa benda gadai melekat secara utuh

pada utangnya meskipun karena meninggalnya debitur atau kreditur diwariskan secara terbagi-bagi,

namun hak gadai atas benda yang digadaikan tidak dapat hapus dengan begitu saja hingga seluruh

utang telah dilunasi.

e. Bersifat menyeluruh (totaliteit), berarti hak kebendaan atas gadai mengikuti segala ikutannya yang

melekat dan menjadi satu kesatuan dengan benda terhadap mana hak kebendaan diberikan.

f. Tidak dapat dipisah-pisahkan (Onsplitsbaarheid), berarti pemberian gadai hanya dapat diberikan

untuk keseluruhan benda yang dijadikan jaminan dan tidak mungkin hanya sebagian saja.

g. Mengikuti bendanya (Droit de suite),pemegang hak gadai dilindungi hak kebendaannya, ke tangan

siapapun kebendaan yang dimiliki dengan hak kebendaan tersebut beralih, pemilik berhak untuk

menuntut kembali dengan atau tanpa disertai ganti rugi.

h. Bersifat mendahulu (droit de preference), bahwa Penerima Gadai mempunyai hak yang didahulukan

terhadap kreditur lainnya untukmengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda gadai.

Page 11: Materi Hukum Jaminan.doc

i. Digadaikan tanpa izin dari Pemberi Sebagai Jura in re Aliena (yang terbatas), gadai hanya semata-

mata ditujukan bagi pelunasan utang. Gadai tidaklah memberikan hak kepada Pemegang

Gadai/Penerima Gadai untuk memanfaatkan benda yang digadaikan, terlebih lagi mengalihkan atau

memindahkan penguasaan atas benda yang Gadai.

5. Subyek Gadai

a. Dari segi individu (person), yangmenjadi subyek gadai adalah setiap orang sebagaimana dimaksud

Pasal 1329 KUH Perdata.

b. Para Pihak, yang menjadi subyek gadai adalah :

ü Pemberi Gadai atau Debitur.

ü Penerima Gadai atau Kreditur.

ü Pihak Ketiga yaitu orang yang disetujui oleh Pemberi Gadai dan Penerima Gadai untuk memegang

benda gadai sehingga disebut Pemegang gadai.

6. Obyek Gadai

Benda bergerak baik bertubuh maupuntidak bertubuh.

7. Pembebanan benda jaminan

a. Benda gadai tidak dapat dibebankan berkali-kali kepada kreditur yang berbeda.

b. Tidak ada aturan untuk mendaftarkan benda jaminan yang menjadi obyek gadai.

8. Kedudukan Benda Jaminan

Benda jaminan secara fisik berada di bawah penguasaan Kreditur/Penerima Gadai atau pihak ketiga

yang telah disetujui kedua belah pihak.

9. Kewajiban atau Tanggung Jawab

a. Penerima Gadai/Kreditur :

ü Bertanggung jawab untuk hilangnya atau kemerosotan barangnya sekedar itu telah terjadi karena

kelalaiannya.

ü Harus memberitahukan Pemberi Gadai, jika benda gadai dijual.

ü Bertanggungjawab terhadap penjualan benda gadai.

b. Pemberi Gadai diwajibkan mengganti kepada kreditur segala biaya yang berguna dan perlu, yang

telah dikeluarkan oleh pihak yang tersebut belakangan guna keselamatan barang gadainya.

10. Hak

a. Penerima Gadai mempunyai hak:

ü Penguasaan benda gadai, namun tidak mempunyai hak untuk memiliki benda gadai.

ü Dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual dengan kekuasaan sendiri (parate eksekusi), sehingga

hak untuk penjualan benda gadai tidak diperlukan adanya eksekutorial. Penerima Gadai/Pemegang

Gadai dapat melaksanakan penjualan tanpa adanya penetapan Pengadilan, tanpa perlu adanya juru

sita ataupun mendahului dengan penyitaan.

ü Menjual benda gadai dengan perantaraan hakim, dimana kreditur dapat memohon pada hakim untuk

menentukan cara penjualan benda gadai.

ü Mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu dan berguna yang telah dikeluarkan guna keselamatan

barang gadai.

Page 12: Materi Hukum Jaminan.doc

ü Retensi (menahan) benda gadai, bilamana selama hutang pokok, bunga, dan ongkos-ongkos yang

menjadi tanggungan belum dilunasi maka si berhutang/debitur maka debitur tidak berkuasa menuntut

pengembalian benda gadai.

ü Untuk didahulukan (kreditur preferen) pelunasan piutangnya terhadap kreditur lainnya, hal tersebut

diwujudkan melalui parate eksekusi ataupun dengan permohonan kepada Hakim dalam cara bentuk

penjualan barang gadai.

b. Pemberi Gadai tetap mempunyai hak milik atas Benda Gadai.

11. Larangan

Penerima Gadai atau kreditur tidak.

12. Eksekusi

Apabila debitur atau Pemberi Gadai cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek

Jaminan Gadai dapat dilakukan :

a. Kreditur diberikan hak untuk menyuruh jual benda gadaimanakala debitur ingkar janji,sebelum

kreditur menyuruh jual benda yang digadaikan maka ia harus memberitahukan terlebih dahulu

mengenai maksudnya tersebut kepada debitur atau Pemberi Gadai.

b. Suatu penjualan benda gadai oleh kreditur berdasarkan perintah pengadilan, maka kreditur wajib

segera memberitahukan kepada Pemberi Gadai.

13. Hapusnya Gadai

a. Apabila benda gadai dikeluarkan dari kekuasaan Penerima Gadai dan kembali ke tangan Pemberi

Gadai.

b. Manakala perikatan pokok telah dilunasi atau jika utang pokok telah dilunasi semuanya atau telah

hapus.

c. Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari penguasaan Pemegang Gadai/Penerima Gadai

(musnahnya benda gadai).

d. Dilepaskannya benda gadai secara sukarela oleh Pemegang/Penerima Gadai.

14. Sangsi

Dalam KUH Perdata tidak diatur mengenai sanksi bagi Para Pihak.

B. FIDUSIA

1. Pengetian Fidusia

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan

bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud

dan benda tidak bergerak khususnya Bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada di

dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.

2. Sumber Hukum Fidusia

a. Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

b. Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan

Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

3. Unsur-unsur Fidusia

Page 13: Materi Hukum Jaminan.doc

a. Fidusia diberikan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak

tanggungan atau hipotek.

b. Fidusia merupakan jaminan serah kepemilikan yaitu debitur tidak menyerahkan benda jaminan

secara fisik kepada kreditur tetapi tetap berada di bawah kekuasaan debitur (constitutum

possessorium), namun pihak debitur tidak diperkenankan mengalihkan benda jaminan tersebut

kepada pihak lain (debitur menyerahkan hak kepemilikan atas benda jaminan kepada kreditur).

c. Fidusia memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur untuk memperoleh pelunasan

terlebih dahulu atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan.

d. Fidusia memberikan kewenangan kepada kreditur untuk menjual benda jaminan atas.

e. Kekuasaannya sendiri.

4. Sifat Fidusia

a. Fiducia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok, dan bukan kewajiban bagi para

pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Perjanjian Fidusia tidak disebut secara khusus dalam KUH

Perdata. Karena itu, perjanjian ini tergolong dalam perjanjian tak bernama (Onbenoem De

Overeenkomst).

b. Berrsifat memaksa, karena dalam hal ini terjadi penyerahan hak milik atas benda yang dijadikan

obyek Jaminan Fidusia, walaupun tanpa penyerahan fisik benda yang dijadikan obyek jaminan.

c. Dapat digunakan, digabungkan, dicampur atau dialihkan terhadap benda atau hasil dari benda yang

menjadi obyek Jaminan Fidusia dengan persetujuan dari Penerima Fidusia.

d. Bersifat individualiteit, bahwa benda yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia melekat secara utuh

pada utangnya sehingga meskipun sudah dilunasi sebagian, namun hak fidusia atas benda yang

dijadikan obyek jaminan tidak dapat hapus dengan begitu saja hingga seluruh utang telah dilunasi.

e. Bersifat menyeluruh (totaliteit), fidusia mengikuti segala ikutannya yang melekat dan menjadi satu

kesatuan dengan benda terhadap mana hak kebendaan diberikan.

f. Tidak dapat dipisah-pisahkan (Onsplitsbaarheid), berarti pemberian fidusia hanya dapat diberikan

untuk keseluruhan benda yang dijadikan jaminan dan tidak mungkin hanya sebagian saja.

g. Bersifat mendahulu (droit de preference), bahwa Penerima Fidusia mempunyai hak yang

didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi

benda yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia.

h. Mengikuti bendanya (Droit de suite), pemegang hak fidusia dilindungi hak kebendaannya, Jaminan

Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dalam tangan siapapun benda itu

berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

i. Harus diumumkan (asas publisitas), benda yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia wajib didaftarkan,

hal ini merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani

Jaminan Fidusia;

ü Berjenjang/Prioriteit (ada prioritas yang satu atas yang lainnya), hal ini sebagai akibat dari kewajiban

untuk melakukan pendaftaran dalam pembebanan Jaminan Fidusia dan apabila atas benda yang

sama menjadi obyek lebih dari 1 (satu) perjanjian Jaminan Fidusia.

ü Sebagai Jura in re Aliena (yang terbatas), Fidusia adalah hak kebendaan yang bersifat terbatas, yang

tidak memberikan hak kebendaan penuh kepada Pemegang atau Penerima Fidusia. Jaminan Fidusia

Page 14: Materi Hukum Jaminan.doc

hanya sematamata ditujukan bagi pelunasan utang. Fidusia hanya memberikan hak pelunasan

mendahulu, dengan cara menjual sendiri benda yang dijaminkan dengan fidusia.

5. Subyek Fidusia

a. Dari segi individu (person), yangmenjadi subyek fidusia adalah :

ü Orang perorangan.

ü Korporasi.

b. Para Pihak, yang menjadi subyek fidusia adalah:

ü Pemberi Fidusia atau Debitur.

ü Penerima Fidusia atau Kreditur.

6. Obyek Fidusia

a. Benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

b. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek, yaitu bangunan di

atas tanah milik orang lain, sebagai contoh rumah susun, apartemen.

7. Pembebanan Benda Jaminan

a. Benda jaminan fidusia dapat dibebankan berkali-kali kepada kreditur yang berbeda; Catatan : Pasal

17 UU tentang Fidusia mengatur larangan melakukan Fidusia ulang terhadap benda yang menjadi

obyek jaminan fidusia yang sudah terdaftar.

b. Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima Fidusia atau Kuasa/Wakil

Penerima Fidusia, dalam rangka pembiayaan kredit konsorsium.

c. Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dan merupakan akta

Jaminan Fidusia.

d. Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia

untuk diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia.

e. Penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia yang di dalamnya dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

8. Kedudukan Benda Jaminan

Hak kepemilikan atas benda jaminan diserahkan kepada Kreditur/Penerima Fidusia, sedangkan benda

jaminansecara fisik masih berada dibawah penguasaan Debitur/Pemberi Fidusia.

9. Kewajiban atau Tanggung Jawab

a. Penerima Fidusia

ü Wajib mendaftarkan jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

ü Wajib mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan dalam Sertifikat Jaminan Fidusia kepada

Kantor Pendaftaran Fidusia.

ü Wajib mengembalikan kepada Pemberi Fidusia dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan.

ü Wajib memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia.

Pengecualian: Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian

Pemberi Fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan

melanggar hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan Benda yang menjadi objek

Jaminan Fidusia.

b. Pemberi Fidusia :

Page 15: Materi Hukum Jaminan.doc

ü Dalam hal pengalihan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, wajib menggantinya dengan obyek

yang setara.

ü Wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi.

ü Tetap bertanggung jawab atas utang yang belum terbayarkan.

10. Hak

a. Penerima Fidusia mempunyai hak:

ü Kepemilikan atas benda yang dijadikan obyek fidusia, namun secara fisik benda tersebut tidak di bawah

penguasaannya.

ü Dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas

kekuasaannya sendiri (parate eksekusi), karena dalam Sertifikat Jaminan Fidusia terdapat adanya title

eksekutorial, sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

ü Yang didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi

benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.

ü Memperoleh penggantian benda yang setara yang menjadi obyek jaminan dalam hal pengalihan

jaminan fidusia oleh debitur.

ü Memperoleh hak terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan

eksekusi.

ü Tetap berhak atas utang yang belum dibayarkan oleh debitur.

b. Pemberi Fidusia mempunyai hak:

ü Tetap menguasai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.

ü Dapat menggunakan, menggabungkan, mencampur atau mengalihkan benda atau hasil dari benda

yang menjadi obyek jaminan fidusia, atau melakukan penagihan atau melakukan kompromi atas utang

apabila Penerima Fidusia menyetujui.

11. Larangan

a. Pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi obyek jaminan

fidusia yang sudah terdaftar.

b. Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda

yang menjadi obyek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan

persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.

12. Eksekusi

Apabila debitur atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek

Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara:

a. Pelaksanaan title eksekutorial oleh Penerima Fidusia, berarti eksekusi langsung dapat dilaksanakan

tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan

tersebut.

b. Penjualan benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; Penjualan di

bawah tangan yang dilakukan berdasarka kesepakatan bersama jika dengan cara demikian dapat

diperoleh harga tertinggi yan menguntungkan para pihak.

Page 16: Materi Hukum Jaminan.doc

c. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak

diberitahukan secara tertulis oleh Para Pihak kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan

diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar di daerah yang bersangkutan.

13. Hapusnya

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia.

b. Adanya pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia.

c. Musnahnya benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

14. Sangsi

a. Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara

apapun memberikan keterangan secara menyesatkan yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu

pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusia.

b. Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan Benda yang menjadi obyek

Jaminan Fidusia yang dilakukan tana persetujuan tertulis dari Penerima Fidusia.