Materi 4_edit_konsep Rumusan Perencanaan

61
KONSEP RUMUSAN PERENCANAAN WILAYAH - tujakstra - struktur ruang & - pola ruang - pemanfaatan ruang Dr. Murshal Manaf

description

rumusan konsep perencanaan

Transcript of Materi 4_edit_konsep Rumusan Perencanaan

  • KONSEP RUMUSAN PERENCANAAN WILAYAH

    - tujakstra - struktur ruang &

    - pola ruang - pemanfaatan ruang

    Dr. Murshal Manaf

  • TAHAP PERUMUSAN KONSEP

    Penentukan arah pengembangan wilayah Kabupaten/Kota, dituangkan dalam bentuk konsep pengembangan wilayah Kabupaten/Kota, yang meliputi materi sebagimana dalam sub-bab analisis.

    Konsep arah pengembangan wilayah Kabupaten/Kota dimantapkan dan dijabarkan dalam rumusan konsep RTRW Kabupaten/Kota, dalam beberapa kali iterasi

  • TAHAP PERUMUSAN KONSEP

    Pengenalan karakteristis wilayah dari hasil analisis karakteristik wilayah (fisik, sosial kependudukan, keuangan, kedudukan wilayah) menjadi dasar bagi:

    1) perumusan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah

    2) Masukan bagi seluruh penyusunan rencana tata ruang selanjutnya

  • Identifikasi daerah fungsional perkotaan

    Analisis sistem perkotaan yang didasarkan dari sebaran daerah fungsional perkotaan

    Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  • Hasil kegiatan perumusan konsep RTRW Kabupaten/Kota berupa:

    a. Rumusan Tujuan, kebijakan, dan strategi; b. Rencana struktur ruang; c. Rencana pola ruang; d. Penetapan kawasan strategis; e. Arahan pemanfaatan ruang; f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.

  • A. MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

  • Tujuan Kebijakan Strategi

    merupakan

    arahan

    perwujudan ruang

    wilayah yang

    diinginkan pada

    masa yang akan

    datang

    merupakan arah

    tindakan yang

    harus ditetapkan

    untuk mencapai

    tujuan penataan

    ruang wilayah

    merupakan penjabaran

    masing-masing

    kebijakan penataan

    ruang wilayah ke

    dalam langkah-langkah

    operasional untuk

    mencapai tujuan

    penataan ruang yang

    telah ditetapkan

    Keterkaitan : Tujuan, Kebijakan, Strategi Penataan Ruang

  • visi dan misi pembangunan wilayah kota (dari RPJP, RPJM)

    karakteristik wilayah kota (ciri khas, imej, kearifan lokal, tipologi wilayah, dll)

    Isu- isu strategis wilayah kota (berdasarkan SWOT)

    kondisi objektif yang diinginkan

    DASAR PENYUSUNAN

    tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang nasional dan wilayah provinsi

    jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan

    tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

    KRITERIA

    1.a. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH

  • Terwujudnya penataan ruang wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta sejahtera.

    Mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi

    Terwujudnya kabupaten Lampung Barat sebagai kota Konservasi yang berbasis

    Agro, Kelautan dan Mitigasi Bencana.

    Mewujudkan Kota Kupang sebagai Pusat Kegiatan Nasional dengan konsep waterfront city yang berkelanjutan.

    Terwujudnya Kota Cilegon sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Jasa terdepan di Pulau Jawa yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

    Mewujudkan Kota Kediri sebagai sentra Pendidikan, Industri, Perdagangan-Jasa dan Pariwisata, berskala regional yang nyaman dan berkelanjutan.

    Contoh kalimat tujuan penataan ruang :

  • tujuan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

    karakteristik wilayah kabupaten/kota;

    kapasitas sumber daya wilayah kabupaten/kota dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

    DASAR PENYUSUNAN

    mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kabupaten/kota bersangkutan;

    jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten/kota bersangkutan;

    mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

    tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

    KRITERIA

    KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH

  • kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota

    kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang

    tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional dan provinsi

    jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan secara efisien dan efektif

    harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota

    tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

    DASAR PENYUSUNAN

    KRITERIA

  • MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    2 RENCANA STRUKTUR RUANG

  • Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional.

    Pusat Pelayanan Kota

    Sub Pusat Pelayanan Kota

    Pusat Lingkungan

    ILUSTRASI RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

    o pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional o subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota o pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

  • SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

    RENCANA STRUKTUR

    RUANG WILAYAH KOTA

    SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT

    RENCANA SISTEM JARINGAN UDARA

    RENCANA SISTEM JARINGAN ENERGI

    RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

    RENCANA SISTEM PUSAT

    PELAYANAN

    RENCANA SISTEM PRASARANA

    UTAMA

    RENCANA SISTEM PRASARANA

    LAINNYA

    SISTEM JARINGAN JALAN

    SISTEM JARINGAN KERETA API

    SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, DAN

    PENYEBERANGAN

    ALUR PELAYARAN

    PELABUHAN LAUT

    KKOP

    JALUR PENERBANGAN

    BANDAR UDARA

    PEMBANGKIT LISTRIK

    JARINGAN PIPA MIGAS (jika ada)

    JARINGAN SUTUT, SUTET, SUTT

    JALUR DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK, LOKASI PEMBANGKIT,

    GARDU INDUK & SISTEM DISTRIBUSI

    SUMBER DAYA ENERGI ALTERNATIF (jika ada)

    INFRASTRUKTUR DASAR TELEKONUNIKASI

    LOKASI MENARA BTS

    PENINGKATAN PELAYANAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

  • RENCANA SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR

    INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

    SISTEM JARINGAN sda LINTAS NEGARA. PROVINSI/KAB/KOTA

    WILAYAH SUNGAI

    SISTEM JARINGAN IRIGASI

    SISTEM JARINGAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH

    SISTEM PENGENDALIAN BANJIR

    SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

    SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

    SISTEM PERSAMPAHAN KOTA

    SISTEM DRAINASE KOTA

    SAR-PRAS JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI

    JALUR EVAKUASI BENCANA

    SAR-PRAS PERKOTAAN LAINNYA (disesuaikan dengan kebutuhan

    pengembangan kota, mis : kebutuhan pengguna speda,

    jallur trem, transportasi sungai, dll)

    LANJUTAN

  • SISTEM JARINGAN JALAN

    JARINGAN JALAN TOL DI DALAM WILAYAH KOTA

    JARINGAN JALAN INTERNAL (SISTEM SEKUNDER) DALAM KOTA

    JARINGAN JALAN PRIMER YANG MELALUI WILAYAH KOTA

    LOKASI, JENIS, & KELAS TERMINAL

    PENGEMBANGAN SAR-PRAS ANGKUTAN UMUM DAN/ATAU ANGKUTAN MASSAL

    SISTEM JARINGAN KERETA API

    JALUR KA/ MONORAIL/ SUBWAY

    STASIUN KERETA API

    ALUR PELAYARAN

    PELABUHAN/ DERMAGA

    SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, & PENYEBERANGAN

    SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

    Arteri Sekunder Kolektor Sekunder Lokal Sekunder Lingkungan

    Sekunder

    Arteri Primer Kolektor Primer 1,

    2

  • MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    3 RENCANA POLA RUANG

  • Kriteria Penjabaran peruntukan pemanfaatan ruang lindung dan

    budidaya sangat dianjurkan untuk mengikuti tuntunan PP 26/2008 tentang RTRWN sebagai berikut.

    Fungsi Lindung Kawasan Hutan Lindung :

    Hutan Lindung

    Kawasan yang memberikan perlindungan bagi bawahannya : Sempadan Pantai

    Sempadan Sungai

    Sempadan danau/waduk

    Sempadan mata air

    Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam & cagar budaya Suaka alam

    Suaka alam laut dan perairan lainnya

  • Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut

    Cagar alam dan cagar alam laut

    Kawasan pantai berhutan bakau

    Taman nasional dan taman nasional laut

    Taman hutan raya

    Taman wisata alam dan taman wisata alam laut

    Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

    Kawasan Rawan Bencana Alam

    Kawasan rawan tanah longsor

    Kawasan rawan gelombang pasang

    Kawasan rawan banjir

    Kawasan Lindung Geologi

    Kawasan cagar alam geologi

    Kawasan rawan bencana alam geologi

    Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

  • Kawasan Lindung Lainnya

    Cagar biosfir

    Ramsar

    Taman buru

    Kawasan perlindungan plasma nutfah

    Kawasan pengungsian satwa

    Terumbu karang

    Kawasan koridor satwa

    Fungsi Budidaya Hutan Produksi

    Hutan produksi terbatas

    Hutan produksi tetap

    Hutan produksi konversi

    Hutan Rakyat

    Hutan rakyat

  • Pertanian

    Pertanian lahan basah

    Pertanian lahan kering

    Hortikultura/tanaman semusim

    Perkebunan

    Perkebunan

    Perkebunan

    dst

    Perikanan

    Perikanan tangkap

    Budidaya perikanan

    Pengolahan hasil perikanan

    Pertambangan

    Minyak dan Gas

    Mineral dan batubara

    Panas Bumi

    Air Tanah

  • Industri

    Kecil/Industri rumah

    Industri manufaktur

    Industri berat

    Industri Petro kimia

    Pariwisata

    Wisata alam

    Wisata budaya

    Wisata lain

    Permukiman

    Permukiman perkotaan

    Permukiman perdesaan

    Lainnya

    Instalasi militer

    Instalasi pembangkit energi

    Instalasi pengolahan limbah

    Instalasi lainnya

  • No HIRARKI I HIRARKI II

    1 Hutan Lindung Hutan Lindung

    2 Kawasan yg memberikan perlindungan bagi bawahannya

    a. Kawasan Bergambut b. Kawasan Resapan Air

    3. Kawasan perlindungan setempat

    a. Sempadan pantai b. Sempadan sungai c. Sekitar danau/waduk d. Sekitar sempadan mata air

    4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

    a. Taman RT b. Taman RW c. Taman kota d. Permakaman

    5. Suaka Alam dan Cagar Budaya

    6. Kawasan Rawan Bencana Alam a. Kawasan rawan tanah longsor b. Kawasan rawan gelombang pasang c. Kawasan rawan banjir

    7. Kawasan Lindung Lainnya

    KLASIFIKASI POLA RUANG WILAYAH KOTA (FUNGSI LINDUNG)

  • No HIRARKI I HIRARKI II

    1 Perumahan a. Perumahan Kepadatan tinggi b. Perumahan Kepadatan sedang c. Perumahan Kepadatan rendah

    2 Perdagangan dan Jasa a. Pasar tradisional b. Pusat perbelanjaan c. Toko modern

    3. Perkantoran a. Perkantoran Pemerintahan b. Perkantoran Swasta

    4. Industri Industri rumah tangga/ kecil

    5. Pariwisata a. Pariwisata budaya b. Pariwisata alam c. Pariwisata buatan

    6. Ruang Terbuka Non Hijau a. RTNH Publik b. RTNH Privat

    7. Peruntukkan lainnya a. Ruang evakuasi bencana (melting point) b. Pertanian c. Pertambangan d. Kegiatan sektor informal e. Peruntukkan pelayanan umum (pendidikan, kesehatan,

    peribadatan, keamanan, keselamatan) f. Peruntukkan militer; dll

    KLASIFIKASI POLA RUANG WILAYAH KOTA (FUNGSI BUDIDAYA)

  • MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    4 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

  • Sudut Kepentingan Kriteria Kawasan Strategis

    KS Ekonomi 1. potensi ekonomi cepat tumbuh; 2. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 3. potensi ekspor; 4. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

    ekonomi; 5. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi. 6. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

    dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;

    KS Sosial & Budaya 1. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; 3. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4. tempat perlindungan peninggalan budaya; 5. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman

    budaya; 6. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial; 7. hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan

    jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;

  • JENIS KAWASAN STRATEGIS UNTUK MASING-MASING TIPOLOGI

    Sudut Kepentingan Kriteria Kawasan Strategis

    KS Sumber Daya Alam/Teknologi tinggi

    1. kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

    2. memiliki sumber daya alam strategis; 3. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

    antariksa; 4. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;

    atau 5. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

    KS Lingkungan Hidung 1. tempat perlindungan keanekaragaman hayati; 2. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora

    dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

    3. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

    4. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

    5. kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;

    6. kawasan rawan bencana alam; dan/atau 7. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

    mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  • MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    5 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

  • Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang meliputi:

    1. USULAN PROGRAM UTAMA

    2. LOKASI

    3. BESARAN

    4. SUMBER PENDANAAN

    5. INSTANSI PELAKSANA

    6. WAKTU & TAHAPAN PELAKSANAAN

    program-program utama pengembangan wilayah kab/kota yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan

    utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kab/kota sesuai tujuan

    penataan ruang wilayah kab/kota

    Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama pengembangan wilayah

    yang akan dilaksanakan.

    Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau

    masyarakat.

    Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan

    masing-masing pemerintahan), swasta serta masyarakat.

    Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci

    setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi

    sesuai kebutuhan. Program utama 5 tahun pertama dapat dirinci ke dalam program utama tahunan.

    Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah

    kab/kota

  • MATRIKS SUSUNAN TIPIKAL INDIKASI PROGRAM UTAMA DALAM PENYUSUNAN RTRW KAB/KOTA

    susunan minimum yang harus diacu dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan ruang

    kab/kota.

    Pada masing-masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang

    atau pengembangan kawasan masing-masing wilayah kab/kota.

  • MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA

    6 KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

  • A. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kab/kota adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kab/kota dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kab/kota.

    B. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kab/kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

    C. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

    D. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

    1. PENGERTIAN UMUM

  • MATERI DAN PENETAPAN PERATURAN ZONASI

    Sebagian peraturan zonasi untuk kawasan lindung sudah diatur dalam PP No. 47/1997 tentang RTRWN.

    Ketentuan untuk menyusun arahan peraturan zonasi sistem nasional telah diatur dalam PP No. 26/2008 tentang RTRWN

    Jenjang Penetapan

    Arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 36 ayat 3) indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 20

    ayat 1 huruf f)

    Peraturan Pemerintah

    Arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 36 ayat 3) indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 23

    ayat 1 huruf f)

    Perda provinsi

    Peraturan zonasi kabupaten/kota (ps. 36 ayat 3) ketentuan umum peraturan zonasi (ps. 26 ayat 1 huruf f)

    Perda kabupaten/kota

    arahan peraturan zonasi kawasan metropolitan dan/atau megapolitan (ps. 44 ayat 2 huruf e).

    Perda masing2 kab/kota, provinsi (lembaga pengelola u/ wil>1 prov)

    arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan (ps. 51 ayat 2 huruf e).

    Perda kabupaten (lembaga kerma kab u/ wil>1prov)

    Amanat UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

  • STANDAR TABEL KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA

    Sesuai rencana

    pola ruang

    Definisi pola ruang (jenis zona)

    Tujuan/kualitas ruang yang

    diharapkan serta ketentuan

    kegiatan yang diizinkan, dilarang,

    atau dibatasi

    Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota harus dapat menjadi acuan dalam penentuan Peraturan Zonasi Kota

    Perumahan

    Kepadatan tinggi

    Perumahan

    Kepadatan sedang

    Perumahan

    Kepadatan rendah

    Komersil/

    Perdagangan dan

    jasa

    Perkantoran

    Industri

  • CONTOH KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA BUKITTINGGI

  • PERBEDAAN DALAM PENGATURAN ZONASI TINGKAT KABUPATEN/ KOTA

    KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI PADA WILAYAH KABUPATEN/ KOTA

    PERATURAN ZONASI PADA WILAYAH KABUPATEN/ KOTA

    Penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif.

    mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

    Klasifikasi peruntukan ruang mengacu pada klasifikasi dalam Permen PU No. 16 & 17 tahun 2009 yang terdapat di wilayah kab/ kota.

    Klasifikasi kegiatan/ penggunaan ruang yang merupakan penjabaran yang lebih detail dari klasifikasi peruntukan dalam Permen PU No. 16 & 17 tahun 2009 yang terdapat di wilayah kab/ kota.

    Belum ada sistem pengkodean klasifikasi peruntukan ruang

    Sudah ada sistem pengkodean berdasarkan zona peruntukan yang dibagi menjadi sub-sub zona, blok-blok, petak/ persil

    untuk kabupaten : Belum mengatur ketentuan instensitas bangunan.

    untuk kota : Mengatur kisaran ketentuan intensitas bangunan (range besaran KDB maks, KLB maks, ketinggian bangunan, KDH min).

    Sudah mengatur ketentuan instensitas bangunan (besaran KDB maks, KLB maks, ketinggian bangunan, KDH min)

    Penyusunan mengacu pada peta rencana pola ruang (skala 1: 50.000 untuk kabupaten, skala 1: 25.000 untuk kota)

    Fungsinya melengkapi dan menjelaskan peta zonasi (zoning map) dengan skala tingkat ketelitian peta minimal 1 : 5000

  • B. KETENTUAN PERIZINAN

    Muatan minimal ketentuan perizinan dalam RTRW Kab/Kota, yaitu :

    1. Bentuk/ jenis izin yang terkait penataan ruang yang berlaku di wilayah kab/kota izin-izin umum dan/atau spesifik yang hanya terdapat di kota yang bersangkutan.

    2. Mekanisme perizinan termasuk pengaturan keterlibatan instansi daerah dalam masing-masing perizinan

    3. Ketentuan teknis prosedural pengajuan izin menjadi dasar pengembangan SOP Perizinan di wilayah kab/kota.

  • CONTOH KETENTUAN PERIZINAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

  • Izin

    Pemanfaatan

    Ruang

    diatur oleh Pemerintah & pemda (menurut kewenangan masing-masing)

    dikeluarkan dan/atau

    diperoleh dgn tidak melalui

    prosedur yg benar

    diperoleh melalui prosedur

    yang benar tetapi kemudian

    terbukti tidak sesuai dengan

    RTRW

    batal demi

    hukum

    penggantian /

    ganti kerugianyg layak

    akibat adanya perubahan

    RTRW

    dapat

    dibatalkan

    BHK-DJPR/Presentasi/DR

    PERIZINAN

    Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin sebelum pelaksanaan pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.

  • bhk-djpr

    diberikan oleh pemerintah; menyatakan kegiatan yang dimohonkan secara prinsip

    diperkenankan untuk diselenggarakan atau beroperasi; belum dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan kegiatan.

    diberikan kepada orang untuk memperoleh ruang yang diperlukan; diperlukan untuk pemanfaatan ruang yang lebih besar dari 1 Ha

    untuk kegiatan bukan pertanian dan lebih besar dari 25 Ha untuk kegiatan pertanian.

    Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan dasar untuk permohonan mendirikan bangunan.

    Dasar mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang. diberikan berdasarkan peraturan zonasi sebagai surat bukti dari Pemda untuk mendirikan bangunan sesuai

    fungsi yang telah ditetapkan

    IZINPENGGUNAANPEMANFAATAN

    TANAH

    IZINLOKASI

    IZINPRINSIP

    IZINMENDIRIKANBANGUNAN

    Bentuk Izin Pemanfaatan Ruang

    Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masing-masing sektor dan/atau instansi yang berwenang

    IZIN LAINBERDASARKAN

    PERATURAN

    PER-UU-AN

  • bhk-djpr

    menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan

    standar pelayanan minimal bidang penataan

    ruang; menghindari dampak

    negatif pemanfaatan

    ruang; dan melindungi kepentingan

    umum.

    Izin Prinsip

    Izin Lokasi

    Izin

    Penggunaan Pemanfaatan

    Tanah

    Izin

    Mendirikan Bangunan

    Izin lain

    berdasarkan

    peraturan

    perundang-

    undangan

    RDTR Kab/Kota

    PZ

    Izin Pemanfaatan Ruang

    Tujuan

    RTRW Kab/Kota

    Dasar Pemberian Izin

  • Contoh Izin

    Pemberi Izin

    Pemerintah / Sektor

    Pemerintah Provinsi

    Pemerintah Kabupaten /

    Kota

    BIDANG KEHUTANAN

    1. izin usaha pemanfaatan kawasan Menteri Gubernur Bupati/Walikota

    2. hak pengusahaan hutan Menteri --- ---

    3. hak pemungutan hasil hutan --- --- Bupati/Walikota

    BIDANG PERTAMBANGAN

    4. kuasa pertambangan minyak dan gas bumi Presiden --- ---

    5. izin pengeboran dan eksplorasi air bawah tanah

    --- Gubernur Bupati/Walikota

    6. izin pemanfaatan air bawah tanah --- Gubernur Bupati/Walikota

    BIDANG BANGUNAN GEDUNG

    7. Izin Lokasi --- --- Bupati/Walikota

    8. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) --- --- Bupati/Walikota

    9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) --- --- Bupati/Walikota

    BIDANG JALAN

    10. Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan

    Menteri Gubernur Bupati/Walikota

    11. izin prinsip pengajuan prakarsa pengusahaan jalan tol

    Menteri --- ---

    12. Izin pemanfaatan ruang pengawasan jalan --- Gubernur Bupati/Walikota

    DJPR-Dep. PU

    Izin Lain BerdasarkanPeraturan Perundang-undangan

  • C. KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

    Muatan minimal ketentuan insentif-disinsentif dalam RTRW Kab/Kota, yaitu:

    1. Bentuk, jenis , dan besaran insentif dan disinsentif

    2. Penjabaran kawasan yang akan di diberlakukan insentif dan/atau

    disinstentif (didorong/ dibatasi pertumbuhannya.)

    3. Mekanisme pemberian insentif & disinsentif.

  • PENDEKATAN PERUMUSAN [INSENTIF & DISINSENTIF]

    RENCANA

    STRUKTUR

    RUANG

    RENCANA POLA

    RUANG

    RENCANA

    KAWASAN

    STRATEGIS

    KAW. YANG DIDORONG

    PERTUMBUHAN atau

    PERKEMBANGANNYA

    KAW. YANG

    DIKENDALIKAN

    PERTUMBUHAN atau

    PERKEMBANGANNYA

    KAW. YANG DIBATASI

    PERTUMBUHAN atau

    PERKEMBANGANNYA

    INSENTIF/

    DISINSENTIF

    DISINSENTIF/

    INSENTIF

    DISINSENTIF/

    INSENTIF KETENTUAN UMUM

    PERATURAN ZONASI

    MUATAN

    RTRW

    KLASIFIKASI

    PERLAKUAN

    INSTRUMEN

    PENGENDALIAN

  • PERUMUSAN JENIS [INSENTIF & DISINSENTIF]

    BENTUK UMUM INSENSTIF/

    DISINSENTIF

    FISKAL

    NON

    FISKAL

    RESTITUSI/RETRIBUSI

    ANGGARAN/SUBSIDI

    URUN SAHAM/PINJAMAN

    KOMPENSASI/IMBALAN

    PENYEDIAAN

    INFRASTRUKTUR

    TERKAIT PERIZINAN

    PROMOSI/FASILITASI

    PERATURAN PERUNDANG-

    UNDANGAN SEKTOR

    TERKAIT

    KETENTUAN UMUM

    PERATURAN ZONASI

    JENIS INSENTIF/

    DISINSENTIF

    pengurangan, keringanan & pembebasaran pajak

    pengurangan, keringanan & pembebasaran retribusi daerah

    Pemberian dana stimulan Pemberian bantuan modal Pemberian beasiswa Pemberian ganti rugi

    tanah/bangunan

    Penyedian informasi dan fasilitasi komunikasi

    Penyediaan kelengkapan prasarana dan sarana usaha

    Percepatan pemberian izin dan pemberian keringanan persyaratan

    Penyediaan lahan Pemberian bantuan teknis Pemberian Award

    Pengenaan pajak yang lebih tinggi/ progresif

    Penghentian/tidak memberikan bantuan stimulan/bantuan modal

    Persyaratan yang lebih tinggi Pembatasan/tidak

    membangun prasarana/ sarana permukiman

    Tidak memberikan subsidi dan atau pemotongan anggaran daerah

    Membatalkan penghargaan Publikasi tingkat pencapaian

    yang rendah (pemerintah/ perusahaan) pada bidang tertentu

    Tidak mengeluarkan IMB pada bangunan yang berada pada kawasan lindung/ rawan bencana (tingkat 1)

    JENIS INSENTIF JENIS DISINSENTIF

  • CONTOH KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF KABUPATEN LAMPUNG BARAT

  • BHK-DJPR/Presentasi/DR

    Pengenaan sanksi penertiban yg dilakukan

    terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR & peraturan zonasi

    Sanksi

    AdministratifSanksi Pidana

    peringatan tertulis penghentian sementara

    kegiatan

    penghentian sementarapelayanan umum

    penutupan lokasi pencabutan izin pembatalan izin pembongkaran

    bangunan

    pemulihan fungsi ruang;dan/atau

    denda administratif

    Sanksi Perdata

    PENGENAAN SANKSI

    Besar/kecilnya dampak akibat pelanggaran penataan ruang

    Nilai manfaat pemberian sanksi untuk pelanggaran penataan ruang

    Kerugian publik akibat pelanggaran penataan ruang

    Bentuk Kriteria

  • Aspek Lingkungan Hidup Strategis

    1. Tujuan Kajian singkat aspek lingkungan strategis rencana tata ruang wilayah

    Kabupaten Buol bertujuan untuk memberikan gambaran awal implikasi kegiatan penataan ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas fisik lingkungan hidup dan potensi dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat.

    2. Metode Yang Digunakan Dalam melakukan kajian aspek lingkungan hidup strategis dalam

    proses perencanaan ini digunakan metode penapisan awal. Metode ini merupakan pendekatan yang dirasakan paling tepat untuk mengevaluasi kontribusi kebijakan penataan ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus sebagai langkah awal dalam KLHS yang lebih detail yang harus segera disusun oleh pemerintah Kabupaten Buol sebelum proses penetapan perda RTRW Kabupaten Buol.

  • Isu Lingkungan Strategis

    Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan

    Ketahanan Pangan

    Konversi Lahan Hutan

    Pertambangan Mineral Logam dan Galian C

    Perkebunan

    Kebencanaan

  • Identifikasi Dampak (Awal) Penataan Ruang Kabupaten Buol

    2011-2030 Potensi Dampak Penerapan RTRW

    Potensi Dampak Tanpa adanya RTRW

  • No

    Isu Strategis

    Pengembangan

    Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan Penataan

    Ruang

    Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak

    Positif

    1 Kemiskinan dan

    Ketimpangan

    Pembangunan

    1. Kebijakan

    Struktur Ruang:

    Pengembangan

    Pusat

    Pertumbuhan

    Baru;

    pengembangan

    jalan lingkar luar

    kota Buol;

    pembangunan

    jalan poros

    Boilan-Kota

    Nagaya

    Memberikan multiplier

    effect terhadap kawasan

    sekitar pusat

    pertumbuhan baru

    berupa peningkatan

    aktivitas perekonomian,

    penciptaan lapangan

    kerja, meningkatnya

    efisiensi pergerakan

    orang dan barang

    Terdapat peluang untuk

    peningkatan

    kesejahteraan

    masyarakat sekaligus

    mereduksi kemiskinan

    Jika ternyata rencana struktur ruang

    gagal mencapai tujuannya maka

    potensi kemiskinan akan semakin

    meningkat, ketimpangan

    pembangunan akan semakin besar,

    yang diakibatkan oleh tidak adanya

    pemerataan pertumbuhan fisik ruang

    Jika terjadi eksploitasi berlebih

    hanya pada kawasan pusat

    pertumbuhan sementara wilayah

    belakang tidak mendapat perhatian

    maka resiko kegagalan

    pembangunan rentan terjadi

    Pengembangan jalur jalan Kolektor

    Boilan-Kota Nagaya yang melewati

    kawasan hutan lindung berpotensi

    meningkatkan tekanan terhadap

    eksistensi kawasan lindung

    Keberadaan jalur kolektor tersebut

    dikhawatirkan akan meningkatkan

    laju deforestasi di Kabupaten Buol

    - Ketimpangan wilayah

    tetap terjadi

    Pembangunan

    terkonsentrasi di Buol

    Pengentasan kemiskinan

    mungkin sulit tercapai

    Akses masyarakat akan

    infrastruktur publik akan

    semakin rendah dan

    hanya dinikmati

    sebagian masyarakat di

    perkotaan

    Pola pertumbuhan

    cenderung sporadis dan

    tidak terkendali

    Inefisiensi pelaksanaan

    program pembangunan

    Identifikasi Dampak (Awal) Penataan Ruang Kabupaten Buol 2011-2030

  • No Isu Strategis

    Pengembangan Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak

    Positif

    1 Kemiskinan dan

    Ketimpangan

    Pembangunan

    1. Kebijakan Pola Ruang:

    Pengembangan

    Kawasan Pertanian

    (lahan sawah, lahan

    kering, perkebunan);

    Pengembangan

    Kawasan Perikanan,

    Pengembangan

    kawasan multifungsi

    (Kawasan Bahari

    Terpadu); Pemantapan

    kawasan lindung

    Potensi peningkatan rasio

    kepemilikan lahan pada tingkat

    petani (dari 11,5 ribu Ha menjadi

    85,2 ribu hektar), peluang

    peningkatan produktivitas

    pertanian tanaman pangan;

    peluang swasembada beras;

    peluang pengembangan sektor

    industri pengolahan hasil perikanan

    dan pertanian dalam penciptaan

    lapangan kerja dan nilai tambah

    sektor pertanian. Potensi

    peningkatan produktivitas

    perikanan budidaya sebagai

    sumber pengganti produktivitas

    perikanan tangkap akibat

    perubahan iklim

    Resiko bencana alam dapat

    tereduksi seiring dengan

    pemantapan kawasan lindung di

    Kabupaten Buol

    Mengingat lemahnya daya saing

    pada sektor sekunder dan tersier

    maka tekanan pada sektor primer

    akan menjadi titik utama, artinya

    eksploitasi SDA akan meningkat

    tajam.

    Jika akses terhadap sumber daya

    alam tidak merata artinya hanya

    masyarakat pemilik modal yang

    memiliki akses terbesar maka

    peluang ketidakberlanjutan

    pembangunan semakin

    membesarkemiskinan akan terus

    tumbuh

    Tekanan terhadap biodiversitas

    meningkat.

    Pengembangan kawasan bahari

    terpadu di Lokodidi berpeluang

    besar memberikan tekanan

    terhadap ekosistem bakau apabila

    instrumen pengendalian

    pemanfaatan ruang tidak

    dijalankan dengan benar.

    Pengembangan kawasan perikanan

    budidaya dalam hal ini kegiatan

    tambak berpeluang untuk memicu

    kerusakan hutan bakau pada

    kawasan pesisir, kerusakan ini

    akan semakin menambah beban

    berat ekosistem pesisir karena

    ancama abrasi akan semakin besar

    Pengembangan kawasan

    perkebunan berpotensi menambah

    tekanan terhadap ekosistem

    apabila tidak diikuti dengan teknik

    konservasi tanah

    Ekosistem berubah peluang

    percepatan perubahan iklim

    - Eksploitasi SDA akan

    semakin meningkat tajam

    mengingat lemahnya

    akses masyarakat miskin

    terhadap lapangan kerja

    Resiko kerusakan

    lingkungan dan

    perambahan hutan akan

    semakin tinggi

    Ancaman terhadap

    ketahanan pangan juga

    semakin besar

    Potensi kebencanaan

    semakin tinggi, karena

    tidak ada upaya mitigasi

    terhadap potensi

    kebencanaan di

    Kabupaten Buol

  • No Isu Strategis

    Pengembanga

    n Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan

    Penataan

    Ruang

    Potensi Dampak

    Positif

    Potensi

    Dampak

    Negatif

    Dampak Positif

    3 Konversi

    lahan hutan

    1. Kebijakan

    struktur

    ruang

    dalam

    bentuk

    perwujudan

    sistem

    jaringan

    transportasi

    Laut

    (lokodidi)

    dan

    jaringan

    transportasi

    darat

    (lingkar luar

    dan

    kolektor

    Boilan Kota

    Nagaya)

    Dengan adanya

    kebijakan struktur

    ruang yang jelas

    maka proses

    pengendalian

    terhadap potensi

    konversi lahan dapat

    dilokalisir dan

    diarahkan pada

    lokasi-lokasi yang

    memiliki tingkat

    kesesuaian tinggi

    untuk kegiatan

    budidaya

    nonkehutanan

    Proses

    konversi lahan

    lebih terarah

    pada kawasan

    perkotaan

    yang sudah

    berkembang

    saja

    Semakin sedikit

    lahan yang

    beralih fungsi

    sebagai kawasan

    budidaya

    Beban kawasan perkotaan yang

    sudah ada akan semakin tinggi

    sebagai akibat dari terkonsentrasinya

    kegiatan pada satu lokasi saja

    Resiko bencana nonalam pada

    kawasan perkotaan meningkat

    sebagai akibat dari kepadatan

    bangunan, ketidaksiapan prasarana

    dan sarana lingkungan permukiman

  • No Isu Strategis

    Pengembangan Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan Penataan

    Ruang

    Potensi Dampak Positif Potensi Dampak

    Negatif

    Dampak Positif

    2 Ketahanan Pangan 1. Kebijakan Struktur

    Ruang:

    Pengembangan

    Pusat

    Pertumbuhan Baru

    (berbasis

    pertanian);

    pengembangan

    jalan lingkar luar

    kota Buol;

    pembangunan

    jalan poros Boilan-

    Kota Nagaya

    Pengembangan pusat

    pengembangan agrobisnis

    sedikit banyak akan membantu

    para petani dalam meningkatkan

    produktivitas sektor pertanian

    khususnya tanaman pangan, hal

    ini disebabkan adanya peluang

    pemasaran produk pertanian

    secara lebih luas melalui

    keberadaan kawasan agropolitan

    di Air Terang yang akan mampu

    menjadi katalisator

    perkembangan sektor pertanian

    Pembangunan jalan kolektor dan

    lingkar luar akan mampu

    mendoro akses pasar yang lebih

    luas dari berbagai komoditas

    pertanian di Buol

    Pengembangan jalur

    lingkar dan jalan

    kolektor bisa menjadi

    kontra produktif

    dalam rangka

    peningkatan

    ketahanan pangan

    apabila dampak ikutan

    dari pengembangan

    prasarana jalan tidak

    diantisipasi yaitu

    kecenderungan alih

    fungsi lahan akibat

    pembangunan jalur

    transportasi.

    Potensi alih fungsi

    lahan pertanian tidak

    akan meluas pada

    wilayah belakang,

    meningat pola

    perkembangan fisik

    kawasan yang lebih

    terkonsentrasi pada

    kawasan pesisir, atau

    sepanjang jalan

    nasional trans sulawesi

    Tidak adanya aturan

    yang jelas terhadap

    pola ruang berpotensi

    besar mengancam

    ketahanan pangan di

    Kabupaten Buol.

    Kecenderungan orang

    untuk mengalihkan

    lahan pertanian

    produktif menjadi

    lahan nonpertanian

    akan semakin tinggi

    1. Kebijakan Pola

    Ruang:

    Pengembangan

    Kawasan

    Pertanian (lahan

    sawah, lahan

    kering,

    perkebunan);

    Pengembangan pola ruang

    kawasan pertanian secara

    ekstensif akan dapat menjadi

    media dalam rangka mengatasi

    defisit pangan yang saat ini

    terjadi di Kabupaten Buol.

    Pengembangan sektor

    pertanian secara

    esktensif dan intensif

    tanpa diimbangi

    regulasi serta

    pendampingan yang

    baik dapat menjadi

    awal dari bencana

    lingkungan,

    penggunaan pestisida

    dan herbisida serta

    pemupukan yang

    berlebih dapat

    mempengaruhi

    kualitas lingkungan di

    Kabupaten Buol

    Resiko kerusakan

    lingkungan akibat

    penggunaan insektisida

    dan pestisida

    berkurang

    Keberadaan lahan

    pertanian akan

    semakin terjepit seiring

    dengan peningkatan

    kebutuhan lahan untuk

    aktivitas nonpertanian,

    khususnya pada

    kawasan perkotaan,

    disatu sisi tidak

    terdapat instrumen

    yang mampu

    menjamin keberadaan

    lahan pertanian

  • No Isu Strategis

    Pengembanga

    n Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan

    Penataan Ruang

    Potensi Dampak

    Positif

    Potensi

    Dampak

    Negatif

    Dampak Positif Dampak Negatif

    Konversi

    lahan hutan

    2. Kebijakan Pola

    Ruang:

    Pemantapan

    Kawasan Hutan

    di Kabupaten

    Buol sesuai

    dengan status

    Resiko konversi

    lahan menjadi

    lebih kecil karena

    ada aturan yang

    jelas bagi para

    pelanggar pola

    ruang yang telah

    ditetapkan

    Memberikan

    kepastian yang

    jelas pada para

    pemangku

    kepentingan

    khususnya

    pemilik modal

    dalam melakukan

    investasi terkait

    pemanfaatan

    ruang

    Resiko

    kebencanaan

    dapat ditekan

    dan diantisipasi

    lebih awal

    - - Resiko perambahan hutan akan

    semakin tinggi mengingat tidak

    adanya kejelasan status hutan di

    kabupaten Buol

  • No Isu Strategis

    Pengembangan

    Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan Penataan

    Ruang

    Potensi Dampak

    Positif

    Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif

    4 Eksploitasi Tambang Penetapan Kawasan

    Tambang dan Mineral

    Memberikan

    kepastian berusaha

    bagi pelaku sektor

    pertambangan

    Dapat memicu

    pertumbuhan dan

    perkembanan

    aktivitas turunan

    Adanya batasan yang

    jelas dalam

    pengusahaan

    kawasan

    pertambangan

    mineral logam di

    Kabupaten Buol

    Pertumbuhan

    kawasan timur buol

    yang selama ini jauh

    tertinggal dibanding

    wilayah barat dapat

    dipercepat

    Peningkataan

    kesempatan kerja

    masyarakat

    Peluang peningkatan

    kesejahteraan

    masyarakat

    Ketidaksiapan masyarakat

    secara sosial menyikapi

    perubahan yang cepat

    akibat pertumbuhan fisik

    kawasan berpotensi

    menimbulkan konflik

    sosial

    Kegiatan pertambangan

    berpotensi menimbulkan

    bahan pencemaran

    lingkungan yang semakin

    tinggi, apabila tidak ada

    pengawasan terhadap

    aktivitas pertambangan

    Jika eksploitasi

    sumberdaya alam

    (mineral dan tambang)

    berlangsung pada tingkat

    yang sangat tinggi

    sehingga mengancam

    keberlanjutan

    pembangunan (equity

    failure IIc). Proses

    produksi yang mengejar

    pertumbuhan ekonomi

    tinggi tanpa dibarengi

    reinvestasi untuk

    keberlanjutan yang

    memadai

    Kerusakan

    lingkungan akibat

    kegiatan

    pertambangan

    semakin kecil

    Potensi konflik

    sosial semakin

    kecil

    Jika tidak ada arahan

    yang jelas kegiatan

    penambangan secara

    illegal akan marak

    terjadi, kibatnya

    resiko kerusakan

    lingkunan semakin

    besar

  • No Isu Strategis

    Pengembangan

    Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan

    Penataan Ruang

    Potensi Dampak

    Positif

    Potensi Dampak Negatif Dampak Positif

    5 Perkembangan

    Kawasan

    Perkebunan

    pada wilayah

    hulu Kabupaten

    Buol

    Penetapan

    Kawasan

    Perkebunan

    Resiko kerusakan

    lingkungan dapat

    diperkecil, karena

    sudah ada rencana

    mitigasi terhadap

    kegiatan perkebunan

    Setiap investasi

    perkebunan wajib

    memberikan kajian

    dampak lingkungan

    terhadap investasi

    yang akan

    ditanamkan

    Jika eksploitasi

    sumberdaya alam

    berlangsung pada

    tingkat yang sangat

    tinggi sehingga

    mengancam

    keberlanjutan

    pembangunan (equity

    failure IIc). Proses

    produksi yang mengejar

    pertumbuhan ekonomi

    tinggi tanpa dibarengi

    reinvestasi untuk

    keberlanjutan yang

    memadai

    Investasi yang sangat

    tinggi pada sektor

    perkebunan dapat

    menurun seiring dengan

    pembatasan lahan untuk

    pengembangan kawasan

    perkebunan dan aturan

    yang ketat terhadap

    bentuk konservasi tanah

    Peluang peningkatan

    perekonomian regional

    menjadi berkurang

    Jika investasi

    perkebunan

    rendah, resiko

    kebencanaan

    dapat ditekan

    Jika investasi terhadap

    perkebunan tinggi,

    resiko konversi lahan

    hutan menjadi kawasan

    perkebunan akan

    semakin tinggi, karena

    pemerintah tidak

    memiliki ketentuan yang

    kuat untuk mengatur

    dan mengarahkan

    aktivitas perkebunan

    Resiko perambahan

    hutan akan semakin

    meningkat

    Potensi bencana alam

    akan semakin besar

    apabila pelaku sektor

    perkebunan

    mengabaikan aspek

    keselamatan lingkungan

    dalam proses budidaya

    kawasan perkebunan

  • No Isu Strategis

    Pengembang

    an Wilayah

    RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW

    Kebijakan

    Penataan Ruang

    Potensi Dampak Positif Potensi Dampak

    Negatif

    Dampak Positif Dampak Negatif

    6 Kerentanan

    terhadap

    bencana alam

    dan bencana

    non alam

    Penetapan

    kawasan lindung

    setempat

    Potensi kebencanaan

    (khususnya bencana alam)

    dapat ditekan

    Kerugian akibat bencana

    dapat diminimalkan, karena

    kawasan rawan bencana

    sudah ditetapkan sebagai

    kawasan lindung setempat

    dan atau kawasan budidaya

    nonpermukiman

    Resiko abrasi dan sedimentasi

    dapat ditekan

    Faktor bencana nonalam akan

    dapat ditekan, karena

    aktivitas budidaya

    permukiman diarahkan pada

    kawasan yang memiliki resiko

    bencana nonalam paling kecil

    Melalui penataan kepadatan

    permukiman serta penyiapan

    prasarana dan sarana

    lingkungan permukiman yang

    baik resiko bencana nonalam

    khususnya penyakit menular

    dapat ditekan

    Jika tidak ada aturan

    main yang jelas serta

    upaya penegakan

    hukum atas

    peraturan daerah

    tentang RTRW

    Kabupaten Buol

    2011-2030 yang

    ketat maka

    masyarakat akan

    berupaya mencuri-

    curi kesempatan

    memanfaatkan

    kawasan lindung

    setempat sebagai

    kawasan

    permukiman

    sebagaimana yang

    terjadi saat ini

    - Resiko kebencanaan

    tidak dapat dilakukan

    tindakan mitigasi

    Resiko kerugian

    bencana akan semakin

    tinggi baik yang sifatnya

    kerugian material

    maupun jiwa

    Resiko deforestasi

    kawasan hutan akan

    semakin meningkat,

    meningat keterbatasan

    akses masyarakat untuk

    memanfaatkan sumber

    daya nonalam dalam

    peningkatan

    kesejahteraan hidupnya

    Pencurian kayu pada

    kawasan hutan akan

    semakin marak

  • Pustaka Marif, Samsul, 2010, Proses Penyusunan Tata Ruang Wilayah, Bali. Manaf, Murshal, 2009, Pengembangan Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata, Jakarta Permen 15, 16, 17 Tahun 2010 Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kab/Kota