Materi perencanaan regional

60
Perkembangan Konsep Perencanaan Regional Peter Hall ( dalam Peter Cowan, 1973 hal . 44‑48 ) hingga tahun 1960 bahkan sesudah itu bagi praktisi masih menganggap perencanaan sebagai kegiatan yang perhatiannya terpusat pada masalah tata ruang dan tata guna tanah. • Sejak tahun 1967 terjadilah pergeseran pandangan (out look) tentang perencanaan yang memberikan tekanan kepada cost effectiveness melalui identifikasi tujuan. Pergeseran ini dipelopori oleh Robert Mc Namara ketika ia memimpin Departemen Pertahanan Amerika Serikat

Transcript of Materi perencanaan regional

Page 1: Materi perencanaan regional

Perkembangan Konsep Perencanaan Regional

• Peter Hall ( dalam Peter Cowan, 1973 hal . 44 48 ) ‑hingga tahun 1960 bahkan sesudah itu bagi praktisi masih menganggap perencanaan sebagai kegiatan yang perhatiannya terpusat pada masalah tata ruang dan tata guna tanah.

• Sejak tahun 1967 terjadilah pergeseran pandangan (out look) tentang perencanaan yang memberikan tekanan kepada cost effectiveness melalui identifikasi tujuan. Pergeseran ini dipelopori oleh Robert Mc Namara ketika ia memimpin Departemen Pertahanan Amerika Serikat

Page 2: Materi perencanaan regional

DEFINISI PERENCANAAN-1• D.Conyers et al, (1984 hal 3) rnemberikan pengertian perencana sebagai “a

continuous process which involves decisions, or choices, about alternative ways of using avalaible resources, with the aim of achieving particular goals at soire time in the future ".

• Jan Tinbergen (diterjemahkan oleh Hafid, 1973,hal 33) menyatakan bahwa : Perencanaan suatu kebijaksanaan ekonomi dan khususnya untuk kebijaksanaan pembangunan dewasa ini semakin merupakan kegiatan daerah. Banyak daerah yang condong untuk menggunakan tehnik ini dan tehnik ini sendiri senantiasa berkembang menuju perbaikan. Daerah-daerah

• Edgar A. Rose (M.J. Bruton 1974 hal. 30) yang mengartikan perencanaan sebagal persiapan mental untuk bertindak. Edgar A. Rose kemudian mengutip pendapat B. Mackaye yang mengatakan : "Every deliberate action ... must be conceived and rehearsed in the realm of thought before it can take place in tLe physical. It must be created before it can be done".

Page 3: Materi perencanaan regional

DEFINISI PERENCANAAN-2• Bintoro Tjokroamidjojo (1980, hal. 12) tentang perencanaan yang menekankan segi

proses efektivitas dan efesiensinya sebagai berikut : a. Perencanaan dalam arti seluas luasnya adalah suatu proses untuk mempersiapkan secara sistematis ‑kegiatan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh ‑karena itu perencanaan pada hakekatnya ada pada manusia. b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik baiknya (maksimum output) dengan ‑sumber sumber yang lebih efisien dan efektif.c. Perencanaan adalah penentuan ‑tujuan yang akan dicapai atau akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan olch siapa.

• Albert Waterston menyebutkan perencanaan pembangunan adalah melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan.

• Dalam Webster Dictionary perkataan proses berarti: a.A series of a c t i o n of operation definitely conducting to and end ; continuous operation or treatment, esp. in manufacture as a process of making steel. b.Action or series on action which lead to a desire or expected result; training to become a doctor is a lenthly process.

Page 4: Materi perencanaan regional

DEFINISI REGIONAL (WILAYAH)

DEFINISI REGIONAL (WILAYAH)1. Wilayah Formal Atau Homogen ; wilayah yg memiliki kesamaan,

misalnya kesamaan struktur ekonomi atau kondisi geografis2. Wilayah Fungsional atau Modal ; wilayah yang satu sama lainnya secara

fungsional saling membutuhkan.3. Wilayah Perencanaan atau Administratif Perencanaan (J.GLASSON/1974)

PEMBAGIAN REGIONAL (WILAYAH)4. Daerah Administratif5. Daerah terkait dalam suatu sistem6. Daerah Perencanaan Strategis (RIDWAN KAMANSYAH)

Page 5: Materi perencanaan regional

Historis Pembangunan• Setelah perang dunia II berakhir, pembangunan bagi Negara-negara

yang masih terbelakang mulai banyak dibahas dan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak.

• D. conyers, et al (1984, hal. 24) yang mengatakan : "The colonial power began to accept the need for social and economic development and even the reality of

• Ditinjau dari aspek historis perkembangan masyarakat menurut pertumbuhannya dapat dibedakan dalam masyarakat traditional, masyarakat transitional dan masyarakat modern.

• Untuk mencapai kemajuan sebagai daerah maju atau modern maka ia harus melakukan suatu "development”. Suatu istilah asing yang kemudian dipersamakan dalam bahasa kita sebagai pembangunan. Dari sudut tata bahasa Indonesia istilah development dapat dijabarkan sebagai kemajuan atau perkembangan.

Page 6: Materi perencanaan regional

DEFINISI PEMBANGUNAN• Moeljadi Banoewidjojo Pembangunan adalah proses dimana dapat

tercapainya secara terus menerus adanya perubahan sosial serta pertumbuhan ekonomi yang dipercepat

• Saul M Katz Pembangunan adalah usaha perubahan dari suatu keadaan dari tingkat kondisi kemasyarakatan yang lebih baik dibidang sosial sebagaimana diinginkan

• Sondang P Siagian Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)

• J. Glasson (1974 hal 20 22) membagi wilayah dalam tiga jenis yaitu : a).‑Wilayah formal atau wilayah homogeny b). Wilayah fungsional

atau wilayah modal c). Wilayah perencanaan atau wilayah administrasi perencanaan (region programming)

Page 7: Materi perencanaan regional

Pendekatan Perencanaan Pembangunan

Dalam perencanaan pembangunan baik perencanaan nasional maupun perencanaan daerah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu ; 1. Pendekatan perencanaan sektoral 2. Pendekatan perencanaan regional (wilayah)

Page 8: Materi perencanaan regional

Ciri Perencanaan dengan Pendekatan Regional (Wilayah)

• Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan wilayah (regional) melihat pemanfaatan ruang serta interaksi-interaksi berbagai kegiatan dalam ruang suatu wilayah yg diarahkan untuk pencapaian efeseinsi dan kenyamanan yg optimal untuk kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut.

• Pendekatan perencanaan regional memandang wilayah sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yg lebih kecil dengan potensi dan daya tarik serta daya dorong yg berbeda-beda, yang mengharuskan mereka menjalin hubungan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya

• Perencanaan wilayah mencakup berbagai kehidupan yg komprehensip (satu sama lain saling bersentuhan), yang semuanya bermuara pada upaya meningkatkan kehidupan masyarakat (ekonomi, politik, social dan budaya ) berbaur dalam sebuah perencanaan wilayah yang cukup kompleks

Page 9: Materi perencanaan regional

Perencanaan Regional Mengatasi berbagai masalah sektoral

Perencanaan regional (wilayah) akan menjawab beberapa pertanyaan yang pada pendekatan sektoral tidak akan terjawab , yaitu ;1. Lokasi berbagai kegiatan ekonomi yg akan berkembang2. Penyebaran penduduk dan lokasi berbnagai kegiatan

ekonomi yg akan berkembang dimasa yg akan datang3. Perubahan struktur ruang wilayah dan sarana yg harus

di bangun4. Perencanaan jaringan penghubung yg dapat

menghubungkan berbagai pusat kegiatan atau pemukiman secara efesein.

Page 10: Materi perencanaan regional

Perubahan Paradigma Perencanaan Pembangunan

• Dengan pendekatan perencanaan Regional maka terjadi perubahan paradigm pembangunan yang dahulu bersifat sentralisasi, sektoral, partial, makro dan top down approach ke paradigm baru yg desentralisasi, interaktif, bottom up approach, keterpaduan, mikro, local based dan partisipatory

• Perencanaan pembangunan wilayah (regional) harus diorientasikan kepada kemampuan bertindak local dalam kerangka berpikir global, memperhitungkan kelayakan masa kini dalam mempertimbangkan masa depan, lebih fleksibel dan dinamis dalam framework yg pasti dgn melibatkan seluruh unsure di masyrakat seperti akademisi, investor, budayawan, praktisi, dll

Page 11: Materi perencanaan regional

Langkah-langkah Proses Perencanaan Regional

Glasson (1974 : 5) Perencanaan adalah : “major features of general planning include a sequence of actions which are designed to solve problems in the future”. Glasson kemudian menetapkan urutan langkah-langkah sebagai berikut :1. The indentification of the problem.2. The formulation of general goals and more specific and measurable

objectives relating to possible constraints.3. The indentefication of possible constraints.4. Projection of the future situation.5. The generation and evalution of alternative courses of action,and

the production of a preferred plan.Which in generic form may include any policy statement or strategy as well as a definitive plan.

Page 12: Materi perencanaan regional

Langkah-langkah dalam Perencanaan Pendekatan Wilayah

• Indentifikasi kondisi saat sekarang dan indentifikasi masalah yang akan datang, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

• Tentukan visi, misi, dan tujuan umum yang ingin dicapai.• Indentifikasi kondisi daerah-daerah di sekitar daerah yang akan dibuat perencanaannya

dengan pendekatan wilayah, baik menyangkut potensi daerah tersebut maupun hal-hal lain yang terkait dengan kemungkinan untuk melakukan kerja sama.

• Indentifikasi kendala yang dihadapi saat ini maupun yang akan datang, termasuk kendala jika dilakukan kerja sama antardaerah.

• Proyeksikan berbagai variabel yang terkait, baik yang bersifat terkendali maupun yang di luar jangkauan pengendalian pihak perencana.

• Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dengan kekuatan sendiri dan melalui kerja sama antardaerah dalam kurun waktu tertentu, dengan tujuan yang dapat diukur.

• Susun format kerja sama antardaerah dan sesuaikan dengan yang berlaku secara transparan.• Cari seluruh alternatif yang mungkin dilakukan dengan kemampuan sendiri maupun melalui

kerja sama antardaerah untuk mencapai sasaran tersebut.• Pilih alternatif terbaik, termasuk kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan.• Menetapkan lokasi dan waktu dari semua kegiatan yang akan dilaksanakan.• Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan.

Page 13: Materi perencanaan regional

Kerjasama antar wilayah (interregional)

• Pengertian kerja sama secara umum adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang melakukan kerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah didefinisikan sebelumnya.

• Kunci dari sebuah kerja sama adalah kemauan untuk bekerja sama (Davidson “willingness to work together is the key thing to success, out of others such as good motivation, understanding, personal relations, and trust”.)

Page 14: Materi perencanaan regional

Implementasi Praktek Kerjasama Antar Wilayah

• Konsep pemerintah tentang kerja sama antarpemerintah lokal (kabupaten/kota) telah dimulai sejak tahun 1975 melalui Peraturan dan Keputusan Menteri Dalam Negeri.

• Salah satu kerja sama antarpemerintah daerah yang memberi manfaat dan keuntungan bersama adalah kerjasama Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam mengelola lahan TPA sampah di Piyungan.

• Kerjasama yang pernah “bermasalah” antara lain kerja sama antar Pemerintah DKI Jakarta dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan sampah di Bantargebang (Widyawati, 2000).

Page 15: Materi perencanaan regional

Masalah-Masalah Dalam Kerjasama Antar Wilayah (interregional)

• pemerintah pusat telah membuat berbagai aturan tentang kerjasama antar wilayah ini dan telah tercantum dalam salah satu klasual Undang-Undang No. 32/2004

• Dalam Praktek Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana mengatur suatu kerja sama antara pemerintah daerah yang berkaitan dengan ;1. Perjanjian kerja sama itu sendiri,2. Pengaturan hak dan kewajiban masing-masing pihak, 3. Masalah dana pendukung kerja sama,4. Aspek-Aspek lainnya.

Page 16: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN-PENDEKATAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH

(REGIONAL) DI INDONESIA

Page 17: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 1960-AN

• Pada kurun waktu ini, pendekatan pembangunan yang dilakukan masih bersifat parsial dan sektoral.

• Titik berat pelaksanaanpengembangan wilayah terfokus pada kawasan perkotaan, sedangkan perdesaan belum mendapat perhatian serius.

• Memang terjadi peningkatan kegiatan ekonomi di perkotaan, tetapi di sisi lain mengakibatkan penurunan mutu lingkungan (Urbanisasi). Di samping itu, perdesaan yang kurang terperhatikan mengakibatkan produktivitasnya menurun

Page 18: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 1970-AN• Pengembangan wilayah mulai dipandang sebagai solusi guna

mempercepat pembangunan wilayah. Meski demikian, praktek yang dilakukan masih bersifat sektoral berdasarkan kepentingan sector masing-masing. Terlihat dari penerapan ekonomi geografi (geografical economic), seperti teori lokasi, teori resources endowment dan teori pusat pertumbuhan (growth pole)

• Koreksi terhadap pendekatan mulai dilakukan, mengingat pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan bersifat sektoral. Selain itu, asumsi pengembangan pusat pertumbuhan akan menetes ke wilayah sekitarnya, terbukti kurang berjalan. Kenyataannya, pusat pertumbuhan “menghisap” wilayah sekitarnya. Pusat-pusat yang sudah berkembang cenderung menjadi metropolitan atau megacity.

Page 19: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 1980-AN• Periode awal tahun 1980-an ditandai dengan perumusan Strategi Nasional

Pembangunan Perkotaan (NUDS, 1982) yang masih menggunakan konsep kutub pertumbuhan (growth pole) dalam proses pembangunannya. Pada periode ini, sebenarnya telah diperkenalkan pendekatan

• Pembangunan (pada tahap pelaksanaan), yaitu Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Namun Sayangnya, P3KT tidak dikaitkan dengan konsepsi pengembangan wilayah,

• Pada periode ini, juga dikenalkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), ditandai pemberlakuan UU No.4/1982 tentang “Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Keppres No. 32/1990 tentang “Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung” dan beberapa peraturan mengenai analisis dampak lingkungan.

• Dalam penerapan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), muncul kesulitan mengintegrasikan pendekatan pembangunan berdasarakan wilayah administrasi dan wilayah fungsional. Program masih bersifat sektoral dan daerah. Selain itu, kebijakan untuk melaksanakan pendekatan ini masih bersifat makro dan normatif sehingga sulit dilaksanakan.

Page 20: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 1990-AN-1

• Pendekatan wilayah dalam perencanaan tata ruang wilayah mengalami pendalaman dan perluasan cakupan, antara lain dibuktikan dgn pemberlakuan PP No. 45/1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang

• Dalam prosesnya, penataan ruang melakukan tinjauan komprehensif tentang wilayah, seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, fisik, serta merumuskan tujuan, sasaran dan target pengembangan wilayah. Analisisnya menggunakan model dari

• berbagai disiplin ilmu. Hasil kegiatan dituangkan dalam spatial plan atau rencana tata ruang.• Pada periode ini dikenal hirarki Sistem Perencanaan Tata Ruang, yaitu:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yg disusun Pemerintah Pusat dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP);

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang disusun pemerintah provinsi dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda);

3. Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW Kabupaten/Kota) yang disusun pemerintah kabupaten/kota dan ditetapkan dengan Perda

4. Rencana-rencana rinci yang merupakan rencana detail dan teknis untuk kawasan-kawasan pada bagian wilayah kota atau kabupaten, sebagai implementasi dari perencanaanperencanaan strategis tersebut.

Page 21: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 1990-AN-2• Perkembangan teknologi informasi memicu tuntutan terhadap

transparansi, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, desentralisasi dan otonomi daerah serta penghargaan terhadap HAM di Indonesia. Di samping itu, pembangunan yang terlalu sentralistik dan birokratis menimbulkan permasalahan baru, yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan peran mereka dalam pembangunan dan menurunnya peran swasta dan dunia usaha dalam investasi.

• Di Indonesia, action plan mengadopsi dan mengadapatasi model yang mendukung ilmu manajemen di kalangan bisnis, sehingga sering disebut perencanaan strategis (strategic plan). Implementasi perencanaan strategis, ditandai penyusunan “kawasan andalan” serta sektor unggulan sebagai prime-mover. Model kawasan andalan pertama kali dikembangkan adalah model KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu)

• Setelah krisis ekonomi tahun 1998 dan diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, pendekatan-pendekatan tersebut butuh banyak penyesuaian karena berkaitan dgn kewenangan daerah

Page 22: Materi perencanaan regional

PENDEKATAN PERIODE 2000-AN

• Pendekatan wilayah telah mengalami penyesuaian dalam penerapannya hingga terbentuk paradigma baru pengembangan wilayah/kawasan di era otonomi ini. Dalam paradigma baru ini,

• penataan ruang lebih desentralistik (bottom-up approach) dan penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) disiapkan pemerintah daerah bersangkutan dengan mengikutsertakan masyarakat (public participation).

• Alternatif pengganti perencanaan di era otonomi ini adalah penataan ruang wilayah/ kawasan yang mempunyai konsep dan karakteristik ; Pendekatan bottom-up dan melibatkan semua pelaku

• Pembangunan, Transparan, berjangka pendek, Realistis, Berwawasan luas, Menjaga dan meningkatkan mutu lingkungan, Mempunyai visi pembangunan dan manajemen pembangunan (applicable).

Page 23: Materi perencanaan regional

KESIMPULAN• Dalam pelaksanaan pendekatan pengembangan wilayah di Indonesia terus dilakukan

penyesuaian seiring koreksi terhadap pendekatan yang dilaksanakan sebelumnya. • Muncul kesadaran, pendekatan pembangunan yang bersifat sektoral dan parsial

kerap mengakibatkan inefisiensi pembangunan, seperti duplikasi kegiatan serta konflik antarsektor dan daerah.

• Pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan terus berevolusi dari pendekatan yang bertumpu pada pendekatan ekonomi wilayah kemudian berkembang dengan mengintegrasikan pendekatan fisik dan infrastruktur, kelembagaan, manajemen dan lingkungan.

• Meski demikian, tantangan yang perlu dijawab agar pendekatan pengembangan wilayah berjalan efisien dan efektif adalah :1. Perlu tim yang mampu bekerja dalam bidang yang bersifat interdisipliner serta

tersedia informasi yang cukup untuk semua aspek yang dikaji;2. Perlu “kerelaan” untuk mendesentralisasikan kewenangan pembangunan

termasuk pembiayaan’ Perlu willingness pemerintahan daerah untuk mengkoordinasikan kegiatan mereka dan bekeja sama satu dengan lainnya;

3. Perlu keseimbangan antara pendekatan bottom up dan top down serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam menentukan tujuan dan prioritas pembangunan.

Page 24: Materi perencanaan regional

Teori-Teori Pembangunan Negara Berkembang

• Teori Modernisasi Kemiskinan yg terjadi dinegara berkembang terjadi karena aspek manusia (SDM),

nilai-nilai budaya yg dianut dan faktor internal lainya dalam negara-negara berkembang

Tokohnya : Harrod Domar, Max Weber, David Mc Cleland, Rostow, Alex Ankeles, Koentraningrat, dll

• Teori Ketergantungan Kemiskinan yg terjadi dinegara berkembang terjadi karena struktur ekonomi dunia

yg cenderung eksploitatif, Tokohnya : Raul Presbich (kemakmuran terjadi menuntungkan negara industri),

Paul Baran (sentuhan yg mematikan), Andre Gunder Frank, Dos Santod, dll

• Teori Pasca Ketergantungan Mengatasi kelemahan teori ketergantugan ; teori liberal, teori artikulasi dan teori

sistem dunia

Page 25: Materi perencanaan regional

TEORI MODERNISASI

• Sejarah Kelahiran (Faktor Pendorong penyelidikan) 1. Munculnya AS sebagai Kekuatan dominan dunia 2. Terjadinya perluasan gerakan komunisme 3. Lahirnya negara-negara merdeka di Asia-Afrika• Teori Pokok (Teori Dasar) 1. Teori Pembagian Kerja Internasional 2. Teori Evolusi Masyarakat 3. Teori Strktural Fungsional• Kelompok Teori Modernisasi 1. Teori Harrod-Domar : Tabungan & Investasi 2. Max Weber : Etika Protestan 3. David Mc Clelland : N –Ach 4. Bert F Hoselitz : Faktor Non-Ekonomi 5. Alex Inkeles & David H Smith : manusia Modern 6. W.W Rostow : Tahapan Pembangunan 7. Koentjaraningrat : Mentalitet Pembangunan

Page 26: Materi perencanaan regional

HARROD-DOMAR(Tabungan & Investasi)

• Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh tinggi-rendahnya investasi dan tabungan

• Masalah keterbelakangan terjadi karena kekurangan modal atau punya modal tetapi tidak diinvestasikan

• Berdasarkan model teori ini untuk memecahkan kemiskinan dinegara dunia ke-III adalah dgn mencari tambahan modal baik di dalam maupun luar negeri

• Masalah Manusianya adalah belakangan yg penting ada modal dan diinvestasikan ke sektor produktif

Page 27: Materi perencanaan regional

MAX WEBER(ETIKA PROTESTAN)

• Mengapa beberapa negara eropa dan AS mengalami kemajuan ekonomi yg pesat dibawah sistem kapitalisme

• Etika kristen protestan calvin menjadi sumber kapitalisme eropa

• Kristen protestan calvin percaya untuk mengetahui seseorang masuk surga atau negara jika orang berhasil bekerja di dunia (sukses)

• Penelitian weber ini merupakan penelitian awal tentang hubungan antara agama dengan pembangunan, seperti penelitian Robert Bellah tentang “Tokugawa Religion”

Page 28: Materi perencanaan regional

David Mc Clelland(Dorongan Berprestasi/N-Ach)

• Dalam suatu masyarakat yg memiliki banyak N-Ach tinggi maka masyarakat tersebut akan sukses

• N-Ach adalah dorongan/semangat untuk berprestasi tanpa menunutut imbalan/pamreh materi tetapi kepuasan batin

• Hasil penelitiannya menunjukan ; Pertumbuhan ekonomi yg tinggi pada suatu negara selalu didahului oleh adanya karya sastra bermutu yg memiliki N-Ach yg tinggi (Kepahlawanan, optimisme & keberanian, dll)

• Hasil penelitian dilakukan pada banyak negara dan menyimpulkan adanya korelasi kuat antara N-Ach dgn pertumbuhan ekonomi suatu negara

• N-Ach bukan warisan sejak lahir tetapi seperrti virus yg dapat ditularkan, terutama pada pendidikan masa kecil dilingkungan keluarga

Page 29: Materi perencanaan regional

W.W. Rostow (Lima Tahap Pembangunan)

• Masyarakat terkebelakang dalam menuju masyarakat maju pada dasarnya berjalansecara linier dan bertahap

• Tahapan tersebut, adalah ; 1. Masyarakat Tradisional 2. Prakondisi Tinggal Landas (suntikan dari luar) 3. Lepas Landas (tabungan & Investasi meningkat dari 5 % menjadi 10 % yg diinvestasikan pada sektor industri) 4. Bergerak ke Kedewasaan (mulai mantap dalam perda gangan internasional, eksport tumbuh pesat) 5. Jaman Konsumsi Masal yg Tinggi (terjadi surplus perdagangan yg diberikan pd kesejahteraan sosial)

Page 30: Materi perencanaan regional

BERT F HOSELITZ(Faktor Non Ekonomi)

• Masalah utama pembangunan bukan hanya masalah modal tetapi adanya keterampilan kerja tertentu, wiraswasta yg tangguh dan perubahan kelembagaan politik dan sosial yg memungkinkan sehingga modal yg ada dapat produktif

• Syarat pembangunan ; 1. Modal 2. Lembaga Perbankan 3. Pemasukan Tenaga Ahli dan terampil

Page 31: Materi perencanaan regional

Alex Inkeles dan David H Smith(Manusia Modern)

• Pembangunan tidak hanya modal, investasi tetapi juga manusianya• Untuk maju harus tersedia manusia, yg memiliki ciri-ciri ; 1. Terbuka terhadap pengalaman baru 2. Berorientasi pd masa sekarang dan masa akan datang 3. Punya kesanggapun membuat perencanaan 4. Percaya mampu menguasai alam• Proses menjadi manusia modern dapat dilakukan dgn ; 1. Pendidikan 2. Pengalaman Kerja 3. Media Massa• Faktor agama dan budaya tidak penting yg penting adalah pendidikan &

bekerja pada lembaga modern

Page 32: Materi perencanaan regional

SAMUEL HUTINGTON(Demokrasi di Negara Berkembang)

Tesis hutington berangkat dari 2 pertanyaan ;a) Prakondisi apa yg diperlukan untuk membangun demokrasi ?

a) Syarat kemakmuran ekonomib) Struktur sosial (ada kelompok2 mapan & otonom yg merata)c) Lingkungan internasional (mendorong)d) Agama (agama yg berkorelasi tinggi dgn demokrasi; protestan, katolik; hubungan

moderat ; shinto dan hindu ; sedangkan Islam, konfusionisme & budhisme ladang subur tumbuhnya pemerintahan otoriter)

b) Proses politik yg bagaimana untuk pembangunan demokrasi ?a) Model linier (Inggeris dan swedia)b) Model siklus (Amerika latin/pergantian secara teratur)c) Model dialektis (kelas menengah mendesakan kepentingannya pada pemerintahan

otoriter/ seperti Jerman, italia dan spanyol)Kesimpulan Hutington : proses terbaik dimulai dari ; 1. pertumbuhan dan pengembangan identitas nasional, 2. pengembangan pranata politik yg efektif, 3. pengembangan partisipasi politik.Hutington menyanggah tesis Baringgton Moore yg menyatakan demokrasi hanya bisa lahir dari revolusi berdarah dan kekerasan

Page 33: Materi perencanaan regional

KESIMPULAN• Ciri Utama Teori Modernisasi 1. Dikotomi antara modern dan tradisional 2. Didasarkan faktor-faktor non material sebagai penyebab kemiskinan 3. Bersifat a historis (tanpa memperhitungkan waktu dan tempat) 4. Faktor pendorong / penghambat pembangunan harus dicari dalam negara bersangkutan• kelemahan 1. Arah dan perkembangan masyarakat tidak selalu dalam garis lurus (evolusi Linier) 2. Negara berkembang tidak dapat mengembangkan model baru hanya mengikuti apa yg telah terjadi di barat 3. Tradisi dan nilai di negara berkembang di anggap homogen (tdk bervariasi) 4. Nilai modern dan tardisional tidak selalu bertolak belakang (dalam negara modern

ada nilai-nilai tradisional) 5. Tidak semua nilai tradisional menghambat modernisasi• Implikasi Bagi Pembangunan 1. Legitimasi Bantuan Modal Asing/masuknya investor dan tenaga kerja asing 2. Ideologi komunisme sebagai ancamanan bagi pembangunan (modernisasi) 3. Pembenaran terjadinya hubungan masyarakat tradisional dan modern

Page 34: Materi perencanaan regional

TEORI-TEORI KETERGANTUNGANA. DASAR PEMIKIRAN Berdasarkan teori pembagian kerja secara internasional apabila masing-masing negara berspesialisasi pada

keuntungan komparatif yg dimilikinya, semua negara akan diuntungkan, kenyataan tidak karena negara selatan yg berspesialisasi pd sektor pertanian justru miskin sedangkan negara utara yg berspesialisasi pada industri terus maju, jawabnya menurut Teori Modernisasi adalah karena lambat dalam melakukan modernisasi sedangkan menurut Teori Ketergantungan karena struktur ekonomi dunia yg eksploitatif.

B. TEORI DASAR 1. Raul Prebisch (Industri Subtitusi Import) 2. Karl Marx (Bangunan bawah/Base dan Bangunan Atas/Superstructure, Imprealisme & Kolonialisme) 3. Paul Baran (sentuhan yg mematikan)

C.TEORI-TEORI KETERGANTUNGAN 1. Andre Gunder Frank (Pembangunan Keterbelakangan) 2. Theotonio Dos Santos (Struktur Ketergantungan) 3. Peter Evan (Pembangunan dalam ketergantungan) 4. Chase-Dunn (Kuantifikasi Konsep Ketergantungan) 5. Cardoso (Pembangunan yg bergantung) 6. Sritua Arief dan Adi Sasono (Ketergantungan dan Keterbelakangan di Indonesia)

Page 35: Materi perencanaan regional

TEORI DASAR

1.Raul Prebisch (Industri Subtitusi Import) a. Berdasarkan Teori pembagian kerja seluruh negara makmur, tapi kenapa negara yg berspesialisasi pada pertanian miskin ? b. Jawabnya adalah karena terjadi defisit pada neraca perdagangan negara pusat dan pinggiran, yang disebabkan oleh : 1. Hukum Engels ; Kenaikan pendapatan tidak akan menaikan konsumsi untuk makanan tetapi justru akan menaikan

konsumsi barang industri. 2. Negara industri sering melakukan proteksi 3. Kebutuhan barang mentah dapat dikurangi dengan penemuan teknologi baru berupa bahan mentah sintetis c. Negara terkebelakang harus melakukan industrialisasi yg dimulai dari industri substitusi impor (barang indutri yg tadinya

diimpor harus diproduksi dalam negeri) serta harus dilindungi (proteksi)

2.Karl Marx (Bangunan bawah/Base dan Bangunan Atas/Superstructure, Imprealisme /Kolonial isme) a. Teori Base dan Superstructure (Perkembangan masyarakat berdasarkan gerak dialektika karena terjadinya konflik intern yang

memunculkan tesis, antitesis dan sentesa) b. Teori Imprealisme dan Kolonialisme (Teori God, Glory, Gold), imprealisme dan kolonialisme ini akan menumbuhkan

kapitalisme di negara pinggiran persis sama dengan negara pusat

3. Paul Baran (sentuhan yg mematikan) a. Perkembangan kapitalisme di negara pinggiran tidak sama dengan negara pusat. Di negara pingiran perkembangan

kapitalismenya adalah kerdil/kretinisme. b. Kerdilnya perkembangan kapitalisme dipinggiran disebabkan oleh tidak terkumpulnya harta pada para pedagang dan tuan

tanah lokal yg bisa diinvestasikan pd industri tetapi terkumpul pada para pendatang hingga yang terjadi bukan pemupukan tetapi justru penyusutan modal disamping itu juga terjadinya kretinisme kapitalisme negara pingiran akibat kerjasama kerjasama antara pemodal asing dgn pemerintah hingga industri dalam negeri dirugikan (Pendapat Marx yg menyatakan negara pinggiran laksana puteri cantik yg menunggu ciuman pangeran tampan dari negara industri untuk membangunkannya memang ada benarnya, namun dia tidak pernah mengira setelah bangun dia selalu sakit-sakitan karena ciumannya beracun)

Page 36: Materi perencanaan regional

Andre Gunder Frank(Pembangunan Keterbelakangan)

• Akibat kerjasama antara pemodal asing dengan pemerintah dan bourjuis lokal, maka akan banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yg menguntungkan pemodal asing dan bourjuis lokal dgn mengorbankan kepentingan negara dan rakyat

• Kegiatan ekonomi yg terjadi hanya kegiatan ekonomi negara maju yg berlokasi di negara miskin (Bourjuis lokal hanya sebagai payung politis)

• Akomulasi modal yg terjadi tidak untuk konsumsi atau diinvestasikan dalam negeri, keuntungan yg terjadi tidak akan menetes kebawah seperti pd teori trickle down effect

• Satu-satunya acara mengatasinya adalah dengan revolusi

Page 37: Materi perencanaan regional

Theotonio Dos Santos(Struktur Ketergantungan)

• Hubungan yang terjadi antara negara industri dengan negara pinggiran adalah hubungan yang tidak sederajat “(tidak setara)”.

• Bentuk-bentuk ketergantungan adalah ; a. Ketergantungan kolonialime b. Ketergantungan Industri Keuangan c. Ketergantungan Teknologi Industri• Ketergantungan tersebut terjadi bukan karena “struktur ekonomi kapitalis”

tetapi karena “situasi ketergantungan” oleh karena pengawasan yg ketat dan monopoli modal asing pada industri dinamis serta ketergantungan teknologi.

Page 38: Materi perencanaan regional

Peter Evan (Pembangunan dalam ketergantungan)

• Pada awalnya modal asing dan investasi asing yg masuk ke negara oingiran hanya ingin menguras bahan mentah dan menjual barang industrinya

• Tetapi akibat perkembangan teknologi,komunikasi dan nasionalisme pada negara pingiran, maka pembangunan terjadi juga pada negara pingiran

• Maka lahirlah aliansi tripel antara modal asing, pemerintah dan bourjuis lokal yang bekerjasama saling menuntungkan walaupun masih belum seimbang.

Page 39: Materi perencanaan regional

Chase-Dunn (Kuantifikasi Konsep Ketergantungan)

• Investasi modal asing dapat positif atau negatif• Besifat negatif apabila ; a. terjadinya pengurasan SDA b. terbentuknya struktur ekonomi yg hanya melayani modal asing c. hubungan antar elite yg merugikan rakyat • Bersifat positif apabila ; a. modal asing tsb langsung digunakan utk investasi industri yg

membutuhkan bahan mentah dalam negeri b. utang luar negeri digunakan utk membiayai pembangunan prasarana

pembangunan c. terjadinya transfer teknologi, perbaikan kebiasaan kerja, perbaikan

organisasi pembangunan, dll yg bermanfaat bagi pembangunan • Melakukan Kuantifikasi hubungan ketergantungan

Page 40: Materi perencanaan regional

Cardoso (Pembangunan yg bergantung)

• Situasi ketergantungan tidak hanya disebabkan oleh faktor ekstren tetapi juga oleh faktor intern (kesadaran masyarakat)

• Jika negara dunia ketiga mampu secara selektif, hati-hati dan terencana dalam membangun hubungan dgn negara industri maka hasil yang diperoleh tidak harus berupa situasi keterbelakangan dan ketergantungan.

• Fase-fase yg dilewati, menuju industrialisasi melalui ketergantungan adalah ;

a. Fase ketergantungan klasik b. Fase pembangunan bergantung c. Fase ketergantungan dinamis

Page 41: Materi perencanaan regional

Sritua Arief dan Adi Sasono (Ketergantungan dan Keterbelakangan di Indonesia)

• Sistem tanam paksa adalah pangkal tolak terjadinya kemiskinan dan keterbelakangan di Indonesia karena pada masa tersebut telah terjadi pengalihan surplus ekonomi dari Indonesia ke Belanda dalam jumlah yg amat besar

• Hasil penelitiannya dengan mengamati pembangunan ekonomi orde baru, adalah ; a. Pertumbuhan ekonomi yg terjadi diikuti oleh semakin lebarnya jurang pemisah antara si kaya dan miskin b. Indonesia memiliki tingkat pengangguran yg tinggi dengan percepatan yg tinggi pula karena pengembangan teknologi padat modal dan mekanisasi sektor pertanian c. Proses industrialisasi di Indonesia bersifat esktraversi (industri substitusi impor yg dikembangkan memiliki sifat ketergantungan modal dan teknologi yg tinggi/tergantung secara teknologi (dos santos) d. Kebutuhan selalu akan modal asing e. tidak mampu mencapai swasembada beras

Kesimpulan :Situasi ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah atau sedang terjadi di Indonesia.

Page 42: Materi perencanaan regional

KESIMPULAN

ASUMSI DASAR DEPEDENSI KLASIK• Gejala ketergantungan dianggap sebagai sebagai gejala umum yang berlaku bagi seluruh dunia ketiga• Kondisi ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oelh faktor dari luar• Masalah ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi• Situasi ketergantungan lebih dilihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi regional

ekonomi global• Situasi ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan

KRITIK TERHADAP TEORI DEPENDENSI• dianggap bukan karya ilmiah tetapi hanya pamflet politik• teori yang abstrak• melihat situasi ketergantungan sebagai satu fenomena global, teori depensi hampir tidak menyediakan

tempat untuk adanya variasi ditingkat nasional.• secara berlebihan menekankan pentingnya pengaruh eksternal dengan hampir melupakan pengaruh faktor

internal padahal jika benar teori dependensi menerima warisan dari neo marxisme maka harus meletakan analisa kelas dan negara di dalam teori dependensi

IMPLIKASI PADA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN• Teori Dependensi mengajukan usulan yang radikal untuk mengubah situasi ketergantungan dengan revolusi

sosialis.• Bertolak belakang dengan teori modernisasi yang mengajurkan hubungan dengan negara-negara maju, maka

teori ketergantungan menganjurkan pemutusan hubungan dengan negara maju dan menggantinya dengan melakukan hubungan dengan negara yang netral serta menganjurkan pembangunan secara “Berdikari”

Page 43: Materi perencanaan regional

TEORI-TEORI PASCA KETERGANTUNGAN

1. Teori Liberal2. Bill Warren3. Teori Artikulasi4. Teori sistem dunia

Page 44: Materi perencanaan regional

Bill Warren

• Pembangunan dan kemakmuran sedang terjadi lebih pesat di negara-negara pinggiran

• Perkembangan kapitalisme dan pembangunan dinegar pinggiran masih mungkin terjadi

• Contoh emperis, yaitu ; negara asia timur dan asia tenggara (korea selatan, taiwan, hongkong, dan singapura)

Page 45: Materi perencanaan regional

Teori Artikulasi

• Dalam setiap masyarakat dikenal adanya konsep cara produksi (mode of production), misalnya cara produksi kapitalis, cara produksi feodal, dll

• Dalam kenyataan masyarakat tidak sepenuhnya hitam putih tapi ada konsep “abu-Abu” hanya campurannya yg berbeda (kapitalisme jepang beda dgn AS

• Tidak berkembangnya kapitalisme di negara-negara pinggiran terjadi karena kombinasinya tidak efesein (banyak penghambat) akiabat perjalanan sejarah masing-masing

Page 46: Materi perencanaan regional

Teori Sistem Dunia• Dahulu dunia dikuasai oleh sistem-sistem kecil dalam bentuk kerajaan dan

pemerintahan lainnya yang pada mulanya saling terpisah• Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan

maupun sukarela hingga terbentuk sistem dunia• Perkembangan teknologi dan lainnya kemudian memunculkan sisteem

perekonomian dunia yang menyatu, sistem inilah yg sekarang merupakan kekuatan yg mengerakan negara-negara di dunia

• Sistem tersebut berbentuk kelompok negara pusat, setengah pusat dan pinggiran (perbedaannya pada kekuatan ekonomi dan politik)

• Negara-negara dapat “naik atau turun kelas” • Ada 3 strategi untuk “naik kelas”, yaitu ; 1. Merebut kesempatan yg ada (industrialisasi substitusi import) 2. Melalui Undangan (perusahaan multinasional yg masuk) 3. Menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya

Page 47: Materi perencanaan regional

Realitas Teori Pembangunan Internasional

• Secara internasional, ada 3 konsep pembangunan, yaitu 1. Sistem Kapitalisme 2. Sistem Sosialisme 3. Sistem Campuran • krisis pembangunan terbesar terjadi pada sistem sosialisme• Sistem kapitalisme menghadapi masalah pengangguran,

kriminalitas , rasialisme, neo fasisme, dll• Sistem campuran menghadapi masalah multi-kompleks

(Variasi dan intensitasnya), kesulitan ekonomi, pengangguran, konflik ras, korupsi, dll

Page 48: Materi perencanaan regional

TEORI LOKASI1. Suatu perencanaan wilayah dan kota tentunya harus mempertimbangkan fenomena-fenomena

keruangan atau spasial, baik dari aspek fisik maupun non-fisik, serta interaksi dan keterkaitan di antara keduanya. Fenomena lain seperti densitas atau kepadatan penduduk juga selayaknya menjadi sorotan dalam perencanaan, sama halnya dengan pola penggunaan tanah dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup penduduk. Keseluruhan fenomena tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam proses perencanaan serta proses pembangunan suatu daerah.

2. Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal (local input), permintaan lokal (local demand), bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani dalam Sofa, 2008).

3. Muncul beberapa pandangan mengenai faktor lokasi yang cukup berpengaruh dalam kegiatan perekonomian, diantaranya adalah faktor fisik yang memiliki pengaruh berbeda-beda terhadap masing-masing lokasi perindustrian. Seperti teori pusat lokasi yang dikemukakan oleh Christaller (1993), yang menjelaskan mengenai pola umum geometris dan tempat pusat pelayanan ke daerah-daerah. Beliau menyatakan bahwa pengembangan konsentrasi industri dan pengelompokan industri sangat penting sebagai bagian industri modern dunia.

4. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala besar) secara komprehensif diperlukan pertimbangan berbagai faktor, antara lain ketersediaan bahan baku, upah buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu negara, dan kebijakan daerah (peraturan daerah).

Page 49: Materi perencanaan regional

Pembagian Teori LokasiSecara garis besar teori lokasi dapat dikategorikan atas 3 kelompok utama.

• Least Cost Theory yang menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur-unsur pasar dan permintaan. Pelopor nya adalah Alfred Weber (1909) yang beranggapan bahwa ada tiga faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi perusahaan industri yaitu, ongkos transpor, perbedaan upah buruh dan kekuatan aglomerasi.

• Market Area theory yang dipelopori oleh August Losch (1954), menurut kelompok ini faktor permintaan lebih penting artinya dalam persoalan pemilihan lokasi. Bila permintaan terhadap suatu barang adalah elastis terhadap harga, diperkirakan akan timbul berbagai pengaruh terhadap pemilihan lokasi perusahaan. Di samping itu adanya unsur persaingan antar tempat (spatial competation) diantara sesama produsen menetukan pula tingkah laku perusahaan dalam memilih lokasi.

• Bid Rent Theory yang dipelopori oleh Von Thunen, menurut kelompok ini pemilihan lokasi perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk membayar sewa tanah. Tentunya teori ini lebih banyak berlaku untuk pemilihan lokasi pada daerah perkotaan dimana harga dan sewa tanah sangat tinggi sehingga merupakan bagian ongkos produksi yang cukup menentukan.

Page 50: Materi perencanaan regional

Least Cost Theory

Asumsi Dasar Teori ini ; 1. Lokasi pasar dan sumber bahan baku

telah tertentu, 2. Sebahagian bahan baku adalah localized

materials, 3. Tidak terjadi perubahan tehnologi (fixed

technical coefficients)4. Ongkos transport tetap setiap kesatuan

produksi dan jarak.

Page 51: Materi perencanaan regional

Weber mengembangkan konsep tiga arah yang dikenal dengan teori segitiga lokasi (locational triangle) seperti gambar berikut, yang kemudian dirumuskan secara matematis dengan sebuah persamaan.

T(k) = q [ ( k1 a1 n1 ) + (k2 a2 n2 ) + m k3 ]

di mana :T(k) = biaya angkut minimumM = sumber bahan bakuC = pasarK = lokasi optimal industriq = output (hasil produksi)k = jarak dari sumber bahan baku dan pasara = koefisien inputn = biaya angkut bahan bakum = biaya angkut hasil produksi

Page 52: Materi perencanaan regional

• Weber menyimpulkan bahwa lokasi optimum dari suatu perusahaan industri umumnya terletak dimana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau sumber bahan baku.

• Alasannya bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu dari kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku dan hasil produksi akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang ditimbulkan dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat pula dimanfaatkan semaksimal mungkin.

• Dalam proses produksi berat barang berkurang (weight loosing process), lokasi optimum akan berada pada sumber bahan baku. Sebaliknya bila dalam proses produksi bila dalam proses produksi berat barang bertambah (weight gainning process), lokasi optimum akan berada pada pasar. Hanya bila industri menggunakan proses footloose, perusahaan akan dapat bebas kedua alternatif lokasi tersebut.

Page 53: Materi perencanaan regional

Berdasarkan pertimbangan segitiga lokasi di atas, dihasilkan tempat dengan biaya transportasi minimal (minimum transportation cost) dengan titik-titik peng-hubung satu sama lain;(a) terjadi saat berat bahan baku sama dengan berat barang jadi, sehingga biaya

transportasi minimal saat lokasi optimal berada di tengah, di mana nilai IM sama dengan 1.

(b) terjadi saat berat bahan baku lebih besar dari berat barang jadi, sehingga lokasi optimal berada mendekati sumber bahan baku karena biaya transportasi bahan baku lebih mahal, di mana nilai IM lebih besar dari 1.

(c) terjadi saat berat bahan baku lebih kecil dari berat barang jadi, sehingga lokasi optimal berada mendekati pasar karena biaya transportasi bahan baku lebih murah, di mana nilai IM kurang dari 1.

Page 54: Materi perencanaan regional

KESIMPULAN

Weber mengemukakan teori lokasi industri dengan prinsip “penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location)”. Pada konsepnya berupa segitiga lokasional, Weber menunjukkan bahwa fungsi tujuan adalah meminimalkan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut (input dan output). Jika muncul kondisi di mana pada proses produksi menimbulkan penyusutan berat barang (weight loosing process), lokasi optimal akan berada pada sumber bahan baku, sedangkan jika muncul kondisi di mana pada proses produksi menimbulkan peningkatan berat barang (weight gainning process), lokasi optimal akan berada di dekat pasar. Sehingga menurut Weber, penentuan lokasi industri optimal adalah dengan melihat letak sumber bahan baku dan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi, dengan tiga variable penentu, yaitu titik material (bahan baku), titik konsumsi (pasar), dan titik tenaga kerja

Page 55: Materi perencanaan regional

Market Area TheoryTeori Market Area disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu : (a). Konsumen tersebar secara merata keseluruh tempat (b). Bentuk persamaan permintaan dianggap sama (c). Ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.

Berdasarkan ketiga asumsi ini, teori ini berkesimpulan bahwa pemilihan lokasi perusahaan akan lebih banyak ditentukan oleh besarnya ongkos angkut untuk hasil produksi dan tingkat persaingan sesama produsen di pasar.

Penelitian empiris pertama tentang teori area pasar dilakukan oleh Reilly (1929), hasil penelitian ini ternyata sangat memuaskan sehingga penemuan yang didapat kemudian dikenal dengan hukum Reilly yang berbunyi: lokasi perusahaan industri cenderung terkonsentrasi pada beberapa pusat sedangkan jumlah industri yang masuk ke konsentrasi tersebut sebanding dengan berhubungan terbalik dengan jarak antara pusat dengan daerah pinggiran daerah pasaran luas daerah pasar ( diukur dengan jumlah penduduk ) dan berhubungan terbalik dengan jarak antara pusat dengan daerah pinggiran daerah pasar

Page 56: Materi perencanaan regional

Bid Rent Theory• Johann Heinrich von Thünen merupakan seorang ekonom yang

menjanjikan pada abad ke-19. • Von Thunen adalah seorang tuan tanah asal Mecklenburg (sebelah utara

Jerman) yang merupakan pionir teori pemanfaatan tanah.• Dalam buku karangannya yang berjudul Der Isolierte Staat in Beziehug suf

Land Wirtshaft (1826) yang kemudian dialihbahasakan oleh Peter Hall menjadi The Isolated State to Agriculture (1966), beliau mengembangkan rumusan pertama mengenai teori ekonomi keruangan yang kemudian dihubungkan dengan teori sewa (rent).

• Von Thunen mengembangkan teori tersebut berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, di mana beliau menggambarkan teorinya dalam pertanian, bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Teori tersebut memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, di mana pada pola tersebut dimasukkan variable keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian.

Page 57: Materi perencanaan regional

Bid Rent Theory

Teori Bid Rent disusun atas beberapa asumsi tertentu yaitu : (a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai tingkat keseburuan

yang sama,(b) Ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi yang

menggunakan hasil pertanian yang diproduksi didaerah sekitarnya, (c) Ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, (d) Harga barang produksi juga sama untuk setiap jenis produksi. (e) Tidak terjadi perubahan tehnologi ( fixed technical coefficient). Berdasarkan asumsi tersebut, teori bid rent berkesimpulan bahwa lokasi perusahaan

industri akan sangat ditentukan oleh titk kesamaan antara kemampuan perusahaan untuk membayar sewa tanah (bid-rent) dan besarnya sewa tanah yang diinginkan oleh sipemilik tanah (land-rent).

Page 58: Materi perencanaan regional

Von Thunen mengidentifikasi perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Beliau mengembangkan teori dasar produktifitas marginal, yang bila dirumuskan secara matematis akan didapat persamaan sebagai berikut.R = Y ( p - c ) - Y . F . mdi manaR = sewa lahanY = hasil pertanian per unitp = harga pasar per unit untuk komoditasc = pengeluaran produksi per unit untuk komoditasF = tingkat pengangkutanm = jarak dengan pasar

Model teori Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi, dengan asumsi dasar sebagai berikut:1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya, yang merupakan satu-

satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian ( isolated stated)2. Daerah perkotaan tersebut merupakandaerah penjualan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima

penjualan hasil pertanian dari daerah lain (single market)3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan (single destination)4. Daerah pedalaman merupakan daerah berkarakter sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah

(homogenous)5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk

menyesuaiakan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan ( maximum oriented)

6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda ( one mode transportation)

7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh, di mana petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar (equidistant)

Menurut Von Thunen, berdasarkan pada tujuh asumsi tersebut, tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Seperti dijelaskan pada kurva dibawah ini.

Page 59: Materi perencanaan regional

Berdasarkan kurva tersebut dapat terlihat bahwa semakin dekat dengan pasar, maka harga sewa tanah akan semakin mahal. Sebaliknya, semakin jauh jarak dari pasar, harga sewa tanah akan semakin rendah. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

Page 60: Materi perencanaan regional

P : pasar1 : pusat industri kerajinan2 : pertanian intensif3 : wilayah hutan4 : pertanian ekstensif5 : wilayah peternakan6 : daerah pembuangan sampah• Teori Von Thunen mengenai pertimbangan ekonomi lokasi modern ini sangat

berpengaruh dan sangat penting dalam sebuah perencanaan wilayah, karena dengan mengetahui dasar-dasar teori ini kita dapat merencanakan pembangunan daerah terisolir sebagai pusat pasar, serta pembangunan kawasan-kawasan lain yang berkaitan dengan pertanian pada umumnya. Selain itu juga dalam kaitannya dengan akses jalan ke pasar dan sewa lahan, dapat direncanakan perbaikan pembangunan dan pertanian dengan berdasar pada teori tersebut. Namun juga teori Von Thunen ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah kurangnya relevansi dengan kondisi saat ini di mana segala hal sudah semakin maju dan modern, kemudian model keseimbangannya bersifat parsial tanpa mempertimbangkan keterkaitan faktor-faktor atau variabel lain, serta kelemahan pada keterkaitan dengan waktu dan wilayah. Dan disitulah peran perencana penting dalam perbaikan sarana-prasarana untuk menutupi kelemahan-kelemahan teori Von Thunen