Materi 3.

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pidatonya yang berjudul Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 : Tuntutan terhadap Kualitas yang disampaikan pada Konvensi Pendidikan Nasional Indonesia III di Ujung Pandang (1996), Mendikbud mengemukakan bahwa dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia menjelang era industri dan teknologi, dunia pendidikan harus peka terhadap gejolak perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang luwes, fleksibel, serta relevan dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor pembangunan, maka pembangunan pendidikan nasional diprioritaskan pada tiga hal : penuntasan wajar dikdas 9 tahun, peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, penguasaan iptek melalui pendidikan, dan peningkatan relevansi melalui kebijakan link and macth. Saat ini dunia pendidikan memerlukan adanya reformasi - reformasi berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa depan. Reformasi yang dimaksud bukanlah perubahan yang revolusioner, melainkan suatu perubahan yang bersifat evolutif, antisipatif, dan 1

Transcript of Materi 3.

Page 1: Materi 3.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pidatonya yang berjudul Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk

Tahun 2020 : Tuntutan terhadap Kualitas yang disampaikan pada Konvensi

Pendidikan Nasional Indonesia III di Ujung Pandang (1996), Mendikbud

mengemukakan bahwa dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

menjelang era industri dan teknologi, dunia pendidikan harus peka terhadap gejolak

perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam rangka menciptakan

sistem pendidikan yang luwes, fleksibel, serta relevan dengan kebutuhan berbagai

bidang dan sektor pembangunan, maka pembangunan pendidikan nasional

diprioritaskan pada tiga hal : penuntasan wajar dikdas 9 tahun, peningkatan mutu

pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, penguasaan iptek melalui pendidikan, dan

peningkatan relevansi melalui kebijakan link and macth.

Saat ini dunia pendidikan memerlukan adanya reformasi - reformasi berkelanjutan

dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa depan. Reformasi

yang dimaksud bukanlah perubahan yang revolusioner, melainkan suatu perubahan

yang bersifat evolutif, antisipatif, dan terus –menerus sejalan dengan perubahan dan

tantangan yang dihadapi dari waktu ke waktu dengan tetap berpijak pada dasar

pendidikan nasional. Untuk melaksanakan reformasi ini hal pertama dan utama yang

harus dilaksanakan adalah melakukan penyegaran wawasan bagi para perencana,

pelaksana, dan pengelola pendidikan.

Selain itu, perlu dikembangkan visi pendidikan yang berwawasan keunggulan.

Wawasan keunggulan yang dimaksud adalah kemampuan dunia pendidikan dalam

mewujudkan (mengaktualisasikan) secara maksimal dan berkelanjutan segenap

potensi yang ada untuk meraih prestasi terbaik dari setiap aktivitas belajar di berbagai

jenjang, jenis, dan jalur pendidikan. Aktualisasi potensi tersebut menyangkut

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

1

Page 2: Materi 3.

Kemampuan kognitif merujuk pada pengembangan kemampuan berpikir logis

dan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir logis antara lain ditandai

dengan kemampuan berpikir sistematis, kemampuan berpikir proporsional,

kemampuan berpikir probabilistic, dan kemampuan berpikir korelasional.

Kemampuan berpikir kreatif antara lain ditandai dengan kelancaran berpikir

(fluency), keluwesan berpikir (fleksibel), keorisinilan berpikir orisinal, dan kerincian

berpikir(elaboratif).

Kemampuan afektif meliputi kemampuan sesorang mengembangkan perasaan dan

emosinya secara lebih professional dan bertanggung jawab ke arah tercapainya

keseimbangan antara rasio, indera, persepsi imajinasi dan karsa. Pengembangan

kemampuan afektif dimaksudkan untuk mempertinggi keteguhan seseorang terhadap

penunaian tugas dan tanggung jawabnya. Bagi siswa komitmen ini dapat diukur

melalui penyelesaian tugas-tugas dalam kegiatan belajar yang berorientasi pada

pencapaian prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan psikologis dan sosial yang

dimilikinya.

Sikap yang memandang bahwa belajar dan bekerja sebagai bagian dari kehidpan

adalah dasar untuk meraih prestasi yang gemilang. Orang Jepang, misalnya, dapat

merajai dunia karena memiliki tast commitment yang tinggi terhadap dunia

profesinya.

Dimensi psikomotorik ditandai dengan keterampilan dan daya tahan fisik yang

prima dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, yang merupakan wujud dari

gabungan antara sejumlah proses psikomotorik dan bekerjanya secara maksimal

unsur-unsur fisik yang relevan untuk penunaian tugas.

Dengan memperhatikan arah dan prioritas pendidikan nasional diatas dapat

dinyatakan bahwa penguasaan kemampuan baca-tulis sejak dini dapat dipandang

sebagai salah satu upaya strategis. Kemampuan baca-tulis dikenal sebagai kunci

pembuka untuk memasuki ‘dunia’ yang lebih luas. Melalui pengajaran baca-tulis

yang baik akan dapat dipacu penguasaan kemampuan berpikir kritis kreatif dan

perkembangan dimensi afektif anak dapat dioptimalkan. Menyadari pentingnya

kemampuan membaca dan menulis ini, maka tepatlah kiranya jika kurikulum SD

2

Page 3: Materi 3.

1994 menempatkan penguasaan kemampuan dan keterampilan dasar Baca-Tulis-

Hitung pada posisi sentral.

Sampai saat ini, penguasaan kemampuan baca-tulis oleh lulusan SD masih

jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya kemampuan lulusan SD dalam hal

baca-tulis terus dikumandangkan. Berbagai hasil penelitian mendukung keluhan

tersebut. Upaya demi upaya telah dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan untuk

mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah peningkatan

efektifitas pengajaran membaca dan menulis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah

tersebut antara lain :

1.2.1 Bagaimana Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis?

1.2.2 Apa saja Teori Permainan ?

1.2.3 Apa Saja Manfaat Permainan ?

1.2.4 Bagaimana Pengintegrasian Permainan dalam Pengajaran Membaca dan

Menulis ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembutan makalah ini adalah untuk memberikan konsep

dan pemahaman mengenai peran guru dalam meningkatkan kemampuan

berbahasa tulis. Pembahasan mengenai materi tersebut, akan dijelaskan lebih

terperinci sehingga menambah pengetahuan mahasiswa.

3

Page 4: Materi 3.

1.3.2 Tujuan Khusus

Selain memiliki tujuan umum, pembuatan makalah ini juga memiliki

tujuan yang khusus yakni :

(1) Untuk Memahami Bagaimana Peran Guru Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berbahasa Tulis

(2) Untuk Mengetahui Teori Permainan

(3) Untuk Memahami Manfaat Permainan

(4) Untuk Memahami Pengintegrasian Permainan Dalam Pengajaran Membaca

Dan Menulis

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat praktis yaitu menambah

pengetahun pendidik mengenai peran guru dalam meningkatkan kemampuan

berbahasa tulis.

1.4.2 Manfaat Akademis

Selain memberikan manfaat praktis, pembuatan makalah ini juga memberikan

manfaat akademis yaitu dapat menambah pengetahuan dan menguatakan konsep

mahasiswa calon pendidik mengenai peran guru dalam meningkatkan

kemampuan berbahasa tulis, yang di dalamnya akan dijelaskan lebih terperinci.

Dan pembuatan makalah ini juga dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran

mengenai materi yang berkaitan.

4

Page 5: Materi 3.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis

Untuk menjadikan kegiatan belajar membaca dan menulis menarik bagi anak,

guru perlu mencari alternatif-alternatif kegiatan pembelajaran. Salah satu alternative

yang dapat digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan

permainan dalam kegiatan pembelajaran.

Permaianan memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak (Piaget, 1962; Vigotsky, 1978). Melalui

permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi,

sosial, fisik, dan bahasa (Stone, 1995). Disamping itu, permainan dapat diintegrasikan

ke dalam pengajaran, termasuk pengajaran bahasa Indonesia.

Meskipun permainan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, umumnya

guru enggan memasukkan permainan dalam kegiatan pembelajaran. Keengganan

memasukkan aktivitas permaianan dalam kegiatan pembelajaran ini tidak hanya

terjadi pada jenjang sekolah menengah umum, sekolah lanjutan tingkat pertama, atau

sekolah dasar, tetapi juga pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak).

Dampak negatif dari keengganan para guru memasukkan permainan dalam

kegiatan pembelajaran di kelas ini akan sangat terasa terutama di SD kelas-kelas

awal. Anak-anak pada usia 6-8 tahun tersebut masih memerlukan dunia permaianan

untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Mereka akan

merasa jenuh belajar dikelas, apabila mereka dijauhkan dari dunianya, yaitu dunia

bermain. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah mereka tidak terbiasa untuk

berpikir kritis dan konstruktif karena dalam kegiatan pembelajaran di kelas mereka

hanya dijejali dengan materi melalui ceramah guru dan mengerjakan latihan dalam

buku kerja.

5

Page 6: Materi 3.

Untuk mendorong mengintegrasikan permainan dalam kegiatan belajar

membaca dan menulis permulaan, berikut dipaparkan perihal konsep dasar

permainan, teori permainan, manfaat permainan, dan contoh pengitegrasian

permaianan dalam pengajaran membaca dan menulis.

2.2 Teori Permainan

Permainan dipandang sebagai suatu aktivitas yang memiliki karakteristik:

aktivitas dilaksanakan atas dasar motivasi intrinsik, si pelaku bebas menentukan

pilihan, berorientasi pada proses bukan pada hasil, bersifat nonliteral dan

menyenangkan (Johnson, Christie & Yawkey, 1987).

Ada beberapa teori yang mengungkapkan pentingnya permainan bagi anak-anak,

Berikut dikernukakan dua teori permainan: teori konstruktif dan teori psikodinamik.

2.2.1 Teori Konstruktif

Teori konstruktif yang dimotori oleh Piaget (1962) dan Vygotsky (1978).

Piaget yakin bahwa perkembangan intelek manusia melibatkan dua proses yang

saling berkaitan, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Kedua proses tersebut, secara

bersama-sama membentuk suatu keseimbangan, yang mencerminkan keadaan

individu dalam suatu waktu tertentu. Dalam proses asimilasi, seseorang secara terus-

menerus mengabstraksikan informasi dan dunia luar (informasi baru) dan individu

tersebut akan menyelaraskan informasi tersebut dengan informasi yang telah

dimilikinya. Seseorang juga bisa mengakomodasikan pengetahuan baru dengan

melakukan modifikasi apabila informasi yang dimilikinya tidak selaras dengan

informasi baru yang diterimanya.

Dampak dan adanya kedua proses tersebut adalah terciptanya suatu keseimbangan.

Menurut Piaget, permainan adalah suatu cara untuk memanipulasi dunia luar guna

diselaraskan dengan skemata yang telah dimiliki oleh seseorang. Dengan cara

demikian, permainan berperan sebagai alat untuk memanipulasi dunia luar guna

6

Page 7: Materi 3.

merangsang terciptanya proses asimilasi dan akomodasi. Dengan adanya proses

asimilasi dan akomodasi tersebut berarti inielektual seseorang sedang bertumbuh dan

berkembang.

Vygotsky yang juga seorang pengembang teori konstruktif juga mengulas tentang

tujuan permainan bagi anak - anak. Menurut Vvgotsky, struktur mental : anak-anak

terbentuk melalui pemakaian alat - alat dan tanda. Anak - anak dapat menggunakan

suatu objek untuk menggantikan objek yang sesungguhnya. Sebagai contoh, pisang

diidentikkan dengan pesawat telepon, bantalan kursi tamu dianggap sebagai

komputer, dan pensil diidentikkan sebagai jarum suntik.

Dalam aktivitas permainan, khususnya permainan simbolik, makna dibebaskan dari

keterkaitan antara hubungan obek-objek dan aktivitas, sehingga anak-anak dapat

dengan leluasa mengadakan proses berpikir yang lebih tinggi, yakni berpikir abstrak.

Permainan, menurut Vygotsky, merupakan kreasi situasi imaginatif menjembatani

anak dengan dunia luar (masyarakat).

Melalui permainan, anak dapat belajar mengatasi/memecahkan kesulitan-kesulitan

yang dihadapinya. Dengan demikian permainan. khususnya permainan simbolik,

memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa anak-anak dan wahana bagi

anak untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemuinya.

2.2.2 Teori Psikodinamik

Teori psikodinamik dimotori oleh Freud dan Erikson dalam Spodek dan

saracho (1994). Freud berpendapat bahwa permainan adalah aktivitas katarsis yang

dapat mengarahkan anak menguasai situasi-situasi sulit, situasi atau pengalaman yang

tidak rnenyenangkan dengan cara melepaskan perasaan yang tidak menyenangkan

tersebut dalam permainan. Teori psikodinamik mutakhir memandang permainan

sebagai sarana psikoterapi untuk anak-anak yang tidak mampu mengungkapkan

perasaan atau mendeskripsikan pengalaman mereka rnelalui kata - kata. Para

psikoterapis menggunakan alat permainan untuk membantu anak mendramatisasikan

7

Page 8: Materi 3.

perasaan atau pengalaman mereka . Permainan merupakan sarana bagi anak untuk

menguasai keterampilan fisik dan sosial untuk rnembangun kepercayaan diri.

2.3 Manfaat Permainan

Permainan dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah. Manfaat

permainan dalam kegiatan belajar dapat diamati dari segi kognisi, sosial, emosi, dan

fisik anak.

2.3.1 Perkembangan Kognisi

Beberapa basil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara permainan

dengan perkembangan kognisi (Stone, 1995). Permainan simbolik, misalnya diyakini

secara signifikan dapat mengembangkan kognisi siswa. Piaget Vygotsky menyatakan

bahwa ada hubungan antara permainan simbolik dengan perkembangan sosial dan

kongnisi anak. Dalam permainan simbolik, anak - anak rnenggunakan bahasa dan

gestur untuk menstransformasikan identitas objek, aktivitas, atau orang. Misalnya,

seorang anak menggunakan pensil yang diidentikkan sebagai sendok garpu untuk

melaksanakan kegiatan makan siang. Seorang anak sambil membawa pedang, berdiri

tegak dan gagah sambil berkata “Akulah Si Baja Hitam, pembela kebenaran”.

Pentransformasian objek dan pengidentifikasian peran dalam permainan simbolik ini

merupakan satu tahapan perkembangan mental. Pengidentifikasian objek dengan

sesuatu yang lain rnelibatkan proses berpikir abstrak yang akan membantu

perkembangan mental anak.

Permainan juga mendorong anak untuk berpikir secara divergen, karena me1a1ui

permainan anak akan mencoba memecahkan berbagai masalah dan menemukan

so1usi dan permasalahan yang dihadapi dalam permainan. Sebagai contoh dalam

permainan menyusun balok untuk mernbuat rumah, seorang anak akan mencoha

berbagai cara agar balok-balok yang disusunnya tidak mudah jatuh.

8

Page 9: Materi 3.

Tiap - tiap permasalahan yang dihadapi anak dalam permainan akan memberikan

kesempatan bagi mereka untuk berpikir secara divergen dan menemukan berbagai

solusi.

Permainan juga merupakan wahana bagi anak - anak untuk berekspresi kreatif. Anak-

anak akan menciptakan peran, menyusun alur cerita, dan mengekpresikan peran yang

dimainkan dalam permainan dramatisasi. Dalam dramatisasi ini juga anak-anak akan

mengekspresikan peran yang dimainkan sesuai dengan pengalaman mereka masing-

masing secara kreatif.

Permainan juga membantu anak memecahkan berbagai persoalan yang mereka

hadapi. Dalam bermain dengan sesama teman, apalagi bila jumlah kelompok bermain

tersebut banyak, pasti akan selalu tenjadi perselisihan sesama mereka. Melalui

permainan kita dapat menciptakan lingkungan alamiah bagi anak-anak untuk

mengembangkan keterampilan dalam rnemecahkan berbagai persoalan. Melalui

permainan, anak-anak akan mengembangkan berbagai konsep yang dimi1ikinya dan

akan menguji dan merevisi konsep-konsep yang telah diketahuinya.

2.3.2 Perkembangan Sosial

Permainan merupakan salah satu sarana untuk membantu perkembangan

sosial anak - anak (stone, 1995). Melalui permainan antar tercipta interaksi. Dan

dalam interaksi tersebut, anak - anak akan belajar bernegosiasi, memecahkan konflik,

permasalahan, bertenggang rasa, berlatih kesabaran dalam menunggu giliran, berlatih

kerjasama, dan tolong - menolong.

2.3.3 Perkembangan Emosi

Permainan adalah wahana untuk mengekspresikan perasaan/pikiran dan

sarana untuk mengatasi kekalutan mereka karena mereka tidak berada dalam dunia

nyata. Perrmainan juga dapat dipakai sebagai alat untuk mengurangi stress atau

ketegangan pada anak. Barnet dan storm (dalam stone, 1995) telah membuktikan

9

Page 10: Materi 3.

adanya hubungan antara permainan dengan berkurangnya perasaan cemas. Bagi anak,

permainan merupakan tempat pelarian yang nyaman, tempat mengontrol dunia

mereka, pikiran dan perasaan mereka.

2.3.4 Perkembangan Fisik

Permainan merupakan wahana untuk mengembangkan fisik anak seperti

menguji sistem keseimbangan tubuhnya dalam permainan akrobatik, menguji

kecepatan, gerak, kelincahan, dan ketangkasan mereka, saat mereka berlari,

melompat, melempar, atau permainan – permainan yang lain. Serta panca indera anak

- anak akan tumbuh dan berkembang.

2.4 Pengintegrasian Permainan dalam Pengajaran Membaca dan Menulis

Upaya pengintegrasian permainan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini

sangat tepat karena pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan lingkungan alamiah

sebagai wahana pembelajaran dan lingkungan alamiah tersebut dapat diciptakan

melalui permainan. Manfaat yang diperoleh anak:

a). Dapat memproduksi bahasa mereka sendiri dan akhirnya kelak dapat memahami

struktur bahasa yang mereka gunakan;

b). Dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan; dan

c). Merasa aman, tidak merasa takut jik berbuat kesalahan.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu memasukkan permainan dalam

pengembangan tema. Tema - tema yang telah diprogramkan pada setiap catur wulan,

harus dijabarkan oleh guru menjadi topik – topik. Topik - topik itulah yang

merupakan salah satu konteks pemakaian bahasa dalam bentuk wacana yang

dipelajari siswa dan guru dapat memadukan permainan dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam contoh

berikut:

10

Page 11: Materi 3.

Contoh 2

Tema : Kesehatan

Topik : Makanan sehat

Kelas : I Sekolah Dasar

Tujuan Pembelajaran

1) Siswa menyimak cerita guru tentang pentingnya makanan sehat.

2) Siswa menulis contoh – contoh bahan makanan sehat (tahu, tempe, telur, sayur,

buah, dll.)

3) Siswa membaca puisi tentang makanan sehat.

4) Siswa menceritakan makanan sehat yang dihidangkan oleh ibu mereka sehari -

hari.

Deskripsi

Melalui perpaduan antara permainan dan pembelajaran diharapkan siswa

mengenal berbaga ijenis makanan sehat dan memahami pentingnya makanan sehat.

Kosakata yang hendak diperkenalkan

Tempe, tahu, telur, berbagai jenis ikan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis

buah - buahan, berbaga ijenis kacang - kacangan, anek ajenis susu, dll.

Bahan – bahan

Gambar – gambar tentang makanan sehat, misalnya gambar rmakanan sehat

yang terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), bermacam – macam boneka.

Pembelajaran

Guru atau siswa membawa boneka dan kemudian siswa mempergunakan boneka

tersebut untuk bercakap – cakap secara berkelompok membahas makanan sehat,

misalnya membahas makanan sehat yang sering dihidangkan oleh ibu mereka

dirumah, makanan yang mereka sukai, makanan yang tidak mereka sukai, siswa dapat

11

Page 12: Materi 3.

bermain peran, dramatisasi dengan menggunakan boneka – boneka tersebut, menulis

salah satu jenis makanan sehat yang mereka sukai, membaca puisi tentang makanan

sehat, menyanyikan lagu Aku Anak Sehat, menyimak cerita guru tentang pentingnya

makanan sehat (dengan menggunakan dua buah boneka).

12

Page 13: Materi 3.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.1.1 Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis

Untuk menjadikan kegiatan belajar membaca dan menulis menarik bagi anak, guru

perlu mencari alternatif-alternatif kegiatan pembelajaran. Salah satu alternative yang

dapat digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan permainan

dalam kegiatan pembelajaran.

3.1.2 Teori Permainan

Ada beherapa teori yang mengungkapkan pentingnya permainan bagi anak-anak,

Berikut dikernukakan dua teori permainan: teori konstruktif dan teori psikodinamik.

3.1.3 Manfaat Permainan

Permainan dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah. Manfaat permainan

dalam kegiatan belajar dapat diamati dan segi kognisi, sosial, emosi, dan fisik anak.

3.1.4 Pengintegrasian Permainan Dalam Pengajaran Membaca Dan Menulis

Upaya pengintegrasian permainan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini sangat

tepat karena pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan lingkungan alamiah

sebagai wahana pembelajaran dan lingkungan alamiah tersebut dapat diciptakan

melalui permainan. Manfaat yang diperoleh anak :

a). Dapat memproduksi bahasa mereka sendiri dan akhirnya kelak dapat memahami

struktur bahasa yang mereka gunakan :

b). Dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan; dan

c). Merasa aman, tidak merasa takut jik berbuat kesalahan.

13

Page 14: Materi 3.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa khususnya calon pendidik diharapkan dapat peran guru dalam

meningkatkan kemampuan berbahasa tulis, sehingga nantinya mampu memberikan

pengetahuan yang benar kepada siswa.

3.2.2 Bagi Guru

Guru diharapkan mampu memahami dan menjelaskan mengenai peran guru

dalam meningkatkan kemampuan berbahasa tulis, sehingga dapat menanamkannya

dengan benar kepada siswa.

14

Page 15: Materi 3.

DAFTAR RUJUKAN

Rofi’uddin, Ahmad, Dan Darmayanti, Zuhdi. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud

15