Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

20
MATAGARUDA INSTITUTE melahirkan buah pikiran, menumbuhkan gagasan, membawa perubahan Edisi 2 Maret 2015 | 1. Sebuah Optimisme untuk Industri Garam Indonesia Oleh: Muhammad Gibran (LPDP, PK-2) Msc in Engineering in the Coastal Environment, University of Southampton Sebuah potensi yang sangat besar. Dua per tiga wilayah Indonesia adalah lautan dan semua provinsi di Indonesia memiliki wilayah pesisir atau lahan yang berbatasan langsung dengan laut. Namun, negara yang memiliki total pesisir terpanjang di dunia ini justru masih mengimpor garam setiap tahunnya. Produksi garam dalam negeri masih belum self-sufficient baik secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan industri maupun kebutuhan pangan. Secara logika, setiap propinsi di Indonesia dapat memanfaatkan potensi lahan pesisir dan memberdayakan masyarakatnya untuk memproduksi kebutuhan garam. Jika asset daerah dan sumberdaya masyarakatnya termanfaatkan secara efisien, maka Indonesia tidak perlu lagi mengimpor garam. Terlebih, dengan pemanfaatan teknologi, Indonesia sebenarnya mampu merajai pasaran garam dunia. Tetapi mengapa sekarang kita masih belum mencapai swasembada garam? Pemanfaatan Garam Garam sudah menjadi komoditas politik karena menyangkut kepentingan bangsa. Garam merupakan komoditas www.thinktank.matagaruda.co.id [email protected] ; srategis karena semua orang mengkonsumsinya. Dilihat dari pemasarannya garam dibagi menjadi dua, yaitu garam konsumsi dan garam industri. Sedangkan jika dilihat dari kadar Natrium Chloride (NaCl), garam dibagi menjadi empat, yaitu: garam pengawetan ikan, garam konsumsi pangan, garam industri, dan garam farmasi (untuk keperluan infus, shampo, dan cairan dialisat). Data Kebutuhan Garam Data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan kebutuhan garam nasional saat ini sebanyak 4,02 juta ton yang terdiri atas 2,05 juta ton garam industri dan 1,96 juta ton garam konsumsi. Sedangkan dari kebutuhan industri sendiri kebutuhan garam naik sekitar 50 ribu ton per tahunnya. Kontrasnya, produksi garam dalam negeri mengalami penurunan setiap tahunnya lantaran panen garam yang pendek, karena itu volume impor garam akan terus meningkat jika tidak ada perubahan sistem. Data dari KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) dibawah menunjukkan angka total kebutuhan garam nasional semenjak tahun 2010. Contoh Industri Garam Modern di Bonneville Utah ( ) http://marlimillerphoto.com Sumber: KIARA (2015) Ketahanan Pangan dan Prospek Komoditi Ekspor Pengantar Redaksi Asssalamu'alaikum wr. wb. Alhamdulillah, atas berkah dan rahmat Tuhan YME kami dapat menyelesaikan edisi kedua Mata Garuda Institute Bulletin (MGIB), mengikuti edisi perdana yang kami luncurkan pada Indonesia Leadership Forum (ILF) lalu. Untuk edisi ini, kami memilih tema Ketahanan Pangan dan Prospek Komoditi Ekspor karena kenyataan ironis bahwa Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris dan maritim sangat bergantung pada impor pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Isu ketahanan pangan merupakan isu strategis; sehingga Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia mencapai swasembada pangan dalam 3 tahun mendatang. Kami berharap, artikel yang terdapat dalam buletin edisi ini turut memberi kontribusi dalam pencapaian target tersebut. Sebagai tindak lanjut edisi perdana tentang Pemberdayaan Potensi dan Pemerataan Pembangunan Desa, kami sengera menerbitkan buku Program- Program Strategis Pembangunan Desa. Mengingat kekayaan intelektual keluarga LPDP yang begitu beragam, kami mengundang seluruh alumni dan awardee untuk berkontribusi untuk penulisan buletin dan buku. Sejak kami membuka pendaftaran, antusias publik sangat luar biasa. Besar harapan kami melihat semangat rekan-rekan, bahwa mencapai Indonesia Emas di tahun 2045 bukan angan semata. Akhir kata, kami terus berupaya melakukan perbaikan atas penerbitan buletin ini, termasuk melalui penggunaan kode ISSN (mulai edisi Mei 2015) serta peningkatan jangkauan pembaca (readership) buletin ini. Terima kasih dan selamat membaca. Wassalamu'alaikum wr. wb. Annisa Rahmani Qastharin Koordinator MGIB Content: 1. Sebuah Opmisme untuk Industri Garam Indonesia. (1) 2. Pertanian Kota sebagai Modal Masyarakat Miskin Kota. (3) 3. Diversifikasi Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternaf. (4) 4. Pemberdayaan Masyarakat Agraris Berbasis Kearifan Lokal. (5) 5. Opmasi Lahan Pekarangan dengan Tanaman Rempah. (7) 6. Budidaya Jamur di Perkotaan. (8) 7. Energi Alternaf untuk Tambak. (10) 8. Wacana Swasembada Gula. (13) 9. Integrated Farming Sebagai Penyokong Pertanian Berkelanjutan. (14) 10. Transformasi Sistem Pertanian dan Pangan Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia. (16) 11. Pembuatan Permen Ekstrak Daun Sirih Sebagai Produk Indigenous. (18)

description

 

Transcript of Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Page 1: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

MATAGARUDA INSTITUTE

BULLETINmelahirkan buah pikiran, menumbuhkan gagasan, membawa perubahan

Edisi 2 Maret 2015|

1. Sebuah Optimisme

untuk Industri Garam

Indonesia

Oleh: Muhammad Gibran (LPDP, PK-2)

Msc in Engineering in the Coastal Environment,

University of Southampton

Sebuah potensi yang sangat besar.

Dua per tiga wilayah Indonesia adalah

lautan dan semua provinsi di Indonesia

memiliki wilayah pesisir atau lahan

yang berbatasan langsung dengan laut.

Namun, negara yang memiliki total

pesisir terpanjang di dunia ini justru

masih mengimpor garam set iap

tahunnya. Produksi garam dalam negeri

masih belum self-sufficient baik secara

kualitas maupun kuantitas untuk

memenuhi kebutuhan industri maupun

kebutuhan pangan.

Secara logika, setiap propinsi di

Indonesia dapat memanfaatkan potensi

lahan pesisir dan memberdayakan

masyarakatnya untuk memproduksi

kebutuhan garam. Jika asset daerah dan

s u m b e r d a y a m a s y a r a k a t n y a

termanfaatkan secara efisien, maka

Indonesia tidak perlu lagi mengimpor

garam. Terlebih, dengan pemanfaatan

teknologi, Indonesia sebenarnya

mampu merajai pasaran garam dunia.

Tetapi mengapa sekarang kita masih

belum mencapai swasembada garam?

Pemanfaatan Garam

Garam sudah menjadi komoditas

politik karena menyangkut kepentingan

bangsa. Garam merupakan komoditas

www.thinktank.matagaruda.co.id [email protected] ;

s r a t e g i s k a r e n a s e m u a o r a n g

mengkonsumsinya. Di l ihat dar i

pemasarannya garam dibagi menjadi

dua, yaitu garam konsumsi dan garam

industri. Sedangkan jika dilihat dari

kadar Natrium Chloride (NaCl), garam

dibagi menjadi empat, yaitu: garam

pengawetan ikan, garam konsumsi

pangan, garam industri, dan garam

farmasi (untuk keperluan infus,

shampo, dan cairan dialisat).

Data Kebutuhan Garam

Data Kementr ian Ke lautan dan

Pe r i k a n a n ( K K P ) m e n u n j u k k a n

kebutuhan garam nasional saat ini

sebanyak 4,02 juta ton yang terdiri atas

2,05 juta ton garam industri dan 1,96 juta

ton garam konsumsi. Sedangkan dari

kebutuhan industri sendiri kebutuhan

garam naik sekitar 50 ribu ton per

tahunnya. Kontrasnya, produksi garam

dalam negeri mengalami penurunan

setiap tahunnya lantaran panen garam

yang pendek, karena itu volume impor

garam akan terus meningkat jika tidak

ada perubahan sistem.

Data dari KIARA (Koalisi Rakyat untuk

K e a d i l a n P e r i k a n a n ) d i b a w a h

menunjukkan angka total kebutuhan

garam nasional semenjak tahun 2010.

Contoh Industri Garam Modern di Bonneville Utah

( ) http://marlimillerphoto.comSumber: KIARA (2015)

Ketahanan Pangan danProspek Komoditi Ekspor

Pengantar Redaksi

Asssalamu'alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, atas berkah dan

rahmat Tuhan YME kami dapat

menyelesaikan edisi kedua Mata Garuda

Institute Bulletin (MGIB), mengikuti

edisi perdana yang kami luncurkan pada

Indonesia Leadership Forum (ILF) lalu.

Untuk edisi ini, kami memilih tema

Ketahanan Pangan dan Prospek

Komoditi Ekspor karena kenyataan

ironis bahwa Indonesia yang dikenal

sebagai negara agraris dan maritim

sangat bergantung pada impor pangan

untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Isu ketahanan pangan merupakan isu

strategis; sehingga Presiden Joko

Widodo menargetkan Indonesia

mencapai swasembada pangan dalam 3

tahun mendatang. Kami berharap,

artikel yang terdapat dalam buletin

edisi ini turut memberi kontribusi dalam

pencapaian target tersebut.

Sebagai tindak lanjut edisi perdana

tentang Pemberdayaan Potensi dan

Pemerataan Pembangunan Desa, kami

sengera menerbitkan buku Program-

Program Strategis Pembangunan Desa.

Mengingat kekayaan intelektual

keluarga LPDP yang begitu beragam,

kami mengundang seluruh alumni dan

awardee untuk berkontribusi untuk

penulisan buletin dan buku. Sejak kami

membuka pendaftaran, antusias publik

sangat luar biasa. Besar harapan kami

melihat semangat rekan-rekan, bahwa

mencapai Indonesia Emas di tahun 2045

bukan angan semata.

Akhir kata, kami terus berupaya

melakukan perbaikan atas penerbitan

buletin ini, termasuk melalui

penggunaan kode ISSN (mulai edisi Mei

2015) serta peningkatan jangkauan

pembaca (readership) buletin ini.

Terima kasih dan selamat membaca.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Annisa Rahmani Qastharin

Koordinator MGIB

Content:

1. Sebuah Op�misme untuk Industri Garam Indonesia. (1)

2. Pertanian Kota sebagai Modal Masyarakat Miskin Kota. (3)

3. Diversifikasi Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alterna�f. (4)

4. Pemberdayaan Masyarakat Agraris Berbasis Kearifan Lokal. (5)

5. Op�masi Lahan Pekarangan dengan Tanaman Rempah. (7)

6. Budidaya Jamur di Perkotaan. (8)

7. Energi Alterna�f untuk Tambak. (10)

8. Wacana Swasembada Gula. (13)

9. Integrated Farming Sebagai Penyokong Pertanian Berkelanjutan. (14)

10. Transformasi Sistem Pertanian dan Pangan Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia. (16)

11. Pembuatan Permen Ekstrak Daun Sirih Sebagai Produk Indigenous. (18)

Page 2: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Jika harga garam impor dihitung

rerata Rp 500.-/kg, maka pembelian

garam antara tahun 2010 hingga

2014 adalah berkisar antara Rp 975

milyar hingga Rp 1,4 Trilyun per

tahunnya. Harga yang signifikan ini

sebenarnya bisa dialihkan untuk

membeli teknologi dari luar negeri

m i s a l n y a p e r a n g k a t u n t u k

pengeringan (mesin kristalisasi)

garam, mesin screening, conveyor,

peralatan vibroprocess, packaging

machine, dsb. Pemilihan teknologi

yang tepat dapat menghasilkan

rerata 8 ton garam per jamnya.

Rendahnya harga garam impor

memaksa petani garam lokal

membanting harga. Jika sebelumnya

harga garam dari petani adalah Rp

750.-/kg untuk kualitas 1, setelah

pemerintah mengimpor garam

petani terpaksa menurunkan harga

menjadi Rp 400.-/kg untuk dijual ke

pabrik pengolah (seperti PT Garam).

Terlebih jika musim penghujan,

produksi garam dari tambak-

tambak tradisional pasti mengalami

kendala sehingga harga garam lokal

menjadi naik. Sayangnya, pasar akan

tetap memilih produk impor yang

kualitasnya terjamin dan harganya-

pun tetap terjaga.

Angka fluktuatif produksi garam

p a d a g r a fi k s e b e l u m n y a

menunjukkan bahwa kondisi petani

garam di Indonesia masih belum

stabil. Kualitas garam dari petani

dan industri rumahtangga juga tidak

sebaik produk impor, seperti kadar

air yang lebih dari 5%, kadar NaCl

dibawah 95%, dsb, membuat garam

lokal kalah bersaing di pasaran

dalam negeri sendiri. Harga jual

yang tidak stabil membuat petani

garam merasa pesimis untuk

melanjutkan produksi pembuatan

garamnya; dan lambat laun hal ini

m e n ye b a b k a n b e r k u r a n g n ya

produksi daerah dan meningkatnya

kebutuhan impor garam.

REFORMASI Industri Garam

Nasional.

Untuk meningkatkan produksi

garam nasional, perlu diusulkan

empat hal, yaitu: pembenahan

administrasi niaga, pembentukan

l e m b a g a i n d e p e n d e n ,

pemberdayaan masyarakat pesisir,

dan optimasi industri secara on-farm

dan off-farm.

Pembenahan Administrasi Niaga

dan Pembentukan Lembaga

Independen.

Pembentukan tata kelola niaga yang

b a i k s e c a r a o t o m a t i s a k a n

membentuk frame hukum yang pro-

rakyat. Jika selama ini industri

garam diatur oleh tiga lembaga

negara (Kementerian Kelautan dan

P e r i k a n a n , K e m e n t e r i a n

Perindustrian, dan Kementerian

Perdagangan), maka kedepannya

perlu dibuat sebuah lembaga

independen yang secara khusus

mengatur industri garam nasional,

seperti Salt Commissioner di India.

Adanya banyak campur tangan

menunjukkan akan adanya banyak

pihak yang berkepentingan dengan

bisnis ini. Hal ini sering kali dituding

sebagai penyebab utama gagalnya

usaha garam rakyat serta tingginya

volume impor yang berdampak

langsung terhadap jatuhnya harga

garam dari petani lokal . J ika

sebelumnya tata administrasi niaga

a d a l a h s e b a g i m a n a y a n g

diilustrasikan pada Bagan 1, maka

kedepannya penulis mengusulkan

agar tata niaga industri dibentuk

seperti pada Bagan 2.

KKP

KemeperinKemendag

petani garampetani menjual garam langsung dari ladang dengan harga yang ditentukan oleh pabrik.

pabrik

ladang garamgaram dari ladang milik pabrik / swasta dikirimkan langsung ke pabrik pengolahan garam.

Ÿ pengolahanŸ pengemasan

distributorŸ pemasaranŸ penjualan

industri rumah tangga

pasar

Ÿ konsumsi,Ÿ pengawetan ikan,Ÿ industri farmasi,Ÿ industri lain.

INTERVENSI

pihak lain

Industri kecil menjual garam ke distributor / langsung ke pasar

kebijakan IMPOR garam

eksportir

pabrikladang garamgaram dari tambak milik swasta atau petani dikirim langsung ke pabrik pengolahan.

Ÿ menggunakan teknologi modern,Ÿ standarisasi kualitas produksi,Ÿ petani adalah sekaligus pengelola

dan pemilik saham. pabrik.

Badan Independen

pelaku distribusi adalah: Ÿ kelompok masyarakat,Ÿ individu petani, Ÿ badan usaha, dll.

pasardisributor

Wewenang Badan Independen: membuat sistem untuk mempercepat produksi garam berkualitas, melindungi dan menumbuhkan usaha rakyat, membuat regulasi harga yang wajar, mengatur kebijakan impor dan ekspor, mengusahakan pemasaran, meminimalisir pengaruh nega�f dari kepen�ngan poli�k.

Bagan 1

Bagan 2

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.

S e b a g i a n b e s a r m a s y a r a k a t

Indonesia tinggal di wilayah tepi

laut; hal ini mengindikasihan bahwa

wilayah pesisir sesungguhnya

memiliki potensi jumlah tenaga

ker ja yang berl impah. Untuk

meningkatkan produktifitas dan

memajukan petani garam adalah

d e n g a n m e l i b a t k a n a t a u

memberdayakan masyarakat pesisir

dalam industri hulu (tambak garam,

modal usaha, dan teknologi) hingga

industri hilir (pengolahan, quality

c o n t r o l , p e n g e m a s a n , d a n

pemasaran).

Optimasi On-Farm dan Off-Farm.

Hal teknis yang diperlukan untuk

meningkatkan produksi garam

adalah dengan memperbaiki sistem

industri baik itu on-farm maupun off-

f a r m . O n - f a r m a d a l a h

memaksimalkan produksi lahan

pertanian garam. Hal ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu: (a) memilih tempat industri

dengan memperhatikan iklim, letak

geografis, suhu udara rerata,

intensitas sinar matahari, dan

k e l e m b a b a n , ( b ) p e n e r a p a n

teknologi yang tepat guna untuk

meningkatkan efisiensi lahan garam

yang sudah ada, misalnya dengan

alat berat, dan yang terakhir (c)

adalah upaya perluasan lahan

garam. Perluasan lahan garam dapat

2

Page 3: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

dilakukan dengan proporsi yang

sewajarnya dan dikombinasi dengan

metode off-farm, yaitu pembuatan

garam dengan teknologi modern

tanpa harus menggunakan lahan

yang luas. Misalnya dengan mesin

kristalisasi atau vibroprocess, pabrik

dapat dihasilkan garam dengan

cepat dan berkualitas. Berikut

adalah contoh pertimbangan dalam

pemanfaatan mesin modern.

P r o p o r s i a t a u o p t i m a s i d a r i

kombinasi on dan off-farm tentu perlu

dikaji secara mendalam. Jangan

sampai pembukaan tambak garam

baru ternyata berpengaruh terhadap

ekosistem pesisir. Karena itu perlu

adanya Environmenta l Impact

Assessment untuk tercapai titik temu

antara kebutuhan ekonomi dan

keberlangsungan ekosistem pantai.

Dengan tata kelola niaga, didukung oleh rekonstruksi system baik on

maupun off-farm, birokrasi yang mudah, perlindungan hukum yang pro-

rakyat, dan juga melibatkan masyarakat petani garam secara keseluruhan

dari hulu hingga hilir maka negara Indonesia akan segera mencapai

swasembada garam dan tidak mustahil untuk menjadi pemasok utama

garam di pasar global. (-)

Ÿ membutuhkan sosialisasi dan pembelajaran khusus untuk kalangan pemula,

Ÿ modal awal relatif tinggi,

Ÿ membutuhkan tenaga ahli / teknisi yang didatangkan dari luar daerah,

Ÿ membutuhkan biaya perawatan dan operasional mesin,

Ÿ pencemaran suhu air dari pendinginan mesin pabrik dapat berdampak pada lingkup kecil biota estuari / pantai,

Ÿ polusi udara dan polusi suara dari mesin pabrik, dan

Ÿ membutuhkan bahan bakar / listrik untuk mesin.

Ÿ tidak memerlukan lahan yang luas (mendukung reforestation bioma mangrove di kawasan pesisir),

Ÿ air laut dapat diambil dari tengah laut (relatif lebih bersih),

Ÿ kualitas produk yang dihasilkan lebih baik (kadar NaCl > 97%, kadar air < 3%),

Ÿ quality control lebih mudah,

Ÿ produksi relatif lebih cepat (mencapai 10 ton per jam),

Ÿ tidak terpengaruh cuaca, dan

Ÿ human capital petani dapat diberdayakan untuk hal yang lebih produktif, (di pabrik / di tempat lain).

Keutamaan Kekurangan

2. Pertanian Kota sebagai Modal

Masyarakat Miskin Kota

Oleh : Achmad Faris Saffan Sunarya, (LPDP, PK-17)

Graduate Student Urban Management, TU Berlin

Integrasi Tata Ruang Perkotaan pada Produksi

Pangan

Saat ini dunia tengah berperang melawan kelaparan,

disaat pesatnya urbanisasi berdampak pada berubahnya

lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Sebuah studi

dari Pusat Sosio/Ekonomi dan Kebijakan Pertanian oleh

Bambang Irawan (2005) mengungkapkan bahwa lahan

pertanian di Pulau Jawa dan luar Jawa telah dikonversi

sebanyak 110.160 ha pada tahun 2000- 2002.

Di Indonesia, hanya Kabupaten Bantul yang mampu

menerapkan kebijakan kuat untuk menahan konversi

lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Tidak dapat

dipungkiri, jika menahan konversi lahan saat ini adalah

sesuatu yang sulit. Tekanan kebutuhan pasar akan lahan

banyak menggoyahkan para pemilik sawah untuk

menjual lahan mereka kepada investor karena lemahnya

kebijakan proteksi lahan pertanian.

Di tatanan global, wacana perencanaan ruang mulai

banyak memperhatikan isu ketahanan pangan sebagai

aspek strategis bagi sistem perkotaan. Tarikan hubungan

antara desa-kota merupakan suatu gaya yang tidak bisa

dihindari. Namun saat ini kekuatan ekonomi kota selalu

menjadikan desa sebagai loser dalam ekonomi dan tata

ruang. Dampaknya, semakin banyak desa yang berubah

menjadi kampung kota yang kumuh. Desa juga semakin

banyak kehilangan anak muda yang tergiur migrasi ke

kota, ketimbang mengembangkan usaha tani.

Saat ini ada pertanyaan utama tentang bagaimana

megintegrasikan produksi pangan dalam tata ruang: (1)

Bagaimana kita dapat mengelola lahan agar produktif

bagi ekonomi dan pangan; dan (2) Bagaimana kita dapat

menerapkan pembangunan berkelanjutan dalam lahan?

Ide untuk mengintegrasikan produksi pangan kedalam

kota bermula di Kuba sekitar 20- 30 tahun yang lalu. Pada

saat itu, kota- kota di Kuba memiliki kemampuan untuk

memproduksi 70% suplai kebutuhan untuk bertahan

ditengah embargo ekonomi. Hal ini menjadi lebih efisien,

ketimbang memproduksi di desa yang membutuhkan

ongkos transport lebih besar. Di sisi lain, kota di Amerika

Serikat, yakni Milwaukee dan Detroit juga melakukan

pendekatan pertanian perkotaan yang berbeda. Di

Milwaukee, pertanian perkotaan dilakukan atas dasar

kesukarelaan, sedangkan di Detroit dilakukan secara

individu karena banyaknya pengangguran.

Tantangan Pertanian Perkotaan

Tidak dapat dipungkiri jika pertanian perkotaan membutuhkan dialog baru tentang bagaimana merancang ruang hijau lebih produktif serta bangunan

Lahan sawah di samping sebuah rumah di Ubud, Bali. (foto oleh penulis)

3

Page 4: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

yang cocok untuk menghasilkan makanan di daerah perkotaan. Dalam berbagai cara, pertanian perkotaan telah menemukan bentuk yang berbeda baik tujuan maupun fungsinya. Di Kuba, misalnya, pertanian perkotaan bersebelahan dengan bangunan tempat tinggal dan kadang-kadang menempati ruang sosial di diantara blok-blok apartemen karena alasan keamanan dan rendahnya biaya transportasi. Di Bandung, kegiatan Bandung Berkebun dilakukan secara populer pada banyak lahan kosong milik publik ataupun pribadi dengan maksud mengoptimasi lahan. Adapun partisipasi penduduk I n d o n e s i a d a l a m p e r t a n i a n perkotaan masih 10%.

Hasil riset seorang ilmuwan Inggris, Katrin Bohn (2005), menunjukkan dampak ekonomi pertanian di perkotaan; bahwa setiap £10 biaya y a n g d i k e l u a r k a n u n t u k memproduksi bahan makanan di perkotaan sesungguhnya sepadan dengan £25 harga makanan di wilayah pedesaan dan sepadan dengan £14 harga bahan makanan di supermarket. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pertanian perkotaan berurusan dengan masalah kelayakan finansia l . U m u m n ya k e u n t u n g a n ya n g diperoleh tidak lebih besar dari biaya tenaga kerja dan sewa. Dengan demikian, biasanya, cara untuk betahan adalah dengan menyewa tenaga kerja murah, atau bahkan sukarelawan yang dibayar untuk mengolah pertanian mereka. Tak heran bahwa pemerintah kota juga p e r l u m e n s u b s i d i p e r t a n i a n perkotaan karena merupakan bagian dari infrastruktur publik.

Tanpa adanya subsidi, pertanian p e r k o t a a n a k a n s a n g a t s u l i t dipertahankan. Biasanya bisnis jenis ini hanya mampu bertahan selama 5 tahun di Jerman, dan hanya efisien untuk jenis tanaman sekunder, seperti jejamuran.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Solusi

Pertanian perkotaan pada konteks

perkotaan Indonesia tidak cocok

dijadikan sebagai strategi utama

menambah suplai makanan. Prinsip

p e n g e m b a n g a n p e r t a n i a n d i

pedesaan masih perlu menjadi

prioritas. Namun tentunya, hal ini

perlu didukung dengan adanya

kebijakan proteksi lahan pertanian

yang kuat dari pemerintah setempat.

Roh pertanian perkotaan akan cocok

jika diterapkan pada lingkungan

miskin perkotaan. Masyarakat

miskin berpotensi mengelola lahan

bersubsidi milik pemerintah untuk

sekedar menanam holtikultira

seabagai nutrisi tambahan selain

beras. Masyarakat miskin perkotaan

yang rentan terhadap fluktuasi

h a r g a p a n g a n a k a n m a m p u

beradaptasi jika memilki alternatif

pasokan mandiri. Mereka pun bisa

menjual hasil panen pertanian

perkotaan, untuk kemudian ditukar

menjadi bahan pangan pokok.

Implementasi pertanian perkotaan

sebaiknya didukung oleh subsidi

l a h a n y a n g d i b e r i k a n o l e h

pemerintah. Untuk mendekati

masyarakat miskin sebagai sasaran

u t a m a , l a h a n s u b s i d i d a p a t

di le takkan diantara kawasan

permukiman kumuh. Asistensi

teknis untuk optimasi produksi

perlu dikerjasamakan dengan

berbagai komunitas dan NGO (Non-

Government Organization).

L a h a n - l a h a n t e r b u k a h i j a u

perkotaan yang dikelola pemerintah

dapat diarahkan untuk ditanami

tanaman pangan. Jika lanskap taman

didesain secara tepat, jenis-jenis

tanaman holtikultura seperti cabai

atau sawi dapat didesain sebagai

tanaman dekoratif. Perawatan

t a n a m a n p a n g a n d a p a t

dikerjasaman dengan masyarakat

miskin lokal secara swakelola.

Referensi:

Konversi Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatan, Dan Faktor Determinan. Irwan, Bambang.

Continuous Productive Urban Landscapes: Designing Urban Agriculture for Sustainable Cities. Viljoen, André, Katrin Bohn, and J Howe.

Urban Agriculture, Poverty, and Food Security: Empirical Evidence from a Sample of Developing Countries. Zezza, Alberto, and Luca Tascio�i.

3. Diversifikasi Pangan

Lokal Sebagai Sumber

Pangan Alternatif

Dalam Meningkatkan

Ketahanan Pangan

Oleh: Sumiyati Tuhuteru, (LPDP, PK-25),

Master Program bidang Agronomi,

Universitas Gadjah Mada.

“Hidup matinya suatu bangsa

ditentukan oleh ketahanan pangan

negara.” (Ir. Soekarno)

Ketergantungan terhadap beras

tidak hanya dialami oleh Indonesia,

s e p e r t i d i s i n ya l i r o l e h F o o d

Agriculture Organisation (FAO), beras

adalah salah satu pangan kunci di

dunia dan dimakan oleh sekitar 3

mi l ia r orang se t iap har inya .

S e d a n g k a n d i A s i a , b e r a s

merupakan makanan pokok untuk

sekitar 600 juta penduduk. Lebih

dari 60% penduduk dunia atau satu

milyar orang yang tinggal di Asia

bergantung pada beras sebagai

makanan pokok; dan, hidup dalam

kemiskinan serta kekurangan gizi.

Untuk itu program diversifikasi

pangan perlu terus digalakan demi

m e l e p a s k a n I n d o n e s i a d a r i

cengkeraman permintaan produk

impor dan penggunaan satu jenis

pangan tanpa memperhatikan

komoditas lokal yang ada. Program

ini bertujuan untuk mengalihkan

sebagian konsumsi karbohidrat

masyarakat dari beras menuju

sumber pangan pokok non-beras

sebagai upaya untuk mengurangi

4

Serundeng, produk olahan kelapa.Sumber (indochinekitchen.com)

Page 5: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

konsumsi beras dalam negeri. Selain

itu, program ini merupakan langkah

konkret untuk meredam gejolak

pangan dunia dan nasional di

tengah ancaman perubahan iklim

yang sementara terjadi.

Keberadaan industri pengolahan

m a k a n a n h a s i l p e r t a n i a n d i

Indonesia yang paling besar adalah

industri rumah tangga, kemudian

i n d u s t r i k e c i l d a n i n d u s t r i

menengah dan besar. Industri

rumah tangga adalah sebagai salah

s a t u k e g i a t a n y a n g b a n y a k

dilakukan oleh petani di daerah

pedesaan untuk peningkatan

pendapatan keluarga. Industri kecil

dan rumah tangga sangatlah penting

sebab dapat menyerap kelebihan

tenaga kerja di sektor pertanian dan

memacu pertumbuhan ekonomi

p e d e s a a n . O l e h k a r e n a i t u ,

p e l a k s a n a a n k e g i a t a n

pengembangan usaha pengolahan

pangan lokal berbasis tepung-

tepungan adalah :

a. Memfasilitasi bantuan peralatan

yang dapat menghasilkan tepung

berbahan baku pangan lokal kepada

penerima manfaat yang telah

ditetapkan berupa satu set peralatan

pembuatan tepung terdiri dari: alat

perajang, pengering, penepung, dan

pengayak.

b . Melakukan pendampingan

kepada usaha mikro bidang pangan

dalam mengembangkan usahanya,

antara lain: peningkatan kualitas

p r o d u k , p e n g e m a s a n , d a n

pemasaran hasil.

c. Memfasilitasi pengembangan

pangan lokal spesifik (khusus di

provinsi yang telah ditetapkan),

p e m i l i h a n j e n i s t e k n o l o g i

disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat setempat. Kegiatan ini

diarahkan agar dapat menghasilkan

“nasi campur” atau “nasi non-beras”

atau dikenal dengan ”beras analog”

dari bahan dasar pangan lokal.

Hasil pertanian dan budidaya

pangan suatu daerah merupakan

suatu aset ekonomi, budaya dan

kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu sangat tepat apabila sasaran

pembangunan bidang pangan di

Indonesia, diantaranya adalah:

terwujudnya ketahanan pangan

r u m a h t a n g g a , t e r w u j u d n ya

diversifikasi pangan, serta terjamin

keamanan pangan. Beberapa contoh

produk pengolahan bahan pangan

lokal adalah :

1. Kelapa : menjadi geplek, minyak

kelapa, serundeng, dsb.

2. Singkong : menjadi gethuk, tape,

keripik, kerupuk, dsb.

3. Ubi jalar : tepung, aneka jajanan

penutup, dsb.

4. Labu kuning : menjadi puding,

kue lapis, pie, nogosari, dsb.

5. Jagung : menjadi emping, aneka

cake, tallam, muffin, dsb.

6. Tempe : menjadi keripik, dsb.

7. Sagu : menjadi mie, tepung,

kerupuk, bagea (khas ternate), aneka

cake, dsb

Dengan demikian terlihat jelas

b a h w a , p a n g a n m e r u p a k a n

kebutuhan dasar yang harus

d i p e n u h i m a n u s i a u n t u k

m e m p e r t a h a n k a n h i d u p d a n

kehidupan mereka. Selain itu,

pangan merupakan sumber zat gizi

(karbohidrat , lemak, protein,

vitamin, mineral dan air ) yang

menjadi landasan utama manusia

untuk mencapai kesehatan dan

kesejahteraan dalam kehidupannya

dan merupakan pilar penting bagi

sebuah bangsa. (-)

4. Mewujudkan

Ketahanan Pangan

dengan Konsep

Pemberdayaan

Masyarakat Agraris

Berbasis Kearifan Lokal

Oleh: Rimba Supriatna (LPDP, PK-5)

Magister Hukum Ekonomi,

Universitas Indonesia

Realitas dan Problematika

Ketahan Pangan Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara

kepulauan (archipelagic state) yang

kaya akan potensi sumberdaya alam

maupun manusianya. Dengan

potensi yang demikian bangsa

Indonesia dituntut untuk mampu

mengelola dan memanfaatkan

a n u g e r a h k e k a ya a n t e r s e b u t

s e m a k s i m a l m u n g k i n u n t u k

kepentingan seluruh rakyat sesuai

dengan amanat konstitusi (hukum

tertinggi) negara Indonesia. Salah

satu kekayaan alam bangsa yang

d a p a t d i j a d i k a n t o n g g a k

kemandirian dan keberhasilan

pembangunan bangsa adalah

potensi kekayaan pangan. Sehingga

dalam hal ini pengelolaan dan

pemanfaatan potensi pangan

nasional menjadi suatu hal yang

urgent untuk direalisasikan demi

mewujudkan kesejahtraan komunal

bagi rakyat Indonesia.

Siswono Yodo Husodo dalam

Seminar Nasional Teknologi

Pangan tahun 2001 mengatakan

b a h wa k e t a h a n a n p a n g a n

mempunyai peran strategis

dalam agenda pembangunan

nasional , karena: (1) akses

terhadap pangan dengan gizi

yang cukup merupakan hak yang

paling asasi bagi manusia, (2)

kualitas pangan dan gizi yang

dikonsumsi merupakan unsur

penentu yang penting bagi

pemb ent uk an sumb erdaya

5

Berbagai kue, produk olahan ubi, jagung, dan kelapa.Sumber (kompasiana.com)

Page 6: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

dibandingkan dengan negara

agraris lainnya. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya jumlah

kasus malnutrisi yang terjadi di

Indonesia. Badan Pusat Statistik

(BPS) mencatat pada tahun 2013

di Indonesia terdapat sekitar 100

juta penduduk yang berisiko

terhadap masalah kekurangan

gizi, sementara berdasarkan data

survei sosial yang dilakukan oleh

Indonesia Fight Poverty pada tahun

2013, angka gizi buruk yang

diderita oleh balita sekitar 900

ribu jiwa atau 4,8% dari total

jumlah balita Indonesia (23 juta).

Peran Awardee LPDP dan

Pemberdayaan Masyarakat

Awardee LPDP sebagai salah

s a t u t o n g k a t e s t a f e t

p e m b a n g u n a n d a n

kepemimpinan bangsa tentu

h a r u s b e r p e r a n u n t u k

mewujudkan cita-cita nasional

yaitu hendak mensejahterakan

r a k y a t s e b a g a i m a n a

d i a m a n a t k a n d i d a l a m

Pembukaan UUD 1945. Maka

dari itu penulis menawarkan

solusi berupa pemberdayaan

masyarakat agraris melalui peran

m a h a s i s w a I n d o n e s i a .

Pemberdayaan masyarakat

agraris dalam hal ini tidak

dimaksudkan mengajak pemuda

untuk menjadi petani akan tetapi

lebih mendorong kepekaan dan

kesedaran para intelektual muda

u n t u k r e s p o n s i f t e r h a d a p

problem pangan dan kesehatan

bagi masyarakat dan proaktif

untuk menggerakkan potensi

m a s ya r a k a t a g r a r i s d a l a m

mengelola dan memanfaatkan

potensi pangan yang dimiliki.

Adapun langkah kongkrit untuk

m e n u m b u h k a n p a r a d i g m a

agraris, yang pertama adalah

pengembangan r i se t . Para

Awardee LPDP tentunya telah

memiliki dasar keilmuan baik

secara sosial maupun eksakta

untuk melakukan riset akademik.

Riset yang bersifat lintas sektoral

s a n g a t d i b u t u h k a n u n t u k

mengembangkan teknologi

pertanian, mengembangkan

va r i e t a s - va r i e t a s u n g g u l ,

mengembangkan teknologi di

bidang kesehatan. Kedua, hasil

riset tersebut akan digunakan

s e b a g a i i n s t r u m e n u n t u k

d i i k u t s e r t a k a n d a l a m

merumuskan kebijakan di sektor

pangan dan kesehatan. Ketiga,

mengkaji problem malnutrisi

dengan pendekatan “Assessment,

Analysis and Action”. Setelah

adanya assessment mengenai

malnutrisi, selanjutnya perlu

dilakukan analisis mengenai

penyebabnya. Berdasarkan

analisis penyebab dan penilaian

sumberdaya yang tersedia, action

dirancang dan dilaksanakan

untuk mengatas i masalah .

M a l n u t r i s i m e r u p a k a n

manifestasi dari serangkaian

penyebab yang saling berkaitan.

Namun demikian, identifikasi

penyebab langsung malnutrisi

pada kasus-kasus individual

a t a u p u n p a d a m a s ya r a k a t

dengan prevalensi malnutrisi

yang tinggi tetap relevan untuk

dilakukan agar dapat dilakukan

penanganan yang sesuai konteks

kasus maupun masyarakat.

Keempat adalah melakukan

kajian dan pembekalan terpadu

secara berkelanjutan dengan

m a s y a r a k a t u n t u k

mendiseminasikan langkah-

langkah strategis yang telah dan

akan dilakukan kedepan dalam

meningkatkan kualitas dan

manusia yang berkualitas, dan (3)

ketahanan pangan merupakan

salah satu pilar utama yang

menopang ketahanan ekonomi

dan ketahanan nasional yang

berkelanjutan. Untuk memenuhi

h a l t e r s e b u t , d i p e r l u k a n

ketersediaan pangan yang cukup

setiap waktu, higienis, bermutu,

bergizi, beragam, dan dengan

harga yang terjangkau. Dituntut

pula peran pemerintah beserta

seluruh elemen bangsa tidak

terkecuali bagi Awardee LPDP

yang terdiri dari kalangan

intelektual sebagai sebagai agent

of change (agen perubahan), iron

stock (cadangan masa depan), dan

p o l i c y c o n t r o l ( p e n g o n t r o l

kebijakan) yang dalam hal ini

memiliki peran yang strategis

dalam mewujudkan ketahanan

pangan nasional.

Pe r l u k i t a k e t a h u i b a h wa

program dan strategi ketahanan

p a n g a n n a s i o n a l y a n g

dilaksanakan oleh pemerintah

pada saat ini belum mampu

menjawab berbagai kompleksitas

permasalahan pangan yang

dihadapi bangsa ini. Beberapa

diantaranya adalah adanya

kecenderungan penurunan

proporsi konsumsi pangan

berbasis sumberdaya lokal dan

lambatnya perkembangan,

penyebaran dan penyerapan

teknolongi pengolahan pangan

lokal untuk meningkatkan

kepraktisan dalam pengolahan,

nilai gizi, nilai ekonomi, sosial,

citra dan daya terima.

Permasalahan diatas menjadi

f a k t o r ya n g m e n ye b a b k a n

Indonesia menjadi salah satu

negara yang memiliki tingkat

k e t a h a n a n d a n k e a m a n a n

p a n g a n y a n g r e n d a h

6

Page 7: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

5. Optimalisasi Lahan

Pekarangan dengan

Tanaman Rempah

Oleh: Abdul Aziz Luthfi (LPDP, PK-25)

Magister Management, Universitas Indonesia

Lahan pekarangan, atau lahan yang

ada di sekitar rumah, ternyata bisa

dimanfaatkan untuk berbagai

kegunaan terutama di daerah

pedesaan. Kerap kali masyarakat

d e s a m e m a n f a a t k a n u n t u k

m e n a n a m s a y u r a n u n t u k

menunjang konsumsi tiap hari

seperti sayuran, ubi, singkong, dll.

Lebih dari itu, pemanfaatan lahan

p e k a r a n g a n b i s a j u g a u n t u k

menambah pemasukan ekonomi

masyarakat desa. Salah satunya

adalah dengan menanam aneka

tanaman rempah. Di negara kita

tanaman rempah sangat beragam

jenisnya mulai yang identik untuk

bahan jamu dan obat-obatan, dari

kunyit, jahe, pala, lada, temulawak,

dll.

Kebanyakan tanaman rempah

cukup mudah pembudidayaannya.

Sebagai contoh adalah kunyit. Umbi

berbentuk rimpang yang berwarna

kuning tua ini termasuk rempah

yang cukup populer di masyarakat

kita untuk bahan jamu. Bapak

Zulkarnaen, seorang pemilik CV

Shinta Pratama, pernah mencoba

menanam kunyit di lahan seluas 7

hektar (ha) dan omzetnya cukup

besar yaitu senilai Rp 90 juta

p e r b u l a n . ( F i t r i N u r A r i f e n i e ;

peluangusaha.kontan.co.id ).

Usaha Bapak Zulkarnaen tersebut

dapat dijadikan salah satu bukti

bahwa rempah-rempah cukup

menjanjikan pasarnya; tidak hanya

di pasar lokal, tapi juga rempah

Indonesia sudah menjadi komoditi

ekspor dunia sejak dahulu kala.

Kesempatan ini cukup bagus untuk

dilewatkan masyarakat kita. Salah

satu contoh adalah kelompok ibu

PKK Desa Kebonsari Kec. Kebonsari

Kab. Madiun yang berinisiatif

mengadakan pelatihan pengolahan

r e m p a h - r e m p a h d e n g a n

mengajukan proposal ke Dinas

Sos ia l . Se te lah mendapatkan

kucuran dana di bulan Desember

2 0 1 3 , P K K D s . K e b o n s a r i

m e n g a d a k a n p e l a t i h a n ya n g

berfokus pada produk jamu hasil

pengolahan jahe, kunyit, kunyit

putih, dan asem. Menurut Siti

Fatimah, salah satu pengurus PKK,

p e n g o l a h a n r e m p a h - r e m p a h

tersebut tidak terlalu sulit dan

biayanya juga tidak terlalu besar.

K e g i a t a n d i K e b o n s a r i i n i

merupakan salah satu contoh

inisiatif masyarakat yang patut

dihargai.

T i d a k h a n ya d i p e n g o l a h a n ,

masyarakat juga punya peluang

besar di penyediaan rempahnya

sendiri. Apalagi ketersediaan lahan

masih cukup luas di desa. Tentunya

tidak mudah untuk mengalihkan

fungsi lahan sawah untuk tanaman

jenis ini di benak masyarakat.

Karena sebagian besar masyarakat

menganggap sawah sebagai sumber

makanan pokok mereka.

Salah satu yang ditawarkan di artikel

ini adalah pemanfaatan lahan

pekarangan untuk pembudidayaan

rempah-rempah. Lahan pekarangan

atau lahan di sekitar rumah di desa-

desa masih terbilang cukup luas dan

efisien. Disimulasikan tiap rumah

menyisihkan lahannya seluas

minimal 20 m² (5m x 4m) untuk

ditanami rempah-rempah seperti

jahe, kunyit, dll.

Memang besaran pendapatannya

tidak terlalu memikat bila hanya

dengan lahan seluas itu. Namun,

k u a n t i t a s k e t a h a n a n d a n

keamanan pangan nasional. Dan

k e l i m a a d a l a h m e m o t r e t

kemajuan dan keberhasilan

p e n g g u n a a n k o n s e p d a n

p e n d e k a t a a n y a n g t e l a h

dilakukan untuk diperkenalkan

kedalam rancangan kebijakan

yang lebih bersifat formal serta

mengikat (Peraturan Desa atau

Pe r a t u r a n Te k n i s D a e r a h )

sehingga lebih berkelanjutan.

Saran

Berdasarkan uraian diatas

m e m a n g p r o b l e m a t i k a

ketahanan pangan dan kesehatan

merupakan hak mendasar yang

harus segera diatasi. Fakta diatas

m e n u n t u t p e l a k s a n a a n

pembangunan nasional harus

mampu menopang dera ja t

kesejahteraan masyarakat. Oleh

s e b a b i t u p e r a n c a n a a n

pembangunan t idak hanya

berorientasi ekonomi semata

akan tetapi lebih pada konteks

global yaitu keamanan manusia

sebagaimana termaktub di dalam

Program Millenium Development

Goals. Sudah saatnya Awardee

LPDP lebih responsif terhadap

problem pangan dan kesehatan

bagi masyarakat dan proaktif

untuk mengerahkan potensi

m a s ya r a k a t a g r a r i s d a l a m

memanfaatkan potensi pangan

yang dimiliki dalam rangka

memajukan kesejahteraan rakyat

Indonesia menuju bangsa yang

adil dan makmur. (-)

7

contoh jenis tanaman rempah yang dengan mudah tumbuh dipekarangan rumah di Indonesia; dan juga bernilai tinggi di pasaran Eropa. (dari kiri ke kanan: jahe, serai, dan daun sweet basil). Sumber: wikipedia

Page 8: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

bila dikelola dengan baik dalam satu

desa, akan menghasilkan nilai yang

cukup besar. Misalkan dalam satu

desa ada 500 KK, maka estimasinya

10.000 m2 lahan rempah-rempah.

Hasil panen bisa diolah di industri

jamu rumahan di desa tersebut.

Seper t i yang dicontohkan di

kelompok PKK Kebonsari di atas,

pengolahannya sudah cukup bagus

dengan menghadirkan produk jamu

serbuk yang bisa diseduh. Tentunya

ini meningkatkan nilai ekonomi dari

rempah-rempah tersebut.

Kemudian untuk masuk dunia

pasar, rempah-rempah hasil panen

bisa dimasukkan ke berbagai

industri dalam negeri melalui

kelompok tani di desa tersebut.

Bahkan dalam pasar yang lebih luas,

komoditi ini bisa dijual di pasar

internasional. Apalagi rempah-

rempah Indonesia sudah terkenal di

berbagai negara, bahkan sejak jaman

kolonialisme dimana rempah-

rempah menjadi alasan beberapa

negara Eropa berbondong-bondong

datang ke tanah air kita.

Pemanfaatan lahan pekarangan ini

adalah salah satu langkah sederhana

tapi kongkrit untuk mendorong

perekonomian masyarakat desa.

Tentunya ini memerlukan inisiatif

dan part i s ipas i semua pihak

terutama pemerintah desa untuk

m e n d o r o n g d a n m e n d u k u n g

masyarakatnya. (-)

6. Inovasi Pertanian Masa Depan: Budidaya Jamur

Berwawasan Lingkungan di Perkotaan

Oleh: Susan H. Krisanti (LPDP PK-2)

Master of Landscape Architecture , Royal Melbourne Institute of Technology

Cukup banyaknya produk pangan impor yang memadati pasar di Indonesia

membuat petani Indonesia semakin sulit mendapatkan penghasilan yang

dianggap memadai. Jika terus begini, semakin sedikit orang yang berminat

menjadi petani. Namun, berbeda dengan teman-teman pemuda dari IDEAS

Indonesia yang menjadi “petani jamur” masa kini.

Dengan inovasi, kreatifitas, dan kolaborasi tim dari beragam keahlian, warna

industri pangan bisa menjadi unik, menarik dan bahkan solutif bagi beragam

masalah. Contohnya adalah strategi yang sedang dilakukan oleh IDEAS

Indonesia dengan Growbox dan Mycotech yang sedang dikembangkan.

Apa itu Growbox? Growbox adalah sebuah kotak sederhana berisikan bibit

jamur tiram yang bisa dibudidayakan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan

Ά

saja. Growbox ingin memberikan

pengalaman yang mudah dan

m e n y e n a n g k a n d a l a m

menumbuhkan makanan ki ta

sendiri. Cara membudidayakan

jamur ini relatif mudah. Dengan

menyemprotkan sedikit air sehari 2-

3 kali, dengan waktu tunggu sekitar

2-4 minggu jamur akan muncul dan

siap panen. Tidak berakhir disana, 1

box ini dapat digunakan selama 4

bulan dan nantinya jamur dapat

dipanen hingga 3 - 4 kali.

Growbox dapat dikatakan sebagai produk yang berkontribusi pada

sustainabilitas (keberlanjutan) dengan menggunakan medium tanam yang

berasal dari limbah serbuk kayu industri atau biomassa dari limbah

pertanian dan tidak menggunakan bahan kimia buatan agar menghasilkan

jamur yang organik. Kemudian serbuk kayu dicampur dengan dedak, kapur,

dalam kemasan plastik. Plastik ini disebut baglog atau medium tanam jamur.

Jamur tiram dipilih karena daya tahan hidupnya yang kuat, perawatannya

mudah, dan tempat hidup yang relatif fleksibel. Selain itu, Jamur tiram putih

merupakan salah satu dari tujuh makanan “super” dunia karena kaya nutrisi.

Ibaratnya di Indonesia ini kita memiliki term 4 sehat 5 sempurna, dan

ternyata kandungan itu semua ada di dalam satu produk, yaitu Jamur Tiram

Putih yang sudah tidak asing lagi dalam kuliner Indonesia.

sumber: IDEAS Indonesia, http://haloGrowbox.com/

8

Page 9: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Dengan riset dan prototyping, jenis

jamur yang dikembangkan semakin

beragam. Dimulai dengan Jamur

Tiram Putih, saat ini Growbox sudah

mengembangkan berbagai spesies

jamur lainnya, seperti Jamur Tiram

Pink (Pleurotus flabellatus), Jamur

T i r a m K u n i n g ( P l e u r o t u s

citrinopileatus), Jamur Tiram Biru

(Pleurotus columbinus), Jamur Tiram

Coklat (Pleurotus sajor-caju), dan

Jamur Kuping (Auricularia auricula).

Jamur yang berwarna-warni ini

sangat baik untuk kesehatan. Satu

Growbox dihargai Rp 40.000,- hingga

Rp 75.000.-

Ide bertani dengan menumbuhkan

m a k a n a n s e n d i r i d a p a t

mengedukasi masyarakat agar

memproduksi makanannya sendiri

sehingga kualitas dan kesegaran

makanan yang dikonsumsi dapat

dipastikan. Ini juga merupakan

s a l a h s a t u c a r a u n t u k

memopulerkan urban farming ,

pertanian di kota yang mendekatkan

produksi makanan pada konsumen

sehingga biaya distribusi bisa

ditekan. IDEAS Indonesia juga

m e m b u a t m o d u l p e n g a j a r a n

mengenai bertani jamur dan urban

farming kepada murid sekolah dasar.

Growbox juga telah mendapatkan

berbagai prestasi dan penghargaan,

diantaranya menjadi Finalis Shell

Live Wire 2013, Mitra Kampus BNI,

dan menjadi 3�ᵈ Winner Global

Innovation Through Science and

Technology (GIST) Demo Day 2014.

Berbagai penghargaan tersebut

tentunya tidak lepas dari kolaborasi

tim IDEAS Indonesia dengan latar

be lakang d is ip l in i lmu yang

berbeda, yaitu Teknik Arsitektur,

I l m u E k o n o m i d a n S t u d i

Pembangunan, Mikrobiologi, dan

Desain Produk .

Hingga saat ini, Growbox telah

berhasil menjangkau lebih dari 12

ribu orang di kota. Sejak pertama

kali diluncurkan pada Desember

2012, produk ini telah diterima

dengan sangat baik oleh pasar

nasional dan internasional, seperti:

Malaysia, Singapura, Korea Selatan,

Cina, Inggris, Jerman, Hungaria, dan

Islandia.

Selain itu, IDEAS Indonesia juga

mengembangkan sebuah solusi

u n t u k p e m a n f a a t a n l i m b a h

pertanian dengan jamur. Produk

yang mereka sebut Mycotech

(mater ia l terbarukan dengan

teknologi jamur ), dibuat dari

kumpulan limbah pertanian yang

direkatkan oleh mycelium jamur

sehingga menghasilkan material

baru yang lebih ramah lingkungan

dan aman bagi kesehatan. Inovasi ini

t e r i n s p i r a s i d a r i m a k a n a n

tradisional, tempe. Tempe memiliki

prinsip dasar polimer, karena

kedelai yang mudah tercerai-berai

dapat direkatkan oleh jamur

(Rhizopus sp.). Dari hal tersebut,

Mycotech dikembangkan lebih lanjut

s e l a m a 2 t a h u n u n t u k t e r u s

disempurnakan.

Material yang terbentuk memiliki

karakter baru yaitu lebih kuat,

ringan, dan tahan api. Material ini

dapat mereduksi benturan sehingga

dapat digunakan oleh berbagai

aplikasi seperti material bangunan

hingga kemasan barang elektronik,

alat berat, dan sebagainya. Melalui

penguj ian karakter mekanis ,

material ini dapat menahan daya

tekan setara dengan beban 50

mobil/m² dan 300 kali lebih fleksibel

dari baja.

Untuk pengembangan tahap awal,

material ini dapat diaplikasikan

sebagai material non-struktural,

seperti: dinding, panel, langit-langit

dan interior. Material ini (25 kg/m²)

10 kali lebih ringan dari bata merah

(250 kg/m²) dan 2 kali lebih ringan

dari bata ringan (57 kg/m²). Dengan

b e g i t u d a p a t d i h e m a t 8 %

penggunaan beton dalam membuat

struktur kolom. Hal ini sangat

dirasakan ketika membangun

bangunan high-rise (20 lantai). Kita

dapat menghemat 16 juta rupiah per

k o l o m , d a p a t d i b a y a n g k a n

bangunan sebesar apartemen yang

http://mycotech.haloGrowbox.com

9

Page 10: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

membutuhkan sedikitnya 50 kolom,

sudah 800 juta rupiah pengeluaran

yang dapat dihemat.

Material ini bisa dikatakan sebagai

material masa depan karena bahan

baku pembuatannya, yaitu limbah

pertanian, cukup melimpah. Pada

tahun 2012 Indonesia menghasilkan

120 juta ton biomassa dari limbah

pertanian. Setiap harinya setiap

pertanian jamur menghasilkan

serbuk kayu sebanyak 3 ton yang

terbuang begitu saja. Pemanfaatan

limbah lokal ini sangat membantu

petani dalam mengelola limbah.

Terlebih, proses pembuatan material

ini menggunakan energi yang

sangat rendah (low embodied energy) /

tidak menghasilkan emisi karbon

ya n g b e s a r . M a t e r i a l h a n ya

memanfaatkan siklus hidup jamur

yang memproduksi hifa yang

m e m b e n t u k m y c e l i u m u n t u k

mengikat medium. Material ini

dapat dijadikan alternatif pilihan

karea mudah diaplikasikan.

Growbox bisa menjadi contoh bagi

inovasi produk pertanian lainnya.

H a l - h a l ya n g d a p a t m e n j a d i

inspirasi adalah pemilihan dan

pemgembangan kualitas produk,

pengembangan desain produk

(kemasan), cara menggunakan

produk, konten edukasi , dan

penggunaan berbagai strategi

pemasaran, seperti: personal, media

sosial, edukasi kreatif, terlibat dalam

pameran dan kompetisi bisnis,

menggelar pasar petani, hingga

mengadakan kegiatan table to farm

(memasak dan makan bersama di

k a wa s a n k e b u n p e t a n i ya n g

mendekatkan konsumen pada

pertanian). Bahkan dengan riset

lebih lanjut, limbah yang terhasilkan

dari inovasi produk pertanian

seperti diatas dapat dikembangkan

untuk memperpanjang rantai

sustainability dan meningkatkan

value produk pertanian tersebut.

Referensi:

Ÿ Startup Asia Singapore 2014. IDEAS Indonesia.

Ÿ Urban Mushroom Farming. Growbox.

energi W= P x t

energi W= 0.75 kW x 24 jam

energi W= 18 kW jam (kWh)

Kita asumsikan biaya listrik per jam

pada tahun 2015 untuk dari PLN

adalah Rp 1.325,- maka dalam

s e b u l a n b i a y a y a n g h a r u s

dikeluarkan adalah Rp 715.500,-

untuk 1 buah mesin kincir air. Jika

menggunakan BBM Solar dengan

genset, sebagai contoh untuk

tambak berukuran 30 meter x 40

meter selama 24 jam membutuhkan

dibutuhkan Rp 150.000,- untuk

pembelian 20 liter solar.

Penggunaan Energi Alternatif

Terdapat beberapa jenis energi

alternatif yang berpotensi untuk

lingkungan tambak, yaitu Panel

Surya dan Energi Tenaga Angin

(Wind power).

Ÿ Panel Surya untuk Tambak

Berdasarkan data dari Kementrian

ESDM, energi surya di bagian barat

Indonesia sebesar 4.5 kWh/m²/hari,

s e d a n g k a n d i b a g i a n t i m u r

Indonesia 5.1 kWh/m²/hari dan

rerata untuk seluruh Indonesia

adalah 4.8 kWh/m²/hari.

7. Energi Alternatif

untuk Petani Tambak

Oleh: Anggoro Wisaksono (LPDP, PK- 6)

PhD student at System, Power and Energy

Research Division, University of Glasgow.

Dampak Kekurangan Listrik

kepada Petani Tambak

Usaha budidaya tambak cukup

memberikan keuntungan yang

signifikan apabila petani tambak

dapat memenuhi syarat mutu atau

k u a l i t a s a i r t a m b a k y a n g

dibutuhkan, menurut tulisan Cholik

pada Seminar Satu Hari Pentingnya

Pengelolaan Air Dalam Meningkatkan

Produktivitas Tambak Udang tahun

1 9 9 8 l a l u , s e h i n g g a d a p a t

m e n g h a s i l k a n p a n e n y a n g

memuaskan.

Pada dasarnya untuk menjaga

kelangsungan kebutuhan oksigen,

maka dibutuhkan kincir air. Kincir

air bukan hanya sebagai aksesori

tambak, tapi berfungsi untuk

menjaga kebutuhan oksigen dan

meratakan kualitas air.

Sebagai gambaran sederhana,

dibutuhkan energi listrik untuk

menggerakkan kincir air tersebut

selama 24 jam non-stop. Dari

berbagai merk yang ada, kebutuhan

normalnya adalah motor listrik

berukuran 1-2 HP dengan daya (P)

750 Wa� (0.75 kW), maka kebutuhan

energi (W) yang digunakan selama

24 jam adalah sebagai berikut:

Ilustrasi kincir air tambak dengan 2 dan 4 pedal.

Proses pembangkitan listrik pada panel surya (Dimodifikasi dari berbagai sumber)

10

Page 11: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Strengths (Keutamaan) Weaknesses (Kelemahan)

Ÿ Dapat digunakan sebagai sumber listrik yang �dak akan pernah habis,

Ÿ Independen dari listrik PLN atau genset,Ÿ Jaringan listrik mudah dirangkai,Ÿ Tidak ada emisi / gas buang,Ÿ Murah, tahan lama (+25 tahun),

perawatan mudah.

Ÿ Teknologinya masih berkembang,Ÿ Memerkukan teknisi khusus untuk

pemasangan,Ÿ Memerlukan area untuk penempatan

panel surya,Ÿ Banyak masyarakat yang masih awam,Ÿ Minimnya dukungan pemerintah.

Opportuni�es (Peluang) Threats (Ancaman)

Ÿ Hemat biaya dan kuan�tas energi mencukupi,

Ÿ Lebih murah dari migas,Ÿ Membuka lapangan kerja baru.

Ÿ Terbatas di daerah beriklim tertentu,Ÿ Kompe�si pabrik/pasar yang kurang

sehat untuk saat ini,Ÿ Belum ada regulasi dari pemerintah.

Tabel disamping memberikan

analisa mengenai keutamaan,

kelemahan, peluang, dan ancaman

(SWOT) dari peggunaan panel surya

photovoltaic (PV).

Dengan menggunaan panel surya,

m a s ya r a k a t t i d a k p e r l u l a g i

bergantung pada listrik PLN atau

genset; dengan catatan, panel surya

harus dilengkapi baterai untuk

menyimpan energi yang dapat

digunakan pada malam hari.

Berikut adalah cara kerja panel surya

PV secara sederhana:

Ÿ Panel Surya: panel ini terdiri dari 2

lapisan semikonduktor yang

biasanya terbuat dari silikon. Satu

lapisan mengandung fosfor, yang

membuatnya menjadi kutub

n e g a t i f ( - ) , d i s e b u t

semikonduktor tipe N. Lapisan

yang lain mengandung boron,

yang membuatnya menjadi kutub

p o s i t i f ( + ) , d i s e b u t

semikonduktor tipe P. Pertemuan

keduanya disebut simpang P-N.

Secara teknis, ketika radiasi sinar

matahari mengenai simpang P-N,

maka elektron pada materi tipe N

akan bangkit dan bergerak

m e l e k a t k e m a t e r i t i p e P ,

sehingga membentuk aliran

elektron. Arus ini kemudian

disadap oleh metal kontak atas

dan bawah, seperti roti lapis.

Arus listrik yang dihasilkan

adalah arus DC

Ÿ Inverter: arus DC pada proses

diatas kemudian diubah menjadi

arus AC oleh inverter.

Ÿ Meteran, arus AC kemudian akan

dialirkan ke meteran listrik untuk

memonitor pemakaian.

Jadi bisa dikatakan potensi energi

surya ini cukup besar dengan

potensi yang dimiliki, serta biaya

p e r a wa t a n ya n g t e r j a n g k a u .

Pernyataan ini diperkuat oleh ahli

energi alternatif di Inggris yaitu Paul

Younger dalam bukunya Energy: All

that ma�ers.

Ÿ Energi Tenaga Angin untuk Tambak

Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai kecepatan angin berkisar antara

2.5 - 5.5 meter per detik di ketinggian 24 meter di atas permukaan tanah.

Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, potensi energi listrik yang dapat

dihasilkan adalah 9290 MW. Tercatat, daerah yang paling berpotensi adalah

Nusa Tenggara, Sumatera Selatan, Jambi dan Riau.

Berdasarkan data dari pemerintah Inggris, untuk memasang turbin angin

yang menghasilkan 2.5 kW, diperlukan modal sekitar Rp 150 juta. Analisa

SWOT untuk turbin angin untuk tambak bisa dilihat di tabel berikut. Kendala

utama adalah kondisi angin yang tidak bisa ditebak sehingga memang

sedikit sulit dijadikan sumber listrik utama jika hanya menggunakan satu

turbin angin saja.

Analisis Energi Panel Surya untuk

Strengths (Keutamaan) Weaknesses (Kelemahan)

Ÿ rela�f mudah dan murah dalam pemasangan,

Ÿ Independen dari listrik PLN atau genset,Ÿ Jaringan listrik �dak rumit,Ÿ Tidak ada emisi / gas buang,Ÿ Baik untuk pulau terpencil yang �dak

terjangkau listrik PLN.

Ÿ Kondisi angin yang �dak konstan,Ÿ Mengganggu pemandangan dan

bersuara, Ÿ Belum banyak pemakaian dalam skala

kecil (untuk tambak/pertanian),Ÿ Banyak masyarakat yang masih awam,Ÿ Minimnya dukungan pemerintah.

Opportuni�es (Peluang) Threats (Ancaman)

Ÿ Dapat berbagi dengan warga sekitar,Ÿ Peluang peneli�an untuk membuat

turbin angin skala kecil.

Ÿ Ancaman badai yang merusak,Ÿ Bersaing dengan harga listrik

konvensional, Ÿ Belum ada regulasi dari pemerintah.

Analisis Energi Turbin Angin untuk Tambak:

Cara kerja turbin angin menghasilkan tenaga listrik adalah sebagai berikut:

Ÿ Tinggi menara turbin, untuk mencapai kecepatan angin yang memadai,

tinggi ideal untuk menara turbin ukuran kecil adalah 20-25 meter. Secara

aerodinamis, energi yang diperoleh dari turbin angin hanya 59.3%, karena

adanya kehilangan aerodinamis dan konversi energi, saat proses

perputaran berlangsung. Maka, penentuan tinggi sangat berpengaruh.

11

Page 12: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Proses pembangkitan listrik pada turbin angin (Dimodifikasi dari berbagai sumber)

PLT Hibrida Surya dan Angin (Sumber: Tempo)

Ÿ Angin menerpa baling-baling ,

dorongan angin akan menerpa

baling-baling dan menggerakkan

rotor.

Ÿ Girboks, putaran rotor yang tidak

menentu, memerlukan girboks

untuk menstabilkan putaran ke

mesin turbin (memperlambat).

Ÿ Turb in , gerakan kemudian

dikonversi /diubah menjadi

energi listrik oleh Turbin. Arus

listrik yang dihasilkan adalah

arus DC.

Ÿ Inverter, untuk mengubah arus

DC menjadi AC,

Ÿ Baterai, untuk menyimpan energi

listrik yang dihasilkan.

Selain untuk menghasilkan listrik,

tenaga angin digunakan secara

langsung untuk proses aerasi tanpa

l i s t r ik . Inovas i te lah banyak

dilakukan, contohnya seperti Eco

Aerator yang diciptakan oleh

kelompok mahasiswa ITS.

Eco Aerator ITS (Sumber: Okezone)

Pembiayaan: Lebih Mudah karena

Ramah Lingkungan

Pembuangan karbondioksida (CO₂)

yang dihasilkan dari produksi atau

penggunaan energi alternatif ini

s a n g a t r e n d a h . P a d a g r a fi k

disamping terlihat bahwa batubara,

minyak dan gas berkontribusi besar

gas rumah kaca dunia saat ini.

Dapat dilihat pula betapa rendahnya emisi panel surya PV 85 ton Co₂ e/GWh

dan angin 26 ton CO₂ e/GWh. Pada grafik dibawah terlihat tanda berwarna

kuning yang artinya besarnya emisi karbon yang sudah disimpan didalam

Carbon Capture and Storage (CCS) atau “penangkapan dan penyimpanan

karbon” adalah menyimpanan karbon dalam jangka panjang guna mencegah

pemanasan global dan perubahan iklim.

Risiko lingkungan dan sosial berperan penting dalam pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), terutama dalam keputusan dalam

melakukan investasi oleh institusi pembiayaan, dalam hal ini bank dan

perusahaan pembiayaan menurut J. C. Groth (1994) mengenai Risiko

Lingkungan dan Implikasinya. Perbankan memiliki hubungan usaha dengan

perusahaan atau proyek-proyek investasi yang operasionalnya ternyata

berpotensi atau sudah merusak lingkungan dalam buku Perbankan Hijau di

India oleh Sahoo dan Nayak (2008).

Kontribusi gas rumah kaca secara global (Sumber: Younger, 2014)

12

Page 13: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Sebelumnya di tahun 2003, 10 bank

besar dunia mencanangkan Equator

Principles, yaitu mendahulukan isu-

isu sosial dan lingkungan sebelum

memutuskan membiayai suatu

p r o y e k , y a n g k e m u d i a n

mempelajari risiko-risiko yang

berkaitan, tulis J. Andrew di jurnal

m e n g e n a i P e n d a n a a n

Bertanggungjawab, 2008. Bank-bank

nas ional sesungguhnya akan

memudahkan dalam pembiayaan,

jika calon nasabah atau peminjam

dapat menunjukkan profil usaha

yang baik serta itikad bisnis yang

baik pula.

Penggunaan tenaga angin untuk

k i n c i r a e r a s i d i n i l a i m a s i h

mempunyai kelemahan, yaitu

kecepatan angin yang kurang

konsisten. Maka disarankan kincir

aerasi tenaga air hanya untuk tenaga

cadangan, jika memang energi utama

tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya.

Berdasarkan gambaran di segi

pembiayaan, tidak sulit untuk mencari

pinjaman modal untuk hal yang

bertujuan menjaga lingkungan hidup,

karena industri perbankan modern

mendukung kelestarian lingkugan

dalam menjalankan bisnisnya.

Sebagai penutup, berikut analisa dari

sisi politik (P), ekonomi (E), sosial (S),

dan teknologi (T) pada energi alternatif

untuk industri tambak, berguna bagi

penyusunan strategi kedepan untuk

penggunaan energi alternatif ramah

lingkungan di lingkungan tambak. (-)

Poli�k

Peran dukungan pemerintah berupa dasar hukum untuk energi alterna�f ramah lingkungan.

Ekonomi

Perlu pengurangan pajak (insen�f), modal yang rendah, pemberian subsidi.

Sosial

Harus dilakukan pendidikan dan sosialisasi ke masyarakat tentang energi alterna�f ramah lingkungan.

Teknologi

Kondisi cuaca (terutama tenaga angin), area pemasangan, kemungkinan produksi dalam negeri.

8. Wacana Bertahap

Swasembada Gula

Oleh: Rio F. Rachman (LPDP, PK-9)

Magister Media dan Komunikasi,

Universitas Airlangga, Surabaya

Pada tanggal 19 September 2013 di

Surabaya, Pusat Penelitian dan

Pe n g e m b a n g a n K e m e n t e r i a n

Perdagangan melakukan pertemuan

d e n g a n s e j u m l a h p e m a n g k u

kepentingan. Salah satu poin yang

d i b a h a s a d a l a h p r o s p e k

swasembada pangan. Gula turut

menjadi komoditas yang dijadikan

fokus diskusi.

Dari hasil pertemuan tersebut,

PTPN (2013) merumuskan sejumlah

faktor yang mesti diperhatikan

untuk akselerasi swasembada gula,

di antaranya yakni: pentingnya

kebijakan revolusioner terkait

insent i f pe tani , pembenahan

regulasi mendasar, revitalisasi

industri, riset penunjang produksi

dan tata ruang kawasan budidaya.

Poin pertama dan kedua bisa

d i g o l o n g k a n d a l a m r a n a h

kebijakan/regulasi. Sedangkan poin

ket iga , keempat , dan ke l ima

b e r t e m p a t d i r a n a h i n o va s i

produksi. Faktor-faktor tersebut

memang dicetuskan sekitar satu

setengah tahun silam namun semua

masih relevan untuk dikaji saat ini.

Regulasi / Kebijakan

Pembahasan tentang regulasi

produksi gula nasional t idak

terlepas dari apa yang menjadi skala

p r i o r i t a s p e m e r i n t a h p u s a t .

Sementara pada bidang pertanian

dan perkebunan, pemerintah saat ini

cenderung menempatkan prioritas

utama pada tiga komoditas pangan

strategis: beras, jagung, kedelai.

Otomatis, pola pikir anggaran dan

energi bakal terkonsentrasi ke sana.

B i s a j a d i i n i d i s e b a b k a n

problematika gula dalam negeri

y a n g b e g i t u k o m p l e k s .

Penyelesaiannya butuh waktu

bahkan bisa lebih sedasawarsa.

Professor Bustanul Arifin (2014)

mengemukakan fakta bahwa gula

tebu dalam negeri pada tahun 2015

diperkirakan hanya memenuhi 50%

dari kebutuhan gula domestik yang

mencapai 5,9 juta ton.

Agro Indonesia (2014) memprediksi

bahwa, kebutuhan gula di Indonesia

akan surplus hingga 266.298 ton

hingga Mei 2015. Sayangnya,

sumber surplus tersebut ternyata

bukan dari ladang domestik.

Saluran gula impor pun tidak

sepenuhnya dapat disalahkan;

sebab, secara prinsip produksi gula

nasional memang tidak sanggup

memenuhi konsumsi dalam negeri.

Bagaimana cara agar kondisi itu

berubah? Langkah awal yang dapat

ditempuh adalah menetapkan target

terukur kapan swasembada itu ingin

dicapai. Perhitungan yang rinci

terkait faktor eksternal dan internal

harus dilakukan, perancangan

13

Sumber: http://pendidikan-umitsabitah.blogspot.com

Lori tebu di Jawa Timur, salah satu infrastruktur pengangkut tebu peninggalan Belanda yang masih beroperasi hingga sekarang.

Page 14: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

regulasi dan anggaran harus dibuat

secara terstruktur. Begitu pula target

waktu yang jelas sehubungan

d e n g a n k a p a n i m p o r h a r u s

direduksi bahkan dihilangkan sama

sekali.

Dengan demikian, semua pihak

akan fokus mengacu pada garis-

garis pencapaian target tersebut. Tak

perlu risau jika ternyata didapatkan

angka bahwa swasembada gula

tanpa impor baru tercetus hingga

sepuluh atau lima belas tahun lagi.

Angka yang secara politis tidak

menjual dan kurang populer.

Namun, dalam bidang apapun,

target seharusnya merupakan poin

yang realistis.

Kebijakan seperti ini tidak bisa

diurus oleh satu pihak, namum

diperlukan sebuah sinergi dari

pemerintahan tingkat atas hingga

tingkat bawah (daerah). Sebab,

regulasi tersebut juga terkait pada

p e n c a p a i a n p e t a n i t e b u . D i

dalamnya terdapat insentif yang

bisa berupa transparansi angka

rendemen dengan pabrik, Harga

Pembelian Pemerintah (HPP), dan

perjanjian penjaminan pupuk untuk

stabilitas produksi. Pemerintah

daerah wajib mendampingi agar

keluhan, masukan, dan angka-

angka statistik di akar rumput dapat

sampai ke pusat guna perumusan

target yang valid.

Inovasi Produksi

P e r g u r u a n t i n g g i , l e m b a g a

pemerintahan, dan instansi yang

terkait dengan riset teknologi harus

b e r s i n e r g i . M o t i v a s i d a n

Penghargaan untuk melakukan

penelitian harus terus diberikan

untuk mendapatkan inovasi baru

demi mempercepat produksi

pertanian gula.

Beberapa tahun silam, inovasi Single

Bud Planting (SBP) yang dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan

bibit unggul diperkenalkan pada

publik. Inovasi semacam ini perlu

terus dikembangkan oleh para ahli,

termasuk bagaimana teknologi

memaksimalkan rendemen. Hal ini

penting mengingat rendemen tebu

lokal tergolong rendah, yaitu pada

kisaran 5-8% sementara di Brazil

atau negara lain adalah pada kisaran

15%.

Teknologi efektifitas lahan juga

harus dipacu, bila perlu ditambah

dengan pembukaan lahan baru di

luar Jawa. Tahun lalu, seorang

periset swasta melakukan penelitian

lahan untuk padi di Papua. Salah

satu alasannya, teknologi yang akan

d i p a k a i k e l a k h a n y a d a p a t

digunakan di lahan yang luas tanpa

sekat, yang mana lahan seluas itu

sudah tidak tersedia di Jawa.

Kerumitan di sektor gula memang

jamak. Tidak hanya soal efisiensi dan

efektifitas bibit dan lahan, namun

juga soal cuaca (rendemen atau gula

yang ada di tebu berkaitan dengan

k o n d i s i t a n a h d a n c u a c a ) ,

infrastruktur, dan revitalisasi

pabrik. Peningkatan bahan baku di

lahan akan menjadi sia-sia apabila

infrastruktur pengangkut dan

pabriknya sendiri belum siap

mengolah.

Seperti yang disebutkan di awal

sebagai kompleksitas persoalan.

Swasembada merupakan jalan

bertahap dan panjang. Sinergi dari

berbagai pihak adalah faktor

penting. Selain itu pengaturan kran

impor juga memegang peranan bagi

industri gula nasional.

Penyamaan persepsi dan tujuan

dapat dicanangkan dengan tegas

oleh pemerintah pusat, dalam hal ini

p r e s i d e n , s e h i n g g a s e m u a

p e m a n g k u k e p e n t i n g a n d a n

kementerian yang menjadi hulu riset

dan teknologi , infrastruktur ,

industri, pengolahan lahan dan aset,

anggaran, dan lain sebagainya,

segera menyerempakkan langkah.

Referensi:

Indonesia Banjir Gula Impor, agroindonesia

(2014)

9. Integrated Farming Sebagai Penyokong Pertanian Berkelanjutan Guna Mencapai Ketahanan PanganOleh: Ari Aji Cahyono (LPDP, PK-23)

Master in Sustainable Agriculture and Food Security,

Newcastle University, UK.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki tanah yang

subur dan iklim yang mendukung untuk menghasilkan

beragam jenis komoditas pertanian khususnya tanaman

pangan, seperti: serealia, hortikultura, dsb. Pada tahun

1980an, Indonesia pun mampu mencapai swasembada

beras. Prestasi ini berdampak secara langsung pada

keberlangsungan hidup masyarakatnya sehingga

kerawanan pangan pun dapat ditekan. Pada dasarnya,

kemakmuran suatu bangsa dapat digambarkan oleh

ketercukupan kebutuhan pangan pada masyarakatnya.

Tanpa pangan yang mencukupi, asupan gizi masyarakat

dapat terabaikan sehingga kualitas jasmani pun

menurun. Oleh karena itu, ketahanan pangan harus

ditingkatkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Berbeda dari prestasi yang sudah disebutkan

sebelumnya, akhir-akhir ini Indonesia mengalami

penurunan produksi pangan yang ditunjukkan dengan

beberapa fenomena seperti makin melemahnya

budidaya pertanian dan impor produk pangan.

Ketahanan pangan di negara ini pun mulai mendapatkan

perhatian lebih. Petani Indonesia yang rata-rata adalah

petani garam memiliki lahan yang semakin sedikit. Hal

ini mengakibatkan produksi komoditas pertanian

menjadi semakin terbatas ditambah lagi dengan

berkurangnya tenaga kerja tani. Program diversifikasi

pangan pun mulai digalakan oleh pemerintah untuk

14

Page 15: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

mengubah kebiasaan masyarakat

Indonesia dalam memandang beras

sebagai hal yang sangat wajib untuk

dikonsumsi tiga kali sehari. Program

ini pun diharapkan agar masyarakat

memanfaatkan sumber karbohidrat

d a r i k o m o d i t a s p a n g a n l a i n

misalnya, singkong, jagung, dan

sagu. Namun, pada pelaksanaannya

program ini masih terkendala

mindset masyarakat yang masih

belum bisa terlepas dari konsumsi

nasi.

Untuk memenuhi kebutuhan

p a n g a n s e c a r a m e n y e l u r u h ,

kebijakan impor pangan pun mulai

d i l a k u k a n . I m p o r p a n g a n

menyebabkan produk dalam negeri

h a r u s b e r s a i n g k e t a t u n t u k

memperoleh konsumen. Namun,

karena produk pangan impor

memiliki harga yang lebih murah

dan pengemasan yang menarik,

produk domestik menjadi cukup

kewalahan untuk berebut pembeli.

P e r m a s a l a h a n i n i l a h y a n g

menimbulkan rasa pesimistis bagi

para petani dalam negeri.

Beberapa petani garam yang sudah

bersemangat untuk menyuplai

pangan pun lebih memilih untuk

meninggalkan profesinya sebagai

petani dan bekerja di bidang lain.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada

tahun 2003, jumlah usaha rumah

tangga pertanian mencapai 18,7 juta

unit. Namun, pada tahun 2013,

terjadi penurunan usaha rumah

tangga pertanian yakni menjadi 17,7

unit. Penurunan ini dapat menjadi

b a g i a n a w a l d a r i a d a n y a

kekurangan ketersediaan pangan

domestik. Di sisi lain, harga pangan

seperti beras mengalami kenaikan

yang signifikan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2010-2013, harga beras

meningkat dari yang semula Rp

6.995,-/kg menjadi Rp 9.265,-/kg.

Masyarakat pun menjadi lebih susah

untuk memperoleh beras.

K e h i l a n g a n p e t a n i b e r a r t i

kehilangan pangan, semakin langka

pangan maka semakin sulit untuk

hidup. Maka dari itu, perlu sebuah

sistem yang mampu memberikan

keuntungan bagi pe tani dan

m a s y a r a k a t l u a s . Pe r t a n i a n

berkelanjutan merupakan gagasan

y a n g b r i l i a n u n t u k

mempertahankan kegiatan ekonomi

di sektor pertanian. Konsep tersebut

dilakukan untuk mempertahankan

d a n m e m a n f a a t k a n p o t e n s i

p e r t a n i a n I n d o n e s i a u n t u k

m e n i n g k a t k a n k e s e j a h t e r a a n

p a n g a n . M e l a l u i s i s t e m i n i ,

Indonesia akan mampu mencapai

swasebada pangan di masa depan.

Pa d a p r i n s i p n ya , p e r t a n i a n

berkelanjutan bertumpu pada

prinsip pemanfaatan sistem ekologi

seperti lingkungan dan organisme di

sekitar lahan pertanian untuk

memperoleh hasil maksimal dalam

sustainable . Salah satu contoh

aplikasi dari konsep ini adalah

penggunaan sistem pertanian

organik untuk mempertahankan

kesuburan lahan meskipun dipakai

berulang-ulang. Selain itu pertanian

organik juga ramah lingkungan

sehingga t idak menimbulkan

bahaya bagi petani (kontaminasi)

maupun organisme lain. Hasil

panen dari sistem ini juga dapat

ditingkatkan hingga dua kali lipat.

Pada akhirnya, tujuan utama dari

pertanian berkelanjutan adalah

tercapainya ketahanan pangan.

Integrated farming atau pertanian

terpadu merupakan salah satu

k o n s e p u n t u k m e n d u k u n g

pertanian berkelanjutan. Sistem ini

bertumpu pada diversifikasi usaha

tani dengan mengkombinasikan

seluruh aspek lingkungan di sekitar

lahan produksi. Dengan demikian,

p e t a n i a k a n m e n d a p a t k a n

pendapatan tambahan dari usaha

lainnya. Dengan kata lain, integrated

f a r m i n g a k a n m e n i n g k a t k a n

kegiatan perekonomian petani

sehingga terjadi diversifikasi usaha

tani.

Bagan pada bagian bawah halaman

ini adalah contoh dari pertanian

terpadu. Bagan tersebut membagi

usaha tani ke dalam dua bidang

yaitu: peternakan / perikanan dan

pertanian / perkebunan. Dari usaha

pertanian / perkebunan, petani

mampu menghasilkan hasil panen

berupa beras, jagung, kedelai, dan

sayur. Setelah pengolahan limbah

hasil panen yang berupa jerami,

bekatul , bungkil jagung, dan

bungkil kedelai digunakan suntuk

pakan ternak dan ikan. Selain

mendapatkan hasil panen pertanian,

p e t a n i j u g a t i d a k p e r l u

mengeluarkan biaya untuk pakan

ternak sehingga keuntungan

meningkat. Dari usaha peternakan

dan perikanan, petani mampu

menjual daging, susu, dan telur.

Kemudian, kotoran dari ternak dan

ikan dapat digunakan untuk

memupuk tanah. Dengan demikian,

petani tidak perlu mengeluarkan

biaya produksi untuk pupuk.

K o t o r a n t e r n a k j u g a d a p a t

digunakan untuk membuat biogas

sehingga keluarga tani tidak perlu

membeli gas alam untuk memasak

sehari-hari. Konsep terintegrasi ini

memungkinkan petani untuk Sistem Pertanian Terpadu

(Sumber: http://pertanian-indonesia-asia.blogspot.com/2014/10/sistem-pertanian-terpadu.html)

15

Page 16: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

m e n g h e m a t o n g k o s

p r o d u k s i d a n m a m p u

menghasilkan panen secara

optimal. Oleh karena itu,

pertanian terpadu dapat

m e m b a n t u p r o d u k s i

p a n g a n d a l a m n e g e r i

d i t a m b a h d e n g a n

peningkatan pendapatan

masyarakat. Jika hal ini

terjadi, petani akan lebih

b e r s e m a n g a t u n t u k

melakukan usaha taninya

dan suplai pangan akan

tetap tersedia.

Dalam pelaksanaannya,

i n t e g r a t e d f a r m i n g

memerlukan dukungan

langsung dari pemerintah.

P e n y u l u h a n d a n

pembimbingan bagi petani

tentang pertanian terpadu

harus dijalankan secara

efektif. Di samping itu,

akses perluasan usaha

p e r t a n i a n ya n g m a s i h

terkendala permodalan

hendaknya akan terfasilitasi

d e n g a n b a i k u n t u k

mengembangkan integrated

farming. Pemerintah dapat

menyediakan badan atau

l e m b a g a f a s i l i t a t o r

p e r k r e d i t a n u s a h a

pertanian. Selain itu, subsidi

pupuk dan sarana produksi

pertanian juga akan sangat

membantu mengurangi

pembiayaan per tan ian

tanaman pangan. (-)

10. Transformasi Sistem Pertanian dan Pangan dalam

Pembangunan Pertanian Indonesia menuju Ketahanan

Pangan Nasional

Oleh: Iman Widhiyanto (LPDP, PK-3)

Program Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian, IPB.

“Agriculture is the mother and nourishes of all other arts. When it is well conducted, all the other

arts prosper. When it is neglected, all other arts decline”, (Xenophon, 425-355 SM).

“There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven”,

(Lao Tze 600 SM).

K e d u a fi l s u f i t u p a d a d a s a r n ya

menyatakan bahwa sektor pertanian

berperan sangat strategis dalam setiap

sendi kehidupan seperti dinyatakan oleh

Daryanto (2009) dalam tulisannya untuk

Program Pascasarjana Manajemen dan

Bisnis IPB.

Pada abad 21, pertanian akan tetap

menjadi ins t rumen dasar untuk

p e m b a n g u n a n b e r k e l a n j u t a n ,

mewujudkan ketahanan pangan, dan

pengurangan kemiskinan. Menurut UU

No. 18 Tahun 2012 tentang pangan,

ketahanan pangan didefinisikan sebagai

kondisi terpenuhinya pangan bagi

negara sampai dengan perseorangan,

yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi,

merata, dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan,

dan budaya masyarakat, untuk dapat

hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

Transformasi sistem pertanian sedang dan telah terjadi di berbagai

belahan dunia termasuk Indonesia. Proses dan tahapan transformasi

petanian berbeda antar satu negara dengan negara lainnya, namun

dengan satu tujuan yang sama yaitu pembangunan pertanian menuju

pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, dan pengentasan

kemiskinan.

Di negara berkembang termasuk Indonesia, tiga dari empat orang hidup

di pedesaan dan sebagian besar menggantungkan hidupnya di

pertanian. Pertanian sendirian tidak akan mampu secara masif

mengurangi kemiskinan, tetapi telah terbukti menjadi kekuatan yang

unik untuk melakukan tugas itu. Sudah seharusnya pemerintah

menempatkan pertanian sebagai pusat agenda pembangunan, dengan

mempertimbangkan semua peluang dan tantangan yang mungkin akan

muncul.

Apabila sektor pertanian didukung

dengan kebijakan yang tepat dan

investasi yang besar pada tingkat lokal

dan nasional, maka ketahanan pangan

n a s i o n a l a k a n d a p a t t e r w u j u d ,

d i s a m p i n g i t u p e r t a n i a n a k a n

memberikan kesempatan bagi jutaan

orang miskin di perdesaan untuk keluar

dari kemiskinan.

T r a n s f o r m a s i s i s t e m p e r t a n i a n

tradisional menjadi, menjadi jalan

keluar untuk menjaga ketahanan

pangan dan mengurangi kemiskinan.

Sistem pertanian modern menghasilkan

produk-produk bernilai tinggi melalui

pengembangan kewirausahaan /

a g r i b i s n i s d a n a g r o i n d u s t r i .

Penambahan ni la i pada produk

pertanian mampu menyerap tenaga

kerja lebih banyak dan meningkatkan

pendapatan petani.

Sistem pangan di dunia, khususnya di

negara-negara berkembang, sedang

mengalami transformasi yang sangat

cepat. Proses transformasi pangan ini

juga melalui sistem rantai pasokan

modern. Pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan yang cepat, urbanisasi,

integrasi pasar dunia dan perubahan

gaya h idup te lah menyebabkan

pergeseran pola konsumsi di negara-

negara Asia tidak terkecuali Indonesia.

Pergeseran tersebut ditandai dengan

mulai berkurangnya volume konsumsi

makanan pokok (beras) dan beralih

kepada produk makanan bernilai tinggi

yang dihasilkan dari peternakan

(daging, susu, dan produk turunannya),

sayur-sayuran, dan buah-buahan.

16

Page 17: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Tren pergeseran pola konsumsi

tersebut mengikuti pola konsumsi di

negara-negara yang telah terlebih

d u l u m a j u . G l o b a l i s a s i d a n

konsekuensi keterkaitan global pada

kelas menengah khususnya di

perkotaan merupakan kekuatan

pendorong dibalik pergeseran pola

konsumsi di negara-negara Asia.

Peningkatan peran supermarket,

standar keamanan dan kesehatan

makanan, integrasi pasar, dan

perdagangan dunia pada produk

d e n g a n n i l a i t i n g g i m e n j a d i

pendorong perubahan transformasi

sistem pangan berdasarkan tulisan

Mergenthaler, et al (2009) mengenai

transformasi sistem pangan dalam

negara-negara berkembang.

Indonesia sebagai negara agraris

dan salah satu negara berkembang

terkena imbas transformasi global

pada sistem pangan dan pertanian.

Pemerintah bersama-sama semua

komponen bangsa harus bekerja

sama menyukseskan transformasi

s istem pertanian dan pangan

s e h i n g g a k e t a h a n a n p a n g a n

nasional dapat dicapai. Oleh karena

i t u k e b i j a k a n y a n g d i a m b i l

pemerintah dalam pembangunan

pertanian harus tepat sasaran dan

direncanakan dengan baik.

Mantan Wakil Presiden Boediono

pernah mengingatkan perlunya

menjalankan program transformasi

pertanian agar dapat menjamin

terwujudnya ketahanan pangan

berkelanjutan. Dengan transformasi

pertanian diharapkan ter jadi

peningkatan produktivitas yang

akan menambah suplai pangan, dan

s e k a l i g u s m e n i n g k a t k a n

pendapatan (daya beli) petani.

Menurut Boediono, transformasi

p e r t a n i a n d i t u j u k a n u n t u k

meningkatkan produksi pangan

s e h i n g g a k e t e r s e d i a a n d a n

keterjangkauan pangan di tingkat

rumah tangga tercapai.

Agar t ransformasi per tanian

b e r h a s i l d e n g a n b a i k , m a k a

pembangunan pertanian harus

t e r a r a h . P e m e r i n t a h p e r l u

membangun sistem pertanian yang

mengarah pada pertumbuhan yang

inklusif, yaitu pertumbuhan yang

memberikan manfaat kepada

seluruh elemen. Pertumbuhan ini

diharapkan memberikan manfaat

kepada petani atau pelaku usaha

pertanian berskala besar dan juga

kecil (buruh tani). Pada akhirnya

p e r t u m b u h a n i n k l u s i f i n i

diharapkan akan menciptakan

pemerataan dan keadilan atau

sering disebut dengan “growth with

equity”.

“Tidak ada negara maju yang tidak didukung oleh

sektor pertanian yang baik, namun demikian tidak ada negara yang hanya mengandalkan

sektor pertanian dapat menjadi negara maju.”

Untuk menciptakan pertumbuhan

yang inklusif pemerintah harus

mengembangkan agribisnis dan

menunjukkan keberpihakan pada

petani skala kecil. Petani skala kecil

harus didorong untuk berpartisipasi

dan banyak berperan dalam pasar

melalui produksi yang bernilai

tinggi khususnya di perdesaan. Oleh

karena i tu pemerintah per lu

menyediakan infrastruktur pasar,

peningkatan kemampuan teknis

petani, instrumen manajemen risiko,

dan tindakan kolektif melalui

berbagai organisasi produsen.

P e m e r i n t a h j u g a h a r u s

m e m p e r k e n a l k a n d a n

mengembangkan sistem pertanian

kontrak (contract farming). Sistem ini

diharapkan mampu meningkatkan

penghidupan petani kecil di daerah

perdesaan mela lu i pe la t ihan

management risiko produksi dan

harga. Petani kecil harus beralih dari

pertanian subsisten atau tradisional

ke pertanian dengan orientasi pasar

yang menghasi lkan produksi

pertanian yang bernilai tinggi dan

berorientasi ekspor. Hal ini tidak

hanya berpotensi meningkatkan

penghasilan petani kecil yang ikut

d a l a m k o n t r a k t e t a p i j u g a

m e m p u n y a i d a m p a k / e f e k

pengganda (multiplier effect) bagi

p e r e k o n o m i a n d i p e r d e s a a n

maupun perekonomian dalam skala

yang lebih luas.

Produk pertanian Indonesia harus

memiliki daya saing. Tidak dapat

d i p u n g k i r i , d e n g a n a d a n y a

globalisasi dan perdagangan bebas,

hanya produk dengan daya saing

tinggi yang mampu bertahan dan

menguasai pasar. Sistem rantai nilai

(value chain system) menjadi kian

pent ing terkai t dalam upaya

meningkatkan nilai tambah (value

added) di sektor pertanian dalam arti

l u a s . Pe n g o l a h , p e n g u m p u l ,

pengecer dan konsumen kian

mengandalkan sistem rantai nilai

yang menjamin kuantitas dan

kualitas sesuai dengan permintaan

konsumen, pendistribusian yang

tepat waktu dan kesinambungan

yang terjaga. Harus disadari bahwa

permintaan konsumen terhadap

suatu produk semakin kompleks

sehingga menuntut berbagai atribut

atau produk yang dipersepsikan

bernilai tinggi oleh konsumen

(consumer's value perception). Jika di

m a s a l a l u k o n s u m e n h a n y a

mengevaluasi produk berdasarkan

atribut utama yaitu jenis dan harga,

maka sekarang ini dan di masa yang

akan datang, konsumen menuntut

atribut yang lebih rinci lagi seperti

atribut keamanan produk (safety

a�ributes), atribut nutrisi (nutritional

a�ributes) , atribut nilai (value

a�ributes), atribut pengepakan

( p a c k a g e a � r i b u t e s ) , a t r i b u t

lingkungan (ecolabel a�ributes) dan

atribut kemanusiaan (humanistic

a�ributes). Bahkan aspek animal

welfare pun harus diperhatikan.

17

Page 18: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

11. Pembuatan Permen Ekstrak Daun Sirih sebagai Produk Indigenous untuk Meningkatkan Kesejahteraan MayarakatOleh:Maryati (LPDP, PK-21), danNur Hidayah, Program Studi Ilmu Pangan, IPB.

Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan flora dan

fauna. Banyak jenis tumbuhan merupakan sumber

plasma nutfah yang tidak ternilai, salah satunya adalah

tanaman sirih (Piper betle Linn). Berdasarkan Direktorat

Jenderal Hortikultura (2006) bahwa sirih termasuk

tanaman binaan komoditas biofarmaka. Tumbuhan

merambat ini dapat tumbuh subur hampir di seluruh

kawasan Indonesia. Sirih adalah salah satu jenis tanaman

obat tradisional yang multifungsi.

Keasadaran akan tingginya khasiat sirih membuat

banyak masyarakat membudidayakan tanaman obat

keluarga ini. Pada umumnya pemanfaatkan daun sirih

adalah untuk menguatkan gigi, mencegah bau mulut,

d a n d a p a t p u l a d i g u n a k a n s e b a g a i c a i r a n

antiseptic/antimikroba karena adanya kandungan

minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih. Selain itu,

daun sirih juga mengandung gula, tanin, enzim diastase.

Penggunaan daun sirih untuk menguatkan gigi dikenal

dengan kata menyirih, yaitu mencampurkan daun sirih

dengan gambir, pinang, dan kapur, lalu dikunyah.

Kebiasaan menyirih telah menjadi tradisi di berbagai

daerah di Indonesia bahkan sebagai salah satu syarat

upacara adat. Selain dikunyah langsung, daun sirih juga

dapat dimanfaatkan sebagai obat kumur dengan cara

direbus terlebih dahulu kemudian diambil ekstraknya.

Cara ini kurang praktis sehingga diperlukan inovasi

u n t u k m e n i n g k a t k a n k e m u d a h a n d a l a m

penggunaannya, salah satunya dibuat permen.

Produk permen banyak disukai oleh seluruh lapisan

masyarakat, dapat dikonsumsi kapanpun dan

dimanapun. Produk permen tablet dari ekstrak daun

sirih, selain enak juga dapat meningkatkan kesehatan

gigi dan mulut. Inovasi pengolahan daun sirih menjadi

permen bisa dijadikan produk asli di setiap daerah di

Indonesia, sebagai contoh kecil di desa Yomdori, Biak

Barat, Papua – dimana penulis pernah tinggal selama

satu tahun di desa ini. Berdasarkan observasi di wilayah

ini, potensi daun sirih begitu berlimpah namun belum

dimanfaatkan untuk produk yang bernilai ekonomis.

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana

proses pengolahan permen daun sirih serta bagaimana

peluang usaha permen daun sirih. Tulisan ini

diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat

pedesaan untuk membuat permen daun sirih sehingga

dapat dijadikan peluang bisnis dan dapat meningkatan

kesejahteraan ekonomi.

Gambaran Umum Rencana Usaha

Daun sirih adalah salah satu tanaman yang mempunyai

kandungan bioaktif. Penggunaan daun sirih masih

jarang ditemukan dalam produk olahan. Selama ini

penggunaannya masih terbatas, diantaranya digunakan

pada sabun, pasta gigi, dan jamu. Salah satu pemanfatan

sirih pada produk pangan yaitu untuk permen.

Pembuatan permen dari ekstrak daun sirih bertujuan

memanfaatkan ekstrak daun sirih secara lebih praktis

dan nyaman.

Berbagai bentuk confectionary yang beredar di Indonesia

saat ini belum terlalu beragam. Dengan menghadirkan

inovasi permen ekstrak sirih yang unik dan bermanfaat

ini, masyarakat dapat menciptakan peluang bisnis yang

menguntungkan. Permen berbentuk tablet bulat dengan

rasa khas sirih ini terbukti bermanfaat bagi kesehatan

gigi dan mulut. Selain itu produk ini akan sangat mudah

diterima di pasar Asia karena sirih adalah tanaman obat

yang populer khususnya di Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri, daun sirih mudah didapatkan di

segala penjuru negeri. Selain itu, bahan pembuatan

permen juga sederhana dan mudah didapatkan.

Bahan dan Alat

Bahan untuk pembuatan permen ekstrak daun sirih,

antara lain: daun sirih, air, sukrosa, high fructose syrup

(HFS), daun mint / flavour mint, pewarna hijau untuk

makanan, plastik wrapping, and kertas label. Sedangkan

peralatan untuk memproduksi permen, yaitu:

timbangan, panci dengan penutup, gelas ukur, solet,

blender, baskom, cetakan tablet, thermometer, pengaduk,

saringan, dan kompor.

Pembangunan pertanian dan kelestarian lingkungan

harus berjalan secara selaras. Dampak negatif

lingkungan yang besar dari pertanian harus dapat

dikurangi, sistem pertanian dibuat tahan terhadap

perubahan iklim, dan pertanian dimanfaatkan untuk

kelestarian lingkungan.

Kebijakan pemerintah yang pro-poor melalui sektor

pertanian akan membantu masyarakat miskin,

khususnya petani, keluar dari belenggu kemiskinan.

Investas i pada infrastruktur , penel i t ian dan

pengembangan, penerapan kebijakan subsidi yang tepat,

dan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam

pembangunan pertanian adalah bagian dari proses

transformasi yang harus dijalani menuju ketahanan

pangan dan pengentasan kemiskinan. (-)

Referensi:

Ÿ Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian Dalam Perspektif

Pembangunan Nasional. Daryanto A. 2009.

18

Page 19: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015

Membuat ekstrak daun sirih

Pertama, daun sirih segar

dicuci kemudian ditambah air

dengan perbandingan berat

1 : 2 . S e l a n j u t n y a d a u n

dilumatkan dengan blender,

lalu direbus dalam panci

t e r t u t u p s e l a m a 1 j a m .

Terakhir, ekstrak daun sirih

disaring.

Pembuatan adonan permen

Timbang sukrosa, HFS, dan

ekstrak daun sirih dengan

takaran 60%, 24%, dan 16%.

Campurkan sukrosa kedalam

ekstrak daun sirih kemudian o

panaskan hingga suhu 100 C.

Ta m b a h k a n H F S s e c a r a

perlahan hingga adonan omencapai suhu 150-160 C.

Angkat adonan kemudian odinginkan hingga suhu 110 C.

Biaya Produksi

Biaya produksi permen ekstrak daun sirih

tidaklah mahal. Kisaran biaya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Pengemasano

Adonan yang telah mencapai suhu 110 C

d i t a m b a h k a n fl a v o r m i n t d e n g a n

konsentrasi 1% dan pewarna. Selanjutnya

adonan dituang kedalam pencetak dan

dibiarkan hingga cairan mengeras. Setelah

mengeras, permen dikeluarkan dari

cetakan. Proses pengemasan dilakukan

AȘÛȘŰfi Jumlah Harga persatuan Total Harga

Sukrosa ¾ kg Rp 8.000,-/kg Rp 6.000,-

HFS 300 ml Rp 20.000,-/liter Rp 6.000,-

Daun Sirih 3 ikat (300gr) Rp 1.000,-/ikat Rp 3.000,-

Flavor mint 5,9ml Rp 10.000,-/30ml Rp 500,-

Pewarna 0,03ml Rp 10.000,-/30ml Rp 10,-

Label 50 buah Rp 30,-/buah Rp 1.500,-

Plastik 50 buah Rp 50,-/lembar Rp 2.500,-

Gas ¼ tabung Rp 20.000,- Rp 5.000,-

Rp 24.500.-Kisaran biaya untuk 50 tablet permen

d e n g a n m e n g g u a k a n p l a s t i k

wrapping. Lalu permen disimpan o

pada refrigerator (5-10 C) selama 1

jam.

Peluang Usaha Baru

Daun sirih merupakan tanaman obat

yang berpotensi untuk diolah

menjadi berbagai produk, salah

satunya adalah permen. Pembuatan

industri permen ekstrak daun sirih

ini dapat membuka peluang usaha

baru bagi masyarakat (functional

c o n f e c t i o n a r y ) y a n g d a p a t

m e n i n g k a t k a n t a r a f h i d u p

masyarakat. Tidak hanya alasan

kesehatan (seperti obat pencegah

penyakit atau bau mulut), namun

p r o d u k i n d i g e n o u s i n i d a p a t

meningkatkan nilai jual daun sirih

sebagai prospek komoditi dagang di

p a s a r n a s i o n a l m a u p u n

internasional. (-)

PELINDUNGEkoPrasetyo

DIREKTURINSTITUTE

RullyPrassetya

PIMPINANREDAKSI

MuhammadGibran

AnnisaRahmaniQastarin

PENGARAHEDITORIAL:

RullyPrassetyaVidyaSpay

KolomRedaksi:

PRODUSEREDITORIAL:

DeaFitriAmeliaAnnisaRahmaniQastarinT.A.OctavianiDading

PRODUSERDESAINdanILUSTRASI:

MuhammadGibranVidyaSpay

KONTRIBUTOREDITORIAL:

AkbarNikmatullahDachlanArdittoTrianggadaAlmagFiraPradana

KONTRIBUTORARTIKEL:

MuhammadGibranAchmadFarisSaffanSunaryaSumiyatiTuhuteruRimbaSupriatnaAbdulAzizLuthfiSusanH.KrisantiAnggoroWisaksonoRioF.RachmanAriAjiCahyonoImanWidhiyantoMaryatiNurHidayah

MATAGARUDA INSTITUTE BULLETIN Edisi 2 Maret 2015|

Program Proyek STRATEGIS

&PEMBANGU

NAN DESA

MATAGARUDA INSTITUTE

COMING SOON!

Buku kumpulan program dan proyek strategis pembangunan desa.

MGI membuka kerjasama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan gagasan pada buku program ini.

[email protected]

hubungi:

19

Page 20: Mata Garuda Institute Bulletin Edisi Maret 2015