Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

download Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

of 14

Transcript of Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    1/14

    MASUKAN TENAGA AHLI ATAS LKPJ KEPALA DAERAH KABUPATEN

    GRESIK AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015

    Cakupan penilaian LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2015 (LKPJ ATA) pada

    kesempatan inihanya dapat dilakukan pada 3 aspek penilaian, yakni (1)

    aspek formal; (2) aspek kinerja pemerintah daerah; dan (3) aspek kebijakan

    umum pengelolaan keuangan daerah. Adapun penilaian terhadap aspek

    lainnya, yakni aspek: (1) penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; (2)

    penyelenggaraan tugas pembantuan; dan (3) penyelenggaraan tugas umum

    pemerintahan, masih belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu

    dan keterbatasan data pembanding/tolok ukur sebagai acuan untuk

    melakukan penilaian atas 3 aspek tersebut.

    I. FORMAL DAN TEKNIS

    Penilaian pertama terhadap LKPJ ATA 2015 ialah terhadap aspek formal

    penyusunan LKPJ ATA sebagaimana diatur dalam PP No. 3 Tahun 2007,

    yakni sebagai berikut:

    1.Tolok ukur/acuan penilaian LKPJ ATA.Penilaian DPRD terhadap

    LKPJ ATA pada dasarnya adalah kegiatan untuk

    mencocokkan/membandingkan mengenai program/kegiatan berikut

    pagu anggaran yang telah disepakati dengan realisasi/

    pelaksanaannya. Guna menilai tingkat keberhasilan/kegagalan

    pelaksanaan suatu program/kegiatan, dilakukan dengan cara

    membandingkan antara realisasi pelaksanaan program/kegiatan

    dengan target kinerja yang ditetapkan, berdasarkan indikator yang

    dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan atas program/kegiatan

    dimaksud. Adapun tolok ukur penilaian LKPJ ialah:

    a.RPJPD;

    b.RPJMD;

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    2/14

    c.RKPD;

    d.KUA/PPAS;

    e.RKA/DPA SKPD;

    f.Indikator kinerja program & kegiatan; dan

    g.Perda APBD & Perda APBD Perubahan.

    Dalam penilaian LKPJ ATA 2015 hanya terdapat beberapa tolok ukur

    yang tersedia yakni huruf b dan huruf f, sedangkan tolok ukur

    lainnya tidak tersedia sehingga tidak dapat dilakukannya penilaian

    secara optimal terhadap LKPJ ATA 2015.

    Rekomendasi:

    Agar mendapatkan penilaian yang maksimal terhadap LKPJ ATA

    pada tahun-tahun berikutnya, maka sebaiknya semua tolok ukur

    penilaian diberikan/dilengkapi, sehingga dapat digunakan untuk

    membandingkan dengan capaian atau realisasi pelaksanaan

    program/kegiatan dengan target kinerja yang ditetapkan.

    2.Format LKPJ.Berdasarkan ketentuan Pasal 16 PP No. 3 Th 2007,

    bahwa format penulisan LKPJ harus berpedoman pada Lampiran III

    PP a quo.Dalam dokumen LKPJ ATA 2015 terdapat beberapa

    ketentuan yang tidak sesuai dengan Lampiran III PP No. 3 Th 2007.

    Penulisan yang tidak sesuai misalnya pada Bab IV C, D, E, dan F

    yang seharusnya masuk menjadi bagian tidak tidak terpisahkan

    dengan Bab III bagian target dan realisasi belanja atau Huruf C dan

    Huruf D menjadi bagian dari Urusan Sosial, serta huruf E menjadi

    bagian dari urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.

    Penulisan Bab V juga tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 21 dan

    Lampiran III PP No. 3 Tahun 2007.

    Relomendasi:

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    3/14

    Agar LKPJ memenuhi aspek formal/sistematika, sebaiknya

    dilakukan perbaikan terhadap sistematika LKPJ sesuai dengan PP

    No. 3 Tahun 2007.

    3.Waktu pembahasan yang terbatas.Dalam ketentuan Pasal 23 PP

    No. 3 Tahun 2007 bahwa batas waktu maksimal keputusan DPRD

    atas LKPJ ialah 30 (tiga puluh) hari sejak LKPJ diterima oleh DPRD.

    Dengan demikian maka waktu untuk melakukan pembahasan LKPJ

    sangatlah singkat dan jika tidak ditanggapi dalam jangka waktu 30

    hari setelah LKPJ diterima, maka dianggap tidak ada rekomendasi

    untuk penyempurnaan.

    Rekomendasi:

    Perlu dilakukannya pembahasan secara optimal/intens, efektif, dan

    efisien terhadap LKPJ tersebut sehingga menghasilkan penilaian dan

    rekomendasi yang maksimal pula.

    II.KINERJA PEMERINTAH DAERAH

    Penilaian kedua terhadap LKPJ ATA 2015 ialah dilakukan terhadap

    peningkatan kinerja pemerintah daerah yang bertumpu pada empat

    indikator kinerja utama (IKU), yaitu: (1) Pertumbuhan Ekonomi;(2)Tingkat Pengangguran Terbuka; (3) Jumlah Penduduk Miskin;

    (4)Terhadap Total Penduduk Gresik; dan (4) Indeks Pembangunan

    Manusia.

    1.Pertumbuhan Ekonomi.Kinerja Pertumbuhan ekonomi Gresik pada

    tahun 2015 mencapai 6,15%, menurun 0,88 poin bila dibandingkan

    tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 tumbuh sebesar

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    4/14

    7,03%. Namun demikian, patut diapresiasi bahwa pertumbuhan

    ekonomi Gresik 2015 tergolong tinggi dibandingkan pertumbuhan

    ekonomi di Kabupaten/Kota di Jawa Timur maupun pertumbuhan

    ekonomi Provinsi Jawa Timur sebesar 5,44% dan pertumbuhan

    ekonomi nasional sebesar 4,79%. Akan tetapi jika diukur dari

    RPJMD 2011-2015, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 ditargetkan

    sebesar 7,11%, sehingga realisasi pertumbuhan ekonomi tahun

    2015 belum mencapai target sebagaimana tercantum dalam RPJMD

    2011-2015. Begitu juga halnya terhadap sasaran pertumbuhan

    ekonomi di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 6,2% dalam RPJMN

    2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015 Buku III hlm 7-7),

    pertumbuhan ekonomi Gresik masih di bawah sasaran sebesar

    0,05%.

    Dari sisi kajian sektoral, pertumbuhan ekonomi Gresik masih

    ditopang pertumbuhan tiga sektor PDRB yang tumbuh di atas 10%,

    yaitu; industri pengolahan (48,20%); pertambangan dan penggalian

    (12,25%), dan perdagangan besar dan eceran (11,32%).

    Rekomendasi terhadap indikator pertumbuhan ekonomi ialah;

    - Mencermati adanya kesenjangan antara tiga sektor yang tumbuh

    maksimal dengan tingkat pertumbuhan sektor pertanian,

    kehutanan, dan perikanan yang masih di angka 7,1% dan

    pertambangan dan penggalian sebesar 12,25%, maka perlu

    dilakukan intensifikasi kebijakanlingkageantara sektor pertanian

    serta pertambangan dan penggalian khususnya dengan sektor

    industri pengolahan yang mampu tumbuh 48,20%. Hal ini

    khususnya untuk menjamin bahwa paradigmapro growthpada

    sektor pertambangan dan penggalian mampu berjalan seiring

    dengan paradigmapro poordi sektor pertanian/pedesaan. Dengan

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    5/14

    adanya intensifikasi dan lingkage antara sektor pertanian,

    kehutanan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan

    penggalian dengan sektor industri pengolahan maka akan

    meningkatkan nilai jual dan kedaulatan pada sektor tersebut.

    - Pertumbuhan ekonomi yang masih relatif tinggi di Gresik

    hendaknya disadari lebih didorong oleh peran pengeluaran

    konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi yang didominasi

    peran pengeluaran konsumsi rumah tangga menyebabkan sifat

    pertumbuhan ekonominya kurang berkualitas, ditandai dengan

    kurangnya daya penciptaan lapangan kerja. Kondisi demikian

    hendaknya semakin diupayakan pergeserannya menuju semakin

    besarnya kontribusi pengeluaran investasi bagi sektortradeble

    yang lebih kondusif bagi penciptaan lapangan kerja.

    - Dalam kaitannya dengan perdagangan bebas (termasuk MEA),

    harus ditetapkan suatu kebijakan daerah yang dapat melindungi

    dan memberdayakan tenaga kerja dan/atau pekerja sehingga

    mampu bersaing.

    2.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).Capaian TPT Gresik pada

    Tahun 2015 mencapai 4,41%, sudah menurun bila dibanding

    capaian TPT tahun 2014 yang mencapai 5,06%. Dari sisi target TPT

    sebagaimana telah ditetapkan pada RPJMD Gresik tahun 2011-

    2015, capaian demikian patut diapresiasi karena telah mengalami

    fluktuasi yang cukup signifikan dari 6.72% pada tahun 2012. Akan

    tetapi jika dibandingkan dengan sasaran TPT Jawa Timur Tahun

    2015 dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 4,0%, maka TPT Gresik

    Tahun 2015 tersebut masih di bawah sasaran TPT Jawa Timur.

    Sementara itu, jika dicermati lebih jauh, maka peningkatan TPT ini

    bisa dikaitkan dengan kondisi makro ketenagakerjaan Tahun 2015

    yang banyak ditandai oleh problem sengketa ketenagakerjaan yang

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    6/14

    berujung Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) termasuk melalui

    penghentian kontrak tenaga alih daya, sekaligus menurunnya

    capaian ekspor akibat kelesuan ekonomi global.

    Rekomendasi terhadap indikator Tingkat Pengangguran Terbuka

    ialah;

    - Meningkatkanproduktivitas sektor industri pengolahan dan

    perdagangan, selain sebagai penyerap terbesar tenaga kerja di

    Gresik, juga sebagai penguat lahirnya wirausahawan UMKM

    berbasis komoditas produk lokal.

    -

    Memperkuat kapasitas SKPD terkait dalam melakukan

    pendampingan dan perlindungan tenaga kerja Gresik, baik dalam

    segmen pekerja di perusahaan dalam negeri maupun di luar

    negeri. Hal ini untuk menghindari rentannya pekerja Jawa Timur

    dari ancaman PHK dalam sengketa hubungan industrial.

    - Mempertegas kebijakan perlindungan produk agro kompleks

    lokal terhadap produk impor antara lain melalui regulasi

    standarisasi produk.

    3.Persentase Penduduk Miskin Yang Berada Di Bawah garis

    Kemiskinandi Gresik tahun 2015 sebesar 13,41%, menurun

    dibanding angka kemiskinan di Tahun 2011 yang mencapai 15,33%.

    Jumlah penduduk miskin sebanyak 181.700 jiwa pada tahun 2011

    menurun 14.750 jiwa hingga menjadi 166,950.00 jiwa pada tahun

    2014 adapun jumlah penduduk miskin di Jawa Timur Tahun 2015

    ialah 4.775.9700 jiwa, sehingga angka kemiskinan di Gresik dapat

    dikatakan relatif sedikit/rendah dibandingkan dengan Jawa Timur

    secara umum.Akan tetapi, angka 13,41% masih tergolong relatif

    tinggi jika dibandingkan dengan sasaran tingkat kemiskinan wilayah

    Jawa Timur Tahun 2015 dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 12%.

    Dalam capaian penurunan angka kemiskinan ini, prinsip yang perlu

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    7/14

    dipastikan adalah keberadaan peran belanja publik (APBD) yang

    semestinya harus berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi dan

    tingkat kesejahteraan masyarakat.

    Rekomendasi Pansus LKPJ terhadap indikator Persentase

    Penduduk Miskin ialah;

    - Hendaknya terdapat prioritas alokasi belanja publik, yang fokus

    dan terukur target capaiannya bagi peningkatan kapasitas

    infrastruktur yang memadai. Selain untuk menciptakan iklim

    investasi yang kondusif dan lebih penting lagi ialah untuk

    semakin memperkecil tingkat kesenjangan antara infrastruktur

    pedesaan dan perkotaan, seperti pada disparitas rasio

    elektrifikasi antara Pedesaan yang masih di angka 70 persen,

    sementara perkotaan telah mencapai 100 persen (termasuk

    infrastruktur teknologi informasi dan pendidikan).

    - Hendaknya dilakukan paradigma implementasi bantuan

    langsung masyarakat, dari yang lebih berorientasisedekah

    kepada si miskin menjadi bantuan stimulasi keterampilan usaha

    dan permodalan melalui mekanisme kredit perbankan dengan

    bunga rendah. Sebagai contoh, pergeseran mekanisme dari

    bantuan melalui jalin kesra maupun hibah modal Kopwan, agar

    lebih dimaksimalkan lagi dalam bentuk promosi modal usaha

    kecil, atau program pendampingan kelompok masyarakat/KUBE.

    4.Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Patut diapresiasi bahwa

    target kinerja pembangunan manusia Jawa Timur tahun 2013

    (belum tersedia data IPM Tahun 2015) yang diukur melalui IPM,

    mencapai 76,36, meningkat dibanding capaian tahun 2012 sebesar

    75,17. Di Jawa Timur IPM tertinggi ditempati oleh Kota Surabaya

    yakni 78,97 dan terendah ialah Kabupaten Sampang yakni 62,39,

    sedangkan IPM Jawa Timur ialah 67,55 dan IPM Indonesia ialah

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    8/14

    68,4. Angka 76,36 tersebut telah melampaui target RPJMD 2011-

    2015 yakni 75,97, bahkan capaian IPM pada Tahun 2013 tersebut

    telah mendekati target IPM Tahun 2015 yakni 76,99. Meski demikian

    hendaknya disadari pula bahwa pencapaian kinerja IPM Gresik

    masih menyisakan sejumlah permasalahan, seperti tingkat

    disparitas antar wilayah dalam capaian indikator pendidikan,

    kesehatan dan daya beli masyarakat.

    Rekomendasi terhadap indikator Indeks Pembangunan Manusia

    ialah;

    -Dalam kerangka penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, menuju

    pendidikan universal yang berkualitas, hendaknya diupayakan

    alokasi dana dari APBD- yang rutin diberikan untuk SD/

    MI/SMP/MTs swasta yang memiliki standar akreditasi A dan B.

    Bahkan jika mengacu pada RPJMN 2015-2019, Program Wajib

    Belajar bukan lagi 9 tahun akan tetapi Wajib Belajar 12 Tahun.

    - Kesinambungan bantuan anggaran untuk SMA/SKM/MA yang

    ada di Gresik meskipun kewenangan pengelolaannya berada di

    Provinsi dan untuk mendukung Wajib Belajar 12 Tahun.

    - Peningkatan alokasi anggaran untuk program pencegahan dan

    pemberantasan penyakit menular pada wilayah/kecamatan/desa

    rawan epidemik. Terutama; DBD, TBC, dan Diare Balita.

    - Fokus program bidang kesehatan saat ini masih bersifat kuratif.

    Ke depannya, program-program preventivdanpromotivuntuk

    mendorong gaya hidup sehat perlu diperluas. Peningkatan

    jumlah dokter termasuk dokter spesialis di daerah melalui

    beasiswa Ikatan Dinas perlu diperluas. Layanan kedokteran

    keluargaperlu segera dipertimbangkan untuk kepentingan

    kesehatan preventiv maupun promotiv.

    - Pemerataan distribusi tenaga kesehatan dan pemerataan alat-

    alat kesehatan di wilayah terpencil.

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    9/14

    III.KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    Penilaian ketiga terhadap LKPJ ATA 2015 ialah dilakukan terhadap

    kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah, yakni:

    1.Target dan realisasi pendapatan daerah serta pendapatan asli

    daerah.Target Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik pada Tahun

    Anggaran 2015 sebagaimana yang tertuang dalam APBD dianggarkan

    sebesar Rp 2.599.403.620.789,41, sedangkan realisasinya sampai

    dengan akhir Tahun anggaran sebesar 2.436.165.639.090,64atau

    93,72%. Realisasi sebesar 93,72% tersebut cukup baik dan harus

    diapresiasi, namun jika dibandingkan dengan realisasi anggaran

    Kabupaten Sidoarjo ialah sebesar 104,64% dan Kabupaten

    Probolinggo sebesar 101,13% maka realisasi anggaran Kabupaten

    Gresik masih relatif kecil. Adapun realisasi PAD Tahun 2015 sebesar

    Rp.799.876.895.698,64atau mencapai 90,42%, jika dibandingkan

    dengan Kabupaten Malang realisasinya sebesar 129,03% dan

    Kabupaten Sidoarjo sebesar 111,21%, maka realisasi PAD Kabupaten

    Gresik sudah cukup baik, namun belum optimal.

    Rekomendasi:

    Pemerintah Kabupaten Gresik perlu melakukan analisis potensi-

    potensi yang ada di daerah dan mengembangkan potensi tersebutsebagai pemasukan daerah, sehingga dapat meningkatkan

    pemasukan Pendapatan Asli Daerah.

    2.Kontribusi PAD terhadap pendapatan Daerah.Semakin besar

    kontribusi PAD atas pendapatan daerah, menunjukkan bahwa

    tingkat kemandirian keuangan daerah semakin baik. Artinya bahwa

    semakin tinggi kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah maka

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    10/14

    tingkat ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat (APBN)

    semakin rendah, sehingga akan menyebabkan suatu daerah mandiri.

    Kontribusi PAD Kabupaten Gresik pada Tahun 2015 lebih besar jika

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 31,75%. Jika

    dibandingkan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 3,14%,

    Kabupaten Sleman sebesar 19,35%, Kota Medan sebesar 31,57%,

    Kabupaten Sidoarjo sebesar 30% maka proporsi PAD Gresik terhadap

    pendapatan daerah masih tergolong baik dan cukup sehat.

    Rekomendasi:

    -Agar Pemerintah Kabupaten Gresik terus meningkatkan jumlah

    atau besaran kontribusi PAD atas pendapatan daerah sehingga

    kemandirian keuangan daerah semakin baik dan tidak terlalu

    bergantung kepada APBN. Peningkatan kontribusi PAD atas

    pendapatan daerah dapat dilakukan dengan menggali berbagai

    potensi daerah sebagai pemasukan daerah seperti potensi pajak

    daerah, retribusi daerah, dan lainnya.

    -Agar potensi daerah dar berbagai sektor benar-benar dapat

    dioptimalkan, maka sebaiknya disajikan tabel pendapatan daerah

    dari tiap-tiap SKPD. Tiap-tiap SKPD itu nantinya harus benar-

    benar menggali potensi pendapatan asli daerah sesuai dengan

    bidangnya masing-masing.

    3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Penerimaan Pajak Daerah

    pada Tahun anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp

    431.797.814.095,60 dan dapat direalisasikan sebesar Rp

    450.326.075.139,76 atau mencapai 104,29%. Hal ini berbanding

    terbail dengan penerimaan Retribusi Daerah pada Tahun anggaran

    2015 direncanakan sebesar Rp 230.007.033.725,00, dan hanya

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    11/14

    terealisasi sebesar Rp 117.640.882.350,20 atau 51,15%. Jika

    dibandingkan dengan realisasi retribusi daerah Kabupaten Sidoarjo

    sebesar 103,53% dan Kabupaten Malang sebesar 160%, maka

    realisasi Retribusi Daerah Gresik sangat rendah, walaupun dari segi

    jumlah penerimaan Retribusi, jumlah penerimaan Retribusi Daerah

    Gresik tergolong tinggi dibandingkan Kabupaten Malang sebesar Rp.

    51.905.681.732,00 dan Kabupaten Sidoarjo sebesar Rp.

    96.645.390.259,65.

    Realisasi pajak daerah dan retribusi tahun 2015 sudah melampaui

    target RPJMD 2011-2015 pada tahun 2015 yakni sebesar Rp.

    206.551.300.000,00 yakni sebesar Rp. 34.141.620.000,00. Bahkan

    realisasi proporsi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah

    terhadap pendapatan daerah telah melampaui target 20% bagi

    wilayah Jawa-Bali dalam RPJMN 2015-2019.

    Rekomendasi:

    - Dokumen Bab III LKPJ belum dilengkapi dengan permasalahan

    dan solusi dalam upaya peningkatan pajak daerah dan retribusi

    daerah. Seharusnya dalam dokumen LKPJ Bab III disertai dengan

    permasalahan yang dihadapi sehingga realisasi retribusi daerah

    sangat kecil terutama realisasi retribusi jasa usaha yang hanya

    22,61%.

    - Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 bahwa urusan energi dan

    sumber daya mineral tidak lagi menjadi kewenangan

    Kabupaten/Kota, akan tetapi dalam realisasi Pajak Mineral Bukan

    Logam dan Batuan terdapat realisasi penerimaan sebesar Rp.

    8.645.702.390,00. Kedepannya hal ini harus dikonsultasikan

    kembali mengenai kewenangan Kabupaten Gresik untuk menarik

    pajak mineral bukan logam dan batuan serta subyek dan obyek

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    12/14

    pajak mineral bukan logam dan batuan yang menjadi

    hak/kewenangan kabupaten.

    - Perlu adanya beberapa pembenahan sistem pengelolaan

    pendapatan termasuk peningkatan kualitas layanan. Perlu

    melakukan pembenahan dan pengembangan internal

    kelembagaan secara terus menerus dalam melakukan

    peningkatan kualitas pelayanan.

    - Diperlukan peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam

    pengelolaan pendapatan. Diperlukan koordinasi dan pendekatan

    dengan sektor terkait serta membangun komunikasi yang

    konstruktif dengan berbagai pihak baik dalam lingkungan

    pemerintahan, kalangan pengusaha akademisi maupun

    masyarakat.

    4.Pengelolaan Belanja Daerah.Proporsi belanja tidak langsung tahun

    2015 masih lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi belanja

    langsung, begitupula realisasi belanja tidak langsung tahun 2015

    masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja langsung.

    Akan tetapi, realisasi belanja daerah tahun 2015 telah melampaui

    estimasi RPJMD 2011-2015 sebesar Rp. 1.730.571.020.000,00,

    bahkan realisasinya lebih dari 200% dari estimasi belanja daerah

    tahun 2015 dalam RPJMD 2011-2015. Proporsi belanja modal tahun

    2015 sebesar Rp.655.388.486.830,00 dan terealisasi sebesar Rp.

    584.251.688.504,99 telah melampaui estimasi belanja modal tahun

    2015 dalam RPJMD 2011-2015 sebesar Rp. 428.187.630.000,00.

    Dalam RPJMN 2011-2015 ditargetkan proporsi belanja modal bagi

    daerah kabupaten/kota di Wilayah Jawa dan Bali sebesar 25% pada

    tahun 2015, sedangkan kondisi eksisting proporsi belanja modal

    dalam ABPD Gresik Tahun 2015 telah mencapai kisaran 21%,

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    13/14

    sehingga untuk mencapai kisaran 25% pada tahun 2019 tidaklah

    terlalu sulit. Namun jika dibandingkan dengan proporsi belanja

    pegawai, proporsi belanja modal masih relatif kecil dibandingkan

    dengan proporsi belanja pegawai yang lebih Rp. 1 Triliun (belanja

    pegawai pada belanja tidak langsung + belanja pegawai pada belanja

    langsung).

    Rekomendasi:

    Proporsi belanja modal pada tahun-tahun yang akan datang harus

    terus ditingkatkan hingga mencapai paling sedikit 25% pada tahun

    2019.

    5.Penyerapan Anggaran.Penyerapan anggaran belanja di Pemerintah

    Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2015 mencapai 90,01%, tidak

    terealisasi sebesar 9,99% karena adanya efisiensi, sisa lelang, atau

    alasan lainnya. Penyerapan anggaran Kabupaten Gresik cukup baik

    dibandingkan dengan Kabupaten Sidoarjo sebesar 84,43%,

    Kabupaten Bekasi sebesar 84% dan Kabupaten Malang sebesar

    90,70%. Permasalahan klasik yang dihadapi dalam serapan anggaran

    ialah penyerapan anggaran dilakukan pada triwulan IV atau

    menjelang berakhirnya tahun anggaran. Dengan perkataan lain

    bahwa serapan anggaran pada triwulan I, II, dan III sangat tidak

    optimal. Bandingkan dengan penyerapan anggaran Kabupaten

    Semarang pada triwulan III Tahun 2015 sudah mencapai 54,53 %

    dan Kabupaten Pati sebesar 52,93% bahkan penyerapan anggaran

    tingkat Provinsi pada triwulan II Tahun 2015 terbilang sangat tinggi

    seperti Provinsi Jambi sebesar 48,63%, Provinsi Kalimantan Tengah

    sebesar 45,33%, dan Provinsi Kepulauan Riau 38,89%. Dengan

    demikian, maka sebenarnya penyerapan anggaran dengan dalih

  • 7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc

    14/14

    bahwa ABPD lambat disahkan, terlambatnya juknis/juklak

    DAU/DAK, atau perlunya PPK menjabarkan proyek yang masih

    bersifat umum sebagai penghambat serapan anggaran dapat

    dibantah dengan tingginya penyerapan anggaran di berbagai daerah

    tersebut. Artinya bahwa strategi penyerapan anggaran di Kabupaten

    Gresik harus ditingkatkan sehingga serapan anggaran bukan hanya

    terjadi pada triwulan IV atau bahkan oleh masyarakat dianggap

    sekedar menghabiskan anggaran di akhir tahun dengan

    mengabaikan otput/otcomedan kualitas program/kegiatan yang

    dicapai.

    Rekomendasi:

    - Perlunya analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam

    penyerapan anggaran. Jadi, bukan hanya besaran realisasi belanja

    dan pembiayaan yang dijadikan target melainkan realisasi

    penyerapan anggaran yang bukan hanya terserap di akhir tahun

    atau di triwulan IV.

    - Pemerintah Kabupaten Gresik harus merumuskan strategi yang

    lebih baik guna tercapainya realisasi penyerapan anggaran secara

    cepat dan tepat.

    -Agar memudahkan penilaian, dalam LKPJ ATA harus dicantumkan

    penyerapan anggaran masing-masing SKPD pada tiap triwulannya,sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

    mendapatkan solusi yang tepat kedepannya.