Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
Transcript of Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
1/14
MASUKAN TENAGA AHLI ATAS LKPJ KEPALA DAERAH KABUPATEN
GRESIK AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015
Cakupan penilaian LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2015 (LKPJ ATA) pada
kesempatan inihanya dapat dilakukan pada 3 aspek penilaian, yakni (1)
aspek formal; (2) aspek kinerja pemerintah daerah; dan (3) aspek kebijakan
umum pengelolaan keuangan daerah. Adapun penilaian terhadap aspek
lainnya, yakni aspek: (1) penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; (2)
penyelenggaraan tugas pembantuan; dan (3) penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan, masih belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu
dan keterbatasan data pembanding/tolok ukur sebagai acuan untuk
melakukan penilaian atas 3 aspek tersebut.
I. FORMAL DAN TEKNIS
Penilaian pertama terhadap LKPJ ATA 2015 ialah terhadap aspek formal
penyusunan LKPJ ATA sebagaimana diatur dalam PP No. 3 Tahun 2007,
yakni sebagai berikut:
1.Tolok ukur/acuan penilaian LKPJ ATA.Penilaian DPRD terhadap
LKPJ ATA pada dasarnya adalah kegiatan untuk
mencocokkan/membandingkan mengenai program/kegiatan berikut
pagu anggaran yang telah disepakati dengan realisasi/
pelaksanaannya. Guna menilai tingkat keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan suatu program/kegiatan, dilakukan dengan cara
membandingkan antara realisasi pelaksanaan program/kegiatan
dengan target kinerja yang ditetapkan, berdasarkan indikator yang
dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan atas program/kegiatan
dimaksud. Adapun tolok ukur penilaian LKPJ ialah:
a.RPJPD;
b.RPJMD;
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
2/14
c.RKPD;
d.KUA/PPAS;
e.RKA/DPA SKPD;
f.Indikator kinerja program & kegiatan; dan
g.Perda APBD & Perda APBD Perubahan.
Dalam penilaian LKPJ ATA 2015 hanya terdapat beberapa tolok ukur
yang tersedia yakni huruf b dan huruf f, sedangkan tolok ukur
lainnya tidak tersedia sehingga tidak dapat dilakukannya penilaian
secara optimal terhadap LKPJ ATA 2015.
Rekomendasi:
Agar mendapatkan penilaian yang maksimal terhadap LKPJ ATA
pada tahun-tahun berikutnya, maka sebaiknya semua tolok ukur
penilaian diberikan/dilengkapi, sehingga dapat digunakan untuk
membandingkan dengan capaian atau realisasi pelaksanaan
program/kegiatan dengan target kinerja yang ditetapkan.
2.Format LKPJ.Berdasarkan ketentuan Pasal 16 PP No. 3 Th 2007,
bahwa format penulisan LKPJ harus berpedoman pada Lampiran III
PP a quo.Dalam dokumen LKPJ ATA 2015 terdapat beberapa
ketentuan yang tidak sesuai dengan Lampiran III PP No. 3 Th 2007.
Penulisan yang tidak sesuai misalnya pada Bab IV C, D, E, dan F
yang seharusnya masuk menjadi bagian tidak tidak terpisahkan
dengan Bab III bagian target dan realisasi belanja atau Huruf C dan
Huruf D menjadi bagian dari Urusan Sosial, serta huruf E menjadi
bagian dari urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.
Penulisan Bab V juga tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 21 dan
Lampiran III PP No. 3 Tahun 2007.
Relomendasi:
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
3/14
Agar LKPJ memenuhi aspek formal/sistematika, sebaiknya
dilakukan perbaikan terhadap sistematika LKPJ sesuai dengan PP
No. 3 Tahun 2007.
3.Waktu pembahasan yang terbatas.Dalam ketentuan Pasal 23 PP
No. 3 Tahun 2007 bahwa batas waktu maksimal keputusan DPRD
atas LKPJ ialah 30 (tiga puluh) hari sejak LKPJ diterima oleh DPRD.
Dengan demikian maka waktu untuk melakukan pembahasan LKPJ
sangatlah singkat dan jika tidak ditanggapi dalam jangka waktu 30
hari setelah LKPJ diterima, maka dianggap tidak ada rekomendasi
untuk penyempurnaan.
Rekomendasi:
Perlu dilakukannya pembahasan secara optimal/intens, efektif, dan
efisien terhadap LKPJ tersebut sehingga menghasilkan penilaian dan
rekomendasi yang maksimal pula.
II.KINERJA PEMERINTAH DAERAH
Penilaian kedua terhadap LKPJ ATA 2015 ialah dilakukan terhadap
peningkatan kinerja pemerintah daerah yang bertumpu pada empat
indikator kinerja utama (IKU), yaitu: (1) Pertumbuhan Ekonomi;(2)Tingkat Pengangguran Terbuka; (3) Jumlah Penduduk Miskin;
(4)Terhadap Total Penduduk Gresik; dan (4) Indeks Pembangunan
Manusia.
1.Pertumbuhan Ekonomi.Kinerja Pertumbuhan ekonomi Gresik pada
tahun 2015 mencapai 6,15%, menurun 0,88 poin bila dibandingkan
tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 tumbuh sebesar
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
4/14
7,03%. Namun demikian, patut diapresiasi bahwa pertumbuhan
ekonomi Gresik 2015 tergolong tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Jawa Timur maupun pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur sebesar 5,44% dan pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 4,79%. Akan tetapi jika diukur dari
RPJMD 2011-2015, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 ditargetkan
sebesar 7,11%, sehingga realisasi pertumbuhan ekonomi tahun
2015 belum mencapai target sebagaimana tercantum dalam RPJMD
2011-2015. Begitu juga halnya terhadap sasaran pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 6,2% dalam RPJMN
2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015 Buku III hlm 7-7),
pertumbuhan ekonomi Gresik masih di bawah sasaran sebesar
0,05%.
Dari sisi kajian sektoral, pertumbuhan ekonomi Gresik masih
ditopang pertumbuhan tiga sektor PDRB yang tumbuh di atas 10%,
yaitu; industri pengolahan (48,20%); pertambangan dan penggalian
(12,25%), dan perdagangan besar dan eceran (11,32%).
Rekomendasi terhadap indikator pertumbuhan ekonomi ialah;
- Mencermati adanya kesenjangan antara tiga sektor yang tumbuh
maksimal dengan tingkat pertumbuhan sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan yang masih di angka 7,1% dan
pertambangan dan penggalian sebesar 12,25%, maka perlu
dilakukan intensifikasi kebijakanlingkageantara sektor pertanian
serta pertambangan dan penggalian khususnya dengan sektor
industri pengolahan yang mampu tumbuh 48,20%. Hal ini
khususnya untuk menjamin bahwa paradigmapro growthpada
sektor pertambangan dan penggalian mampu berjalan seiring
dengan paradigmapro poordi sektor pertanian/pedesaan. Dengan
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
5/14
adanya intensifikasi dan lingkage antara sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan
penggalian dengan sektor industri pengolahan maka akan
meningkatkan nilai jual dan kedaulatan pada sektor tersebut.
- Pertumbuhan ekonomi yang masih relatif tinggi di Gresik
hendaknya disadari lebih didorong oleh peran pengeluaran
konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi yang didominasi
peran pengeluaran konsumsi rumah tangga menyebabkan sifat
pertumbuhan ekonominya kurang berkualitas, ditandai dengan
kurangnya daya penciptaan lapangan kerja. Kondisi demikian
hendaknya semakin diupayakan pergeserannya menuju semakin
besarnya kontribusi pengeluaran investasi bagi sektortradeble
yang lebih kondusif bagi penciptaan lapangan kerja.
- Dalam kaitannya dengan perdagangan bebas (termasuk MEA),
harus ditetapkan suatu kebijakan daerah yang dapat melindungi
dan memberdayakan tenaga kerja dan/atau pekerja sehingga
mampu bersaing.
2.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).Capaian TPT Gresik pada
Tahun 2015 mencapai 4,41%, sudah menurun bila dibanding
capaian TPT tahun 2014 yang mencapai 5,06%. Dari sisi target TPT
sebagaimana telah ditetapkan pada RPJMD Gresik tahun 2011-
2015, capaian demikian patut diapresiasi karena telah mengalami
fluktuasi yang cukup signifikan dari 6.72% pada tahun 2012. Akan
tetapi jika dibandingkan dengan sasaran TPT Jawa Timur Tahun
2015 dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 4,0%, maka TPT Gresik
Tahun 2015 tersebut masih di bawah sasaran TPT Jawa Timur.
Sementara itu, jika dicermati lebih jauh, maka peningkatan TPT ini
bisa dikaitkan dengan kondisi makro ketenagakerjaan Tahun 2015
yang banyak ditandai oleh problem sengketa ketenagakerjaan yang
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
6/14
berujung Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) termasuk melalui
penghentian kontrak tenaga alih daya, sekaligus menurunnya
capaian ekspor akibat kelesuan ekonomi global.
Rekomendasi terhadap indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
ialah;
- Meningkatkanproduktivitas sektor industri pengolahan dan
perdagangan, selain sebagai penyerap terbesar tenaga kerja di
Gresik, juga sebagai penguat lahirnya wirausahawan UMKM
berbasis komoditas produk lokal.
-
Memperkuat kapasitas SKPD terkait dalam melakukan
pendampingan dan perlindungan tenaga kerja Gresik, baik dalam
segmen pekerja di perusahaan dalam negeri maupun di luar
negeri. Hal ini untuk menghindari rentannya pekerja Jawa Timur
dari ancaman PHK dalam sengketa hubungan industrial.
- Mempertegas kebijakan perlindungan produk agro kompleks
lokal terhadap produk impor antara lain melalui regulasi
standarisasi produk.
3.Persentase Penduduk Miskin Yang Berada Di Bawah garis
Kemiskinandi Gresik tahun 2015 sebesar 13,41%, menurun
dibanding angka kemiskinan di Tahun 2011 yang mencapai 15,33%.
Jumlah penduduk miskin sebanyak 181.700 jiwa pada tahun 2011
menurun 14.750 jiwa hingga menjadi 166,950.00 jiwa pada tahun
2014 adapun jumlah penduduk miskin di Jawa Timur Tahun 2015
ialah 4.775.9700 jiwa, sehingga angka kemiskinan di Gresik dapat
dikatakan relatif sedikit/rendah dibandingkan dengan Jawa Timur
secara umum.Akan tetapi, angka 13,41% masih tergolong relatif
tinggi jika dibandingkan dengan sasaran tingkat kemiskinan wilayah
Jawa Timur Tahun 2015 dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 12%.
Dalam capaian penurunan angka kemiskinan ini, prinsip yang perlu
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
7/14
dipastikan adalah keberadaan peran belanja publik (APBD) yang
semestinya harus berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi dan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Rekomendasi Pansus LKPJ terhadap indikator Persentase
Penduduk Miskin ialah;
- Hendaknya terdapat prioritas alokasi belanja publik, yang fokus
dan terukur target capaiannya bagi peningkatan kapasitas
infrastruktur yang memadai. Selain untuk menciptakan iklim
investasi yang kondusif dan lebih penting lagi ialah untuk
semakin memperkecil tingkat kesenjangan antara infrastruktur
pedesaan dan perkotaan, seperti pada disparitas rasio
elektrifikasi antara Pedesaan yang masih di angka 70 persen,
sementara perkotaan telah mencapai 100 persen (termasuk
infrastruktur teknologi informasi dan pendidikan).
- Hendaknya dilakukan paradigma implementasi bantuan
langsung masyarakat, dari yang lebih berorientasisedekah
kepada si miskin menjadi bantuan stimulasi keterampilan usaha
dan permodalan melalui mekanisme kredit perbankan dengan
bunga rendah. Sebagai contoh, pergeseran mekanisme dari
bantuan melalui jalin kesra maupun hibah modal Kopwan, agar
lebih dimaksimalkan lagi dalam bentuk promosi modal usaha
kecil, atau program pendampingan kelompok masyarakat/KUBE.
4.Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Patut diapresiasi bahwa
target kinerja pembangunan manusia Jawa Timur tahun 2013
(belum tersedia data IPM Tahun 2015) yang diukur melalui IPM,
mencapai 76,36, meningkat dibanding capaian tahun 2012 sebesar
75,17. Di Jawa Timur IPM tertinggi ditempati oleh Kota Surabaya
yakni 78,97 dan terendah ialah Kabupaten Sampang yakni 62,39,
sedangkan IPM Jawa Timur ialah 67,55 dan IPM Indonesia ialah
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
8/14
68,4. Angka 76,36 tersebut telah melampaui target RPJMD 2011-
2015 yakni 75,97, bahkan capaian IPM pada Tahun 2013 tersebut
telah mendekati target IPM Tahun 2015 yakni 76,99. Meski demikian
hendaknya disadari pula bahwa pencapaian kinerja IPM Gresik
masih menyisakan sejumlah permasalahan, seperti tingkat
disparitas antar wilayah dalam capaian indikator pendidikan,
kesehatan dan daya beli masyarakat.
Rekomendasi terhadap indikator Indeks Pembangunan Manusia
ialah;
-Dalam kerangka penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, menuju
pendidikan universal yang berkualitas, hendaknya diupayakan
alokasi dana dari APBD- yang rutin diberikan untuk SD/
MI/SMP/MTs swasta yang memiliki standar akreditasi A dan B.
Bahkan jika mengacu pada RPJMN 2015-2019, Program Wajib
Belajar bukan lagi 9 tahun akan tetapi Wajib Belajar 12 Tahun.
- Kesinambungan bantuan anggaran untuk SMA/SKM/MA yang
ada di Gresik meskipun kewenangan pengelolaannya berada di
Provinsi dan untuk mendukung Wajib Belajar 12 Tahun.
- Peningkatan alokasi anggaran untuk program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular pada wilayah/kecamatan/desa
rawan epidemik. Terutama; DBD, TBC, dan Diare Balita.
- Fokus program bidang kesehatan saat ini masih bersifat kuratif.
Ke depannya, program-program preventivdanpromotivuntuk
mendorong gaya hidup sehat perlu diperluas. Peningkatan
jumlah dokter termasuk dokter spesialis di daerah melalui
beasiswa Ikatan Dinas perlu diperluas. Layanan kedokteran
keluargaperlu segera dipertimbangkan untuk kepentingan
kesehatan preventiv maupun promotiv.
- Pemerataan distribusi tenaga kesehatan dan pemerataan alat-
alat kesehatan di wilayah terpencil.
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
9/14
III.KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Penilaian ketiga terhadap LKPJ ATA 2015 ialah dilakukan terhadap
kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah, yakni:
1.Target dan realisasi pendapatan daerah serta pendapatan asli
daerah.Target Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik pada Tahun
Anggaran 2015 sebagaimana yang tertuang dalam APBD dianggarkan
sebesar Rp 2.599.403.620.789,41, sedangkan realisasinya sampai
dengan akhir Tahun anggaran sebesar 2.436.165.639.090,64atau
93,72%. Realisasi sebesar 93,72% tersebut cukup baik dan harus
diapresiasi, namun jika dibandingkan dengan realisasi anggaran
Kabupaten Sidoarjo ialah sebesar 104,64% dan Kabupaten
Probolinggo sebesar 101,13% maka realisasi anggaran Kabupaten
Gresik masih relatif kecil. Adapun realisasi PAD Tahun 2015 sebesar
Rp.799.876.895.698,64atau mencapai 90,42%, jika dibandingkan
dengan Kabupaten Malang realisasinya sebesar 129,03% dan
Kabupaten Sidoarjo sebesar 111,21%, maka realisasi PAD Kabupaten
Gresik sudah cukup baik, namun belum optimal.
Rekomendasi:
Pemerintah Kabupaten Gresik perlu melakukan analisis potensi-
potensi yang ada di daerah dan mengembangkan potensi tersebutsebagai pemasukan daerah, sehingga dapat meningkatkan
pemasukan Pendapatan Asli Daerah.
2.Kontribusi PAD terhadap pendapatan Daerah.Semakin besar
kontribusi PAD atas pendapatan daerah, menunjukkan bahwa
tingkat kemandirian keuangan daerah semakin baik. Artinya bahwa
semakin tinggi kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah maka
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
10/14
tingkat ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat (APBN)
semakin rendah, sehingga akan menyebabkan suatu daerah mandiri.
Kontribusi PAD Kabupaten Gresik pada Tahun 2015 lebih besar jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 31,75%. Jika
dibandingkan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 3,14%,
Kabupaten Sleman sebesar 19,35%, Kota Medan sebesar 31,57%,
Kabupaten Sidoarjo sebesar 30% maka proporsi PAD Gresik terhadap
pendapatan daerah masih tergolong baik dan cukup sehat.
Rekomendasi:
-Agar Pemerintah Kabupaten Gresik terus meningkatkan jumlah
atau besaran kontribusi PAD atas pendapatan daerah sehingga
kemandirian keuangan daerah semakin baik dan tidak terlalu
bergantung kepada APBN. Peningkatan kontribusi PAD atas
pendapatan daerah dapat dilakukan dengan menggali berbagai
potensi daerah sebagai pemasukan daerah seperti potensi pajak
daerah, retribusi daerah, dan lainnya.
-Agar potensi daerah dar berbagai sektor benar-benar dapat
dioptimalkan, maka sebaiknya disajikan tabel pendapatan daerah
dari tiap-tiap SKPD. Tiap-tiap SKPD itu nantinya harus benar-
benar menggali potensi pendapatan asli daerah sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Penerimaan Pajak Daerah
pada Tahun anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp
431.797.814.095,60 dan dapat direalisasikan sebesar Rp
450.326.075.139,76 atau mencapai 104,29%. Hal ini berbanding
terbail dengan penerimaan Retribusi Daerah pada Tahun anggaran
2015 direncanakan sebesar Rp 230.007.033.725,00, dan hanya
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
11/14
terealisasi sebesar Rp 117.640.882.350,20 atau 51,15%. Jika
dibandingkan dengan realisasi retribusi daerah Kabupaten Sidoarjo
sebesar 103,53% dan Kabupaten Malang sebesar 160%, maka
realisasi Retribusi Daerah Gresik sangat rendah, walaupun dari segi
jumlah penerimaan Retribusi, jumlah penerimaan Retribusi Daerah
Gresik tergolong tinggi dibandingkan Kabupaten Malang sebesar Rp.
51.905.681.732,00 dan Kabupaten Sidoarjo sebesar Rp.
96.645.390.259,65.
Realisasi pajak daerah dan retribusi tahun 2015 sudah melampaui
target RPJMD 2011-2015 pada tahun 2015 yakni sebesar Rp.
206.551.300.000,00 yakni sebesar Rp. 34.141.620.000,00. Bahkan
realisasi proporsi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan daerah telah melampaui target 20% bagi
wilayah Jawa-Bali dalam RPJMN 2015-2019.
Rekomendasi:
- Dokumen Bab III LKPJ belum dilengkapi dengan permasalahan
dan solusi dalam upaya peningkatan pajak daerah dan retribusi
daerah. Seharusnya dalam dokumen LKPJ Bab III disertai dengan
permasalahan yang dihadapi sehingga realisasi retribusi daerah
sangat kecil terutama realisasi retribusi jasa usaha yang hanya
22,61%.
- Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 bahwa urusan energi dan
sumber daya mineral tidak lagi menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota, akan tetapi dalam realisasi Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan terdapat realisasi penerimaan sebesar Rp.
8.645.702.390,00. Kedepannya hal ini harus dikonsultasikan
kembali mengenai kewenangan Kabupaten Gresik untuk menarik
pajak mineral bukan logam dan batuan serta subyek dan obyek
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
12/14
pajak mineral bukan logam dan batuan yang menjadi
hak/kewenangan kabupaten.
- Perlu adanya beberapa pembenahan sistem pengelolaan
pendapatan termasuk peningkatan kualitas layanan. Perlu
melakukan pembenahan dan pengembangan internal
kelembagaan secara terus menerus dalam melakukan
peningkatan kualitas pelayanan.
- Diperlukan peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam
pengelolaan pendapatan. Diperlukan koordinasi dan pendekatan
dengan sektor terkait serta membangun komunikasi yang
konstruktif dengan berbagai pihak baik dalam lingkungan
pemerintahan, kalangan pengusaha akademisi maupun
masyarakat.
4.Pengelolaan Belanja Daerah.Proporsi belanja tidak langsung tahun
2015 masih lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi belanja
langsung, begitupula realisasi belanja tidak langsung tahun 2015
masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja langsung.
Akan tetapi, realisasi belanja daerah tahun 2015 telah melampaui
estimasi RPJMD 2011-2015 sebesar Rp. 1.730.571.020.000,00,
bahkan realisasinya lebih dari 200% dari estimasi belanja daerah
tahun 2015 dalam RPJMD 2011-2015. Proporsi belanja modal tahun
2015 sebesar Rp.655.388.486.830,00 dan terealisasi sebesar Rp.
584.251.688.504,99 telah melampaui estimasi belanja modal tahun
2015 dalam RPJMD 2011-2015 sebesar Rp. 428.187.630.000,00.
Dalam RPJMN 2011-2015 ditargetkan proporsi belanja modal bagi
daerah kabupaten/kota di Wilayah Jawa dan Bali sebesar 25% pada
tahun 2015, sedangkan kondisi eksisting proporsi belanja modal
dalam ABPD Gresik Tahun 2015 telah mencapai kisaran 21%,
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
13/14
sehingga untuk mencapai kisaran 25% pada tahun 2019 tidaklah
terlalu sulit. Namun jika dibandingkan dengan proporsi belanja
pegawai, proporsi belanja modal masih relatif kecil dibandingkan
dengan proporsi belanja pegawai yang lebih Rp. 1 Triliun (belanja
pegawai pada belanja tidak langsung + belanja pegawai pada belanja
langsung).
Rekomendasi:
Proporsi belanja modal pada tahun-tahun yang akan datang harus
terus ditingkatkan hingga mencapai paling sedikit 25% pada tahun
2019.
5.Penyerapan Anggaran.Penyerapan anggaran belanja di Pemerintah
Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2015 mencapai 90,01%, tidak
terealisasi sebesar 9,99% karena adanya efisiensi, sisa lelang, atau
alasan lainnya. Penyerapan anggaran Kabupaten Gresik cukup baik
dibandingkan dengan Kabupaten Sidoarjo sebesar 84,43%,
Kabupaten Bekasi sebesar 84% dan Kabupaten Malang sebesar
90,70%. Permasalahan klasik yang dihadapi dalam serapan anggaran
ialah penyerapan anggaran dilakukan pada triwulan IV atau
menjelang berakhirnya tahun anggaran. Dengan perkataan lain
bahwa serapan anggaran pada triwulan I, II, dan III sangat tidak
optimal. Bandingkan dengan penyerapan anggaran Kabupaten
Semarang pada triwulan III Tahun 2015 sudah mencapai 54,53 %
dan Kabupaten Pati sebesar 52,93% bahkan penyerapan anggaran
tingkat Provinsi pada triwulan II Tahun 2015 terbilang sangat tinggi
seperti Provinsi Jambi sebesar 48,63%, Provinsi Kalimantan Tengah
sebesar 45,33%, dan Provinsi Kepulauan Riau 38,89%. Dengan
demikian, maka sebenarnya penyerapan anggaran dengan dalih
-
7/26/2019 Masukan LKPJ Gresik 2015.doc
14/14
bahwa ABPD lambat disahkan, terlambatnya juknis/juklak
DAU/DAK, atau perlunya PPK menjabarkan proyek yang masih
bersifat umum sebagai penghambat serapan anggaran dapat
dibantah dengan tingginya penyerapan anggaran di berbagai daerah
tersebut. Artinya bahwa strategi penyerapan anggaran di Kabupaten
Gresik harus ditingkatkan sehingga serapan anggaran bukan hanya
terjadi pada triwulan IV atau bahkan oleh masyarakat dianggap
sekedar menghabiskan anggaran di akhir tahun dengan
mengabaikan otput/otcomedan kualitas program/kegiatan yang
dicapai.
Rekomendasi:
- Perlunya analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
penyerapan anggaran. Jadi, bukan hanya besaran realisasi belanja
dan pembiayaan yang dijadikan target melainkan realisasi
penyerapan anggaran yang bukan hanya terserap di akhir tahun
atau di triwulan IV.
- Pemerintah Kabupaten Gresik harus merumuskan strategi yang
lebih baik guna tercapainya realisasi penyerapan anggaran secara
cepat dan tepat.
-Agar memudahkan penilaian, dalam LKPJ ATA harus dicantumkan
penyerapan anggaran masing-masing SKPD pada tiap triwulannya,sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
mendapatkan solusi yang tepat kedepannya.