Master Plan

download Master Plan

of 10

description

Transcript of Master Plan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Perikanan khusunya pada kegiatan perikanan tangkap saat ini secara nasional menunjukan adanya gejala overfishing ( lebih tangkap ), terutama di perairan pantai, sehingga produktifitas para nelayan cenderung menurun. Di sisi lain permintaan konsumen dunia terhadap komoditi perikanan semakin meningkat akibat adanya flu burung, flu babi dan penyakit anthrax pada hewan. Diramalkan pada tahun 2011 akan terjadi devisit produksi ikan sekitar 10 juta ton. Hal ini tentunya akan memberikan indikasi pada kenaikan harga berbagai komoditi perikanan. Kabupaten Konawe merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara yang , dikelilingi perairan laut seluas 3.937,5 km. sebagian besar wilayah lautnya merupakan selat yang didalamnya terdapat berbagai jenis ikan pelagis maupun ikan demersal serta berbagai jenis biota laut lainnya yang bernilai ekonomis tinggi seperti; ikan kerapu, bawal tenggiri, lencam, baronang, teri, lobster, teripang, udang, rajungan, kepiting bakau dan rumput laut. Potensi perikanan laut Kabupaten Konawe sekitar 35.000 ton / thn dengan tingkat pengelolaannya (2009) mencapai 15.556,3 ton atau sekitar 44,45 % dengan jumlah armada penangkapan ikan 1.834 buah. Sebagaian besar penangkapan ikan di daerah ini dilakukan secara tradisional dengan alat tangkap skala kecil sehingga wilayah penangkapan ikan terkonsentrasi di sekitar perairan pantai. Selain memiliki sumber daya perikanan tangkap, Kabupaten Konawe juga memiliki terumbu karang dengan berbagai jenis karang dan biotanya. Oleh karena intensitas kegiatan penangkapan ikan di wilayah pesisir begitu tinggi yang tidak diimbangi dengan perluasan wilayah penangkapan perairan lepas pantai menyebabkan tingkat produktifitas para nelayan berkurang. Terjadinya oferfissing dan kerusakan ekosistim terumbu karang menjadi penyebab utama berkurangnya potensi sumber daya ikan yang dampaknya masih dirasakan sampai saat ini oleh para nelayan di Kabupaten Konawe. Nelayan penangkakepiting bakau misalnya pada tahun 2208 2009 rata rata hanya menghasilkan 2-3 Kg / nelayan / Trip sementara produksi yang dicapai rata rata sebelum tahun 1996 mencapai 5 Kg/nelayan/trip atau berkurang sekitar 15 %. Potensi areal pengembangan budidaya laut seluas 47.550 Ha terutama untuk pengembangan budidaya laut, budi daya kurapu, budi daya teripang, budidaya rajungan, budidaya lobster, dan abalon. Sekalipun dari segi potensi cukup besar namun dari segi pengelolaannya kagiatan budidaya laut samapi saat ini belum banyak dikemabngkan terkecuali budidaya rumput laut sudah berkembang pesat. Kabupaten Konawe memiliki kawasan dudidaya rumput laut seluas 155,7 KM x 0,3 Km yang berpotensi untuk pengembangan budidaya laut atau sekitar 4671 Ha. Bila

dimanfaatkan hanya 70 % saja berarti daerah yang berpotensi untuk pengembangan budidaya laut sekitar 3270 Ha. Ada kecenderungan saat ini sebagian besar masyarakat nelayan di daerah ini masih menyenangi penangkapan ikan dibanding kegiatan budidaya karena lebih cepat menghasilkan disamping keterbatasan modal dan tingkat keterampilan. Potensi areal pengembangan budidaya tambak di daerah ini sekitar 14.217 Ha terutama untuk pemeliharaan undang lindung, udang paname dan ikan bandeng. Proyeksi pengembangan tambak di Kabupaten Konawe pada tahun 2011 seluas 1000 Ha, tahun 2015 seluas 3.000 Ha dan tahun 2020 seluas 5.000 Ha. Pengembangan budidaya tambak khususnya untuk budidaya udang windu dan udang paname akan di pokuskan di semua kawasan pesisir konaawe, meliputi 5 kecamatan yaitu : kecamatan wawonii selatan, kecamatan wawinii tengah, kecamatan wawinii barat, kecamatan wawinii uatara dan wawonii timur. Paket penerapan teknologi byang digunakan adalah tradisional plus untuk udang windu dengan kepadatan 50.000 70.000 ekor / Ha, masa pemeliharaan selama 4 bulan dan target produksi 1 ton / Ha / Mt dengan sise 35 40 ekor / Kg. TUJUAN Mengoptimalkan pemanfaatan waktu dan tenaga kerja produktif di lingkungan keluarga pembudidaya ikan dan nelayan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan secara optimal dan merata. Meningkatkan produktifitas usaha, nilai tambah, lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta pendapatan masyarakat perikanan melalui pola kemitraan. Meningkatkan kualitas SDM aparatur, pembudidaya ikan dan nelayan untuk memanfaatkan potesi sumberdaya perikanan dengan tetap mempertahankan prinsip pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Meningkatkan peran masyarakat di wilayah pesisir dan pulau pulauy kecil untuk mengelola potensi SDA perikanan secara mandiri.

II. PERMASALAHAN 1. Pengelolaan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di daerah ini belum dilakukan secara optimal. 2. Umumnya masyarakat nelayan yang ada di daerah ini masih menyenangi kegiatan perikanan tangkap yang wilayah operasinya terkonsentrasi di sekitar pantai. 3. Belum berkembangnya kegiatan perikanan budidaya khususnya budidaya laut dan budidaya tambak.

4. Masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki nelayan. 5. Terbatasnya usahanya. modal yang dimiliki para nelayan dalam mengembangkan

6. Peran pihak swasta pada pengembangan sector kelautan dan perikanan masih kurang. 7. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang dibangun oleh pemerintah dan terbatasnya kapasitas daya listrik yang terpasang dari PLN. 8. Masih adanya kehiatan kegiatan yang bersifat illegal fissing seperti penggunaan bahan bahan peledak (bom ikan), bahan kimia/racun, penambangan terumbu karang dan pasir laut serta pengrusakan hutan mangrove.

III. KEBIJAKAN / STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN Dalam rangka mengeoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan di Kabupaten Konawe dilakukan beberapa kebijakan / strategi melalui berbagai program dan kegiatan sebagai berikut : a. Program revitalisasi perikanan tangkap : 1. Diversifikasi alat tangkap pola berimbang 2. Pengembangan alat tangkap ramah lingkungan 3. Modipikasi alat tangkap dan armada penangkapan 4. Perluasan wilayah penangkapan 5. Pemasangan rumpon ikan b. Program revitalisasi perikanan budidaya : 1. Pengembangan budidaya rumput laut 2. Pengembangan budidaya tambak 3. Pengembangan budidaya kurapu

4. Pengembangan budidaya teripang c. Program Pengembangan Pengolahan Ikan dan Pemasaran 1. Pembangunan pasar ikan tradisional 2. Pengembangan bangsal pengolahan ikan teri dan ikan laut 3. Pengembangan teknologi pasca panen 4. Pengembangn produk hasil olahan d. Program Pelestarian Lingkungan / Ekosistem 1. Rehabilitasi / penanaman Mangrove 2. Rehabilitasi / pembuatan terumbu karang buatan e. Program Peningkatan Infrastruktur 1. Pembangunan / rehabilitasi PPI 2. Pengembangan BBIP 3. Pembangunan solar packet dealer untuk nelayan (SPDN) 4. Pembangunan Dermaga / Tambatan Perahu 5. Pembangunan sarana air bersih 6. Penataan pemukiman nelayan 7. Pengembangan penerangan lampu tenaga surya (PLTS) 8. Pembangunan jalan titian dan jalan usaha tani f. Program Peningkatan Pengawasan dan Perlindugan Laut 1. Pembangunan stasiun pengawasan 2. Pembinaan dan patroli terpadu 3. Pembnerdayaan Pokmaswas 4. Peningkatan sarana pengawasan. Untuk mengoptimalkan sumberdaya ikan pada setiap kawasan guna menunjang peningkatan produktifitas nelayan yang akhir akhir ini cenderung menurun perlu adanya penetapan keragaman jenis dan jumlah unit alat tangkap yang beropersi sesuai kondisi dan daya dukung perairannya dimana setiap kawasan akan terlihat spesifikasi alat tangkap yang berbeda dan perlu pemetaan. dengan demikian

pelayanan IUP (izin usaha perikanan) dan pengalokasian paket paket bantuan alat tangkap lebih terarah. Penggunaan alat tangkap yang tidak rama lingkungan dan tidak sesuai dengan jalurnya haruds di cegah dan diganti dengan yang rama lingkungan seperti penggunaan bubuk rajungan yang terbuat dari nilon, gillnet ukuran 4 dan 7 masing masing untuk penangkapan rajungan dan ikan pari yang dipasang diluar kawasan terumbu karang. Penggunaan alat tangkap bagan tancap yang menggunakan tiang tiang dari kayu bakau juga perlu dibatasi dan dimodifikasi dengan bagan apung dari drum plastic. Pada daerah daerah tertentu yang sudah terjadi gejala overfissing perlu memperluas jalur / wilayah penangkapannya terutama di perairan lepas pantai. Untuk menghindari adanya migrasi ikan khususnya ikan pelagis secara besar besaran ke perairan lain perlu dilakukan pemasangan rumpon. Pengembangan kegiatan perikanan terutama budidaya laut dan budidaya atambak merupakan program prioritas saat ini agar terjadi pergeseran kegiatan nelayan tanpa menjadi pembudidaya. Dengan demikian diharapkan nantinya intensitas penagkapan ikan bias berkurang dan mengatasi terjadinya overfissing. Khusus untuk budidaya laut komuditi yang menjadi primadona saat ini adalah rumput laut dengan pengembangannya cukup pesat hamper seluruh kawasan pesisir. Kegiatan ini disamping penghasilan menjadi besar bagi para nelayan / pembudidaya juga sekaligus menekan aktifitas yang bersifat destruktif. Untuk pengembangan budidaya kuafu dan teripang masih dalam bentuk kegiatan demplot karena disamping membutuhkan biaya tinggi dan teknologi khusus juga masa panennya relative lebih lama, terkecuali pengembangan budidaya tambak khususnya pemeliharaan udang paname, udang windu dan ikan bandeng juga menjadi skala prioritas.

IV. ANALISIS USAHA DAN PROYEKSI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP Untuk kegiatan perikanan tangkap khususnya di wilayah pesisir akan dibatasi pengembangannya karena jumlah armada penangkapan yang beroperasi saat ini cukup banyak untuk menghindari terjadinya overfissing. Kegiatan utama yang akan dilakukan adalah repitalisasi armada penangkapan ikan skala kecil melalui program motorisasi secara bertahap dan konstruksi / peran nelayan dari bahan kayu ke bahan fiber glass. Hal ini dilakukan untuk memperluas wilayah penagkapan dan mengurangi penggunaan material kayu dalam pembuatan kapal/perahu nelayan dan saat ini mulai langkah dan mengancam keleatarian hutan. Target produksi perikanan tangkap yang

ingin dicapai rata rata sekitar 35.000 ton / tahun dengan nilai produksi Bruto ( ineks harga rata rata Rp. 5000/Kg) = Rp. 35.000.000 x Rp. 5000 = 175 Milyar / tahun dengan proyeksi nilai PAD = 3 % x 175 Milyar = Rp. 5,25 Milyar. Diperkirakan daya serap tenaga kerja sebanyak 16.500 orang. Untuk menunjang peningkatan nilai tambah diperlukan adanya pembangunan pbrik es kapasitas 5 ton/hari, cold storage kapasitas 100 ton dan pabrik tepung ikan, sekaligus akan membuka lapangan kerja baru.

PERIKANAN BUDIDAYA Pembangunan sektor kelautan dan perikanan Kabupaen Konawe ke depan lebih diprioritaskan pada pengembangan budidaya laut dan budidaya tambak dengan 3 (tiga) komoditi unggulan yaitu udang, kerapu dan rumput laut. Untuk pengembangan budidaya tambak khususnya budidaya udang vaname dan udang windu juga cukup menjanjikan karena potensi areal seluas 14.217 Ha. BUDIDAYA LAUT Untuk mengembangkan budidaya laut akan difokuskan pada kegiatan budidaya ikan kerapu tikus dengan sistim karamba jaring apung (KJA) dan budidaya rumput laut jenis cotonii dengan system tali rentang sedangkan budidaya teripang system karamba jarring tancap (KJT) juga dikembangkan secara bertahap. BUDIDYA KERAPU TIKUS Pengembangan budidaya ikan kerapu tikus secara teknis sangat memungkinkan untuk duprogramkan pada 30 desa/kelurahan terletak pada kawsan selat Wawonii baik yang berada di wilayah pesisir maupun di pulau pulau kecil. Proyeksi pengembangan tiap desa/ kelrahan akanmelibatkan sebanyak 20 KKNelayan, tiap KK Nelayan akan mendapat 4unit karamba ajaring apung ukuran 3 x 3 x 3 m sehingga potensinya dapat mencapai= 30 x 20 x4 unit = 2.400 unit, dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 2.400 x 3 orang = 7. 200 0rang. Jumlah bibit yang ditebar sebanyak 2.000 ekor/ KK atau 500 ekor/ unit karamba, sehingga target produksi yang ingin dicapai setelah masa pemeliharaan 1 tahun dengan tingkat moralitas 30 % adalah 70 % x 2.000 ekor = 1.400 ekor atau 840 kg ( berat rata rata 600 gr/ ekor). Dengan demikian potensi produksi total yang diharapkan sebesar 600 KK x 840 kg = 504 ton atau dengan target nilai produksi bruto = 504.000 x Rp. 300.000 = Rp. 151,2 M / Siklus. Oleh karena kegiatan budidaya kerapu tikus membutuhkan pdat modal dan padat teknologi dengan masa pemeliharaan relative lebih lama maka pengembangannya akan dilakukan secara bertahap dengan pendekatan kawasan.

Proyeksi pengembangan budidaya kerapu tahun 2011 sebanyak 5 unit karamba jarring apung dimana setiap unit tediri dari 4 buahkaramba = ukuran 3 m x 3 m x 3 m dengan jumlah bibi,t kerapu tikus yang ditebar sebanyak 2.000 ekor. Masa pemeliharaaan selama 1 tahun dengan jimlah ikan yang dipanen sebanyak 60 % x 2.000 ekor =1.200 ekor atau 1.200 x 600 gr = 720 kg ( berat rata rata 600 gr/ ekor ). Nilai produksi bruto yang dicapai sebesar 720 x Rp. 300.000 = Rp. 216.000.000 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 5 x 4 orang = 20 orang. Kegiatan ini untuk tahun I masih bersifat klegiatan demplot, mengingat masa pemeliharaan yang relative lama dengan investasi tinggi serta membutuhkan ketrampilan khusus.

BUDIDAYA RUMPUT LAUT Proyeksi pengembangan budidaya rumput laut tahun 2011 seluas 1.000 ha dengan melibatkan 1.000 KK NMelayan dan tiap KK nelayan memelihara 50 unit tali rentang panjang 70 m ( 1 ha ) dengan target produksi 1 ton kering/ 1 bulan. Apabila dalam 1 tahun terjadi 6kali panen maka total produksi yang dicapai sebesar 1.000 x 6 x1 ton = 6.000 ton kering / tahun atau denagn total nilai produksi bruto sebesar 6.000.000 kg x Rp. 10.000 = Rp. 60 M/ tahun. Oleh karena setiap KK Nelayan yang memiliki areal budidfaya seluas 1 Ha melibatkan 3 orang tenaga kerja maka day7 serap tenaga kerja pafda kegiatan ini sebanyak 1.000 x 3 orang = 3.000 orang. Sedangkan targer produksi tahun 2014 sebesar 2500 x 6 x 1 ton = 15.000 ton kering/ tahun atau dengan total nilai produksi bruto sebesar 15.000.000 kg x Rp.10.000 9 indeks harga konstan ) = Rp. 150M/ Tahun dan daya serap tenaga kerja sebanyak 2500 x 3 orang = 7. 500 orang.

BUDIDAYA TERIPANG Potensi pengembangan budidaya teripangkhususnya jenis teripang pasir meliputi 10 Desa yang berada di akwasasn pesisir Burangga dan Kambowa, dimana tiap dsa akan dikembanagtkan 10 Karamba jarring tancap ( KJT) ukuran 10 M x !0 M x 3 m. Tiap Unit karamba akan ditebar sebanyak 1.000 ekor, masa pemelihraana selama 1 Tahun dngan ukuran berat rata rata 600 gr/ ekor dan mortalitas 30 %. Target produksi yang diharapkan 10 x 10 unit x 700 ekor x 600 gr = 42. 000 kg basah atau 20 % x 42.000 kg = 16.800 kg/kering ( rendamen 20 % ). Nilai produksi Bruto = 16.800 kg x Rp. 700.000 = Rp. 11. 760.000.000/ Tahun. Proyeksi PAD = 2 % x Rp. 11. 760.000.000 = Rp. 235.200.000 / tahun sedang daya serap tenaga kerja sebanyak 200 x 4 orang = 800 oramg tenaga kerja.

BUDIDAYA KEPITING BAKAU Secara alami kepiting bakau cukup banyak ditangkap para nelayan di daerah ini terutama yang ada di kawasan wawonii utara dan timur. Akibat intensitas kegiatan penangkapannya dari tahun ketahun meningkat, dikhawatirkan populasi kepiting bakau ini akan semakin berkurang sehingga perlu diimbangi dengan kegiatan budaya. Potensi pengembangan budidaya kepiting bakau ini mencakup 25 desa dan tiap tiap desa rata rata melibatkan sebanyak 20 KK nelayan dan tiap KK nelayan akan mengelola 4 unit KJA ukuran 3 m x 3m x 3 m dan tiap unit akan diisi sebanyak 500 ekor. Diharapkan nantinya setelah masa pemeliharaan 4 bulan setiap KK nelayan dapat memproduksi sebanyak 700 % x 2.000 ekor = 1.400 ekor (mortalitas 30%) dengan berat rata rata 10 ekor/Kg.dengan demikian maka total produksi yang ingin dicapai adalah 25 x 20 KK x 140 Kg = 70.000 Kg atau dengan nilai produksi bruto = 70.000 x 20.000 = Rp. 1.400.000.000/MT atau Rp. 2.800.000.000 / tahun (2 kali panen ) sedang potensi PAD sebesar 2 % x Rp. 2.800.000.000 = Rp. 56.000.000 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 1.500 orang.,

BUDIDAYA TAMBAK Proyeksi pengembangan budidaya tambak tahun 2020 khususnya untuk pemeliharaan udang windu dan udang vaname akan ditargetkan seluas 3000 Ha dengan rincian 2000 Hatambak udang windu dan 1.000 Ha tambak udang vaname. Target produksi budidaya udang windu pola tradisional plus adalah 2.000 Ha x 1 ton = 2.000 ton/MT atau 4000 ton/tahun dengan nilai produksi bruto 4.000.000 Kg x Rp. 45.000 = Rp. 180 M/tahun. Target produksi budidaya udang vaname pola semi intensif 1.000 Ha x 5 ton = 5.000 ton/ MT atau 10.000 ton/tahun dengan nilai produksi bruto 10.000.000 Kg x Rp. 30.000 = Rp. 300 M / tahun. Dengan demikian berarti total produksi yang bisa dicapai dari budidaya udang ini adalah 14.000 ton/tahun dengan total nilai produksi bruto sebesar Rp. 480 M / tahun. Potensi PAD yang diharapkan sebesar 2 % x Rp. 480 M / tahun. = Rp. 9,6 M / tahun dengan daya serap tenaga kerja 3.000 x 5 orang = 15.000 orang. Oleh karena sebagian besar masyarakat nelayan di daerah ini berada di wilayah pesisir dan pulau pulau kecil yang terpencil dan tidak dijangkau oleh aliran listrik dari PLN dan fasilitas air bersih dari PDAM menimbulkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Nelayan yang menggunakan generator untuk penerangan lampu harus mengeluarkan biaya untuk solar rata rata 5 liter tiap malam atau 150 liter / bulan dengan harga 7.000/liter (harga dilokasi). Dengan demikian berarti kebutuhan untuk penerangan lampu setiap bulannyasebesar 150 x 7.000 = Rp. 1.050.000 / bulan.

Kebutuhan air bersih setiap keluarga nelayan sebanyak 5 (lima) jerigen x Rp. 1.000 = 5.000/hari atau sebesar 30 x Rp. 5.000 = Rp. 150.000/bulan. Kondisi ini sangat mempengaruhi tingkat pendapatan para nelayan setiap bulannya. Untuk mengatasi permasalahn tersebut maka pengadaan PLTS dan sarana air bersih mutlak sangat dibutuhkan. Pembangunan dermaga / tambatan perahu jalan titian serta jalan usaha tani disetiap desa nelayan juga sangat dibutuhkan guna memperlancar proses bongkar muat dan pengangkutan hasil laut sekaligus menekan biaya tinggi. Pembangunan SPDN yang sampai saat ini masih sangat dibutuhkan oleh para nelayan dan pembudidaya tambak karena sering terjadi kelangkaan bahan baker dan harga yang relative tinggi. Untuk memperlancar pemasaran ikan dan hasil laut lainnya keluar daerah diperlukan adanya pengembangan / peningkatan fasilitas FFI di Wawonii. Upaya pelestarian lingkungan pemukiman nelayan dan ekosistem melalui pembangunan talud penahan gelombang, rehabilitasi ekosistem mangrove dan terumbu karang yang diikuti dengan upaya pembinaan dan pengawasan perairan merupakan tuntutan yang harus dijawab dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat pesisir dan pulau pulau kecil yang berkelanjutan.

PENDANAAN Dana yang diperlukan untuk mendukung program / kegiatan pembangunan sector kelautan dan perikanan di Kabupaten Konawe adalah sebesar Rp. 1.500.005.000.000,(satu triliun lima ratus milyar lima juta rupiah ), yang bersumber dari dana stimulus fiscal. Untuk rincian alokasi anggaran dapat dilihat pada daftar lampiran berikut .

PENUTUP Kabupaten Konawe memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar baik perikanan tangkap, perikanan budidaya maupun wisata bahari. Pengembangan budidaya laut dan budidaya tambak merupakan skala perioritas dengan komoditi unggulan rumput laut, ikan kerapu dan udang. Pengembangan perikanan tangkap di wilayah pesisir secara bertahap akan dibatasi dimana keragaman jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan akan disesuaikan dengan daya dukung. Kegiatan pembinaan dan pengawasan perairan terhadap kegiatan yang bersifat destruktif akan lebih ditingkatkan.

Pembangunan infrastruktur dan rehabilitasi ekosistem juga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Untuk menunjang percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan di daerah ini, diperlukan dukungan dana dari pemerintah dan peran serta sektor swasta.