mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web...

21
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Marisa 1 , Anna Fauziah 2 , Efuansyah 3 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian ini adalah True Eksperimental Design, yaitu eksperimen yang dianggap sudah baik, karena sudah memenuhi persyaratan dalam eksperimen, yaitu dengan adanya kelompok lain yang tidak mengalami eksperimen yang diamati, sehingga perubahan yang terjadi antara sebelum penelitian dan setelah penelitian benar-benar terlihat. Sebagai populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 217 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, yaitu pre-test dan post-test. Kemudian data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t, berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh t hitung > t tabel (1.68 > 1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata Kunci: Problem Solving, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Transcript of mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web...

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Marisa1, Anna Fauziah2, Efuansyah3

STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian ini adalah True Eksperimental Design, yaitu eksperimen yang dianggap sudah baik, karena sudah memenuhi persyaratan dalam eksperimen, yaitu dengan adanya kelompok lain yang tidak mengalami eksperimen yang diamati, sehingga perubahan yang terjadi antara sebelum penelitian dan setelah penelitian benar-benar terlihat. Sebagai populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 217 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, yaitu pre-test dan post-test. Kemudian data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t, berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (1.68 > 1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Problem Solving, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam pendidikan

karena dapat diterapkan ke dalam berbagai kehidupan. Pola pikir matematika pun menjadi

andalan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nurazizah (dalam Oktanianty, dkk, 2013:40) bahwa matematika adalah suatu ilmu

pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.

Mengingat pentingnya matematika, maka perlu adanya usaha yang bertujuan untuk

selalu meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dalam pembelajaran

matematika. Menurut Ennis (dalam Ismaimuza, 2011:13) berpikir kritis adalah suatu

proses yang bertujuan agar kita dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal, 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

sehingga apa yang kita anggap terbaik tentang suatu kebenaran dapat kita lakukan dengan

benar. Oleh karena itu pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa karena semakin baik kemampuan berpikir kritis matematis siswa maka semakin baik

pula cara siswa dalam menyingkapi suatu permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata.

Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran dan wawancara terhadap guru mata

pelajaran matematika kelas X SMA Negeri Purwodadi ditemukan beberapa masalah yang

muncul pada saat pembelajaran berlangsung yaitu siswa lebih cenderung menghafal dari

pada memahami konsep sehingga menyebabkan siswa kurang terlatih mengembangkan

keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dan menerapkan konsep-konsep yang

telah dipelajari ke dalam suatu permasalahan. Peran siswa dalam pembelajaran masih

kurang, yakni hanya sedikit siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya.

Pertanyaan yang diajukan oleh siswa juga masih belum menunjukkan pertanyaan-

pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang dipelajari. Pada saat guru sedang memberi

pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan. Kemudian

jawaban dari pertanyaan masih terbatas ingatan saja, belum terdapat sikap siswa yang

menunjukkan jawaban analisis dari pertanyaan guru. Hal ini terlihat dari hasil belajar

matematika selama satu semester. Rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditetapkan sekolah yaitu 72. Sebanyak 23 siswa atau 77% dari kelas X masih di bawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan yang mencapai ketuntasan sebanyak 7 siswa atau

23%. Soal-soal yang diujikan adalah soal-soal yang mengacu pada beberapa indikator

kemampuan berpikir kritis matematis siswa, yaitu merumuskan permasalahan ke dalam

model matematika, menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan strategi atau

prosedur yang telah dipelajari. Dengan melihat hasil belajar rata-rata matematika tersebut

dan mengacu pada indikator berpikir kritis, maka peneliti menyimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi masih

tergolong rendah.

Pada era globalisasi sekarang, kemampuan berpikir kritis menjadi kemampuan yang

sangat diperlukan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan atau tantangan

dalam kehidupan yang selalu berkembang. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh (Julita, 2014:68) yang menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis

melatih siswa untuk membuat keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti,

dan logis. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran di sekolah melatih siswa untuk

menggali kemampuan dan keterampilan berpikir kritis. Namun kenyataannya dalam

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

pembelajaran matematika di sekolah selama ini masih belum banyak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Upaya memfasilitasi

agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang menjadi sangat penting. Salah satu cara

untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan mengubah model

pembelajaran ke arah yang baik, efektif, dan menyenangkan. Sehingga setiap proses

belajar mengajar harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan suatu pemahaman,

pengertian, dan keterampilan dari para siswa untuk memahami kenyataan dan

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Proses belajar mengajar akan sesuai

dengan tujuan pembelajaran jika seorang bisa memilih model pembelajaran matematika

dengan benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamzah dan Muhlisrarini (2014:154)

bahwa model pembelajaran matematika adalah kerangka konseptual tentang pembelajaran

matematika. Pembelajaran matematika dimaksud adalah peserta didik belajar matematika

dan pengajar mentransformasi pengetahuan matematika serta memfasilitasi kegiatan

pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan seorang guru seharusnya dapat membantu

proses analisis dan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah

model pembelajaran Problem Solving. Model pembelajaran Problem Solving adalah

model yang melibatkan siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari

penyelesaian masalah yang diberikan. Siswa menganalisis dan mendefinisi masalah,

mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisi informasi, membuat referensi

atau kesimpulan. Penggunaan model pembelajaran kelompok dengan bimbingan guru yang

intensif memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran matematika. Siswa yang

lemah dalam pembelajaran dapat mengikuti pembelajaran dengan tanpa terbebani.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran

2016/2017’’

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi

Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA

Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017. (1) Penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat: Bagi penulis, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat

mempersiapkan diri untuk mengajar lebih baik dan memberikan gambaran dalam

menerapkan strategi pembelajaran yang baik serta efektif sesuai dengan materi yang akan

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

dipelajari. (2) Bagi siswa, diharapkan dapat memotivasi diri untuk mengerti dan

memahami suatu materi serta memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan efektif. (3)

Bagi guru, model pembelajaran Problem Solving dapat dijadikan sebagai alternatif

pegangan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. (4) Bagi sekolah, hasil

penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas

pembelajaran matematika.

DASAR TEORI

Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Model Pembelajaran Problem Solving adalah model pembelajaran yang dapat

memberikan stimulus kepada siswa untuk memperhatikan, menelaah, dan mencari

jalan keluar bagi masalah tersebut.

2. Kemampuan Berpikir Kritis matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal kemampuan berpikir kritis yang mencakupi mengidentifikasi, menghubungkan,

menganalisis, memecahkan masalah dan mengevaluasi masalah.

Tabel 1Pedoman Penskoran Tes Berpikir Kritis

Aspek yang Diukur Respon Siswa Terhadap Soal Skor

Mengidentifikasi

Tidak menjawab atau memberi jawaban yang salah 0

Menemukan atau mendeteksi hal-hal yang penting dari soal yang diberikan

1

Menemukan atau mendeteksi hal-hal yang penting, tetapi membuat kesimpulan yang salah 2Menemukan atau mendeteksi hal-hal yang penting serta membuat kesimpulan yang benar, tetapi melakukan kesalahan dalam menghitung

3

Menemukan atau mendeteksi hal-hal yang penting, serta membuat kesimpulan yang benar, serta melakukan perhitungan yang benar

4

Tidak menjawab, atau memberi jawaban yang salah 0

Bisa menentukan fakta, data, dan konsep, tetapi belum bisa menghubungkannya

1

Bisa menentukan fakta, data, konsep, dan bisa menghubungkan dan menyimpulkannya antara fakta , data, konsep yang didapat tetapi salah dalam melakukan perhitungan

2

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

Menghubungkan Bisa menentukan fakta, data, konsep, dan bisa menghubungkan dan menyimpulkannya antara fakta ,data, konsep yang didapat dan benar dalam melakukan perhitungan

3

Bisa menentukan fakta, data, konsep, dan bisa menghubungkan dan menyimpulkannya antara fakta ,data, konsep yang didapat dan benar serta menguji kebenaran dari jawaban

4

Menganalisis

Tidak menjawab; atau memberi jawaban yang salah 0

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep, tetapi belum bisa menghubungkan antara fakta, data, konsep yang didapat

1

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep, serta bisa menghubungkan antara fakta, data, dan konsep tetapi salah dalam perhitungannya

2

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep, serta bisa menghubungkan serta benar dalam melakukan perhitungannya

3

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep, serta bisa menghubungkan serta benar dalam melakukan perhitungannya, dan mengecek kebenaran hubungan yang terjadi

4

Memecahkan masalah

Tidak menjawab, atau memberi jawaban yang salah 0

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, tetapi belum bisa memilih informasi yang penting 1

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan dan bisa memilih informasi yang penting 2

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa memilih informasi yang penting dan memilih strategi benar dalam menyelesaikannya, tetapi melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungannya

3

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa memilih informasi yang penting serta memilih strategi yang benar dalam menyelesaikannya, dan benar dalam melakukan perhitungannya

4

Mengevaluasi

Tidak menjawab atau memberi jawaban yang salah 0

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur) dengan benar tetapi model matematika yang dibuat salah

1

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur) dengan benar dan membuat model matematika dengan benar, tetapi penyelesaiannya salah

2

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur) dengan benar dan membuat model matematika dengan benar serta benar dalam menyelesaikannya

3

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur) membuat dan menyelesaikan model matematika yang benar, dan mengecek kebenaran jawaban yang diperoleh

4

(Ismaimuza & Musdalifah, 2013:377-378)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Eksperimental

Design. Menurut Arikunto (2010:203) penelitian eksperimen murni merupakan jenis

eksperimen yang dianggap sudah baik karena adanya kelompok lain yang tidak dikenal

eksperimen, ikut mendapatkan pengamatan. Dengan menggunakan Random, pre-test, post-

test desain. Menurut Arikunto (2010:125) dapat dituliskan dengan pola:

E 01 X 02

K 01 02

Keterangan:

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok kontrol

X :Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving

01 : Pre-test kelas eksperimen

02 : Post-test kelas eksperimen

03 : Pre-test kelas kontrol

04 : Post-test kelas kontrol

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi

Tahun Pelajaran 2016/2017. Sebagai sampel pada penelitian ini adalah kelas X.6 sebagai

kelas eksperimen dan X.7 sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan memberikan

skor berpikir kritis matematis dari tiap butir soal tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) materi yang akan diajarkan. pre-test dilakukan 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

R

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis awal siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol dan post-test dilakukan untuk mengukur pemahaman konsep akhir siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes berbentuk soal uraian yang terdiri dari lima soal

dengan materi Persamaan kuadrat.

Teknik Analisis Data

Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menentukan skor rata-rata dan simpangan baku, Uji Normalitas Data, Uji Homogenitas

Data, dan Pengujian Hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri Purwodadi

peneliti menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving. Jumlah pertemuan yang

dilakukan peneliti dalam kelas eksperimen yaitu sebanyak lima kali pertemuan, dengan

rincian satu pertemuan sebagai pre-test, tiga pertemuan proses pembelajaran dengan Model

Pembelajaran Problem Solving dan satu pertemuan sebagai post-test diakhir pertemuan

pembelajaran.

Deskripsi Statistik Hasil Penelitian

Pre-test

Pada pertemuan pertama dilakukan tes kemampuan awal (pre-test), pre-test ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal Berpikir Kritis matematis

siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Solving pada kelas eksperimen dan konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan

hasil perhitung dapat dijabarkan bahwa dari 32 siswa kelas eksperimen yang mengikuti

pre-test dengan perolehan skor terbesarnya adalah 11 dan skor terkecilnya adalah 2.

Sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah siswa yang mengikuti pre-test juga sebanyak

32 siswa. Perolehan skor terbesarnya adalah 11 dan terkecilnya adalah 2.

Post-test

Post-test ini diberikan pada pertemuan terakhir, dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa setelah diberikan perlakuan pada kelas

eksperimen dengan model pembelajaran Problem Solving untuk kemudian dibandingkan

dengan siswa kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran Problem

Solving dengan materi persamaan kuadrat. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijabarkan

bahwa pada kelas eksperimen yang mengikuti post-test sebanyak 32 siswa dengan skor 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

terbesarnya 19 dan terkecilnya 9. Sedangkan pada kelas kontrol dari 32 siswa yang

mengikuti post-test dengan memperoleh skor terbesarnya adalah 19 dan skor terkecilnya

adalah 9. Perbandingan rata-rata skor kemampuan berpikir kritis matematis siswa

berdasarkan data pre-test dan post-test yang telah didapatkan selama peneliti mengadakan

penelitian baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1.

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Pre-testPost-test

Analisis Inferensial Data Pre-test

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi

normal atau tidak. Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Kuadrat (𝑋2) didapatkan hasil

data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas data, maka pengujian selanjutnya adalah uji homogenitas

varians, uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen atau heterogen.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, dan diperoleh kesimpulan

bahwa data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan

homogen, sehingga dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat menggunakan uji-t. Dari hasil analisis uji

kesamaan dua rata-rata hasil tes pre-test dapat diambil kesimpulan bahwa pre-test

kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah tidak terdapat perbedaan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol hal ini dikarenakan thitung ≤ ttabel yaitu thitung = 0,82 dan

ttabel = 2,00, dengan taraf signifikan α = 0,05. 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

Analisis Inferensial Data Post-test

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi

normal atau tidak. Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Kuadrat (𝑋2) didapatkan hasil

data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas data, maka pengujian selanjutnya adalah uji homogenitas

varians, uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen atau heterogen.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, dan diperoleh kesimpulan

bahwa data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan

homogen, sehingga dengan demikian uji perbedaan dua rata-rata antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol untuk data post-test dapat menggunakan uji-t. Dari hasil analisis uji

kesamaan dua rata-rata hasil tes post-test dapat diambil kesimpulan bahwa post-test

kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah rata-rata skor pemahaman konsep

matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Hal ini dikarenakan thitung >

ttabel yaitu thitung = 1,68 dan ttabel = 1,67, dengan taraf signifikan α = 0,05. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa”terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran

Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA

Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017”.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data awal (pretest) diperoleh bahwa data berdistribusi normal

dengan 𝑥2hitung < 𝑥2

tabel. Dengan skor rata-rata kelas eksperimen adalah 7,53 dan rata-rata

kelas kontrol adalah 7,03. Kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menghasilkan Fhitung

≤ Ftabel maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sama atau homogen, kemudian dilakukan pengujian kesamaan dua rata-rata dan diperoleh

bahwa thitung ≤ ttabel yaitu thitung = 0,84 dan ttabel = 2,00, dengan taraf signifikan α = 0,05.

Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok yang diteliti

dalam keadaan homogen (berangkat dari kondisi awal yang sama), meskipun kedua kelas

sama-sama belum melaksanakan pembelajaran. Pada tahap selanjutnya yaitu dilaksanakan

pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana kelas eksperimen diberi perlakuan

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan pada kelas kontrol pembelajaran secara

konvensional.

Pada awalnya, pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan

menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving mengalami sedikit hambatan.

Pembelajaran yang baru bagi guru maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian.

Pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru sedikit membuat mereka gaduh, karena

ada beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan siswa pada kelompok mereka. Untuk

memulai kegiatan pembelajarannya peneliti menjelaskan tentang tujuan pembelajaran serta

sekilas tentang materi yang akan dipelajari. Selanjutnya peneliti akan membagikan Lembar

Kerja Siswa (LKS). Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen peneliti menggunakan

model Problem Solving dengan panduan RPP. Proses pembelajaran tersebut menggunakan

LKS dan siswa diminta untuk berkelompok, awalnya siswa merasa binggung dan kesulitan

tetapi masalah tersebut dapat teratasi oleh peneliti dengan memberikan motivasi kepada

siswa, karena motivasi berpengaruh besar terhadap pencapaian belajar siswa sehingga

dapat menggerakan, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa

paling berguna dalam kehidupan siswa. Pembelajaran Problem Solving berusaha

memotivasi individu dengan meningkatkan rasa ingin tau siswa terhadap pemecahan

masalah serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan siswa tidak merasa

bosan dengan penggunaan model pembelajaran tersebut serta meningkatkan minat belajar,

menciptakan minat seperti ini merupakan jalan yang sangat baik untuk memotivasi diri

demi mencapai tujuan. Pada pertemuan ini siswa diajarkan untuk mengetahui tujuan atau

masalah yang terdapat pada soal, mengenal alasan dan bukti serta membuat dugaan-dugaan

matematis dalam menyelesaikan soal. Hal tersebut sesuai dengan indikator-indikator

berpikir kritis yang ingin kita capai.

Dengan berdiskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang

diberikan. Karena keterbatasan waktu, hanya ada dua kelompok yang berkesempatan untuk

memaparkan hasil diskusinya. Kedua kelompok tersebut masih terlihat sangat malu-malu

dan ragu pada saat pemaparan hasil diskusinya dan tidak ada satupun kelompok yang

memberikan tanggapan dalam diskusi tersebut. Setiap anggota kelompok lain terlihat ragu-

ragu untuk menyampaikan tanggapan mereka hingga pada akhirnya mereka hanya

menerima paparan dari kelompok yang menyampaikan hasil diskusinya. Hal ini

dikarenakan siswa belum terbiasa untuk meyampaikan pendapat dan tanggapannya di

depan kelas.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

Pada pertemuan kedua peneliti masih menggunakan LKS dalam proses

pembelajaran tersebut dan siswa diminta untuk kembali pada kelompoknya. Setelah

diberikan masalah yang berkaitan dengan persamaan kuadrat dan kemudian siswa diminta

untuk mengerjakan soal yang ada di LKS secara berkelompok dan mempresentasikannya

di depan kelas sebagai perwakilan kelompok kemudian mendiskusikannya dengan

kelompok lain yang dibantu oleh peneliti, sehingga siswa dapat memahami dan dapat

menyimpulkannya dengan tepat dan pada pertemuan ini siswa mulai mengembangkan

dugaan-dugaan matematis yang telah mereka buat sesuai dengan masalah yang diberikan.

Pertemuan ketiga, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan model Problem

Solving yang berbantukan LKS, dan siswa sudah terlatih menyelesaikan masalah yang

diberikan pada LKS dan saling bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing,

kemampuan berpikir kritis siswa meningkat, hal tersebut terlihat dari cepatnya siswa

menyelesaikan soal dengan proses penalaran serta pemikiran yang tepat walaupun masih

terdapat kekeliruan perhitungan pada perkalian dan sebagainya. Tapi pada pertemuan ini

dapat disimpulkan siswa sudah bisa menyelesaikan masalah yang diberikan dengan

mengenal alasan dan bukti pada soal, membuat rencana-rencana serta melaksanakan dan

siswa pun sudah dapat menarik kesimpulan dari penyelesaian masalah yang telah

dilakukan.

Setelah peneliti menyelesaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak tiga

pertemuan, maka pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan post-tes. Post-test tersebut

diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan juga kelas kontrol untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran.

Post-test tersebut sebagai tolak ukur untuk mengetahui pengaruh model Problem Solving

terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Setelah dilaksanakannya post-test

peneliti memeriksa hasilnya dan melakukan perhitungan, dari data tersebut peneliti

menemukan bahwa jawaban siswa di kelas eksperimen terlihat lebih baik dengan

penyelesaian yang jelas dan sesuai dengan proses berpikir, walupun masih ada beberapa

siswa yang melakukan kesalahan dalam perhitungannya, tetapi secara umum siswa kelas

eksperimen sudah bisa memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya

Berikut ini adalah cuplikan jawaban siswa kelas eksperimen pada saat test akhir

(post-test) yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang baik

dimana siswa tersebut mampu menerapkan langkah-langkah indikator berpikir kritis dari

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

suatu permasalahan yang diberikan serta mampu mengaplikasikan rumus volume ke dalam

sebuah permasalahan.

Gambar 1 Cuplikan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving ini

membiasakan siswa untuk bernalar dan berpikir terlebih dahulu sehingga siswa tersebut

dapat membangun pengetahunnya sendiri dalam memahami suatu permasalahan

matematika. Jika siswa terlibat langsung dalam pembentukan langkah-langkah

penyelesaian yang diajarkan, maka akan dengan mudah siswa dapat menyelesaikan

permasalahan matematika sesuai dengan caranya (Nurhayati., 2013:116). Sedangkan

kegiatan pembelajaran secara konvensional di kelas kontrol memfokuskan pembelajaran

pada guru dimana guru mendominasi setiap kegiatan pembelajaran. Hanya beberapa siswa

saja yang aktif selama pembelajaran sedang berlangsung sehingga sebagian siswa lainnya

yang kurang aktif tidak dapat memahami materi dengan baik.

Hal ini juga bersesuaian dengan hasil analisis data post-test menggunakan uji

perbedaan dua rata-rata dengan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 1,68> ttabel = 1.67. Dari

hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kritis

matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontol. Sehingga hipotesis

terbukti, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem solving

terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi

tahun pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

lembar jawaban siswa kelas eksperimen

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh model Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa

kelas X SMA Negeri Purwodadi. Diperoleh data tes akhir (post test) yaitu thitung > ttabel (1.68

> 1,67). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Kepada pendidik untuk dapat menerapkan model Problem solving sebagai upaya untuk

meningkatkan daya imajinasi dan kemampuan berpikir kritis matematis.

2. Kepada sekolah untuk dapat menerapakan model Problem Solving sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis, sehingga hal tersebut akan berpengaruh

terhadap mutu pendidikan yang ada di sekolah.

3. Kepada peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menggunakan model

Problem Solving untuk menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran serta dapat

merencanakan pembelajaran yang sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, M. Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ismaimuza, Dasa & Musdalifah, Selvy. 2013. Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II. 375-378. ISBN 978-602-8824-49-1.

Julita. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Melalui Pembelajaran Pencapaian Konsep.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi. Volume 2, 68-69. ISSN 2338-8315.

Nurhayati. 2013. Penerapan Langkah-Langkah Polya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Himpunan Di Kelas VII SMP Nasional Wani. Jurnal Elektronik pendidikan Matematika Tadulak,. 01 (01),116.

Oktanianty, Dany., dkk. 2013. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Antara Siswa Yang Belajar Dengan Metode Dooble Loop Problem Solving And Problem Posing Di Kelas VIII SMP Negeri 3 Depok . JMAP, 12 (2), 40.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel MARISA.docx · Web viewMasalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Problem Solving terhadap

. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau