MANLAB RSB JADI.docx

119
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT TIPE B Disusun Oleh : 1. Jati Wiyandari ( P07134113127 ) 2. Jhunnison ( P07134113128 ) 3. Krismia Sakti Dyah A. ( P07134113129 ) 4. Meilanda Puspita Sari ( P07134113130 ) 5. Mina Nur Ulfah ( P07134113131 ) JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Transcript of MANLAB RSB JADI.docx

Page 1: MANLAB RSB JADI.docx

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM

DI RUMAH SAKIT TIPE B

Disusun Oleh :

1. Jati Wiyandari ( P07134113127 )

2. Jhunnison ( P07134113128 )

3. Krismia Sakti Dyah A. ( P07134113129 )

4. Meilanda Puspita Sari ( P07134113130 )

5. Mina Nur Ulfah ( P07134113131 )

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2015

Page 2: MANLAB RSB JADI.docx

STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM

DI RUMAH SAKIT TIPE B

A. Persyaratan Lokasi, Bangunan dan Ruang, Prasarana, Peralatan dan Ketenagaan

pada Laboratorium di Rumah Sakit Tipe B

1. Persyaratan Lokasi

a. Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan untuk gedung

RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar, dan dekat dengan instalasi

rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi dan Kebidanan. Untuk laboratorium

forensik letaknya di daerah non publik (bukan area umum).

b. Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air

setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau porselen).

c. Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap bahan

kimia dan getaran serta tidak mudah retak.

d. Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah.

e. Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk cuci tangan

dan tempat cuci alat.

2. Persyaratan Bangunan

a. Atap

Umum

Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan

serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

Persyaratan atap :

1) Penutup atap

a) Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton harus dilapisi dengan

lapisan tahan air.

Page 3: MANLAB RSB JADI.docx

b) Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau genteng beton,

atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus dengan sudut

kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku.

c) Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi kebocoran,

penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari.

2) Rangka atap

a) Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.

b) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik dan

kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.

c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak mudah

berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.

b. Langit-langit

Umum

Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

Persyaratan langit-langit:

1) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor)

minimal 2,40 m.

2) Rangka langit-langit harus kuat.

3) Bahan langit-langit antara lain gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce

Concrete), bahan logam/metal.

c. Dinding dan Partisi

Umum

Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api,

kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.

Persyaratan dinding :

Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :

1) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.

Page 4: MANLAB RSB JADI.docx

2) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-

pori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu.

3) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.

4) dinding harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia

d. Lantai

Umum

Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidaklicin,

warna terang, dan mudah dibersihkan.

Persyaratan lantai :

Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :

1) tidak terbuat daribahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas

yang tinggi yang dapat menyimpan debu.

2) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.

3) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.

4) bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia

3. Lingkup Sarana Pelayanan

Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu

patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat

inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter

Praktek Swasta.

Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah :

a. Patologi klinik dengan pemeriksaan :

Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank

darah, Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana/

immunologi, Parasitologi dan mikologi, Mikrobiologi, Bakteriologis air, Kimia

Klinik.

b. Patologi Anatomi

Page 5: MANLAB RSB JADI.docx

Histopatologi lengkap, Sitologi lengkap, Histokimia, Imunopatologi, Patologi

Molekuler

c. Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat forensik,

Otopsi forensik, Perawatan/pengawetan mayat, Visum et repertum mayat, Visum

et repertum korban hidup, Medikolegal, Pemeriksaan histopatologi forensik,

Pemeriksaan serologi forensik, Pemeriksaan forensik lain, Toksikologi forensik.

Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut :

a. Blood Sampling

b. Administrasi penerimaan spesimen

c. Gudang regensia & bahan kimia

d. Fasilitas pembuangan limbah

e. Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku

4. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas

Tabel. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas Pada

Ruang Laboratorium

NO NAMA RUANGAN FUNGSI RUANGANBESAR

RUANG/LUASKEBUTUHAN FASILITAS

A. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

1. Ruang Administrasi dan

Rekam Medis

(Terdapat loket pendaftaran,

loket pembayaran, dan

loketpengambilan hasil)

Ruangan untuk staf

melaksanakan tugas

administrasi,

pendaftaran,

pembayaran dan

pengambilan hasil serta

ruangan untuk

penyimpanan sementara

berkasfilm pasien yang

3~5 m2/

petugas

Meja, kursi, computer,

printer, lemari, lemari arsip,

dan peralatan kantor

lainnya.

Page 6: MANLAB RSB JADI.docx

sudah dievaluasi.

2. Ruang Tunggu Pasien

& Pengantar Pasien

Ruangan pasien &

pengantar pasien

menunggu diberikannya

pelayanan lab.

1~1,5 m2/

orang

(min. 25 m2)

Tempat duduk, televisi &

Telp umum (bila RS

mampu),

3. Ruang Pengambilan/

Penerimaan Bahan/ Sample

Ruang tempat

pengambilan sample

darah, pengumpulan

sample urin, feses.

Ruangan ini dilengkapi

dengan toilet untuk

pengambilan sampel urin

dan feses

Sesuai

Kebutuhan

Meja. Kursi, jarum suntik

dan pipetnya, container urin,

timbangan, tensimeter.

4. Bank Darah Ruang tempat

pengambilan dan

penyimpanan persediaan

darah.

Sesuai

Kebutuhan

Meja, kursi, refrigerator,

freezer, blood pack

transporter, blood bank,

thermosealer, dll

5. Ruang Konsultasi Ruang tempat konsultasi

pasien dengan dokter

spesialis Patologi klinik.

Sesuai

Kebutuhan

Meja, kursi, dan peralatan

kantor lainnya.

6. Laboratorium Sero Imunologi Ruang pemeriksaan/

analilsis sero imunologi

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Mikroskop fluorescence,

sentrifuge, waterbath,

autoanalyzer imunologi,

rotator shaker, refrigerator,

freezer, incubator, pipet

otomatis dengan berbagai

ukuran, pipet volume

Page 7: MANLAB RSB JADI.docx

dengan berbagai ukuran,

washing sink.

7. Laboratorium Kimia Klinik Ruang pemeriksaan/

analilsis kimia klinik.

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Meja lab, spektrofotometer,

sentrifus, water bath,

electrophoresis protein,

autoanalyzer kimia,

electrolyte analyzer,

incubator, timbangan

analitik, blood gas analyzer,

pipet otomatis dengan

berbagai ukuran, pipet

volume dengan berbagai

ukuran, washing sink

8. Laboratorium Hematologi Ruang pemeriksaan/

analilsis hematologi dan

hemostasis, dll

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Meja lab, spektrofotometer,

autoanalyzer untuk

hemostasis, autoanalyzer

untuk hematologi,

hematologi elektrophoresis,

mikroskop binokuler,

mikroskop binokuler dengan

digital recorder, sentrifus,

sentrifus hematokrit, water

bath, Dift counter digital dan

manual, rolling mixer/

rotator, incubator,

haemocitometer,

refractometer, refrigerator,

Page 8: MANLAB RSB JADI.docx

pipet otomatis dengan

berbagai ukuran, pipet

volume dengan berbagai

ukuran, washing sink, timer,

stopwatch

9. Laboratorium Mikrobiologi Ruang pemeriksaan/

analilsis mikrobiologi

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Analytical balance,

autoclave, automatic

analyzer microbiologi,

sterilisator kering dan basah,

incubator, loop/kaca

pembesar, mikropscope

fluorescence, microscope

binocular dengan digital

reader, microscope

binocular, microtitation plate

incubator, petri dish, reader

antibiotic, reader patri dish,

rotator shaker, automatic

reader analyzer untuk

identifikasi dan resistensi

kuman, pipet otomatis

dengan berbagai ukuran,

Bunsen, densimat, bio

safety cabinet (BSC),

anaerobic jar, washing sink

10. Laboratorium Urinalis

Ket : Lab. Ini dapat

Ruang pemeriksaan/

analilsis urin

Sesuai

Kebutuhan dan

Automatic urin analyzer,

sentrifus, laboratory

Page 9: MANLAB RSB JADI.docx

digabungkan dengan lab.

Lain.

jenis alat yang

dipergunakan

refrigerator, microscope

binocular, refractometer,

water bath, washing sink

11. Ruang Penyimpanan Bio

Material

Ruang tempat

penyimpanan bio

material

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Rak, refrigerator, freezer, dll

12. Ruang Sputum/ Dahak Ruang tempat

pengambilan specimen

dahak

Sesuai

Kebutuhan dan

jenis alat yang

dipergunakan

Ruangan dengan resiko

pajanan tinggi, dilengkapi

fasilitas

penggantian/pertukaran

udara (exhause fan)

13. Gudang Regensia dan Bahan

Habis Pakai

Ruang tempat

penyimpanan regensia

bersih dan bahan habis

pakai.

Sesuai

Kebutuhan

Rak/Lemari

14. Ruang Cuci Peralatan Ruang tempat pencucian

regensia bekas pakai.

Sesuai

Kebutuhan

Lemari, sink

15. Ruang Diskusi dan Istirahat

Personil.

Ruang tempat diskusi

dan istirahat personil/

petugas lab.

Sesuai

Kebutuhan

Meja, kursi, lemari, dll

16. Ruang Kepala Laboratorium Ruang kerja kepala

laboratorium.

Sesuai

Kebutuhan

Kursi, meja, computer,

printer, dan peralatan kantor

lainnya.

17. Ruang Petugas Laboratorium Ruang tempat istirahat

petugas laboratorium.

Sesuai

Kebutuhan

Kursi, meja, sofa, lemari

18. Ruang Ganti/ Loker Ruang tempat ganti Sesuai loker

Page 10: MANLAB RSB JADI.docx

pakaian petugas

laboratorium.

Kebutuhan

19. Dapur Kecil (;Pantry) Sebagai tempat untuk

menyiapkan makanan

petugas.

Sesuai

Kebutuhan

Perlengkapan dapur, kursi,

meja, sink

20. KM/WC pasien KM/WC dan

pengambilan sampel.

2 m2 – 3 m2 Kloset, wastafel, bak air

21. KM/WC petugas KM/WC 2 m2 – 3 m2 Kloset, wastafel, bak air

Page 11: MANLAB RSB JADI.docx

B. Persyaratan Organisasi , Wewenang , Tanggung Jawab dan Uraian Tugas pada

Laboratorim di Rumah Sakit Tipe B

1. Struktur organisasi unit laboratorium Rumah Sakit Tipe B

ANALIS

LABORATORIUM

2. Uraian jabatan, Wewenang , Tanggung Jawab dan Uraian Tugas

a. Penanggung jawab laboratorium

Nama jabatan : Penanggung jawab laboratorium

MANAGER PENUNJANG MEDIK

KEPALA UNIT LABORATORIUM

PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM

ADMINISTRASI LABORATORIUM

PELAYANAN PEMERIKSAAN

LABORATORIUM

DIREKTUR

ANALIS

LABORATORIUM

ANALIS

LABORATORIUM

PETUGAS SAMPLING

Page 12: MANLAB RSB JADI.docx

Persyaratan jabatan :

a) Dokter Spesialis Patologi Anatomi

b) Memiliki sertifikat pelatihan tekhnis dan manajemen laboratorium kesehatan

sekurang-kurangnya 3 bulan,yang dilaksanakan oleh organisasi profesi

patologi klinik dan institusi pendidikan kesehatan bekerjasama dengan

kementrian kesehatan.

c) Memiliki kemampuan memimpin.

d) Sehat jasmani dan rohani.

1) Bertanggung jawab kepada:Direktur Utama dan ManagerYanmed.

2) Membawahi : Kepala ruangan unit laboratorium

3) Wewenang :

a) Menegur bawahannya yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur dan

peraturan Rumah sakit

b) Menginstruksikan kepada bawahannya untuk membuat evaluasi hasil kegiatan

c) Memberikan pembinaan kepada bawahannya dalam upaya pengembangan

laboratorium

d) Memberikan usulan dan pertimbangan mengenai kebutuhan tenaga

laboratorium

e) Memberikan usulan tentang pemberian surat peringatan kepada staf

dibawahnya

f) Memberikan usulan SDM untuk mengikuti pelatihan

g) Memberikan usulan atas pengajuan fasilitas laboratorium

4) Uraian Tugas :

a) Mengkoordinir kegiatan laboratorium

b) Merencanakan pengadaan alat laboratorium

c) Menentukan tugas dan fungsi petugas laboratorium

d) Membaca morfologi darah

e) Menentukan jenis reagent dan jenis pemeriksaan laboratorium

Page 13: MANLAB RSB JADI.docx

f) Mengadakan komunikasi dengan klinis

g) Menjawab konsul hasil dan pemeriksaan laboratorium

5) Tanggung Jawab :

a) Menjamin kepuasaan pelanggan atas kinerja dan etika SDM laboratorium

b) Menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan anggaran laboratorium

c) Menjamin hasil pemeriksaan yang optimal kegiatan pelayanan

d) Menjamin implementasi prosedur pelayanan medis tetap berjalan optimal

e) Pengawasan atas keberadaan,kondisi dan fungsi alat alat di laboratorium

f) Menjamin kelengkapan dokumentasi rekam medis

g) Memastikan pelaksanaan K3 di laboratorium

h) Menyampaikan usulan atau saran tentang kebutuhan laboratorium baik

sarana,peralatan,dan sumber daya manusia kepada Direktur Rumah Sakit

Tipe B

i) Mempertanggung jawabkan semua kegiatan di laboratorium Rumah Sakit Tipe

B

b. Kepala unit laboratorium

Nama jabatan : Kepala Unit Laboratorium

Persyaratan jabatan :

a) Persyaratan kemampuan

Teknis :

i. Memiliki kemampuan manajerial kepala unit laboratorium

ii. Memiliki kemampuan Hospital Service Excellent untuk pasien rawat inap

dan rawat jalan

iii. Memiliki kemampuan pengadaan dan perencanaan reagen laboratorium

iv. Memahami sistem dan prosedur pelayanan unit laboratorium

Manajerial :

Page 14: MANLAB RSB JADI.docx

i. Memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dan fungsi manajemen

sebagai Kepala Unit Laboratorium

ii. Memiliki jiwa kepemimpinan

iii. Mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat

iv. Mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama yang baik dengan

berbagai pihak

v. Mampu memberikan motivasi dan membangun etos kerja karyawan

vi. Mampu mengelola konflik (conflict management) dan keluhan (complaint

management)

Fisik :

i. Sehat jasmani dan rohani

ii. Cepat dan tanggap dalam melakukan segala hal

iii. Memiliki daya tahan tubuh yang kuat

iv. Tidak buta warna

v. Berpenampilan sopan, rapih dan menjunjung tinggi norma dan etika yang

berlaku umum

b) Persyaratan pengetahuan dan pengalaman

i. Pendidikan minimal diploma analis laboratorium

ii. Memiliki pengalaman 2 tahun dibidang yang sama

iii. Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang laboratorium

Rumah Sakit secara menyeluruh

c) Persyaratan Mental

i. Inisiatif : Tinggi

ii. Objektifitas : Tinggi

iii. Daya adaptasi : Cukup

iv. Daya konsentrasi : Tinggi

v. Konsistensi : Tinggi

vi. Kreatifitas : Cukup

Page 15: MANLAB RSB JADI.docx

vii. Ketelitian : Tinggi

1) Bertanggung jawab kepada : Manager Yanmed melalui Penaggung jawab

laboratorium, serta bertanggung jawab kepada Manager penunjang medis.

2) Mengkoordinasi kegiatan :

a) Pelaksanaan dan pengembangan pelayanan unit laboratorium.

b) Pelaksanaan dan pelayanan pendidikan di unit laboratorium.

3) Tugas Pokok :

a) Memimpin dan mengelola Unit Laboratorium untuk pencapaian Visi dan Misi

RS Tipe B

b) Mengembangkan pelayanan Unit Laboratorium sehingga mampu

memberikan pelayanan yang unggul dan berperan optimal sebagai revenue

center

c) Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Laboratorium

d) Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala

manajemen dan administrasi Unit Laboratorium

e) Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pemanfaatan

sediaan laboratorium

f) Membina hubungan baik intern dan ekstern RS

g) Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan laboratorium berjalan

baik dan lancer

4) Uraian Tugas :

a) Menyebarluaskan dan membangun pengetahuan dan kesadaran mengenai

visi (shared vision), misi, tujuan dan value RS kepada seluruh staf Unit

laboratorium

b) Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian

dan evaluasi (POACE) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Umit

laboratorium

c) Memberikan usulan program kerja dan anggaran Unit laboratorium

Page 16: MANLAB RSB JADI.docx

d) Mensosialisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi Hospital

Service Excellence untuk seluruh staf Unit Laboratorium

e) Mengembangkan kemampuan SDM Unit laboratorium sehingga berperan

aktif terwujudnya pelayanan laboratorium yang unggul

f) Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas kerja staf

bawahannya

g) Memberikan laporan tertulis secara berkala (bulanan, triwulan, tahunan)

disertai analisa dan rekomendasi kepada Manager Penunjang Medis sesuai

format yang telah ditetapkan, tentang kegiatan pelayanan di Unit

Laboratorium, yang terdiri dari :

i. Laporan jumlah pemeriksaan laboratorium harian

ii. Laporan kegiatan laboratorium bulanan

iii. Laporan pendapatan bulanan laboratorium

iv. Laporan pemakaian reagen bulanan

v. Laporan permintaan reagen bulanan

vi. Laporan pemeriksaan rajal dan ranap bulanan

vii. Laporan pemeriksaan rujukan keluar bulanan

viii. Laporan 10 besar rujukan dari luar ke laboratorium RS Tipe B bulanan

ix. Laporan audit internal laboratorium bulanan

x. Laporan insentif jasa pelayanan triwulan

xi. Berkoordinasi dengan unit terkait baik rawat inap maupun rawat jalan

xii. Membuat minimal stok reagen laboratorium

xiii. Mengatur dan mengadakan evaluasi terhadap kinerja analis

laboratorium melalui pertemuan internal setiap 1 kali dalam sebulan,

dan membuat dokumentasinya untuk diserahkan kepada manajer

penunjang medis

xiv. Mengajukan kalibrasi dan maintenance alat laboratorium dan

membuat dokumentasinya

Page 17: MANLAB RSB JADI.docx

xv. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan

5) Wewenang :

a) Menyetujui/menolak ijin/cuti staf bawahannya

b) Menyetujui/menolak kerja lembur staf bawahannya

c) Membina/membimbing staf bawahannya khususnya staf baru

d) Menetapkan nilai prestasi kerja staf bawahannya

e) Memberikan teguran secara lisan terhadap staf bawahannya

f) Mengajukan permintaan barang-barang keperluan unit laboratorium kepada

pihak terkait sesuai prosedur yang berlaku

g) Menetapkan/menyetujui suatu tindakan yang dianggap perlu dilakukan

dalam suatu keadaan tertentu

6) Tanggung jawab :

a) Terhadap upaya pencapaian Visi dan Misi RS

b) Terhadap upaya menjujnung tinggi value perusahaan

c) Terhadap Brand Image RS dan Hospital Service Excellence

d) Terhadap pelayanan unit laboratorium yang unggul

e) Terhadap pengembangan pelayanan unit laboratorium

f) Terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen unit laboratorium

g) Terhadap kebenaran, ketepatan dan keakuratan laporan kinerja unit

laboratorium

h) Terhadap kinerja staf unit laboratorium

i) Terhadap kebenaran penilaian kinerja (PPK) staf unit laboratorium

j) Terhadap kelengkapan, ketersediaan dan kualitas sarana, prasarana dan

peralatan (SPP) unit laboratorium

k) Terhadap komunikasi dan kerjasama dengan unit-unit kerja yang terkait

langsung dan tidak langsung dengan pelayanan unit laboratorium

c. Administrasi laboratorium

Page 18: MANLAB RSB JADI.docx

Nama jabatan : Administrasi Laboratorium

Persyaratan jabatan : D3 Analis Kesehatan / SMAK

Bertanggung jawab kepada : Kepala Unit

1) Uraian tugas :

a) Memeriksa pengantar pemeriksaan laboratorium dari dokter

b) Menginput data pasien ke SIM RS

c) Memastikan kuitansi pembayaran pasien benar untuk kemudian

dilakukan pemeriksaan

d) Menginput hasil pemeriksaan laboratorium dan menyerahkannya ke

pasien

e) Mencatat nama pasien, jenis pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan dokter

yang merujuk ke buku besar

2) Wewenang :

a) Terhadap ketepatan identitas pasien

b) Terhadap jenis pemeriksaan pasien

3) Tanggung jawab :

Terhadap semua pencatatan jenis pemeriksaan dan hasil pemeriksaan

pasien

d. Petugas sampling

Nama jabatan : Petugas Sampling Laboratorium

Persyaratan jabatan : D3 Analis Kesehatan / SMAK

Bertanggung jawab kepada : Kepala Unit

1) Uraian tugas :

a) Mempersiapkan perlengkapan sampling ( sesuai dengan kebutuhan )

b) Memastikan tepat pasien yang akan diambil darahnya

c) Melakukan pengambilan sampel darah pasien

Page 19: MANLAB RSB JADI.docx

d) Memastikan sampel darah pasien sesuai dengan nama yang tertera di label

darah

e) Memastikan sampel darah yang diambil sesuai dengan criteria darah yang

akan diperiksa

2) Wewenang :

a) Terhadap pelabelan nama pasien

b) Terhadap ketepatan sampling

c) Terhadap sampel pasien

3) Tanggung jawab :

Terhadap sampel darah pasien

e. Petugas pelayanan pemeriksa laboratorium

Nama jabatan : Petugas pelayanan pemeriksa Laboratorium

Persyaratan jabatan : D3 Analis Kesehatan / SMAK

Bertanggung jawab kepada : Kepala Unit

1) Uraian tugas :

a) Bertanggung jawab atas kalibrasi, maintenance dan control laboratorium

dalam keadaan baik

b) Mengecek persediaan reagen ( Kimia termasuk PCCC1, C FAS, CFAS

LIPID, Hematologi 3diff dan 5 diff)

c) Mengecek persediaan form kebutuhan laboratorium dan bahan habis

pakai (BHP)

d) Membersihkan tabung- tabung yang akan dipakai dan merapihkannya ke

tempat penyimpanan

e) Membersihkan dan merapihkan prasarana pemeriksaan laboratorium

seperti meja sampling, micropipette, dll

f) Melakukan pemeriksaan sampel darah pasien sesuai dengan jenis

pemeriksaan dan SOP pemeriksaan di laboratorium

Page 20: MANLAB RSB JADI.docx

2) Wewenang :

Terhadap kebenaran hasil pemeriksaan

3) Tanggung jawab :

a) Terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pasien

b) Kebersihan dan kerapihan sarana dan prasarana yang ada di

laboratorium

Page 21: MANLAB RSB JADI.docx

C. Pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Tipe B menetapkan jenis

pemeriksaan dilakukan oleh petugas yang kompeten dan berpengalaman

untuk melakukan dan/atau menginterpretasikan hasil pemeriksaan

1. PEMERIKSAAN APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)

Kompetensi Pranata Laboratorium :

a. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan APTT

b. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan

pembuatan plasma sitrat

c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium

hematologi.

d. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian APTT dan

pemakaian alat koagulometer dengan benar.

e. Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,

kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.

f. Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan APTT.

g. Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses

teknik operasioanl.

h. Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji

melalui evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.

i. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

Metode : photometric dengan COAGULATION ANALYZER

1. Hidupkan alat dengan menekan saklar on pada bagian belakang alat.

2. Alat akan melakukan cek automatis.

3. Tulisan CLOT akan muncul pada layar.

4. Masukkan tanggal pada layar dengan menekan angka kemudian tekan Enter.

5. Dari menu utama tekan 3 untuk memilih test kemudian Enter.

Page 22: MANLAB RSB JADI.docx

6. Pilih test dan tekan Enter.

7. Pada layar akan muncul program tekan 0 kemudian tekan enter akan muncul

jenis test

8. Pilih program APTT kemudian tekan enter.

9. Campur satu bagian larutan trisodium sitrat (0,11 mol/L) dan 9 bagian darah.

10. Masukkan ke dalam centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm.

Simpan pada suhu 2-8°C untuk penyimpanan selama 2 jam jika belum akan

digunakan.

11. Campur ampel plasma dan Imidazole Buffer dengan perbandingan 1 sampel

dengan 10 Imidazole (0,1 ml plasma dan 0,9 ml Imidazole Buffer).

12. Ambil 200 µl campuran tadi lalu masukan ke dalam cuvet test.

13. Masukkan ke tabung tes dari test.

14. Tekan YES alat akan mencetak program. bila tidak tekan NO.

15. Tekan Enter maka alat akan melalukan perhitungan inkubasi selama 180

detik. ketika hitungan telah mencapai 160 detik pindahkan cuvet test ke posisi

pemeriksaan yaitu lubang di depan alat yang berdiri sendiri. Setelah waktu

mencapai 180 detik dan alarm berbunyi, masukakan 100 µl fibrinogen reagen,

lalu tutup dengan penutup.

Catatan : pemakai harus memindahkan cuvet dari posisi inkubasi ke posisi

pembacaan sebelu waktu inkubasi selesai.

Nilai Rujukan

Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik.

APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama

jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu

dianggap abnormal. APTT memanjang dijumpai pada :

1. Defisiensi bawaan

o Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :

Page 23: MANLAB RSB JADI.docx

Faktor VIII

Faktor IX

Faktor XI

Faktor XII

o Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan

kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor)

o Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.

2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :

o Penyakit hati (sirosis hati)

o Leukemia (mielositik, monositik)

o Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)

o Malaria

o Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular

coagulation (DIC)

o Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating

anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)

o Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

2. PEMERIKSAAN PPT (PLASMA PROTROMBHINE TIME)

Kompetensi Pranata Laboratorium :

a. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan PTT

b. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan

pembuatan plasma sitrat

c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium

hematologi.

Page 24: MANLAB RSB JADI.docx

d. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian PTT dan

pemakaian alat koagulometer dengan benar.

e. Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,

kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang

dilakukan.

f. Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan PTT.

g. Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses

teknik operasioanl.

h. Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji

melalui evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.

i. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

Prinsip : Kalsium yang ada dalam darah diikat dengan antikoagulan untuk

mencegah koagulasi. Plasmanya yang mengandung semua faktor koagulasi

ekstrinsik kecuali Ca, ditambahkan Ca dan tromboplastin. Waktu yang

dibutuhkan untuk koagulasi dinyatakan sebagai masa proterombin.

Cara Kerja :

1. Membuat plasma sitrat 9:1 sebanyak 3 ml

2. Sentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.

3. Menghitung nilai PPT pada alat koagulometer dengan cara :

a. Pada layar MENU, ditekan tombol TEST dan mengatur test sampel

selanjutnya.

b. Memasukkan 50l sampel plasma dengan transferpette dan secara

otomatis menginkubasi selama 3 menit.

c. Setelah 3 menit, alram bebbunyi dan memasukkan 100l reagen ke dalam

kuvet kemudian secepatnya dtekan TEST dan menutup kuvet.

d. Menunggu beberapa detik dan hasil akan muncul pada layar.

Nilai normal : 11- 15 detik.

Nilai rujukan yang tidak normal (waktu PTT lama) mengindikasikan:

Page 25: MANLAB RSB JADI.docx

a. Hemophilia

b. Von Willebrand Disease (penyakit gangguan pendarahan, disebabkan

defisiensi faktor penggumpalan)

c. Faktor penggumpalan darah rendah atau tidak ada sama sekali

d. Sindrom Neprotic

e. Sirosis

f. Antiphospolipid Antibody Syndrome

g. Lupus Anticoagulant Syndrome

h. Defisiensi Faktor XII

i. Disseminated Intravascualr Coagulation (DIC)

j. Pasien sedang menjalani terapi Heparin

k. Hypofibrinogenemia

3. Pemeriksaan Hematokrit

1. Jenis Pelayanan :

Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :

1. Metode makrohematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau

heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110

mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian

disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom

eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.

2. Metode mikrohematokrit

Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin

atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang

mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler

yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah)

untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan

Page 26: MANLAB RSB JADI.docx

(bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat. Prosedur

pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler

sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul

(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi

kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan

dalam vol %.

2. Jenis Spesimen : Darah Kapiler atau Darah Vena.

3. Kompetensi Pranata Laboratorium :

a. Melakukan pengambilan darah

b. Melakukan pemeriksaan darah rutin

c. Melakukan pemeriksaan darah lengkap

d. Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus pendarahan

4. Nilai normal Hematokrit :

Pria             : 40% - 50%   SI unit   : 0.4 - 0.5

Wanita        : 35% - 45%   SI unit   : 0.35 - 0.45

Implikasi Klinik :

1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),

reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid.

Penurunan sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang

hingga parah.

2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan

paru-paru kronik, polisitemia dan syok.

3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel

eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.

Page 27: MANLAB RSB JADI.docx

4. pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah

lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul

pada volume yang lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.

5. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%

6. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin

Faktor Pengganggu

Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian

juga hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun

pada hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai

umur dan jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir

memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih

rendah dibandingkan laki-laki. 

Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok

umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah

pada kelompok umur ini. selain itu dehidrasi parah karena berbagai sebab juga

dapat meningkatkan nilai Hct didalam darah.

Hal Yang Harus diwaspadai

Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian, Hct > 60%

terkait dengan pembekuan darah spontan.

4. Pemeriksaan Kultur Bakteri

1. Jenis Pelayanan :

Page 28: MANLAB RSB JADI.docx

Kultur atau biakan campuran mengandung dua atau lebih spesies

bakteri   dan dapat dengan mudah dipisahkan berdasarkan karakteristik

koloni atau dengan uji biokimia.

Secara berkala organisme harus dipindahkan ke media segar supaya bisa

terus hidup. Teknik Kultur   tidak hanya menyediakan organisme    tetapi juga

memungkinkan untuk pemisahan sel-sel bakteri untuk mendapatkan koloni

terisolasi. Prosedur kultur ini dikenal sebagai teknik isolasi.

Streak pada lempeng agar   memungkinkan untuk pertumbuhan koloni

terisolasi pada permukaan agar. Koloni terisolasi adalah koloni yang tidak

menyentuh koloni lainnya dan lainnya diasumsikan sebagai kultur murni

Koloni ini dapat diakses dengan mudah untuk melakukan pewarnaan dan

Identifikasi.   Morfologi koloni sangat berguna dalam mengidentifikasi

organisme.   Saat organisme dapat tumbuh secara berbeda pada berbagai

media, jenis media yang digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari

morfologi kolonial. Unsur-unsur lain deskripsi kolonial koloni meliputi warna,

hemolisis (jika ditanam di agar darah), bentuk, elevasi dan margin.    

Bentuk mengacu pada penampilan keseluruhan koloni. Elevasi adalah

ketinggian yang  dicapai koloni   pada permukaan agar.  Tepi koloni disebut

sebagai margin.

1.  Trypticase Soy Agar

TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa

tumbuh pada media ini.

Page 29: MANLAB RSB JADI.docx

Foto : TSA

Cara Pembuatan :

10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest,

kemudian dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu

120 0C selama 15 menit. Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu

sampai mengeras.

Page 30: MANLAB RSB JADI.docx

Foto : TSA dalam botol

2. Nutrien Agar

Foto : Nutrien Agar

Nutrien agar merupakan media kultur universal untuk pertumbuhan

mikroorganisme/bakteri. Jenis bakteri yang dapat tumbuh pada nutrient agar

Page 31: MANLAB RSB JADI.docx

lebih sedikit dibandingkan dengan TSA. Nutrien Agar lebih sering digunakan

dibandingkan TSA untuk menghindari terjadi

Kandungan : Pepton dari dari daging, ekstrak dagingn, agar-agar.

Cara pembuatan : Larutkan 20 g/L nutrien agar (bubuk) autoclave 15 menit

pada suhu121 0C, PH 7.0±0.2

Tutup : kapas putih

3. Louwenstein – Jensen

Foto: media Louwenstein – Jensen

Kegunaan media Louwenstein – Jensen : Kultur dan test resistensi

dariMycobacterium tuberculosis.

Kandungan :Potasssium hydrogen phospat, magnesium sulfat heptahydrat,

trimagnesium dicitrat 14-dehidrat, lasparigin,potato meal, malachite green

Glycerol, telur yang dihomogenkan.

Page 32: MANLAB RSB JADI.docx

Cara Pembuatan:

Larutkan 37.5 g pada 0.6 L akuades, kalau di inginkan tambah 12 ml

glycerol ,(autoclave) dinginkan sampai suhu sekitar 50 ± C, tambah 1 L telur

yang dihomogenkan (dari telur ayam betina segar dalam kondisi steril,putar

untuk dihomogenkan campuran untuk menghindari beantukgelembung ),

bagikan ketabung reaksi steril diarkan membeku dengan kondisi miring

dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 85 0C pada inspissator yang

penuh dengan uap air atau uap air panas

yang mengalir bebas. Media harus di panaskan lebih dari satu kali setelah 24

jam untuk menjamin sterilitasnya, Ph 4.8 ± 0.2.

Foto : media Louwenstein – Jensen untuk uji sensitivitas

Catan: Untuk uji sensitifitas media ditambah dengan antibiotik dengan jenis

tertentu.

2. Jenis Spesimen : Mikroorganisme atau Bakteri

3. Kompetensi Pranata Laboratorium :

a. Menjelaskan morfologi dan metabolisme bakteri-bakteri patologis

Page 33: MANLAB RSB JADI.docx

b. Melakukan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi klinik

c. Membuat media pembenihan

d. Melakukan pewarnaan bakteri

e. Melakukan uji aseptik

4. Nilai Normal : Pada media tidak ada bakteri yang

tumbuh

5. CROSSMATCH

A. Crossmatch bertujuan untuk:

1. Untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai/kompatibel

sehingga tidak menimbulkan reaksi serta bermanfaat sel darah merah donor

bisa hidup di dalam tubuh pasien.

2. Mengetahui apakah penderita tidak mengandung antibodi yang reaktif terhadap

eritrosit donor.

Ada/tidaknya antibodi komplet (IgM) maupun inkomplet (IgG) dalam serum

pasien maupun serum donor.

3. Ada crossmatch 1 donor dan crossmatch 2 donor

a. Crossmatch 1 donor

1) Fase 1 : Fase Suhu Kamar

a) Diambil 3 buah tabung reaksi, dimasukkan ke dalam masing-

masing tabung:

Tabung I

Mayor Test : 2 tetes serum pasien+1 tetes sel donor

5%

Tabung II

Page 34: MANLAB RSB JADI.docx

Minor Test : 2 tetes serum donor+1 tetes sel pasien

5%

Tabung III

Autokontrol : 2 tetea serum pasien+1 tetes sel

pasien 5%

b) Tabung dikocok hingga homogeny

c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka hentikan

pemeriksaan

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke

fase II

2) Fase II : Fase Inkubasi dalam Bovie Albumin

a) Ditambahkan 2 tetes bovie albumin 22% ke dalam masing-

masing tabung minor dan mayor

b) Tabung dikocok hingga homogeny, inkubasi 37˚C selam 15

menit

c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka hentikan

pemeriksaan

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke

fase III

3) Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)

a) Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan

saline

b) Ditambahkan 2 tetes coomb’s serum ke dalam masing-masing

tabung

c) Tabung dikocok hingga homogeny

Page 35: MANLAB RSB JADI.docx

d) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

e) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel

4) Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3

negatif

a) Ditambahkan 1 tetes coomb’s control cells (CCC) ke dalam

masing-masing tabung

b) Tabung dikocok hingga homogeny

c) Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit

d) Dibaca hasil :

(+) terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan benar/valid

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan tidak benar

(diulang kembali)

b. Crossmatch 2 donor

1) Fase Salin/Fase Rutin

Mayor I : 1 tetes sel eritrosit 5% donor I+2 tetes plasma pasien

II : 1 tetes sel eritrosit 5% donor II+2 tetes plasma pasien

Minor I : 2 tetes plasma donor I+1 tetes sel eritrosit 5% pasien

II : 2 tetes plasma donor II+1 tetes sel eritrosit 5% pasien

Autokontrol : 1 tetes sel eritrosit 5% pasien+2 tetes plasma pasien

Autopool : 2 tetes plasma (donor1,2)+1 tetes sel eritrosit 5% (donor

1,2)

Tabung dikocok hingga tercampur homogen

Diputar pada 1000rpm selama 1 menit

Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi

Jika tidak terjadi hemolisis dan aglutinasi maka

dilanjutkan ke fase II

2) Fase inkubasi dengan Bovine Albumin

Page 36: MANLAB RSB JADI.docx

Ditambahkan 2 tetes bovine albumin ke dalam masing-masing

tabung

Tabung dikocok hingga homogeny dan diinkubasi pada suhu

37˚C selama 15 menit

Diputar pada 1000 rpm slama 1 menit

Dibaca reaksinya terhadap hemolisis dan aglutinasi

Jika tidak terjadi hemolisis dan aglutinasi maka dilanjutkan

fase III

3) Fase AHG

Sel darah merah dicuci dalam tabung sebanyak 3 kali dengan

salin

Ditambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes coomb’s serum

Tabung dikocok hingga tercampur homogen

Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit

Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi

B. Kompetensi Pranata Laboratorium

1. Pranata Laboratorium menggunakan APD saat melakukan kegiatan

pemeriksaan

2. Pranata Laboratorium harus mampu melakukan sampling atau pengambilan

darah dengan baik dan benar

3. Pranata Laboratorium harus mampu dan mengetahui penggunaan reagen

dengan benar

4. Pranata Laboratorium harus mampu cara menggunakan centrifuge dengan

baik dan benar

5. Pranata Laboratorium harus mampu cara menggunakan incubator dengan

baik dan benar

Page 37: MANLAB RSB JADI.docx

6. Pranata Laboratorium harus mampu menggunakan alat-alat gelas yang

digunakan dengan baik dan benar serta berhati-hati

7. Pranata Laboratorium harus menjaga kebersihan dan ketenangan selama

berada di dalam laboratorium

C. Interpretasi Hasil

Jika langkah-langkah telah dilakukan dan hasilnya negatif (-), hal ini

menunjukkan bahwa darah donor sesuai/kompatibel dengan darah resipien,

sehingga tidak akan menimbulkan reaksi, maka transfuse dapat dilakukan.

Page 38: MANLAB RSB JADI.docx

6. ASAM URAT

A. Langkah Kerja Pemeriksaan Asam Urat

1. Fotometrik

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b) Dilakukan pemipetan sebagai berikut:

Blanko Standar Sampel

Aquadest 20 µl - -

Serum - - 20 µl

Standar - 20 µl -

Reagen 100 µl 1000 µl 1000 µl

c) Dicampur, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 10 menit

d) Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546nm

2. Manual

a) Disinfeksi jari tangan yang akan diambil darah kapilernya dengan alkohol

70% ditunggu sampai mongering

b) Alat untuk memeriksa dinyalakan

c) Dipasang tes strip pada alat tersebut

d) Dilakukan pengambilan darah kapiler, darah yang keluar pertama dihapus

dahulu menggunakan kapas kering

e) Darah berikutnya dimasukkan ke dalam tes strip

f) Jari yang sudah di suntik di lap menggukan kapas kering

g) Ditunggu hingga hasilnya muncul pada layar

B. Kompetensi Pranata Laboratorium

1. Pranata Laboratorium menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan

2. Pranata Laboratorium mampu mebuat serum

Page 39: MANLAB RSB JADI.docx

3. Pranata Laboratorium mampu melakukan samling pada darah kalpiler dengan baik dan

benar

4. Pranata Laboratorium harus mampu menggunakan alat gelas pada laboratorium dengan

baik dan benar serta berhati-hati

5. Pranata Laboratorium harus mampu dan mengetahui cara menggukan reagen yang

digunakan dengan baik dan benar serta menggunakan secukupnya

6. Pranata Laboratorium mampu menggunakan spektrofotometri dengan baik dan benar

7. Pranata Laboratorium mampu menjaga kebersihan serta menjaga ketenangan saat

berada di dalam laboratorium

C. Interpretasi Hasil

Nilai normal asam urat laki-laki: 3,5-7,2 mg/dl

Nilai normal asam urat perempuan : 2,6-6,0 mg/dl

7. PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH ( LED )

Metode : a. Westergreen

b. Wintrobe

Prinsip :

1. Westergreen

Darah yang berantikoagulan dimasukkan kedalam pipet atau tabung khusus

( Westergreen ) yang diletakkan tegak lurus, dan hasil dibaca ( dalam mm/jam ) setelah satu

jam. Akan terjadi kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit.

Harga normal : 0-10 mm/jam

Wanita : 0-15 mm/jam

2. Wintrobe

Darah dengan antikoagulan tertentu dimasukkan dalam tabung khusus dengan

volume tertentu dalam posisi tegak lurus, kemudian kecepatan pengendapan sel darah

Page 40: MANLAB RSB JADI.docx

merah diukur dalam waktu tertentu yang terlihat sebagai tinggi kolom plasma yang

dinyatakan dalam mm/jam.

Harga normal : 10 mm/jam

Wanita : 20 mm/jam

Alat dan Bahan :

A. Sampel

- Darah+EDTA

B. Metode Westergreen

- Tabung westergeen

- Karet penghisap

- Penyangga tabung + karet penutup

- Spuit

- Torniquitte

- Kapas alcohol

C. Metode Wintrobe

- Tabung Wintrobe

- Botol penampung darah

-. pipet pastuer

Bahan Pemeriksaan :

- Darah vena + EDTA

Reagensia :

- Larutan NaCl

- Alcohol 70 %

- Antikoagulan

Dasar Teori :

- LAJU ENDAP DARAH ( LED )

LED Sering diistilahkan juga dalam

Page 41: MANLAB RSB JADI.docx

a. BBS : Blood Bezenking Snelheid

b. BSR : Blood Sedimentation Rate

c. BSE : Blood Sedimentation Eritrocyt

d. BS : Blood Sedimentation

e. ESR : Eritocyt Sedimentation Rate

Definisi LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sample yang

diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam.

Azaz menurut Wintrobe :

Sedimentasi eritrosit ada disebabkan oleh perubahan dari survace charge eritrosit yang

menyebabkan eritrosit-eritrosit tersebut saling menyatukan diri sehingga mengendap.

Perubahan-perubahn dari survace charge eritrosit tersebut dipengaruhi oleh perubahan-

perubahan plasma, terutama oleh sifat physical dari plasma colloid.

Cara Kerja :

1. Westergreen

a. pipet darah sampai tanda 1.6. masukkan kedalam tabung reaksi

b. pipet larutan NaCl sampai tanda 0,4.masukkan kedalm tabung reaksi lalu

dicampur

c. dengan pipet wetergreen, campurn tadi dipipet sampai tanda 0

d. letakkan pipet pada rak dengan posisi vertical atau tegak lurus pada suhu 18°c-

25°c

e. setelah 1 jam baca hasilnya dalam satuan mm/jam

2. Wintrobe

a. Darah EDTA dipipet dengan pipet pastuer panjang dan diisikan pada tabung wintrobe

sampai tanda 0 dan jangan sampai terjadi gelembung udara, bila terjadi pengisian diulang

b. tabung wintrobe diletakkan tegak lurus

c. diamkan selama 1 jam

d. hasil dapat dilihat dengan membaca tinggi plasma pada skala tabung

Page 42: MANLAB RSB JADI.docx

Hasil Pengamatan :

Cara Wintrobe : ….. mm/jam

Cara westergreen :……mm/jam

Catatan :

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.anti koagulan dan darah harus dicampur dengan baik/rata

2. hindari terjadinya homolisa

3.tabung yang dipakai harus bersih dan kering

4. cara menaruh pipet atau tabung LED harus dalam posisi tegak lurus karena

sangat berpengaruh banyak terhadap hasil LED

Kompetensi Pranata Laboratorium :

Melakukan pemeriksaan Hematologi :

1. Melakukan pengambilan darah

2. Melakukan pemeriksaan darah rutin

3. Melakukan pemeriksaan darah lengkap

4. Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus perdarahan

5. Melakukan pemeriksaan kimia klinik

6. Melakukan pemeriksaan faal ginjal

7. Melakukan pemeriksaan faal hati.

8. Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik

operasioanl.

9. Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui

evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.

10. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

Page 43: MANLAB RSB JADI.docx

8. PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT

Metode : Jendrasik-Grof

Prinsip :

1. Bilirubin indirect

Dengan penambahan reagen bilirubin total,dimana asam sulfanic direaksikan dengan

natrium terjadi Diazoned Sulphanic Acid ( DSA ) yang berikatan dengan bilirubin

accelerator membentuk zat warna azo.

2. Biirubin direct

Dengan penambahan bilirubin direct dimana asam sulfanic direaksikan dengan Natrium

nitrit menjadi diazotasi dan membentuk direct azobilirubin.

Dasar Teori :

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin

dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%

bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak

larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin

untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu

dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses

konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran

empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi

urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin

terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk

azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin

langsung.

Alat dan Bahan :

Page 44: MANLAB RSB JADI.docx

a. Alat

- Kuvet

- Transferpette

- Tip 100 ,1000 , 500

- Spektrofotometer

- Tisu

b. Bahan

- Serum

- Reagen

R1 : Sulfanic acid 29 mmol/L

HCl buffer 170 mmol/L

R2 : Sodium Nitrit 29 mmol/L

R3 : Cafein 130 mmol/L

Sodium benzoate 156 mmol/L

Sodium acetat 460 mmol/L

R4 : Felij solution

Potassium sodium tartrat 930 mmol/L

Sodium hidroksida 1.9 mmol/L

Cara Kerja :

A. Bilirubin Total

Blanko sampel Sampel

R1 100

R2 -

R3 500 500

Serum 100 100

Campur, inkubasi 10-60 menit pada suhu 15-25°c

Page 45: MANLAB RSB JADI.docx

Reagen 500 500

Campur, inkubasi 5-20 menit pada suhu 15-25°c, baca Absorban pada

panjang gelombang 518 nm

B. Bilirubin direct

Blanko sampel Sampel

R1 100 100

R2 - 20

R3 1000 1000

Serum 100 100

Campur, inkubasi 5 menit, pada suhu 15-25°c, baca Absorban pada panjang

gelombang 546 nm

Hasil dan Perhitungan :

- Bilirubin total = Abs bilirubin total X 10.5

- Bilirubin direct = Abs bilirubin direct X 14.0

- Bilirubin indirect = Abs bilirubin total - Abs bilirubin direct

Nilai Normal :

- Bilirubin total

Dewasa : 0,1-1,2 mg/dl

- Bilirubin direct

Dewasa : 0,2 mg/dl

Kompetensi Pranata Laboratorium :

Page 46: MANLAB RSB JADI.docx

Melakukan pemeriksaan Kimia Klinik :

1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Bilirubin

2. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan pembuatan

plasma sitrat

3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium kimia klinik

4. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode Jendrasik-Grof

5. Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan

penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.

6. Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik

operasioanl.

7. Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui

evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.

8. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

9. WIDAL

Jenis pelayanan pada laboratorium klinik imunoserologi

Gambaran klinis penyakit demam tifoid sangat bervariasi dari hanya sebagai

penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan

komplikasi dan kematian. Hal ini mungkin menyebabkan seorang ahli yang sudah

berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan dalam menegakkan diagnosis demam tifoid

apabila hanya berdasarkan gambaran klinis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium

mikrobiologi tetap diperlukan untuk memastikan penyebabnya. Tes ideal untuk suatu

pemeriksaan laboratorium seharusnya bersifat sensitif, spesifik, dan cepat diketahui

hasilnya. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid yang ada

sampai saat ini adalah dengan metode konvensional, yaitu kultur kuman dan uji serologi

Page 47: MANLAB RSB JADI.docx

Widal serta metode non-konvensional, yaitu antara lain Poly-merase Chain Reaction (PCR),

Enzyme Immunoassay Dot (EIA), dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

1. DEFINISI

Widal test merupakan suatu uji serum darah yang memakai prinsip reaksi agglutinasi

untuk mendiagnosa demam typhoid. Dengan kata lain merupakan tes serologi yang

digunakan untuk mendeteksi demam typhoid.

2. PRINSIP

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita

dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila

terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan

pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam

laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan.

Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi

dalam serum.

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/

peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan

waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal

peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan

dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal

peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang

digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari

jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang

lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah

enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan

Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang

bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa

Page 48: MANLAB RSB JADI.docx

dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat memproduksi

antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis demam typhoid.

Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas

masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar

34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada kasus demam

tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal

sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.

Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter

penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :

Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya

terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100°C selama 2–5 jam,

alkohol dan asam yang encer.

Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan

berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki

beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan

pada pemberian alkohol atau asam.

Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis

dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C,

dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

Outer Membrane Protein (OMP)

Page 49: MANLAB RSB JADI.docx

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya.

OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan

komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran

hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap

proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP

A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih

belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang

sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.

3. INTERPRETASI HASIL

Interpretasi dari uji widal ini harus memperhatikan beberapa factor antara lain

sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status

gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; saat pengambilan specimen;

gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non endemis); factor

antigen; teknik serta reagen yang digunakan.

Beberapa factor yang dapat mempengaruhi uji Widal dapat dijelaskan sebagai berikut,

antara lain :

Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

Saat pengambilan specimen : berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk. kenaikan titer

antibodi ke level diagnostic pada uji Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau

ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.

Pengobatan dini dengan antibiotika ; pemberian antibiotika sebelumnya dapat menghambat

pembentukan antibodi.

Vaksinasi terhadap salmonella bisa memberikan reaksi positif palsu. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa setelah divaksinasi titer agglutinin O dan H meningkat dan menetap selama

Page 50: MANLAB RSB JADI.docx

beberapa waktu. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang tes Widal

seminggu kemudian. Infeksi akan menunjukkan peningkatan titer, sementara pasien yang

divaksinasi tidak akan menunjukkan peningkatan titer.

Obat-obatan immunosupresif dapat menghambat pembentukan antibodi.

Reaksi anamnesa. Pada individu yang terkena infeksi typhoid di masa lalu, kadang-kadang

terjadi peningkatan antibodi salmonella saat ia menderita infeksi yang bukan typhoid,

sehingga diperlukan pemeriksaan Widal ulang seminggu kemudian.

Reaksi silang ; Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C)

memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri

lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang

positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).

Penyakit-penyakit tertentu seperti malaria, tetanus, sirosis dapat menyebabkan positif palsu.

Konsentrasi suspense antigen dan strain salmonella yang digunakan akan mempengaruhi

hasil uji widal.

4. PENILAIAN

Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial diantara para

ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau sama

dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk

demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat

membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga

kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai arti diagnostic yang penting

untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu dan menegakkan diagnosis tersangka

demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemic atau pada

anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada kelompok penderita ini

kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih amat kecil.

Page 51: MANLAB RSB JADI.docx

Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tinggal di daerah endemic,

kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji

Widal dapat memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah

endemic yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan

berbeda pula antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian,

bila uji Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang

atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.

Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana

penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk

menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer.

Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih

tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk

diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan

pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika

ada, maka dinyatakan (+).

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada

pasiendengan gejala klinis khas.

10. GOLONGAN DARAH

Jenis pelayanan pada laboratorium klinik imunohematologi

Page 52: MANLAB RSB JADI.docx

Pemeriksaan Golongan Darah ABO pertama kali ditemukan oleh seorang ahli

Patologi Amerika kelahiran Austria yang bernama Karl Landsteiner, pada tahun 1900an.

Antigen utama dalam sistem ABO ini disebut dengan antigen A dan antigen B dan antibodi

utama adalah anti - A dan anti - B. Gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B

terdapat pada kromosom nomor 9. Pada Orang normal yang berumur di atas 6 bulan selalu

mempunyai antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen A atau B apabila antigen

bersangkutan tidak terdapat dalam erihtrositnya sendiri.

Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat golongan darah,

yaitu :

Golongan darah A : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan serum mengandung

aglutinin anti B

Golongan darah B : Erythrosit mengandung aglutinogen B dan serum mengandung

aglutinin anti A

Golongan darah O : Erythrosit tidak mengandung aglutinogen dan serum

mengandung aglutinin anti A dan aglutinin anti B

Golongan darah AB : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B

sedangkan pada serum tidak mengandung aglutinin apapun.

Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan erytrosit yang

relevan serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan anti - B tidak ditimbulkan

oleh erytrosit itu sendiri. Pada Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk

anti-B dan mereka dengan golongan darah B hanya dapat membentuk anti-A. Sedangkan

Orang-orang dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B didalamnya,

dan yang golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.

Page 53: MANLAB RSB JADI.docx

Cara Menetukan Antigen dan Aglutinogen pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO

Anti - A dan anti - B pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO ini merupakan

aglutinin yang kuat dan mudah dinyatakan pada pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini

dapat dengan cepat menghancurkan erytrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi

melalui aktivitas komplemen. Satu-satunya cara erytrosit inkompatibel golongan darah ABO

masuk dalam sirkulasi adalah melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa

kasus dimana erytrosit janin masuk kedalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau pada

saat melahirkan.

Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya bisa disebabkan oleh kesalahan dalam

identifikasi penderita atau kesalahan sampel darah penderita, donor dan atau kesalahan

administrasi. Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang

terdapatdalam darah. Disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin yang terdapat

dalam serum (Reverse Grouping dan Serum Grouping).  Terdapat beberapa cara untuk

menentukan golongan darah seperti dengan cara Objek glass dan dengan cara Tabung.

Page 54: MANLAB RSB JADI.docx

D. Terdapat kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap jenis pemeriksaan

laboratorium di Rumah Sakit Tipe B

1. Kebijakan Mutu Laboratorium

a. Kendali Mutu Laboratorium

1) Pasal 6 Permenkes 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium

Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui

oleh pemeriksaan,

2) Melaksanakan akreditasi yang diselenggarakan komite Akreditasi

Laboratorium Kesehatan (KALK) setiap5 tahun.

b. Mutu Laboratorium Klinik harus dipantau dan selalu ditingkatkan:

Mutu lab Klinis adalah fitness for use

•Indikator mutu:– Teknik dan non teknik

– Keamanan, ketepatan waktu, efektifitas dan efisiensi

– Struktur, proses, keluaran( Permenkes411-2010) Pra analitik, analitik dan pasca analitik

2. Penerimaan Spesimen

No Jenis Pemeriksaan Jenis Spesimen

1 Crossmatch Serum, atau Plasma EDTA dan darah EDTA

2 Asam Urat Serum, Plasma heparin atau Plasma EDTA

3. Pengambilan dan Penyimpanan Spesimen

No. Pemeriksaan Penyimpanan Spesimen

1 Crossmatch Sampel Darah EDTA:

Kurang dari 4 jam setelah pengambilan darah

(pada suhu kamar)

24 jam pada suhu 2-8◦C

2 Asam Urat Untuk Sampel Serum dan Plasma:

Page 55: MANLAB RSB JADI.docx

Disimpan pada suhu kamar (20-25◦C) tahan

selama 7 hari

Disimpan pada suhu 4-8 ◦C tahan selama 7 hari

Disimpan pada suhu -20◦C tahan selama 3 bulan

4. Prosedur pemeriksaan Laboratorium sesuai SOP atau IKA

A. Langkah Kerja Pemeriksaan Crossmatch 1 donor

5) Fase 1 : Fase Suhu Kamar

e) Diambil 3 buah tabung reaksi, dimasukkan ke dalam masing-

masing tabung:

Tabung I

Mayor Test : 2 tetes serum pasien+1 tetes sel donor

5%

Tabung II

Minor Test : 2 tetes serum donor+1 tetes sel pasien

5%

Tabung III

Autokontrol : 2 tetea serum pasien+1 tetes sel

pasien 5%

f) Tabung dikocok hingga homogeny

g) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

h) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka hentikan

pemeriksaan

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke

fase II

6) Fase II : Fase Inkubasi dalam Bovie Albumin

e) Ditambahkan 2 tetes bovie albumin 22% ke dalam masing-

masing tabung minor dan mayor

f) Tabung dikocok hingga homogeny, inkubasi 37˚C selam 15

menit

g) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

h) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka hentikan

pemeriksaan

Page 56: MANLAB RSB JADI.docx

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke

fase III

7) Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)

f) Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan

saline

g) Ditambahkan 2 tetes coomb’s serum ke dalam masing-masing

tabung

h) Tabung dikocok hingga homogeny

i) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

j) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel

8) Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3

negatif

e) Ditambahkan 1 tetes coomb’s control cells (CCC) ke dalam

masing-masing tabung

f) Tabung dikocok hingga homogeny

g) Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit

h) Dibaca hasil :

(+) terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan benar/valid

(-) tidak terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan tidak benar

(diulang kembali)

B. Langkah Kerja Pemeriksaan Asam Urat

3. Fotometrik

e) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

f) Dilakukan pemipetan sebagai berikut:

Blanko Standar Sampel

Aquadest 20 µl - -

Serum - - 20 µl

Standar - 20 µl -

Reagen 100 µl 1000 µl 1001 µl

g) Dicampur, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 10 menit

h) Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546nm

Asam Urat (mg/dl) = |Sampel||Standar| xConc Standar

Page 57: MANLAB RSB JADI.docx

4. Manual

h) Disinfeksi jari tangan yang akan diambil darah kapilernya dengan alkohol

70% ditunggu sampai mongering

i) Alat untuk memeriksa dinyalakan

j) Dipasang tes strip pada alat tersebut

k) Dilakukan pengambilan darah kapiler, darah yang keluar pertama dihapus

dahulu menggunakan kapas kering

l) Darah berikutnya dimasukkan ke dalam tes strip

m) Jari yang sudah di suntik di lap menggukan kapas kering

n) Ditunggu hingga hasilnya muncul pada layar

5. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan Alat Pelindung Diri Bagi Petugas Laboratorium.a. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia

ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

ketika menggunakan jas laboratorium, yaitu kancing jas laboratorium harus

terpasang serta ukuran jas laboratorium tidak boleh pas dengan ukuran badan

pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan

kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya

Kriteria yang baik untuk jas Laboratorium yaitu :

a) Nyaman di pakai

b) Bahan kain cukup tebal

c) Berwarna terang atau putih

d) Berkancing (non resliting)

e) Panjang jas sampai lutut dengan lengan sampai

pergelangan tangan

f) Ukurannya tidak terlalu kecil atau terlalu besar

b. Sarung tangan Latex disposable

Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, juga perlindungan terhadap larutan-

larutan infeksius. Sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai.

c. Perlindungan Pernapasan

Page 58: MANLAB RSB JADI.docx

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia

adalah melalui pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap, dan gas

yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat

kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena

itu pekerja harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan

sebutan masker. Pemilihan masker yang sesuai berdasarkan pada jenis kontaminasi,

dan batasan paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan

filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk.

6. Prosedur Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Limbah Medis Hasil Pemeriksaan Laboratoriuma) Limbah infeksi

Limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi, dekontaminasi,

sterilisasi, dan insinerasi. Insinerasi adalah metoda yang berguna untuk membuang

limbah laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf dengan membakar

limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). Insinerasi bahan infeksi dapat

digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi berada di bawah

pengawasan laboratorium dan dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan

bakar sekunder. Ada beberapa model ruang bakar yang baik, tetapi yang ideal ialah

yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 8000C dan pada

ruang bakar kedua 10000C. Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya

paling sedikit 0,5 detik. Bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus diotoklaf terlebih

dahulu, harus dikemas dalam kantong plastik. Petugas pelaksana insinerasi harus

menerima instruksi yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.

Page 59: MANLAB RSB JADI.docx

Pemeriksaan APTT dan PPT

1. Persiapan pengumpulan spesimen

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

b. Volume mencukupi

c. Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak

berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)

d. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat

e. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

f. Identitas benar sesuai dengan data pasien

2. Form permintaan laboratorium

a. Identitas pasien harus ditulis dengan benar

i. Nama

ii. Umur

iii. Jenis kelamin

iv. Nomor rekam medis, dsb

v. Disertai diagnosis atau keterangan klinis.

b. Menanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa.

c. Menanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol,

merokok, dsb.

d. Mencatat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok,

minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada

lembar hasil laboratorium.

Page 60: MANLAB RSB JADI.docx

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. bersih, kering

b. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

c. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

d. sekali pakai buang (disposable)

e. steril (terutama untuk kultur kuman)

f. tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan

volume spesimen

4. Pemilihan lokasi pengambilan spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang

diperlukan, seperti :

a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic,

atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau

transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula

b. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri

brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

c. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan

bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi.

Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan

peredaran darah seperti sianosis atau pucat.

d. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang

mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

5. Pengambilan spesimen

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

Page 61: MANLAB RSB JADI.docx

a. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan

benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

b. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

1) Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada

yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk

mencegah spesimen tumpah.

3) Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal

seperti berikut :

a) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

b) Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar

tidak terjadi hemolisis.

c) Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke

dalam media dilakukan dengan cara aseptik

d) Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak

keliru.

e) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan

lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak

hemolisis.

6. Pengiriman spesimen ke laboratorium

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah

memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing

pemeriksaan.

b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap.

Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

Page 62: MANLAB RSB JADI.docx

d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke

laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan

spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi

yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti PPT / APTT

memanjang.

e. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak

atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat

ditutup rapat dan mudah dibawa.

7. Penyimpanan spesimen

a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan

dikirim ke laboratorium lain

b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan

stabilitasnya

c. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

d. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan

terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.

e. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

f. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -

20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

g. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum,

maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

h. Memberi bahan pengawet pada spesimen

i. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

j. Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

Page 63: MANLAB RSB JADI.docx

1) Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

2) Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

3) Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

4) Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

5) Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator

6) Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Page 64: MANLAB RSB JADI.docx

E. Terdapat kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap jenis pengeloalaan

sistem informasi laboratorium di Rumah Sakit Tipe B

1. Tersedia prosedur formulir pendaftaran dan permintaan pengujian sampel

a. Pasien terlebih dahulu daftar ke ruang pendaftaran poliklinik, tetapi apabila sudah

membawa surat rujukan dari luar Rumah Sakit pasien langsung dipersilahkan

menuju laboratorium untuk mendapatkan rincian biaya yang harus dibayar

terlebih dahulu.

b. Pasien menuju ruang poliklinik dan diberikan formulir permintaan pemeriksaan

oleh dokter.

c. Pasien ke ruang laboratorium dan menyerahkan formulir permintaan

pemeriksaan kepada petugas administrasi laboratorium.

d. Petugas administrasi laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan.

Apabila pasien berasal dari luar ( bukan dari poli ) maka petugas membuatkan

formulir permintaan pemeriksaan dan apabila pasien sudah membawa surat

rujukan dari luar rumah sakit petugas administrasi menuliskan rincian biaya untuk

dibayar ke kasir.

e. Petugas administrasi mengecek identitas pasien, apakah sesuai dengan yang

tertera pada formulir pengantar.

f. Petugas administrasi menyiapkan nota kemudian menulis rincian biaya

pemeriksaan dan diserahkan ke pasien / keluarga pasien untuk dibayar ke kasir,

sambil diberitahukan setelah pembayaran, pasien / kelurga pasien

mengembalikan rincian biaya pemeriksaan yang telah di cap lunas ke petugas

administrasi laboratorium.

Page 65: MANLAB RSB JADI.docx

Gambar 2. Formulir permintaan pengujian sampel

Page 66: MANLAB RSB JADI.docx

Gambar 3. Formulir permintaan pengujian sampel

Page 67: MANLAB RSB JADI.docx

2. Tersedia prosedur laporan hasil uji laboratorium

Gambar 4. Laporan hasil pemeriksaan

Page 68: MANLAB RSB JADI.docx

LABORATORIUM RUMAH SAKIT TIPE B

Laporan Hasil Pemeriksaan

No. 001

I. Nomor: RS

II. Pelanggan

Nama :

Alamat :

Telepon :

Personil penghubung :

III. Sampel

Nomor sampel :

Nama Sampel :

Diterima :

Tanggal Uji :

Jenis Uji :

IV. Hasil Uji

HEMATOLOGI KIMIA DARAH URINALYSISHasil Hasil Hasil

Hemoglobin Glukosa R ColourLeukosit Glukosa N TurbidityEritrosit Glukosa 2 jam PP Spesific cardityJenis Leukosit Ureum PhLED Creatinin ProteinPVC Uric Acid GlukoseMCV K BilirubinMCH Ca VolumeMCHC Na CHEMISTRY PANELWBC Cl HasilRBC SGOT GlucoseTrombosit SGPT ASTWaktu Pendarahan HOL Choles ALPWaktu Pembekuan LDL Choles ALT

Page 69: MANLAB RSB JADI.docx

Retraksi Bekuan Protein T. BilirubinPlatelet Bill D T. ProteinGolongan Darah Bill T Albumin Diferensial leukosit CK-MB GlobulinMonosit  CK-Nac BUNNeutrofil  Alkali Phosphat CholesterolBasofil  Globulin Urea nitrogenEosinofil  Cholesterol Total PhosphorusLimfosit  HB A 1 C Sodium

Potassium*Tulis hasil pemeriksaan pada tabel hasil pemeriksaan

Yogyakarta, November 2015

Laboratorium Rumah Sakit Tipe B

………………………………………..

Asisten Manajer Laboratorium

3. Tersedia prosedur pengelolaan bahan dan reagen di laboratorium.

Page 70: MANLAB RSB JADI.docx

a. Perencanaan bahan Laboratorium sesuai kebutuhan bahan pemeriksaan 1 tahun

meliputi reagensia, bahan habis pakai dan direncanakan oleh Instalasi

Laboratorium.

b. Pengadaan bahan Laboratorium melalui Panitia Pengadaan Bahan Dan Reagen

Laboratorium.

c. Perencanaan peralatan Laboratorium yang baru melalui Kepala Bidang

Pelayanan Medik.

d. Pengadaan peralatan baru melalui Panitia Pembelian/ Pengadaan Pekerjaan

Unit.

e. Penerimaan bahan Laboratorium oleh panitia penerima barang dengan dibuatkan

berita acara penerimaan barang dan diserahkan ke Laboratorium melalui Bidang

Pelayanan Medis.

f. Penyimpanan bahan Laboratorium harus sesuai ketentuan atau petunjuk yang

terlampir

g. Setiap penggunaan reagen dicatat dalam buku penggunaan reagen

h. Reagen dan bahan Laboratorium yang kadaluarsa dibuatkan berita acara dan

dimusnahkan sesuai ketentuan.

i. Setelah petugas administrasi menerima rincian yang telah di cap lunas, pasien

dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu.

j. Petugas pengambil sampel memanggil pasien untuk diambil sampelnya.

Penyimpanan Bahan-Bahan Kimia

Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan

bahan kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia

selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan

factor lain, yaitu:

Page 71: MANLAB RSB JADI.docx

a. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan

wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.

b. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau

timbulnya gas beracun

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan

bahan secara singkat adalah sebagai berikut:

1. Bahan beracun

Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di

laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas

karbon monoksida (CO) dari aliran gas.

Syarat penyimpanan:

a. Ruangan dingin dan berventilasi

b. Jauh dari bahaya kebakaran

c. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi

d. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak

sedang dipergunakan

e. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

2. Bahan korosif

Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini

dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:

a. Ruangan dingin dan berventilasi

b. Wadah tertutup dan beretiket

c. Dipisahkan dari zat-zat beracun.

Page 72: MANLAB RSB JADI.docx

3. Bahan mudah terbakar

Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara,

kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih,

fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa

air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat

menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat

dibagi menjadi 3 golongan yaitu:

a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida

(CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).

b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya

etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).

c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin

(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.

Syarat penyimpanan:

1) Temperatur dingin dan berventilasi

2) Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara

rokok

3) Tersedia alat pemadam kebakaran

4. Bahan mudah meledak

Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.

Syarat penyimpanan:

a. Ruangan dingin dan berventilasi

b. Jauhkan dari panas dan api

Page 73: MANLAB RSB JADI.docx

c. Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat

meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada

komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di

laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:

a. Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air

b. Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air

c. Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)

d. Nitrat dengan eter

e. Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)

f. Klorat dengan asam sulfat

g. Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain

h. Halogen dengan amoniak

i. Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

j. Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat

5. Bahan Oksidator

Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic

Syarat penyimpanan:

Temperatur ruangan dingin dan berventilasi

Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara

rokok

Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

Page 74: MANLAB RSB JADI.docx

6. Bahan reaktif terhadap air

Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.

Syarat penyimpanan:

Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi

Jauh dari sumber nyala api atau panas

Bangunan kedap air

Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam

Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar

atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan:

a. Ruangan dingin dan berventilasi

b. Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam

c. Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk

kantong-kantong hydrogen

d. Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8. Gas bertekanan

Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.

Syarat penyimpanan:

a. Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat

b. Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari

c. Jauh dari api dan panas

Page 75: MANLAB RSB JADI.docx

d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya

waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk

peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin

besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang

sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis

eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah

dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.

Penyimpanan Bahan Kimia

Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:

1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan

kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.

2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.

3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di

bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki

logam atau plastik yang bisa menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan

pencegahan ini utamanya penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi

cuaca ekstrem lainnya.

4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang

digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terdapat

sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.

5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).

6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.

Page 76: MANLAB RSB JADI.docx

7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan

keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.

8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal

penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol inventaris.

9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang

sedang digunakan.

10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari

berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam

lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.

11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar

yang disetujui.

12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari

langsung.

13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah

yang disortir berdasarkan abjad. Lihat Gambar di bawah ini untuk mendapatkan

gambaran metode pengodean warna untuk penyusunan bahan kimia.

14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.

15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas

kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung jawab

ini minimal setiap tahun

Wadah dan Peralatan

Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk

menyimpan bahan kimia.

Page 77: MANLAB RSB JADI.docx

1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman (overpack),

untuk menampung bahan jika wadah utama pecah atau bocor.

2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman

sekunder untuk tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena

sesuai untuk sebagian besar tujuan penyimpanan.

3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan

berbahaya.

4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar,

atau beracun.

Penyimpanan Dingin

Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es,

ruangan yang dingin, atau freezer memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Manajer

laboratorium menugaskan tanggung jawab untuk menjaga unit-unit ini agar aman, bersih,

dan tertata, serta mengawasi pengoperasiannya yang benar. Ikuti panduan penyimpanan

dingin ini:

1. Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanyauntuk menyimpan bahan kimia.

Gunakan pita dan penanda tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer

laboratorium. Lihat Tanda pada Toolkit yang disertakan untuk mengetahui contoh

label penyimpanan dingin.

2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali

penyimpanan bahan tersebut disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan

di dalam ruang penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pilih lemari es tahan-

ledakan. Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang sangat reaktif dalam unit

yang sama dengan bahan yang mudah terbakar.

3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki

plastik, penting untuk labu laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.

Page 78: MANLAB RSB JADI.docx

4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau

penyiapan, dan sifat potensi bahayanya.

5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi

dengan memberi label pada rak dan tempelkan skema penataan di luar unit.

6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang

semua bahan tidak berlabel, tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan

yang dimiliki oleh pegawai yang telah meninggalkan laboratorium.

Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala

Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh

tersedia dalam jumlah terbatas. Jumlah yang diperbolehkan tergantung padasejumlah

faktor, termasuk:

a. Konstruksi laboratorium;

b. Jumlah zona api dalam gedung;

c. Tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;

d. Sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;

e. Adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan;

dan jenis laboratorium (yaitu, pendidikan atau penelitian dan pengembangan).

Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:

1) Jika tempatnya memungkinkan, simpan cairan yang gampang menyala

dalam lemari penyimpanan bahan yang mudah terbakar.

2) Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah lain

yang disetujui) atau dalam kaleng keselamatan. Jika memungkinkan, simpan

cairan yang mudah terbakar yang berjumlah lebih dari 1 L dalam kaleng

keselamatan.

Page 79: MANLAB RSB JADI.docx

3) Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang

menyala dalam ruang penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah

terbakar.

4) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan

oksidasi kuat, seperti asam nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat,

dan peroksida.

5) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber

penyulutan. Ingat bahwa banyak uap yang mudah terbakar lebih berat

dibandingkan udara dan dapat menuju ke sumber penyulutan.

Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif

Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal

untuk menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di

dalam laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat

reaktif.

a. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif

sebelum membawanya ke dalam laboratorium.

b. Baca MSDS atau literatur lainnya dalam mengambil keputusan tentang

penyimpanan bahan kimia yang sangat reaktif.

c. Bawa bahan sejumlah yang diperlukan ke dalam laboratorium untuk tujuan jangka

pendek (hingga persediaan 6 bulan, tergantung pada bahannya).

d. Pastikan memberi label, tanggal, dan mencatat dalam inventaris semua bahan yang

sangat reaktif segera setelah bahan diterima. Lihat Tanda pada Toolkit yang

disertakan untuk mengetahui contoh label untuk zat yang sangat reaktif.

Page 80: MANLAB RSB JADI.docx

e. Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah melebihi tanggal

kedaluwarsanya. Hubungi koordinator limbah berbahaya di lembaga Anda untuk

mendapatkan instruksi khusus.

f. Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal

atau endapan. Hubungi CSSO Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.

g. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian

untuk mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau

mendaur ulang) bahan yang terurai dari waktu ke waktu.

h. Pisahkan bahan berikut:

1) Agen pengoksidasi dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar;

2) Bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;

3) Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan

4) Asam perklorik dengan bahan reduksi.

i. Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi

botol.

j. Simpan botol asam perklorik dalam baki kaca atau keramik.

k. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.

l. Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan

kontak dengan air.

m. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es. Gunakan lemari es

dengan fi tur keselamatan ini:

1) Semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;

2) Pintu terkunci magnetik;

Page 81: MANLAB RSB JADI.docx

3) Alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan

4) Suplai daya cadangan.

n. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan

daya larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase.

Ikuti panduan pabrik untuk penyimpanan bahan yang sangat berbahaya ini.

o. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan

beri bahan label akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang

kedaluwarsa.

p. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif

dalam kotak anti ledakan.

q. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.

Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun

Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif,

dan bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.

1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi

dalam perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.

2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.

3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.

4. Batasi akses ke area penyimpanan.

5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun

Manajemen Bahan Kimia dan Penyimpanannya di Gudang Laboratorium

Page 82: MANLAB RSB JADI.docx

Untuk memenuhi kriteria laboratorium yang sehat maka pengelolaan inventori bahan

kimia diupaykan senantiasa terkendali dalam aspek kualitas yaitu mutu bahan kimia harus

memenuhi spesifikasi standard yang diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah yang akan

dibeli harus sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan bahwa kepemilikan

dalam jumlah besar juga memiliki konsekwensi menanggung biaya kelola potensi timbulan

limbah apabila bahan kimia tersebut terkontaminasi atau mengalami degradasi mutu

sehingga tidak dapat dipergunakan.

Bahan kimia yang baik harus memenuhi beberapa ketentuan umum yaitu :

1. Mudah diperoleh yaitu proses pengadaan bahan kimia tidak berbelit serta waktu

kedatangan atau tiba di gudang dalam waktu singkat.

2. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan

terhadap pengadaan bahan kimia saat ini dimana selang waktu yang terlampau lama

menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap waktu pakai (expire date) dari

beberapa bahan kimia tertentu.

3. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa alternatif

nama dagang sehingga bukan merupakan monopoli dari pabrik tertentu.

4. Aman terhadap proses penanganan (handling)

5. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik bahan kimia.

6. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan kondisi

lingkungan sehingga apabila terjadi variasi perubahan suhu tidak berpengaruh

terhadap komposisi bahan kimia.

7. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di

Indonesia. Apabila merupakan bahan kimia Berbahaya dan Beracun (B3) maka

identifikasi MSDS harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat keaslian produk

dari pabrik pembuat. Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar

Page 83: MANLAB RSB JADI.docx

yang menjadi pedoman bagi laboratorium untuk memelihara aspek safety dalam hal

penyimpanan bahan kimia di gudang melalui segregasi, yaitu :

a. Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat);

b. Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable);

c. Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)

d. Bahan kimia racun (toxic).

Penyimpanan bahan kimia di gudang adalah pengetahuan tentang

ketidaksesuaian (incompatible) antara bahan kimia yang satu dengan yang lain. Tabel

berikut menyatakan ketidaksesuaian antara bahan kimia yang satu dengan yang lain

dan dipergunakan sebagai dasar pengaturan penyimpanan bahan kimia di gudang.

Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan cairan karena kecepatan

reaksi dengan bahan lain rendah (dalam kondisi kering) oleh karena itu dapat disusun:

1) Sulfida harus dipisahkan jauh dengan asam

2) Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam

3) Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.

Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu cairan

harus disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran bahu orang dewasa, untuk

larutan asam:

1) Pisahkan antara asam organik dengan asam anorganik seperti asam asetat dengan

asam nitrat.

2) Pisahkan secara tersendiri asam perklorat (perchloric acid);

Cairan mudah terbakar, lebih dari 10 gallon cairan harus disimpan didalam

lemari        safety atau dalam drum safety.

Page 84: MANLAB RSB JADI.docx

3) Khusus untuk bahan-bahan yang termasuk Oksidator dilakukan

pengelolaanya   sebagai berikut:

a) Jauhkan dari asam, basa, organik dan logam

b) Simpan ditempat dingin

Akumulasi penyimpanan limbah dan bahan kimia kadaluarsa dilakukan dengan :

a) Sedapat mungkin menyimpan cairan limbah bahan kimia dengan tingkat

kesesuaiannya (compability).

b) Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon limbah cair bahan kimia  ini,seperempat

jumlah dari daftar bahan kimia berbahaya (daftar P)

Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya :

a) Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk serbuk

harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet).

b) Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah pecah

dengan diletakkan didalam almari khusus.

4. Tersedia prosedur pengelolaan alat, dan program perbaikan alat dan kalibrasi

Kepekaan alat-alat laboratorium, kenyamanan ruangan tempat bekerja

disamping SDM, maka sangat perlu pemeliharaan alat-alat agar alat dapat dipakai lebih

lama daan tetap peka dengan hasil pemeriksaan yang tetap akurat. Pemeliharaan alat

Page 85: MANLAB RSB JADI.docx

laboratorium dikerjakan secara teratur oleh petugas laboratorium. Kalibrasi merupakan

salah satu tindakan yang dilaksanakan secara teratur oleh Petugas Teknis

Laboratorium maupun Badan yang berwenang untuk meneliti Akurasi atau Ketepatan

dari suatu peralatan. Kalibrasi ada yang dilakukan secara otomatis oleh alat otomatis

(Kimia Klinik) atau secara manual oleh petugas laboratorium atau petugas IPSRS bila

petugas laboratorium tidak dapat mengerjakan.

Untuk metode pengujian dan/atau kalibrasi yang baru sebaiknya dibuat

prosedur sebelum dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi dan sebaiknya berisi paling

sedikit informasi berikut:

a) identifikasi yang sesuai;

b) lingkup;

c) uraian jenis barang yang diuji atau dikalibrasi;

d) parameter atau besaran dan rentang yang ditentukan;

e) perlengkapan dan peralatan, termasuk persyaratan unjuk kerja teknis;

f) standar acuan dan bahan acuan yang dipersyaratkan;

g) kondisi lingkungan yang dipersyaratkan dan periode stabilisasi yang diperlukan;

h) uraian prosedur, meliputi :

i. pemberian marka identifikasi, penanganan, transportasi, penyimpanan dan

persiapan barang,

ii. pengecekan yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai,

iii. pengecekan bahwa peralatan bekerja dengan baik dan, bila diperlukan

dikalibrasi dan disetel sebelum setiap kali digunakan,

iv. metode untuk merekam pengamatan dan hasil,

v. tindakan keselamatan yang harus dipertimbangkan.

i) kriteria dan/atau persyaratan untuk persetujuan/penolakan;

j) penyajian data yang harus direkam dan metode analisis dan penyajian;

k) ketidakpastian atau prosedur untuk memperkirakan ketidakpastian.

Page 86: MANLAB RSB JADI.docx

l) Petugas kalibrasi Yang dapat melakukan pengujian kalibrasi adalah institusi

penguji yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun sewata harus memenuhi

persyaratan antara lain:

1. berbadan hukum

2. memiiki sumber daya manusia yang ahli dalam pegujian dan kalibrasi alat medik

3. memiliki fasilitas kerja meliputi laboratorium serta peralatan uji dankalibrasi untuk

alat medik

4. memperoleh ijin dari DEPKES RI

m)  Waktu kalibrasi Sebagaimana telah ditetapkan path Permenkes Nomor :

36/MENKESI Per/IV/1998 alat kesehatan yang dipergunakan disarana pelayanan

kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu)

kali setiap tahun. Pengujian atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan

dengan kriteria: Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi

Page 87: MANLAB RSB JADI.docx

DAFTAR PUSTAKA

2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

Pedoman Interpretasi Data Klinik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

http://pratiwisanchezty.blogspot.co.id/2011/08/laporan-semester.html

http://acef-cholacha.blogspot.co.id/2010/07/laporan-rumah-sakit-anakes-o7.html

Page 88: MANLAB RSB JADI.docx

http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/01/masa-tromboplastin-parsial-teraktivasi.html

http://adeheryana241173.blogspot.co.id/2012/10/partial-thromboplastin-time.html

http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/standar-kompetensi-analis-kesehatan_05.html

http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html

http://consultantiso.blogspot.co.id/2013/04/standard-iso-iec-17025-sistem-manajemen.html