MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

9
Awad Zam’i Z (1210108031) Mohammad Hamzah (1210108032) Fauzan Alfarizi (1210108036) III SA-6 Seto Wibisono (1210108037) PERTEMUAN V Manajemen Struktur Modal Struktur modal merupakan pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu kombinasi sumber dana permanen sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sumber-sumber dana yang memunyai beban tetap, yaitu obligasi, utang dan saham preferen harus proporsional dikombinasikan dengan saham umum sesuai dengan kebutuhan investasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahannya adalah bagaimana menyeimbangkan sumber-sumber dana tersebut sehingga mendapatkan suatu kombinasi struktur modal yang optimal. Empat faktor utama yang memengaruhi keputusan struktur modal adalah : 1. Risiko bisnis 2. Posisi perpajakan, 3. Fleksibilitas keuangan,

Transcript of MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

Page 1: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

Awad Zam’i Z (1210108031)

Mohammad Hamzah (1210108032)

Fauzan Alfarizi (1210108036)

III SA-6 Seto Wibisono (1210108037)

PERTEMUAN V

Manajemen Struktur Modal

Struktur modal merupakan pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat

permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.

Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu kombinasi

sumber dana permanen sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Sumber-sumber dana yang memunyai beban tetap, yaitu obligasi, utang dan saham

preferen harus proporsional dikombinasikan dengan saham umum sesuai dengan

kebutuhan investasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahannya adalah

bagaimana menyeimbangkan sumber-sumber dana tersebut sehingga mendapatkan suatu

kombinasi struktur modal yang optimal.

Empat faktor utama yang memengaruhi keputusan struktur modal adalah :

1. Risiko bisnis

2. Posisi perpajakan,

3. Fleksibilitas keuangan,

4. Konservatisme atau keagresifan manajemen.

5.1 Pendekatan NI, NOI, dan Tradisional

5.1.1 Laba Bersih (net income approach)

Pendekatan laba bersih mangasumsikan bahwa:

- Cost of equity (ke) dan cost of debt (kd) besarnya dianggap konstan. maka semakin

besar jumlah hutang yang dipakai maka WACC (ko) semakin kecil karena kd selalu

lebih rendah dari ke.

Page 2: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

- Nilai perusahaan meningkat apabila memakai semakin banyak hutang

- Market value of equity (S) = Net Income

k e

Market value of debt (B) = Interestkd

- Value of the firm = V (S + B)

- Coat of capital = ko = EBITV

= kd ( BV )+¿ke ( SV )

5.1.2 Laba Operasi Bersih (net operating income app.)

Pendekatan laba operasi bersih mengasumsikan bahwa:

- Investor memiliki reaksi berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan.

- Cost of debt besarnya konstan. Tetapi penggunaan hutang yang semakin besar

dilihat pemilik modal sendiri sebagai peningkatan risiko perusahaan sehingga

meningkatkan cost of equity. Konsekuensinya WACC tidak mengalami perubahan

dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

- Total cost of equity = Ko

- Value of the firm = EBITk o

- Market value of equity (S) = V-B

- Equity capitalization rate = ke = (EBIT−Interest )

(V−B)

= ke = ko + (ko - kd) B/S

5.1.3 Tradisional

Pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa:

- Pada leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan sehingga baik

kd dan ke konstan.

- Setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang (COD) dan biaya modal

sendiri (COC) meningkat.

Page 3: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

- Peningkatan cost of equity lambat laun lebih besar daripada penurunan cost akibat

penggunaanhutang yang lebih murah.

- Akibatnya WACC pada awalnya akan turun dan setelah tingkat leverage tertentu

akan naik. Dengan kata lain nilai perusahaan mengalami peningkatan sampai titik

tertentu terdapat optimal capital structure dan selanjutnya menurun.

- Market value of equity (S) = Net Income

k e

Market value of debt (B) = Interestkd

- Value of the firm = V (S + B)

- Coat of capital = ko = EBITV

= kd ( BV )+¿ke ( SV )

5.2 Pendekatan MM Tanpa Pajak dan Ada Pajak

Pendekatan MM (Modiglianni - Miller) berasumsi bahwa:

- Risiko bisnis perusahaan diukur dengan deviasi standar EBIT dan perusahaan yang

memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.

- Semua investor memiliki harapan yang sama dan homogen terhadap laba dan risiko

perusahaan serta memiliki ekspektasi yang sama terhadap EBIT di masa depan.

- Saham dan obligasi diperdagangkan dipasar modal sempurna. Kriterianya adalah:

1. Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric information) dan dapat

diperoleh tanpa biaya.

2. Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional.

3. Investor dapat melakukan diversifikasi secara sempurna.

4. Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.

5. Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat bunga

yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas risiko.

5.2.1 Pendekatan MM Tanpa Pajak

Asumsi: tidak terdapat pajak pendapatan perusahaan.

Ada tiga preposisi yang diajukan MM.

Page 4: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

Preposisi I

Nilai perusahaan merupakan kapitalisasi laba operas ibersih (EBIT) dengan tingkat

kapitalisasi (ko) konstan sesuai tingkat risiko perusahaan.

Nilai perusahaan tidak dipengaruhi struktur modal. WACC sama dengan cost of

equity untuk perusahaan yang tidak memakai leverage (ko= ke U)

Dirumuskan:

VL = VU = EBIT/ ko

Preposisi II

Ke perusahaan yang mempunyai utang (keL) merupakan penjumlahan dari (1) ke

perusahaan yang tidak punya utang (keU) dengan (2) risk premium yang besarnya

tergantung dari selisih ke dan kd dikalikan jumlah utang.

Dirumuskan:

KeL = keU + risk premium

= keU + (keU – kd)(D/E)

Preposisi III

Perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai perusahaan

meningkat paling tidak sebesar biaya investasi.

Dirumuskan:

ΔV / ΔI > 1 karena ΔV = Δ EBIT / keU

Maka

Δ EBIT / Δ I > keU

5.2.2 Pendekatan MM dengan Pajak

Dalam kondisi ada pajak maka perusahaan yang memakai leverage bernilai lebih tinggi dari

pada yang tidak memakai leverage. Kenaikan nilai terjadi karena pembayaran bunga atas

hutang merupakan pengurang pajak sehingga laba operasi yang mengalir ke investor

semakin besar.

Preposisi I

Page 5: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

Nilai perusahaan yang memiliki leverage sama dengan nilai perusahaan yang tidak

ber-leverage ditambah nilai perlindungan pajak (tax-shield). Nilai perlindungan pajak

adalah tingkat pajak perusahaan dikalikan banyaknya hutang.

Dirumuskan:

VU= [EBIT(1-T)] / keU

VL= VU+ TDPreposisi II

Ke perusahaan leveraged meningkat sesuai utang yang dipakai tetapi nilainya lebih

kecil daripada ke dalam kondisi tidak ada pajak.

Identik dengan kondisi tidak ada pajak tetapi memasukkan unsur pengaruh pajak

sehingga dirumuskan:

KeL = keU + (keU – kd)(1-T)(D/E)

Preposisi III

Perusahaan seharusnya melakukan investasi sepanjang memenuhi persyaratan IRR>

ke U[1-T(D/V)]

Kelemahan pendekatan MM.

1. Asumsi tidak ada biaya transaksi sehingga proses arbitrase tanpa biaya padahal

kenyataannya biaya komisi broker cukup besar.

2. Asumsi investor dan perusahaan memilik akses sama terhadap lembaga keuangan

sehingga dapat meminjam dengan rate yang sama. Dalam kenyataannya investor

besar dapat memperoleh hutang dengan bunga lebih rendah dibanding investor

individu.

3. Asumsi tidak ada konflik keagenan (agency conflict) akibat penggunaan hutang

sehingga tidak terdapat agency cost tidak relevan.

4. Tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya financial distress akibat penggunaan

hutang yang semakin besar. Padahal semakin besar proporsi hutang dalam struktur

modal maka semakin besar pula beban tetap berupa pembayaran bunga hutang. Di

Page 6: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

sini seharusnya risiko perusahaan akan terjadinya financial distress juga semakin

tinggi.

5.2.3 Pendekatan Miller (1976)

Pendekatan ini menunjukkan pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan jika ada pajak

perusahaan dan pajak perseorangan.

Tc adalah pajak perusahaan;

Tp adalah pajak pendapatan perseorangan dari saham dan

Td adalah pajak pendapatan dari hutang.

Nilai perusahaan dirumuskan:

VU= [EBIT (1-Tc) (1-Tp)] / keU

Bila nilai faktor terakhir negatif maka penggunaan hutang tidak menguntungkan. Bila = 0

maka struktur modal tidak relevan karena perlindungan pajak atas pemakaian hutang

diimbangi dengan pajak pendapatan perseorangan. Apabila nilainya positif penggunaan

hutang menguntungkan pemilik modal.

5.2.4 Pendekatan Trade-Off Theory

Pendekatan trade-off nama lainnya adalah Balancing Theory. Pada dasarnya merupakan pengembangan preposisi I MM dengan menambahkan faktor biaya kebangkrutan dan keagenan.

Setiap perusahaan menentukan target struktur modal yang dapat menyeimbangkan biaya dan keuntungan penggunaan hutang. Pada titik di mana cost of debt = benefit of debt maka tercapai value-maximizing firm.

Dirumuskan:

VL = VU + TD - PV cost of financial distress - PV of agency costs

Page 7: MANKEU "Manajemen Struktur Modal"

Terdapat target debt ratio yang bervariasi antar satu perusahaan dengan perusahaan

lainnya. Apabila biaya telah melampaui manfaat yang diperoleh maka penggunaan hutang

justru menurunkan nilai perusahaan.

Implikasi model trade-off:

1. Perusahaan dengan risiko bisnis lebih tinggi sebaiknya mengurangi penggunaan

hutang.

2. Perusahaan dengan tipe aset tangibledan readily marketable dapat menggunakan

hutang lebih banyak dibanding perusahaan dengan tipe aset intangible.

3. Perusahaan dengan taxable income lebih besar dan mempunyai kemungkinan

mendapatkan income yang sama di masa depan dapat menggunakan hutang lebih

banyak.

5.3 Pecking Order Theory

Teori ini diajukan oleh Gordon Donaldson (1960-an). Berdasar teori ini tidak dikenal adanya

optimal debt ratiokarena terdapat dua jenis sumber dana yaitu internal dan eksternal.

Latar belakangnya adalah informasi asimetri di mana manajer mengetahui lebih banyak

tentang perusahaan dibandingkan investor dan dianggap memanfaatkan private information

untuk menerbitkan saham baru sehingga investor akan menginterpretasikannya (signalling)

sebagai berita buruk. Emisi saham baru akan menurunkan nilai saham. Permasalahan

tersebut bisa diatasi dengan penggunaan sumber dana yang tidak dinilai rendah oleh pasar.

Perusahaan melakukan kebijakan pendanaan dengan mengikuti hierarki risiko tertentu yaitu

Internal finance berupa laba ditahan dan external finance berupa utang dan yang terakhir

adalah saham.