Manjemen k 3

5
Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja 61 JMPK Vol. 08/No.02/Juni/2005 PENGANTAR Pelayanan rumah sakit sebagai industri jasa merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa memperoleh surplus dengan cara pengelolaan yang profesional. Rumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang jelas dan modern untuk setiap unit kerja atau bidang kerja. 1 Sebagai contoh pada bidang manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Survey nasional di 2.600 rumah sakit di USA rata-rata tiap rumah sakit 68 karyawan cedera dan 6 orang sakit (NIOSH 1974-1976). Cedera tersering adalah strain dan sprain, luka tusuk, abrasi, contusio, lacerasi , cedera punggung, luka bakar dan fraktur. Penyakit tersering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Hasil identifikasi hazard RS ditemukan adanya gas anestesi, ethylen oxyde dan cytotoxic drug. Laporan NIOSH 1985 terdapat 159 zat yang bersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135 bahan kimia carcinogenic, teratogenic, mutagenic yang dipergunakan di rumah sakit. California State MANAJEMEN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT (TINJAUAN KEGIATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INSTITUSI SARANA KESEHATAN) OCCUPATIONAL SAFETY HEALTH AND ENVIRONMENT MANAGEMENT AT HOSPITAL (Contemplation Occupational Health and Safety Activity at Health Services Field) Hamzah Hasyim Fakultas Kedokteran Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan ABSTRACT Implementation Occupational Safety Health and Environment (OSHE) management at hospital represent the effort in realizing safe, comfort and hygiene job environment, protect and improve the health employees, safe and have high performance. According to regional and multilateral agreement like AFTA 2003, APEC 2005 and WTO 2020 requiring corporate world were inclusive of hospital to do various effort in anticipating globalization, which issues human right problems, equation of gender and health environmental. One of fundamental issue and important to prerequisite of competition and international standard demand were Occupational Health and safety (OHS) issue which related to issue of labor protection and human right. Applying of Policy of OSHE management hospital represent the part of activity process to reach productivity, was required to increase competitiveness and also strive in anticipating resistance of technique era commerce and globalization. Keywords: Occupational Safety Health and Environment (OSHE) management, hospital Departement of Industrial Relations menuliskan rata-rata kecelakaan di rumah sakit 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena kecelakaan. Karyawan yang sering mengalami cedera, antara lain: perawat, karyawan dapur, pemeliharaan alat, laundry, cleaning service, dan teknisi. Penyakit yang biasa terjadi antara lain: hypertensi, varises, anemia, ginjal (karyawan wanita), dermatitis, low back pain, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. 2 Klaim kompensasi karyawan RS lebih besar dibanding pegawai sipil lain. 2 Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, bangsal, laboratorium, kamar rontgent, dapur, laundry, ruang medical record, lift (eskalator), generator-set , penyalur petir, alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya. 3 Dalam GBHN 1993, ditegaskan bahwa perlindungan tenaga kerja meliputi hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta jaminan sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan,

Transcript of Manjemen k 3

Page 1: Manjemen k 3

Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja

61

JMPK Vol. 08/No.02/Juni/2005

PENGANTARPelayanan rumah sakit sebagai industri jasa

merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatanyang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yangwalau bersifat sosial namun diusahakan agar bisamemperoleh surplus dengan cara pengelolaanyang profesional. Rumah sakit merupakan institusiyang sifatnya kompleks dan sifat organisasinyamajemuk, maka perlu pola manajemen yang jelasdan modern untuk setiap unit kerja atau bidangkerja.1 Sebagai contoh pada bidang manajemenHiperkes dan Keselamatan Kerja.

Survey nasional di 2.600 rumah sakit di USArata-rata tiap rumah sakit 68 karyawan cedera dan6 orang sakit (NIOSH 1974-1976). Cedera terseringadalah strain dan sprain, luka tusuk, abrasi,contusio, lacerasi, cedera punggung, luka bakardan fraktur. Penyakit tersering adalah gangguanpernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Hasilidentifikasi hazard RS ditemukan adanya gasanestesi, ethylen oxyde dan cytotoxic drug.

Laporan NIOSH 1985 terdapat 159 zat yangbersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135 bahankimia carcinogenic, teratogenic, mutagenic yangdipergunakan di rumah sakit. California State

MANAJEMEN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJADI RUMAH SAKIT

(TINJAUAN KEGIATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJADI INSTITUSI SARANA KESEHATAN)

OCCUPATIONAL SAFETY HEALTH AND ENVIRONMENT MANAGEMENT AT HOSPITAL(Contemplation Occupational Health and Safety Activity at Health Services Field)

Hamzah HasyimFakultas Kedokteran Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan

ABSTRACT

Implementation Occupational Safety Health and Environment (OSHE) management athospital represent the effort in realizing safe, comfort and hygiene job environment, protectand improve the health employees, safe and have high performance.

According to regional and multilateral agreement like AFTA 2003, APEC 2005 and WTO2020 requiring corporate world were inclusive of hospital to do various effort in anticipatingglobalization, which issues human right problems, equation of gender and health environmental.One of fundamental issue and important to prerequisite of competition and international standarddemand were Occupational Health and safety (OHS) issue which related to issue of laborprotection and human right.

Applying of Policy of OSHE management hospital represent the part of activity process toreach productivity, was required to increase competitiveness and also strive in anticipatingresistance of technique era commerce and globalization.

Keywords: Occupational Safety Health and Environment (OSHE) management, hospital

Departement of Industrial Relations menuliskanrata-rata kecelakaan di rumah sakit 16,8 hari kerjayang hilang per 100 karyawan karena kecelakaan.Karyawan yang sering mengalami cedera, antaralain: perawat, karyawan dapur, pemeliharaan alat,laundry, cleaning service, dan teknisi. Penyakityang biasa terjadi antara lain: hypertensi, varises,anemia, ginjal (karyawan wanita), dermatitis, lowback pain, saluran pernapasan, dan saluranpencernaan.2 Klaim kompensasi karyawan RS lebihbesar dibanding pegawai sipil lain.2

Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakitdalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasaldari sarana kegiatan di poliklinik, bangsal,laboratorium, kamar rontgent, dapur, laundry, ruangmedical record, lift (eskalator), generator-set,penyalur petir, alat-alat kedokteran, pesawat uapatau bejana dengan tekanan, instalasi peralatanlistrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah,sampah medis, dan sebagainya.3

Dalam GBHN 1993, ditegaskan bahwaperlindungan tenaga kerja meliputi hakKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sertajaminan sosial tenaga kerja yang mencakupjaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan,

Page 2: Manjemen k 3

62

Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja

jaminan terhadap kecelakaan, jaminan kematian,serta syarat-syarat kerja lainnya. Hal tersebut perludikembangkan secara terpadu dan bertahapdengan mempertimbangkan dampak ekonomi danmoneter-nya, kesiapan sektor terkait, kondisipemberi kerja, lapangan kerja, dan kemampuantenaga kerja. Amanat GBHN ini menuntutdukungan dan komitmen untuk perwujudannyamelalui penerapan K3. Upaya K3 sendiri sudahdiperkenalkan dengan mengacu pada peraturanperundangan yang diterbitkan sebagailandasannya. Di samping UU No. 1/1970 tentangKeselamatan Kerja, upaya K3 telah dimantapkandengan UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, yangsecara eksplisit mengatur kesehatan kerja. 3

Dalam peraturan perundangan tersebutditegaskan bahwa dalam setiap tempat kerja wajibdiselenggarakan upaya keselamatan dankesehatan kerja. Hal itu mengatur pula sanksihukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuantersebut. Undang-Undang No. 23/1992 tentangKesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerjawajib menyelengarakan upaya kesehatan kerjaapabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahayakesehatan yaitu mudah terjangkitnya penyakit ataumempunyai paling sedikit 10 orang karyawan.Rumah sakit sebagai industri jasa termasuk dalamkategori tersebut, sehingga wajib menerapkanupaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja RumahSakit (K3RS). Upaya pembinaan K3RS dirasakansemakin mendesak mengingat adanya beberapaperkembangan. Perkembangan tersebut antaralain dengan makin meningkatnya pendayagunaanobat atau alat dengan risiko bahaya kesehatantertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupunrehabilitasi di sarana kesehatan. Terpaparnyatenaga kerja (tenaga medis, paramedis, dannonmedis) di sarana kesehatan pada lingkungantercemar bibit penyakit yang berasal dari penderitayang berobat atau dirawat, adanya transisiepidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan.Hal tersebut diikuti dengan masuknya IPTEKcanggih yang menuntut tenaga kerja ahli danterampil. Hal ini yang tidak selalu dapat dipenuhidengan adanya risiko terjadinya kecelakaan kerja.Untuk itu diperlukan adanya peningkatan SDM disarana kesehatan, tidak saja untukmengoperasikan peralatan yang semakin canggihnamun juga penting untuk menerapkan upayaK3RS. 2,3

Program Occupational Safety Health andEnvironment (OSHE) bertujuan melindungikaryawan, pimpinan, dan masyarakat darikemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakitakibat kerja (PAK) (singkatannya), menjaga agaralat dan bahan yang dipergunakan dalam proses

kegiatan yang hasilnya dapat dipakai dandimanfaatkan secara benar, efesien, sertaproduktif. Upaya OSHE sangat besar peranannyadalam meningkatkan produktivitas terutamamencegah segala bentuk kerugian akibat accident.Masalah penyebab kecelakaan yang paling besaryaitu faktor manusia karena kurangnyapengetahuan dan keterampilan, kurangnyakesadaran dari direksi dan karyawan sendiri untukmelaksanakan peraturan perundangan K3 sertamasih banyak pihak direksi menganggap upayaK3RS sebagai pengeluaran yang mubazir,demikian juga dikalangan karyawan banyak yangmenganggap remeh atau acuh tak acuh dalammemenuhi SOP kerja. Penyebab lain adalahkondisi lingkungan seperti dari mesin, peralatan,pesawat, dan lain sebagainya. 2

RISIKO BAHAYA POTENSIAL DI RUMAH SAKITPenyakit akibat kerja di sarana kesehatan

umumnya berhubungan dengan berbagai faktorbiologis (kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,stapphylococci, yang umumnya berasal daripasien). Begitu besar risiko yang akan dihadapiapabila masalah sanitasi termasuk pengelolaanlimbah, kurang mendapat perhatian yang serius.Tahun 1977 dari seluruh rumah sakit di ASmenunjukkan bahwa penderita yang dirawat 5%-10% menderita infeksi nosokomial (Hospital Ac-quired Infection). Di AS insiden infeksi nosokomial± 5% dan CFR 1 %, di U.K ± 9,2%, di Malaysiaprevalens ± 12,7%, di Taiwan insiden ± 13,8%, diJakarta ± 41,1%, di Surabaya ± 73,3% dan diYogyakarta ± 5,9%. Hari perawatan pasien yangmenderita infeksi nosokomial tersebut bertambah5-10 hari, demikian pula angka kematian pasienmenjadi lebih tinggi yaitu sebesar 6% dibandingyang tidak terkena infeksi nosokomial hanyasebesar 3%. Tenaga medis RS mempunyai risikoterkena infeksi 2-3 kali lebih besar daripada medisyang berpratik pribadi. Kerugian akibatpenambahan hari perawatan dan pengobatantersebut mencapai lebih dari 2 milyar US. 3

Dapat dibayangkan bagaimana besarnyakerugian itu seandainya dihitung untuk rumah sakitdi Indonesia, dimana kondisi sanitasi dan K3RSyang pada umumnya masih lebih buruk.

Faktor kimia (bahan kimia dan obat-obatanantibiotika, cytostatika, narkotika dan lain-lain,pemaparan dengan dosis kecil namun terusmenerus seperti anstiseptik pada kulit, gas anestesipada hati. Formaldehyde untuk mensterilkansarung tangan karet medis atau paramedis dikenalsebagai zat yag bersifat karsinogenik), faktorergonomi (cara duduk, mengangkat pasien yangsalah), faktor fisik yaitu pajanan dengan dosis kecil

Page 3: Manjemen k 3

Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja

63

yang terus menerus (kebisingan dan getarandiruang generator, pencahayaan yang kurangdikamar operasi, laboratorium, ruang perawatan,suhu dan kelembabam tinggi diruang boiler danlaundry, tekanan barometrik pada decompressionchamber, radiasi panas pada kulit, tegangan tinggipada sistem reproduksi, dan lain-lain) serta faktorpsikososial (ketegangan dikamar bedah, penerimapasien gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa,shift kerja, hubungan kerja yang kurang harmonis,dan lain-lain).3

Bagian pemeliharaan terpajan dengan solvent,asbes, listrik, bising, dan panas. Karyawan dibagian cleaning service terpajan deterjen,desinfektan, tertusuk sisa jarum suntik dan lain-lain. Karyawan katering sering mengalami tertusukjari, luka bakar, terpeleset, keletihan, stres kerja,dan lain-lain. Teknisi radiologi potensial terpajanradiasi dari sinar X dan radioaktif isotop atau zatkimia lainnya. Perawat sering cedera punggung,terpajan zat kimia beracun, radiasi, dan stres akibatshift kerja. Petugas di ruang operasi mempunyairisiko masalah reproduksi atau gastroenterologiPajanan limbah gas anaestesi, risiko luka potong– tusuk, radiasi, dan lain-lain. 2

Rumah sakit merupakan penghasil sampahmedis atau klinis terbesar, yang kemungkinanmengandung mikroorganisme patogen, parasit,bahan kimia beracun dan radioaktif. Hal ini dapatmembahayakan dan menimbulkan gangguankesehatan baik bagi petugas, pasien maupunpengunjung rumah sakit. Di samping itu, jikapengelolaannya tidak baik dapat menjadi sumberpencemaran terhadap lingkungan yang padagilirannya akan menjadi ancaman terhadapkesehatan masyarakat yang lebih luas.Pengelolaan sampah dan limbah rumah sakitmerupakan bagian dari upaya penyehatanlingkungan, bertujuan melindungi masyarakat akan

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumberdari sampah atau limbah rumah sakit. 3,4,5

Peraturan Pemerintah RI No 19/1994menetapkan bahwa limbah hasil kegiatan RS danlaboratoriumnya termasuk dalam daftar limbah B3dari sumber yang spesifik dengan kode limbahD227.1 Sesuai dengan Permenkes No. 986Menkes/Per/XI/1992, tanggal 14 November 1992tentang prasyaratan kesehatan lingkungan rumahsakit meliputi; penyehatan bangunan dan ruangantermasuk pengaturan pencahayaan, penghawaanserta pengendalian kebisingan, penyehatanmakanan dan minuman, penyehatan air termasukkualitasnya, pengelolaan limbah, penyehatantempat pencucian umum termasuk pencucian linen,pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi ataudesinfeksi, perlindungan radiasi serta penyuluhankesehatan lingkungan. 6

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KECELAKAANAKIBAT KERJA DI RS/SARANA KESEHATAN

Dalam pelayanan kesehatan kerja dikenaltahapan pencegahan PAK dan kecelakan akibatkerja (KAK) yakni pencegahan primer, meliputipengenalan hazard (potensi bahaya),pengendalian pajanan yag terdiri dari monitoringlingkungan kerja, monitoring biologi, identifikasipekerja yang rentan, pengendalian teknik,administrasi, pengunaan APD. Pencegahansekunder meliputi screening penyakit, pemeriksaankesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan bagipekerja yang berpotensi terpajan hazard tertentu,berdasarkan peraturan perundangan (statutorymedical examination).7

Pelayanan kesehatan kerja juga diberikanpada tahapan pencegahan tersier meliputi upayadisability limitation dan rehabilitasi. Pelayanankesehatan kerja tersebut, seperti yangdiilustrasikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Pencegahan P rim er Pence gahan Se kunde r

M onitoring lingku nga n ker jap engen dalia n tekn ik

pengen dalian adm inis tras iP engend alian m edis

pe nggunaa n A PD

Pa jananId entifikas i

peke rjarenta n

Inde ksPem aparan

B io lo gis

E fekB io logis

E fekB io logis

Sak itAs imptom atik

Sakit

P eme riksaanK eseh ata nP rakarya

P em eriksaanK esehatan

B erkala

M onito rin gB iologis

M o nitoringB iologis

Screenin g

Su mbe r : Jeyaratna m J , Koh D prevention of Occupational d iseases in Jeyaratnam J, Koh D (eds), T ex tbook of occupational m edic ine in practice

Gambar 1. Pelayanan Kesehatan Kerja dalam Konsep Pencegahan Penyakityang Timbul Akibat Hubungan Kerja

Sumber: Jeyaratnam J, Koh Dprevention of occupational diseases in Jeyaratnam J, Koh D (eds), Textbook of occupational medicine inpractise Singapore; world scientific; 1996: 420

Page 4: Manjemen k 3

64

Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dengan kata lain pengendalian PAK dan KAKdi RS meliputi:1. Legislative control seperti peraturan

perundangan, persyaratan-persyaratan tehnisdan lain-lain

2. Administrative control seperti seleksikaryawan, pengaturan jam kerja dan lain-lain

3. Engineering control seperti substitusi/isolasi/perbaikan sistem dan lain-lain serta

4. Medical control

DASAR HUKUM MANAJEMEN HYPERKES DANKESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

Beberapa standar hukum yang digunakansebagai landasan pelaksanaan manajemenhyperkes dan keselamatan kerja di rumah sakitantara lain;1. Undang-Undang No 14/1969 tentang

Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.2. Undang-Undang No 1/1970 tentang

Keselamatan Kerja.3. Undang-Undang No 23/1992 tentang

Kesehatan.4. Permenkes RI No 986/92 dan Kep Dirjen PPM

dan PLP No HK.00.06.6.598 tentangKesehatan Lingkungan RS.

5. Permenkes RI No 472/Menkes/Per/V/96tentang pengamanan bahan berbahaya bagikesehatan.

6. Kepmenkes, No. 261/MENKES/SK/II/1998dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.00.06.6.82 tentang Petunjuk Tehnis

Pelaksanaan Persyaratan KesehatanLingkungan Kerja.

7. Kepmenkes, No. 1335/MENKES/SK/X/2002tentang Standar Operasional Pengambilandan Pengukuran Sampel Kualitas UdaraRuang RS.

Pengorganisasian K3 di rumah sakitberdasarkan atas;1. Surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan

Medik No.00.06.6.4.01497 tanggal 24 Februari1995 tentang PK3-RS

2. Optimalisasi fungsi PK3-RS dalampengelolaan K3 RS

3. Akreditasi RS4. Audit manajemen K3 RS5. SK MenKes No 351/MenKes/SK/III/2003

tanggal 17 Maret 2003 tentang KomiteKesehatan dan Keselamatan Kerja SektorKesehatan

6. SKB No. 147 A/Yanmed/Insmed/II/1992 Kep.44/BW/92 tentang Pelaksanaan PembinaanK3 Berbagai Peralatan Berat Nonmedik diLingkungan RS

Salah satu contoh struktur organisasi rumahsakit BUMN yang telah mencantumkan manajemenhiperkes dan Keselamatan Kerja RS, yangdiimplementasikan kedalam sistem manajemensanitasi rumah sakit dan pengendalian infeksinosokomial serta manajemen keselamatan kerjaterlihat seperti pada Bagan 1.

D e w a n P e n y a n tu n

K o m itek o m i te

D ire k tu r R u m a h S a k it

P e la y a n a nM e d ik

P e n u n ja n gM e d ik

P ro m o s i d a nP r e v e n t i f

A d m in is t ra s i u m u md a n k e u a n g a n

U n i t p e la y a n a nF u n g s io n a l in s ta la s i :

L a b o ra to r iu m

R a d io lo g i

F a rm a s i

G iz i

C u c i

D ia g n o s t ik d a n F is io te ra p i

G a w a t D a ru ra t

P o l ik l in ik

R a w a t In a p B a n g s a l

R a w a t In a p K e la s /IC U

K m b e d a h d a n K m B e rs a l in

R e k a m M e d ik d a n In fo rm a s i

K IA d a n K B

K e s l in g d a n K e s k e r

T a ta U s a h a

K e u a n g a n

P e m b u k u a n

P e m e lih a ra a n s a ra n aF is ik d a n M e d ik

P e m b e k a la n

K e t e ra n ga n

X U X O

X U X O

X U X O

X U O

O U O O

X U X O

U X O

U X X O

U X X O

U X X O

U X O

O O U O

X X U O

U O

O O O U

O O O O

O O O O

O O O O

O O O O U

Bagan 1. struktur salah satu organisasi rumah sakit BUMN

KeteranganU = Unit dariX = Interaksi medis tehnisO = Interaksi medis administrasiSumber: R. Darmanto Djojodibroto, Kiat Mengelola Rumah Sakit. p. 12.1997

Page 5: Manjemen k 3

Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja

65

PELAKSANAAN MANAJEMEN K3 RSPelaksanaan manajemen hiperkes dan K3 RS,

berupaya meminimalisasi kerugian yang timbulakibat PAK dan KAK, perlindungan tenaga kerjaserta pemenuhan peraturan perundangan K3 yangberlaku (law-compliance). Perekonomian globaltelah menstandarkan ISO baik seri 9000 maupunseri 14.000, kriteria yang ditetapkan antara lainkualitas produk atau jasa/pelayanan yang tinggi,keamanan pada tenaga kerja dan konsumen ataupasien serta ramah akan lingkungan. Fungsimanajemen, yang dikemukakan oleh beberapaahli, mengacu kepada tiga fungsi pokokmanajemen yaitu perencanaan, pengorganisasiandan pengawasan atau pengendalian 8,9,10,11 sepertiyang terlihat pada pada Tabel 1.

Fungsi manajemen lainnya disesuaikandengan falsafah RS yang bersangkutan.

Fungsi perencanaan dalam manajemenHyperkes dan K3 RS, merupakan bagian integraldari perencanaan manajemen perusahaan secaramenyeluruh, yang dilandasi oleh komitmen tertulisatau kesepakatan manajemen puncak.Pengorganisasian K3 RS mengacu ke UU No 1/1970tentang Pembentukan Panitia Pembina K3 RS(P2K3 RS) yang keanggotaannya terdiri dari 2unsur (bipartite) yaitu unsur pimpinan dan unsurtenaga kerja. Fungsi pengawasan ataupengendalian didalam manajemen hiperkes danK3RS merupakan fungsi untuk mengetahuisejauhmana pekerja dan pengawas atau penyeliamematuhi kebijakan K3RS yang telah ditetapkanoleh pimpinan serta dijadikan dasar penilaian untuksertifikasi.

KESIMPULAN DAN SARANTujuan Manajemen hiperkes dan K3RS adalah

melindungi petugas RS dari risiko PAK/PAHK/KAKserta dapat meningkatkan produktivitas dan citraRS, baik dimata konsumen maupun pemerintah.Keberhasilan pelaksaanaan K3RS sangattergantung dari komitmen tertulis dan kebijakanpihak direksi. Oleh karena itu, pihak direksi haruspaham tentang kegiatan, permasalahan dan terlibatlangsung dalam kegiatan K3RS. Pelaksanaan K3di rumah sakit ditujukan pada 3 hal utama yaitu

SDM, lingkungan kerja dan pengorganisasian K3dengan menggalakkan kinerja P2K3 (PanitiaPembina atau Komite K3) di RS.

UCAPAN TERIMA KASIHSaya ucapkan terima kasih kepada Dr. H.M.A

Husnil Farouk, MPH selaku ketua PSKM FK Unsridan Dr. H. Danardono Soekimin, MPA, ASC, selakuketua Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI)Provinsi Sumatera Selatan atas bimbingannya.

KEPUSTAKAAN1. Darmanto Djojodibroto R., Kiat Mengelola

Rumah Sakit, Hipokrates, Cetakan I, 1997.2. Kepala Pusat Kesehatan Kerja, Kesehatan

Kerja Disarana Kesehatan, Pentaloka FasilitatorK3 Di Pusdiklat Jakarta, 14 Juli 2003.

3. Komite K3. Seminar K3 di RS, Jakarta 22Januari 1994.

4. Depkes RI DIRJEN PPM dan PLP, PedomanSanitasi Rumah Sakit Di Indonesia, DepkesRI, 1990.

5. Keputusan Dirjen P2M dan PLP No.HK.00.06.6.44. Tanggal 18 Februari 1993,Tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis TataCara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

6. Permen Kes RI No. 986/menkes/per/XI/1992Tanggal 14 November 1992, TentangPersyaratan Kesehatan Lingkungan RumahSakit. 1992.

7. Jeyaratnam, J., Koh, D. Prevention Of Occu-pational Diseases, In Jeyaratnam J, Koh D(eds), Textbook Of Occupational Medicine InPractice Singapore; World Scientific; 1996.

8. Sugeng Budiono, A.M., Higiene Perusahaan,dalam Bunga Rampai Hiperkes dan K3, 2nd,Jakarta 2003.

9. Yusuf, RMS,, Manajemen Hiperkes DanKesehatan Kerja di Perusahaan, dalam BungaRampai Hiperkes dan K3, 2 nd, Jakarta. 2003.

10. Benny. L. Priatna. Integrasi SMK3, dalam BungaRampai Hiperkes dan K3, 2 nd, Jakarta 2003.

11. Bennet Silalahi, et.al. Manajemen K3, SeriManajemen No. 12 PT Pustaka BinamamPressindo, Jakarta 1985.

G.R Terry Harold Koontz and Cyril O’ Donnel

Henry Fayol James AF Stoner

D Keith Denton

Planning Organizing Actuating Controlling

Planning Organizing Staffing Directing Controlling

Planning Organizing Directing Coordinating Controlling

Planning Organizing Leading Controlling

Planning Organizing Controlling Motivating

Tabel 1. Tiga Fungsi Pokok Manajemen Menurut Beberapa Ahli