manjemen krisis
-
Upload
bang-mitro -
Category
Documents
-
view
136 -
download
5
Transcript of manjemen krisis
MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIASEKOLAH STAF DAN PIMPINAN
STRATEGI POLRI DALAMKONSEP MANAJEMEN KRISIS :(TINJAUAN FUNGSI RESERSE)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Krisis adalah situasi/kondisi gawat/genting yang
merupakan titik balik dari keadaan baik menjadi buruk
atau sebaliknya. Kadar gawatnya berbeda-beda,
tergantung dari faktor penyebabnya. Faktor-faktor
penyebab krisis antara lain :
a. Faktor umum :
- Rasa aman dan kesejahteraan yang
terganggu
- Tidak adanya tanggung jawab sosial
dan tanggung jawab kepada publik dari institusi-
institusi pemerintah, legislatif, yudikatif maupun dari
sektor bisnis.
- Ketidak adilan sosial dalam tata
kehidupan masyarakat.
b. Faktor Khusus
- Kesalahan manajemen/pengambilan
kebijakan yang menyebabkan penderitaan orang
banyak.
- Korupsi, kolusi dan Nepotisme
- Perubahan ekonomi yang mendadak
- Regulasi atau deregulasi
- Kecelakaan yang menimbulkan
korban besar
- Bencana besar (bencana alam)
- Kebakaran hutan
- Terorisme
Faktor-faktor tersebut menimbulkan berbagai bentuk
krisis seperti adanya pemboikotan, pemogokan, petisi,
demonstrasi, pengaduan ke parlemen yang menyebabkan
terhambat, atau berhentinya proses produktivitas/aktivitas
masyarakat umum.
Krisis tersebut biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba
tetapi ada gejala-gejalanya / ada tahapan-tahapan dan
tingkat perkembangan krisis yaitu :
a. Masa pra krisis : merupakan tahap peningkatan diri
namun sering diabaikan atau karena ketidak pekaan
maka gejala/tahap ini sering tak terdeteksi/tak
tertangkap sinyal-sinyalnya.
b. Masa krisis akut yang merupakan tahap kerusakan
mulai dampak awal sampai tahap puncak krisis yang
menimbulkan suasana yang mencekam / paling kritis
baik dalam masyarakat maupun dalam
institusi/organisasi.
c. Masa krisis kronis : merupakan tahap titik balik yang
merupakan masa panjang untuk melakukan
recovery/instropeksi.
d. Tahap penyelesaian yaitu tahap upaya untuk
memecahkan atau mengatasi krisis.
Dampak Krisis adalah :
2
Intensitas permasalahan menjadi meningkat,
kelancaran usaha produktivitas/aktivitas terganggu,
mengkacaukan sistem kerja/sistem sosial, menimbulkan
kepanikan, membuat pemerintah atau pihak ketiga
melakukan intervensi.
Contoh kejadian krisis yang melanda Indonesia
dimulainya dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
menjadi krisis kepercayaan, Bom bali yang menimbulkan
ketakutan dan kepanikan masyarakat, teror Bom di
beberapa kota di Indonesia, konflik sosial dan konflik antar
suku bangsa (di Kalimantan, Ambon, Maluku, Poso),
separatisme Aceh, Papua dsb. Kesemuanya itu
menimbulkan rasa ketidak nyamanan/rasa tak aman dalam
tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang tak kalah
besar pengaruhnya terjadinya bencana tsunami dan
gempa bumi di Aceh, Nias yang tak hanya mencekam
tetapi juga mengahancurkan kehidupan sosial bahkan
mengancam kesatuan dan persatuan bangsa.
Situasi krisis yang penuh ketidak pastian dan tidak
adanya peraturan hukum yang dapat dijadikan acuan /
panutan / kepastian hukum semua serba semaunya
bahkan hukum rimba yang berlaku siapa yang kuat yang
menang dan menguasai. Tentu ketidak adilan yang
merebak dan menyebar kemana-mana kesemua segi dan
strata kehidupan sosial. Apabila tak ditangani secara
tepat/cepat, maka akan timbul suatu bencana yang lebih
besar/chaos/kondisi seperti dapat dikatakan situasi tanpa
aturan (savage society/masyarakat yang liar).
Krisis tersebut tidak hanya dalam tata kehidupan
masyarakat tetapi juga terjadi dalam organisasi / institusi.
Tulisan ini adalah tentang strategi Polri dalam menangani
3
krisis baik dalam organisasi maupun krisis dalam
masyarakat dengan pendekatan / kajian reserse. Dalam
konteks ini difokuskan pada fungsi Polri sebagai aparat
penegak hukum memberikan kepastian hukum,
mengembalikan situasi yang kacau/savage sosciety
menuju masyarakat sipil yang demokratis. Tentu hal ini
bukan serta merta hanya tindakan reserse, tetapi
setidaknya Polri sebagai salah satu aparat pemerintah
yang bertanggung jawab masalah keamanan berupaya
mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum
dan peradilannya, melalui kemampuan untuk menyelidiki
dan menyidik / menyelesaikan krisis dari segi penegakan
hukum.
Untuk dapat menyelesaikan melalui hukum tentunya
organisasi Polri harus sudah sehat terlebih dahulu dan
institusi Polri dapat menunjukkan kinerja yang positif / citra
yang baik dimata masyarakat, sehingga benar-benar dapat
fungsional dan mendapatkan legitimasi secara luas.
2. Permasalahan
Permasalahan dalam tulisan adalah fungsi Polri
dalam membangun strategi dalam konsep manajemen
krisis menuju polisi sipil yang profesional melalui
kemampuan fungsi reserse dalam menegakkan
hukum/memberikan kepastian hukum guna mewujudkan
situasi kamtibmas yang kondusif.
3. Pokok-pokok Persoalan
a. Polisi dan Manajemen krisis
4
b. Strategi Polri melalui fungsi reserse dalam manajemen
krisis
c. Krisis center sebagai wadah penanganan krisis
4. Maksud dan Tujuan
Tulisan ini bermaksud menunjukan strategi Polri
melalui fungsi Reskrim dalam menangani krisis yang
terjadi baik dalam orgnisasi maupun dalam masyarakat.
Tujuan tulisan ini adalah memberikan sumbangan
saran/masukan bagi institusi Polri dalam menangani krisi
internal Polri/maupun Krisis sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
5. Metode dan Pendekatan
Pendekatan tulisan ini adalah melihat krisis sebagai
situasi yang tidak menentu / tanpa aturan hukum yang
membuat situasi menjadi kacau dan melalui kemampuan
fungsi Reskrim Polri membuat strategi untuk
mengembalikan situasi yang krisis menjadi normal /
melakukan rehabilitasi terhadap keteraturan sosial yang
rusak.
Metode penulisan ini adalah dari studi kepustakaan
dan ditulis secara Deskriptif/analitis untuk penanganan
menangani krisis.
6. Sistematika Penulisan
a. Pendahuluan
b. Polisi dan manajemen krisis
5
c. Strategi Polri melalui Fungsi Reskrim dalam menangani
krisis
d. Krisis Center sebagai wadah manajemen krisis
e. Penutup
II. POLISI DAN MANAJEMEN KRISIS
7. Polisi
Polisi adalah sebagai aparat pemerintah yang
bertugas/mempunyai tugas pokok untuk memelihara
keteraturan sosial, memberikan pelayanan keamanan
kepada masyarakat, memberikan perlindungan dan
pengayoman serta sebagai aparat penegak hukum.
Fungsi Polisi dalam masyarakat adalah fungsional
yaitu dalam tata kehidupan masyarakat Polisi merupakan
kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Dan sebagai
insitusi untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan
dengan kamtibmas. Polisi sebagai aparat/petugas juga
merupakan hukum yang hidup karena polisi juga
mempunyai kewenangan diskresi dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu dapat mengabaikan / tidak mengikuti hukum
yang berlaku tetapi dapat mengambil kebijakan sendiri yang
dapat dipertanggung jawabkan. Diskresi merupakan suatu
penyimpangan hukum tetapi dilakukan untuk kepentingan
umum, untuk kemanusiaan, keadilan maupun untuk
pencerahan kepada masyarakat.
Polisi dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
melalui Pemolisian (Policing). Pemolisian merupakan segala
usaha/upaya yang dilakukan oleh petugas Polisi baik tingkat
manajemen/operasional dalam rangka
6
menciptakan/memelihara kamtibmas baik dengan upaya
Paksa maupun tanpa upaya Paksa.
Pemolisian secara garis besar dapat dijelaskan dan
dibagi menjadi dua yaitu Pemolisian yang kuno
(konvensional Policing) dan Pemolisian yang modern (yang
dikenal dengan Community Policing).
Pemolisian yang konvensional adalah pemolisian
yang reaktif dan sebagai Crime Fighter sedang pemolisian
yang kontemporer/modern adalah menyeimbangkan
kegiatan Pemolisian yang reaktif dengan yang proaktif
sebagai upaya untuk menyelesaikan berbagai masalah
sosial yang terjadi dalam masyarakat maupun untuk
membangun kemitraan dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
8. Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah pengelolaan kondisi sumber
daya organisasi/sumber daya lainnya dalam
masyarakat/tata kehidupan berbangsa dan bernegara pada
saat terjadi ketidak seimbangan yang dapat menjadikan
situasi semakin buruk atau sebaliknya, dengan manajemen
krisis dengan harapan agar kondisi sumber daya dapat
direhabilitasi/semakin baik.
Manajemen krisis dalam menangani situasi yang
tertekan dengan cara merencanakan, mengorganisasikan,
megerahkan dan mengendalikan sejumlah operasi yang
saling berkaitan dan menuntun proses pengambilan
keputusan dari mereka yang bertanggung jawab menjadi
menjadi sebuah resolusi yang cepat tetapi tak tergesa-gesa
tentang masalah genting yang dihadapi organisasi.
Dalam Convention Of Crisis, Coral Bell menulis :
7
“ memandang ke belakang disepanjang sejarah krisis
pada perang secara keseluruhan, kita dikejutkan
dengan perasaan betapa seringnya para pengambil
keputusan tanpa persiapan atau pikiran sebelumnya,
bertindak berdasarkan dorongan intuisi atau
temparemen daripada berdasarkan rencana atau
logika.”
Meskipun menangani krisis namun berpikir secara
logikal/konseptial dan teoritikal tetap diperlukan, karena
tanpa hal itu atau hanya berdasar kebiasaan/pengalaman
saja biasanya dangkal dan tidak dapat untuk mengatasi
secara komprehensif.
10 hal yang perlu diperhatikan/minimal yang harus
dilakukan dalam mengahadapi krisis ;
a. Duduk setenang mungkin dan nilai situasi dan
menetapkan :
1) Apa yang sebenarnya terjadi
2) Mengapa hal itu terjadi
3) Apa yang mungkin terjadi kecuali sesuatu dilakukan
terhadapnya
4) Seberapa cepat harus bertindak untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
5) Siapa saja yang terlibat
6) Siapa yang mungkin harus dilibatkan
7) Sumber daya apa yang dimiliki (SDM, peralatan,
Anggaran, Jaringan dsb).
b. Merancang rencana tindakan awal dan tetapkan
langkah demi langkah dan siapkan rencana kontijensi
untuk menangani kejadian.
8
c. Susun kelompok manajemen krisis untuk menangani
situasi krisis. Atur tugas dan tanggung jawab serta
kewenangan untuk bertindak (dalam keadaan darurat
perlu mendelegasikan kewenangan kepada beberapa
orang).
d. membentuk pusat manajemen krisis.
e. Menetapkan sistem komunikasi sehingga informasi atau
berita tentang apa yang terjadi dapat
dikondisikan/menerima dengan cepat dan akurat.
f. Menyingkirkan masalah-masalah lain secepat mungkin.
g. Delegasikan masalah-masalah non krisis ketempat
masalah-masalah tersebut dapat ditangani secara
santai.
h. Mempersiapkan rencana yang telah dibuat secara rinci
yang mencakup :
1) Segala waktu – bertindak sekarang/nanti
2) Ruang untuk periode pendinginan
3) Pemecahan untuk jangka waktu yang lebih panjang
untuk diimplementasikan secara tepat.
4) Rencana kontijensi untuk menangani perkembangan
atau keadaan darurat.
i. Memantau secara kontinyu apa yang tepatnya terjadi,
pastikan bahwa anda memperoleh informasi yang anda
perlukan dengan cepat sehingga dapat bereaksi dengan
segera tetapi tanpa kepanikan.
j. Mengevaluasi tindakan dan realisasi kontinyu sehingga
dapat memodifikasi rencana dan dengan cepat
mengambil langkah-langkah koreksi / pencegahan.
Dalam menangani krisis diperlukan manajer krisis
yang baik bersikap tegas, yang dapat bereaksi dengan cepat
9
dengan kemampuan/ketrampilan yang tinggi untuk
mempercepat pengambilan keputusan.
Langkah-langkah pengambilan keputusan yang harus
dilakukan oleh manajer krisis tanpa melampaui langkah
apapun dalam urutan pemecahan masalah. Pengambilan
keputusan yang baku adalah sebagai berikut :
a. Definisikan situasi
b. Menyatakan tujuan
c. Kembangkan hipotesis
d. Peroleh fakta
e. Analisa fakta
f. Pertimbangkan arah tindakan yang mungkin
g. Putusan dan implementasikan
h. Pantau implementasi
Manajer Polisi (Kapolres, Kapolda bahkan Kapolri)
juga merupakan manajer krisis, mengapa demikian ? karena
saat ini Indonesia dari masa transisi menuju masyarakat
yang demokratis dan Indonesia saat ini juga merupakan
daerah yang rawan konflik/rawan bencana yang juga
menjadi ladang bagi teroris melakukan aksinya.
Dengan memahami dan mempunyai kemampuan
sebagai seorang manejer krisis tentunya para manajer Polisi
akan lebih cepat mengantisipasi dan dapat merehabilitasi.
Teruitama kapolres sebagai pimpinan KOD yang juga
sebagai manajer menengah yang operasional penuh dalam
memelihara dan menciptakan keteraturan sosial/Kamtibmas.
III. STRATEGI POLRI MELALUI FUNGSI RESKRIM DLM
MENANGANI KRISIS
10
9. Situasi Krisis yang Terjadi
Krisis yang mungkin terjadi antara lain dalam
organisasi maupun dalam tata kehidupan masyarakat ;
a. Krisis dalam Organisasi
Krisis dalam organisasi dapat dikatakan organisasi tidak
lagi dapat berfungsi sebagaimana yang seharusnya
atau dapat dikatakan organisasi sudah berubah haluan /
menyimpang dari visi dan misinya.
Hal tersebut dikarenakan adanya :
1) Birokrasi yang tidak rasional/patrimonial
2) Kebudayaan organisasi yang aktual berbeda bahkan
bertentangan dari kebudayaan yang ideal.
3) Keterbatasan sumber daya yang ada
4) Metode / pola kerja yang tidak mampu mengikuti
perubahan / perkembangan jaman.
5) Kemampuan SDM yang rendah
6) Merebaknya KKN dalam organisasi
7) Tidak bagusnya sistem manajemen
8) Tidak mendapatkan kepercayaan baik secara internal
/ eksternal
9) Berkembangnya sistem yang dispolitik/tidak fair
10) Tingkat disiplin yang rendah
11) Adanya jabatan basah dan kering
b. Krisis dalam tata kehidupan masyarakat/sosial
Krisis dalam tata kehidupan masyarakat/sosial adalah
kondisi/ keadaan yang meresahkan/gawat dan
mengahambat/ menghancurkan produktivitas
masyarakat. Krisis tersebut antara lain disebabkan
adanya :
11
1) Perubahan sosial yang begitu cepat dan
masyarakat tidak mampu
mengikuti/menghadapinya
2) Krisis moneter / krisis ekonomi
3) Bencana alam (tsunami/gempa bumi, banjir, tanah
longsor dsb)
4) Terorisme
5) Wabah penyakit
6) Kecelakaan besar/yang menimbulkan kerusakan/
kehancuran yang cukup luas dalam masyarakat.
7) Konflik sosial / konflik antar suku bangsa.
8) Demonstrasi
9) Civil disobidience (pembangkangan sipil)
10) Civil disoder (masyarakat yang tidak teratur).
11) Kudeta
12) Separatisme dsb
10. Strategi Polri dalam Menangani Krisis
Dalam krisis senantiasa terjadi kekacauan dan
ketidakpastian baik krisis dalam organisasi maupun krisis
dalam masyarakat. Dampak krisis adalah terhambatnya
jalannya produktifitas. Bagimana menangani krisis agar
dapat normal kembali? Sejalan dengan pemikiran tersebut
maka langkah-langkah dalam menangani krisis adalah sbb :
a. Konsolidasi kedalam : agar secara intern organisasi tetapi
solid sehingga semua kegiatan tetapi dapat berjalan.
b. Menentukan sikap yang mencakup : merumuskan dan
penetapan strategi berdasarkan pemahaman tentang
faktor penyebab krisis.
c. Bertindak melaksanakan strategi penyelesaian krisis
sesuai yang telah ditetapkan.
12
Dalam mengahadapi krisis organisasi adalah :
a. Melakukan internal audit
b. Melakukan environmental scaning
c. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi
d. Melakukan analisa dan penetapan kebijakan
e. Melakukan perubahan dengan langkah-langkah
- Sosialisasikan tujuan / perubahan organisasi yang
baru
- Beri latihan / pendidikan agar dapat memahami
- Ajak untuk ber partisipasi agar dapat
memanfaatkan
- Terus tumbuh kembangkan perubahan-perubahan
f. Mengatur sikap-sikap resistensi terhadap terjadinya
perubahan dengan :
- mengkomunikasikan
- negosiasi
- Ajak untuk berpartisipasi
- Fasilitas
- Manipulasi
- Paksa
g. Membangun Birokrasi yang rasional aturan/hukum
menjadi panglima
h. Mendukung etika kerja yang didukung dengan adanya
standarisasi, penilaian kinerja, sistem reward dan
punishment.
Dalam mengatasi krisis dalam organisasi dibutuhkan
suatu figur pemimpin yang kuat dan dapat menjadi panutan
serta dipercaya. Selain itu mempunyai kemampuan berfikir
13
secara konseptual/teoritikal untuk memprediksi/membuat
hipotesa-hipotesa yang akan menjadi dasar kebijakannya.
Selain itu perlu ada komitmen yang kuat bagi organisasi
untuk berubah. Dan tentunya orang disekitar pimpinan
harus orang-orang yang jujur dan mempunyai wawasan
yang luas dan juga mempunyai komitmen / integritas untuk
maju.
Fungsi Reskrim dalam hal ini adalah sebagai
profesional yang mandiri dan tidak diintervensi serta
tindakan-tindakannya adalah tindakan hukum bukan
tindakan-tindakan personal. Tindakan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara
hukum.
Strategi Polri untuk menangani krsisis sosial yang
terjadi dalam tata kehidupan sosial masyarakat adalah :
a. Melakukan interaksi dengan instansi terkait/stake
holder.
b. Mengidentifikasi permasalahan/mengumpulkan data-
data.
c. Melakukan analisa dan menentukan hipotesa-hipotesa
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadinya +
alternatif-alternatif penanganannya.
d. Mengadakan koordinasi dan mengambil kebijakan untuk
tindak lanjuti / cara bertindak dan segera
mengimplementasinya.
Tindakan-tindakan tersebut mencakup :
- Pencegahan
Yang mencakup internal audit, environmental
scaning, membuat Kirka/ perkiraan keadaan dan
skenario pengamanan sebagai bahan latihan/alternatif-
alternatif penanganan.
14
e. memantau terus pelaksanaannya sehingga apabila
terjadi penyimpangan-penyimpangan dapat diluruskan.
f. Melakukan analisa dan evaluasi.
Dalam kondisi krisis hukum tak berlaku dan yang
berlaku adalah hukum rimba, yang kuat yang menang,
diskriminasi, ketidakadilan dan penghancuran produktivitas.
Situasi seperti itu dapat dikatakan sebagai savage society
(masyarakat liar) dan tanpa hukum.
Fungsi Reskrim dalam situasi ini sangat diperlukan
untuk menegakkan hukum, tetapi mungkinkah kalau tanpa
kemampuan yang handal/profesional, atau tanpa dukungan
hukum itu sendiri yang kuat, sarana dan prasarana hukum
serta masyarakat yang mau dan memahami hukum itu
sendiri ?, tentu saja tidak mampu maka dalam hal ini perlu
adanya suatu crisis center dalam mendukung kegiatan-
kegiatan Reskrim dalam menegakkan hukum dalam situasi
Krisis/tanpa hukum.
IV. CRISIS CENTER SEBAGAI WADAH PENANGANAN KRISIS
Crisis Center merupakan wadah yang dapat mendukung
dalam menangani krisis baik pada tingkat preventive atau
pencegahan, pengamanan saat krisis maupun rehabilitasi
pasca kritis.
Krisis merupakan satu masalah yang kompleks yang perlu
ditangani oleh stakeholder yang mencakup :
a. Kepolisian
b. Masyarakat
c. Pemda
d. DPRD
e. Pengusaha/Pebisnis
15
f. LSM
g. Media
Stakeholders tersebut harus mempunyai komitmen
bersama untuk membangun kembali keteraturan yang rusak
akibat krisis atau mempunyai kemampuan untuk mencegah
terjadinya krisis. Yang berarti lembaga tersebut profesional dan
dibangun atas kesadaran bahwa kebutuhan akan rasa aman,
keamanan dan hukum sebagai panglima yang akan menjadi
alat mencari kepastian hukum, sebagai perlindungan terhadap
manusia serta untuk mendukung proses produktivitas dari
masyarakatnya.
Kegiatan-kegiatan crisis center tersebut harus senantiasa
ditumbuhkembangkan dengan mengacu kepada model-model
managemen yang modern seperti managemen perubahan,
managemen konflik sebagai organisasi pembelajaran sehingga
mampu membuat skenario pengamanan krisis. Dalam konteks
ini crisis center dapat menjadi wadah untuk menyembuhkan
order yang rusak/keteraturan/hukum tak berfungsi lagi menjadi
berfungsi.
Hukum dapat berfungsi/ dapat ditegakkan/dapat dijadikan
sebagai pedoman kepastian hukum, perlindungan harkat dan
martabat manusia dan mendukung proses.
Produktivitas harus mencakup :
- Hukum itu sendiri sehingga hukum yang kuat dan
berorientasi kepada masyarakat / kepentingan bangsa /
negara
- Aparat penegak hukum yang profesional, bersih dari
berbagai penyimpangan/KKN dan dapat dipercaya.
16
- Sarana dan prasarana hukum yang memadai termasuk
sistem peradilan yang solid.
- Masyarakat sendiri yang mendukung / sadar akan perlunya
hukum demi membangun tata kehidupan sebagai civil
society yang demokratis.
Dengan adanya crisis center diharapkan dalam menangani
krisis yang terjadi tidak lagi tergopoh-gopoh/secara reaktif /
seperti pemadam kebakaran tetapi sudah dilaksanakan secara
proaktif dan senantiasa memikirkan solusi / pemecahan-
pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitasnya.
V. PENUTUP
11. Kesimpulan
Krisis merupakan situasi yang tak terkendali / ambang
menuju kehancuran atau sebaliknya pada masa seperti ini
biasanya tak ada lagi hukum, tak ada lagi
keadilan,pemalakan, KKN, diskriminasi dan penghancuran
tata kehidupan sosial akan semakin cepat bila tak
ditangani secara cepat dan tepat.
Krisis dapat diibaratkan sebagai virus yang terus dapat
merusak tata kehidupan sosial/dalam organisasi. Dalam
penanganannya tidak mungkin sepotong-sepotong/secara
parsial tetapi harus ditangani secara komprehensif/secara
holistik dan sistematik yang dibangun dengan crisis center.
12. Saran
Dalam menangani krisis Polri hendaknya melakukan
tindakan-tindakan :
17
a. MembangunBirokrasi yang Rasional dan
menetapkan zero violence (dalam organisasi yang
tidak boleh ada pelanggaran).
b. Melakukan perubahan paradigma menuju polisi sipil
yang profesional, pandai, bermoral, dan taat
hukum.
c. Membangun organisasi pembelajaran.
d. Menerapkan sistem SDM berbasis kompetensi.
e. Meningkatkan kualitas SDM dengan membangun
lembaga pendidikan sebagai center of excelence.
f. Menerapkan Managemen perubahan.
g. Mendorong/mendukung terbentuknya crisis center
baik yang dibuat di tingkat
kabupaten/kotamadya/dalam internal institusi Polri.
Lembang Februari 2006
S I N D I K A T I
18
ALUR PIKIR
19
MENEGAKKAN HUKUM DGN
PROFESIONAL
MEMBERDAYAKAN RESKRIM
- HUKUM- PERANGKAT HUKUM- APARAT PENEGAK
HUKUM- MASYARAKAT
INTERNAL/ORGANISASI
POLRI KRISIS
DALAM TATA
KEHIDUPAN SOSIAL
- TIDAK ADA KEPASTIAN
- TIDAK PRODUKTIF- POTENSI
KEHANCURAN- TIDAK ADA
HUKUM
RESTORATIVE
ORDER
SITUASI KONDUSIF
+ PRODUKTIF
CRISIS CENTER