Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro

4
LAPORAN PRAKTIKUM TOPIK : Manipulasi Resin Akrilik Gelombang Mikro GRUP : 17 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2011 No. Nama Nomor Mahasiswa 1. Tantia Cita Dewanti 8646 2. Dhinintya Hyta Narissi 8650 3. Herliena Dyah Indriani 8652 4. Mufidana Azis 8654 5. Fariz Ramadhan 8656 6. Tri Kurniasari 8660 PEMBIMBING : Prof. Dr. drg. Widowati S., M.S. 1. HASIL PRAKTIKUM Hasil praktikum yang kelompok kami dapatkan adalah resin mencapai fase dough pada waktu 9 menit 48 detik. Tanda polimerisasi yang kami temui adalah terdapat porus pada resin, dimensi resin sesuai dengan mould, dan terdapat sedikit ekses di sisi resin. 2. PEMBAHASAN Menurut Phillips (2004) resin akrilik polimerisasi microwave lebih sedikit menimbulkan porositas. Tetapi pada

description

biomat

Transcript of Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro

Page 1: Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPIK : Manipulasi Resin Akrilik Gelombang MikroGRUP : 17 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2011No. Nama Nomor Mahasiswa

1. Tantia Cita Dewanti 8646

2. Dhinintya Hyta Narissi 8650

3. Herliena Dyah Indriani 8652

4. Mufidana Azis 8654

5. Fariz Ramadhan 8656

6. Tri Kurniasari 8660

PEMBIMBING : Prof. Dr. drg. Widowati S., M.S.

1. HASIL PRAKTIKUM

Hasil praktikum yang kelompok kami dapatkan adalah resin mencapai fase

dough pada waktu 9 menit 48 detik. Tanda polimerisasi yang kami temui adalah

terdapat porus pada resin, dimensi resin sesuai dengan mould, dan terdapat sedikit

ekses di sisi resin.

2. PEMBAHASAN

Menurut Phillips (2004) resin akrilik polimerisasi microwave lebih sedikit

menimbulkan porositas. Tetapi pada hasil praktikum kami masih terdapat porositas

pada resin. Porositas dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara

komponen bubuk dan cairan sehingga beberapa massa resin akan mengandung

monomer lebih banyak dibanding yang lain (Philips, 2004). Penyebab porositas juga

dikarenakan penguapan monomer ketika temperatur resin meningkat. Peningkatan

suhu ini dapat dihamburkan ke gips plaster tetapi panas yang berada pada bagian

pusatnya panas tidak dapat dilepaskan keluar (Manapallil, 2003).

Masih terdapatnya porus pada hasil praktikum kami disebabkan karena pada

saat pencampuran bubuk polimer dengan cairan monomer, cawan petri sering

dibuka untuk menentukan fase dough, sehingga udara luar banyak yang masuk ke

dalam cawan petri dan terjebak di dalam adonan karena berkontak dengan monomer

yang menguap. Monomer yang menguap ini mengakibatkan panas pada pusat

cetakan yang tidak dapat didistribusikan secara keseluruhan ke gips plaster.

Monomer yang banyak menguap ini menyebabkan rasio W/P menjadi tidak sesuai.

Bubuk polimer bisa tidak terbasahi secara keseluruhan dan adonan menjadi tidak

Page 2: Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro

homogen. Selain itu kurang optimalnya pengepresan terhadap kuvet dapat

menyebabkan porositas pada resin basis gigi tiruan. (Sanders et al., 1987). Salah

satu sekrup kuvet polikarbonat yang kami pakai kurang kencang. Hal ini

menyebabkan tekanan yang terjadi kurang sehingga menghasilkan porusitas.

Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro secara klinis mencapai

konsistensi menyerupai adonan (fase dough) dalam waktu kurang dari 10 menit

(Philips, 2004). Fase dough pada hasil praktikum kami tercapai pada waktu 9 menit

48 detik. Fase dough dipengaruhi oleh rasio W/P, sehingga jika monomer terlalu

banyak daripada polimer maka fase dough akan semakin lama (Sakaguchi dan

Powers, 2006).

Fase dough yang dicapai pada hasil praktikum sesuai dengan teori yang

dikemukakan Philips yaitu kurang dari 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa

penentuan rasio monomer dan polimer yang kami lakukan sudah tepat. Kami dapat

mengatakan fase tersebut sudah matang (dough) dengan tanda-tanda sudah

homogennya cairan monomer dan bubuk polimer, plastis, dan tidak lengket. Tidak

seperti pada praktikum “Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas”, untuk

penentuan fase dough kami telah meyakinkan dengan melapor pada dosen

pembimbing.

Pada hasil praktikum kami terdapat ekses di bagian tepi. Tandon dan kawan-

kawan menyebutkan polimerisasi setelah packing dengan tekanan 0,14 MPa akan

mencegah tingginya ekses yang terbentuk. Pada praktikum, tekanan diberikan saat

initial closure kurang karena salah satu sekrup kuvet polikarbonat yang kami pakai

kurang kencang sehingga ketika penekanan maksimal dilakukan pada final closure,

resin berlebih keluar dan setelah setting menjadi ekses.

3. KESIMPULAN

a. Porositas pada resin akrilik polimerisasi gelombang mikro dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya penguapan monomer dan rasio W/P yang tepat.

b. Pengepresan saat initial closure yang optimal menentukan jumlah ekses yang

terbentuk.

4. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J., 2004, Phillips' Science of Dental Materials, 10th Edition, Saunders

Company : Philadelphia, hal 185, 191.

Manappallil, J.J., 2003, Basic Dental Materials, 2nd Edition, Jaypee Brothers : New

Delhi, hal 114.

Page 3: Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro

Renu Tandon, Saurabh Gupta, dan Samarth Kumar Agarwal, 2010, Denture Base

Materials: From Past to Future, Indian Journal of Dental Sciences, vol 2(2),

hal 33-39.

Sakaguchi, R.L. dan Powers. 2006. Craig’s Restorative Dentals Materials. Mosby:

USA, hal 255.

Sanders, J.L., et al. 1987. Porosity in Denture Acrylic Resins Cured by Microwave

Energy. Quintessence International, vol. 18, hal 453-456, ISSN 0305-182X.