polimerisasi curah

download polimerisasi curah

of 13

Transcript of polimerisasi curah

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    1/13

    1

    7. POLIMERISASI LARUTAN

    A. Polimer

    Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun

    1833. Sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu

    pengertian yang jelas tentang polimer terutama strukturnya.

    B. Pengertian Polimer

    Istilah polimer berasal dari kata poly yang artinya banyak dan meros yang

    artinya bagian yaitu molekul raksasa atau makromolekul yang biasanya memiliki bobot

    molekul tinggi. Polimer juga didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun dari

    pengulangan unit-unit molekul yang lebih sederhana yang dinamakan monomer.

    Alam telah menyediakan polimer seperti selulosa, protein dan karet alam jauh

    sebelum manusia menemukan polimer sintetik. Polimer-polimer tersebut telah digunakan

    sejak berabad-abad sebagai bahan makanan, pakaian dan peralatan sederhana. Namun

    sekarang polimer sintetis telah banyak digunakan sehari-hari tidak hanya sebagai

    makanan, pakaian, dan peralatan sederhana, tetapi juga sebagai peralatan elektronik,

    peralatan masak juga bahan untuk keperluan peralatan dengan teknologi tinggi.

    C. Penggolongan Polimer

    Ada beberapa penggolongan polimer, diantaranya adalah :

    1. Berdasarkan Asalnya

    a.

    Polimer alam

    adalah polimer yang terbentuk secara alami di dalam tubuh makhluk hidup.

    Tabel 1. Beberapa contoh polimer alam

    No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada

    1. Amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian,akar umbi

    2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur,kayu, kapas

    3. Protein Asam amino KondensasiSusu,daging,telur,

    wol, sutera

    4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA, RNA

    5. Karet alam Isoprene Adisi Getah karet alam

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    2/13

    b. Polimer semi sintetis

    adalah polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan

    kimia. Contoh : selulosa nitrat yangsering dipasarkan dengan nama celluloiddan

    guncotton.

    c. Polimer sintetis

    adalah polimer yang tidak terdapat di alam, tetapi disintesis dari monomer-

    monomernya dalam reaktor.

    Tabel 2. Beberapa contoh polimer sintetis

    No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada

    1. Polietena Etena Adisi Kantung,kabel plastik

    2. Polipropena Propena Adisi Tali,karung,botol plastik

    3. PVC Vinil klorida AdisiPipapralon,pelapis

    lantai, kabel listrik

    4.Polivinil

    alkoholVinil alkohol Adisi Bak air

    5. Teflon Tetrafluoro etena Adisi Wajan,panci anti lengket

    6. DakronMetal tereftalat

    dan etilen glikolKondensasi

    Pita rekam magnetik,

    kain,tekstil,wol sintetis

    7. Nilon

    Asam adipat dan

    heksametilen

    diamin

    Kondensasi Tekstil

    8. Polibutadiena Butadiena Adisi Ban motor, mobil

    2. Berdasarkan Jenis Monomernya

    a. Homopolimer

    adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang sama atau sejenis.

    Contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil asetat (PVA), polistirena, amilum,

    selulosa, dan teflon.

    b.

    Kopolimer

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    3/13

    adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang berlainan jenis.

    Berdasarkan susunan monomernya, terdapat empat jenis kopolimer sebagai

    berikut.

    1) Kopolimer bergantian

    2) Kopolimer blok

    3)

    Kopolimer bercabang

    4) Kopolimer tidak beraturan

    3. Berdasarkan Sifat terhadap Pemanasan atau Sifat Kekenyalannya

    a.

    Termoplastik

    adalah polimer yang bersifat kenyal atau liat jika dipanaskan dan dapat dibentuk

    menurut pola yang diinginkan. Setelah dingin, polimer menjadi keras dan

    kehilangan sifat kekenyalannya.

    Contoh : polietilena, PVC, seluloid, polistirena, polipropilena, asetal, vinil, nilon

    dan Perspex.

    b.

    Termosetting

    adalah polimer yang bersifat kenyal saat dipanaskan, tetapi setelah dingin tidak

    dapat dilunakkan kembali. Jika pecah, polimer tersebut tidak dapat disambungkan

    kembali dengan pemanasan. Contoh : bakelit, uretana, epoksi, polyester,

    dan formika.

    4.

    Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya

    a. Polimer linear

    adalah polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya

    :membentuk rantai polimer yang panjang.

    b. Polimer bercabang

    adalah polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada

    rantai utama.

    c. Polimer berikatan silang (Cross-linking)

    adalah polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikataan

    satu sama lain pada rantai utamanya. Sambungan silang dapat terjadi ke berbagai

    arah sehingga terbentuk sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer

    jaringan.

    5.

    Berdasarkan Apilkasinya

    a. Polimer komersial

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    4/13

    adalah polimer yang disintesis dengan harga murah dan diproduksi secara besar-

    besaran.

    Contoh : polietilena, polipropilena, pilivinil klorida dan polistirena.

    b. Polimer teknik

    adalah polimer yang mempunyai sifat unggul tetapi harganya mahal. Contoh :

    poliamida, polikarbonat, asetal, dan polyester.

    D. Sifat-sifat Polimer

    Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer sebagai berikut.

    1.

    Panjang rata-rata rantai polimer

    Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.

    2. Gaya antarmolekul

    Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat

    dan sukar meleleh.

    3.

    Percabangan

    Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah

    meleleh

    4.

    Ikatan silang antar rantai polimer

    Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan

    membentuk bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimersemakin kaku dan mudah patah.

    5. Sifat kristalinitas rantai polimer

    Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat amorf

    (tidak keras). Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilita

    tinggi sehingga lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim.

    E. Reaksi- Reaksi Polimer

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    5/13

    Reaksi polimerisasi yaitu reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer.

    Polimerisasi dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

    1. Polimerisasi adisi

    adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap

    menjadi ikatan tunggal.

    Polimerisasi adisi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

    a. Polimerisasi adisi alami

    Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau poliisoprena.Monomernya berupa isoprene atau senyawa 2-metil-1,3-butadiena.

    b. Polimerisasi adisi sintesis

    Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau polistirena,

    dan polietilena.

    2. Polimerisasi kondensasi

    yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda jenis

    bergabung membentuk molekul besar sambil melepaskan molekul-molekul kecil

    seperti H2O, NH3, dan HCl.

    Polimerisasi kondensasi dibagi menjadi dua sebagai berikut.

    a. Polimerisasi kondensasi alami

    Contoh : pembentukan selulosa, amilum dan protein.

    b. Polimerisasi kondensasi sintesis

    Contoh : pembentukan nilon, tetoron, bakelit, dan urea-metanal.

    F. Teknik Polimerisasi

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    6/13

    Pada dasarnya, ada dua teknik polimerisasi yang dapat digunakan untuk

    memproduksi polimer, yaitu teknik homogen dan teknik heterogen. Teknik homogen

    dapat dilakukan secara polimerisasi massa dan larutan, sedangkan teknik heterogen

    dilaksanakan secara emulsi dan suspensi.

    1. Teknik Polimerisasi Homogen

    Dalam teknik polimerisasi homogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu polimerisasi

    massa dan polimerisasi larutan.

    a. Polimerisasi Massa

    Teknik polimerisasi massa atau yang sering disebut bulk polimerisation

    adalah teknik yang bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi, reaksinya

    bersifat eksotermis dengan viskositas campuran yang rendah sehingga panas dapat

    berpindah melalui pengeluaran gelembung. Sistem pada polimerisasi massa jarang

    digunakan secara komersil untuk pembuatan polimer visual, kecuali untuk

    membuat polimetil metakrilat tuang.

    b.

    Polimerisasi Larutan

    Polimerisasi larutan adalah teknik polimerisasi dimana monomer dan

    katalis dilarutkan suatu pelarut, kemudian setelah polimerisasi pelarutnyadikeluarkan. Contoh dari polimerisasi larutan ialah konversi polivinil asetat

    menjadi polivinil alcohol ester akrilik.

    2. Teknik Polimerisasi Heterogen

    Dalam teknik polimerisasi hoterogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu

    polimerisasi emulsi dan polimerisasi suspensi.

    Contoh : The high pressure free radical process for the manufacture of Low Density

    Polyethylene. Polyethylene membentuk cabang karena proses self-branching.

    Cabang yang lebih panjang dari metil tidak dapat masuk ke kisi kristal polyethylene,

    sehingga polimer padat yang dihasilkan kurang bersifat kristal (tidak transparan) dan

    lebih kaku daripada HDPE (0.935-0.96 g cm-3

    ) yang dibuat dengan reaksi

    coordination polymerization.

    a.

    Polimerisasi Emulsi

    Polimerisasi jenis ini, dapat menghasilkan polimer dengan laju dan berat

    molekul yang tinggi. Sistem pada polimerisasi emulsi merupakan dua fase cairanyang tidak larut, Fase pertama ialah fase kontinu aqueous, yang merupakan

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    7/13

    inisiator, sedangkan fase kedua ialah fase diskontinu nonaqueous yang

    merupakan bentuk monomer dan polimer.

    Contoh teknik polimerisasi ini adalah pada pembuatan karet SBR.

    b. Polimerisasi Suspensi

    Teknik pada polimerisasi suspensi berlangsung dalam system aqueous

    dengan monomer sebagai fase terdispersi sehingga menghasilkan polimer yang

    berada fase solid terdispersi. Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil

    untuk menghasilkan polimer vinil yang keras, contohnya polistirena, polimetil

    metaklirat, polivinil klorida serta poliakrilonitril. Contoh teknik polimerisasi

    suspense adalah pada proses pembuatan PMMA.

    BAB III

    ISI

    A. Pengertian Polimerisasi Larutan

    Polimerisasi larutan adalah teknik polimerisasi dimana monomer dan katalis

    dilarutkan suatu pelarut, kemudian setelah polimerisasi pelarutnya dikeluarkan.

    B.

    Proses Polimerisasi LarutanPolimerisasi larutan digunakan untuk membuat polimer dan kopolimer dengan

    melarutkan monomer dan katalis dalam pelarut non-reaktif. Berikut ini adalah gambar

    sederhana untuk polimerisasi larutan.

    Gambar1. Reaktor

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    8/13

    Gambar 2. Diagram Proses Polimerisasi

    Dalam proses polimerisasi larutan, monomer bersama dengan inisiator dilarutkandalam pelarut. Pelarut bertindak sebagai pengencer & membantu dalam memfasilitasi

    perpindahan terus menerus panas polimerisasi. Oleh karena itu kontrol suhu mudah.

    Pelarut memungkinkan pengadukan mudah karena mengurangi viskositas campuran

    reaksi. Pelarut juga memfasilitasi kemudahan penghapusan polimer dari reaktor. Pelarut

    cair yang digunakan dalam prosedur polimerisasi larutan biasanya adalah pelarut tetap

    untuk polimer atau kopolimer yang dihasilkan. Proses ini hanya cocok untuk penciptaan

    jenis polimer basah, karena sulit untuk memisahkan kelebihan pelarut. Sementara

    pemisahan kelebihan pelarut mungkin menggunakan distilasi, namun biasanya tidak

    dianggap ekonomis dalam situasi industri.

    Pada polimerisasi larutan, monomer dilarutkan dalam pelarut yang cocok sebelum

    terjadi polimerisasi. Dalam sistemnya, pelarut dapat membantu melesapkan bahan reaksi.

    Kekurangan cara ini adalah kemungkinan terjadinya pengalihan rantai kepada pelarut

    dengan akibat pembentukan polimer bermassa molekul lebih rendah dan pelarut

    kemudian harus dipisahkan dari polimer hasil. Masalah tersebut dapat diatasi dengan

    menggunakan pelarut yang dapat melarutkan monomer tetapi tidak melarutkan polimer,

    sehingga polimer dapat diperoleh secara langsung sebagai suatu bubur.

    Pelarut yang digunakan dalam prosedur polimerisasi larutan harus dipilih dengan

    hati-hati. Sebuah pelarut yang non-reaktif (inert) terhadap monomer sangat penting untuk

    proses. Perlunya memilih pelarut inert untuk menghilangkan kemungkinan transfer rantai

    untuk pelarut.

    Jika pelarut reaktif digunakan, proses reaksi berantai yang berbahaya atau efek yang tidak

    diinginkan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari percepatan otomatis. Percepatan

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    9/13

    otomatis adalah reaksi yang terjadi ketika panas yang dihasilkan oleh polimerisasi tidak

    hilang cukup cepat dengan pelarut. Sebagai panas menumpuk, viskositas larutan

    meningkat, menyebabkan proses polimerisasi dapat aman dikendalikan dengan cepat.

    Contoh pelarut non-reaktif yang dapat digunakan adalah air dan carbon tetraklorida. Air

    merupakan salah satu pelarut yang paling penting. Banyak polimer seperti polyvinyl

    alkohol dan karboxyl methyl seulosa dibuat untuk mudah terlarut dalam air. Carbon

    tetraklorida dapat berperan pula dalam penambahan rantai polimer. Untuk pelarut yang

    aktif contohnya aseton dan etylene diklorida. Sedikit penjelasan, meskipun sangat

    berbahaya untuk menggunakan pelarut yang aktif, ada trik khusus untuk melakukannya,

    yaitu dengan pelarut didinginkan dahulu pada kondisi non-aktif dan polimer akan tersebar

    dan dengan pengadukan yang tetap berjalan sambil memanaskan polimer yang tersebar.

    Ketika pelarut menjadi hangat/panas pada titik aktifnya, pelarut akan melarutkan polimer

    yang tersebar dengan cepat.

    Beberapa pelarut dapat melarutkan resin, tetapi yang lain tidak. Pada umumnya,

    berlaku aturan terdahulu, aplikasi suka melarutkan suka. Pelarut klorinasi adalah

    pelarut yang baik untuk resin vinil klorida, tetapi tidak untuk keton. Ester adalah pealrut

    untuk ester (yang memuat resin) seperti polimetil methacrylate, tetapi pelarut klorinasi

    masih lebih baik.

    Pelarut sering menyajikan bahaya toksisitas, kebakaran, ledakan, korosi, dan

    masalah bau tidak terkait dengan produk itu sendiri.

    Penanganan pelarut dan pemulihan dan pemisahan polimer melibatkan biaya tambahan,

    dan penghapusan monomer bereaksi bisa sulit. Penghapusan lengkap pelarut sulit dalam

    beberapa kasus.

    Katalis merupakan suatu zat yang ditambahkan dalam reaksi. Penggunaan katalis

    ini dimaksudkan untuk memperbesar kecepatan reaksi, tanpa mengalami perubahan atau

    terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai

    pereaksi atau produk. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi

    yang lebih rendah. Katalis juga dapat mengurangi energi yang dibutuhkan dalam

    berlangsungnya reaksi. Katalis yang pada umumnya berupa padatan, diproduksi

    sedemikian rupa sehingga tidak ada air dan oksigen pada katalis.

    Pemindahan pemanas dari reaktor dapat dilakukan dengan merefluks pelarut

    (penguapan) menggunakan jaket-jaket pendingin atau dengan alat pemindah panas ecara

    eksternal, atau kombinasi dari berbagai cara tersebut.

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    10/13

    Katalis tidak dilapisi oleh polimer sehingga efisiensi yang berkelanjutan dan

    penghapusan residu katalis dari polimer, jika diperlukan, disederhanakan.

    Polimerisasi larutan adalah salah satu cara untuk mengurangi masalah perpindahan panas

    yang dihadapi dalam polimerisasi massal.

    Bertindak sebagai pelarut pengencer inert, meningkatkan kapasitas panas keseluruhan

    tanpa memberikan kontribusi untuk memanaskan generasi. Berbagai contoh katalis yang

    dapat digunakan antara lain (lihat gambar).

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    11/13

    Gambar 3. Tipe Proses Polimerisasi Larutan

    Inisiator merupakan sumber radikal bebas dalam proses polimerisasi larutan.

    Dalam hal ini radikal bebas merupakan atom atau gugus apa saja yang memiliki satu atau

    lebih elektron tidak berpasangan. Dengan adanya inisiator, maka inisiasi yang merupakan

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    12/13

    tahap polimerisasi akan berlangsung. Initiator yang umumnya digunakan dalam proses

    polimerisasi larutan adalah

    Selain diatas, contoh dari polimerisasi larutan ialah konversi polivinil asetat

    menjadi polivinil alcohol ester akrilik. Polimerisasi monomer vinil, berlangsung dalam

    larutan untuk memudahkan perpindahan panas dan control. Pada pembuatan polimerisasi

    monomer vinil, diperlukan pelarut yang benar sehingga tidak terjadi chain transfer, dan

    polimer yang akan dihasilkan dapat digunakan dalam larutan.

    C. Keuntungan dan Kelemahan Polimerisasi Larutan

    Proses polimerisasi larutan menawarkan beberapa keuntungan serta satu

    kelemahan utama.

    Keuntungan polimerisasi larutan adalah:1. Mudahnya dalam melakukan kontrol yang tepat dari reaksi kimia, pengendalian

    panas dan viskositas yang dihasilkan, dan kontrol atas auto percepatan proses serta

    pengambilan .

    2. Polimer hasil yang terbentuk berupa butiran kecil sehingga mudah disimpan.

    Kerugian dan kelemahan dari proses ini adalah:

    1. Kesulitan yang terlibat dalam pemisahan kelebihan pelarut.

    2.

    Polimer yang dihasilkan sedikit tidak murni karena sisa bahan-bahan pensuspensiyang teradsorbsi di permukaan artikel.

  • 7/23/2019 polimerisasi curah

    13/13

    3. Polimerisasi tidak dapat dilakukan secara kontinu

    Karakteristik Polimerisasi Larutan :

    1.

    Dapat dilakukan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang sesuai.

    2. Keuntungannya panas dapat dipindahkan ke pelarut.

    3. Kesukarannya dapat terjadi pemindahan rantai kepelarut dan sukar

    menghilangkan pelarut.