Manfaat Zakat - Universitas Airlangga Cyber...

3
Manfaat Zakat Author : ISTIQOMAH, S. Ag Publish : 07-07-2011 15:32:40 “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir dan miskin, pengurus (amil) zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk (usaha) di jalan Allah, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana“. (At-Taubah: 60)Ayat di atas yang berbicara tentang kelompok yang ditetapkan oleh Allah sebagai yang berhak mendapat dana zakat (mustahiq), demikian juga surat At-Taubah: 103 yang berbicara tentang kewajiban zakat yang dikaitkan dengan hikmah dan manfaat zakat bagi muzakki keduanya menggunakan terminologi ’shadaqah’ yang berasal dari akar kata ’shadaqa’ yang berarti benar dan jujur. Hal ini menunjukkan bahwa indikator ketulusan, kebenaran dan kejujuran keimanan seseorang terletak pada kesiapannya menunaikan kewajiban zakat. Zakat berdasarkan ayat diatas dapat dikatakan sebagai ‘jaminan sosial’ bagi kelompok yang sangat membutuhkan huluran bantuan materi. Maknanya, zakat merupakan ibadah yang mempunyai peran strategis dalam konteks ekonomi keumatan yang akan memberikan dampak kesejahteraan dan kemakmuran bagi orang banyak.Menurut Asy-Syaukani dalam kitab tafsirnya ‘Fathul Qadir’, ayat di atas telah merinci pihak yang harus mendapat bantuan keuangan yang berasal dari zakat berdasarkan skala prioritas dari kelompok yang sangat membutuhkan yaitu faqir dan seterusnya kelompok yang dikategorikan miskin dalam memenuhi kebutuhan asasi mereka. Apabila kebutuhan primer mereka telah terpenuhi, maka untuk selanjutnya zakat berperan untuk mengangkat dan meningkatkan taraf hidup mereka pada standar kehidupan yang layak seperti yang dialami oleh kelompok muzakki. Tentu mustahiq tidak harus berpuas hati menjadi ‘tangan yang dibawah’ terus menerus sehingga termotivasi untuk menjadi kelompok muzakki di masa mendatang. Disinilah peran zakat dalam konteks memberdayakan kelompok mustahiq agar tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang merata.Berdasarkan pembacaan Fairuz Abadi terhadap seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, terdapat 35 ayat yang berbicara tentang zakat. Tiga puluh diantaranya menggunakan bentuk ma’rifat, serta 27 ayat diantaranya disandingkan dengan perintah shalat seperti firmanNya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat serta ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’”. (Al-Baqarah: 43). Pembicaraan tentang zakat juga tidak hanya terdapat pada ayat-ayat Madaniyah, tetapi juga pada ayat-ayat Makkiyyah yang notabene terfokus pada pembentukan keimanan dan keyakinan. Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu elemen penting dalam pembentukan keimanan. Bahkan dalam surat Ar-Rum : 39 Allah mengkaitkan zakat dengan sistim Ekonomi Ribawi yang jelas kontra kemakmuran dan kesejahteraan orang banyak (baca: rakyat; umat). Allah swt berfirman: “Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan dari zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.Pembicaraan tentang zakat tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang konsep harta menurut Al-Qur’an, terutama tentang konsep kepemilikan yang akan meringankan si pemilik harta untuk mengeluarkan sebagian hartanya sesuai dengan ketentuan pemilik hakiki yaitu Allah swt. Dalam banyak ayat Al-Qur’an ditegaskan bahwa kepemilikian harta yang hakiki disandarkan kepada Allah swt, “Dan berikanlah kepada mereka dari harta Allah yang dikarunikan kepadamu…” (An-Nur: 33) Kemudian Allah mengizinkan manusia untuk menguasai harta tersebut dengan cara-cara yang telah ditetapkan. Artinya, jika manusia mendapatkan atau menguasai harta tersebut dengan mengabaikan aturan Allah, maka ia pada hakikatnya tidak berhak untuk memilikinya. inilah konsep kepemilikan dalam Islam yang membedakan dengan konsep kepemilikan dalam aturan lain. Sehingga harus disadari betul bahwa pada harta yang dimiliki seseorang ada kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan hak orang lain yang keduanya bersifat melekat pada harta tersebut.Selain tentang konsep kepemilikan harta, pembicaraan tentang zakat juga harus dikaitkan dengan konsep pengembangan harta dengan cara yang baik sehingga akan menjadi keberkahan bagi pemiliknya dan orang lain. Justru persoalan keberkahan merupakan persoalan inti dan esensi bagi seorang muslim dalam mensikapi hartanya. Diantara ciri Page 1

Transcript of Manfaat Zakat - Universitas Airlangga Cyber...

Page 1: Manfaat Zakat - Universitas Airlangga Cyber Campusskp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/ManfaatZakat_ISTIQOMAH,S... · banyak (baca: rakyat; umat). ... harta tersebut dengan cara-cara

Manfaat Zakat

Author : ISTIQOMAH, S. Ag

Publish : 07-07-2011 15:32:40

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir dan miskin, pengurus (amil) zakat,para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk(usaha) di jalan Allah, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yangdiwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana“. (At-Taubah: 60)Ayat di atasyang berbicara tentang kelompok yang ditetapkan oleh Allah sebagai yang berhak mendapat dana zakat(mustahiq), demikian juga surat At-Taubah: 103 yang berbicara tentang kewajiban zakat yang dikaitkandengan hikmah dan manfaat zakat bagi muzakki keduanya menggunakan terminologi’shadaqah’ yang berasal dari akar kata ’shadaqa’ yang berarti benar dan jujur.Hal ini menunjukkan bahwa indikator ketulusan, kebenaran dan kejujuran keimanan seseorang terletak padakesiapannya menunaikan kewajiban zakat. Zakat berdasarkan ayat diatas dapat dikatakan sebagai‘jaminan sosial’ bagi kelompok yang sangat membutuhkan huluran bantuan materi. Maknanya,zakat merupakan ibadah yang mempunyai peran strategis dalam konteks ekonomi keumatan yang akanmemberikan dampak kesejahteraan dan kemakmuran bagi orang banyak.Menurut Asy-Syaukani dalam kitabtafsirnya ‘Fathul Qadir’, ayat di atas telah merinci pihak yang harus mendapat bantuankeuangan yang berasal dari zakat berdasarkan skala prioritas dari kelompok yang sangat membutuhkan yaitufaqir dan seterusnya kelompok yang dikategorikan miskin dalam memenuhi kebutuhan asasi mereka. Apabilakebutuhan primer mereka telah terpenuhi, maka untuk selanjutnya zakat berperan untuk mengangkat danmeningkatkan taraf hidup mereka pada standar kehidupan yang layak seperti yang dialami oleh kelompokmuzakki. Tentu mustahiq tidak harus berpuas hati menjadi ‘tangan yang dibawah’ terusmenerus sehingga termotivasi untuk menjadi kelompok muzakki di masa mendatang. Disinilah peran zakatdalam konteks memberdayakan kelompok mustahiq agar tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yangmerata.Berdasarkan pembacaan Fairuz Abadi terhadap seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, terdapat 35 ayatyang berbicara tentang zakat. Tiga puluh diantaranya menggunakan bentuk ma’rifat, serta 27 ayatdiantaranya disandingkan dengan perintah shalat seperti firmanNya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlahzakat serta ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’”. (Al-Baqarah: 43). Pembicaraantentang zakat juga tidak hanya terdapat pada ayat-ayat Madaniyah, tetapi juga pada ayat-ayat Makkiyyah yangnotabene terfokus pada pembentukan keimanan dan keyakinan. Ini menunjukkan bahwa zakat merupakansalah satu elemen penting dalam pembentukan keimanan. Bahkan dalam surat Ar-Rum : 39 Allahmengkaitkan zakat dengan sistim Ekonomi Ribawi yang jelas kontra kemakmuran dan kesejahteraan orangbanyak (baca: rakyat; umat). Allah swt berfirman: “Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar diabertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan darizakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulahorang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.Pembicaraan tentang zakat tidak dapat dilepaskandari pembicaraan tentang konsep harta menurut Al-Qur’an, terutama tentang konsep kepemilikan yangakan meringankan si pemilik harta untuk mengeluarkan sebagian hartanya sesuai dengan ketentuan pemilikhakiki yaitu Allah swt. Dalam banyak ayat Al-Qur’an ditegaskan bahwa kepemilikian harta yanghakiki disandarkan kepada Allah swt, “Dan berikanlah kepada mereka dari harta Allah yangdikarunikan kepadamu…” (An-Nur: 33) Kemudian Allah mengizinkan manusia untuk menguasaiharta tersebut dengan cara-cara yang telah ditetapkan. Artinya, jika manusia mendapatkan atau menguasaiharta tersebut dengan mengabaikan aturan Allah, maka ia pada hakikatnya tidak berhak untuk memilikinya.inilah konsep kepemilikan dalam Islam yang membedakan dengan konsep kepemilikan dalam aturan lain.Sehingga harus disadari betul bahwa pada harta yang dimiliki seseorang ada kewajiban yang ditetapkan olehAllah dan hak orang lain yang keduanya bersifat melekat pada harta tersebut.Selain tentang konsepkepemilikan harta, pembicaraan tentang zakat juga harus dikaitkan dengan konsep pengembangan hartadengan cara yang baik sehingga akan menjadi keberkahan bagi pemiliknya dan orang lain. Justru persoalankeberkahan merupakan persoalan inti dan esensi bagi seorang muslim dalam mensikapi hartanya. Diantara ciri

Page 1

Page 2: Manfaat Zakat - Universitas Airlangga Cyber Campusskp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/ManfaatZakat_ISTIQOMAH,S... · banyak (baca: rakyat; umat). ... harta tersebut dengan cara-cara

Manfaat Zakat

harta yang berkah itu adalah harta itu akan bertambah banyak, paling tidak dari segi dampak manfaat yangditimbulkannya. dengan berzakat harta menjadi berkah dalam arti memberi kenyamanan dan keamanan bagipemiliknya karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang hartanya. Bahkan hartanyalah yang akanmenjaga pemiliknya. Dengan menjalankan kewajiban zakat juga sang pemilik harta akan berkah karena lebihdekat dengan Allah karena selalu bersyukur atas karuniaNya. Harta yang senantiasa dikeluarkan zakatnyaakanmenghindarkan pemiliknya dari sikap rakus terhadap harta, bahkan selalu berusaha untuk memberikanmanfaat bagi pemilik dan orang lain. Rasulullah saw menjamin dalam sebuah hadits yang diriwayatkan olehImam Muslim: “Harta tidak akan berkurang karena sedekah, dan tidaklah Allah menambah bagi hambayang pemaaf kecuali kemuliaan dan tidaklah seseorang yang berlaku tawadhu’ karena Allah melainkanDia akan meninggikannya“.Ditinjau dari segi filosofi zakat berdasarkan ayat inti dalam tulisan ini,zakat tidak sekadar menunaikan kewajiban materiil semata bagi seorang muslim yang memiliki harta, tetapibagaimana zakat dapat dijadikan sebagai sistem nilai yang seterusnya terinternalisasi dalam diri pembayarzakat untuk menjadi seseorang yang peduli kepada yang lemah dan berpihak pada kaum papa dalam seluruhperilaku dan aktifitas ekonominya. secara empiris, kesejahteraan sebuah negara karena zakat terjadi pada masapemerintahan Umar bin Abdul Aziz. meskipun beliau hanya memerintah selama 22 bulan karena meninggaldunia, negara menjadi sangat makmur, yaitu dengan pemerintahan yang bersih dan jujur dan zakat yangditangai dengan baik. hingga kala itu negara yangn cukup luas hampir sepertiga dunia tidak ada yang berhakmenerima zakat karena semua penduduk muslim sudah menjadi muzakki. itulah pertama kali ada istilah zakatditransfer ke negeri lain karena tidak ada lagi yang patut disantuni. zakat dapat menumbuhkan etos kerja.dengan membayar zxakat seseorang akan bekerja dengan baik. dengan demikian gerakan sadar zakat padadasanya adalah gerakan menciptakan etos kerja yang baik yang memberi kesejahteraan dan kemakmuran yangmerata bagi semua.Jelas bahwa keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Aziz pada saat itu tidak hanya denganmenggunakan zakat dalam arti harfiah materiil semata, tetapi merupakan kebijakan yang memberikanperhatian yang tinggi pada pengelolaan zakat. Zakat pada kepemimpinan beliau dijadikan tolok ukur akankesejahteraaan masyarakat, baik jumlah orang yang berzakat, besar zakat yang dibayarkan, maupun jumlahpenerima zakat. Berbeda dengan tolok ukur lain yang cenderung bias. Tolak ukur zakat sebagai pengaturkesejahteraan benar-benar bisa dijadikan pedoman standar, baik dalam konteks ekonomi mikro maupunmakro.Disinilah zakat berperan sebagai Ibadah Maaliyah Ijtima’iyyah (ibadah harta yang berdimensisosial) yang memiliki posisi penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi pelaksanaan ajaran Islammaupun dari sisi pembanguna kesejahteraan umat. Kesediaan seseorang untuk berzakat merupakan indikatorutama ketundukannya terhadap Allah dan ciri utama seorang mukmin yang akan mendapatkan rahmat danpertolongan Allah. kesediaan berzakat pula dipandang sebagai ciri orang yang selalu berkeinginanmennyucikan dan mmembersihkan serta mengembangkan harta yang dimilikinya, Sebaliknya keengganan danketidak pedulian seseroang terhadap zakat mendapatkan peringatan dan ancaman yang berat dariAl-Qiur’an di akhirat kelak. Harta benda yang disimpan dan tidak dibelanjakan sesuai dengan denganketentuan Allah akan berubah menjadi alat untuk mengazabnya. Dalam beberapa hadits, Rasulullahmengancam orang yang enggan membayar zakat hartanya akan hancur, dan jika keengganan ini demikianbersifat massal, maka Allah akan menurunkan azab berupa dihambatnya hujan yang menurunkan keberkahanseperti tersebut dalam hadits Thobroni dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah juga pernah menghukumTsa’labah atas keengganannya berzakat dengan isolasi yang berkepanjangan, tidak ada seorangsahabatpun yang berhubungan dengannya meskipun hanya bertegur sapa. Khalifah Abu Bakar bahkanmengultimatum perang terhadap kelompok yang hanya shalat namun tidak mau berzakat sepeninggalkewafatan Rasulullah. Atas dasar kepentingan inilah, sampai sahabat Abdullah bin Mas’udmenegaskan bahwa orang yang tidak berzakat, maka tidak ada shalat baginya. Dalam konteks kemakmuranrakyat (umat), peran zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini: pertama, zakat akan menumbuhkanakhlak yang mulia berupa kepeduliaan terhadap nasib kehidupan orang lain, menghilangkan rasa kikir danegoisme (An-Nisa’: 37). Kedua, Zakat berfungsi secara sosial untuk mensejahterakan kelompokmustahiq, terutama golongan fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, dapatmenghilangkan atau memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita. Ketiga, zakat

Page 2

Page 3: Manfaat Zakat - Universitas Airlangga Cyber Campusskp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/ManfaatZakat_ISTIQOMAH,S... · banyak (baca: rakyat; umat). ... harta tersebut dengan cara-cara

Manfaat Zakat

akan mendorong umat untk menjadi menjadi muzakki sehingga akan meningkatkan etos kerja dan etika bisnisyang benar. Keempat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yangdikelola dengan baik dimungkinkan terciptanya pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.Maka zakatlah ibadah satu-satunya yang secara eksplisit disebutkan adanya pengelola resmi yang dikenaldengan istilah Amil seperti yang diisyaratkan dalam surat At-Taubah: 103 yang bermaksud: “Ambillahzakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, danberdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan AllahMaha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.Terkait dengan ini, Monzer Kahl dalam bukunya‘Ekonomi Islam; telaah analitik terhadap fungsi sistim Ekonomi Islam’ menyatakan bahwazakat dan sistim pewarisan dalam Islam cenderung berperan sebagai sistem distribusi harta yang egalitersehingga harta akan selalu berputar dan beredar kepada seluruh lapisan rakyat, karena memang akumulasiharta di tangan seseorang atau suatu kelompok saja sangat ditentang oleh Al-Qur’an. Allahmenegaskan dalam firmanNya: “….Agar harta tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kayasaja diantara kamu..”. (Al-Hasyr: 7)Demikian, zakat yang secara bahasa berarti tumbuh, bersih,berkembang dan berkah merupakan ibadah yang berdimensi vertikal dan horizontal secara bersamaan.Seorang yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh kebaikan yang banyak danakan memberikan kemakmuran kepada seluruh umat. Semoga kita termasuk diantara hambaNya yangsenantiasa dido’akan oleh MalaikatNya pada setiap pagi dan petang: “Ya Allah berilah orangberinfak gantinya”, bukan termasuk hambaNya yang didoakan kehancuran: “Ya Allahjadikanlah orang yang menahan infak kehancuran”. (H.R. Bukhari dan Muslim)Sumber :dakwatuna.com

Page 3