manajemen sebagai professsi
description
Transcript of manajemen sebagai professsi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada BEBERAPA PANDANGAN
ATAU FAHAM TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN
PENDIDIKAN” Allah SWT dengan dorongan keluarga maka penulis dapat
menyelesaikan makalah dangan judul”
Mengingat kendala pengetahuan dan waktu yang terbatas dari penulis
maka penulis sendiri menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum
sempurna serta saran perbaikan sangat penulis harapkan
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Bogor, Mei 2015
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi dewasa ini yang antara lain diwarnai oleh
terbukanya perdagangan bebas dan arus informasi disegala bidang merupakan
tantangan pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia. Menghadapi
tantangan tersebut pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai macam
kebijakan pembangunan.
Dalam era pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia pada
saat sekarang ini, untuk mengantisipasiera globalisasi terlibat tuntutan akan
tugas semua pihak yang terlibat dan ambil bagian didalam pembangunan
tersebut semakin sulit.
Berkaitan dengan hal tersebut kualitas sumber daya manusia
dipandang perlu sebagai factor kunci disamping harus menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dituntut untuk memiliki jiwa kewirausahaan
yang tinggi, serta mampu bekerja dengan handal dan professional. Agar
sumber daya manusia dapat digunakan secara efektif, maka diperlukan adanya
pengetahuan melalui fungsi-fungsi manajemen beberapa paham atau
pandangantentang manajemen pendidikan atau pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manajemen sebagai profesi
Pengelolaan sering disebut manajemen. Pariata Westra dkk (1977)
Kata manajemen berasal dari kata “manus (bahasa latin) berarti tangan: mano
(bahasa italia) artinya tangan ; menege/manage(bahasa latin, italia, perancis)
berarti memerintah kuda, mengendalikan kuda; manegio (bahasa latin” berarti
pengurusan. Dalam bahasa inggris manajement berasal dari kata to manage
yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola. Dengan
demikian management(manajemen) berarti suatu kegiatan menggerakan orang
dengan menggunakan fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai
suatu tujuan.1
Arti dari manajemen dilihat dari beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para pakar manajemen sebagai berikut :
“ Marry Parker Follet, Manajemen adalah seni untuk melaksanakan
suatu pekerjaan melalui orang lain.
Robert Khrester, Manajemen adalah proses kerja dengan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan.
George Terry, Manajemen ialah kemampuan menyuruh orang lain
bekerja guna mencapai tujuan.
James A. F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Sondang Siagian, Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
seseorang untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan orang lain.
Richart M. Hodgetts Ph.D dan Steven Ultman Ph. D., Manajemen
adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.
1 Prof.Dr.Hj.Sitti Salmiah Dahlan, MA. Rihlah Ilmiah AGH Muhammad As’ad dari Haramain Kewajo Cerebes, Jakarta, Rabbani Press,h.26
3
Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, Manajemen adalah
proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan
informasi, guna mencapai sasaran yang organisasi dengan cara efisien dan
efektif.
LPPM, Manajemen adalah proses pemberian perintah, pengarahan dan
pengendalian berbagai lembaga dalam masyarakat untuk mencapai tujuan.
Donelly, Manajemen adalah proses koordinasi upaya kelompok
terhadap tujuan kelompok.
J.L.Massie, Manajemen adalah proses kelompok kooperatif
menggerakan tindakan untuk tujuan umum” 2
A. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna:
"Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen".
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi
yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,[[teknik desainer, tenaga
pendidik.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut
profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk
suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk
pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri
umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
B. Karakteristik Profesi2 Prof.Dr.H.M.Yusri Abady,MA,APU. Corak Pemikiran Pendidikan Keagamaan KH.Abdur Rahman Ambo Dalle , Jakarta, Rabbani Press, 2011. h.30
4
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah
profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya
dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua
karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini
berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis:
Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang
ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan
tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut
biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya
memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional,
biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji
terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan
untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional
mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan
profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
5
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh
mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan
meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para
anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Setiap orang hendaklah bekerja sesuai dengan syakillahnya,seperti
disebut dalam QS.al Isra’17:84.
( االسراء ( سبيال أھدى ھو يمن علم أ بكم فر كلتھ شا عىل یعمل كل قلTerjemahannya : Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing. Maka tuhanmu lebinh mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya(QS 17:18)
Dalam tafsir Jalalain disebutkan ya’malu ‘ala syakihatih,yakni
menurut caranya sendiri-sendiri. Hal ini dapat dipahami sebagai
keterampilan atau skill masing-masing orang atau yang diberi tugas sesuai
dengan profesinya suatu pekerjaan yang diberikan kepada orang yang
bukan ahlinya, akan merusak program. Apabila program sudah rusak atau
berjalan tanpa tujuan, maka tunggulah kehancuran pekerjaan tersebut.
Nabi mengingatkan hal ini dalam sabda nya.
( ) رواہالبخاری الساعة نتتظر فا إدۇسدأالمرالئیراھلھTerjamahannya : Apabila suatu urusan atau pekerjaan diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”(H.R.
Bukhari)
6
Dalam islam profesionalisme ini dapat diketahui cirri-cirinya
sebagai berikut :
1. Ahlu al-dzik, yaitu menguasai ilmu pada bidang yang ditekuni, trampil
dalam mengerjakan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
2. ‘Amal Shalih yaitu melaksanakan tugas dengan baik, memiliki
semangat dan etos kerja yang tinggi,
3. Amanah, yakni bertanggungjawab dan terpercaya dalam menjalankan
setiap tugas dan kewajibannya
Untuk memperoleh Ahlu al-dzikr, seseorang memerlukan
pendidikan dan pelatihan disamping pengalaman. Orang-orang yang telah
melalui pendidikan dan pelatihan secara sempurna disebut ahli. Adapun
‘Amal Shalih dapat diperoleh dengan menjadikan setiap pekerjaan sebagai
ibadah kepada Alloh SWT dan keyakinan menjadikan motivasi untuk
bekerja tanpa mengenal lelah. Sedangkan Amanah dapat dilaksanakan
apabila ridha Allah dijadikan sebagai tujuan akhir dari segala kegiatan dan
tingkah lakunya.3
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri profesi yang dikemukakan oleh
para ahli.Adapun ciri-ciri professional antara lain Schein(1972),
mengemukakan ciri-ciri professional sebagai berikut:
1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime)
2. Pilihan pekerjaan itu didasarkan pada motivasi yang kuat.
3. Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan khusus
yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama.
4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau
menangani klien,
5. Pekerjaan berorientasi pada pelayanan, bukan untutk kepentingan
pribadi,
6. Pelayanan itu didasarkan pada kebutuhan objektif klien,
7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan
klien,
3 Dr.HJ.Sitti Salmiah Dahlan.MA.Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta, Rabbani Press,2011,h.108
7
8. Menjadi anggota organisasi profesi, sesudah memenuhi persyaratan
atau criteria tertentu,
9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dalam
spesialisasinya,
10. Keahlian itu tidak boleh diadvertasikan untuk mencari klien.
Sementara itu Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I pada
tahun 1988 menentukan syarat-syarat suatu pekerjaan professional sebagai
berikut :
1. Atas dasar panggilan hidup yang dilakukan sepenuh waktu dan untuk
jangka waktu yang lama,
2. Telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus,
3. Dilakukan menurut teory, prinsip, prosedur, dan anggapan-anggapan
dasar yang sudah baku sebagai pedoman dalam menangani klien,
4. Sebagai pengabdian kepada masyarakat, bukan mencari keuntungan
financial,
5. Memiliki kecakapan diagonalistic dan kompetensi aplikasi dalam
melayani klien,
6. Dilakukan secara otonom ang bisa diuji oleh rekan-rekan seprofesi.
7. Mempunyai kode etik yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
8. Pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan.
Sedangkan profesi pendidikan di Amerika Serikat memiliki
karakteristik sebagai berikut, (Imran Manan, 1989):
1. Sebagai pekerjaan jasa sosial yang unik, jelas, dan penting.
2. Menekankan teknik intelektual
3. Membutuhkan pendidikan spesialisasi dalam waktu panjang,
4. Memerlukan otonomi yang luas sebagai individu ataupun organisasi
profesi,
5. Otonomi individu dapat persetujuan dari organisasi profesi,
6. Tekanan pada jasa lebih besar dibandingkan dengan hasil ekonomis,
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok profesional
7. Memiliki organisasi profesi secara otonom,
8
8. Ada kode etik yang jelas dan tegas.
ISPI (1991) menyimpulkan ciri-ciri utama profesi adalah sebagai berikut :
1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial,
2. Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu,
3. Memperoleh keahlian dan keterampil melalui metode ilmiah,
4. Memiliki batang tubuh disiplin ilmu tertentu,
5. Studi dalam waktu lama diperguruan tinggi,
6. Pendidikan ini juga merupakan wahana sosialisasi nilai-nilai
professional dikalanganmahasiswa/siswa yang mengikutinya,
7. Berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh
organisasiprofesi dengan sanksi-sanksi tertentu,
8. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah bertalian
dengan pekerjaannya,
9. Memberi layanan sebaik-baiknya kepada klien dan otonom dari
campur tangan pihak luar,
10. Mempunyi prestis yang tinggi dimasyarakat dan berhak mendapat
imbalan yang layak.
Manap Somantri(1996) yang mengutip dari Volmer (1996) dan
Oteng (1989) menulis standar profesi sebagai berikut :
1. Memiliki ilmu yang diperoleh melalui pendidikan lama setara dengan
S1 atau lebih,
2. Kewenangan professional diakui oleh klien,
3. Ada sanksi dan pengakuan masyarakatakan keabsahan
kewenangannya,
4. Memiliki kode etik,
5. Punya budaya profesi yang dinamis dan terus berkembang,
6. Ada persatuan profesi yang kuat dan berpengaruh.4
Bila diperhatikan ciri-ciri profesi tersebut tampak bahwa profesi
pendidik tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembarang orang yang
dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik.4 Prof.Dr.Made Pidarta.Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Jakarta,Rineka Cipta,2013,h.280.
9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dsb.) tertentu.
Pigor (1950), juga Hunderson (1980), maupun Pollet (1959) dalam
definisi mereka menyatakan bahwa:
1. Suatu jabatan, supaya dapat disebut suatu profesi, maka jabatan itu
harus berdasarkan pada suatu wadah ilmu pengetahuan yang sistimatis
dan pelaksanaannya menuntut kecerdasan dan keahlian guna
pemecahan berbagai masalah yang sulit.
2. Suatu profesi, menuntut waktu yang lama untuk persiapan spesialisasi
dan berdasarkan pada suatu latar belakang pendidikan yang luas.
3. Suatu profesi, selalu membukakan kesempatan dan menyediakan
waktu bagi anggota-anggotanya untuk mengikuti latihan-latihan guna
peningkatan dan penyegaran pengetahuan mereka. Latihan-latihan itu
bersifat terus menerus.
4. Suatu profesi menghendaki penelitian dan penyelidikan secara ilmiah,
berkelanjutan.
Karena itu, nyatalah bahwa manajemen mempunyai sifat profesi.
Pertama, manajemen adalah suatu ilmu yang sudah tidak diragukan lagi
karena sudah dipelajari, dikembangkan melalui lembaga pendidikan dan
pelatihan untuk memperoleh pengetahuan khusus yang dibutuhkan dan
kecakapan untuk mempergunakan kemampuan manajer yang kompeten.
Kedua, pengetahuan khusus dan kecakapan yang dibutuhkan,
manajemen dipakai untuk “memerintah, membimbing dan menasehati
lainnya” meskipun dapat dilakukan oleh kebanyakan manjer dan para ahli
teori manajemen tidak dapat diterapkan secara utuh pada semua situasi,
pedoman-pedoman tertentu memiliki tingkat reabilitas yang cukup tinggi.
Misalnya pedoman sederhana mengenai tingkah laku yang berbunyi
“pujilah didepan umum dan keritiklah secara pribadi”, umumnya sangat
berhasil, walaupun kadang-kadang tidak demikian halnya.
10
Ketiga, manajemen berarti memajukan tiap pekerjaan sedemikian
sehingga ia berhasil mencapai kedudukan tertinggi untuk kecakapannya
bukan karena favoritisme atau faktor lain yang sama sekali tidak berkaitan
dengan jabatan yang dipangkunya. Sayangnya ada juga sejumlah manajer
yang memperoleh posisi kemanajeran mereka karena hubungan mereka
dengan orang-orang penting tertentu atau karena faktor-faktor yang sama
sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan mereka. Di samping itu tidak ada
standar obyektif yang disepakati bersama yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja manajer. Karena kompleksitasnya faktor-faktor yang
berkaitan dengan pekerjaan manajer, maka adalah lebih sulit untuk menilai
manajer dibanding menilai misalnya: guru, bidan, polisi, dan profesi
lainnya.
Akhirnya, para profesional pula dituntut oleh suatu kode etik yang
harus ditaati sepenuhnya, yang melindungi klien mereka. Karena
profesional memang ahli dalam suatu bidang tertentu, para klien sangat
tergantung pada mereka dan sebagai akibatnya, para profesional berada
pada posisi yang sangat rentan.
Manajemen adalah sebuah profesi, tetapi menurut kriteria yang lain,
tidak demikian sekarang ini dapat dilihat berbagai indikasi yang
menunjukkan bahwa manajemen, sedang mengarah pada kecenderungan
meningkatnya profesionalisme baik dalam dunia bisnis maupun pada
organisasi perusahaan, organisasi non profit/nirlaba. Nampaknya, tekanan
sosial yang berlangsung sekarang dapat mengundang munculnya kesadaran
akan timbulnya standard etik yang baku. Perkembangan pendidikan formal
di dalam sekolah-sekolah manajemen dan program pengembangan
eksekutif akan menyebar luaskan suatu kumpulan pengetahuan dan
mengajarkan keterampilan yang merupakan tanda resmi bagi profesional.
2. Manajemen sebagai ilmu terapan
A. Ilmu
11
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.
Ilmu Alam hanya ias menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke
dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya ias
meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke
dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan
contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi
cocok menjadi perawat.
1) Etimologi
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu
sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya.
2) Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu]. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang
telah ada lebih dahulu.
12
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu
golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar
maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian
antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang
penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk
menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa
Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian
sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh:
semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari
kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia.
Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
B. Ilmu terapan
13
Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih
bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu
biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi
kehidupan kita sehari-hari.
Manajemen sebagai ilmu terapan mempunyai maksud manajemen
dapat diterapkan kedalam berbagai bidang dan system. System adalah
suatu model berfikir atau suatu cara memandang. Gerakan system adalah
sesuatu yang baru dan cocok diterapkan dalam Manajemen berbasis
sekolah (MBS) merupakan program nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang -undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 50 (1) ” Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah” MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar
sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah. Dengan
demikian tanggungjawab pengelolaan pendidikan bukan hanya oleh
pemerintah tapi juga oleh sekolah dan masyarakat dalam rangka
mendekatkan pengambilam keputusan ketingkat grassroots (yang paling
dekat dengan peserta didik) . Bagaimana Penerapannya di Indonesia? Ada
tiga pilar MBS yang dapat dijadikan patokan untuk menilai implementasi
MBS yang dilaksanakan oleh sekolah di Indonesia yaitu: Manajemen
Sekolah, Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,
dan Peran Serta Masyarakat
1) Manajemen Sekolah
Penerapan manajemen sekolah pada umumnya sudah dapat
diterapkan dengan baik oleh sebagian sekolah terutama sekolah
sekolah perkotaan yang sudah memiliki SDM yang memadai baik
secara kualifikasi maupun kompetensi. Namun pada sisi lain masih
banyak sekolah terutama kepala sekolah belum dapat mengelola
14
sekolahnya dengan baik misalnya dalam hal berkomunikasi dan
berkoodinasi dengan semua warga sekolah dan masyarakat.
Indikasinya terlihat masih banyak warga sekolah dan masyarakat yang
tidak tahu program sekolah dan penggunaan dana sekolah baik yang
bersumber dari BOS untuk SD dan SMP maupun dari komite
(masyarakat) untuk SMA/SMK.
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu
dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses
pembelajaran. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi
manajemen pendidikan. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen
ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,
sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Actuating (pelaksanaan); dan
4. Controlling (pengawasan).
Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Commanding (pengaturan);
4. Coordinating (pengkoordinasian); dan
5. Controlling (pengawasan).
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi
manajemen, mencakup:
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Staffing (penentuan staf);
4. Directing (pengarahan); dan
5. Controlling (pengawasan).
L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu:
15
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Staffing (penentuan staf);
4. Directing (pengarahan);
5. Coordinating (pengkoordinasian);
6. Reporting (pelaporan); dan
7. Budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen
pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi
manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan
merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk
menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined
as the proses by which manager set objective, asses the future, and
develop course of action designed to accomplish these objective.
Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : “
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan
kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat
diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan;
16
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah
utama; Memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran;
c. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
d. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
e. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai
bagian organisasi
f. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah
dipahami;
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
h. Menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu :
1) Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
- menggunakan kata-kata yang sederhana,
- mempunyai sifat fleksibel,
- mempunyai sifat stabilitas,
- ada dalam perimbangan sumber daya, dan
- meliputi semua tindakan yang diperlukan.
2) Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi
unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber
daya modal.
3) Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas
dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko
(1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
- Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
- Merumuskan keadaan saat ini;
- Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
17
- Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus
Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan
masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu
perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga
bentuk, yaitu : 1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan
secara menyeluruh dan jangka panjang, 2) rencana strategis
merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai
dimensi jangka panjang, dan 3) rencana operasional yang
merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna
menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam
perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting
sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan
sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang
sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan
percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain lagi, T. Hani Handoko memaparkan secara
ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan
strategik, sebagai berikut:
a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum
tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan
ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak.
Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan
manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial
dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk
atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
18
b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi
internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil
analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi
sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -
sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan
menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa
yang akan datang.
c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk
mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,
perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus,
seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar
tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana
kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung
operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan
strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep
perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks
pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena
memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang
menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal,
sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat
menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
b. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian
(organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan
19
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan
pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing
organization structure. It is the process of arranging people and
physical resources to carry out plans and acommplishment
organizational obtective”. Dari kedua pendapat di atas, dapat
dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya
untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan
organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa
yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :
(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan
kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan
kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus
mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi
harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus
mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel
dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko
mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu :
(a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total
menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu
orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme
untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan
yang terpadu dan harmonis.
c. Pelaksanaan/Penggerakkan (actuating)
20
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam
fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa
actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian
agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)
ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk
mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi
atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut
merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan
antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen
yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process
21
by which manager determine wether actual operation are consistent
with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan
oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan
yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa
: “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan
yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan
sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan
itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses
pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
Penetapan standar pelaksanaan; Penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan;
a. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
b. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
c. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi
22
manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara
umum adalah melaksanakan planning, organizing, staffing,
coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating),
reporting, controlling. Namun demikian dalam
operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen
pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas
dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada
level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih
menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating,
innovating, controlling.
Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta
Administrasi Dan Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin
disebutkan paling tidak ada lima unsur pentng yang harus ada
dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyarat-
isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi:
1) Planning (perencanaan)
2) Organizing (pengorganisasian)
3) Actuating (penggerakan)
4) Communication (komunikasi)
5) Controlling (pengawasan)
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi
dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga
menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.
Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan
proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di
sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses
manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.
Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan
yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
23
didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai
secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah
harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan di bidang pendidikan pada umumnya dan
manajemen pada khususnya.
24
PENUTUP
Manajemen profesi digunakan oleh seseorang yang memerlukan pendidikan dan
pelatihan disamping pengalaman. Orang-orang yang telah melalui pendidikan dan
pelatihan secara sempurna. Memperoleh dengan menjadikan setiap pekerjaan sebagai
ibadah kepada Alloh SWT dan keyakinan menjadikan motivasi untuk bekerja tanpa
mengenal lelah. Semua dapat dilaksanakan apabila ridha Allah dijadikan sebagai tujuan
akhir dari segala kegiatan dan tingkah lakunya.
Manajemen sebagai ilmu terapan yaitu menerapkan manajemen didalam segala
aspek dalam segala bidang, khususnya dibidang pendidikan.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan
kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan dibidang pendidikan
khususnya.
25
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Manajemen sebagai profesi.....................................................................3
A. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.........................4
B. Karakteristik Profesi.............................................................................5
2. Manajemen sebagai ilmu terapan
A. Ilmu......................................................................................................12
B. Ilmu terapan ........................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................26
26
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Sitti Salmiah, Rihlah Ilmiah AGH Muhammad As’ad dari Haramain Kewajo Cerebes, Jakarta, Rabbani Press.
Abady, M.Yusri . Corak Pemikiran Pendidikan Keagamaan KH.Abdur Rahman Ambo Dalle , Jakarta, Rabbani Press, 2011.
Dahlan, Sitti Salmiah.Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta, Rabbani Press,2011,
Pidarta , Made. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Jakarta,Rineka Cipta,2013
http://fentirakhmawati.blogspot.com/2012/10/konsep-dan-penerapan-fungsi-fungsi.html
Wikipedia Bahasa Indonesia
27