manajemen sebagai professsi

41
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur kepada BEBERAPA PANDANGAN ATAU FAHAM TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN” Allah SWT dengan dorongan keluarga maka penulis dapat menyelesaikan makalah dangan judul” Mengingat kendala pengetahuan dan waktu yang terbatas dari penulis maka penulis sendiri menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna serta saran perbaikan sangat penulis harapkan Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya. Bogor, Mei 2015 Penulis 1

description

manajemen sebagai professsi

Transcript of manajemen sebagai professsi

Page 1: manajemen sebagai professsi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada BEBERAPA PANDANGAN

ATAU FAHAM TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN

PENDIDIKAN” Allah SWT dengan dorongan keluarga maka penulis dapat

menyelesaikan makalah dangan judul”

Mengingat kendala pengetahuan dan waktu yang terbatas dari penulis

maka penulis sendiri menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum

sempurna serta saran perbaikan sangat penulis harapkan

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Bogor, Mei 2015

Penulis

1

Page 2: manajemen sebagai professsi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi dewasa ini yang antara lain diwarnai oleh

terbukanya perdagangan bebas dan arus informasi disegala bidang merupakan

tantangan pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia. Menghadapi

tantangan tersebut pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai macam

kebijakan pembangunan.

Dalam era pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia pada

saat sekarang ini, untuk mengantisipasiera globalisasi terlibat tuntutan akan

tugas semua pihak yang terlibat dan ambil bagian didalam pembangunan

tersebut semakin sulit.

Berkaitan dengan hal tersebut kualitas sumber daya manusia

dipandang perlu sebagai factor kunci disamping harus menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi juga dituntut untuk memiliki jiwa kewirausahaan

yang tinggi, serta mampu bekerja dengan handal dan professional. Agar

sumber daya manusia dapat digunakan secara efektif, maka diperlukan adanya

pengetahuan melalui fungsi-fungsi manajemen beberapa paham atau

pandangantentang manajemen pendidikan atau pendidikan.

2

Page 3: manajemen sebagai professsi

BAB II

PEMBAHASAN

1. Manajemen sebagai profesi

Pengelolaan sering disebut manajemen. Pariata Westra dkk (1977)

Kata manajemen berasal dari kata “manus (bahasa latin) berarti tangan: mano

(bahasa italia) artinya tangan ; menege/manage(bahasa latin, italia, perancis)

berarti memerintah kuda, mengendalikan kuda; manegio (bahasa latin” berarti

pengurusan. Dalam bahasa inggris manajement berasal dari kata to manage

yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola. Dengan

demikian management(manajemen) berarti suatu kegiatan menggerakan orang

dengan menggunakan fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai

suatu tujuan.1

Arti dari manajemen dilihat dari beberapa definisi yang dikemukakan

oleh para pakar manajemen sebagai berikut :

“ Marry Parker Follet, Manajemen adalah seni untuk melaksanakan

suatu pekerjaan melalui orang lain.

Robert Khrester, Manajemen adalah proses kerja dengan melalui

orang lain untuk mencapai tujuan.

George Terry, Manajemen ialah kemampuan menyuruh orang lain

bekerja guna mencapai tujuan.

James A. F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian semua sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Sondang Siagian, Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan

seseorang untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan

melalui kegiatan orang lain.

Richart M. Hodgetts Ph.D dan Steven Ultman Ph. D., Manajemen

adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.

1 Prof.Dr.Hj.Sitti Salmiah Dahlan, MA. Rihlah Ilmiah AGH Muhammad As’ad dari Haramain Kewajo Cerebes, Jakarta, Rabbani Press,h.26

3

Page 4: manajemen sebagai professsi

Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, Manajemen adalah

proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan

informasi, guna mencapai sasaran yang organisasi dengan cara efisien dan

efektif.

LPPM, Manajemen adalah proses pemberian perintah, pengarahan dan

pengendalian berbagai lembaga dalam masyarakat untuk mencapai tujuan.

Donelly, Manajemen adalah proses koordinasi upaya kelompok

terhadap tujuan kelompok.

J.L.Massie, Manajemen adalah proses kelompok kooperatif

menggerakan tindakan untuk tujuan umum” 2

A. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris

"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna:

"Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara

tetap/permanen".

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan

penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya

memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi

yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada

bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,[[teknik desainer, tenaga

pendidik.

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut

profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk

suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.

Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk

pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri

umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.

B. Karakteristik Profesi2 Prof.Dr.H.M.Yusri Abady,MA,APU. Corak Pemikiran Pendidikan Keagamaan KH.Abdur Rahman Ambo Dalle , Jakarta, Rabbani Press, 2011. h.30

4

Page 5: manajemen sebagai professsi

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya

dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua

karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini

berlaku dalam setiap profesi:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis:

Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang

ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan

tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.

2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang

diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut

biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.

3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya

memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional,

biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji

terutama pengetahuan teoretis.

5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan

untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional

mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh

organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan

profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi

sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa

dipercaya.

7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan

pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para

anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar

aturan.

5

Page 6: manajemen sebagai professsi

9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya

sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh

mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang

berkualifikasi paling tinggi.

10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja

profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan

publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan

masyarakat.

11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan

meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para

anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap

layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Setiap orang hendaklah bekerja sesuai dengan syakillahnya,seperti

disebut dalam QS.al Isra’17:84.

( االسراء ( سبيال أھدى ھو يمن علم أ بكم فر كلتھ شا عىل یعمل كل قلTerjemahannya : Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut

keadaannya masing-masing. Maka tuhanmu lebinh mengetahui siapa yang

lebih benar jalannya(QS 17:18)

Dalam tafsir Jalalain disebutkan ya’malu ‘ala syakihatih,yakni

menurut caranya sendiri-sendiri. Hal ini dapat dipahami sebagai

keterampilan atau skill masing-masing orang atau yang diberi tugas sesuai

dengan profesinya suatu pekerjaan yang diberikan kepada orang yang

bukan ahlinya, akan merusak program. Apabila program sudah rusak atau

berjalan tanpa tujuan, maka tunggulah kehancuran pekerjaan tersebut.

Nabi mengingatkan hal ini dalam sabda nya.

( ) رواہالبخاری الساعة نتتظر فا إدۇسدأالمرالئیراھلھTerjamahannya : Apabila suatu urusan atau pekerjaan diserahkan

kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”(H.R.

Bukhari)

6

Page 7: manajemen sebagai professsi

Dalam islam profesionalisme ini dapat diketahui cirri-cirinya

sebagai berikut :

1. Ahlu al-dzik, yaitu menguasai ilmu pada bidang yang ditekuni, trampil

dalam mengerjakan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

2. ‘Amal Shalih yaitu melaksanakan tugas dengan baik, memiliki

semangat dan etos kerja yang tinggi,

3. Amanah, yakni bertanggungjawab dan terpercaya dalam menjalankan

setiap tugas dan kewajibannya

Untuk memperoleh Ahlu al-dzikr, seseorang memerlukan

pendidikan dan pelatihan disamping pengalaman. Orang-orang yang telah

melalui pendidikan dan pelatihan secara sempurna disebut ahli. Adapun

‘Amal Shalih dapat diperoleh dengan menjadikan setiap pekerjaan sebagai

ibadah kepada Alloh SWT dan keyakinan menjadikan motivasi untuk

bekerja tanpa mengenal lelah. Sedangkan Amanah dapat dilaksanakan

apabila ridha Allah dijadikan sebagai tujuan akhir dari segala kegiatan dan

tingkah lakunya.3

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri profesi yang dikemukakan oleh

para ahli.Adapun ciri-ciri professional antara lain Schein(1972),

mengemukakan ciri-ciri professional sebagai berikut:

1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime)

2. Pilihan pekerjaan itu didasarkan pada motivasi yang kuat.

3. Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu, dan keterampilan khusus

yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama.

4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau

menangani klien,

5. Pekerjaan berorientasi pada pelayanan, bukan untutk kepentingan

pribadi,

6. Pelayanan itu didasarkan pada kebutuhan objektif klien,

7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan

klien,

3 Dr.HJ.Sitti Salmiah Dahlan.MA.Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta, Rabbani Press,2011,h.108

7

Page 8: manajemen sebagai professsi

8. Menjadi anggota organisasi profesi, sesudah memenuhi persyaratan

atau criteria tertentu,

9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dalam

spesialisasinya,

10. Keahlian itu tidak boleh diadvertasikan untuk mencari klien.

Sementara itu Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I pada

tahun 1988 menentukan syarat-syarat suatu pekerjaan professional sebagai

berikut :

1. Atas dasar panggilan hidup yang dilakukan sepenuh waktu dan untuk

jangka waktu yang lama,

2. Telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus,

3. Dilakukan menurut teory, prinsip, prosedur, dan anggapan-anggapan

dasar yang sudah baku sebagai pedoman dalam menangani klien,

4. Sebagai pengabdian kepada masyarakat, bukan mencari keuntungan

financial,

5. Memiliki kecakapan diagonalistic dan kompetensi aplikasi dalam

melayani klien,

6. Dilakukan secara otonom ang bisa diuji oleh rekan-rekan seprofesi.

7. Mempunyai kode etik yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,

8. Pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan.

Sedangkan profesi pendidikan di Amerika Serikat memiliki

karakteristik sebagai berikut, (Imran Manan, 1989):

1. Sebagai pekerjaan jasa sosial yang unik, jelas, dan penting.

2. Menekankan teknik intelektual

3. Membutuhkan pendidikan spesialisasi dalam waktu panjang,

4. Memerlukan otonomi yang luas sebagai individu ataupun organisasi

profesi,

5. Otonomi individu dapat persetujuan dari organisasi profesi,

6. Tekanan pada jasa lebih besar dibandingkan dengan hasil ekonomis,

baik secara perseorangan ataupun secara kelompok profesional

7. Memiliki organisasi profesi secara otonom,

8

Page 9: manajemen sebagai professsi

8. Ada kode etik yang jelas dan tegas.

ISPI (1991) menyimpulkan ciri-ciri utama profesi adalah sebagai berikut :

1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial,

2. Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu,

3. Memperoleh keahlian dan keterampil melalui metode ilmiah,

4. Memiliki batang tubuh disiplin ilmu tertentu,

5. Studi dalam waktu lama diperguruan tinggi,

6. Pendidikan ini juga merupakan wahana sosialisasi nilai-nilai

professional dikalanganmahasiswa/siswa yang mengikutinya,

7. Berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh

organisasiprofesi dengan sanksi-sanksi tertentu,

8. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah bertalian

dengan pekerjaannya,

9. Memberi layanan sebaik-baiknya kepada klien dan otonom dari

campur tangan pihak luar,

10. Mempunyi prestis yang tinggi dimasyarakat dan berhak mendapat

imbalan yang layak.

Manap Somantri(1996) yang mengutip dari Volmer (1996) dan

Oteng (1989) menulis standar profesi sebagai berikut :

1. Memiliki ilmu yang diperoleh melalui pendidikan lama setara dengan

S1 atau lebih,

2. Kewenangan professional diakui oleh klien,

3. Ada sanksi dan pengakuan masyarakatakan keabsahan

kewenangannya,

4. Memiliki kode etik,

5. Punya budaya profesi yang dinamis dan terus berkembang,

6. Ada persatuan profesi yang kuat dan berpengaruh.4

Bila diperhatikan ciri-ciri profesi tersebut tampak bahwa profesi

pendidik tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembarang orang yang

dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik.4 Prof.Dr.Made Pidarta.Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Jakarta,Rineka Cipta,2013,h.280.

9

Page 10: manajemen sebagai professsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan profesi

adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

(keterampilan, kejuruan dsb.) tertentu.

Pigor (1950), juga Hunderson (1980), maupun Pollet (1959) dalam

definisi mereka menyatakan bahwa:

1. Suatu jabatan, supaya dapat disebut suatu profesi, maka jabatan itu

harus berdasarkan pada suatu wadah ilmu pengetahuan yang sistimatis

dan pelaksanaannya menuntut kecerdasan dan keahlian guna

pemecahan berbagai masalah yang sulit.

2. Suatu profesi, menuntut waktu yang lama untuk persiapan spesialisasi

dan berdasarkan pada suatu latar belakang pendidikan yang luas.

3. Suatu profesi, selalu membukakan kesempatan dan menyediakan

waktu bagi anggota-anggotanya untuk mengikuti latihan-latihan guna

peningkatan dan penyegaran pengetahuan mereka. Latihan-latihan itu

bersifat terus menerus.

4. Suatu profesi menghendaki penelitian dan penyelidikan secara ilmiah,

berkelanjutan.

Karena itu, nyatalah bahwa manajemen mempunyai sifat profesi.

Pertama, manajemen adalah suatu ilmu yang sudah tidak diragukan lagi

karena sudah dipelajari, dikembangkan melalui lembaga pendidikan dan

pelatihan untuk memperoleh pengetahuan khusus yang dibutuhkan dan

kecakapan untuk mempergunakan kemampuan manajer yang kompeten.

Kedua, pengetahuan khusus dan kecakapan yang dibutuhkan,

manajemen dipakai untuk “memerintah, membimbing dan menasehati

lainnya” meskipun dapat dilakukan oleh kebanyakan manjer dan para ahli

teori manajemen tidak dapat diterapkan secara utuh pada semua situasi,

pedoman-pedoman tertentu memiliki tingkat reabilitas yang cukup tinggi.

Misalnya pedoman sederhana mengenai tingkah laku yang berbunyi

“pujilah didepan umum dan keritiklah secara pribadi”, umumnya sangat

berhasil, walaupun kadang-kadang tidak demikian halnya.

10

Page 11: manajemen sebagai professsi

Ketiga, manajemen berarti memajukan tiap pekerjaan sedemikian

sehingga ia berhasil mencapai kedudukan tertinggi untuk kecakapannya

bukan karena favoritisme atau faktor lain yang sama sekali tidak berkaitan

dengan jabatan yang dipangkunya. Sayangnya ada juga sejumlah manajer

yang memperoleh posisi kemanajeran mereka karena hubungan mereka

dengan orang-orang penting tertentu atau karena faktor-faktor yang sama

sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan mereka. Di samping itu tidak ada

standar obyektif yang disepakati bersama yang dapat digunakan untuk

menilai kinerja manajer. Karena kompleksitasnya faktor-faktor yang

berkaitan dengan pekerjaan manajer, maka adalah lebih sulit untuk menilai

manajer dibanding menilai misalnya: guru, bidan, polisi, dan profesi

lainnya.

Akhirnya, para profesional pula dituntut oleh suatu kode etik yang

harus ditaati sepenuhnya, yang melindungi klien mereka. Karena

profesional memang ahli dalam suatu bidang tertentu, para klien sangat

tergantung pada mereka dan sebagai akibatnya, para profesional berada

pada posisi yang sangat rentan.

Manajemen adalah sebuah profesi, tetapi menurut kriteria yang lain,

tidak demikian sekarang ini dapat dilihat berbagai indikasi yang

menunjukkan bahwa manajemen, sedang mengarah pada kecenderungan

meningkatnya profesionalisme baik dalam dunia bisnis maupun pada

organisasi perusahaan, organisasi non profit/nirlaba. Nampaknya, tekanan

sosial yang berlangsung sekarang dapat mengundang munculnya kesadaran

akan timbulnya standard etik yang baku. Perkembangan pendidikan formal

di dalam sekolah-sekolah manajemen dan program pengembangan

eksekutif akan menyebar luaskan suatu kumpulan pengetahuan dan

mengajarkan keterampilan yang merupakan tanda resmi bagi profesional.

2. Manajemen sebagai ilmu terapan

A. Ilmu

11

Page 12: manajemen sebagai professsi

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar

untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia

dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi

agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian

dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu

diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum

sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan

dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui

dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk

karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang

dimilikinya.

Ilmu Alam hanya ias menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke

dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya ias

meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke

dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan

contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak

matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi

cocok menjadi perawat.

1) Etimologi

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm yang berarti memahami,

mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu

pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu

sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan

sebagainya.

2) Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan

khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan

ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu]. Sifat ilmiah sebagai

persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang

telah ada lebih dahulu.

12

Page 13: manajemen sebagai professsi

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu

golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar

maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau

mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam

mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian

antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;

bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang

penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk

meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam

mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk

menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa

Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis

berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk

pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan

menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam

hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem

yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu

menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.

Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian

sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran

universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh:

semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan

syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari

kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan

ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia.

Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu

sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

B. Ilmu terapan

13

Page 14: manajemen sebagai professsi

Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih

bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu

biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi

kehidupan kita sehari-hari.

Manajemen sebagai ilmu terapan mempunyai maksud manajemen

dapat diterapkan kedalam berbagai bidang dan system. System adalah

suatu model berfikir atau suatu cara memandang. Gerakan system adalah

sesuatu yang baru dan cocok diterapkan dalam Manajemen berbasis

sekolah (MBS) merupakan program nasional sebagaimana tercantum

dalam Undang -undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pasal  50 (1) ” Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah/madrasah” MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang

memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar

sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan

mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah. Dengan

demikian tanggungjawab pengelolaan pendidikan bukan hanya oleh

pemerintah tapi juga oleh sekolah dan masyarakat dalam rangka

mendekatkan  pengambilam keputusan ketingkat grassroots (yang paling

dekat dengan peserta didik) . Bagaimana Penerapannya di Indonesia? Ada

tiga pilar MBS yang dapat dijadikan patokan untuk menilai implementasi

MBS yang dilaksanakan oleh sekolah di Indonesia yaitu: Manajemen

Sekolah, Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,

dan Peran Serta Masyarakat

1) Manajemen Sekolah

Penerapan manajemen sekolah pada umumnya sudah dapat

diterapkan dengan baik oleh sebagian  sekolah terutama sekolah

sekolah perkotaan yang sudah memiliki SDM yang memadai baik

secara kualifikasi maupun kompetensi. Namun pada sisi lain masih

banyak sekolah terutama kepala sekolah belum dapat mengelola

14

Page 15: manajemen sebagai professsi

sekolahnya dengan baik misalnya dalam hal berkomunikasi dan

berkoodinasi dengan semua warga sekolah dan masyarakat.

Indikasinya terlihat masih banyak warga sekolah dan masyarakat yang

tidak tahu program sekolah dan penggunaan dana sekolah baik yang

bersumber dari BOS untuk SD dan SMP maupun dari komite

(masyarakat) untuk SMA/SMK.

Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu

dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses

pembelajaran. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi

manajemen pendidikan. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen

ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,

sebagai berikut:

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Actuating (pelaksanaan); dan

4. Controlling (pengawasan).

Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Commanding (pengaturan);

4. Coordinating (pengkoordinasian); dan

5. Controlling (pengawasan).

Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi

manajemen, mencakup:

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Staffing (penentuan staf);

4. Directing (pengarahan); dan

5. Controlling (pengawasan).

L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu:

15

Page 16: manajemen sebagai professsi

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Staffing (penentuan staf);

4. Directing (pengarahan);

5. Coordinating (pengkoordinasian);

6. Reporting (pelaporan); dan

7. Budgeting (penganggaran).

Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen

pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi

manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan

merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk

menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk

mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.

Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined

as the proses by which manager set objective, asses the future, and

develop course of action designed to accomplish these objective.

Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : “

Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan

organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,

prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam

fungsi ini.”

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan

kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat

diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.

Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan

bahwa perencanaan:

a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan;

16

Page 17: manajemen sebagai professsi

b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah

utama; Memungkinkan manajer memahami keseluruhan

gambaran;

c. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;

d. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;

e. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai

bagian organisasi

f. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah

dipahami;

g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan

h. Menghemat waktu, usaha dan dana.

Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)

mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,

yaitu :

1) Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

- menggunakan kata-kata yang sederhana,

- mempunyai sifat fleksibel,

- mempunyai sifat stabilitas,

- ada dalam perimbangan sumber daya, dan

- meliputi semua tindakan yang diperlukan.

2) Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi

unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber

daya modal.

3) Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas

dan tegas.

Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko

(1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :

- Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;

- Merumuskan keadaan saat ini;

- Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;

17

Page 18: manajemen sebagai professsi

- Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk

pencapaian tujuan

Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus

Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan

masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu

perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga

bentuk, yaitu : 1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan

secara menyeluruh dan jangka panjang, 2) rencana strategis

merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan

kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai

dimensi jangka panjang, dan 3) rencana operasional yang

merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna

menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam

perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting

sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan

sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang

sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan

percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.

Pada bagian lain lagi, T. Hani Handoko memaparkan secara

ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan

strategik, sebagai berikut:

a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum

tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan

ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak.

Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan

manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial

dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk

atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian

perusahaan.

18

Page 19: manajemen sebagai professsi

b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi

internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil

analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi

sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -

sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan

menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan

kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa

yang akan datang.

c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk

mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan

lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,

perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus,

seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar

tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana

kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung

operasi perusahaan.

Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan

strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep

perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks

pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena

memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang

menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal,

sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat

menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

b. Pengorganisasian (organizing)

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian

(organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa :

“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-

hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga

mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan

19

Page 20: manajemen sebagai professsi

pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi

lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.

Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan

pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing

organization structure. It is the process of arranging people and

physical resources to carry out plans and acommplishment

organizational obtective”. Dari kedua pendapat di atas, dapat

dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya

untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan

organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam

pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa

yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.

Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)

mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :

(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan

kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan

kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus

mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi

harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus

mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel

dan seimbang.

Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko

mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu :

(a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk

mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total

menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu

orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme

untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan

yang terpadu dan harmonis.

c. Pelaksanaan/Penggerakkan (actuating)

20

Page 21: manajemen sebagai professsi

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan

(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam

fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan

dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi

actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan

langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa

actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota

kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan

berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-

anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin

mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain

merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi

kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian

agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal

sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)

ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk

mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu

mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan

manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi

atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut

merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan

antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

d. Pengawasan (controlling)

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen

yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi

terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.

Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)

memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process

21

Page 22: manajemen sebagai professsi

by which manager determine wether actual operation are consistent

with plans”.

Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan

oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan

yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa

: “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan

perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-

penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan

untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”

Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan

yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan

sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi

tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan

itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk

mengatasinya.

Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses

pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

Penetapan standar pelaksanaan; Penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan;

a. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;

b. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan

c. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi

22

Page 23: manajemen sebagai professsi

manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara

umum adalah melaksanakan planning, organizing, staffing,

coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating),

reporting, controlling. Namun demikian dalam

operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen

pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas

dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada

level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih

menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating,

innovating, controlling.

Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta

Administrasi Dan Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin

disebutkan paling tidak ada lima unsur pentng yang harus ada

dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyarat-

isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi:

1) Planning (perencanaan)

2) Organizing (pengorganisasian)

3) Actuating (penggerakan)

4) Communication (komunikasi)

5) Controlling (pengawasan)

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi

dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga

menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.

Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan

proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di

sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses

manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.

Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di

dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan

yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa

23

Page 24: manajemen sebagai professsi

didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan

menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada

gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai

secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah

harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis,

pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan

pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat

meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara

berkelanjutan di bidang pendidikan pada umumnya dan

manajemen pada khususnya.

24

Page 25: manajemen sebagai professsi

PENUTUP

Manajemen profesi digunakan oleh seseorang yang memerlukan pendidikan dan

pelatihan disamping pengalaman. Orang-orang yang telah melalui pendidikan dan

pelatihan secara sempurna. Memperoleh dengan menjadikan setiap pekerjaan sebagai

ibadah kepada Alloh SWT dan keyakinan menjadikan motivasi untuk bekerja tanpa

mengenal lelah. Semua dapat dilaksanakan apabila ridha Allah dijadikan sebagai tujuan

akhir dari segala kegiatan dan tingkah lakunya.

Manajemen sebagai ilmu terapan yaitu menerapkan manajemen didalam segala

aspek dalam segala bidang, khususnya dibidang pendidikan.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki

perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,

pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan

kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan dibidang pendidikan

khususnya.

25

Page 26: manajemen sebagai professsi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah ............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Manajemen sebagai profesi.....................................................................3

A. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.........................4

B. Karakteristik Profesi.............................................................................5

2. Manajemen sebagai ilmu terapan

A. Ilmu......................................................................................................12

B. Ilmu terapan ........................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................26

26

Page 27: manajemen sebagai professsi

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Sitti Salmiah, Rihlah Ilmiah AGH Muhammad As’ad dari Haramain Kewajo Cerebes, Jakarta, Rabbani Press.

Abady, M.Yusri . Corak Pemikiran Pendidikan Keagamaan KH.Abdur Rahman Ambo Dalle , Jakarta, Rabbani Press, 2011.

Dahlan, Sitti Salmiah.Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta, Rabbani Press,2011,

Pidarta , Made. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Jakarta,Rineka Cipta,2013

http://fentirakhmawati.blogspot.com/2012/10/konsep-dan-penerapan-fungsi-fungsi.html

Wikipedia Bahasa Indonesia

27