TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG Menghadapai Asean Economic Community 2015 TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA Ayu Suryandari Mi Mitha Dwi Restuti Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana [email protected] Abstract This study aimed to examine the influence of related party transaction by related party receivable transaction (RPT Receivable), related party payable transaction (RPT Payable) on earnings management is proxied by ROA in the period before initial public offering (IPO). Such actions can also be an opportunity to perform tunneling as measured by net outstanding corporate loans to the year-end total assets (NOREC) are seen through the performance of the company's shares using buy-and-hold returns in the period after initial public offering (IPO). By using the control variable is a non-related party transactions receivables, debt, firm size, and market returns. Samples of this study was 32 firms from non-financial firms that conduct IPO’s in the Indonesia Stocked Exchange in 2007 to 2011. The results of this study in Indonesia indicate that earnings management and tunneling does not occur through related party transactions. But the loan transactions between related parties after the IPO is viewed by investors as opportunistic actions that degrade the performance of the company's shares after the IPO. Keyword: Related party transaction, earnings management, IPO, and tunneling. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi pihak berelasi melalui transaksi piutang pihak berelasi (RPT Piutang), transaksi hutang pihak berelasi (RPT Hutang) terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROA pada periode sebelum penawaran saham perdana (IPO). Tindakan tersebut juga dapat menjadi kesempatan untuk melakukan tunneling yang diukur dengan net outstanding corporate loans to year-end total assets (NOREC) yang dilihat melalui kinerja saham perusahaan menggunakan buy-and-hold return pada periode setelah penawaran saham perdana (IPO). Dengan menggunakan variabel kontrol yaitu transaksi piutang non pihak istimewa, debt, ukuran perusahaan, dan market return. Penelitian ini menggunakan 32 sampel dari perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa di Indonesia manajemen laba dan tunneling tidak terjadi melalui transaksi pihak berelasi. Namun transaksi pinjaman antar pihak hubungan berelasi setelah IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan kinerja saham perusahaan setelah IPO. Kata kunci: Transaksi pihak istimewa, manajemen laba, IPO, dan tunneling. PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan munculnya banyak investor maupun perusahaan publik baru. Dalam proses Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana disyaratkan penerbitan suatu prospektus, yang diharapkan dapat memberi informasi bagi investor sebelum berinvestasi. Namun, Rao (1993) dalam Kusumawardhani dan Veronica (2009) menyatakan bahwa pada periode sebelum terjadinya IPO, hampir tidak ada pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang bersangkutan baik di media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan

Transcript of TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

Page 1: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA MELALUI TRANSAKSIPIHAK BERELASI DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA

Ayu SuryandariMi Mitha Dwi Restuti

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya [email protected]

AbstractThis study aimed to examine the influence of related party transaction by related party receivabletransaction (RPT Receivable), related party payable transaction (RPT Payable) on earnings managementis proxied by ROA in the period before initial public offering (IPO). Such actions can also be anopportunity to perform tunneling as measured by net outstanding corporate loans to the year-end totalassets (NOREC) are seen through the performance of the company's shares using buy-and-hold returns inthe period after initial public offering (IPO). By using the control variable is a non-related partytransactions receivables, debt, firm size, and market returns. Samples of this study was 32 firms fromnon-financial firms that conduct IPO’s in the Indonesia Stocked Exchange in 2007 to 2011. The results ofthis study in Indonesia indicate that earnings management and tunneling does not occur through relatedparty transactions. But the loan transactions between related parties after the IPO is viewed by investorsas opportunistic actions that degrade the performance of the company's shares after the IPO.

Keyword: Related party transaction, earnings management, IPO, and tunneling.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi pihak berelasi melalui transaksi piutang pihakberelasi (RPT Piutang), transaksi hutang pihak berelasi (RPT Hutang) terhadap manajemen laba yangdiproksikan dengan ROA pada periode sebelum penawaran saham perdana (IPO). Tindakan tersebut jugadapat menjadi kesempatan untuk melakukan tunneling yang diukur dengan net outstanding corporateloans to year-end total assets (NOREC) yang dilihat melalui kinerja saham perusahaan menggunakanbuy-and-hold return pada periode setelah penawaran saham perdana (IPO). Dengan menggunakanvariabel kontrol yaitu transaksi piutang non pihak istimewa, debt, ukuran perusahaan, dan market return.Penelitian ini menggunakan 32 sampel dari perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO di Bursa EfekIndonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa di Indonesiamanajemen laba dan tunneling tidak terjadi melalui transaksi pihak berelasi. Namun transaksi pinjamanantar pihak hubungan berelasi setelah IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistiksehingga menurunkan kinerja saham perusahaan setelah IPO.

Kata kunci: Transaksi pihak istimewa, manajemen laba, IPO, dan tunneling.

PENDAHULUANPerkembangan pasar modal Indonesia

yang pesat menyebabkan munculnya banyakinvestor maupun perusahaan publik baru. Dalamproses Initial Public Offering (IPO) ataupenawaran saham perdana disyaratkanpenerbitan suatu prospektus, yang diharapkan

dapat memberi informasi bagi investor sebelumberinvestasi. Namun, Rao (1993) dalamKusumawardhani dan Veronica (2009) menyatakanbahwa pada periode sebelum terjadinya IPO,hampir tidak ada pemberitaan apapun mengenaiperusahaan yang bersangkutan baik di media massamaupun media elektronik. Adanya keterbatasan

Page 2: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

informasi yang dimiliki para investormengharuskan mereka untuk mengandalkanlaporan keuangan yang ada untuk melakukanpenilaian atas kinerja saham sebelum IPO dan jugamenilai kemungkinan terjadinya manajemen laba.Manajemen laba adalah tindakan manajemen untukmemilih kebijakan akuntansi dari suatu standartertentu dengan tujuan memaksimalkankesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan(Scott, 1997). Manajer dapat menyusun laporankeuangan dengan memilih metode akuntansi atauakrual yang akan meningkatkan laba, dan labayang tinggi diharapkan akan dihargai tinggi olehinvestor berupa harga penawaran yang tinggi(Assih et al., 2005).

Dalam Irawan dan Gumanti (2009), Barthet al., (1999) meneliti hubungan antara labaperusahaan sebelum go pubic dan harga saham.Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga sahamakan lebih tinggi jika dimiliki oleh perusahaanyang memiliki keuntungan yang konsistendibandingkan dengan perusahaan yang memilikilaba yang tidak konsisten. Hasil penelitian inimampu menjelaskan kenapa manajer menggunakanmetode akuntansi tertentu untuk menilai besaranlaba perusahaan pada periode menjelang go public,dan tindakan ini lebih dikenal sebagai earningmanagement. Dengan asumsi demikian,diperkirakan bahwa praktik manajemen laba yangdilakukan pada saat IPO dimaksudkan untukmendongkrak harga saham perdana.

Manajemen laba salah satunya dapatdilakukan melalui transaksi pihak-pihak berelasi(Related party transaction - RPT), dalam hal inihubungan antara induk dan anak perusahaan(McKay, 2002). RPT dapat menyebabkanperpindahan laba dari perusahaan anak ke induk(Cheung et al., 2006). Contoh, Coca-Colapernah memanfaatkan RPT dengan mempengaruhipihak pembuat botolnya untuk membebankanharga botol yang lebih rendah agar Harga PokokPenjualan Coca-Cola turun dan laba Coca-Colameningkat (McKay, 2002). Penelitian Geriesh(2003) juga menemukan bahwa perusahaan yangterlibat dalam kecurangan akuntansi lebih banyakmelibatkan RPT.

Melihat lebih jauh lagi, RPT dapatmemunculkan motif oportunistik baru yaitu

tunneling. Menurut Johnson et al. (2000)tunneling adalah pengalihan keluar aset dankeuntungan dari anak perusahaan untukkepentingan induk perusahaan yang berdampakpada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali. Penelitian yang ada menunjukkanbahwa perusahaan induk di Cina melakukannyadengan cara tidak membayar hutang kepadaanak perusahaan yang IPO, yang berdampak padaburuknya kinerja anak perusahaan (Aharony et al.,2010). Selain itu Cheung et al. (2006) dalampenelitiannya mengemukakan bahwa pinjamanperusahaan cenderung mengakibatkanekspropriasi hak pemegang saham non-pengendali, yang diukur menggunakancummulative abnormal market-adjusted returns(CAR). Penelitian mereka juga berhasilmenafsirkan bahwa transaksi tersebut merupakanbukti tunneling oleh pemegang saham mayoritasdan merupakan RPT yang tidak didasarkan padaalasan ekonomi. Pemahaman ini menjadi pentingkarena dalam Teoh et al. (1998) dibuktikanbahwa investor tidak dapat mendeteksi hasilrekayasa pada saat IPO. Akibatnya, terjadikesalahan pengambilan keputusan investasi olehinvestor.

Penelitian ini sudah dilakukan olehAharony et al. (2010) mengenai Tunneling sebagaiinsentif untuk melakukan manajemen laba selamaproses IPO di Cina. Sedangkan, di Indonesiapenelitian ini sudah dilakukan oleh Guing danAria (2011) mengenai manajemen laba dantunneling melalui transaksi pihak istimewa disekitar penawaran saham perdana. Penelitian iniberusaha meneliti kembali lebih dalam mengenaiperilaku manajemen laba yang dilakukanperusahaan sebelum IPO di Bursa EfekIndonesia beserta potensi kegiatan tunnelingyang mungkin muncul sebagai insentif darimanajemen laba dengan mengubah jenis transaksiRPT. Dalam penelitian ini akan digunakan RPTPiutang dan RPT Hutang dalam mendeteksimanajemen laba. Penelitian ini memilih transaksipiutang-hutang karena transaksi ini memilikipengaruh langsung terhadap laporan keuangan,khususnya pada perhitungan laba akuntansisuatu perusahaan. Transaksi piutang-hutang inidapat timbul karena adanya transaksi penjualan

Page 3: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

atau pembelian kepada pihak berelasi (Jian danWong, 2003). Chang (2002) juga memaparkanbahwa adanya transaksi penjualan atau pembeliankepada pihak berelasi yang menimbulkan piutangatau hutang pihak berelasi tersebut, dapatdigunakan untuk melakukan earningsmanagement.

Secara spesifik maka tujuan danpermasalahan dalam penelitian ini adalah (1)Mengetahui pengaruh antara RPT dengankeberadaan manajemen laba pada periode sebelumIPO, sehingga dapat diketahui apakah RPTtersebut dilakukan sebagai sarana dalammanajemen laba pada periode sebelum IPO. (2)Mengetahui pengaruh RPT pada periodesebelum IPO dan pinjaman kepada pihak berelasipada periode setelah IPO dengan kinerja sahamperusahaan setelah IPO, sehingga dapat diketahuiapakah RPT dan pinjaman tersebut berpengaruhnegatif dengan kinerja saham perusahaan setelahIPO.

KERANGKA TEORITIS DANPENGEMBANGAN HIPOTESISTunneling

Istilah "tunneling" awalnya digunakanuntuk menggambarkan kondisi ekspropriasipemegang saham non-pengendali di RepublikCeko melalui pengalihan aset dan keuntungan dariperusahaan demi kepentingan pemegang sahampengendali (Guing dan Aria, 2011). MenurutJohnson et al., (2000) tunneling adalah pengalihankeluar aset dan keuntungan dari anakperusahaan untuk kepentingan induk perusahaanyang berdampak pada ekspropriasi pemegangsaham non-pengendali.

Tunneling merupakan perilaku manajemenatau pemegang saham mayoritas yang mentransferaset dan profit perusahaan untuk kepentinganmereka sendiri, namun biaya dibebankan kepadapemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalamMutamimah, 2008). Sansing (1999) menunjukkanbahwa pemegang saham mayoritas dapatmentransfer kekayaan untuk dirinya sendiri denganmengorbankan hak para pemilik minoritas, danterjadi penurunan pengalihan kekayaan ketikapersentase kepemilikan pemegang sahammayoritas menurun.

Tunneling muncul dalam dua bentuk.Pertama, peran pemegang saham pengendalidalam memindahkan sumber daya perusahaanuntuk kepentingannya sendiri melalui transaksipihak berelasi yang diatur sedemikian rupa.Kedua, pemegang saham pengendali dapatmeningkatkan porsi sahamnya tanpa memberikankontribusi aset apapun bagi perusahaan melaluiisu-isu saham dilutif, pembatasan terhadappemegang saham non-pengendali, atau transaksilainnya yang merugikan kelompok non-pengendali(Johnson et al., 2000).

Tunneling dapat juga dilakukan dengancara menjual produk perusahaan kepadaperusahaan yang memiliki hubungan denganmanajer dengan harga yang lebih rendahdibandingkan mempertahankan posisi/ jabatanpekerjaannya meskipun mereka sudah tidakkompeten atau berkualitas lagi dalam menjalankanusahanya atau menjual aset perusahaan kepadaperusahaan yang memiliki hubungan denganmanajer (Dwinanto, 2010). Penelitian yangdilakukan oleh Johnson et al., (2000) dan Cheung(2006) terbukti bahwa di negara berkembang,pemilik saham mayoritas terlibat dalam praktekekspropriasi atau tunneling yang dilakukanterhadap pemegang saham minoritas.Manajemen Laba

Salah satu ukuran kinerja perusahaan yangsering digunakan sebagai dasar pengambilankeputusan bisnis adalah laba yang dihasilkanperusahaan. Informasi laba merupakan unsur dalamlaporan keuangan yang penting bagi pihak-pihakyang menggunakannya karena memiliki nilaiprediktif. Berdasarkan hal tersebut membuat pihakmanajemen berusaha untuk melakukan manajemenlaba agar kinerja perusahaan tampak baik olehpihak eksternal.

Earnings management merupakan upaya-upaya manajemen menggunakan pertimbangannyadalam menyusun laporan keuangan sehingga dapatmenyesatkan para pengambil keputusan dalammenilai kinerja perusahaan atau dapatmempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yangtelah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporankeuangan (Healy dan Wahlen, 1998). Sedangkanmenurut Setiawati dan Na’im (2000) earningsmanagement diartikan sebagai campur tangan

Page 4: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

manajemen dalam proses pelaporan keuanganeksternal dengan tujuan untuk menguntungkandirinya sendiri. Earnings management merupakansalah satu faktor yang dapat mengurangikredibilitas laporan keuangan.

Terdapat dua cara pandang dalammemahami manajemen laba menurut Scott (2000)dalam Rahmawati et al., (2006) yaitu: Pertama,memandang sebagai perilaku oportunistik manajeruntuk memaksimumkan utulitias manajemen(opportunistic behavior). Kedua, denganmemandang manajemen laba dari perspektifefficient contracting (efficient earningsmanagement), manajemen laba memberi manajersuatu fleksibilitas untuk melindungi diri merekadan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga sehingga dapatmenguntungan pihak-pihak yang terlibat dalamkontrak. Scott (2000) dalam Rahmawati et al.,(2006) juga mengungkapkan bahwa terdapatbeberapa faktor yang mendorong manajermelakukan manajemen laba, diantaranya:1. Bonus Purpose

Manajer yang memiliki informasi atas lababersih perusahaan akan bertindak secaraopportunistic untuk melakukan laba denganmemaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).

2. Motivasi Politik (Political Motivation)Manajemen laba dilakukan oleh perusahaanagar mengurangi laba yang dilaporkan karenaadanya tekanan publik yang mengakibatkanpemerintah menetapkan peraturan yang lebihketat.

3. Motivasi Pajak (Taxation Motivation)Perusahaan yang mendapatkan laba lebih tinggiakan membayar pajak yang tinggi pula. Akantetapi, manajer perusahaan akan melakukanrekayasa agar laba yang dilaporkan tidakseperti yang sebenarnya, sehingga pajak yangdibayarkan tidak terlalu tinggi. Berbagaimetode akuntansi digunakan dengan tujuanpenghematan pajak pendapatan. Motivasi inilahyang mendasari praktik manajemen laba.

4. Perubahan Chief Executive Officer (CEO)CEO perusahaan yang akan habis masajabatannya atau mendekati masa pensiun akanberusahaan menaikkan pendapatan untukmeningkatkan bonus yang diterimanya dan jika

kinerja perusahaan buruk, mereka akanmemaksimalkan pendapatan agar tidakdiberhentikan.

5. Penawaran Saham Perdana (IPO)Pada perusahaan yang akan go public tetapibelum memiliki harga pasar sehingga perlumenetapkan nilai saham yang akan ditawarkan.Hal ini mengakibatkan manajer perusahaanyang go public melakukan manajemen labauntuk memperoleh harga yang lebih tinggi atassaham. Dengan menaikkan laba perusahaanakan mempengaruhi investor dalampengambilan keputusan investasi.

6. Pentingnya Memberi Informasi KepadaInvestorKinerja perusahaan akan diinformasikankepada investor sehingga pelaporan laba harusdisajikan agar investor tetap menilai bahwaperusahaan tersebut berada dalam kinerja yangbaik.

Transaksi Dengan Pihak-Pihak BerelasiDi Indonesia, pengungkapan transaksi

dengan pihak-pihak yang berelasi diatur dalamPSAK No.7 (R2010) mengenai “PengungkapanPihak-Pihak Berelasi”, pihak-pihak berelasi adalahorang atau entitas yang terkait dengan entitasyang menyiapkan laporan keuangannya (dalamPernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”).Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihansumber daya, jasa atau kewajiban antara entitaspelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepasapakah ada harga yang dibebankan.

Berikut ini adalah contoh transaksi yangdiungkapkan jika pihak tersebut adalah pihakberelasi:a) Pembelian atau penjualan barang (barang jadi

atau setengah jadi)b) Pembelian atau penjualan properti dan aset

lainnyac) Penyediaan atau penerimaan jasad) Sewae) Pengalihan riset dan pengembanganf) Pengalihan di bawah perjanjian lisensig) Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan

(termasuk pinjaman dan kontribusi ekuitasdalam bentuk tunai atau dalam bentuk natura)

h) Provisi atas jaminan atau agunan

Page 5: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

i) Komitmen untuk berbuat sesuatu jikaperistiwa khusus terjadi atau tidak terjadidimasa depan, termasuk kontrak eksekutori*(diakui atau tidak diakui)

j) Penyelesaian liabilitas atas nama entitas ataupihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Dalam penelitian Cheung, Rau danStouraitis (2006) yang melihat pengaruhpengumuman transaksi pihak berelasi terhadapabnormal stock return, membagi sifat RPTmenjadi tiga kelompok yang tidak semuanyamerugikan, yaitu (1) transaksi yang apriorimenyebabkan ekspropriasi pemegang sahamminoritas perusahaan, antara lain akuisisi aset,penjualan aset, penjualan ekuitas, hubunganperdagangan, dan pembayaran tunai; (2) transaksiyang cenderung menguntungkan pemegang sahamminoritas, seperti penerimaan kas dan hubunganantara anak perusahaan; dan (3) transaksi denganalasan strategis dan mungkin tidak bersifatekspropriasi, seperti takeover dan joint venture,akuisisi joint venture, dan penjualan antara sesamajoint venture.

Ryngaert dan Thomas (2007) membagiRPT ke dalam dua kategori yaitu transaksi ex-antedan ex-post. Transaksi ex-ante didefinisikansebagai transaksi dimana suatu perusahaan danrelated party melakukan transaksi sebelumperusahaan tersebut menjadi perusahaan publikatau sebelum tertentu menjadi related partydengan perusahaan. Sedangkan, transaksi ex-postadalah transaksi yang muncul setelah perusahaango public dan setelah suatu pihak memilikihubungan khusus dengan perusahaan. Jenistransaksi ini cenderung merugikan outsideshareholder. Transaksi dengan pihak yangmemiliki hubungan istimewa (RPT) memiliki duahipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagaitransaksi opportunis atau sebagai transaksi yangefisien.Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba

Jian dan Wong (2003) menelitipenggunaan RPT sebagai sarana praktikmanajemen laba dan tunneling pada perusahaandi Cina. Mereka menemukan bahwa perusahaanyang masih tergabung dalam satu konglomerasicenderung melaporkan nilai RPT yang lebih tinggidibandingkan perusahaan yang tidak memiliki

konglomerasi. Selain itu dapat dibuktikan jugabahwa RPT tersebut digunakan untukmemanipulasi laba dalam rangka memenuhi syaratagar bisa sukses melakukan IPO. Ketikaperusahaan IPO tersebut telah menghasilkan alirandana yang cukup, cenderung terjadi pengalihansumber daya tersebut kepada perusahaanafiliasinya dalam bentuk pinjaman lunak.Sedangkan ketika dilihat pengaruhnya terhadapkinerja saham, ditemukan bahwa transaksiantara afiliasi tersebut lebih mengarah kepadatindakan oportunistik dibandingkan tindakan yangefisien.

Senada dengan Jian dan Wong, Aharonyet al. (2010) juga menemukan penggunaan RPTsebagai sarana manajemen laba menjelang IPO danlebih jauh juga membuktikan bahwa perilakutersebut muncul karena adanya kesempatan untukmelakukan praktik tunneling pada masa setelahIPO. Tunneling biasanya dilakukan dalam bentukpinjaman dari perusahaan IPO kepada indukperusahaannya, eksploitasi sumber dayadilakukan dengan tidak melunasi pinjamantersebut yang berakibat pada buruknya kinerjakeuangan perusahaan IPO.Manajemen Laba dan Kinerja PerusahaanPasca-IPO

Theo et al., (1998) meneliti hubunganmanajemen laba dengan penurunan kinerja jangkapanjang perusahaan dan mengungkapkan bahwaperusahaan yang melaporkan positif akrual padasaat IPO, setelah 3 tahun pasca IPOperusahaan tersebut mengalami kinerja sahamyang buruk dan semakin besar (agresif) akrualdiskresioner yang dimiliki perusahaan akansemakin buruk pula kinerja saham jangkapanjang yang dialami perusahaan. Temuan Jaindan Kini (1994) juga menyebutkan bahwa akanterjadi penurunan kinerja laba (underperformance)pasca penawaran, meskipun ada pertumbuhanpenjualan dan pengeluaran modal yang tinggi.

Assih et al. (2005) melakukan penelitianmenggunakan ROA (return on asset) sebagaiproksi kinerja perusahaan. Hasil pengujianpengaruh manajemen laba pada kinerjaperusahaan menunjukkan bahwa manajemen labamempunyai pengaruh negatif pada kinerjaperusahaan yang diproksikan dengan ROA pada

Page 6: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

periode-periode setelah penawaran publik perdana.Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yangdilakukan manajemen pada periode sebelumIPO adalah sebuah tindakan yang sifatnyaoportunistik dan tidak dapatdipertanggungjawabkan melalui kinerja perusahaanpasca-IPO.Rumusan Hipotesis

Penelitian ini berfokus pada tiga jenisRPT: (1) piutang oleh perusahaan IPO kepadaperusahaan pihak berelasi (RPT Piutang), (2)hutang oleh perusahaan IPO dari perusahaanpihak berelasi (RPT Hutang), (3) selisih saldoakhir akun piutang dan hutang lain-lain denganpihak berelasi yang tercatat pada perusahaanIPO (Net Outstanding Corporate Loans).Manajemen Laba Melalui Transaksi PihakBerelasi dalam proses IPO

Manajemen laba dapat digambarkansebagai perilaku manajemen dalam memilihkebijakan akuntansi tertentu, atau melaluipenerapan aktivitas tertentu, yang bertujuanmempengaruhi laba untuk mencapai sebuahtujuan spesifik (Scott, 2009). Salah satu motivasiyang dapat menjadi pemicu munculnya manajemenlaba adalah motivasi untuk memanfaatkankegiatan Initial Public Offering (IPO) sebagaisebuah kondisi asimetri informasi dalamrangka mendapatkan harga saham perdanayang tinggi (Scott, 2009). Investor memilikiinformasi yang relatif terbatas tentangperusahaan yang akan melakukan IPO. Dengandemikian mereka hanya akan merujuk padaprospektus yang merupakan informasi utamatentang perusahaan di pasar. Sejalan dengantemuan Barth et al. (1999) pemilik perusahaanakan berupaya menaikkan atau menjagatingkat keuntungan perusahaan gunamemaksimalkan harga penawaran. Karenaharga penawaran yang tinggi akanberpengaruh langsung terhadap kesejahteraanissuer.

Jian dan Wong (2003) menemukan bahwatransaksi dengan pihak berelasi (RPT)menunjukkan kecenderung opportunis. Hal inidibuktikan dengan ditemukannya tingginya tingkatpenjualan dengan RPT, terutama kepada pemegangsaham kendali dan anggota lain perusahaan dalam

grup, ketika perusahaan memiliki insentif untukmemanipulasi laba (menjelang di delisted ataumenjelang penerbitan saham baru).

Aharony et al. (2010) dalampenelitiannya di China berhasil membuktikanbahwa transaksi RPT menjadi salah satu saranamanajemen laba menjelang proses IPO. RPSales dan RP Purchases diperkirakan menjadifaktor utama dalam pengaturan laba menjelangIPO, dengan cara memperbesar tingkat penjualandan memperkecil biaya pembelian sehingga akanmembentuk laba yang besar dan pada akhirnyaakan meningkatkan besarnya dana yang diterimaperusahaan sehubungan dengan proses IPO.

Dalam penelitian ini menggunakantransaksi RPT Piutang dan RPT Hutang yangtimbul karena adanya transaksi penjualan danpembelian. Ketika tingkat penjualan kepada pihakberelasi meningkat maka akan mempengaruhibesarnya laba dalam Laporan Laba Rugi, danpeningkatan piutang akan memperbesar nilai assetperusahaan dalam Neraca sehingga laba dalamLaporan Laba Rugi dan Neraca akan terpengaruhmenjadi lebih besar. Sedangkan, ketika pembeliankepada pihak berelasi dilakukan maka besarnyaharga beli dapat diatur sesuai dengan kepentinganpihak-pihak tersebut. Saat perusahaan menetapkanmenggunakan harga beli lebih rendah maka hutangyang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil,beban bunga hutang lebih rendah dan HPP yangtercatat juga lebih rendah. Saat beban bunga danHPP rendah, maka laba akan terpengaruh (labaakan meningkat). Kemudian, dalam penelitian inidimasukkan beberapa variabel untuk mengontrolReturn on Assets sebagai indikator dalammendeteksi manajemen laba. Hipotesis dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:H1a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada

periode sebelum IPO berpengaruh positifterhadap manajemen laba yang dilakukanperusahaan pada periode sebelum IPO.

H1b: Kenaikan transaksi RPT Hutang padaperiode sebelum IPO berpengaruh negatifterhadap manajemen laba yang dilakukanperusahaan pada periode sebelum IPO.

Page 7: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

Manajemen laba dan tunneling terhadapkinerja saham di pasar modal setelah prosesIPO

Praktik manajemen laba menjelang IPOcenderung menaikkan labanya dengan caramenggeser pendapatan masa depan menjadipendapatan sekarang. Akibatnya, labaperusahaan pada tahun berikutnya akancenderung turun karena pendapatan pada tahuntersebut telah diakui tahun sebelumnya. Bahkanpenurunan kinerja laba akan tetap terjadimeskipun terdapat pertumbuhan penjualan danpengeluaran modal yang tinggi setelah IPO (Ritter,1991).

Jika manajemen laba yang dilakukansebelum IPO adalah sebuah tindakanoportunistik untuk mencapai tujuan tertentu, makasecara teoritis perusahaan tidak akan mampumempertahankan kinerja perusahaan pasca-IPO.Beberapa peneliti terdahulu berhasil membuktikanadanya hubungan negatif yang signifikan antaramanajemen laba sebelum IPO dengan kinerjaperusahaan pasca-IPO. Teoh et al. (1998)menemukan perusahaan yang secara lebih agresifmelakukan manajemen laba sebelum IPO akanmengalami penurunan nilai rata-rata returnsaham yang lebih buruk daripada perusahaanyang konservatif. Sementara itu Assih et al. (2005)menemukan bahwa ROA perusahaan pasca-IPOakan menurun pada perusahaan-perusahaan yangmelakukan manajemen laba menjelang IPO.

Selain itu dalam penelitian Aharony etal. (2010) terbukti bahwa terjadi praktektunneling pada periode setelah IPO, sebagaiinsentif manajemen laba. Tunneling ini diukurmelalui Net Outstanding Corporate Loans.Praktek tunneling yang terjadi dapat dilihat dariperilaku perusahaan IPO yang memberikanpinjaman yang tidak dilunasi kepada pihak berelasiuntuk kemudian dimanfaatkan oleh para pemegangsaham pengendali.

Semakin agresif praktek manajemen labadan tunneling, para pemegang saham nonpengendali akan semakin dirugikan. Hal ini akanterlihat dari kinerja saham perusahaan yangmenurun pada periode setelah IPO. Sesuaidengan Gul et al. (2003) yang menemukan jikamanajeman laba dilakukan dengan motivasi yang

buruk, maka dalam jangka panjang kinerja aktualperusahaan akan menurun, dan para investorakan semakin tidak percaya kepada perusahaanyang berakibat pada turunnya kinerja sahamperusahaan. Aharony et al. (2010) jugamenemukan bahwa tunneling atau eksploitasisumber daya akan berakibat pada buruknyakinerja keuangan perusahaan yang baruterdaftar itu. Untuk mendeteksi hal ini,dimasukkan juga faktor return pasar satu harisetelah IPO sebagai pengontrol kondisi pasarsaat itu. Berikut adalah hipotesisnya:H2a: Kenaikan transaksi RPT Piutang padaperiode sebelum IPO berpengaruh negatif

terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.H2b: Kenaikan transaksi RPT Hutang padaperiode sebelum IPO berpengaruh positif

terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.H2c: Kenaikan Net Outstanding CorporateLoans pada periode setelah IPO berpengaruhnegatif terhadap kinerja saham perusahaan setelahIPO.

METODE PENELITIANData dan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitianini berupa laporan keuangan perusahaan yangmasih terdaftar di BEI sampai tanggal 31Desember 2011. Data tersebut diperoleh darilaporan keuangan perusahaan yang listing di BEIdari tahun 2007 sampai tahun 2011 yangdiperoleh dari ICMD (Indonesian Capital MarketDirectory), dan website Bursa Efek Indonesia.Sedangkan data harga saham dan level IHSGdiperoleh dari internet, yaituwww.yahoofinance.com. Pengambilan sampelpenelitian dilakukan dengan metode purposivesampling, adapun kriterianya adalah:1. Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun

2007 sampai tahun 2011.2. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan.3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan

atau prospektus satu tahun sebelum melakukanpenawaran umum perdana (IPO), pada saatIPO, dan satu tahun setelah IPO.

4. Perusahaan yang memiliki minimal satutransaksi yang tergolong sebagai transaksi

Page 8: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

dengan pihak berelasi kategori piutang danhutang.

Berikut adalah hasil perhitungan sampelTabel 1. Hasil Pemilihan Sampel Penelitian

Deskripsi JumlahPerusahaan non-keuangan yang IPO daritahun 2007-2011Perusahaan yang tidak memiliki anakperusahaanPerusahaan dengan data RPT tidaklengkapKeterbatasan data tidak lengkap

95(22)(34)(7)

Perusahaan Sampel 32

Operasionalisasi VariabelVariabel dependen yang digunakan dalampenelitian ini, yaitu: Return on Assets (ROA) merupakan

indikator yang umum dalam mendeteksimanajemen laba (Aharony et al., 2000).Dalam penelitian Aharony et al., (2010) kinerjalaba diukur dengan menggunakan ROA jikaROA memuncak pada tahun IPO tetapi padapasca IPO, ROA kembali menurun sehinggaterlihat apakah RPT berhubungan dengan polaROA pada saat IPO dengan cara menunjukkanmanajemen laba. Nilai ROA didapat dariperbandingan antara laba bersih perusahaanyang melakukan IPO pada tahun IPOdengan jumlah aset kecuali kas pada saldoakhir tahun IPO. Jumlah kas tidakdiperhitungkan untuk menghilangkan casheffect akibat IPO. Penggunaan model ini sesuaidengan penelitian Aharony et al., (2010),Guing dan Aria (2011).ROAt=0 = ∗*Total aset yang digunakan kecuali kas padatahun IPO

Buy-and-Hold Return (BHR) merupakanvariabel yang akan digunakan untuk melihatkinerja saham perusahaan pada periodesetelah IPO. Metode buy-and-hold return dapatdiukur dengan rumusan berikut (Rahman danGutagol, 2008):BHRi,t = ∏ (1 + , ) − ∏ (1 + , )Keterangan:

ri,t = imbal hasil saham i pada hari t yangdihitung sebagai berikut:ri,t =

sedangkan mi,t adalah imbal hasil dari IndeksHarga Saham Gabungan pada hari t yangdidapatkan dari perhitungan sebagai berikut:mi,t =

Pengukuran kinerja jangka panjang imbal hasilsaham perusahaan karena perbedaan periode(tahun) IPO, maka akan digunakan imbal hasilharian perusahaan selama 1 tahun yang akandikategorikan ke dalam imbal hasil bulanan,dimana imbal hasil bulanan terdiri dari 21imbal hasil harian. Abnormal return saham 1tahun dihitung dari awal April setelahperusahaan melakukan IPO (tahun fiscal 0berakhir) dihitung kedepan sampai dengan 252hari perdagangan.

Variabel IndependenVariabel independen dalam penelitian ini, yaitu: Related Party Receivable (RPT Piutang)

merupakan perubahan rasio Related PartyReceivable terhadap jumlah aset pada saldoakhir tahun. Pengukuran ini dimaksudkanuntuk mendeteksi jumlah RPT Piutang yangtidak normal selama proses IPO. Penggunaanmodel ini sesuai dengan penelitian Aharony etal., (2010), Guing dan Aria (2011).∆RPT-Piutangi,t=0 =

-

∆RPT-Piutangi,t=1 =

-

Related Party Payable (RPT Hutang)merupakan perubahan rasio Related PartyPayable terhadap jumlah liabilitas pada saldoakhir tahun. Pengukuran ini dimaksudkanuntuk mendeteksi jumlah RPT Hutang yangtidak normal selama proses IPO. Penggunaan

Page 9: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

model ini sesuai dengan penelitian Aharony etal., (2010), Guing dan Aria (2011).∆RPT-Hutangi,t=0 =

-

∆RPT-Hutangi,t=1 =

-

Net Outstanding Corporate Loans to year-end Total Assets (NOREC) digunakan untukmengukur keberadaan tunneling pada periodesetelah IPO. NOREC merupakan perubahanrasio Net Outstanding Corporate Loans(didapat dari selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi) terhadap jumlahaset pada saldo akhir tahun. Penggunaanmodel ini sesuai dengan penelitian Aharony etal., (2010), Guing dan Aria (2011).∆NORECi,t=0 =( )-( )∆NORECi,t=1 =( )-( )

Variabel KontrolDalam penelitian ini menggunakan

variabel kontrol, yaitu: Non-Related Party Receivable (NRPT

Piutang) merupakan perubahan rasio Non-Related Party Receivable terhadap jumlah asetpada saldo akhir tahun. NRPT Piutang diambilsebagai variabel kontrol karena padakenyataannya dapat mempengaruhi besarnyapendapatan perusahaan. Penggunaan model inisesuai dengan penelitian Aharony et al.,(2010), Guing dan Aria (2011).∆NRPT-Piutangi,t=0 =

-

∆NRPT-Piutangi,t=1 =

-

IPO Firm’s Long-Term Debt to year-endTotal Assets (DEBT) diambil sebagaivariabel kontrol karena semakin tinggifinancial leverage, pengawasan darimanajemen akan semakin ketat danmenyebabkan peningkatan kinerjaperusahaan (Myers, 2001). Penggunaan modelini sesuai dengan penelitian Aharony et al.,(2010), Guing dan Aria (2011).DEBTi,t=0 =

IPO Firm’s Natural Logarithm of the MarketValue of Equity at year-end (SIZE) diambilsebagai variabel kontrol karena semakinbesar ukuran perusahaan, pengawasan darimanajemen akan semakin berkurang danmempengaruhi kinerja perusahaan(Williamson, 1967). Penggunaan model inisesuai dengan penelitian Aharony et al.,(2010), Guing dan Aria (2011).SIZEi,t=0 = Logaritma Natural dari Nilai

Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO Market Return (MARKET) merupakan imbal

hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu satuhari sejak tanggal IPO untuk melihat risikosistematis yang dialami perusahaan.Penggunaan model ini sesuai dengan penelitianAharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).MARKETi = Imbal Hasil Pasar Perusahaanyang IPO dalam Periode 1 Hari

Analisis RegresiModel untuk mendeteksi manajemen labadalam proses IPO

Penggunaan model ini sesuai denganpenelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria(2011).

Page 10: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

ROAi,t=0 = α0 + α1∆RPT-Piutangi,t=0 + α2∆RPT-Hutangi,t=0 + α3∆NRPT-Piutangi,t=0 +

α4∆DEBTi,t=0 + α5∆SIZEi,t=0 + ɛi,t(Model 1)

Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1Variabel Deskripsi

ROAi,t=0 Rasio Laba Perusahaan terhadap Total Aset kecuali Kas padatahun IPO

∆RPT-Piutangi,t=0 Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahunIPO dengan tahun sebelum IPO

∆RPT-Hutangi,t=0 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahunIPO dengan tahun sebelum IPO

∆NRPT-Piutangi,t=0

Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun IPO dengantahun sebelum IPO

DEBTi,t=0 Rasio antara Hutang Jangka Panjang dengan Total AsetPerusahaan pada tahun IPO

SIZEi,t=0 Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan padatahun IPO

Model untuk mengukur akibat darimanajemen laba dan tunneling terhadapkinerja saham di pasar modal setelah prosesIPO

Penggunaan model ini sesuai denganpenelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria(2011)

BHRi = f0 + f1∆RPT-Piutangi,t=0+ f2∆RPT-Hutangi,t=0+ f3∆NORECi,t=1 + f4∆NRPT-Piutangi,t=0+ f5∆NORECi,t=0 + f6∆RPT-Piutangi,t=1 + f7∆RPT-Hutangi,t=1+f8∆NRPT-Piutangi,t=1 + f9∆MARKETi +f10∆ROAi,t=0 + f11∆SIZEi,t=0 + ɛi,t

(Model 2)Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2

Variabel Deskripsi

BHRi Imbal Hasil Buy-and-Hold perhitungan dari selisih return perusahaandengan return market index

∆NORECi,t=1 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain denganTotal Aset pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO

∆NORECi,t=0 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain denganTotal Aset pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO

∆RPT-Piutangi,t=1 Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahunsetelah IPO dengan tahun IPO

∆RPT-Hutangi,t=1 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahunsetelah IPO dengan tahun IPO

Page 11: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

∆NRPT-Piutangi,t=1

Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun setelahIPO dengan tahun IPO

MARKETi Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistik DeskriptifTabel 4. Statistik Deskriptif RPT

Tahun IPO = 0 -1 0 1 Diff0 Diff1

Piutang kepadaRelated Party 145,432,931,412 153,807,381,386 171,188,424,151*Presentaseterhadap TotalAset 3.066% 2.166% 2.082% -0.90% -0.08%

Piutang kepadaNon-RelatedParty 253,491,503,789 363,296,108,066 470,369,840,683

8.804% 8.307% 8.285% -0.50% -0.02%Hutang dariRelated Party 100,622,057,863 130,195,406,127 151,210,223,417*Presentaseterhadap TotalLiabilitas 3.303% 3.137% 3.003% -0.17% -0.13%

Piutang lain-lain 15,914,787,141 22,005,910,167 18,917,754,372

1.177% 0.876% 0.782% -0.30% -0.09%

Hutang lain-lain 37,882,211,378 22,161,948,970 24,837,152,025

1.412% 0.652% 0.664% -0.76% 0.01%Selisih Piutangdan Hutang lain-lain (21,967,424,237) (156,038,803) (5,919,397,653)

-0.236% 0.224% 0.119% 0.46% -0.11%

Keterangan Tabel: Diff0 = Perbandingan persentase antara tahun IPO dengan tahun sebelumIPO; Diff1 = Perbandingan persentase antara tahun setelah IPO dengan tahun IPO

Berdasarkan Tabel 3, terlihat RPT Piutangmaupun NRPT Piutang perusahaan di Indonesiamengalami penurunan pada periode sebelum IPO(Diff0) dan mengalami penurunan lagi padaperiode setelah IPO (Diff1). Terjadi perbedaanjuga dalam RPT Hutang yang dapat dilihat pada

Diff0 dan Diff1, rata-rata perusahaan Indonesiamengalami penurunan jumlah hutang karena terjadipenurunan pembelian.

Selisih Piutang dan Hutang lain-lain, yangmenunjukkan nilai negatif pada periode sekitarIPO, yang artinya lebih tinggi hutang dibanding

Page 12: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

piutang kepada pihak berelasi. Namun padaperiode setelah IPO (Diff1) nilai ini semakinmengecil, yang dapat diartikan bahwa pinjamanyang diberikan kepada pihak berelasi semakinmeningkat. Hal ini sudah dapat dijadikan indikasiawal terjadinya tunneling berupa pengalihan dana

IPO dalam bentuk pemberian pinjaman kepadapihak berelasi yang meningkat pada periode setelahIPO.Manajemen Laba Melalui Transaksi PihakBerelasi dalam proses IPO (Model 1)

Tabel 5. Hasil Regresi Model 1Variabel Koefesiensi Prob.

C -16.733 0.273∆RPT-Piutangi,t=0 0.928 0.025**∆RPT-Hutangi,t=0 0.929 0.039**∆NRPT-Piutangi,t=0 0.341 0.223DEBTi,t=0 -0.146 0.075*SIZEi,t=0 0.926 0.090*

Hasil analisis regresi model 1 (Tabel 5)mengenai pengaruh variabel ∆RPT-Piutangi,t=0terhadap manajemen laba yang diproksikan denganROAi,t=0 menunjukkan nilai signifikansi sebesar0,025. Arah koefisien regresi bertanda positifsesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilaisignifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Makahipotesis 1a yaitu kenaikan transaksi RPT Piutangpada periode sebelum IPO berpengaruh positifterhadap manajemen laba yang dilakukanperusahaan pada periode sebelum IPO didukung.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa padaperiode sebelum IPO, perusahaan melakukanmanajemen laba dengan menaikkan transaksipenjualan dengan pihak berelasi yangmengakibatkan naiknya piutang terhadap pihak-pihak berelasi sehingga laba perusahaan meningkatmenjelang periode IPO. Hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian Aharony et al. (2010) dan Jian etal. (2003) bahwa terjadi kecenderungan tindakanopportunities dalam transaksi yang dilakukan olehpihak berelasi (RPT) yang dibuktikan denganadanya tingkat penjualan yang tinggi dengan RPTmenjelang IPO. Perusahaan meningkatkan labaperusahaan melalui transaksi penjualan terhadappihak-pihak berelasi dikarenakan laba perusahaanakan meningkat pada periode sebelum IPOsehingga laba terlihat tinggi dan akan menarikinvestor untuk berinvestasi.

Sebaliknya, ∆NRPT-Piutangi,t=0 tidaksignifikan terhadap variabel ROAi,t=0 disebabkan

kurangnya hubungan yang signifikan antara kinerjalaba pada tahun IPO dengan perubahan NRPTPiutang pada tahun sebelum IPO menunjukkanbahwa manajer mungkin tidak menggunakankebijakan mereka dalam memanfaatkanpendapatan dari NRPT Piutang yang dapatmempengaruhi besarnya pendapatan perusahaansebagai sebuah alat manajemen laba selamamelakukan proses IPO.

Pengujian hipotesis 1b mengenai pengaruhvariabel RPT Hutang terhadap manajemen labamenunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,039. Nilaisignifikansi kurang dari 0,05 akan tetapi arahkoefisien regresi bertanda positif. Maka hipotesis1b yaitu kenaikan transaksi RPT Hutang padaperiode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadapmanajemen laba yang dilakukan perusahaan padaperiode sebelum IPO, yang berarti hipotesis 1btidak didukung. Alasan yang mendasar bahwatidak adanya pengaruh dari transaksi hutang pihakberelasi terhadap manajemen laba adalahdikarenakan perusahaan lebih meningkatkantransaksi penjualan terhadap pihak berelasi agarlaba perusahaan meningkat ketika periode sebelumIPO berlangsung, sedangkan jika perusahaan lebihmeningkatkan transaksi pembelian akan dapatmenurunkan laba perusahaan (Aharony et al.,2010). Penelitian ini tidak sejalan denganpenelitian Guing dan Aria (2011) bahwa semakinrendah RP Purchases pada perusahaan IPO diIndonesia, cenderung menunjukkan terjadinya

Page 13: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

manajemen laba dengan tujuan meningkatkan labapada periode sebelum IPO.

Berdasarkan pengujian terhadap variabelkontrol debt yang diukur dengan menggunakanhutang jangka panjang terhadap jumlah aset padasaldo akhir tahun, menunjukkan nilai signifikansisebesar 0,075. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05.Namun, arah koefisien regresi variabel kontrolbertanda negatif. Dalam penelitian Myers (2001)semakin tinggi financial leverage, pengawasandari manajemen akan semakin ketat danmenyebabkan peningkatan kinerja perusahaan.Dengan arah koefisien kontrol negatif, ini berartipengawasan dari manajemen semakin longgarsehingga menyebabkan penurunan kinerjaperusahaan. Hal tersebut terjadi karena adanyaindikasi terjadinya manajemen laba yangmengakibatkan penurunan kinerja. Namun, dalampenelitian ini berdasarkan sampel perusahaanmungkin manajemen tidak memanfaatkan debtpada tindakan kebijakan mereka sehingga financialleverage tidak berpengaruh terhadap tindakanmanajemen laba tersebut.

Variabel kontrol yang lain adalah ukuranperusahaan yang diukur dengan menggunakanlogaritma natural nilai pasar ekuitas perusahaantahun IPO, menunjukkan nilai signifikansi sebesar0,090. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05.Namun, arah koefisien regresi variabel kontrolbertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwasemakin besar suatu perusahaan maka semakinbesar pula kesempatan manajer untuk melakukanmanajemen laba dimana perusahaan besarmemiliki aktivitas operasional yang lebihkompleks dan selain itu juga perusahaan besarlebih dituntut untuk memenuhi ekspektasi investoryang lebih tinggi. Dalam penelitian ini berdasarkansampel perusahaan mungkin manajer tidakmemanfaatkan ukuran perusahaan pada tindakankebijakan mereka sehingga ukuran perusahaantidak berpengaruh terhadap tindakan manajemenlaba tersebut.

Manajemen laba dan tunneling terhadapkinerja saham di pasar modal setelah prosesIPO (Model 2)

Tabel 6. Hasil Regresi Model 2Variabel Koefesiensi Prob.

C 0.253 0.045∆RPT-Piutangi,t=0 -0.002 0.510∆RPT-Hutangi,t=0 0.006 0.120∆NORECi,t=1 -0.025 0.014**∆NRPT-Piutangi,t=0 -0.004 0.181∆NORECi,t=0 0.001 0.737∆RPT-Piutangi,t=1 -0.020 0.022**∆RPT-Hutangi,t=1 0.011 0.097*∆NRPT-Piutangi,t=1 -0.012 0.004**MARKETi 1.187 0.040**ROAi,t=0 0.000 0.760SIZEi,t=0 -0.008 0.062*

Hasil analisis regresi model 2 (Tabel 6)mengenai pengaruh variabel ∆RPT-Piutangi,t=0terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuaidengan ekspektasi hipotesis 2a. Hal ini mungkindisebabkan karena nilai transaksi RPT Piutang

yang tidak signifikan dalam mempengaruhi labamaupun kondisi keuangan perusahaan. Oleh karenaitu, hipotesis 2a yang menyatakan bahwa kenaikantransaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPOberpengaruh negatif terhadap kinerja sahamperusahaan setelah IPO tidak didukung. Hal ini

Page 14: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan olehGuing dan Aria (2011) bahwa ∆RP-Salesi,t=0 padaperiode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadapkinerja perusahaan setelah IPO. Sementara itu,dalam hasil penelitiannya Aharony et al. (2010)∆RP Salesi,t=0 adalah negatif signifikan yangmenunjukkan bahwa hubungan ini juga memilikimakna ekonomi.

Berbeda dengan ∆RPT-Piutangi,t=0, variabel∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan nilai signifikansebesar 0,022. Nilai signifikansi kurang dari 0,05dan arah koefisien regresi bertanda negatif yangberarti kenaikan RPT Piutang setelah IPOberpengaruh negatif terhadap kinerja sahamperusahaan setelah IPO. Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Laughran dan Ritter (1997)menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi yangterjadi pasca penawaran akan sejalan denganpenurunan kinerja saham sebagai akibatdilakukannya manipulasi saat penawaran. Kondisitersebut terjadi karena harga saham berkolerasidengan kinerja keuangan, sehingga penurunankinerja keuangan akan membuat pasar melakukankoreksi harga saham yang overvalue tersebut.

Pengaruh variabel ∆RPT-Hutangi,t=0terhadap BHRi tidak signifikan, tidak sesuaidengan ekspektasi hipotesis 2b. Hal ini mungkindisebabkan karena nilai transaksi RPT Hutang jugatidak signifikan dalam mempengaruhi laba maupunkondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu,hipotesis 2b yang menyatakan bahwa kenaikantransaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPOberpengaruh positif terhadap kinerja sahamperusahaan setelah IPO tidak didukung. Variabel∆RPT-Hutangi,t=0 dan ∆RPT-Hutangi,t=1 tidakberpengaruh terhadap variabel BHRi, yang berartibahwa hutang sebelum dan setelah IPO tidakberpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan.Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitianAharony et al., (2010) dimana ∆RP-Purchasesi,t=0dan ∆RP-Purchasesi,t=1 tidak berpengaruh terhadapvariabel BHRi. Hal tersebut menunjukkan tidak adaimplikasi pasar opotunistik RP Purchases baiksebelum atau setelah IPO.

Variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 yang tidaksignifikan menunjukkan bahwa transaksi NRPTPiutang yang mampu mempengaruhi besarnyapendapatan perusahaan ini tidak berpengaruh

terhadap kinerja saham perusahaan. Namun,berbeda dengan ∆NRPT-Piutangi,t=1 yang negatifsignifikan terhadap variabel BHRi, yang berartiterdapat kenaikan transaksi NRPT Piutang setelahIPO berpengaruh negatif terhadap kinerja sahamperusahaan. Hal tersebut tidak sesuai denganekspektasi yang diharapkan karena arah koefisienregresinya negatif. Dalam penelitian ini diharapkanNRPT Piutang setelah IPO ini berpengaruh positifterhadap kinerja saham perusahaan, sebab besarnyapendapatan dari transaksi NRPT Piutang diharapmampu meningkatkan kinerja saham perusahaansetelah IPO.

Berdasarkan hasil analisis regresi variabel∆RPT-Piutangi,t=1 negatif signifikan dan variabel∆NORECi,t=0 tidak signifikan. Hal ini berartiterjadinya RPT Piutang yang tidak biasa pada saatperiode setelah IPO membuktikan bahwa tidakterjadi praktek manajemen laba melalui RPTPiutang dan Norec yang tidak biasa pada saatperiode sebelum IPO mengindikasi terjadinyaperilaku tunneling melalui pinjaman dariperusahaan IPO kepada pihak berelasi. Hasilpenelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitianAharony et al. (2010) dimana variabel ∆RP-Salesi,t=1 dan ∆NOREC i,t=0 secara statistik tidaksignifikan, yang menunjukkan bahwa RP Salesyang tidak biasa pada saat periode setelah IPOmaupun Norec yang tidak biasa pada saat periodesebelum IPO dirasa oleh investor sebagai tindakanoportunistik dari manajemen laba atau perilakutunneling.

Pengujian hipotesis mengenai variabel∆NORECi,t=1 berpengaruh negatif secara signifikanterhadap variabel BHRi dengan signifikansi 0,014.Artinya, setiap terjadi peningkatan selisih piutangdan hutang lain-lain akan menurunkan nilai secarasignifikan. Maka hipotesis 2c yaitu kenaikan NetOutstanding Corporate Loans pada periodesetelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerjasaham perusahaan setelah IPO, didukung. Hal inimenunjukkan bahwa sebagian besar bentukpinjaman yang diberikan kepada pihak berelasidilakukan tidak atas dasar keputusan efisiensiekonomi. Akibatnya, tidak terjadi peningkatandalam kinerja saham perusahaan, malah yangterjadi adalah penurunan dalam kinerja sahamperusahaan. Dapat disimpulkan, walaupun di

Page 15: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

Indonesia tidak terbukti terjadi praktek manajemenlaba melalui RPT Piutang, RPT Hutang yangdiikuti dengan tunneling melalui pinjaman dariperusahaan IPO kepada pihak berelasi (dalam halini pemegang saham pengendali pada periodesetelah IPO), transaksi pinjaman antar pihakberelasi ini berpengaruh buruk terhadap kinerjasaham perusahaan. Hal ini disebabkan karenapinjaman tersebut kemungkinan dikenali investorsebagai salah satu bentuk pelarian aset yangmerugikan pemegang saham non-pengendali.

Variabel kontrol MARKETi,t=0 berpengaruhpositif signifikan terhadap variabel BHRi dengansignifikansi 0,040. Artinya, setiap terjadipeningkatan MARKETi,t=0 akan meningkatkannilai BHRi secara signifikan. Namun, denganmeningkatnya nilai BHRi menunjukkan akanterjadinya peningkatan risiko pasar padaperusahaan dalam periode setelah IPO (Aharony etal., 2010). Variabel ROAi,t=0 tidak signifikanterhadap variabel BHRi, yang berarti ringkasanukuran kinerja akuntansi ini tidak berpengaruhterhadap kinerja saham perusahaan. Namun, arahkoefisien regresinya positif yang mungkinmenunjukkan bahwa kinerja akuntansi pada tahunIPO memiliki dampak positif pada satu tahunberikutnya (Aharony et al., 2010). Sedangkan,variabel SIZEi,t=0 negatif tidak signifikan terhadapvariabel BHRi. Hal ini sesuai dengan hasilpenelitian Aharony et al., (2010) yangmemperkirakan bahwa ukuran perusahaanmungkin tidak memiliki dampak pada kinerjasaham di masa mendatang.

SIMPULAN DAN KETERBATASANSimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 32 sampelperusahaan non-keuangan yang melakukan IPO diIndonesia dalam rentang tahun 2007-2011.Penelitian ini menggunakan RPT untuk mendeteksimanajemen laba, hal ini dilakukan karena di Cinatelah terbukti bahwa banyak perusahaanmelakukan manajemen laba melalui RPT.Fenomena ini kemudian tidak terbukti pada kondisiIndonesia.

Dalam penelitian ini, membuktikan bahwadi Indonesia terjadi peningkatan variabel piutangkepada pihak berelasi yang signifikan terhadap

kinerja perusahaan yang dilihat menggunakanproksi ROA selama proses IPO. Peningkatanvariabel piutang dari pihak berelasi hanyamenunjukkan kecenderungan terjadinyamanajemen laba dengan tujuan meningkatkanROA perusahaan. Sedangkan, penurunan variabelhutang di Indonesia ini tidak terbukti dikarenakanperusahaan lebih meningkatkan transaksi piutangterhadap pihak berelasi agar laba perusahaanmeningkat ketika periode sebelum IPOberlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa diIndonesia manajemen laba mungkin tidakdilakukan melalui transaksi piutang dan hutangdengan pihak berelasi selama proses IPO. Dapatdisimpulkan bahwa perusahaan IPO di Indonesiatidak menggunakan transaksi piutang dan hutangdengan pihak berelasi sebagai sarana dalammanajemen laba menjelang IPO.

Selanjutnya diperoleh bukti yangmenunjukkan bahwa kinerja saham perusahaansetelah IPO berhubungan negatif dengan tidakdilunasinya pinjaman kepada pihak berelasi padaperiode setelah IPO. Hal ini tampak dari selisihpiutang dan hutang lain-lain yang memilikihubungan negatif dengan Buy-and-Hold Returnyang merepresentasikan kinerja saham. Sedangkantidak terbukti secara signifikan bahwa keberadaanpiutang kepada pihak berelasi pada periodesebelum IPO berhubungan negatif dengan kinerjasaham perusahaan setelah IPO. Hal ini konsistendengan hasil model 1, karena transaksi RPT tidakmenjadi pilihan utama dalam melakukanmanajemen laba selama proses IPO. Dengandemikian, walaupun penelitian ini tidakmendukung adanya manajemen laba yang diikutitunneling melalui RPT pada saat seputar IPO,namun transaksi pinjaman antar pihak berelasisetelah IPO dipandang oleh investor sebagaitindakan yang oportunistik sehingga menurunkankinerja saham perusahaan setelah IPO.

Saran untuk penelitian selanjutnya dapatmeneliti jenis transaksi RPT lain (misalnyapengalihan biaya riset dan pengembangan), dapatmeneliti cara lain yang mungkin dapat digunakanperusahaan induk dalam mengeksploitasi sumberdaya anak perusahaanya (misalnya transferpricing), dan dapat meningkatkan jumlah sampelpenelitian sehingga dapat menggambarkan

Page 16: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

karakteristik perusahaan di Indonesia dengan lebihbaik.

DAFTAR PUSTAKAAharony, J., Wang, J., & Yuan, H. 2010.

Tunneling As An Incentive For EarningsManagement During The IPO Process inChina. Journal of Accounting andPublic Policy, 29, 1-26.

Aharony, J., Lee, C.-W.J., & Wong, T.J. 2000.Financial Packaging of IPO Firms in China.Journal of Accounting Research, 38, 103-126.

Assih, P., Hastuti, Ambar Woro., dan Parawiyati.2005. Pengaruh Manajemen Laba padaNilai dan Kinerja Perusahaan. JurnalAkuntansi dan Keuangan Indonesia, 2, 125-144.

Barth, M. E. Elliot, J. A. dan Finn, M. W. (1999).Market Rewards Associated With Patternsof Increasing Earnings. Journal ofAccounting Research. Volume 37 Nomor 2.387-413.

Chang, Sea Jin. 2002. Ownership Structure,Expropriation, and Performance of Group

Affiliated Companies in Korea. Academy ofManagement Journal 2003, Vol. 46, No. 2,238-253.

Cheung, Y.-L., Rau, P.R., & Stouraitis, A.2006. Tunneling, Propping, andExpropriation: Evidence From ConnectedParty Transactions in Hong Kong.Journal of Finance Economics, 82, 343–386.

Cohen, D., & Zarowin, P. 2008. EconomicConsequences of Real and Accrual-BasedEarnings Management Activities.

Dwinanto, J. 2010. Pengaruh Merger dan Akuisisiterhadap Kekayaan Pemegang SahamMinoritas (Studi Kasus PT Lippo KarawaciTbk.). Tesis Program Studi MagisterManajemen Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia

Dyanty et al,. 2012. Pengaruh KepemilikanPengendalian Akhir terhadap TransaksiPihak Berelasi. Simposium NasionalAkuntansi XV.

Geriesh, L. 2003. Organizational Culture andFraudulent Financial Reporting. TheCPA Journal, 73, 28.

Gordon, E.A.dan E.Henry and D.Palia (2004a).Related Party Transaction and CorporateGovernance. Advances in FinancialEconomics, Volume 9:1-27.

Graham, J.R., Harvey, C.R., & Rajgopal, S. 2005.The Economic Implications of CorporateFinancial Reporting. Journal of Accountingand Economics, 40, 3-73.

Guing, A., dan Aria, F. 2011. Manajemen Laba danTunneling melalui Transaksi PihakIstimewa di Sekitar Penawaran SahamPerdana. Simposium Nasional AkuntansiXIV.

Gul, F.A., Leung, S., & Srinidhi, B. 2003.Informative and Opportunistic EarningsManagement and The Value Relevance ofEarnings: Some Evidence on The Role ofIOS.

Healy, P. M., dan Wahlen, J. M. 1999. A Reviewof the Earnings Management Literature and ItsImplications for Standard Setting. AccountingHorizons. 13 (4): 365-383.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. PernyataanStandar Akuntansi Keuangan (PSAK).Jakarta: Salemba Empat.

Imam Ghozali. 2011. Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS1.Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Irawan, Moh. Adi dan Gumanti, Tatang Ary. 2009.Indikasi Earnings Management pada Initial PublicOffering. Simposium Nasional Akuntansi XII.Jain, B. A. dan Kini, O. (1994). The Post-Issue

Operating Performance of IPO Firms.Journal of Finance. Volume 49. 1699-1726.

Page 17: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

Jian, M., & Wong, T.J. 2003. EarningsManagement and Tunneling ThroughRelated Party Transactions: EvidenceFrom Chinese Corporate Groups.

Johnson, S., La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F.,& Shleifer, A. 2000. Tunneling. TheAmerican Economic Review, 90, 22-27.

Kusumawardhani, N.A.S., dan Veronica, S. 2009.Fenomena Manajemen Laba MenjelangIPO dan Kaitannya dengan NilaiPerusahaan Perdana Serta KinerjaPerusahaan Pasca-IPO: Studi EmpirisPada Perusahaan Yang IPO Di IndonesiaTahun 2000-2003. Simposium NasionalAkuntansi XII.

Loughran, Tim, dan Ritter Jay R. 1997. TheOperating Performance of Firms Conducting.

McKay, B. 2002. Coca-Cola: Real Thing Can BeHard To Measure. Wall Street Journal.Mutaminah. 2008. Tunneling atau Value Added

dalam Strategi Merger dan Akuisisi diIndonesia. Manajemen & Bisnis. Vol. 7,No. 1.

Myers, S.C. 2001. Capital Structure. Journal ofEconomic Perspectives, 15, 81-102.

Rahman, A., dan Hutagol, Y. 2008. ManajemenLaba melalui Akrual dan Aktivitas Realpada Penawaran Perdana dan Hubungannyadengan Kinerja Jangka Panjang. JurnalAkuntansi dan Keuangan Indonesia.Volume 5 – Nomor 1, Juni 2008.

Rahmawati et al,. 2006. Pengaruh AsimetriInformasi terhadap Praktik Manajemen Laba

pada Perusahaan Perbankan Publik yangTerdaftar di Bursa Efek Jakarta. SimposiumNasional Akuntansi IX.

Ritter, J. R., 1991, The Long Run Performance ofInitial Public Offering. Journal of Finance.46: 3-27.

Roychowdhury, S. 2006. Earnings Managementthrough Real Activities Manipulation.Journal of Accounting and Economics.

Ryngaert, Michael and Thomas, Shawn. 2007.Related Party Transactions: Their Originand Wealth Effect. Wall Street Journal.

Sansing, R. C. 1999. Economic Foundations ofValuation Discounts. The Journal of theAmerican Taxation Association 21: 28–38.

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS StatistikParametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Scott, William R. 1997. Financial AccountingTheory, International Edition, New Jersey :Prentice-Hall, Inc.

Scott, William R. 2009. Financial AccountingTheory. 5th ed. Ontario: Pearson EducationCanada, Inc. Seasoned Equity Offerings.Journal of Finance (5), pp1833-1850.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business :A Skill Building Approach 2nd Edition,John Wiley and Son. New York.

Setiawati, L., dan Na’im, A. 2000. ManajemenLaba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 15 (4): 159-

576.

Teoh, S.H., Welch, I., & Wong, T.J. 1998.Earnings Management and The Long-RunMarket Performance of Initial PublicOfferings. The Journal of Finance, 53,1935-1974.

Williamson, O. 1967. Hierarchical Control andOptimum Firm Size. Journal of PoliticalEconomy, 75, 123-138.

Page 18: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

LAMPIRANPengujian Hipotesis Model 1

Model Summary

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate

1 .651a .424 .314 4.57736a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0,NRPT_Piutang0

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 401.528 5 80.306 3.833 .010a

Residual 544.759 26 20.952

Total 946.286 31

a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0b. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -16.733 14.926 -1.121 .273

RPT_Piutang0 .928 .389 .368 2.386 .025

RPT_Hutang0 .929 .426 .340 2.179 .039

NRPT_Piutang0 .341 .273 .200 1.250 .223

Debt -.146 .079 -.294 -1.855 .075

Size .926 .526 .275 1.761 .090a. Dependent Variable: ROA

Pengujian Hipotesis Model 2Model Summary

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate

1 .836a .699 .534 .03095a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0,RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market,RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .045 11 .004 4.228 .003a

Residual .019 20 .001

Total .064 31

a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA,NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0b. Dependent Variable: BHR

Coefficientsa

Page 19: TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISKinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANGMenghadapai Asean Economic Community 2015

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .253 .118 2.137 .045

RPT_Piutang0 -.002 .003 -.110 -.671 .510

RPT_Hutang0 .006 .004 .260 1.625 .120

Norec1 -.025 .009 -.544 -2.685 .014

NRPT_Piutang0 -.004 .003 -.251 -1.388 .181

Norec0 .001 .004 .044 .340 .737

RPT_Piutang1 -.020 .008 -.424 -2.494 .022

RPT_Hutang1 .011 .007 .298 1.740 .097

NRPT_Piutang1 -.012 .004 -.551 -3.266 .004

Market 1.187 .541 .362 2.195 .040

ROA .000 .001 .049 .310 .760

Size -.008 .004 -.302 -1.980 .062a. Dependent Variable: BHR