Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

35
MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAYANAN KONTRASEPSI JONI RASMANTO, SKM, MKES

Transcript of Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

Page 1: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAYANAN

KONTRASEPSI

JONI RASMANTO, SKM, MKES

Page 2: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

PENDAHULUAN• Menkes Siti Fadilah Supari mencanangkan

Gerakan Moral Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GMKP-RS), dalam seminar yang diprakarsai Persatuan RS Seluruh Indonesia (PERSI); menjadi momentum pengelola RS agar menetapkan standar operasional prosedur (SOP) sehingga terjamin keselamatan pasien, dilengkapi SOP disetiap unit pelayanan di RS, sehingga dapat dicegah kesalahan pelayanan kepada pasien.

Page 3: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Panduan .ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.

Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.

Page 4: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Pembukaan, isi dan penjelasan• UU perlindungan

konsumen• UU praktek kedokteran• UU perumahsakitan• RENSTRA DEPKES RI

Page 5: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

RESIKO ABORSI • Aborsi memiliki resiko yang tinggi

terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

• Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1.   Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2.   Resiko gangguan psikologis

Page 6: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:  1.   Kematian mendadak karena pendarahan hebat  2.   Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal  3.   Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan  4.   Rahim yang sobek (Uterine Perforation)  5.   Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

Page 7: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

•  6.   Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)  7.   Kanker indung telur (Ovarian Cancer)  8.   Kanker leher rahim (Cervical Cancer)  9.   Kanker hati (Liver Cancer) 10.  Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat       pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11.  Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 12.  Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13.  Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Page 8: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Resiko kesehatan mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

• Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Page 9: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 1.    Kehilangan harga diri (82%) 2.    Berteriak-teriak histeris (51%) 3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 4.    Ingin melakukan bunuh diri (28%) 5.    Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 6.    Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

• Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Page 10: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

DEFINISI PATIENT SAFETY

• Patient Safety adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Page 11: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

DEFINISI MANAJEMEN RESIKO

• Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.

Page 12: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum.

Page 13: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

• Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi• Risiko Operasional • Risiko Hazard • Risiko Finansial • Risiko Strategik

• Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management).

• Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan evaluasi.

Page 14: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

MANAJEMEN RESIKO: PELAYANAN KONTRASEPSI DAN KESPRO

Page 15: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

ASPEK MEDIS

Page 16: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

FASILITAS PELAYANAN

Page 17: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

Cara KB Menggunakan Dingklik

• Dalam kampanye KB, petugas BKKBN berkunjung ke Sumberejo u bisa berdialog langsung dgn akseptor. Satu persatu Ibu-ibu di desa itu diajak bicara.

Petugas : "Bu Broto pakai apa, Bu?"Bu Broto : "Pakai IUD"

Petugas : "Bu Sami pakai apa, Bu?"Bu Sami : "Pakai susuk"

Petugas : "Bu Karjo pakai apa, Bu?"Bu Karjo : "Pakai suntik"

Petugas : "Bu Madre'i pakai apa, Bu?"Bu Madre'i : "Pakai dingklik!"

Petugas : "Pakai apa Bu?"Bu Madre'i : "PAKE DINGKLIK!!!"

Petugas : "Gimana caranya?"Bu Madre'i : "Suami saya sukanya main sambil berdiri. Karena dia lebih pendek dari saya, maka dia perlu mancik ke atas dingklik. Ketika suami saya sudah mulai ngos-ngosan & merem-melek, Tak tendang dingklik-nya!"

Page 18: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

LAPORAN KEJADIAN

Page 19: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

KONSEP PRAKTEK AMAN

Page 20: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi
Page 21: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

ASPEK LEGAL

Page 22: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

PENUTUP

SESUAI DEFINISI PATIENT SAFETY DAN MANAJEMEN RESIKO SANGAT DIPERLUKAN UNTUK MENCEGAH PENINGKATAN RESIKO BUKAN HANYA KEPADA PASIEN SAJA TETAPI JUGA TERHADAP INSTITUSI DAN PROVIDER

Page 23: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi
Page 24: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan Pasien Rumah Sakit

• Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik

Page 25: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Pastikan Identif ikasi Pasien. Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama

Page 26: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima

Page 27: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh/Lokasi yang benar. Penyimpangan hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur ”Time out” sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah

Page 28: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Kendalikan Cairan Elektroli t Pekat (concentrated). Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik

Page 29: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan. Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai ?home medication list", sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan

Page 30: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube). Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar)

Page 31: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai. Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

Page 32: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi

• Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial. Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan ?alcohol-based hand-rubs" tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain

Page 33: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi
Page 34: Manajemen resiko dalam pelayanan kontrasepsi