MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN
-
Upload
dimz-wahyu-nayteseira -
Category
Documents
-
view
337 -
download
3
Transcript of MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN
MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN
Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada
klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus
mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif.
Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :
- Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien.
- Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan.
- Mengembangkan suatu perencanaan.
- Mengimplementasikan perencanaan.
- Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu.
Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat
harus :
1) Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan
tenaga kesehatan.
2) Beritahu ketua tim.
3) Bila perlu, minta bantuan keamanan.
4) Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu.
5) Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat.
Perilaku yang berhubungan dengan agresi :
Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul
dengan tinju kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk
aktivitas motorik tiba-tiba (katatonia).
Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta
perhatian, bicara keras-keras, menunjukkan adanya delusi atau pikiran
paranoid.
Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang,
euphoria tidak sesuai atau berlibihan, afek labil.
Tingkat kesadaran : bingun, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi,
kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah
dan memenej perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang intervensi
keperawatan.
Strategi preventif strategi antisipatif strategi pengurungan
Kesadaran diri komunikasi manajemen krisis
Pendidikan klien perubahan lingkungan seclusion
Latihan asertif tindakan perilaku restrains
Psikofarmakologi
Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa
letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat
klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan
masalah, maka energy yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang.
Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus
menginkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
pendidikan klien
pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat. Banyakklien yang mengalami
kesulitan mengekspresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan
perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan
perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan klien
adaptif atau maladaptive.
Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :
- Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
- Mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan
- Sanggup melakukan complain.
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
- Bersikap tenang ;
- Bicara lembut;
- Bicara tidak dengan cara menghakimi;
- Bicara netral dan dengan cara yang konkrit;
- Tunjukkan respek pada klien;
- Hindari intensitas kontak mata langsung;
- Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan;
- Fasilitasi pembicaraan klien;
- Dengarkan klien;
- Jangan terburu-buru menginterpretasikan;
- Jangan buat janju yan gtidak dapat perawat tepati;
Perubahan lingkungan
unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti :
membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
Tindakan Perilaku
Pada dasarnya membuyat kontrak dengtan klien mengenai perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat
bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam,
sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan
perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan
dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depersi. Selanjutnya,
pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari
berzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia, dan developmental disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsive dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas
yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organic.
Mood stabilizers, penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium
efektif untuk agresif karena manic. Pada beberapa kasus, pemberiannya
untuk menurunkan perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan lain
seperti RM, cedera kepala, skozofrenia, gangguan kepribadian. Pada klien
dengan epilepsy lobus temporal, bisa meningkatkan perilaku agresif.
Pemberikan carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada
klien dengan kelainan EEGs (electroencephalograms).
Antipsychotic ; obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku
psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun
diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainnya ; banyak kasus menunjukkan bahwa mencederai diri.
Betablockers seperti propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan
pada anak dan pada klien dengan gangguan mental organic.
Managemen Krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi
yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik :
1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang
bertanggung jawab selama 24 jam.
2. Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perawat, dan koselor.
3. Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan
apa saja yang menjadi tugasnya selama penangan klien.
4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.
5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.
6. Pikirkan suatu rencana pengangan krisis dan beritahu tim.
7. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien.
8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk
kerja sama.
9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus
segera mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi
keselamatan klien dan timnya.
10. Berikan obat jika diinstruksikan.
11. Pertahankan pendikatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.
12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.
13. Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.
14. Secara bertahap mengintergrasikan kembali klien dengan lingkungan.
Seclusion
Pengekanan Fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam,
pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei
pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan di mana
klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan mekanik :
- Camisoles (jaket pengekang)
- Manset untuk pergelangan tangan,
- Manset untuk pergelangan kaki, dan
- Menggunakan sprei.
Indikasi pengekangan :
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan.
3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
klien untuk beristirahat, makan, dan minum.
4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan
ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.
Pengekangan dengan sprei basah atau dingin.
Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan
sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah diremdam
dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat
dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak
dapat dikendalikan dengan obat.
Intervensi keperawatan :
1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang
tahan air.
2. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapid an pastikan bahwa
permukaan kulit tidak saling bersentuhan.
3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.
4. Amati klien dengan konstan.
5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna,
buka pengekangan.
6. Berikan cairan sesering mungkin.
7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.
8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.
9. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam.
10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.
Restrains
Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau
restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan
karena kebijakan insitusi.
Isolasi
Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar
atas kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan
dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam
ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang
dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal yang berat.
Indikasi penggunaan :
- Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau
orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi
pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan,
- Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien.
Kontraindikasi :
- Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic.
- Risiko tinggi untuk bunuh diri.
- Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori.
- Hukunan.
Evaluasi
Mengukur apakah tujuan dan criteria sudah tercapai. Perawat dapat
mengobservasi perilaku klien. Di bawah ini beberapa perilaku yang dapat
mengindikasikan evaluasi yang positif :
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien.
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
3. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang
lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal.
5. Apakah klien sudah mampu mengekpresikan sesuatu yang berbeda.
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya.
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya.
8. Konsep diri klien sudah meningkat.
9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.
Pengekangan menggunakan tali
Klien dapat diimobilisasi dengan mengikat ekstremitas dengan tali. Pasien
dibaringkan ditempat tidur kemudian diikat menggunakan tali, pengikatan ini
bertujuan untuk menenangkan pasien meskipun awalnya terasa menykitkan. Hal
ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan
dengan obat.
Intervensi keperawatan :
1. Ajak pasien komunikasi, tanyakan hal yang menyebabkan klien marah.
2. Jika klien tetap amuk dan ingin menyerang baringkan pasien ditempat
tidur
3. lakukan viksasi pada pasien dengan bantuan tim dengan tetap leader
berkomuikasi dengan pasien
4. Viksasi ekstremitas pasien dimulai dari bagian terkuat dari pasien dimulai
dari tangan kanan pasien kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri
5. Amati pasien dengan konstan
6. Observasi tanda vital seperti TD, suhu, nadi dan pernafasan
7. Dengan tetap mempertahan kan komunikasi verbal yang menyenankan
dengan pasien dan pertahan kan lingkungan yang tenang bagi pasien
8. Jika pasien masih tetap amuk suntukkan obat relaksan
9. Lepas viksasi jika pasien sudah mulai tenang
10. Buat janji dengan pasien jika viksasi dilepas tidak akan amauk lagi
11. Lepas viksasi dimulai dari anggota ekstremitas terlemah dimulai dari kaki
kiri, tangan kiri, kaki kanan dan tangan kanan
12. Bantu klien mengontrol amarah
ROLE PLAY MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN
Leader :
Anggota Tim :
Pasien :