Contoh LK Perilaku Kekerasan
-
Upload
wanda-dwisetia-ardiana -
Category
Documents
-
view
139 -
download
8
description
Transcript of Contoh LK Perilaku Kekerasan
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. R DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG XII (MADRIM)
RSJD Dr. AMINO GONDO HUTOMO SEMARANG
Oleh :
Asih Murdiyanti
NIM. P. 17420108045
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG
AGUSTUS 2010
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. R DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG XII (MADRIM)
RSJD Dr. AMINO GONDO HUTOMO SEMARANG
A. Pengkajian
Tanggal : 16 Agustus 2010
Jam : 10.00 WIB
Ruang : XII (Madrim)
Praktikan : Asih Murdiyanti
NIM : P. 17420108045
1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn. R
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan: Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Condrokusumo, Bongsari, Semarang
No. CM : 069478
Tanggal masuk RS: 14 Agustus 2010
Diagnosa Medis : Skizofrenia
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dg klien: Ibu
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jl. Condrokusumo, Bongsari, Semarang
2. Alasan Masuk
Klien suka marah – marah dan uring – uringan apabila keinginannya
dilarang atau tidak dituruti. Sebelum dibawa masuk ke rumah sakit, klien
marah - marah kepada ibunya.
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Sebelumnya
klien pernah dirawat di RSJD Amino Gondohutomo sebanyak 5 kali sejak
tahun 1997 – sekarang. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena satu
minggu yang lalu klien tidak mau minum obat. Klien pernah mengalami
kekerasan oleh bapaknya pada usia 27 tahun karena saat itu klien tidak mau
disuruh oleh bapaknya dan klien pernah mengalami trauma kecelakaan pada
usia 29 tahun. Terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yaitu adik perempuan klien, gejalanya adik klien suka marah – marah karena
mengalami tekanan oleh keluarganya tetapi belum pernah dirawat di rumah
sakit jiwa karena adik klien kabur dari rumah orang tuanya. Klien pernah
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu klien pernah akan
dilempar kursi oleh bapaknya saat klien masih SMP. Klien mengatakan
sebelum masuk rumah sakit, klien sering mendapat tindakan kekerasan dan
tuntutan dari bapaknya sehingga klien merasa tertekan. Klien tidak pernah
menceritakan masalahnya kepada kedua orang tuanya. Hubungan klien dengan
tetangga dan keluarga menjadi renggang.
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Kekerasan
4. Stressor Presipitasi
Sebelum klien dirawat di rumah sakit, ± setengah bulan yang lalu klien
mulai suka marah – marah kepada ibunya apabila keinginannya dilarang atau
tidak dituruti. Klien merasa tertekan dengan sikap kedua orang tuanya yang
selalu menuntutnya untuk segera bekerja, mempunyai rumah dan menikah.
Padahal klien belum mampu untuk bekerja. Sehingga klien uring – uringan
dan suka membantah orang tuanya.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,2 º C
Pernapasan : 22 x/menit
2. Ukur
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 155 cm
3. Klien tidak mengalami keluhan fisik.
6. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Klien
: Ikatan Perkawinan
: Laki – Laki Meninggal
: Keterangan tinggal serumah
Klien tinggal bersama kedua orang tua dan adik laki - lakinya. Klien
anak nomor pertama, klien memiliki adik perempuan dan adik laki-laki. Klien
merupakan orang yang tertutup dan tidak pernah menceritakan masalah-
masalahnya kepada keluarganya. Komunikasi klien dengan keluarganya tidak
harmonis semenjak klien menginjak dewasa karena klien merasa orang tuanya
terlalu menuntutnya. Klien merasa kesal dengan orang tuanya. Klien tidak
suka bergaul di luar rumah, klien suka marah – marah dan uring – uringan
apabila keinginannya tidak dituruti. Dalam keluarga klien, klien dan adik
perempuannya yang mengalami penyakit seperti yang dialami oleh klien.
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah kedua orang tua klien.
b. Konsep Diri
Citra diri : Klien mengatakan bahwa dia merasa senang dengan
seluruh anggota tubuhnya terutama bagian kaki klien
karena kakinya lentur.
Identitas diri : Klien mengatakan bahwa dia seorang laki-laki berusia 31
tahun dan klien belum menikah.
Peran diri : Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Klien
belum mampu bekerja seperti harapan orang tuanya dan
belum mampu memenuhi keinginan orang tuanya untuk
mempunyai rumah serta menikah. Apabila di rumah, klien
suka membantu pekerjaan rumah tangga ibunya. Namun
klien mengatakan bahwa ibunya beranggapan klien
merupakan anak yang malas.
Ideal diri : Klien mempunyai cita-cita ingin menikah dan bekerja agar
tidak ditekan oleh orang tuanya.
Harga diri : Klien mengatakan dirinya merasa ingin marah setiap kali
ditekan karena belum mampu mendapatkan pekerjaan
yang layak dan klien dianggap tidak bisa membahagiakan
orang tua dan saudaranya. Klien mengatakan kadang malu
jika bertemu dengan teman – teman sekolahnya dulu.
c. Hubungan sosial
a) Orang yang paling berarti : klien mengatakan bahwa orang
yang paling dekat dan berarti adalah ibunya karena ibu yang telah
mengandung dan melahirkannya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien jarang berinteraksi dengan orang – orang di sekitar desanya.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak malu apabila bertemu dengan orang –
orang di sekitarnya.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: Klien beragama Islam
2) Kegiatan ibadah: sebelum sakit klien mengatakan rajin beribadah.
Setelah sakit, klien juga rajin beribadah.
7. Status Mental
a. Penampilan klien
Rambut agak kusam, jambang tidak rapi, kuku tangan dan kaki panjang.
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan
Klien berbicara cepat dan keras.
c. Aktivitas motorik
Klien mau mengikuti kegiatan ruangan kalau diajak. Klien cenderung
diam dan pasif, terkadang klien suka murung. Ketika diajak berbicara,
tampak gelisah.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan perasaannya takut apabila bapaknya datang.
e. Afek
Afek labil, klien menanggapi pertanyaan perawat dengan emosi yang
labil dan tampak tidak tenang.
f. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata kurang, tidak
terbuka dalam menjawab pertanyaan, dan klien berusaha
mempertahankan diri mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
g. Persepsi
Klien tidak mendengar suara – suara ataupun bayangan yang datang
menemuinya.
h. Isi pikir
Tidak terjadi gangguan isi pikir.
i. Arus pikir
Pada saat proses komunikasi dengan perawat klien kurang bisa
mengungkapkan masalahnya secara jelas. Klien berbelit – belit dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan.
j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan bahwa “ Saya itu heran kenapa malah dimasukkan
RSJ, menambah beban saya”, klien tidak mengalami disorientasi waktu,
tempat, dan orang.
k. Memori
Klien mengatakan bahwa dirinya masih bisa mengingat peristiwa masa
lampau dan mengingat peristiwa yang menyebabkan dirinya masuk RSJ.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi klien tinggi, jika diberikan pertanyaan tentang perhitungan
klien bisa menjawabnya. Klien mampu menjawab pertanyaan 18 : 3 = 6.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan dengan sederhana saat memutuskan
untuk makan, mandi sendiri tanpa harus diingatkan serta klien mampu
membedakan antara hal baik dan hal buruk.
n. Daya tilik diri
Klien masih mengingkari bahwa dirinya mengalami sakit seperti
sekarang ini. Klien beranggapan bahwa seharusnya dia tidak dirawat di
RSJD.
8. Kebutuhan Perencanaan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi
kebutuhan
Klien mampu memenuhi kebutuhan makanan dan keamanan. Untuk
perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal dan uang belum dapat
terpenuhi dengan baik.
b. Kegiatan kehidupan sehari-hari
1) Makan
Klien mampu menyiapkan makanan dan klien mampu
menempatkan alat makan dan minum ditempatnya dengan motivasi.
2) BAB/BAK
Klien mampu mengontrol BAB/BAK ditempatnya atau WC,
dan mampu membersihkan tempat untuk BAB/BAK dengan
mandiri. Klien BAB 1x perhari dan BAK 3-5x perhari. Sedangkan
untuk kemampuan membersihkan diri dan merapikan pakaian secara
mandiri walaupun belum dapat maksimal.
3) Mandi
Klien mampu mandi secara mandiri 1-2x perhari, melakukan
gosok gigi dan keramas 1x perhari.
4) Berpakaian/berdandan
Klien mampu memilih pakaiannya sendiri dan mampu
memakainya dengan sesuai. Klien berganti pakaian 1 kali sehari.
Klien jarang menyisir rambutnya dan jarang mencukur jenggotnya.
5) Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur cukup. Klien tidur siang pukul 13.00
WIB sampai pukul 15.00 WIB. Sedangkan untuk tidur malam
biasanya klien tidur pukul 21.00 WIB sampai 04.00 WIB. Klien
mampu merapikan sprei secara mandiri.
6) Penggunaan obat
Klien belum mengetahui jenis obat apa yang diminum.
Untuk minum obat, klien mendapatkannya dengan bantuan perawat.
7) Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan ingin mendapatkan perawatan dari dokter
dan perawat. Klien juga mengatakan ingin diperhatikan oleh
keluarga dalam pemeliharaan kesehatannya.
8) Kegiatan di dalam rumah
Di dalam rumah, kegiatan klien sehari-hari hanya menjaga
warung di rumah bersama bapaknya. Klien juga biasa membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel
lantai, serta mencuci baju sendiri.
9) Kegiatan di luar rumah
Klien dapat berbelanja keperluan sehari-hari dari uang yang
diberikan oleh keluarganya. Klien juga dapat bertemu dengan
teman-temanya.
9. Mekanisme koping
Bila ada masalah klien cenderung diam diri dan melamun. Klien jarang
menceritakan masalahnya kepada orang lain, baik kepada keluarga. Klien
mengatakan apabila bercerita dengan anggota keluarga, masalahnya tidak akan
terselesaikan. Justru klien mengatakan bahwa bapaknya akan memarahinya.
10. Masalah psiko dan sosial
Jika klien ingin berkumpul dengan orang lain, klien merasa orang lain
terganggu dengan kehadirannya. Begitu juga saat klien di rumah, dia sangat
tertekan dengan segala tuntutan dari kedua orang tuanya dan tindakan
kekerasan dari bapaknya.
11. Pengetahuan
Klien selalu mengingkari tentang penyakit yang dideritanya. Klien
mampu melakukan pemenuhan ADL secara mandiri, klien kurang mampu
berhubungan sosial.
12. Aspek Medis
1. Terapi obat
Per oral: Risperidone 2 x 2 mg
B. Daftar Masalah
1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
C. Analisa Data
Tanggal/Jam Data FokusMasalah
KeperawatanTTD
16-08-2010
10.00 WIB
DS:
1. Klien mengatakan ” Saya
heran kenapa dimasukkan
ke RSJ ”
2. Klien mengatakan kadang
malu jika bertemu dengan
teman – teman sekolahnya
dulu karena klien belum
bekerja dan belum menikah
padahal klien merasa
usianya sudah cukup dewasa
yaitu 31 tahun.
DO:
1. Klien cenderung diam dan
Gangguan konsep diri :
harga diri rendah
pasif, terkadang klien suka
murung.
2. Tidak terbuka dalam
menjawab pertanyaan
16-08-2010
11.00 WIB
DS:
1. Klien mengatakan merasa
kesal dengan orang tuanya.
2. Klien mengatakan akan
marah – marah kepada
orang tuanya jika dituntut
dan dilarang.
DO:
1. Afek labil, klien
menanggapi pertanyaan
perawat dengan emosi yang
labil dan tampak tidak
tenang.
2. Klien berbicara cepat dan
keras.
Perilaku Kekerasan
16-08-2010
11.15 WIB
DS:
Klien mengatakan tidak
suka bergaul di luar rumah,
klien suka marah – marah
dan uring – uringan apabila
keinginannya tidak dituruti.
DO:
Saat wawancara klien
kurang kooperatif, kontak
mata kurang, tidak terbuka
Resiko menciderai diri,
orang lain dan
lingkungan
dalam menjawab
pertanyaan, dan klien
berusaha mempertahankan
diri mengatakan bahwa
dirinya baik-baik saja.
D. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan Akibat
Core Problem
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Penyebab
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan
F. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Klien mau membalas salam
Klien mau menjabat tangan
Klien mau menyebutkan nama
Klien mau tersenyum
Klien mau kontak mata
Klien mau mengetahui nama perawat
Intervensi :
Beri salam / panggil nama
Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
Jelasakan maksud hubungan interaksi
Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
Beri rasa aman dan sikap empati
Lakukan kontak singkat tetapi sering
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien mengungkapkan perasaaannya
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal ( dari
sendiri / lingkungan, atau orang lain
Intervensi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaaannya
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
Intervensi :
Anjurkan klien mengungkapakan apa yang dialami dan
dirasakannya saat jengkel atau marah
Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/ kesal yang
dialaminya
Intervensi :
Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/ kesal yang dialami
klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bisa dilakukan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Intervensi:
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan,
dan pada diri sendiri)
Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Intervensi:
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah
Intervensi :
Bicara dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentiikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien :
Akibat pada klien sendiri
Akibat pada orang lain
Akibat pada lingkungan
Intervensi :
Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh
klien
Tanyakan kepada klien “ apakah ia akan mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara
fisik
Tarik nafas dalam
Pukul kasur dan bantal
Dll : kegiatan fisik
Intervensi :
Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
Beri pujian atas kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien
Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur
serta bantal
Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
intervensi :
Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak lima kali
Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam
Tanyakan perasan klien setelah selesai
Ajurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat marah atau
jengkel
Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1 sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain
dipertemuan yang lain
Klien mempunyai jadual untuk melatih cara pencegahan fisik yang
dipelajari sebelumnya
Intervensi:
Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan
dilakukan sendiri oleh klien
Susun jadual kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai
jadual yang telah disusun
Intervensi :
Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian
( self-evaluation)
Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
Berikan pujian atas keberhasilan klien
Tanyakan kepada klien apakah kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi perasaan marah
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku
kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam mencegah
perilaku kekerasan
Meminta dengan baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan perasaan dengan baik
Intervensi :
Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
Beri contoh cara bicara yang baik
Meminta dengan baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan perasaan dengan baik
Klien dapat mendemonstrasikan cera verbal yang baik
Intervensi :
Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
o Meminta dengan baik, saya minta uang untuk beli makanan
o Menolak dengan baik, maaf saya tidak bisa melakukannya
sekarang ada kegiatan lain
o Mengungkapkan perasaan dengan baik, saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan, disertai tanda seru yang
rendah
Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tenteng waktu dan kondisi cara bicara yang
dapat dilatih di ruangan, misalnya meminta obat, baju, dll, menolak
ajakan merokok, tidak tidur pada waktunya, menceritakan kekesalan
kepada perawat
Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai
dengan jadwal yang telah disusun
Intervensi :
Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan
mengisi jadwal kegiatan (self – evaluation)
Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
Berikan pujian atas keberhasilan klien
Tanyakan kepada klien, bagaimana perasaan Budi setelah latihan
bicara yang baik?, apakah keinginan marah berkurang
8. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
Intervensi :
Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih
Intervensi :
Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang
rawat
Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan
Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
Beri pujian atas keberhasilan klien
Klien mempunyai jadual untuk melatih kegiatan ibadah
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan
ibadah
Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan ibadah
Intervensi :
Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi
jadwal ibdah dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-
evaluation)
Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
Berikan pujian atas keberhasilan klien
Tanyakan kepada klien : “bagaiamana perasaan budi setelah
melakukan ibadah? apakah keinginan marah berkurang?”
9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untu mencegah
perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta
manfaat obat itu ( prinsip 5 benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan
cara pemberiaan
Intervensi:
Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama,
warna, besarnya) waktu minum obat (jika 3 kali pkl. 07.00, 13.00,
19.00) ; cara minum obat
Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur:
o Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat
o Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter
o Jelaskan mengenaiakibat minum obat yang tidak teratur
Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang
ditetapkan
Intervensi:
Diskusikan tentang proses minum obat
o Klien meminta obat kepada perawat ( jika dirumah sakit),
kepada keluarga ( jika dirumah)
o Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
o Klien meminum obat pada waktu yang tepat
Susun jadwal minum obat bersama klien
Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat
Intervensi:
Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal
harian ( self- evaluation)
Validasi pelaksanaan minum obat klien
Beri pujian atas keberhasilan klien
Tanyakan kepada klien “ bagaimana perasaan budi dengan minum obat
secara teratur? Apakah keinginan utuk marah berkurang
10. Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan
Kriteria evaluasi :
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan
Intervensi
Anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan ( kegiatan tersendiri)
Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan TAK dan beri
pujian atas keberhasilannya
Klien mempunyai jadual TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku
intervensi
Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
Masukkan jadwal TAK kedalam kegiatan harian klien
Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan TAK
Intervensi
Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan
harian (sel evaluation)
Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK
Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK
Tanyakan kepada klien Bagaimana perasaan budi setelah ikut TAK
11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan
perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien
Intervensi
Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
Jelaskan keutungan peran serta keluarga dalam merawat klien
Jelaskan cara-cara merawat klien
o Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif
o Sikap dan cara bicara
o Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan
cara pencegahan perilaku kekerasan
Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
Anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama di rumah
sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah
G. Catatan Perkembangan
Tanggal/ Jam
Diagnosa Keperawatan
Implementasi Evaluasi Ttd
Senin, 16 Agustus 201011.45 WIB
Perilaku Kekerasan
Psikoterapeutik PasienSp 1 (Tuk 1, 2, 3, 4) : Membina hubungan
saling percaya Mengenalkan identitas
klien Mengidentifikasi
penyebab, tanda gejala dan bentuk perilaku kekerasan
Mengevaluasi dan memvalidasi masalah yang dialami klien
Melakukan tindakan psikofarmaka,berikan obat-obatan:
- Risperidone 2 x 2 mg2Tindakan manipulasi lingkungan Mempertahankan agar
lingkungan klien pada tingkat stimulus rendah
Mengajari cara mengontol perilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam
S: Klien mengatakan bahwa
nama klien bernama Tn. R dan suka dipanggil dengan nama R.
Klien mengatakan merasa kesal dengan orang tuanya.
Klien mengatakan akan marah – marah kepada orang tuanya jika dituntut dan dilarang.
Apabila marah klien langsung diam saja dan mendengarkan musik keras – keras.
O: Klien mau berkenalan
dengan perawat. Kontak mata kurang Klien mengikuti
kegiatan kelompok bila disuruh
Emosi klien tampak labil
A: Hubungan saling
percaya antara perawat dan klien sudah terjalin
Klien mau mengungkapkan penyebab, tanda-tanda, dan perilaku kekerasan yang sering dilakukan ketika klien marah
P: Bagi Perawat :
- Validasi SP 1 dengan membantu mengungkapkan kembali tentang perilaku kekerasan yang dilakukan klien
- Mengajari cara mengontrol marah
dengan latihan tarik nafas dalam
Bagi Klien :- Klien mampu
melakukan/ mempraktikan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
Selasa, 17 Agustus 201010.45
Perilaku Kekerasan
Psikoterapeutik PasienSp 1 (Tuk 1, 2, 3, 4) : Membina hubungan
saling percaya Memvalidasi perkenalan
dengan klien Membantu
mengungkapkan kembali tentang perilaku kekerasan yang dilakukan klien
Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan
Mengajari cara mengontol marah dengan tarik nafas dalam
Tindakan psikofarmaka,berikan obat-obatan:
- Resperidine 2 x 2 mg2Tindakan manipulasi lingkungan
S: Klien mengatakan
bahwa masih mengenali nama perawat
Klien mengatakan apabila marah – marah yang dia lakukan akan membuat orang tuanya semakin memarahinya dan tidak ada keuntungannya
Klien mengatakan apabila emosinya mulai tidak stabil, klien akan menarik nafas dalam dari hidung dan mengeluarkan lewat mulut secara pelan – pelan.
Klien mengatakan minum obat sehari 2 kali.
O: Klien tampak masih labil Kontak mata cukup Klien mulai kooperatif
A: Klien mau mengatakan
keuntungan dan kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan
Klien mau mempraktikan cara
mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
Klien mau minum obat yang diberikan
P: Bagi Perawat :
- Validasi SP 1 dengan mengajari cara mengontrol marah dengan memukul – mukul bantal dan berbicara atau mengungkapkan perasaan dengan baik.
Bagi Klien :- Klien mampu
mempraktikan cara mengontrol marah dengan memukul – mukul bantal dan mengungkapkan perasaan klien dengan baik kepada perawat apabila emosinya mulai labil.