Manajemen Pendidikan

17
A. Manajemen Pendidikan Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang. Fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengendalian. 1. Perencanaan (planning) merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. 2. Pelaksanaan (actuating) merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya. 1

description

Resume Manajemen Kependidikan

Transcript of Manajemen Pendidikan

Page 1: Manajemen Pendidikan

A. Manajemen Pendidikan

Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai

suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan

dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik

tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.

Fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian,

dan pengendalian.

1. Perencanaan (planning) merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan

tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

2. Pelaksanaan (actuating) merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi

tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

3. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar

menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer

dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses

penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk

mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya.

4. Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar

yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah

direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target

pendidikan yang dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian

balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang

telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.

Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan yaitu : sistem

sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan

dengan peyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara

dalam sistem desentralisasi, wewenang, pengaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah

daerah. Kedua sistem tersebut dalam prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi

1

Page 2: Manajemen Pendidikan

merupakan bentuk kontinum ; dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah (lokal).

Tilaar (1991 : 22) mengemukakan bahwa pendekatan sentralistik mempunyai posisi

yang sangat strategis dalam mengembangkan kehidupan serta kohesi nasional karena peserta

didiknya adalah kelompok umur secara pedagogik sangat peka terhadap pembentukan

kepribadian.

B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school basaed

management”.

MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan

kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik yang memadai bagi para

peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk

meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang

terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Sejalan dengan jiwa

dan semangat desentralisasi serta otonomi dalam bidang pendidikan, kewenangan sekolah

juga berperan dalam menampung konsensus umum yang menyakini bahwa sedapat mungkin

keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling baik terhadap

informasi setempat, yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan yang

terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang

memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut :

1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta

didik, orangtua, dan guru,

2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal,

3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat

pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah,

4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,

manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan (Fattah 2000).

2

Page 3: Manajemen Pendidikan

1. Tujuan MBS

Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang

dinyatakan dalam GBHN.

MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan

respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara

lain : diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan

penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain :

melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan

kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif

serta disinsetif. Peningkatan pemerataan antara lain dapat diperoleh melalui peningkatan

pasrtisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada

kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa

kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

2. Manfaat MBS

MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai

seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab

pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi

setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih

berkonsentrasi pada tugas.

MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-

sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan

masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.

Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap

sekolah.

3. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari baggaimana sekolah dapat

mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar , pengelolaan

sumber daya dan administrasi.1

1 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS), Dr. E. Mulyasa, M.Pd hal. 19-29P

3

Page 4: Manajemen Pendidikan

C. Manajemen Tenaga Kependidikan

Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola

tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.

Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan

untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil

yang optimal, namun dalam kondisi yang menyenangkan.

Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup :

1. Perencanaan pegawai

2. Pengadaan pegawai

3. Pembinaan dan pengembangan pegawai

4. Promosi dan mutasi

5. Pemberhentian pegawai

6. Kompensasi dan

7. Penilaian pegawai

Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,

yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan

yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.

1. Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menetukan kebutuhan pegawai, baik

secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan.

2. Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu

lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya.

3. Pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang

mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga. Dan meningkatkan tenaga kinerja pegawai.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training.

Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan,

tetapi juga menyangkut karier pegawai.

4. Promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan masa

percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah

lulus diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh.

5. Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya

pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan

4

Page 5: Manajemen Pendidikan

sebagai pegawai. Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam

tiga jenis :

a) Pemberhentian atas permohonan sendiri

b) Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah dan

c) Pemberhentian sebab lain-lain

Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya : karena pindah

lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib.

6. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat

dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Pemberian

kompensasi, selai dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan,

kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan

yang harus dihadapi oleh manajemen.

7. Penilain pegawai secara objektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini dapat

difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian

ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai,

penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, keletihan,

kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,

jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil pengambilan keputusan

berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,

pengenalan, penempatan, promosi,sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses

efektif sumber daya manusia.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan

bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan

sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena

itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan

seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat

pekerjaan, dan kondite pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang

dipimpinnya.

5

Page 6: Manajemen Pendidikan

D. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah

satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan

terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan

keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang

kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur,

serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang

manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang haus diperhatikan, yaitu :

penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan

penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterim, yaitu dengan

mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan

penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau

panitia penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk

panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut.

Setelah para siswa diterima lalu lalu dilakukan pengelompokkan dan orientasi sehingga

secara fisik, mental, dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah.

E. Manajemen Keuangan dan pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung

menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Dalam penyelenggaraan keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat

menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen

pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen

produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di

sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan

di sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan

dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik baiknya, agar dana-dana yang ada dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

6

Page 7: Manajemen Pendidikan

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat

dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :

1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum

maupun khsus dan diperuntukkan bagi kepentingan kependidikan

2) orang tua atau peserta didik

3) masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat

Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu : financial planning,

implementation, and evaluation. Jones (1985) mengemukakan perencanaan finansial yang

disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia

untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping

yang merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan

berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuain jika diperlukan.

Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.

Komponen utama manajemen keuangan meliputi :

a. prosedur anggaran

b. prosedur akuntansi keuangan

c. pembelajaran pergudangan dan prosedur pendistribusian

d. prosedur investasi dan

e. prosedur pemeriksaan

F. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti :

gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga saran

dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan konstribusi secara optimal dan berarti pada

jalannya proses pendidikan.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah

yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru

maupun murid untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat

atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan

7

Page 8: Manajemen Pendidikan

kebutuhanserta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentinganproses pendidikan dan

pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.

G. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya

merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan

pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial

merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan

masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau

pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian

tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.

Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk :

1. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak

2. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat

dan

3. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan

pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan

bagi anak-anak.

Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab

dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi.

Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan

hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh

perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan

orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan

meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna

mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.

8

Page 9: Manajemen Pendidikan

H. Manajemen Layanan Khusus

Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakan, kesehatan, dan

keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting

dari MBS yang efektif dan efisien.

Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah

sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses

pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan

sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta

didik.

Disamping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta

didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan

tugas dengan tenang dan nyaman.2

Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar

Pada prinsipnya, sekolah dasar sebagai satuan pendidikan tidak akan menjadi

bermutu baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan melalui berbagai upaya

peningkatan mutu pendidikannya.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan terjadi secara efektif

bilamana dikelola melalui manajemen yang tepat. Selama ini peningkatan mutu

pendidikan cenderung melalui manajemen yang sentralistik. Begitu banyak program

penigkatan mutu pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik

oleh pemerintah pusat. Begitu beragam program pelatihan guru dirancang dan

dilaksanakan secara terpusat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah

dasar. Betapa banyak dropping buku-buku perpustakaan, buku-buku diupayakan secara

terpusat, dan sekolah dasar tinggal menerima apa yang telah dialokasikan oleh

pemerintah pusat, terlepas apakah barang-barang tersebut dibutuhkan oleh sekolah atau

tidak. Peningkatan mutu pendidikan dasar sementara ini kurang memperhatikan kondisi,

atau tidak berbasis sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar tetap tidak banyak mengalami

keberhasilan, karena selain tidak sesuai dengan kondisi sekolah, juga tidak dibarengi oleh

2 Hal. 42-53

9

Page 10: Manajemen Pendidikan

upaya-upaya dari sekolah yang bersangkutan. Peningkatan mutu pendidikan sekolah

dasar akan terjadi bilamana ada kemauan dan prakarsa dari bawah, dimana kepala

sekolah, guru kelas, orang tua siswa, komite sekolah berkemauan dan bekerja keras

berupaya mengembangkan program-program peningkatan mutu pendidikan di

sekolahnya.

Namun, mulai tahun 2001 pemerintah mencoba menggunakan paradigma baru

manajemen pendidikan baik secara makro maupun secara mikro. Paradigma baru

manajemen makro di bidang pendidikan adalah desentralisasi pendidikan yang dilandasi

oleh Undang-Undang Nomor 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang melahirkan

otonomi pendidikan. Sedangkan manajemen mikro di bidang pendidikan adalah

dicobanya sebuah model manajemen pendidikan dari sekolah, oleh sekolah, dan untuk

sekolah. Model manajemen tersebut biasa disebut dengan Manajemen Peningkatan Mutu

pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) atau manajemen berbasis sekolah.3

3 Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Dr. Ibrahim Bafadal, M.P.d penerbit Bumi Aksara Hal. 35

10

Page 11: Manajemen Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS), Dr. E. Mulyasa, M.Pd hal. 19-29

Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Dr. Ibrahim Bafadal, M.P.d penerbit Bumi Aksara

Hal. 35

11