MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH...
Transcript of MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH...
MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH
(Studi pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
IDA NURAIDA
105046101677
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PRODI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH
(Studi pada: PT. Bank Muamalat Indonesia, TBk)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Ida Nuraida
NIM: 105046101677
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Prof. Dr. Hj Huzaemah Tahido Yanggo, MA
NIP: 194512301967122001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (UIN) Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil dari jiplakan orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (UIN) Jakarta
Jakarta, 29 April 2010
( Ida Nuraida )
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Manajemen Pembiayaan Mudharabah Bermasalah (Studi pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk)”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin, 15 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Jurusan Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2010 Dekan
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (.…..…………..…) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H. (………..…….…..)
NIP. 197407252001121001
2. Penguji I : Prof. Dr. H. M Amin Suma, SH, MA, MM. (………………….) NIP. 195505051982031012
Penguji II : Ir. M. Nadrtuzzaman Hosen, MS.,MSc. Ph. D. (………………….) NIP. 196106241985121001
3. Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. (………………….)
NIP. 194512301967122001
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang terdalam penulis haturkan ke Dzat yang maha Rahman bagi
semesta alam dan Rahim bagi semua hamba yang selalu menjalankan perintah-Nya,
yang telah menciptakan rasa cinta dan kasih kepada hati manusia.
Sholatullah Wasalamuh senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, yang tak
pernah lelah untuk selalu membimbing umatnya dengan penuh kasih sayang, kepada
keluarganya, sahabat serta umatnya sepanjang zaman semoga kita mendapat
syafa’atnya di yaumul Ba’ts.
Penulis bersyukur setelah proses yang cukup panjang dan melelahkan yang
sarat akan gangguan dan hambatan, akhirnya dengan limapahan kasih dan sayang-
Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul” Manajemen Pembiayaan
Mudharabah Bermasalah”.
Penulis menyadari dengan kesederhanaan karya tulis ini yang masih banyak
kekurangan. Namun dengan ini juga penulis tidak bisa menutup mata akan peran
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Perkenankan penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
i
1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Mu’amalat
Konsentrasi Perbankan Syariah dan Bapak H. Azharudin Latif M.Ag, selaku
Sekretaris Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
3. Bunda dan Ayah Tersayang, Hj Siti Maryam dan H. Daud H.M, Orang Tua
yang tiada lelah dan letih dalam memberi doa, semangat, harapan dan seluruh
limpahan kasih dan cintanya kepada penulis dalam segala-galanya.
Trimakasih you’re The Best My Parent’s.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan segala
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat membuka wacana dan
pengetahuan bagi penulis terutama dalam pembelajaran pada bidang ekonomi
Islam.
5. Seluruh staff dan pihak lainnya dari Perpustakaan fakultas Syariah dan
Hukum, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Perpustakaan Muamalat Institute yang telah membantu dan memberikan
fasilitas kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Yayah Fazriah, Lia Dahlia, Ahmad Izudin, Fahmi Adam, Nurkholis Aulia
Rachman, adik-adik Qu Terkasih yang selalu memberikan semangat dan doa
ii
kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Moga kesuksesan, kebahagiaan,
dan kesejahteraan selalu ada dalam diri kalian.. Amin.
7. Tuk Suami_Qu tersayang, “Bang Nur Hasan”, terimakasih dah memberikan
doa, dukungan, limpahan kasih sayang yang begitu dalam kepada penulis,
moga ikatan suci qta tetap terjaga dan abadi,, amin..
8. Geng 6, trimakasih teman bwt semua dukungan dan doanya, put, selai, yayah
yang menjadi motivator penulis karena mereka kalian lulus lebih dulu, yang
kemudian disusul ma’ nyai dan wiwi. Semoga persahabatan kita tetap terjalin
dan terjaga sampai nanti.
9. Mba narti, serta pihak Muamalat Institute yang telah memberikan data dan
informasi dalam proses penulisan skripsi ini, trimakasih mba nartiiiiii..
10. Seluruh pegawai BMT CSM; Pa zar, Mba diah, Bang ero, Bang zul, Bang
didi, Mba nur, Pa sis, lucky, terimakasih atas doa dan semangatnya, terutama
tuk pa zar dan mba diah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
tuk menyelami ilmu di BMT CSM, hatur nuhun….
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan doa dan dukungan dalam
proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan. Trimakasih
semuanya!
iii
iv
Skripsi ini memiliki banyak kekurangan, walaupun pada hakekatnya memang
tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Akhir kata semuanya penulis serahkan pada Dzat yang menciptakan dan
penguasa seluruh manusia.
Jakarta, 14 Jummadil Awwal 1431 H
29 April 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syari’at Islam merupakan petunjuk kehidupan yang bersifat komprehensif, ia
mencakup segala dimensi kehidupan dan mampu menghadirkan alternatif solusi atas
persoalan kehidupan. Seorang muslim yang mampu mempelajari kandungan Al-
Qur’an dan Sunnah secara mendalam, akan dapat melihat luasnya ruang lingkup
syari’ah. Syari’ah tidak hanya mengatur hubungan transendental seorang hamba
dengan Tuhannya, yakni terkait dengan hukum-hukum ibadah1, akan tetapi syari’ah
juga mengatur hubungan bermuamalat di antara sesama manusia, dalam hal ini adalah
perbankan.
Keberadaan perbankan syari’ah di tanah air sudah tidak lagi dianggap tamu
asing, kinerja dan kontribusinya mulai dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Kenyataan akan ketahanan bank syari’ah terhadap krisis ternyata menjadi daya tarik
bagi kalangan pelaku perbankan. Tidak hanya itu, keberadaan bank dengan sistem
operasional syari’ah telah lama dinanti oleh umat Islam di tanah air, ternyata telah
membuka peluang yang amat luas bagi calon nasabah yang memiliki loyalitas tinggi
1 Ahmad, Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syari’ah : Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), Edisi 1, h. 13
1
2
terhadap sistem syari’ah untuk ikut bergabung di bank syari’ah2. Perbankan syari’ah
di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya, hal
itu ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah bank syari’ah yang diikuti dengan
pertumbuhan volume usaha yang berkualitas baik. Direktorat perbankan syari’ah
mencatat jumlah jaringan kantor perbankan syari’ah pada bulan desember 2007
berjumlah 711 kantor, dengan rincian yaitu 3 Bank Unit Syari’ah (BUS), 25 Unit
Usaha Syari’ah (UUS), 222 Kantor Cabang (KC), 118 Kantor Cabang Pembantu
(KCP), 204 Kantor Kas (KK), 114 Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) dan 25
Unit Pelayanan Syari’ah (UPS)3.
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi menghimpun
dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat. Kegiatan bank mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan funding.
Sementara kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat oleh bank disebut dengan
kegiatan financing atau lending. Dalam menjalankan dua aktifitas besar tersebut,
bank syari’ah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah perbankan yang
berlaku4, yakni bersumber pada prinsip-prinsip syari’ah.
2 Kurnia, Agung Robiansyah, Pengembangan Produk Pembiayaan pada Perbankan Syari’ah, Skripsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Perbankan Syari’ah Prodi Muamalat, tahun 2005, h. 1
3 Harun, Masykur, Manajemen Risiko Operasional Bank Syari’a h: Studi pada UUS Bank Bukopin, Skripsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Perbankan Syari’ah Prodi Muamalat, tahun 2008, h. 1
4 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005), Edisi 1, cet ke-2, h. 41
3
Bank sebagai lembaga perantara jasa keuangan (financial intermediary), yang
tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana
dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan oleh
dua lembaga sebelumnya (swasta dan pemerintah)5. Dalam pemberian kredit pada
bank konvensional kepada nasabah yang memerlukan pinjaman uang, bank
mengambil bagian keuntungan berupa bunga dan provisi dengan cara membungakan
uang yang dipinjamkan tersebut. Akan tetapi, dalam perbankan syariah, meniadakan
transaksi semacam ini dan mengubahnya menjadi pembiayaan, dimana bank
meminjamkan sejumlah dana/uang pada nasabah dengan akad berdasarkan sistem
bagi hasil.
Sebagai mahkluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara satu pihak dengan
pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau
keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa
diantara sebagian manusia memiliki modal, tetapi tidak bisa menjalankan usaha-
usaha produktif, atau memiliki modal besar dan bisa berusaha produktif, tetapi
keinginan membantu orang lain yang kurang mampu dengan jalan mengalihkan
sebagian modalnya kepada pihak yang memerlukan. Di sisi lain, tidak jarang pula
ditemui orang-orang yang memiliki kemampuan dan keahlian berusaha secara
produktif, tetapi tidak memiliki atau kekurangan modal usaha. Berdasarkan hal itulah,
5 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, h. 195
4
sangat diperlukan adanya kerjasama pemilik modal dengan orang-orang yang tidak
mempunyai atau kekurangan modal.6 Dalam hal ini adalah para investor yang
menyimpan (saving) uangnya di suatu lembaga perbankan, kemudian pihak
perbankan menyalurkan uang investor tersebut kepada nasabah yang membutuhkan
pinjaman, untuk kemudian dikelola dan menghasilkan profit yang berguna untuk
semua pihak yang terlibat.
Bank menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha atau kegiatan
tertentu dari nasabah. Selanjutnya nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur
tangan bank, tapi bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan
pengawasan. Atas penyediaan dana tersebut bank mendapat imbalan atas keuntungan
yang besarnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi
kerugian atas usaha yang dibiayai tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali
atas dasar kelalaian nasabah.7
Pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan mudharabah yaitu
pembiayaan disediakan oleh bank kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan sistem bagi hasil. Pembiayaan mudharabah adalah kerjasama yang
dilakukan antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri
6 Helmi, Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta : PT RjaGrafindo Persada,1997), Ed. 1, Cet ke-2, h. 12
7 Ibrahim, Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Jakarta : Kalam Mulia, 1995), cet ke-1, h. 667
5
pengelolaan bisnis sehari-hari, keuntungan yang diperoleh antara keduanya dengan
perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya.8
Istilah mudharabah sesungguhnya tidak muncul pada masa Nabi Muhammad
saw, tapi jauh sebelum Nabi lahir. Menurut Abraham L. Udovitch, istilah itu muncul
sebagai kerjasama bangsa semenanjung Arab yang berkembang dalam konteks
perdagangan para kafilah Arab sebelum Islam.9 Pembiaran Nabi SAW terhadap
mudharabah ini mengindasikan bahwa kerja sama dua pihak dengan mempertemukan
modal dan usaha merupakan kerjasama yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.10 Berdasarkan kenyataan itulah, maka praktik pembiayaan mudharabah
dapat dilaksanakan oleh perbankan syariah tanpa mengkhawatirkan adanya sesuatu
yang mengandung bathil didalam nya (riba).
Mudaharabah merupakan suatu akad perjanjian antara bank dengan nasabah,
dimana dana yang dikeluarkan semuanya bersumber dari bank, dalam pembiayaan
mudharabah terdapat istilah kepercayaan antara bank dengan pengelola, oleh karena
itu mudharabah adalah pembiayaan yang cukup rentan dengan risiko, karena
dikhawatirkan nasabah pengelola pembiayaan tersebut melakukan suatu kecurangan-
kecurangan yang tidak diketahui oleh bank.
8 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005), edisi 1, cet ke-2, h. 52
9 Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah ;Mudharabah dalam Wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, (Yogyakarta : PSEI, 2003), Cet ke-1, h. 144
10 Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah ;Mudharabah dalam Wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, h. 147
6
Bank merupakan institusi paling rentan terhadap kegagalan, tetapi justru tidak
boleh gagal. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan
bahkan sistem perekonomian (systemicrisk)11, akan tetapi, bank sebagaimana
lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam menjalankan kegiatan guna
mendapatkan hasil usaha (return) selalu dihadapkan pada risiko. Risiko mungkin
terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko
yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Risiko dapat
dikatakan sebagai peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas risiko
dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau
berlawanan dari yang diinginkan.12 Untuk itulah manajemen pembiayaan
mudharabah bermasalah sangat diperlukan dalam sebuah institusi perbankan.
Risiko yang diterima oleh sebuah bank adalah kemungkinan terjadinya sebuah
peristiwa atau serangkaian peristiwa bersifat negatif13 dan risiko sering diartikan
sebagai ketidakpastian (uncertainty)14. Semua orang menyadari bahwa dunia penuh
dengan ketidakpastian, kecuali kematian, meskipun demikian juga tetap mengandung
ketidakpastian di dalamnya, antara lain mengenai kapan, maupun penyebabnya.
11 Robert, Tampubolon, Risk Management : Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2004), Cet ke 2, h. 7
12 Ferry, N Idroes, Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), h. 6-7
13 Robert, Tampubolon, Risk Management : Risiko Manajemen Pendekatan Kualitatif, h. 4 14 Hinsa, Siahaan, Manajemen Risiko, Konsep, Kasus, dan Implementasi, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2007), h. 2
7
Ketidakpastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, lebih-lebih dalam dunia bisnis.15
Oleh karena itu, sebagai lembaga keuangan yang mempunyai otoritas dalam
perkembangan dan pertumbuhannya, maka sebuah bank harus bisa menganalisa,
memprediksi serta mengelola kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu
risiko/kerugian, yaitu dengan membentuk suatu sistem yang bertujuan untuk
memenej risiko pembiayaan mudharabah bermasalah. Dari kemampuan manajerial
risiko/pembiayaan bermasalah yang baiklah kerugian dapat diminimalisir bahkan
mungkin dapat dihindari agar tidak terjadi di masa yang akan datang.
Bank Muamalat Indonesia merupakan bank pertama yang menjalankan
prinsip operasionalnya berdasarkan syari’ah, sebagai bank syari’ah pertama, Bank
Muamalat juga termasuk bank komersil yang dalam operasinya tidak terlepas dari
usaha-usaha mencapai keuntungan yang akan dibagi-bagikan kepada nasabah
penabung. Akan tetapi, walaupun dalam operasionalnya Bank Muamalat menjalankan
konsep syari’ah, Bank Muamalat juga tidak terlepas dari adanya risiko yang
ditimbulkan oleh berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern yang semuanya
itu dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya kerugian bagi bank dan nasabah, oleh
karena itu, sebagai sebuah bank yang mempunyai otoritas besar dalam
pendistribusian dana keuangan masyarakat (penabung) kepada para defisit unit, maka
15 Soeisno, Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta : Salemba Empat, 2003), Edisi Revisi, h. 1
8
Bank Muamalat harus mempunyai suatu sistem/alat yang bisa mengantisipasi
sebelum terjadinya suatu risiko, terutama risiko pada pembiayaan mudharabah.
Mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang sering dilakukan
oleh Bank Muamalat dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat dan ia
memiliki risiko yang relatif tinggi, diantaranya : side streaming, lalai, kesalahan yang
disengaja, dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi yang berjudul MANAJEMEN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bank merupakan suatu lembaga yang sangat berperan penting terhadap
perekomomian suatu Negara. Di dalam bank Islam, metode penyaluran dana jauh
berbeda dari bank konvensional karena bank Islam tidak mengenal istilah kredit
dalam hal penyaluran pinjaman dananya, akan tetapi bank Islam menyebut istilah
tersebut sebagai pembiayaan dengan sistem bagi hasil (loss and profit sharing).
Produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank Islam, khususnya Bank Muamalat
banyak macamnya, antara lain seperti pembiayaan musyarakah, mudharabah, dan
musaqah/muzarra’ah dimana keuntungan yang diperoleh berdasarkan sistem bagi
hasil.
9
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pembahasan dan agar tidak terjadi
pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi pembahasan pada skripsi ini
terbatas pada pembiayaan mudharabah dan cara untuk meminimalisasi pembiayaan
mudharabah bermasalah yang dihadapi oleh Bank Muamalat.
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pembukaan pembiayaan mudharabah
pada Bank Muamalat Indonesia ?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah
bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia ?
3. Bagaimanakah langkah-langkah penyelesaian pembiayaan mudharabah
bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaan mudharabah
yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia.
2. Untuk mengetahui penyebab/faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
mudharabah bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia.
10
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan / penyelesaian pembiayaan
mudharabah bermasalah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
dalam meminimalisasi risiko pembiayaan mudharabah bermasalah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai referensi, atau literature
yang bermanfaat bagi mahasiswa serta staf pengajar yang ingin mengetahui
lebih dalam tentang manajemen pembiayaan mudharabah bermasalah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat
dalam menentukan langkah selanjutnya ke arah yang lebih baik dalam dunia
perbankan. Khususnya Bank Muamalat Indonesia dalam menangani
pembiayaan mudharabah bermasalah.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian yang dijadikan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah Lembaga Keuangan Syari’ah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang
berlokasi di Jl. Sudirman Kav 51, Gedung Arthaloka, Jakarta Pusat yang mana bank
ini merupakan salah satu bank yang menerapkan dan memprakarsai pembiayaan bagi
hasil yang berdasarkan prinsip syari’ah Islam, yaitu pembiayaan mudharabah.
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian “Kualitatif
Kuantitatif”, yaitu metode yang data-datanya tidak berwujud angka-angka angka
biasa berupa verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara atau bahan tertulis.
Dan data yang berwujud adalah data yang diperoleh sebagai hasil penjumlahan.
Metode penelitian ini bersifat desktiptif, karena data yang dianalisis itu berupa
deskripsi.
Deskriptif menurut pengertiannya adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat16. Kualitatif adalah penelitian yang berupa kata-kata atau gambar bukan
angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya sebagai penunjang.17
Jadi, penelitian Deskriptif Kualitatif adalah penelitian berdasarkan fakta-fakta
atau kejadian yang tidak direkayasa dan penelitian ini menggunakan kata-kata,
tulisan-tulisan ataupun gambar-gambar yang sesuai dengan fakta bukan penelitian
yang menggunakan angka sebagai penjelasnya.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa penelitian langsung pada Bank Muamalat Indonesia dan pendekatan
penelitian ini juga dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data dan
16 Moh, Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003), Cet ke 5, h. 54 17 Sudarwan, Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), h. 51
12
informasi melalui arsip dan dokumen perusahaan agar data yang diterima oleh penulis
benar adanya dan akurat.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua sumber
jenis data, yaitu :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dalam hal ini adalah penulis. Data yang diperoleh penulis berupa dari
hasil wawancara dengan pihak yang terkait pada Bank Muamalat serta
dokumenter-dokumenter perusahaan, berupa arsip atau dokumen yang relevan
dengan pembahasan penelitian penulis.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh bersumber dari literature-literatur
kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, internet, artikel serta sumber-
sumber data lainnya yang mempunyai relevansi dengan penulisan skripsi ini.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis, maka dalam
pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan penelitian sebagai berikut :
13
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari
data-data dan bahan-bahan dari berbagai literatur dan daftar kesusastraan yang
ada, seperti buku-buku, sumber dokumen perusahaan, majalah, surat kabar,
via internet dan kepustakaan lainnya yang mendukung serta berkaitan dengan
penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Adapun penelitian lapangan yang penulis lakukan adalah dengan melakukan
peninjauan/observasi ke tempat/objek penelitian dan wawancara dengan
narasumber terkait, sehingga penulis dapat mengetahui secara langsung
bagaimana proses menangani pembiayaan bermasalah, faktor yang
menyebabkan timbulya pembiayaan mudharabah bermasalah serta bagaimana
langkah yang dilakukan untuk menangani pembiayaan mudharabah
bermasalah.
5. Tekhnik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007.
14
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pada bab pertama ini, penuis menguraikan tentang Latar Belakang
Masalah dari penulisan skripsi ini, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, Objek Penelitian,
Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan skripsi.
BAB II : Pada bab dua ini penulis menguraikan tentang Manajemen Pembiayaan
Mudharabah dan Pembiayaan Bermasalah yang terdiri dari empat sub.
Sub pertama membahas tentang Manajemen, yang meliputi Pengertian
Manajemen, Fungsi Manajemen, dan Manajemen dalam Perspektif Islam.
Sedangkan pada sub kedua, penulis membahas tentang Pembiayaan
Mudharabah, yang meliputi Pengertian Pembiayaan, Macam-macam
Pembiayaan, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan, Pengertian Mudharabah,
Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah, Jenis-jenis Pembiayaan
Mudharabah, Manfaat Pembiayaan Mudharabah, Risiko Pembiayaan
Mudharabah dan Aplikasi Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan. Dan
pada sub ketiga, penulis membahas tentang Pembiayaan Bermasalah, yang
meliputi Pengertian Pembiayaan Bermasalah, Penyebab Pembiayaan
15
Bermasalah dan Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah. dan sub
terakhir membahas tentang kajian pustaka terdahulu.
BAB III : Pada bab tiga ini penulis membahas tentang gambaran umum mengenai
Bank Muamalat Indonesia, yang meliputi Sejarah berdirinya Bank
Muamalat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi dan Produk Bank Muamalat
Indonesia, Tbk.
BAB IV : Bab ini membahas tentang Analisa Manajemen Pembiayaan Mudharabah
dalam Meminimalisasi Pembiayaan Mudharabah Bermasalah, yang
meliputi Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Bermasalah, dan
Bagaimana Upaya penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat
dalam Meminimalisasi Pembiayaan Mudharabah Bermasalah.
BAB V : Bab lima merupakan bab terakhir penulisan skripsi ini yang berisikan
Kesimpulan dan Saran-saran dari keseluruhan pembahasan dalam
penulisan skripsi ini.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
KAJIAN TEORITIS MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata to manage berarti control, dalam Bahasa
Indonesia diartikan : mengendalikan, menangani atau mengelola. Selanjutnya, kata
benda “manajemen” atau “management” dapat mempunyai berbagai arti. Pertama
sebagai pengelolaan, pengendalian atau penanganan (“managing”). Kedua perlakuan
secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan
dari dua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu
perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu.1
Secara istilah “manajemen” pada umumnya diasumsikan dengan konsep
ekonomi. Dalam pengertian ini manajemen menyangkut soal hubungan vertikal
maupun horizontal dalam suatu proses produksi atau penyediaan jasa dalam suatu
perusahaan dan usaha bisnis. Dalam konteks ini, manajemen adalah suatu keahlian
atau keterampilan untuk mencapai suatu tujuan produksi barang dan jasa yang
dimiliki oleh pengusaha atau manajer. Dalam definisi yang popular, manajemen
1 Yayat, M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : PT Grasindo, 2001), h. 1
16
17
sering dipahami sebagai sebuah keterampilan atau keahlian untuk mencapai tujuan
tertentu, baik ekonomi atau non ekonomi melalui perantaraan orang lain.2
Dalam perubahan lingkungan dan perkembangan industri bisnis perbankan,
manajemen diarahkan pada bagaimana mengatur, mengelola asset bank,
meningkatkan produktivitas bank, menekan risiko-risiko yang mengancam laju
perkembangan dan kerugian bank. Manajemen perbankan dalam kajian dengan
kebijaksanaan deregulasi mengarah pada manajemen asset, manajemen liabilitas dan
manajemen bank berorientasi pada pelanggan, pelayanan dan keunggulan produk3
yang dihasilkan oleh suatu bank.
Manajemen adalah suatu proses/kegiatan/usaha pencapaian tujuan tertentu
melalui kerja sama dengan orang lain, dimana dapat dimanfaatkan/digunakan sebagai
sumber/sarana-sarana manajemen. Manajemen adalah suatu kerangka kerja yang
terdiri atas berbagai bagian/komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan
dalam organisasi yang sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan (management
as a system).4
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diutarakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan atau usaha yang membutuhkan
suatu keahlian tertentu untuk mengatur atau mengelola sesuatu agar sesuai dengan
2 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2005), Edisi 1, h. 16 3 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, h. 17 4 Maringan, Masry Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2004), cet ke-1, h. 23
18
yang telah direncanakan sebelumnya, baik dilakukan sendiri ataupun melalui orang
lain.
2. Fungsi Manajemen
George R. Terry dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”,
merumuskan fungsi-fungsi daripada manajemen yang disingkat menjadi POAC,
yakni sebagai berikut :
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan ialah perencanaan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Untuk menjaga
konsistensi ke arah pencapaian tujuan manajemen, maka tiap usaha harus didahului
oleh proses perencanaan yang baik5 agar hasil yang di dapat akan baik pula.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pengaturan setelah ada rencana. Dalam hal ini diatur
dan ditentukan tentang apa tugas pekerjaannya, macam/jenis serta sifat pekerjaan,
unit-unit kerjanya (pembentukan bagian-bagian), tentang siapa yang akan melakukan,
apa alat-alatnya, bagaimana keuangannya, dan fasilitas-fasilitasnya. Jadi disini
diadakan pembagian tugas baik macam, sifat atau jenis tugas pekerjaan, agar dapat
dengan mudah diupayakan petugas yang cakap, mampu dan terampil sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan.6
5 Zainul, Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta : Pustaka alvabet, 2006),
Cet ke4, h. 97 6 Maringan, Masry Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemeni, h. 36
19
c. Actuating (Penggerakan)
Setelah adanya pengaturan/rencana dan juga telah diatur tentang segala
sesuatunya, maka digerakkan agar mereka mau dan suka bekerja dalam rangka
menyelesaikan tugas demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini diusahakan agar
mereka jangan semata-mata menerima perintah saja dari atasan. Meraka harus
tergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya seirama dengan keinsafan masing-
masing petugas/karyawan.
d. Controlling (Pengendalian/Pengawasan)
Pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pegamatan dan
pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan,
penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta,
melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output)
yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.7
3. Manajemen dalam Perspektif Islam
Allah SWT berfirman dalam surat As-Syuaraa : 13
☯
⌧ ⌧ ☺
7 Zainul, Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, h. 115
20
Artinya : ”Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”
Ayat Al-Qur’an di atas merupakan ayat Ulul Azmi, dalam ayat tersebut telah
diwasiatkan kepada nabi Nuh, nabi Ibrahim, Musa dan Isa, dimana dalam ayat
tersebut Allah telah mensyariatkan Islam sebagai agama yang komprehensif yang
mencakup semua kehidupan manusia di muka bumi ini. Maksud Dienul Islam dalam
ayat Al-Qur’an di atas adalah suatu sistem yang lengkap dalam kehidupan untuk
mengelola manusia dan alam semesta sesuai dengan kehendak Allah. Kalimat
”menegakkan syariat” dalam ayat tersebut berarti mengatur kehidupan ini agar rapi,
dan kalimat ”janganlah berpecah-belah” berarti kita diperintahkan untuk mengatur
hidup kita dengan sebaik-baiknya.8
Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara
mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah
SWT. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan
dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.9
8 Zainul, Arifin, h 104 9 Didin, Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2003), Cet ke 1, h.1
21
Manajemen dalam syariat Islam adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai
keimanan dan ketauhidan. Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah
kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali
dan tidak akan melakukan sesuatu diluar hal yang tidak dibenarkan oleh syariat.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan para penguasa dan para pengusaha untuk
berbuat adil, jujur dan amanah demi terciptanya kebahagiaan manusia (falah) dan
kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek
persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosio-ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan
spiritual umat manusia. Umat manusia yang memiliki kedudukan yang sama di sisi
Allah SWT sebagai khalifah dan sekaligus sebagai hamba-Nya tidak akan dapat
merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin kecuali bila kebutuhan-kebutuhan
material dan spiritual telah terpenuhi.10 Untuk melaksanakan kewajiban tersebut para
penguasa atau pengusaha harus menjalankan manajemen yang baik dan sehat.
Manajemen yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang tidak boleh ditinggalkan
demi mencapai hasil tugas yang baik.
Dibawah ini beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada
relevansinya dengan Al-Qur’an dan Hadits antara lain sebagai berikut :
a. Prinsip amar ma’ruf nahi mungkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang
baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakkan keadilan
10 Zainul, Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006),
Cet ke-4, h. 85-86
22
di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi,
dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar (keji), seperti korupsi, suap, pemborosan,
dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan harus diberantas.11
Menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi
munkar) adalah wajib sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-’Imran:104
sebagai berikut:
☺
☺ Artinya : ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”
b. Kewajiban menegakkan kebenaran
Manajemen merupakan suatu metode pengelolaan yang baik dan benar, untuk
menghindari kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan
kebenaran adalah metode Allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian
manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakkan kebenaran itu menjadi
wajib hukumnya untuk ditaati12.
c. Kewajiban menegakkan keadilan
Hukum syariah mewajibkan kita menegakkan keadilan, kapan dan
dimanapun. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 58:
11 Zainul, Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 87 12 Zainul, Arifin, h. 88
23
☺ ☺ ...
Artinya : .....” Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil...”
Keadilan merupakan suatu perbuatan yang sangat diharapkan oleh semua
orang di seluruh dunia, keadilan merupakan suatu syarat untuk menciptakan
masyarakat yang sejahtera, aman dan senantiasa damai, hal tersebut didukung Dalam
ayat Al-Qur’an diatas, sebagaimana dijelaskan bahwa setiap manusia harus berlaku
adil kepada siapapun tanpa memandang bulu, baik ia berasal dari ras, suku, agama
atau status sosial yang berbeda, semuanya harus dipandang sama dan adil tanpa ada
perlakuan yang istimewa dan diskrimanasi.
d. Kewajiban menyampaikan amanah
Allah swt berfirman dalam surat An-Nisa’ayat 58:
⌧
.... Artinya : ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya....” Dalam kandungan ayat Al-Qur’an diatas Allah memerintahkan kepada seluruh
manusia, khususnya umat Islam agar selalu menunaikan amanat dalam segala
bentuknya, baik amanat perorangan, masyarakat, bahkan amanat rakyat dan negara
agar apa yang menjadi tujuan manajemen atau dasar untuk mencapai falah terlaksana
dengan baik.
Dengan demikian jelaslah bahwa hak dan kewajiban seseorang dalam
manajemen secara tegas diatur di dalam hukum syari’ah. Semua itu di ciptakan dan
24
diatur oleh Allah kepada manusia agar tercipta kemaslahatan dalam hidupnya, baik di
dunia maupun di akhirat.
B. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam Undang-undang Pokok Perbankan No 14 tahun 1967 Bab 1, Ketentuan
Umum, dinyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang
dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank
dengan lain pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.
Seiring dengan mulai berdirinya Bank Syari’ah (waktu itu BMI tahun 1991), maka
dikeluarkanlah Undang-Undang Pokok Perbankan No 7 tahun 1992 dengan definisi
kredit yang lebih luas lagi. Kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian keuntungan. Pada definisi kredit inilah konsep bagi hasil dalam
perbankan syariah mendapatkan tempat bernaungnya. Dalam istilah lebih spesifik,
kredit dalam perbankan syariah diganti menjadi pembiayaan.13
13 Muhammad, Ghafur W, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini : Kajian Kritis
Perkembangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta : Biruni Press, 2007), Cet ke1, h. 93
25
Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti kepercayaan
(truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan14 antar
seseorang (pemilik dana) dengan orang lain (pengelola dana) yang dipercayai untuk
mengelola sejumlah dana yang telah diberikan kepada pengelola dana berdasarkan
kesepakatan yang telah disetujui oleh mereka. Dalam kamus PKES, istilah
pembiayaan dapat diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad
mudharabah dan atau musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip
bagi hasil.15
Tidak jauh berbeda dengan konsep kredit, dalam konsep bank syariah,
pembiayaan memiliki arti pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan dana pihak-pihak yang merupakan deficit unit.16 Dalam sumber yang
berbeda, pembiayaan diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.17
Sementara itu, menurut Muhammad pembiayaan atau financing adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan
14 Thomas, Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, ), Edisi ke4, h. 12
15 M. Nadratuzzamanan, Hosen dan A.M. Hasan, Ali, Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta : PKES, 2007), Cet ke 1, h. 62
16 Muhammad, Ghafur W, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini : Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta : Biruni Press, 2007), Cet ke1, h. 94
17 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002), Edisi Revisi, Cet ke 6, h. 92
26
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.18
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki
banyak jenis pembiayaan. Adapun jenis produk/jasa pembiayaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya :
a. Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
1) pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
2) pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan
investasi atau pengadaan barang konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:
1) pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu
1 bulan sampai dengan 1 tahun
2) pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun
3) pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu
lebih dari 5 tahun.19
18 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN,
2005), h. 17 19 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah h. 22
27
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu :
1. Jenis pembiayaan produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
a. Pembiayaan dengan prisnsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi :
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah berarti akad antara dua pihak untuk bekerja
sama dalam usaha perdagangan antara dua pihak untuk bekerja sama
dalam usaha perdagangan dimana salah satu pihak memberikan dana
kepada pihak lain sebagai modal usaha dan keuntungan dari usaha itu akan
dibagi di antara mereka berdua sesuai perjanjian yang mereka sepakati.20
Aplikasi : Pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan
ekspor.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.21
20 Helmi, karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1997), Ed 1, Cet ke 2,
h. 11 21 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , h. 23
28
Aplikasi : pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi :
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan di tambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Aplikasi : Pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif,
pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.22
2) Pembiayaan Salam
Al-salam atau salaf adalah “jual beli barang secara tangguh dengan harga
yang dibayarkan dimuka”, atau dengan bahasa lain :jual beli dimana harga
di bayarkan dimuka sedangkan barang dengan kriteria tertentu akan
diserahkan pada waktu tertentu”.23
Aplikasi : pembiayaan sektor pertanian dan produk manufakturing.
22 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , h. 23 23 Ghufron, A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2002), Ed 1, Cet ke1, h. 143
29
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan dan penjual pada saat akad dan uangnya
diserahkan kemudian setelah barang pesanan selesai dikerjakan.
Aplikasi : pembiayaan konstruksi/proyek/produk manufakturing.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan
menjadi pembiayaan:
1) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah secara etimologi berarti upah, sewa, jasa dan imbalan.
Sedangkan secara terminologi, menurut ulama hanafiyah, beliau
mendefinisikan ijarah dengan pemilikan manfaat dengan suatu imbalan
terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu.24
Aplikasi : Pembiayaan sewa menyewa rumah, toko, kendaraan dan lain-
lain.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina
Pembiayaan ijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina yaitu perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
Aplikasi : Leasing
24 Azharuddin, Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta : UIN Press, 2005), Cet ke1, h. 120
30
d. Surat Berharga Syari’ah
Surat Berharga Syari’ah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip
syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara
lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syari’ah dan surat berharga lainnya
berdasarkan prinsip syari’ah.
e. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana syariah pada bank syariah lainnya
dan/atau Bank Perkreditan Syariah antara lain dalam bentuk giro, dan/atau
tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah,
pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
(SIMA) dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip
syariah.25
f. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham
pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk
penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds)
dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.
25 Muhammad, Pembiayaan Dana Bank Syari’ah, h. 24
31
g. Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (dept to
equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku, termasuk dalam surat utang (convertible bonds) dengan opsi saham
(equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank Syariah
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah. 26
h. Transaksi Rekening Administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi (off balance
sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank syariah, bank
garansi, akseptasi/endosemen, Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih
berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C, dan garansi
lain berdasarkan prinsip syariah.
i. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah instrument pengendalian moneter yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kelebihan likuiditas
Bank Syariah berdasarkan prinsip syariah.27
2. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan
adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan:
26 Muhammad, Pembiayaan Dana Bank Syari’ah, h. 24 27 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, (Jakarta : DSN-MUI,2006), Ed.
Revisi,Cet ke3, h. 232
32
Pinjaman Qardh
Pengertian qardh menurut ulama Hanafiyah adalah ”sesuatu yang diberikan
seseorang dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk memenuhi
kebutuhannya”, sementara, definisi qardh menurut ulama Malikiyah adalah
”suatu penyerahan harta kepada orang lain yang tidak disertai iwadh
(imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya”.28
Pengembalian dana qiradh ini dapat dilakukan secara tunai atau langsung
ataupun secara cicilan tergantung dari pendapatn yang dimiliki oleh nasabah dan atas
kesepakatan/toleransi dari pihak peminjam (bank).
Diatas telah dijelaskan berbagai akad yang terdapat dalam Perbankan
Syari’ah, sebagai upaya untuk memberi jalan/solusi bagi masyarakat untuk
bertransaksi secara syari’ah tanpa khawatir adanya sesuatu yang bathil dan
mengandung riba di dalamnya. Dimana setiap produk-produk yang dikeluarkan oleh
perbankan syari’ah harus berdasarkan syari’at Islam, yang jauh berbeda dari produk-
produk bank konvensional yang lebih mengutamakan pendapatannya dari hasil bunga
(riba).
Produk-produk perbankan tersebutlah yang membedakan sistem operasional
antara bank syariah dan bank konvensional, karena di dalam transaksi perbankan
syariah lebih menekankan pada ke-transparan-an informasi antara bank, nasabah dan
Dana Pihak Ketiga (DPK), baik yang berkaitan dengan produk yang berbasis jual beli
seperti pembiayaan murabahah, salam dan istihna’ ataupun produk-produk lain yang
28 Ah Azharuddin, Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta : UIN Press, 2005), Cet ke1, h. 150
33
menjalankan prinsip bagi hasil, sewa menyewa dan lain sebagainya. Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi apa yang disebut dengan La tadzlimuuna walaa
tudzlamuun. Tidak menzhalimi dan saling menzhalimi antara nasabah dan bank.
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
1. peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2. tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan
aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak
minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3. meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan
peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya.
Sebab upaya produksi tidak akan jalan tanpa adanya dana.
4. membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sector-sektor usaha
melalui penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan
menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan
kerja baru.
34
5. terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari
hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat.
Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.29
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
1. upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.
2. upaya meminimalkan risiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan
risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh
melalui tindakan pembiayaan.
3. pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan melalui mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya
manusia serta sumber daya modal.
4. penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada
pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam
kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat
menjembatani dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus)
dana30.
29 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 17 30 Ibid, h. 17
35
Sedangkan fungsi pembiayaan, yaitu :
1. meningkatkan daya guna uang.
2. meningkatkan daya guna barang.
3. meningkatkan peredaran uang.
4. menimbulkan kegairahan usaha.
5. stabilitas ekonomi.
6. sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 31
Pembiayaan adalah salah satu fungsi dan kegiatan utama suatu perbankan,
baik bank syari’ah maupun bank konvensional, adanya pembiayaan yang dilakukan
oleh suatu bank dapat memberikan dampak positif yang besar bagi suatu masyarakat,
bahkan tidak hanya masyarakat saja yang untung dari adanya pembiayaan tersebut,
tetapi juga nasabah kreditur yang menaruh uangnya pada bank tersebut, bank itu
sendiri bahkan negara pun terkena dampak yang positif, yaitu dengan adanya
pembiayaan, maka pengangguran akan berkurang dengan sendirinya sedikit demi
sedikit ekonomi masyarakat akan meningkat dan berkurangnya kesenjangan sosial
antara orang kaya dan orang miskin.
4. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan ekonomi,
yang biasa pula disebut qiradh yang berarti al-qath’ (potongan). Kata mudharabah
berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al-ardh, yakni bepergian
31 Ibid, h.19-21
36
untuk urusan dagang. Secara bahasa, menurut Abdurrahman al-Jaziri, mudharabah
berarti ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai
modal usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara mereka berdua,
dan bila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.32
Menurut Veithzal Rivai, dalam bukunya dijelaskan bahwa al-Mudharabah
adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (seratus persen) kebutuhan modal (sebagai
penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan
nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan
untuk ini nasabah sebagai penglola (mudharib) menyediakan keahliannya.33
Mudharabah berdasarkan ahli fiqih merupakan suatu perjanjian dimana
seseorang memberi hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang dimana
keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah disetujui,
seperti 1/2 dari keuntungan atau 1/3 dan sebagainya.34 Sedangkan secara teknis al-
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola.35
32 Helmi, Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1997), Ed.1, Cet ke 2,
h. 11 33 Veithzal, Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur & Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir & Nasabah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 427
34 Muhammad, Muslaehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994), Cet ke 2, h. 63
35 Aries, Mufti dan M Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, (Jakarta : MES, 2006), h. 64
37
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa, mudharabah
merupakan suatu akad kerja sama antara seseorang dalam hal ini bertindak sebagai
penyandang dana (shahibul maal) dengan seseorang yang menjadi pengelola
(mudharib) atas kerjasama yang telah mereka sepakati dan dengan nisbah/pembagian
keuntungan yang telah mereka sepakati pula sebelumnya, dan apabila terjadi kerugian
dalam pekerjaan/proyek tersebut, maka menjadi tanggungan shahibul maal kecuali
apabila kesalahan/kerugian tersebut akibat kelalaian pengelola, maka pengelola-lah
yang bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha.36
Hal ini tampak dari ayat-ayat dan hadis berikut ini :
…
…. Artinya : “…….dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah…” (Q.S. Al-Muzammil :20)
Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah….” (Q.S. Al-Jumu’ah : 10)
36 Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Bogor : Tazkia Institute, 2001),
h. 136
38
⌧
Artinya : ”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu....” (Q.S Al-Baqarah : 198) Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya Sayyidina Abbas jikalau
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan menuruni lembah yang berbahaya.
Apabila menyalahi peraturan, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana
tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah saw. Rasul pun
memperkenankannya. (Hadits dikutip oleh Imam Alfasi dalam Majama’assawaid
4/161)37.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an diatas, dapat kita ketahui bahwa kata
”yadhribuuna fil’ardh” mengandung arti bahwa untuk mencari karunia Allah dapat
dilakukan secara mudharabah dan hukumnya adalah boleh dan sah, karena sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dengan tidak merugikan salah satu pihak, dalam arti
salah seorang diantara yang berakad tidak berbuat curang untuk mendapatkan nisbah
yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Dalam hadits tersebut juga jelas, bahwa
apabila terjadi suatu pelanggaran dalam perjanjian mudharabah yang diakibatkan
karena kelalaian nasabah,maka nasabahlah yang bertanggungjawab atas
kerugian/kesalahan tersebut sesuai dengan kesalahan yang mudharib buat.
5. Jenis-jenis Mudharabah
37 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah; Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, (Yogyakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), Ed.1, h.50
39
Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu : Mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah (investasi tidak
terikat)38 adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesisikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis. Dalam bahasan fiqih ulama Salaf ash Shalih seringkali dicontohkan
dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.39
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat)40 atau disebut juga dengan
istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthalaqah. Si mudaharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu
dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan
umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.41
6. Manfaat Pembiayaan Mudharabah
38 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah; Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, h. 48
39 M. Syafi’I Antonio, h. 137 40 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah; Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, h. 48
41 M. Syafi’I Antonio, h. 137
40
Beberapa manfaat al-mudharabah diantaranya:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga
bank tidak akan pernah mengalamai negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.42
7. Risiko Pembiayaan Mudharabah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembiayaan mudharabah
merupakan sistem kerja sama usaha antara dua pihak/lebih dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) dana kegiatan usaha sesuai dengan
42 Aries, Mufti dan Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, (Jakarta : MES, 2006), h. 65-66
41
kebutuhan pembiayaan kepada pengelola dana (mudharib) untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut al-mudharabah merupakan salah satu
investasi/pembiayaan yang memiliki risiko cukup tinggi, diantaranya : side
streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak,
lalai dan kesalahan yang disengaja, penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila
nasabahnya tidak jujur.43
Sementara itu, pendapat yang tidak berbeda mengenai risiko yang ditimbulkan
dari pembiayaan mudharabah dikemukakan oleh Veithzal Rivai, yaitu:
a. Dana yang diperoleh nasabah disalah gunakan untuk keperluan/tujuan lain
menyimpang dari kesepakatan semula
b. Nasabah melakukan kesalahan yang disengaja, atau kelalaian yang tidak
disengaja
c. Nasabah tidak jujur menyampaikan perkembangan bisnis/usaha.44
8. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada :
1. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya.
43 Aries, Mufti dan Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, h. 66 44 Veithzal, Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook : Teori,
Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.430
42
2. Deposito biasa.
3. Deposito special (special invesment), dimana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau
ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :
1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal perdagangan dan jasa
2. Investasi khusus : disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh shahibul maal. 45
Dalam praktiknya di lembaga keuangan, pembiayaan berbasis bagi hasil,
mudharabah biasanya diterapkan pada pembiayaan untuk modal kerja calon/nasabah,
sebagai tambahan atau modal utama untuk menjalankan suatu bisnis
Proses/alur pembiayaan mudharabah dalam perbankan syari’ah dapat
digambarkan seperti pada skema di bawah ini.
Gambar 1
Skema aplikasi perbankan al-Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian/ Modal 100% keterampilan
45 M. Syafi’I Antonio, Bank Syar ngenalan Umum, (Bogor : Tazkia Institute, 2001), Ed.Khusus, h. 138
iah Suatu Pe
Nasabah (Mudharib)
Bank (Shahibul maal)
Proyek/usaha
Pembagian Keuntungan
43
Nisbah X% Nisbah Y%
Pengambilan modal pokok
Modal
Keterangan: • Bank bertindak sebagai shahibul maal (penyedia dana)dan nasabah
sebagai mudharib • Bagi hasil (keuntungan dan kerugian) dihitung berdasarkan nisbah yang
disepakati (nasabah = X% dan bank = Y%).46
Dari skema pembiayaan al-mudharabah di atas dapat dijelaskan, bahwa
terjadi kontrak perjanjian pembiayaan dengan kesepakatan sistem bagi hasil
keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) antara bank yang bertindak
sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib, dimana bank menyediakan
dana 100% (seluruhnya) atas kerja sama tersebut dan nasabah menyediakan
keahlian/keterampilan yang ia kuasai sesuai dengan kontrak tersebut, dan pada saat
akad perjanjian tersebut terdapat kesepakatan pembagian keuntungan dan kerugian
yang dihitung berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebesar X% : Y% (nasabah :
bank), pada saat pembagian keuntungan tersebut nasabah juga mengembalikan modal
pokok pembiayaan kepada bank.
C. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
46 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah; Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, h. 65
44
Kredit bermasalah atau (Non Performing Loan/NPL) dan dalam perbankan
syariah di kenal dengan Non Performing Loan (NPF) dapat diartikan sebagai
pinjaman ynag mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesengajaan atau
faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah dalam
pengklasifikasian perbankan yaitu kredit yang berada dalam penggolongan kualitas
kredit kurang lancar, diragukan dan macet.
NPL/NPF = Total Kredit/Pembiayaan Bermasalah
Kredit/Pembiayaan
NPL/NPF adalah hasil pembagian total pembiayaan/kredit bermasalah
(kurang lancer, diragukan dan macet) terhadap total pembiayaan atau kredit (diluar
pembiayaan atau kredit antar bank).47
Pembiayaan bermasalah adalah “suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu
penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan
kelambatan dalam pengembalian. Atau diperlukan tindakan yuridis dalam
pengembalian atau kemungkinan potensial loss”. Atau dengan kata lain, pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan yang berada pada colletibility: dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.48
Dalam buku karangan Veithzal Rivai, Credit Management Handbook ada
beberapa pengertian kredit bermasalah, yaitu:
47 Watna wait, Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah, (Jakarta : STIEI, 2009), h. 16 48 Training Financing, Hand Out, Muamalat Institute, h. 254
45
a. Kredit yang didalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang
diinginkan oleh pihak bank.
b. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam
bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda
keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang
bersangkutan.
c. Kredit di mana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian,
sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah
sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank
dalam arti luas. 49
Dalam sumber yang berbeda, disebutkan bahwa kredit macet adalah suatu
keadaan di mana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat
pada waktunya.50 Jadi, pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan/peristiwa
dimana seorang nasabah tidak dapat mengembalikan sejumlah dana yang dipinjam
kepada bank berdasarkan waktu yang telah ditetapkan pada waktu akad perjanjian.
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Penyebab timbulnya suatu kredit atau pembiayaan bermasalah terdiri dari
faktor internal dan eksternal suatu perbankan.
49 Veithzal, Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Managaement Handbook: teori,
konsep, prosedur dan aoliksi penduan praktis nahasiswa, banker dan nasabah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), Edisi 1, h. 476
50 Gatot, Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta : Djambatan, 1996), Edisi Revisi, Cet ke 2, h. 131
46
Faktor Internal, yaitu penyebab pembiayaan bermasalah yang berasal dari
bank itu sendiri, sebagai berikut :
Kualitas pejabat bank
Setiap pejabat bank manapun dituntut untuk dapat bekerja secara professional.
Namun tidak semua pejabat bank mempunyai kualitas kerja yang baik. Pejabat yang
bekerja tidak professional tentu sulit diharapkan dapat memperoleh hasil yang
memadai. Terutama di bagian kredit, pejabat yang demikian dapat mempengaruhi
penyaluran kredit yang tidak sebagaimana mestinya.51
Persaingan antar bank
Jumlah bank yang beroperasi terus meningkat, mengakibatkan persaingan antar bank
semakin ketat. Dalam melakukan persaingan, setiap bank selalu berusaha untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, guna mendapatkan nasabah
yang banyak. Dalamsituasi dan kondisi demikian, mempengaruhi bank untuk
bertindak spekulatif, dengan member fasilitas yang mudah kepada nasabahnya,
dengan mengabaikan prinsip-prinsip perbankan yang sehat.
Hubungan ke dalam
Yang dimaksud adalah, hubungan bank dengan perusahaan-perusahaan yang
tergabung dalam kelompoknya, selain itu hubungan bank dengan pengurus maupun
pemegang saham. Dari adanya hubungan tersebut, bank dalam melayani kepentingan
51 Ibid, h 133
47
nasabah-nasabah dari “dalam” cenderung lebih mudah dibandingkan dengan nasabah-
nasabah lainnya.
Pengawasan
Setiap tindakan bank dalam menyalurkan fasilitas pembiayaan selalu dibarengi
dengan tindakan pengawasan. Tindakan tersebut selain dilakukan dari dalam bank itu
sendiri juga diawasi oleh bank Indonesia. Terlepas dari pengawasan itu dilakukan,
apabila bidang pengawasan lemah, maka akan mengakibatkan prinsip-prinsip
perbankan tidak dapat dijalankan dengan baik di dunia perbankan.52
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh nasabah
pembiayaan, seperti nasabah side streaming; nasabah menggunakan dana tidak sesuai
akad, nasabah beritikad tidak baik, lalai , nasabah tidak jujur dan lain sebagainya.
Dan juga dapat terjadi akibat perubahan pada eksternal environtment diidentifikasi
penyebab timbulnya kredit bermasalah, seperti perubahan-perubahan political dan
legal environment, deregulasi sector real, financial dan ekonomi menimbulkan
pengaruh yang merugikan kepada seseorang nasabah. Perubahan tersebut merupakan
tantangan terus-menerus yang dihadapi oleh pemilik dan pengelola perusahaan. Satu
kunci menuju pengelolaan sukses dari suatu usaha adalah kemampuan mengantisipasi
perubahan dan cukup fleksibel dalam mengelola usahanya. Problem loan akan timbul
52 Ibid, h 134
48
oleh eksternal environment sebagai akibat gagalnya pengelola dengan tepat
mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut seperti :
1) Kondisi perekonomian
2) Perubahan-perubahan peraturan
3) Bencana alam.53
3. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak dapat
dihindari dalam proses pembiayaan54 didalam suatu institusi perbankan, maka
penanganan pembiayaan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Oleh karena itu, apabila begitu dideteksi ada gejala kredit/pembiayaan bermasalah,
maka harus segera diambil langkah penanganan sebelum masalah tersebut akan
menjadi masalah besar.
Dari hasil survey yang dilakukan pada bank syariah di Yogyakarta ditemukan,
bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektabilitas
pembiayaan55, sebagai berikut:
1. Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara:
a. pemantauan usaha nasabah.
b. pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan.
53 Veithzal, Rivai dan Andria Permata Veithzal, h. 479 54 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 168 55 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 268
49
2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:
a. pembinaan anggota.
b. pemberitauan dengan surat teguran.
c. kunjungan lapangan atau silaturrahmi oleh sebagian pembiayaan kepada
nasabah.
d. upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali
jangka waktu angsuaran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat
dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil keuntungan atau bagi
hasil.
3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:
a. membuat surat teguran atau peringatan.
b. kunjungan lapangan atau silaturrahmi oleh sebagian pembiayaan kepada
nasabah secara lebih bersungguh-sungguh.
c. upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka
waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan
dengan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.
4. Pembiayaan diragukan/macet, dilakukan dengan cara:
a. dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran
serta memperkecil jumlah angsuran.
b. dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin atau bagi hasil usaha.
c. dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan al-
Qardhul Hasan.
50
Dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya hampir setiap lembaga keuangan
mempunyai permasalahan dalam proses pengembalian pinjaman tersebut dengan
nasabahnya, baik disebabkan karena faktor intern maupun faktor ekstern, akan tetapi,
sebelum kedua faktor tersebut semakin menjadi masalah besar, maka harus dideteksi
gejala dini permasalahan tersebut berdasarkan pada kolektibikitas pembiayaan, yang
dapat digolongkan menjadi kolektibilitas lancar, potensial bermasalah, pembiayaan
kurang lancar dan pembiayaan diragukan/macet.
D. Kajian Pustaka Terdahulu
1. Khairunnisa
Judul skripsi : Permasalahan dan Risiko Pemberian Pembiayaan Mudharabah
kepada Pengusaha Kecil (studi kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Tangerang).
Penelitian dilakukan pada tahun 2004 dengan hasil penelitian sebagai berikut:
Menurut penulis, pembiayaan mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah
belum menjadi wahana utama untuk memobilisasindana masyarakat, hal ini
dikarenakan masih banyaknya permasalahan dan masih bearnya resiko dalam
pemberian pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil, pembiayaan
mudharabah pada tahun 2002 hanya mencapai 23% dibanding dengan pembiayaan
murabahah sebesar 77%.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh BPRS Harta Insan Karimah dalam
memberikan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil, dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
51
1). Dari sisi pengusaha
Umumnya usaha kecil memiliki tingkat kelayakan yang masih rendah akibat
adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen dan
organisasi.
2). Dari sisi perbankan
Permasalahan yang muncul adalah sulitnya memperoleh usaha kecil yang
layak, tingginya biaya transaksi, tingginya resiko dan terbatasnya sumber
daya insani.
Adapun kiat khusus yang telah dilakukan oleh BPRS Harta Insan Karimah
dalam mengatasi resiko pemberian pembiayaan mudharabah diantaranya dengan
membentuk bagian yang khusus menangani masalah-masalah yang bermasalah dalam
pengembalian dana pembiayaan yang disebut Bagian Pengawasan dan Pembinaan
Pembiayaan (PPP).
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh PPP dalam mengatasi pembiayaan
bermasalah diantaranya :
a. Restructure
b. Reschedule
c. Penyitaan barang jaminan
d. Write off
2. Nur Julizar
52
Judul skripsi : Sistem Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah dalam
Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Kajian terhadap Bagaimana Seharusnya
Manajemen Risiko Bank Syari’ah. Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan hasil
penelitian sebagai berikut :
1). Sistem operasional yang membedakan antara Bank Syariah dengan Bank
Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil, dalam Bank Syariah
yang menggantikan sistem bunga pada Bank Konvensional.
2). Kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan sistem keuangan
syariah dapat diterapkan sebagai sarana untuk mengembangkan antara dua
kepentingan (lenders-borrowers) dan dalam hal manajemen resiko, Bank
Syariah seharusnya memiliki konsep yang komprehensif aplikatif (bukan
sekedar mengadopsi konsep yang telah ada) sehingga dalam memutuskan
sebuah kebijakan pembiayaan tidak mengalami resiko.
3). Yang membedakan sistem manajemen resiko Bank Syariah dan Bank
Konvensional terletak pada pemberdayaan potensi sumber daya manusia
yang menyangkut budaya (culture) kerja bank, dimana misi Bank Syariah
tidak hanya berorientsi pada keuntungan keduniawian (khairul fiddunya)
tetapi juga berorientasi pada keuntungan ukhrowi (kahairul filakhirot)
yang berpengaruh pada etos, orintasi dan mental sumber daya insani Bank
Syariah sebagai pelaksana sistem pengelolaan resiko.
3. Harun Masykur
53
Judul skripsi : Manajemen Risiko Operasional Bank Syari’ah, studi pada Unit
Usaha Syari’ah Bank Bukopin. Penelitian dilakukan pada tahun 2008 dengan hasil
penelitian sebagai berikut :
1). Proses identifikasi risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan setiap
awal periode pelaksanaan kegiatan dan diperbaharui setiap tiga bulan.
Proses identifikasi ini dilakukan oleh Internal Control Cabang dan Kepala
Cabang yang akhirnya di monitoring oleh Divisi Manajemen Risiko
Kantor Pusat.
2). Proses pengukuran risiko operasional UUS Bank Bukopin menggunakan
metode matrik Delphi 5x5, yaitu perkalian score dampak dan frekuensi
risiko operasional, kemudian hasilnya ditrendkan dengan risiko yang sama
pada Divisi dan Kantor Cabang lain. Setelah diukur, risiko operasional
dipetakan agar manajemen dapat mengetahui risiko operasional yang
harus di mitigasi terlebih dahulu.
3). Proses pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan oleh
pemilik risiko (owner risk) atau Kantor Cabang. Setiap Kantor Cabang
UUS Bank Bukopin memiliki prosedur dan sistem back up contingency
plan, dan sistem keamanan data ware-house yang baik. Teknik mitigasi
dan pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin diantaranya
adalah asuransi dan outsourcing.
54
4). Hambatan manajemen risiko operasional adalah kesulitan mengumpulkan
data risiko operasional dan kepekaan karyawan dalam manajemen risiko
operasional.
4. Agus Faizin
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep Restrukturisasi
Pembiayaan Mudharabah Non Performing dan Pengaruhnya terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Analisis Fiqh dan Keuangan (Studi Kasus
pada BNI Syariah). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 dengan hasil penelitian
sebagai berikut :
a. Penggolongan pembiayaan mudharabah bermasalah di dasarkan atas derajat
kolektibilitas, yaitu prospek usaha, kinerja nasabah dan kemampuan
membayar angsuran pokok ditambah margin bagi hasil jika prospek usaha,
kinerja nasabah menurun serta menunggak selama 90 hari, maka
restrukturisasi ini dapat dilakukan.
b. Restrukturisasi pada BNI Syariah, dilakukan pada nasabah yang memiliki
bisnis dan kondisi keuangan yang masih dapat diperbaiki. Sedangkan
risiko bisnis yang bukan disebabkan oleh kelalaian nasabah dalam
mengelola dana seperti huru hara, bencana alam dapat dilakukan dengan
55
memberikan fasilitas pembiayaan ulang, penundaan pembayaran dengan
memperpanjang jatoh tempo, memperkecik margin bagi hasil dan
merubah sistem pembiayaan dari Profit Loss Sharing menjadi Revenue
Sharing.
c. Restrukturisasi dapat juga dilakukan dengan menambahkan plafond/pokok
pembiayaan dan pengurangan margin dapat mempengaruhi PPAP yang
harus dibentuk sedangkan dengan penambahan waktu tudak
mempengaruhi PPAP.
d. Dalam pengakuan laba setelah adanya restrukturisasi menggunakan cash
basis yang sesuai dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia) yaitu pengakuan pendapatan pada pembiayaan bermasalah
diakui pada saat laba tersebut benar terjadi.
5. Ifah Latifah
Judul Skripsi : Peranan Account Officer (AO) dalam menekan pembiayaan
bermasalah (Studi Kasus pada BPRS Harta Insan Karimah). Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2007 dengan hasil penelitian sebagai berikut :
a. factor penyebab pembiayaan bermasalah, antara lain :
1). Faktor Intern, seperti petugas (AO) dan system. AO kurang baik dalam
menilai/menganalisis data calon nasabah. Sistem seperti pengawasan
56
yang kurang intensif dari AO sehingga permasalahan yang terjadi
tidak dapat terdeteksi secepat mungkin.
2). Faktor Ekstern, seperti kondisi nasabah yang sedang menurun, adanya
I’tikad kurang baik dari nasabah dalam hal pembayaran, nasabah
kurang mampu dalam mengelola usaha, kebijakan pemerintah yang
kadanga tidak memihak pada perkembangan usaha kecil dan
menengah, sehingga menyulitkan berkembangnya usaha nasabah dan
terjadi bencana alam.
b. tugas, wewenang dan tanggung kawab AO, antara lain :
Memproses calon nasabah sehingga menjadi nasabah dan
membinanya, mengadakan dan menghadiri pertemuan dengan nasabah,
membuat anggaran kegiatan pemasaran, promosi dan rencana kerja,
melakukan pendekatan pemasaran dengan nasabah, membuat analisa
pembiayaan, surat keputusan dan penutupan asuransi, serta meneliti dan
melaporkan kegiatan/aktivitas yang tidak normal.
c. Analisis dan proses kerja AO, yaitu menganalisa permohonan pembiayaan
dengan menggunakan prinsip 5C serta aspek management, pemasaran teknis,
keuangan, yuridis, dan sosio ekonomi; mengumpulkan persyartan
administrasi, pembuatan proposal analisa pembiayaan dengan langsung
survey ke alapangan untuk melihat, menganalisa dan menilai kelayakan usaha
57
nasabah; memutuskan pembiayaan dan pembuatan Media Pencairan
Pembiayaan (MPP) serta penandatangan dan realisasi pembiayaan.
Adapun usaha AO dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah
berhati-hati dalam pemberian pembiayaan dengan mengikuti prosedur yang
baik, melakukan pendekatan dengan nasabah dengan melakukan kunjungan ke
tempat usaha/rumah nasabah untuk melihat penyebab pembiayaan
bermasalah, mengawasi terus menerus penggunaan pembiayaan dan
pengawasan terhadap perkembangan cadangan penghapusan pembiayaan,
melakukan rescheduling, restructuring dan write off.
Sedangkan skripsi yang penulis bahas dalam penulisan skripsi ini adalah
untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan pembiayaan mudharabah Bank
Muamalat, apa yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah
bermasalah dan bagaimana penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam
menangani pembiayaan mudharabah bermasalah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu apabila nasabah ingin
melakukan/mengajukan pembiayaan mudharabah, maka pertama-tama yang harus
dilakukan oleh nasabah adalah nasabah mengajukan proposal permohonan
pembiayaan mudharabah kepada Bank Muamalat, langkah selanjutnya adalah
nasabah mengisi formulir pembiayaan mudharabah, kemudian pihak bank melakukan
verifikasi data nasabah berupa analisa kelayakan nasabah dengan melakukan
58
kunjungan ke tempat nasabah, baik dirumah, kantor atau tempat usaha (on the spot),
mencari informasi dari orang-orang sekitar nasabah tentang keadaaan nasabah
tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pihak bank/AO mengajukan
Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) kepada Komite Pembiayaan untuk di
pelajari/teliti lebih lanjut, setelah itu keputusan pembiayaan oleh komite pembiayaan,
apabila pembiayaan disetujui, maka langkah selanjutnya adalah penandatangan akad
dan pencairan dana pembiayaan dan terakhir yang dilakukan oleh pihak bank adalah
pemantauan usaha nasabah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pembiayaan mudharabah
adalah terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari
pihak bank itu sendiri sedangkan factor eksternal berasal dari luar bank, yaitu nasabah
dan bisa juga dari kondisi ekonomi mikro/makro suatu Negara atau juga bisa terjadi
karena bencana alam.
Upaya penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat untuk mengatasi
pembiayaan bermasalah, yaitu dengan melakukan pemantauan/peninjauan langsung
kepada nasabah untuk mengetahui lebih jelas keadaan yang terjadi, setalah diketahui
penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, tindakan yang dilakukan selanjutnya
adalah melakukan resctructuring, rescheduling, penyitaan barang jaminan dan
tindakan terakhir yang dilakukan pihak bank apabila pembiayaan tersebut sudah tidak
dapat atasi lagi adalah dengan melakukan write off atau tutup buku.
59
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk
A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H
atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat
juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham
Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatangan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor,
diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.1
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka
di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Krisis
moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian
Asia Tenggara. Sektor perbankan terbelit negative spread dan bencana kredit macet.
1 Annual Report, Laporan Akhir Tahun Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008, h. 4
59
60
Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh
rekapitalisasi dari pemerintah.2
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal
yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB)
yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Mumalat. Oleh karenanya,
kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamlat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya
dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan
syari’ah secara murni.3
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota
Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar
rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran
modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun
terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak
2 Annual Report, h. 5 3 Ibid, h. 5
61
memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa
percaya diri Kru Muamlat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan
Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja
Muamalat menajdi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-
tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluangusaha menjadi
sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa
Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki
tahun 2004 dan seterusnya. Hingga akhir athun 2004, Bank Muamalat tetap
merupakan bank syari’ah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp
5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba
bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.4
Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawal fatwa MUI tentang
haramnya buga bank, yaitu dengan di luncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir
untuk memberikan pelayanan di wilayah yang sebelumnya belum terlayani (unserved
area) dan serta merta menggugurkan unsure ketidaktersediaan jaringan pelayanan
perbankan syari’ah yang memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut. Berkat
terobosan ini, Shar-E meraih predikat The Most Innovative Product untuk kategori
“Customer Modes of Entry” dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi/Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Shar-E tidak hanya memperluas
4 http:www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile, di akses pada tanggal 11
November 2009
62
jaringan pelayanan, namun juga berdampak pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan
menambah jutaan rekening penabung baru. Sejak kehadiran Shar-E Bank Muamalat
berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan.5
Ditunjang oleh inovasi Share-E, Bank Muamalat kemudian mengembangkan
strategi WAR, yaitu singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote, yang
memungkinkan Bank Muamalat menjangkau pelosok-pelosok Indonesia yang
sebelumnya tidak terlayani oleh perbankan syari’ah.
Dari tahun 1998 hingga 2008, total aktiva Bank Muamalat meningkat sebesar
25,3 lipat menjadi Rp 12,60 triliun, jumlah ekuitas tumbuh sebesar 23,6 kali lipat
menajdi Rp 966 miliar, sedangkan jumlah nasabah berkembang hingga menjadi 2,9
juta nasabah. Bank Muamalat berhasil menutup tahun krisis financial global 2008
dengan peningkatan laba bersih 43% menjadi Rp 207 miliar, di kala laba sektor
perbankan konvensional nasional secara agregat menurun sebesar 13% dan laba
perbankan syariah pun turun sebesar 20%. Bank Muamalat pun berhasil
memaksimalkan nilai kepada pemegang saham dengan ROE sebesar 33% 6.
Hasil-hasil tersebut semakin mengukuhkan pertumbuhan keunggulan serta
nilai-nilai spiritual yang dianut oleh Bank Muamalat sebagai Bank Pertama Murni
Syari’ah di Indonesia.
5 Annual Report, Laporan Akhir Tahun Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008, h. 6 6 Annual Report, h 7
63
B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Untuk memberikan arah bagi perjalanan operasional perusahaan, maka pada
tahun 2003 PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, menetapkan visi dan misi perusahaan
yaitu:
Visi : Menjadi bank syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
di kagumi di pasar rasional.
Misi : Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syari’ah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.7
7 http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi.misi,di akses tanggal 11 november 2009
64
C. Struktur Organisasi PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Shareholders Meeting
Board of Commissioners President Director Sharia Supervisory Board
Bussiness Units • Opr. Head office • Coordinating
branches& branches office
• DPLK
IAG
KPNO ADMINISTRATION
& FINANCING
COMPLIANCE & CORPORATE
SUPPORT
Corporate Support • CORP Secretary • Communication
& Publik Relation • Corp Legal &
Investor Relation • Protocolair &
Internal Relation
Administration • MIS & TAX • Personnel
Administration & Logistic
• Technical Support &Data Center
• Opr. Supervision & SOP
Bussiness Innovation • Sistem Development & SOP • Product Development
&Maintenace • Treasury • Network Alliance (POS, Da’i
Muamalat, Pegadaian • Shar’e & Gerai Optimizing • Virtual Banking Operations (Call
Center&Card Center)
Compliance & Risk Management
Financing & Settlement
• Financing Supervision & SOP
• F.I Sharia Financial Institution
• Financing Product Development
• Resident Auditor • ADM & IT Sistem • Data Control • Fiancing &Traesury • Monitoring&Audit
Analysis
BUSSINESS (POLICY&SUPP)
BUSSINESS (FUNDING & INDIVIDUAL)
BUSSINESS (NET&ALLIANCE)
65
Struktur Kepengurusan Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Ketua
K.H.M.A. Sahal Mahfudh
Anggota Anggota
K.H Ma’ruf Amin Prof. Dr. H. Muardi Shihab
Anggota
Prof. Dr. H. Muardi Chatib
Dewan Direksi
Komisaris Utama
Drs. H. Abbas Adhar
Komisaris Komisaris
Prof. Korkut Ozal Dr. Ahmed Abisourour
Komisaris Komisaris
Drs. Aulia Pohan, M.A H. Iskandar Zulkarnain, S.E. MSi
66
Direksi
Direktur Utama
H.A. Riawan Amin, M.Sc
Direktur Direktur
Ir. H. Arviyan Arifin H.M. Hidayat, S.E.Ak
Direktur Direktur
Ir. H. Andi Buchari, M.M Drs. Saefudin Noer, M.Si
D. Produk-produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
1. Produk Penghimpunan Dana a. Shar-E
Shar-E adalah tabungan instant Investasi syariah yang memadukan
kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat
dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Diinvestasikan hanya untuk usaha halal
dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di semua ATM di
seluruh Indonesia (ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama).
*) Online di seluruh Indonesia.
b. Tabungan Ummat
Merupakan investasi tabungan dengan akad mudharabah di Counter bank
muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya
67
dapat dilakukan di seluruh counter bank muamalat, jaringan ATM
BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Nasabah memperoleh bagi hasil
yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.8
c. Tabungan Arafah
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah
untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk
merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu
pelaksanaan yang di inginkan. Keberangkatan nasabah terjamin dengan
asuransi jiwa, apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris otomatis
dapat berangkat. Tabungan haji arafah juga menjamin nasabah untuk
memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan ketentuan Departemen
Agama) dengan jumlah dana Rp 20 juta, karena bank muamalat telah On-line
dengan Siskohat Departemen Agama Republik Indonesia.
d. Tabungan Ukhuwah
Merupakan tabungan yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Republika,
untuk kemudahan pembayaran ZIS secara teratur dan otomatis dengan tiga
paket yang dapat dipilih yaitu Rp 25.000, Rp 50.000, Rp 100.000 nasabah
tidak dikenakan biaya atas pembuatan kartu atauapun jasa yang diberikan.9
8 Ibid, h. 103 9 Ibid, h. 103
68
e. Deposito Mudharabah
Merupakan jenis investasi berjangka bagi nasabah perorangan dan badan
hukum dengan bagi hsil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan
dikelola melalaui pembiayaan kepada sector riil yang halal dan baik saja,
sehingga memberika bagi hsil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1,3,6,
dan 12 bulan.
f. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan,
dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal Rp 2.000.000,-
atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat diperpanjang
secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan sebagai
jaminan pembiayaan atau referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh
bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan.
g. Giro Wadi’ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro dan
pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan
untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit,
tarik tunai bebas biaya di semua ATM di seluruh Indonesia (ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama).10
10 Ibid, h. 104
69
h. Dana Pensiun Muamalat
Dana pensiun muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18
tahun, atau sudah menikah,dan pilihan usia pension 45-65 tahun dengan iuran
sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya
dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat
ditransfer dari bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT
UMMAT, dimana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa
sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu.11
2. Produk Penanaman Dana
a. Konsep Jual Beli
• Murabahah adalah jual-beli barang sesuai harga asal yang
ditambahkan dengan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak
boleh berubah selama masa perjanjian.
• Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari
dimana pembayaran dilakukan di muka, secara tunai.
• Istishna adalah jual-beli barang dimana Shaani (produsen) ditugaskan
untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mushtani (pemesan).
Istishna sama dengan salam yaitu daris egi objek pesanannya yang
harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus.
Perbedaannya hanya pada sistem pembayrannya yaitu Istishna
11 Ibid, h 104
70
pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir
pesanan.12
b. Konsep Bagi Hasil
• Musyarakah adalah kerja sama dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung sesuai kesepakatan.
• Mudharabah adalah kerja sama antar bank dengan mudharib
(nasabah) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk
mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik modal (shahibul maal)
menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang (mudharib) untuk
dikelola. 13
c. Konsep Sewa
• Ijarah adalah perjanjian antara bank (Muajjir) dengan nasabah
(Mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank
mendapatkan imbalan jas atas barang yang disewakannya.
• Ijarah Muntahiya Biltamlik adalah perjanjian antara Bank (Muajjir)
denagn nasabah sebagai penyewa. Mustajir/penyewa setuju akan
membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila
12 Ibid, h 105 13 Ibid, h 105
71
sewa berakhir bank (muajjir) mempunyai hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.14
3. Produk Jasa
1). Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate.
Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberian
wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sesuai pemberi mandat) kepada
pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas
kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban
wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa.
2). Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
3). Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengetian lain, merupakan
pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi
tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
4). Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki
nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
14 Ibid, h 106
72
dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana
rahn adalah jaminan hutang atau gadai.
5). Qardh, menurut teknis perbankan qardh adalah pemberian pinjaman dari
bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak,
seperti dana talangan dengan criteria tertentu dan bukan untuk pinjaman
yang bersifat konsumtif. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayrannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.15
4. Jasa Layanan
a. ATM
Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan
dana tunai, pemindah bukuan antar rekening, pemeriksaan saldo,
pembayaran zakat-Infaq-Sedekah (hanya pada ATM Muamalat) dan
tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses
disemua ATM di sekuruh Indonesia (ATM BCA/PRIMA dan ATM
Bersama), yang bebas biaya penarikan tunai.
b. SalaMuamalat
Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center melalui (021)
2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan
15 Ibid, h 106
73
kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan dimanapun nasabah berada
untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi
transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN.
c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga
pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya
yang bekerja sama dengan Bank Muamalat, melalui Phone Banking dan
ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
d. Jasa-jasa lain
Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya kepada
masyarakat luas seperti transfer, collection, standing instruction, bank
draft, referensi bank.16
Di atas telah diuraikan dan dijelaskan berbagai macam akad dan produk yang
ada pada Bank Muamalat Indonesia, selaku Bank pertama yang menjalankan sistem
operasional perbankan berdasarkan syari’at Islam. Dimana dalam produk-produk
tersebut nasabah dan investor dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dan
jasa-jasa lain melalui Bank Muamalat tanpa harus mengkhawatikan adanya unsur
MAGHRIB (Maisir, Gharar dan Riba) dalam transaksi yang mereka lakukan dengan
Bank Muamalat Indonesia.
16 Ibid, h 107
74
E. Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT. BMI, Tbk
Tabel 3
Perkembangan Data Keuangan Bank Muamalat Indonesia, Tbk
No Keterangan 2006 2007 2008
1 Total Aktiva 8.370.59 10.569.08 12.596.72
2 Total Pembiayaan 6.628.09 8.618.05 10.517.86
3 Total DPK 6.837.43 8.691.33 10.073.95
4 Beban Operasional 174.77 221.37 309.10
5 Laba (Rugi) Bersih 108.36 145.33 207.21
Sumber: Annual Report 2008 Bank Muamalat Indonesia
1) Perkembangan Total Aktiva
Gambar 3.1
total aktiva
0200000400000600000800000
100000012000001400000
1 2 3
tahun
mili
ar r
upia
h
Series1Series2Series3
Sumber : Annual Report tahun 2008 Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Keterangan : dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa setiap tahun
total pertumbuhan aktiva mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun
2007, yaitu naik sebesar sebesar Rp. 2.198.49 miliar atau 26,26 % dibandingkan
75
dengan kenaikan pada tahun 2008 yang hanya sebesar 19,18%. Hal ini disebabkan
karena Bank Muamalat senantiasa beperan aktif dalam menghimpun dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dan berkat upaya serta dedikasi yang
kuat setiap kru muamalat ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan
syariah secara murni dan dengan dikeuarkannya terobosan produk terbaru berupa
kartu Share-E dan Bank Muamalat juga mengembangkan strategi WAR, yaitu
singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote, yang memungkinkan Bank
Muamalat menjangkau pelosok-pelosok Indonesia yang sebelumnya tidak terlayani
oleh Perbankan Syariah dan kegiatan tersebut dapat menambah total aktiva.
2) Perkembangan Total Pembiayaan
Gambar 3.2
total pembiayaan
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1 2 3
tahun
mili
ar r
upia
h
Series1Series2
Sumber : Annual Report tahun 2008 Bank Muamalat Indonesia, Tbk
76
Keterangan : dari gambar diatas dapat disimpulkan, bahwa total
pembiayaan yang telah disalurkan oleh Bank Muamalat kepada nasabahnya dari
tahun ke tahun juga mengalami kenaikan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2007 sebesar Rp. 1.98996 miliar atau sebesar 30,02% dibandingkan dengan kenaikan
yang terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 22,04% saja, peningkatan tersebut
didorong oleh kondisi makro ekonomi yang relatif stabil, sehingga peluang lebih
banyak bagi kegiatan usaha untuk masyarakat.
3) Perkembangan Total DPK
Gambar 3.3
total DPK
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1 2 3
Tahun
mili
ar r
upia
h
Miliar RupiahTotal DPK
Sumber : Annual Report tahun 2008 Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Keterangan : dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa pertumbuhan
total Dana Pihak Ketiga (DPK) setiap tahunnya mengalami kenaikan jumlahnya,
terlihat kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp.1.8539 miliar atau
sebesar 27,11% dibandingkan dengan peningkatan pada tahun 2008 hanya sebesar
15,91%. Kenaikan total DPK tersebut disebabkan karena Bank Muamalat telah
77
melakukan perluasan jaringan kantor pelayanan dan mengeluarkan produk yang dapat
membantu nasabahnya untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan berupa
produk kartu Share-E, dimana kartu kredit tersebut dapat membantu nasabahnya
untuk terhindar dari unsur riba dan Bank Muamalat juga telah menjalankan strategi
WAR yang semuanya bertujuan untuk menambah perluasan jaringan pelayanan,
terbukti pada tahun 2008 jumlah jaringan Bank Muamalat berjumlah 224 unit
dibandingkan dengan tahun 2007 sebanyak 213 unit. Perkembangan Bank Muamalat
tersebar hingga ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia sehingga berdampak pada
pertumbuhan jumlah nasabah penabung yang luar biasa dan menambah jutaan
rekening tabungan baru, sebanyak 1.980.070 pada tahun 2008. Kenyataan tersebut
mencerminkan bahwa perbankan syariah semakin diminati dan diterima oleh
masyarakat.
4) Perkembangan Laba (Rugi)
Gambar 3.4
total laba (rugi) bersih
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3
tahun
mili
ar r
upia
h
Series1Series2
Sumber : Annual Report tahun 2008 Bank Muamalat Indonesia, Tbk
78
Keterangan : berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa total
laba (rugi) bersih Bank Muamalat setiap tahunnya mengalami kenaikan, kenaikan
tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 207.21 miliar atau 42,6%
dibandingkan kenaikan yang terjadi pada tahun 2007 hanya sebesar Rp. 145,33 miliar
atau sebesar 3,41%. Kenaikan tersebut terjadi karena Bank Muamalat terus dan terus
meningkatkan jaringan pelayanannya hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Secara
umum, perbankan syariah nasional tumbuh cukup baik di tahun 2008, sehingga dapat
meningkatkan market share-nya dari 1,84% di tahun 2007 menjadi 2,14 % di tahun
2008.
Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Tabel 4
Perkembangan Rasio
(Dalam Persentase)
Keterangan 2006 2007 2008
FDR 83.60 99.16 104.41
CAR 14.23 10.69 10.83
BOPO 84.69 82.75 78.94
ROA 2.10 2.27 2.60
Sumber Annual Report Tahun 2008
79
1). Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan FDR, yang perkembangannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1
Perkembangan FDR
FDR
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
1 2 3
Tahun
dala
m p
erse
ntas
e
Series1
Sumber Annual Report Tahun 2008
Keterangan : dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun
FDR mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007, yaitu
sebesar 15,56% hal tersebut disebabkan karena terjadi kenaikan total Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang tidak diimbangi oleh total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank
Muamalat Indonesia kepada para nasabahnya.
Dan pada tahun 2008 FDR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar
5,25%, akan tetapi peningkatan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun
2007. Hal tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan total penyaluran
pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Muamalat yang tidak diimbangi dengan total
80
jumlah dana (DPK) yang terkumpul di Bank. Walaupun demikian, maka dapat
dikatakan bahwa kondisi keuangan Bank Muamalat baik, karena semakin tinggi nilai
FDR, maka kondisi keuangan suatu bank akan semakin baik pula. Jika dilihat dari
perkembangan FDR Bank Muamalat dari tahun 2006-2008 dapat disimpulkan bahwa
kondisi keuangan Bank Muamalat baik sekali.
2). Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Dalam hal
ini penulis menggunakan CAR atau rasio kecukupan modal untuk mengukurnya.
Gambar 4.2
Perkembangan CAR
CAR
0200400600800
1000120014001600
1 2 3
tahun
dala
m p
erse
ntas
e
Series1
Sumber Annual Report Tahun 2008
Keterangan : dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa telah tejadi
penurunan nilai CAR atau rasio kecukupan modal. Pada tahun 2007 nilai CAR
81
sebesar 10,69%, dimana rasio tersebut mengalami penurunan sebesar 3,54% dari
tahun 2006. Hal tersebut disebabkan karena bank belum mampu untuk memenuhi
kewajiban / menutupi hutangnya, baik hutang jangka pendek ataupun hutang jangka
panjang dari modal yang dimilikinya.
Sedangkan pada tahun 2008 CAR mengalami peningkatan sebesar 10,83%
atau sebesar 0,14% dibandingkan dengan tahgun 2007, keadaan demikian disebabkan
terjadi karena bank sudah mampu untuk memenuhi kewajibannya yang harus dibayar
dari modal yang dimilikinya.
3) Rasio Rentabilitas / Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba.
Dalam hal ini oenulis menggunakan rasio BOPO dan ROA yang perkembangannya
terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.3
Perkembangan BOPO
BOPO
760078008000820084008600
1 2 3
tahun
dala
m p
erse
ntas
e
Sumber Annual Report tahun 2008
82
Keterangan : dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan nilai
BOPO setiap tahunnya, pada tahun 2007 dan 2008 terjadi penurunan sebesar 1,94%
dan 3,81%, dan penurunan nilai besar terjadi pada tahun 2008. Hal tersebut
disebabkan karena kinerja bank yang semakin solid, antara lain melalui keberhasilan
perluasan jangkauan layanan ke seluruh provinsi di Indonesia dan juga berkat
penetrasi share-E serta keberhasilan strategi WAR yang semakin menjangkau ke
seluruh pelosok di Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai
BOPO, maka dapat dikatakan semakin baik kondisi keuangan suatu bank.
Gambar 4.4
Perkembangan ROA
ROA
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3
tahun
dala
m p
erse
ntas
e
Series1
Sumber Annual Report BMI tahun 2008
Keterangan : dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2007
nilai ROA sebesar 2,27% mengalami peningkatan sebesar 0, 17% dibandingkan
dengan tahun 2006, hal tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan laba yang
diimbangi dengan peningkatan total asset Bank Muamalat.
83
Dan pada tahun 2008 perkembangan ROA mengalami kenaikan sebesar
0,33%, kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. kenaikan
nilai ROA yang terjadi antara tahun 2007 dan 2008 disebabkan dengan keadaan yang
tidak jauh berbeda, yaitu bank mengalami peningkatan total asset, total jumlah
penyaluran pembiayaan, total DPK yang menyebabkan peningkatan laba. Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik kemampuan bank
dalam memperoleh laba.
BAB IV
ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah pada Bank Muamalat
Indonesia, Tbk
Gambar 5
Perkembangan pemberian pembiayaan mudharabah
perkembangan pembiayaan mudharabah
0500000000
1000000000150000000020000000002500000000
1 2 3
tahun
dala
m m
iliar
rupi
ah
Sumber : Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Keterangan : dari gambar diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
perkembangan pemberian pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat, pada tahun
2007 terjadi penurunan sebesar Rp 34 miliar atau 14% dibandingkan dengan tahun
2006.
Kondisi yang tidak berbeda juga terjadi pada tahun 2008, terjadi penurunan
pemberian pembiayaan mudharabah sebesar Rp 41,67 miliar. Hal tersebut
84
85
disebabkan karena krisis financial yang melanda hampir seluruh dunia, hal tersebut
dipicu oleh krisis sub-prime mortgage. Dampak serius yang ditimbulkan antara lain
dengan bertumbangannya lembaga-lembaga keuangan besar di dunia, sebagian yang
lain terpaksa menerima bantuan permodalan dari pemerintahnya masing-masing.
Krisis finasial global ini juga dirasakan oleh Indonesia, baik di pasar saham, pasar
modal dan tak terkecuali perbankan nasional.
Oleh karena itu, dilihat dari keadaan ekonomi yang terjadi di dunia, maka
Bank Muamalat mengambil keputusan untuk mengurangi penyaluran, khususnya
pembiayaan mudharabah kepada nasabah-nasabahnya. Selain karena kondisi krisis
finansial global pengurangan pembiayaan juga dilakukan karena untuk menerapkan
prisip kehati-hatian (prudent) karena dana yang terkumpul di Bank Muamalat yang
paling dominan berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK), oleh karena itu, Bank
Muamalat harus menjaga amanah yang telah dititipkan oleh nasabahnya untuk
menyalurkan dana-dana mereka kepada sesuatu yang dapat menghasilkan
keuntungan/bagi hasil yang memuaskan dengan prinsip syariah. Menurut catatan
Bank Indonesia, laba perbankan nasional secara agregat di tahun 2008 turun 13%
sementara laba yang diraih perbankan syariah juga turun 20%.
Untuk memperoleh dana pemberian pembiayaan mudharabah pada Bank
Muamalat, maka seorang nasabah harus mengikuti prosedur atau ketentuan yang
berlaku di Bank Muamalat, yaitu seorang nasabah harus melewati beberapa tahap,
diantaranya:
86
Pertama, seorang nasabah harus menyerahkan proposal pembiayaan
mudharabah dan mengisi formulir pembiayaan mudharabah yang telah disiapkan
oleh Bank Muamalat, dalam proposal tersebut setidaknya berisi tentang gambaran
umum usaha, lokasi, tujuan penggunaan pembiayaan dan lain-lain,
rencana/prospectus, perincian rencana penggunaan dana dan jumlah, jangka waktu
penggunaan dana tersebut.
Kedua, setelah nasabah mengajukan proposal permohonan pembiayaan,
langkah selanjutnya adalah pihak bank melakukan peninjauan/survey keadaan
nasabah, dengan melakukan prinisp 5 C, yaitu Character artinya sifat atau karakter
nasabah pengambil pinjaman, Capacity artinya kemampuan membayar nasabah untuk
menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil, Capital artinya
besarnya modal yang diperlukan peminjam, . Colateral artinya jaminan yang telah
dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank dan terakhir Condition artinya
keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak. Penilaian tersebut dilakuan untuk
mengetahui apakah informasi yang diberikan nasabah kepada bank benar adanya atau
tidak, dan kegiatan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan atau pemalsuan
data oleh nasabah.
Ketiga, setelah dilakukan penilaian nasabah oleh bank melalui laporan
kunjungan setempat, maka langkah selanjutnya adalah pengajuan MUP
(Memorandum Usulan Pembiayaan) yang meliputi :
• Analisa Pembiayaan ( Analisa Kualitatif dan Kuantitatif)
87
• Analisa Jaminan.
• Analisa Risiko.
• Evaluasi Kebutuhan Dana
• Penetapan Struktur Fasilitas
• Pengajuan MUP ke KPP (Komite Persetujuan Pembiayaan)
Selain melakukan analisa diatas, bank juga harus menganalisis risiko dari
pemberian pembiayaan tersebut, karena penilaian dini dari adanya pembiayaan
tersebut sangat dianjurkan agar ketika tejadi pembiayaan bermasalah bank muamalah
dapat segera mengatasinya dengan baik, tepat dan cepat.
Setelah pengajuan MUP ke KPP telah dilaksanakan, maka proses selanjutnya
adalah menunggu keputusan pembiayaan dari rapat komite. Setelah ada keputusan
dari rapat komite tentang persetujuan pembiayaan, maka langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan keputusan KPP, yang meliputi: penyampaian SPP (Surat Persetujuan
Pembiayaan) ke nasabah, dokumentasi dan administrasi serta penandatanganan akad
pembiayaan mudharabah tersebut dan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank
serta realisasi pembiayaan.
Tahap selanjutnya yang dilakukan bank setelah pembiayaan mudharabah
tersebut dicairkan adalah bank melakukan pemantauan terhadap usaha nasabah,
pemantauan tersebut dilakukan untuk mengetahui kegiatan nasabah apakah kegiatan
pembiayaan tersebut benar-benar dilaksanakan sesuai dengan akad perjanjian atau
hanya digunakan untuk kepentingan nasabah saja. Pemantauan jaminan nasabah,
88
pembinaan nasabah dan pemantauan pembayaran nasabah, semua pemantauan
tersebut dilakukan untuk menghindari adanya pembiayaan bermasalah, NPF (Non
Performing Finance).
Langkah-langkah diatas merupakan suatu proses tahapan-tahapan yang harus
dilalui oleh nasabah untuk mendapatkan pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia,
khususnya dalam hal ini adalah pembiayaan dana mudharabah.
B. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Mudharabah Bermasalah
Tingkat perkembangan NPF yang terjadi selama tiga tahun terakhir ini
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tabel 7
Keterangan 2006 2007 2008
NPF 4.84 1.33 3.85
89
Gambar 7
Perkembangan NPF
NPF
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3
tahun
dala
m p
erse
ntas
e
Series1
Sumber Annual Report BMI tahun 2008
Keterangan : dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat
persentase pembiayaan yang bermasalah dalam hal pengembalian dana pembiayaan
yangh terdapat di Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan yang fluktuatif.
Kondisi tingkat NPF yang paling baik terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,33%
dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2008, yaitu masing-masing sebesar 4,84% dan
3,85%. Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2007 sebesar 3,51%, penurunan
tersebut disebabkan karena bahwa kondisi keuangan (arus cash flow) nasabah
mengalami peningkatan dalam usahanya (baik) sehingga nasabah mampu
mengembalikan dana pembiayaan tepat pada waktunya, tidak mengalami tunggakan
dalam pengembalian.
Akan tetapi, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan keadaan tahun
2008, dimana tingkat nilai NPF mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu sebesar
90
3,85% atau sebesar 2,52%, keadaan tersebut disebabkan karena krisis ekonomi global
yang terjadi di Amerika dan Indonesia terkena imbasnya pula.
Walaupun dalam kondisi ekonomi tersebut Bank Muamalat mengalami
peningkatan nilai NPF nya, akan tetapi hal tersebut tidak membuat Bank Muamalat
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia No
6/18/PBI/2004 yang menyatakan bahwa tingkat NPF paling tinggi sebesar 5%.
Dengan demikian, maka tingkat nilai NPF Bank Muamalat sendiri tidak melampaui
ketentuan tang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, artinya tingkat nilai NPF Bank
Muamalat masih dianggap dalam kondisi wajar. Dan dalam pelaksanaannya
bisnisnya, Bank Muamalat tetap memperhatikan “4P” yaitu Pertumbuhan, Profit,
Purpose (Misi), dan Prudent (Kehati-hatian). Dengan program tersebut diperoleh
keseimbangan dalam pencapaian pertumbuhan yang konsisten, laba yang tinggi,
pelaksanaan misi terurtama keberpihakkan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang menyebabkan kualitas pembiayaan terpelihara dengan relatif baik
dan rasio Non-Performing Finance (NPF) yang terjaga dengan baik pula.
Dalam kenyataannya tidak semua pembiayaan yang disalurkan oleh bank
akan berjalan dengan mulus sesuai dengan keinginan dan tujuan bank, karena ada
beberapa diantaranya pembiayaan yang tidak produktif dan mungkin mengalami
kemacetan dalam pengembalian pinjaman dari nasabahnya. Peristiwa seperti hampir
ini di alami oleh semua institusi keuangan, bahkan Bank Muamalat sendiripun
sebagai sebuah lembaga keuangan tidak dapat menghindari kenyataan tersebut.
91
Suatu masalah tidak akan timbul / terjadi sebelum terjadinya suatu
kejadian yang menyebabkan timbulnya permasalahan, begitu juga dengan
penyebaran pemberian pembiayaan dana mudharabah, pembiayaan mudharabah
tidak akan ada masalah sebelum adanya sesuatu yang mengakibatkan terjadinya
masalah.
Masalah-masalah dalam pembiayaan tersebut dapat terjadi karena adanya
faktor penyebab pembiayaan bermasalah, faktor-faktor tersebut dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada
Bank Muamalat, yaitu:
a. Aspek Analisa Pembiayaan
1. Kurang baiknya pemahaman pihak bank atas bussines yang dilaksanakan
oleh nasabah (Nature of Bussiness).
2. Kurang dilakukan evaluasi apakah laporan yang disajikan oleh nasabah
wajar atau tidak dan kurang teliti terhadap laporan keuangan yang disajikan
oleh nasabah saat pembagian keuntungan.
b. Aspek Perhitungan Modal
- Aspek yang kedua berupa aspek perhitungan modal kerja, dalam hal ini pihak
bank kurang teliti dalam membiayai suatu proyek, maksudnya pembiayaan
(jumlah dana/modal) yang diberikan oleh bank kepada nasabah tidak/kurang
sesuai dengan bisnis yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan
c. Aspek Sumber Pengembalian
92
- Aspek yang mempengaruhi dalam penyebab pembiayaan bermasalah
selanjutnya adalah aspek sumber pengembalian modal, dalam hal ini pihak
bank terlalu optimis bahwa nasabah akan mengembalikan dana tersebut
tepat pada waktunya dan return yang akan diperoleh bank relatif
besar/tinggi, padahal itu belum tentu akan terjadi.
- Pihak bank kurang memperhatikan aspek penjualan dan tidak
memperhitungkan kebiasaan berbisnis di pasaran dan pihak bank juga
kurang memperhatikan aspek kompetitor lain, yang bersumber dari
bank/perusahaan lain.
d. Aspek Jaminan
Bank tidak memperhitungkan aspek marketable, dalam hal ini adalah
jaminan/agunan yang diberikan oleh nasabah untuk memperoleh pembiayaan,
bank hanya menganggap jaminan tersebut sebagai pelengkap saja tanpa
memperhitungkan adanya resiko yang terjadi dalam pembiayaan proyek/kerja
sama tersebut, seandainya terjadi pembiayaan bermasalah.
e. Lemahnya Aspek Supervisi dan Monitoring
Desk monitoring
- Kurangnya dilakukan evaluasi atas rekening koran.
- Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran keawajiban nasabah.
- Belum diterapkannya managing collectibility tentang “how to manage
your account“ hubungannya dengan tingkat kesehatan pembiayaan.
93
On side monitoring
Pihak bank jarang melakukan kunjungan ke lokasi usaha nasabah,
sehingga apabila ada side streaming (pemakaian kredit yang menyimpang
dari perjanjian) dan permasalahan nasabah tidak dapat terdeteksi sejak
awal.1
Selain disebabkan oleh faktor intern, pembaiayaan bermasalah juga dapat
disebabkan oleh faktor ekstern, diantaranya yaitu :
Faktor Ekstern yang disebabkan karena nasabah, diantarnya, yaitu :
1. Nasabah kalah dalam persaingan usaha di pasaran.
2. Usaha yang dijalankan oleh nasabah relatif baru sehingga konsumen
kurang minat terhadap produksi tersebut.
3. Gagal dalam collection.
4. Side streaming dalam penggunaan dana oleh nasabah.
5. Nasabah kurang menguasai bidang usahanya.
6. Character nasabah tidak bagus, nasabah beritikad tidak baik terhadap dana
tersebut.2
Selain karena nasabah, faktor ekstern juga bisa disebabkan karena faktor
lingkungan, kondisi mikro dan makro ekonomi yang relatif kurang stabil, seperti pada
tahun 2008 ini, kondisi ekonomi dunia yang mengalami pergolakan yang akhirnya
1 Arsip Bank Muamalat Indonesia 2 Arsip Bank Muamalat Indonesia
94
menyebabkan krisis finansial global yang berdampak pada pengurangan penyaluran
pembiayaan oleh sejumlah bank tak terkecuali Bank Muamalat, tindakan tersebut
dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya pembiayaan bermasalah.
Faktor-faktor di atas yang dapat menyebabkan terjadinya suatu pembiayaan
bermasalah, sehingga pengembalian modal pembiayaan tersebut menjadi tidak
lancar/tersendat untuk di berikan kepada para investor. Oleh karena itu, apabila
terjadi pembiayaan bermasalah, maka harus segera diselesaikan/ditangani agar
masalah tersebut menjadi besar dan berakibat fatal.
C. Upaya Penanganan dan Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah
Bermasalah
Perkembangan usaha nasabah, perkembangan pasar, pemasaran produksi dan
keuangan nasbah wajib dipantau terus menerus sampai saat pembiayaan tersebut
lunas. Tujuan yang hendak di capai dari pemantauan kegiatan usaha nasabah dan
peninjauan kembali pembiayaan mmudharabah adalah :
1. untuk mengetahui penyebab menurunnya kemampuan menghasilkan laba dan
kemapuan mengembalikan dana pembiayaan mudharabah.
2. untuk mengetahui perubahan kondisi usaha, ekonomi, moneter dan politik.
3. untuk memantau seluruh pembiayaan yang telah di berikan dan memantau
hasil penerapan kebijaksanaan pembiayaan yang di berikan.
95
Fokus peninjauan kembali pembiayaan mudharabah yang dilakukan Bank
Muamalat adalah mengevaluasi kinerja nasabah, kondisi keuangan, perkembangan
pasar dan pemasaran produk serta prospek usaha nasabah di masa depan.
Peninjauan kembali pembiayaan mudharabah merupakan kegiatan dan
tanggungjawab bersama antar bagian dan antar pejabat BMI, komite pembiayaan,
bagian pemasaran, pengawasan, administrasi, dokumentasi pembiayaan termasuk AO
karena AO lah yang menghubungkan antara bank dengan nasabah.
Adapun kiat khusus yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam mengatasi
risiko pembiayaan mudharabah bermaslah adalah dengan membentuk Risk
Management Committee, yaitu suatu lembaga yang bertugas untuk menangani setiap
permasalahan yang ada dalam pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat
kepada nasabahnya ketika nasabah tersebut telat dalam pengembalian pinjamannya.
Risk Management Committee ini dikhususkan untuk menangani nasabah-
nasabah yang bermasalah dalam pengembalian pinjamannya dimana pihak AO sudah
angkat tangan karena AO sudah tidak sanggup lagi untuk menghadapi nasabah
tersebut. Selain Risk Management Committee ini, Bank Muamalat juga bekerja sama
dengan Financing Support Group, Compliance Officer, institusi ini adalah suatu
lembaga yang dikhususkan untuk menangani pembiayaan-pembiayaan yang
bermasalah, yaitu dengan melakukan peninjauan langsung kepada nasabah, tindakan
tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di lapangan (nasabah).
Sebelum komite ini melakukan penyelamatan atau penyelesaian atas
pembiayaan bermasalah, terlebih dahulu komite ini melakukan identifikasi terhadap
96
masalah yang dihadapi oleh nasabahnya. Proses identifikasi ini merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk dilakukan dan diketahui sebelum melangkah pada
penyelesaian pembiayaan lebih lanjut, jika identifikasi ini dilakukan dengan keliru,
maka penyelesaian selanjutnya kemungkinan besar juga akan keliru, oleh karena itu
proses identifikasi ini harus dilakukan dengan baik dan hati-hati.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan identifikasi
tersebut adalah :
1. Mendapatkan data usaha nasabah masa lalu
data yang dimaksud adalah yang dinilai dari beberapa aspek dengan melakukan
evaluasi ulang pembiayaan, diantaranya :
• Aspek Management
• Aspek Pemasaran
• Aspek Produksi
• Aspek Keuangan
• Aspek Yuridis
• Aspek Jaminan
• Aspek Nilai Jaminan (Retaksasi)
Khusus untuk aspek Yuridis dan Jaminan mintakan Opini Legal, untuk
penyempurnaan kelemahan-kelemahan yang mungkin ada dalam pengikatan
pembiayaan maupun jaminan, agar tidak terdapat peluang bagi nasabah dan pihak
97
ketiga untuk melakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan kerugian bagi
bank.
2. menganalisa data yang tersedia
3. mengambil kesimpulan
Dari analisa tersebut diatas, maka akan diperoleh suatu kesimpulan atas
sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya pembiayaan bermasalah, selanjutnya
untuk mengetahui lebih jelas tentang permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
pembicaraan / perbincangan dengan nasabah.
Setelah diketahui secara pasti akan penyebab terjadinya permasalahan
pembiayaan mudharabah bermasalah, selanjutnya komite ini melakukan beberapa
tindakan yang perlu dilakukan sesuai dengan tingkat masalah yang dihadapi oleh
nasabah, diantaranya:
1. Restructuring (penataan ulang)
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan dana untuk
mengembalikan pembiayaan tetapi masih berkemauan untuk mengembalikan dana
tersebut, ada barang jaminan dan prospek usahanya pun bagus, maka tindakan yang
dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka meringankan beban
nasabah adalah dengan menambah dana pembiayaan yang diharapkan dapat
membantu nasabah untuk meningkatkan usaha nasabah dan mengembalikan dana
pembiayaan tersebut. Dalam tindakan ini bisa terjadi konversi akad antara bank
dengan nasabah karena terjadi penambahan jumlah plafond dan jaminan.
98
Persentase jumlah pembiayaan yang telah di structure oleh Bank Muamalat
terhadap nasabah pembiayaan mudharabah adalah Rp 14.203.186 pada tahun 2008
dan Rp. 33.764.191 pada tahun 2007 atau sebesar 42%. Proses restrukturisasi ini
dilakukan dengan cara perpanjangan masa pelunasan pembiayaan nasabah.
2. Rescheduling
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang tidak mampu tetapi masih
berkemauan / harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, masih ada potensi
usaha, ada barang jaminan, maka tindakan yang dilakukan oleh komite pembiayaan
bermasalah untuk menangani pembiayaan bermasalah ini adalah dengan memberikan
perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan, perubahan besarnya angsuran tanpa
adanya perubahan margin pembiayaan, misalnya untuk pembiayaan modal kerja batas
waktu pengembalian selama 18 bulan (1 ½ tahun) dan untuk pengembalian
pembiayaan investasi batas waktu maksimal pengembalian maksimal 36 bulan (3
tahun).
Fasilitas penjadwalan ulang ini diberikan kepada nasabah yang mempunyai
I’tikad baik untuk mengembalikan dana pembiayaan dan berkarakter bagus serta
jujur.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah : 280
⌧
☺
99
Artinya : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,
maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”
Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, jika terdapat nasabah yang mengalami
kesukaran atau kesulitan dalam pengembalian dana pembiayaan, maka sebaiknya
Bank tersebut memberikan kelonggaran jangka waktu pengembalian dana
pembiayaan agar nasabah tersebut dapat keleluasan waktu dalam mengembalikan
dana tersebut.
3. Penyitaan barang jaminan
Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak mampu lagi dan tidak
berkemauan untuk mengembalikan dana pembiayaan, prospek usahanya pun tidak
bagus, tetapi masih ada barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh
komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan menyita barang
jaminan yang ada yang diserahkan secara sukarela oleh nasabah kepada pihak Bank.
Dalam Bank Muamalat, penyitaan barang jaminan disebut AYDA (Agunan
Yang Diambil Alih) adalah asset yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan
atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan. Tindakan
tersebut dilakukan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.
Proses eksekusi ini dilakukan dengan melelang atau menjual barang jaminan
nasabah, apabila pelelangan atau penjualan jaminan tersebut kurang dari dana
pembiayaan yang dipinjam oleh nasabah, maka kekurangan dari dana pembiayaan
100
tersebut di bebankan kepada nasabah, akan tetapi jika hasil dari pelelangan atau
penjualan tersebut melebihi jumlahnya dari dana yang dipinjam, maka sisa atau
kelebihan dari hasil pelelangan atau penjualan barang jaminan tersebut dikembalikan
kepada nasabah.
4. Write off
Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak mampu dan tidak
berkemauan untuk mengembalikan dana pembiayaan, tidak ada barang jaminan dan
prospek usahanya pun tidak bagus, maka barang komite ini hanya dapat bertindak
untuk menghapus dan mengakhiri akad perjanjian dengan nasabah tersebut walaupun
pada akhirnya pihak Bank yang akan menanggung semua kerugian yang ada. Total
yang dihapus buku oleh Bank Muamalat selama tahun 2008 sebesar 30.636.373,
tindakan tutup buku tersebut dilakukan karena manajemen beranggapan pembiayaan
tersebut tidak mungkin tertagih kembali.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 280
⌧
☺
Artinya : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,
maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”
Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, Allah SWT memerintahkan kepada
manusia untuk saling tolong menolong, salah satunya adalah dengan memberikan
101
pinjaman kepada sesama apabila salah seorang diantara kalian ada yang kekurangan
dana, dan apabila pada waktunya / jatuh tempo pinjaman tersebut tidak dapat
dikembalikan, maka berilah ia penangguhan waktu/tenggang waktu agar ia bisa
mendapatkan kembali sejumlah uang untuk membayar pinjaman tersebut. Akan
tetapi, apabila ia sudah diberi kelonggaran waktu untuk membayar pinjaman tersebut
dan sampai pada beberapa kali batas waktu ia belum juga mampu untuk melunasinya,
maka sedekahkanlah karena itu lebih baik dan mulia bagimu.
Selain melakukan penanganan-penanganan tersebut di atas, Bank Muamalat
juga telah menerapkan suatu peraturan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia
yang tercantum di dalam PBI No 3/10/PBI/2001 tentang penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah / Know Your Customer (KYC), kegiatan tersebut dimaksudkan pada seluruh
Kantor Cabang / Cabang Pembantu dan Kantor Kas di Indonesia. Dan implementasi
penerapan program KYC ini telah dilaksanakan melalui Unit Kerja Pengenalan
Nasabah (UKPN) yang berada dibawah Supervisi Direktur Kepatuhan.
Selain itu, unit manajemen risiko PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
mempunyai cara untuk mengatasi risiko dalam penyaluran pembiayaan, yang
bertujuan untuk meminimalisasi risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan
mudharabah, antara lain:
a. Hasil penjualan/pendapatan dari bisnis yang dibiayai seluruhnya harus melalui
mekanisme mutasi rekening dibank sehingga dapat dengan mudah dikontrol
bersama dengan nasabah tanpa perlu klarifikasi lagi untuk memastikan
kebenaran data penjualan/pendapatan tersebut.
102
b. Menggunakan objek bagi hasilnya adalah Revenue Sharing.
c. Didalam bisnis yang dibiayai terdapat suatu media/alat yang mencatat
realisasi penjualan/pendapatan yang keamanannya terjamin, sehingga juga
dapat mempermudah klarifikasi data realisasi penjualan tersebut.
d. Fasilitas mudharabah ini sebaiknya diberikan kepada nasabah yang sudah
eksisting dengan past performance yang tergolong prime customer dan telah
teruji bukan kepada new custumer.
e. Sebaiknya bank membiayai suatu bidang usaha dengan kondisi sedang dalam
tahap pertumbuhan, bukan dalam tahap penurunan usaha sehingga jika dilihat
dari sisi product life cycle, produk dari bidang usaha tersebut harus sedang
dalam masa pertumbuhan juga bukan dalam masa pengenalan, kematangan
dan bahkan penurunan.
f. Sebaiknya bidang usaha yang dibiayai disesuaikan dengan kemampuan staf
marketing banknya dalam menguasai aspek-aspek teknis dari usaha tersebut.
g. Jangan memberikan fasilitas mudharabah kepada suatu perusahaan yang
tergolong start up company (baru memulai usaha).
h. Bidang usaha yang akan dibiayai harus telah diyakini benar dampak risikonya
(pilih usaha yang paling manageble risikonya).
i. Sedapat mungkin alur nasabah dikuasai oleh bank.
j. Memberikan covenant, yaitu jika realisasi objek bagi hasil tidak sesuai dengan
proyeksi, maka bank berhak ikut melakukan pengelolaan usaha tersebut
minimal aspek keuangannya.
103
k. Memonitor dengan baik keteraturan dan ketepatan waktu nasabah dalam
memberikan laporan objek bagi hasil sebagai ukuran bank dalam menilai
aspek character nasabah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prosedur atau tata cara untuk mendapatkan pembiayaan mudharabah pada Bank
Muamalat, adalah sebagai berikut:
a. pertama bank melakukan pengumpulan data nasabah yang mengajukan
pembiayaan, berupa kegiatan inisiasi dan solisitasi, kegiatan tersebut
dilakukan setelah calon/nasabah mengajukan proposal permohonan
pembiayaan kepada Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
b. penyelidikan berkas oleh pihak bank kepada calon/nasabah berupa kunjungan
setempat, informasi dari bank atau pihak lain yang memiliki hubungan
dengan calon/nasabah pembiayaan
c. pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) ke KPP untuk di
pertimbangkan, apakah nasabah tersebut berhak atau tidak untuk
mendapatkan pembiayaan.
d. langkah selanjutnya adalah Keputusan Pembiayaan oleh Rapat Komite.
e. Realisasi Keputusan pembiayaan berupa akad penandatanganan pembiayaan
dan penyerahan jaminan oleh nasabah kepada bank
104
105
f. Pemantauan pelaksanaan kegiatan nasabah dan terakhir pelunasan
pembiayaan mudharabah oleh nasabah serta pengembalian jaminan kepada
nasabah oleh bank.
2. Kendala/faktor-faktor yang dihadapi oleh Bank Muamalat dalam pemberian
pembiayaan mudharabah, sehingga menimbulkan pembiayaan mudharabah
bermasalah disebabkan karena faktor intern dan ekstern. Faktor intern
bersumber dari Bank Muamalat itu sendiri yang disebabkan berupa aspek
analisa pembiayaan, aspek perhitungan modal, aspek sumber pengembalian,
aspek jaminan dan lemahnya aspek supervise dan monitoring yang dimiliki oleh
Bank Muamalat dalam menilai calon/nasabah pembiayaan. Adapun faktor
ekstern adanya pembiayaan bermasalah bersumber dari pihak nasabah, yaitu
nasabah kalah dalam persaingan di pasaran, nasabah side streaming, nasabah
kurang menguasai bidang/bisnis tersebut dan kelalaian-kelalaian lain yang
dilakukan oleh nasabah, selain karena disebabkan karena nasabah, faktor
ekstern juga bisa disebabkan karena kondisi ekonomi mikro dan makro ekonomi
yang kurang, tidak stabil sehingga menyebabkan terjadinya pembiayaan
mudharabah bermasalah.
3. upaya penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat untuk menangani
pembiayaan bermasalah adalah dengan mendapatkan data usaha nasabah masa
lalu, menganalisa data nasabah tersebut dan mengambil kesimpulan. Pada tahap
awal ini pihak bank melakukan pendekatan perbincangan kepada nasabah untuk
106
mengetahui sebab/penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, usaha nasabah
mengalami kemunduran (tidak bagus). Setelah dibuat kesimpulan, maka
langkah selanjutnya adalah dengan mengelompokkan atau menyesuaikan
penanganan pembiayaan bermasalah tersebut sesuai dengan masalah yang
dihadapi. Tindakan-tindakan tersebut antara lain; restructuring yaitu penataan
ulang, rescheduling (penjadwalan ulang pembiayaan tersebut), penyitaan barang
jaminan, dan terakhir tindakan yang dilakukan adalah dengan write off, tindakan
ini dilakukan jika nasabah sudah tidak mampu lagi untuk mngembalikan dana
tersebut dan manajemen beranggapan bahwa pembiayaan tersebut sudah tidak
dapat tertagih lagi.
B. Saran-saran
1. Dipastikan hampir semua bank mengalami risiko pembiayaan, untuk itu Bank
Muamalat perlu mempersiapkan panduan pengelolaan pembiayaan
bermasalah, khususnya pembiayaan yang berbasis bagi hasil, seperti
pembiayaan mudharabah karena mudharabah adalah pembiayaan yang sarat
dengan adanya risiko/permasalahan.
2. Penyebab fundamental terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kurangnya
pengetahuan dan komunikasi di antara manajemen bank dan nasabah
pengguna pembiayaan tersebut, oleh sebab itu setiap praktisi Perbankan
Muamalat harus senantiasa mengupayakan terciptanya komunikasi yang baik
107
dengan nasabah, agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengan kesepakatan perjanjian kedua belah pihak.
3. Dalam memberikan pembiayaan, pihak bank seharusnya dapat memahami dan
mengetahui dengan jelas kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan oleh
calon/nasabah pembiayaan mudharabah tersebut benar adanya atau tidak
menyimpang dari akad, agar tidak terjadi side streaming dan ketidakjujuran
nasabah. Oleh karena itu, perlu adanya penempatan Sumber Daya insani yang
benar-benar memahami proyek nasabah tersebut, dan sebaiknya posisinya
tidak hanya dijadikan pengawas saja, akan tetapi juga sebagai penasehat bagi
kelangsungan usaha nasabah agar dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Hadis
Agung Robiansyah, Kurnia, Pengembangan Produk Pembiayaan pada Perbankan
Syari’ah, Skripsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan
Perbankan Syari’ah Prodi Muamalat, tahun 2005
Antonio, M. Syafi’I, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Ed.Khusus, Bogor :
Tazkia Institute, 2001
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet ke-4, Jakarta : Pustaka
Alvabet, 2006
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002
Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Edisi Revisi,
Jakarta : Salemba Empat, 2003
Ghafur W, Muhammad, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini : Kajian
Kritis Perkembangan Perbankan Syariah, Cet ke1, Yogyakarta : Biruni Press,
2007
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Cet ke-
1, Jakarta : Gema Insani Press, 2003
108
109
Hosen, M. Nadratuzzamanan dan A.M. Hasan, Ali, Kamus Populer Keuangan dan
Ekonomi Syraiah, Cet ke-1, Jakarta : PKES, 2007
Idroes, Ferry N, Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan
Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006
Ibrahim Abu Sinn, Ahmad, Manajemen Syari’ah : Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer, Edisi 1 Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008
Karim, Helmi, Fiqh Muamalah, Ed. 1, Cet ke-2, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada,1997
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cet ke6, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2002
Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Cet ke-1, Jakarta : Kalam Mulia,
1995
M. Herujito, Yayat, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta : PT Grasindo, 2001
Masry Simbolon, Maringan, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, Cet ke-1,
Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004
Masykur, Harun, Manajemen Risiko Operasional Bank Syari’ah: Studi pada UUS
Bank Bukopin, Skripsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Perbankan Syari’ah Prodi Muamalat, tahun 2008
Mufti, Aries dan M Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, Jakarta : MES, 2006
110
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN,
2005
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Edisi
1, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Edisi 1, cet ke-2 Yogyakarta :
Ekonisia, 2005
Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah ; Mudharabah dalam
Wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, Cet ke-1, Yogyakarta : PSEI,
2003
Muslaehuddin, Muhammad, Sistem Perbankan dalam Islam, Cet ke-2, Jakarta : PT
Rineka Cipta, 1994
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, cet ke-5, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur & Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir &
Nasabah, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006
Siahaan, Hinsa, Manajemen Risiko, Konsep, Kasus, dan Implementasi, Jakarta: PT
ElexMedia Komputindo, 2007
Suyatno, Thomas, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi ke 4, Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
111
Supramono, Gatot, Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, Edisi
Revisi, Cet ke-2, Jakarta : Djambatan, 1996
Tampubolon, Robert, Risk Management : Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif,
Cet ke-2, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2004
Wait, Watna, Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah, Jakarta : STIEI, 2009
http:www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile, diakses tanggal 11
November 2009
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi.misi,diakses tanggal 11
November 2009
Annual Report Bank Muamalat Indonesia tahun 2007
Annual Report Bank Muamalat Indonesia tahun 2008
Training financing, hand out, Muamalat Institute
Daftar pertanyaan dan jawaban hasil penelitian.
1. Apa yang dimaksud dengan al-Mudharabah?
Jawab: yaitu suatu akad kerja sama yang dilakukan oleh bank, khususnya
Bank Muamalat dengan nasabah, yang selanjutnya disebut sebagai
Shahibul maal dan Mudharib, dimana dana yang dikeluarkan
bersumber dari dana bank 100%.
2. Apa sajakah jenis mudharabah?
Jawab :
a. Mudharabah Muthlaqah, yaitu nasabah (mudharib) bebas menggunakan
dana pembiayaan tersebut untuk membiayai suatu proyek tanpa harus
ditentukan spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnisnya.
b. Mudharabah Muqayyadah, yaitu mudharib tidak mempunyai kebebasan
untuk menggunakan dana pembiayaan tersebut, artinya shahibul maal
membatasi jenis usaha, waktu dan daerah proyek tersebut.
3. Risiko seperti apa yang biasa dihadapi oleh Bank Muamalat dalam
memberikan pembiayaan mudharabah?
Jawab: yaitu suatu perusahaan yang pailit atau tutup sehingga bank menjual
jaminannya.
4. Apakah ada batasan jumlah dana dalam menyalurkan pembiayaan
mudharabah?
Jawab: tidak ada batasan, pemberian dana tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan nasabah serta dilihat dari jaminannya.
5. Bagaimana prosedur untuk mendapatkan pembiayaan mudharabah?
Jawab : pertama-tama yang harus dilakukan adalah, calon/nasabah harus
mengajukan proposal permohonan pengajuan pembiayaan kepada
pihak bank serta mengisi/melengkapi formulir yang disediakan dan
diminta oleh bank, seperti data diri, data perusahaan dan sebagainya.
Langkah selanjutnya adalah bank melakukan verifikasi data nasabah
dengan melakukan inisiasi atau solisitasi, selanjutnya adalah
pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) kepada Komite
Persetujuan Pembiayaan (KPP) untuk dipertimbangkan apakah
nasabah tersebut layak untuk diberikan pembiayaan atau tidak.
Selanjutnya adalah Realisasi Keputusan, berupa penyampaian Surat
Persetujuan Pembiayaan (SPP) dan penandatangan akad pembiayaan
dan jaminan oleh nasabah kepada bank apabila nasabah tersebut
layak untuk diberikan pembiayaan.
6. faktor apa sajakah yang di alami oleh Bank Muamalat dalam pemberian
pembiayaan mudharabah?
Jawab : terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern, dimana penyebab dari
faktor intern adalah berasal dari dalam bank itu sendiri, seperti pihak
bank yang kurang memahami proyek yang dibiayai tersebut untuk
meneliti/meninjau apakah proyek tersebut mempunyai return yang
besar atau tidak. Sedangka faktor ektern adalah faktor yang berasal
dari nasabah, misalnya nasabah tidak cakap hukum, nasabah
menggunakan dana tidak seperti yang disebutkan di dalam kontrak.
7. Upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat untuk mengatasi pembiayaan
bermasalah tersebut?
Jawab : dengan memberikan surat peringatan/teguran kepada
nasabah untuk segera melunasi kewajibannya yang belum selesai,
apabila surat peringatan tersebut tidak direspon oleh nasabah, maka
langkah selanjutnya yang dilakukan untuk menangani pembiayaan
bermasalah adalah dengan melakukan evaluasi ulang pembiayaan,
seperti aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek yuridis, aspek
nilai jaminan nasabah, apabila evaluasi ulang tersebut tidak dapat
menyelesaikan masalah pembiayaan, maka Bank melakukan
Rescheduling, Restructuring. Apabila langkah-langkah penanganan
tersebut tidak dapat diselesaikan, maka penanganan selanjutnya
adalah penyelesaian melalui jaminan. Pihak bank menyita/menjual
jaminan yang diberikan oleh nasabah pada waktu akad, atau pihak
bank mengajukan permasalahan tersebut ke BASYARNAS sebelum
akhinya diselesaikan Pengadilan Agama.
8. Bagaimana prospek pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat di masa
depan?
Jawab : sangat baik
Jakarta, 11 Rabiul Awal 1431 H 25 Februari 2010
Narasumber
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang terdalam penulis haturkan ke Dzat yang maha Rahman bagi
semesta alam dan Rahim bagi semua hamba yang selalu menjalankan perintah-Nya,
yang telah menciptakan rasa cinta dan kasih kepada hati manusia.
Sholatullah Wasalamuh senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, yang tak
pernah lelah untuk selalu membimbing umatnya dengan penuh kasih sayang, kepada
keluarganya, sahabat serta umatnya sepanjang zaman semoga kita mendapat
syafa’atnya di yaumul Ba’ts.
Penulis bersyukur setelah proses yang cukup panjang dan melelahkan yang
sarat akan gangguan dan hambatan, akhirnya dengan limapahan kasih dan sayang-
Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul” Manajemen Pembiayaan
Mudharabah Bermasalah”.
Penulis menyadari dengan kesederhanaan karya tulis ini yang masih banyak
kekurangan. Namun dengan ini juga penulis tidak bisa menutup mata akan peran
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Perkenankan penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
i
1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Mu’amalat
Konsentrasi Perbankan Syariah dan Bapak H. Azharudin Latif M.Ag, selaku
Sekretaris Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
3. Bunda dan Ayah Tersayang, Hj Siti Maryam dan H. Daud H.M, Orang Tua
yang tiada lelah dan letih dalam memberi doa, semangat, harapan dan seluruh
limpahan kasih dan cintanya kepada penulis dalam segala-galanya.
Trimakasih you’re The Best My Parent’s.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan segala
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat membuka wacana dan
pengetahuan bagi penulis terutama dalam pembelajaran pada bidang ekonomi
Islam.
5. Seluruh staff dan pihak lainnya dari Perpustakaan fakultas Syariah dan
Hukum, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Perpustakaan Muamalat Institute yang telah membantu dan memberikan
fasilitas kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Yayah Fazriah, Lia Dahlia, Ahmad Izudin, Fahmi Adam, Nurkholis Aulia
Rachman, adik-adik Qu Terkasih yang selalu memberikan semangat dan doa
ii
kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Moga kesuksesan, kebahagiaan,
dan kesejahteraan selalu ada dalam diri kalian.. Amin.
7. Tuk Suami_Qu tersayang, “Bang Nur Hasan”, terimakasih dah memberikan
doa, dukungan, limpahan kasih sayang yang begitu dalam kepada penulis,
moga ikatan suci qta tetap terjaga dan abadi,, amin..
8. Geng 6, trimakasih teman bwt semua dukungan dan doanya, put, selai, yayah
yang menjadi motivator penulis karena mereka kalian lulus lebih dulu, yang
kemudian disusul ma’ nyai dan wiwi. Semoga persahabatan kita tetap terjalin
dan terjaga sampai nanti.
9. Mba narti, serta pihak Muamalat Institute yang telah memberikan data dan
informasi dalam proses penulisan skripsi ini, trimakasih mba nartiiiiii..
10. Seluruh pegawai BMT CSM; Pa zar, Mba diah, Bang ero, Bang zul, Bang
didi, Mba nur, Pa sis, lucky, terimakasih atas doa dan semangatnya, terutama
tuk pa zar dan mba diah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
tuk menyelami ilmu di BMT CSM, hatur nuhun….
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan doa dan dukungan dalam
proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan. Trimakasih
semuanya!
iii
Skripsi ini memiliki banyak kekurangan, walaupun pada hakekatnya memang
tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Akhir kata semuanya penulis serahkan pada Dzat yang menciptakan dan
penguasa seluruh manusia.
Jakarta, 14 Jummadil Awwal 1431 H
29 April 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………… 9
D. Objek Penelitian ……………………………………………... 10
E. Metode Penelitian …………………………………………… 11
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 14
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen …………………………………… 16
2. Fungsi Manajemen ………………………………………. 18
3. Manajemen dalam Perspektif Islam ……………………… 19
v
B. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan …………………………………... 24
2. Jenis-jenis Pembiayaan …………………………………… 26
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ………………………….. 33
4. Pengertian dan Landasan Hukum Pembiayaan
Mudharabah ……………………………………………… 35
5. Jenis-jenis Pembiayaan Mudharabah …………………….. 38
6. Manfaat Pembiayaan Mudharabah ………………………. 39
7. Risiko Pembiayaan Mudharabah …………………………. 40
8. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan ……. 41
C. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah …………………….. 43
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah ………………………. 45
3. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah …………….. 48
D. Kajian Pustaka (Review Terdahulu) ………………………........ 50
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA, TBk
A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ……………… 59
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ……………………. 63
vi
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia …………… ... 64
D. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia ………………….. 66
BAB IV ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN
MUDHARABAH BERMASALAH
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah
pada Bank Muamalat Indonesia ………………………… 84
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia …… 87
C. Upaya Penanganan dan Penyelesaian Pembiayaan
Mudharabah bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia …… 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………...................... 104
B. Saran-Saran………………………………………………………. 106
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1 Skema Aplikasi Perbankan al-Mudharabah 42
Gambar 2 Struktur Organisasi PT. BMI, Tbk 64
Tabel 3 Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT. BMI, Tbk 74
Gambar 3.1 Perkembangan Total Aktiva 74
Gambar 3.2 Perkembangan Total Pembiayaan 75
Gambar 3.3 Perkembangan Total DPK 76
Gambar 3.4 Perkembangan Total Laba (Rugi) 77
Tabel 4 Perkembangan Rasio Keuangan PT. BMI, Tbk 78
Gambar 4.1 Perkembangan FDR 79
Gambar 4.2 Perkembangan CAR 80
Gambar 4.3 Perkembangan BOPO 81
Gambar 4.4 Perkembangan ROA 82
Gambar 5 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah 85
Tabel 6 Perkembangan NPF 88
Gambar 6 Perkembangan NPF 88
DAFTAR GAMBAR dan TABEL
Gambar 1 Skema Aplikasi Perbankan al-Mudharabah 42
Gambar 2 Struktur Organisasi PT. BMI, Tbk 64
Tabel 3 Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT. BMI, Tbk 74
Gambar 3.1 Perkembangan Total Aktiva 74
Gambar 3.2 Perkembangan Total Pembiayaan 75
Gambar 3.3 Perkembangan Total DPK 76
Gambar 3.4 Perkembangan Total Laba (Rugi) 77
Tabel 4 Perkembangan Rasio Keuangan PT. BMI, Tbk 78
Gambar 4.1 Perkembangan FDR 79
Gambar 4.2 Perkembangan CAR 80
Gambar 4.3 Perkembangan BOPO 81
Gambar 4.4 Perkembangan ROA 82
Gambar 5 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah 85
Tabel 6 Perkembangan NPF 88
Gambar 6 Perkembangan NPF 88
vii
D. Kajian Pustaka Terdahulu
1. Khairunnisa
Judul skripsi : Permasalahan dan Risiko Pemberian Pembiayaan Mudharabah
kepada Pengusaha Kecil (studi kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Tangerang).
Penelitian dilakukan pada tahun 2004 dengan hasil penelitian sebagai berikut:
Menurut penulis, pembiayaan mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah belum
menjadi wahana utama untuk memobilisasindana masyarakat, hal ini dikarenakan masih
banyaknya permasalahan dan masih bearnya resiko dalam pemberian pembiayaan
mudharabah kepada pengusaha kecil, pembiayaan mudharabah pada tahun 2002 hanya
mencapai 23% dibanding dengan pembiayaan murabahah sebesar 77%.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh BPRS Harta Insan Karimah dalam
memberikan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil, dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1). Dari sisi pengusaha
Umumnya usaha kecil memiliki tingkat kelayakan yang masih rendah akibat
adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen dan
organisasi.
2). Dari sisi perbankan
Permasalahan yang muncul adalah sulitnya memperoleh usaha kecil yang layak,
tingginya biaya transaksi, tingginya resiko dan terbatasnya sumber daya insani.
Adapun kiat khusus yang telah dilakukan oleh BPRS Harta Insan Karimah dalam
mengatasi resiko pemberian pembiayaan mudharabah diantaranya dengan membentuk
bagian yang khusus menangani masalah-masalah yang bermasalah dalam pengembalian
dana pembiayaan yang disebut Bagian Pengawasan dan Pembinaan Pembiayaan (PPP).
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh PPP dalam mengatasi pembiayaan
bermasalah diantaranya :
a. Restructure
b. Reschedule
c. Penyitaan barang jaminan
d. Write off
2. Nur Julizar
Judul skripsi : Sistem Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah dalam Penyaluran
Pembiayaan Mudharabah, Kajian terhadap Bagaimana Seharusnya Manajemen Risiko
Bank Syari’ah. Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan hasil penelitian sebagai
berikut :
1). Sistem operasional yang membedakan antara Bank Syariah dengan Bank
Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil, dalam Bank Syariah yang
menggantikan sistem bunga pada Bank Konvensional.
2). Kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan sistem keuangan syariah
dapat diterapkan sebagai sarana untuk mengembangkan antara dua
kepentingan (lenders-borrowers) dan dalam hal manajemen resiko, Bank
Syariah seharusnya memiliki konsep yang komprehensif aplikatif (bukan
sekedar mengadopsi konsep yang telah ada) sehingga dalam memutuskan
sebuah kebijakan pembiayaan tidak mengalami resiko.
3). Yang membedakan sistem manajemen resiko Bank Syariah dan Bank
Konvensional terletak pada pemberdayaan potensi sumber daya manusia yang
menyangkut budaya (culture) kerja bank, dimana misi Bank Syariah tidak
hanya berorientsi pada keuntungan keduniawian (khairul fiddunya) tetapi juga
berorientasi pada keuntungan ukhrowi (kahairul filakhirot) yang berpengaruh
pada etos, orintasi dan mental sumber daya insani Bank Syariah sebagai
pelaksana sistem pengelolaan resiko.
3. Harun Masykur
Judul skripsi : Manajemen Risiko Operasional Bank Syari’ah, studi pada Unit
Usaha Syari’ah Bank Bukopin. Penelitian dilakukan pada tahun 2008 dengan hasil
penelitian sebagai berikut :
1). Proses identifikasi risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan setiap
awal periode pelaksanaan kegiatan dan diperbaharui setiap tiga bulan. Proses
identifikasi ini dilakukan oleh Internal Control Cabang dan Kepala Cabang
yang akhirnya di monitoring oleh Divisi Manajemen Risiko Kantor Pusat.
2). Proses pengukuran risiko operasional UUS Bank Bukopin menggunakan
metode matrik Delphi 5x5, yaitu perkalian score dampak dan frekuensi risiko
operasional, kemudian hasilnya ditrendkan dengan risiko yang sama pada
Divisi dan Kantor Cabang lain. Setelah diukur, risiko operasional dipetakan
agar manajemen dapat mengetahui risiko operasional yang harus di mitigasi
terlebih dahulu.
3). Proses pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin dilakukan oleh
pemilik risiko (owner risk) atau Kantor Cabang. Setiap Kantor Cabang UUS
Bank Bukopin memiliki prosedur dan sistem back up contingency plan, dan
sistem keamanan data ware-house yang baik. Teknik mitigasi dan
pengendalian risiko operasional UUS Bank Bukopin diantaranya adalah
asuransi dan outsourcing.
4). Hambatan manajemen risiko operasional adalah kesulitan mengumpulkan data
risiko operasional dan kepekaan karyawan dalam manajemen risiko
operasional.
4. Agus Faizin
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep Restrukturisasi
Pembiayaan Mudharabah Non Performing dan Pengaruhnya terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Analisis Fiqh dan Keuangan (Studi Kasus pada
BNI Syariah). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 dengan hasil penelitian sebagai
berikut :
a. Penggolongan pembiayaan mudharabah bermasalah di dasarkan atas derajat
kolektibilitas, yaitu prospek usaha, kinerja nasabah dan kemampuan
membayar angsuran pokok ditambah margin bagi hasil jika prospek usaha,
kinerja nasabah menurun serta menunggak selama 90 hari, maka
restrukturisasi ini dapat dilakukan.
b. Restrukturisasi pada BNI Syariah, dilakukan pada nasabah yang memiliki
bisnis dan kondisi keuangan yang masih dapat diperbaiki. Sedangkan risiko
bisnis yang bukan disebabkan oleh kelalaian nasabah dalam mengelola dana
seperti huru hara, bencana alam dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas
pembiayaan ulang, penundaan pembayaran dengan memperpanjang jatoh
tempo, memperkecik margin bagi hasil dan merubah sistem pembiayaan dari
Profit Loss Sharing menjadi Revenue Sharing.
c. Restrukturisasi dapat juga dilakukan dengan menambahkan plafond/pokok
pembiayaan dan pengurangan margin dapat mempengaruhi PPAP yang harus
dibentuk sedangkan dengan penambahan waktu tudak mempengaruhi PPAP.
d. Dalam pengakuan laba setelah adanya restrukturisasi menggunakan cash basis
yang sesuai dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia) yaitu pengakuan pendapatan pada pembiayaan bermasalah diakui
pada saat laba tersebut benar terjadi.
5. Ifah Latifah
Judul Skripsi : Peranan Account Officer (AO) dalam menekan pembiayaan
bermasalah (Studi Kasus pada BPRS Harta Insan Karimah). Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2007 dengan hasil penelitian sebagai berikut :
a. factor penyebab pembiayaan bermasalah, antara lain :
1). Faktor Intern, seperti petugas (AO) dan system. AO kurang baik dalam
menilai/menganalisis data calon nasabah. Sistem seperti pengawasan yang
kurang intensif dari AO sehingga permasalahan yang terjadi tidak dapat
terdeteksi secepat mungkin.
2). Faktor Ekstern, seperti kondisi nasabah yang sedang menurun, adanya
I’tikad kurang baik dari nasabah dalam hal pembayaran, nasabah kurang
mampu dalam mengelola usaha, kebijakan pemerintah yang kadanga tidak
memihak pada perkembangan usaha kecil dan menengah, sehingga
menyulitkan berkembangnya usaha nasabah dan terjadi bencana alam.
b. tugas, wewenang dan tanggung kawab AO, antara lain :
Memproses calon nasabah sehingga menjadi nasabah dan membinanya,
mengadakan dan menghadiri pertemuan dengan nasabah, membuat anggaran
kegiatan pemasaran, promosi dan rencana kerja, melakukan pendekatan
pemasaran dengan nasabah, membuat analisa pembiayaan, surat keputusan dan
penutupan asuransi, serta meneliti dan melaporkan kegiatan/aktivitas yang tidak
normal.
c. Analisis dan proses kerja AO, yaitu menganalisa permohonan pembiayaan
dengan menggunakan prinsip 5C serta aspek management, pemasaran teknis,
keuangan, yuridis, dan sosio ekonomi; mengumpulkan persyartan administrasi,
pembuatan proposal analisa pembiayaan dengan langsung survey ke alapangan
untuk melihat, menganalisa dan menilai kelayakan usaha nasabah; memutuskan
pembiayaan dan pembuatan Media Pencairan Pembiayaan (MPP) serta
penandatangan dan realisasi pembiayaan.
Adapun usaha AO dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah
berhati-hati dalam pemberian pembiayaan dengan mengikuti prosedur yang baik,
melakukan pendekatan dengan nasabah dengan melakukan kunjungan ke tempat
usaha/rumah nasabah untuk melihat penyebab pembiayaan bermasalah,
mengawasi terus menerus penggunaan pembiayaan dan pengawasan terhadap
perkembangan cadangan penghapusan pembiayaan, melakukan rescheduling,
restructuring dan write off.
Sedangkan skripsi yang penulis bahas dalam penulisan skripsi ini adalah untuk
mengetahui bagaimana manajemen pembiayaan mudharabah bermasalah yang dilakukan
oleh Bank Muamalat, apa yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah
bermasalah dan bagaimana penanganan yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam
menangani pembiayaan mudharabah bermasalah.