peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

83
PERANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DARI ANGGOTA DAN CALON ANGGOTA KOPERASI BMT MU’AMALAH SYARI’AH TEBUIRENG JOMBANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Disusun oleh : DIAH AYU WIGATI NIM. 12020110110019 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Transcript of peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

Page 1: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

PERANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA

MIKRO DARI ANGGOTA DAN CALON

ANGGOTA KOPERASI BMT MU’AMALAH

SYARI’AH TEBUIRENG JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

DIAH AYU WIGATI NIM. 12020110110019

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2014

Page 2: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Diah Ayu Wigati

Nomor Induk Mahasiswa : 12020110110019

Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan

Judul Usulan Skripsi : PERANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA

MIKRO DARI ANGGOTA DAN CALON

ANGGOTA KOPERASI BMT MU’AMALAH

SYARI’AH TEBU IRENG JOMBANG

Dosen Pembimbing : Achma Hendra Setiawan, S.E, M.Si

Semarang, 2 Desember 2014

Dosen Pembimbing

(Achma Hendra Setiawan, S.E, M.Si) NIP. 196905101997021001

Page 3: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Mahasiswa : Diah Ayu Wigati

Nomor Induk Mahasiswa : 12020110110019

Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / IESP

Judul Skripsi : PERANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA

MIKRO DARI ANGGOTA DAN CALON

ANGGOTA KOPERASI BMT MU’AMALAH

SYARIAH TEBUIRENG JOMBANG

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 17 Desember 2014

Tim Penguji

1. Achma Hendra Setiawan, SE, M.Si

(................................................)

2. Prof. Dr. H. Purbayu Budi Santosa, MS (................................................)

3. Darwanto, SE, M.Si (........................

Mengetahui,

Pembantu Dekan I

Anis Chariri, SE, M.Com, Ph.D, Akt.

Page 4: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini saya Diah Ayu Wigati, menyatakan

bahwa skripsi dengan judul : Peranan Pembiayaan Mudharabah Terhadap

Perkembangan Usaha Mikro Dari Anggota dan Calon Anggota Koperasi BMT

Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang, adalah hasil tulisan saya sendiri.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan orang lain yang saya ambil dengan

cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya

akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau

keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau saya ambil dari tulisan orang lain

tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut

di atas baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi

saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah

hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh

universitas batal saya terima.

Semarang, 22 Desember 2014

Yang menbuat pernyataan,

(Diah Ayu Wigati)

NIM :12020110110019

Page 5: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi.” “Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah

untuk dirinya sendiri.” (QS Al-Ankabut [29]: 6)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

- Andrew Jackson -

“Learn from the mistakes in the past, try by using a different way, and always hope for a successful future”.

KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KEPADA ALMARHUMAH IBUNDAKU YANG TERCINTA

Page 6: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

vi

ABSTRACT

Micro enterprise is the greatest agent in the economic sectors that

engaged in trade and services. In general, the problems that faced by micro

enterprise agents in Jombang is the problem of capital, where a small and micro

entrepreneurs do not have sufficient capital to run the business.

The purpose of this study is to analyze the differences and the development

of micro-enterprises between before and after obtaining financing from BMT

Mu'amalah Syariah including venture capital, sales turnover and profit. The

object of the research are member of the micro businesses of BMT Mu'amalah

Syariah and BMT Mu'amalah Syariah prospective members with a sample of 100.

The type of data are primary data and secondary data. Analysis methods which

used in this study include the validity, reliability, and the Wilcoxon sign rank test.

Based on calculations of Wilcoxon sign rank test to obtain sales turnover -

p value of 0.000 (0.000 <0.05), which means that there are different variables

before and after obtaining capital of BMT Mu'amalah Syariah financing an

increase in working capital amounted to 100% after getting financing BMT

Mu'amalah of Sharia Tebuireng Jombang. For variable operating profit obtained

p value of 0.000 (0.000 <0.05), which means that there are different variables

before and after obtaining capital of BMT Mu'amalah Sharia financing an

increase in working capital amounted to 100% after getting financing from BMT

Mu'amalah of Syariah Tebuireng Jombang. For variable hours of work obtained

p value of 0.000 (0.000 <0.05), which means that there are different variables

before and after obtaining capital of BMT Mu'amalah Syariah financing an

increase in working capital amounted to 37% after getting financing from BMT

Mu'amalah Syariah Tebuireng Jombang. For variable inventory obtained p value

of 0.000 (0.000 <0.05), which means that there are different variables before and

after obtaining capital of BMT Mu'amalah Syariah financing an increase in

working capital amounted to 42% after getting financing from BMT Mu'amalah of

Syariah Tebuireng Jombang. Thus the presence of BMT Mu'amalah of Syariah

Tebuireng Jombang, the turnover of sales, operating income, working hours and

inventory have increased significantly.

Page 7: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

vii

Keywords: Micro enterprise, Financing Mudharabah Jombang, Turnover of

Sales, Operating Income, Working Hours, and Inventory

ABSTRAKSI

Usaha Mikro merupakan pelaku terbesar pada sektor ekonomi yang bergerak di bidang perdagangan maupun jasa. Pada umumnya masalah yang dihadapi oleh para pelaku usaha mikro di Jombang adalah masalah permodalan, dimana pengusaha mikro kecil tidak memiliki modal usaha yang cukup untuk menjalankan usaha.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan dan perkembangan usaha mikro antara sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah yang meliputi modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan. Objek penelitiannya yaitu usaha mikro yang menjadi anggota BMT Mu’amalah Syariah dan calon anggota BMT Mu’amalah Syariah dengan sampel sebanyak 100. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas dan uji pangkat tanda wilcoxon.

Berdasarkan perhitungan uji pangkat tanda wilcoxon untuk variabel omzet penjualan didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) yang berarti ada beda variabel modal sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah terjadi peningkatan omzet usaha sebesar 100% setelah medapatkan pembiayan dari BMT Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang. Untuk variabel laba usaha didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) yang berarti ada beda variabel modal sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah terjadi peningkatan keuntungan usaha sebesar 100% setelah medapatkan pembiayan dari BMT Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang.Untuk variabel jam kerja didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) yang berarti ada beda variabel modal sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah terjadi peningkatan jam kerja sebesar 37 % setelah medapatkan pembiayan dari BMT Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang.Untuk variabel persediaan barang didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) yang berarti ada beda variabel modal sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah terjadi peningkatan persediaan barang sebesar 42% setelah medapatkan pembiayan dari BMT Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang. Dengan demikian dengan adanya pembiayaan dari BMT Mu’amalah Syariah Tebu Ireng Jombang maka omzet penjualan, laba usaha, jam kerja dan persediaan barang mengalami peningkatan yang sangat berarti.

Kata Kunci : Usaha Mikro, Pembiayaan Mudharabah, Omzet penjualan, Laba Usaha, Jam Kerja, dan Persediaan Barang.

Page 8: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya skripsi yang

berjudul “Peranan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Perkembangan Usaha

Mikro Dari Anggota dan Calon Anggota Koperasi BMT Mu’amalah Syariah

Tebuireng Jombang”. sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

Sarjana Strata 1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat doa, dukungan, bantuan,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si, Akt., Ph.D selaku Dekan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

2. Bapak Achma Hendra Setiawan, S.E, Msi selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan serta kesabaran selama proses

bimbingan skripsi.

3. Bapak Darwanto, S.E, Msi selaku dosen wali yang telah memberikan

motivasi dan arahannya selama menempuh pendidikan di S1

Universitas Diponegoro

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang

bermanfaat.

5. Pimpinan dan seluruh staf Koperasi BMT Mu’amalah Syariah serta

para responden yang telah memberikan bantuan serta informasi untuk

penelitian ini.

Page 9: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

ix

6. Untuk Almarhumah Bunda dan Bapak tercinta serta para Kakak dan

keluarga yang telah memberikan untaian doa, dukungan, curahan

kasih sayang, dan motivasi yang tiada henti untuk terselesaikannya

skripsi ini.

7. Untuk Julian Prasetyo terima kasih atas doa, bantuan, dukungan,

motivasi dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

8. Buat Mbak Indah terima kasih untuk memotivasinya dan

dukungannya selam ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik GG Bias ku, Riana, Wida, Rahmi, Rosi, Ika,

Yani, Anggraeni dan Devi terima kasih atas doa, dukungan, motivasi

dan kenangan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

10. Saudara-saudara di Semarang terima kasih atas doa dan dukungannya

selama ini.

11. Temen-temen kost Delviera, Eki, dan Mbak Wulan terima kasih atas

doanya dan motivasinya.

12. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2010 atas kebersamaan

dan kerjasamanya selama ini.

13. Teman-teman KKN 2013 Desa Tersan Gege Kabupaten Magelang

atas kebersamaan dan kenangannya.

14. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro serta kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi

ini.

Page 10: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

x

Skripsi ini tentu tidak terlepas dari segala kekurangan dan kesalahan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangatlah diharapkan untuk

memperbaiki hal tersebut. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pihak terkait.

Semarang, 22 Desember 2014

Penulis,

Diah Ayu Wigati

Page 11: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ..................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................. v

ABSTRACT .................................................................................... vi

ABSTRAKSI .................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ..................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 11

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................... 12

1.4 Sistematika Penulisan ....................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ................................................................. 16

2.1.1 Koperasi ................................................................... 16

2.1.2 BMT ......................................................................... 17

2.1.2.1 Pengertian ......................................................... 17

2.1.2.2 Azaz dan Badan Hukum BMT ........................... 17

2.1.2.3 Ciri-ciri BMT .................................................... 19

2.1.2.4 Produk pembiayaan BMT .................................. 21

2.1.3 Anggota BMT ........................................................... 44

2.1.4 Usaha Mikro ............................................................. 46

2.1.4.1 Pengertian ......................................................... 46

2.1.4.2 Kendala Usaha Mikro ........................................ 48

2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................... 49

2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................... 52

2.4 Hipotesis .......................................................................... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...... 55

3.1.1 Variabel Penelitian .................................................... 55

Page 12: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

xii

3.1.2 Definisi Operasional Variabel ................................... 55

3.2 Populasi dan Sampel ........................................................ 57

3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................... 61

3.4 Metodologi Pengumpulan Data ........................................ 62

3.5 Metode Analisis ............................................................... 63

3.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................... 63

3.5.2 Uji Statistik Pangkat Wilcoxon ................................. 67

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskriptif Objek Penelitian .............................................. 69

4.1.1 Kondisi Wilayah Jombang ........................................ 69

4.1.1.1 Kondisi Geodrafis Jombang ............................... 69

4.1.1.2 Kondisi Demografis Jombang ............................ 72

4.1.2 Karakteristik Responden ........................................... 72

4.1.2.1 Jenis Kelamin .................................................... 73

4.1.2.2 Jenis Usaha ........................................................ 74

4.1.2.3 Tingkat Pendidikan ............................................ 75

4.1.2.4 Umur ................................................................. 77

4.1.2.5 Jumlah pembiayaan yang di pinjam ................... 78

4.1.3 Profil Koperasi .......................................................... 79

4.1.3.1 Sejarah Koperasi................................................ 79

4.1.3.2 Struktur Pengurus .............................................. 79

4.2 Analisis Data .................................................................... 81

4.2.1 Uji Validitas .............................................................. 82

4.2.2 Uji Reliabilitas .......................................................... 82

4.2.3 Uji Tanda Pangkat Wilcoxon .................................... 83

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 90

5.2 Keterbatasan ..................................................................... 92

5.3 Saran ................................................................................ 93

Daftar Pustaka............................................................................... 94

Lampiran ....................................................................................... 97

Page 13: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BMT di Jombang .......................... 3

Tabel 1.2 Perkembangan Modal dan Volume Usaha Koperasi

BMT Mu’amalah Syari’ah Tahun 2009 – 2012 ................ 4

Tabel 1.3 Jumlah BMT Di Jombang ................................................. 6

Tabel 1.4 Perbedaan Koperasi Konvensional dan KJKS ................... 7

Tabel 1.5 Dana Bantuan Alokasi Pembiayaan Usaha Mikro

Koperasi BMT Mu’amalah Syari’ah Tahun 2009 – 2014 .. 10

Tabel 2.1 Perbedaan Ijarah dan Leasing ........................................... 39

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................... 50

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Anggota dan

Calon Anggota .................................................................. 58

Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel dari Calon Anggota .............. 59

Tabel 3.3 Perhitungan Jumlah Sampel dari Anggota ........................ 60

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa / Kelurahan

di Kabupaten Jombang ....................................................... 70

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas ............................................................ 82

Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Statistik ................................................. 83

Tabel 4.4 Item Total Statistic ........................................................... 83

Tabel 4.5 Hasil Uji Tanda Pangkat Wilcoxon ................................... 84

Tabel 4.6 Perkembangan Variabel Setelah Pembiayaan .................... 8

Page 14: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Akad Musyarakah ............................................................ 24

Gambar 2.2 Akad Mudharabah ............................................................ 29

Gambar 2.3 Akad Jual – Beli ............................................................... 37

Gambar 2.4 Akad Wakalah .................................................................. 40

Gambar 2.5 Akad Kafalah ................................................................... 41

Gambar 2.6 Akad Hawalah .................................................................. 42

Gambar 2.7 Akad Rahm ...................................................................... 44

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran ......................................................... 40

Gambar 4.1 Peta Administratif Kabupaten Jombang ............................ 71

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Anggota dan Calon Anggota BMT

Mu’amalah Syariah Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 73

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ........... 74

Gambar 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ........................................................................ 76

Gambar 4.5 Karakterisitik Responden Berdasarkan Umur ................... 77

Gambar 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Pembiayaan ...................................................................... 78

Gambar 4.7 Strukutr Organisasi KoperasiBMT Muamalah

Syariah Tebuireng Jombang .............................................. 80

Gambar 4.8 Perkembangan Omzet Penjualan Setelah Pembiayaan....... 86

Gambar 4.9 Perkembangan Laba Usaha Setelah Pembiayaan ............... 87

Gambar 4.10 Perkembangan Jam Kerja Setelah Pembiayaan ............... 88

Gambar 4.11 Perkembangan Persediaan Barang Setelah

Pembiayaan .................................................................... 89

Page 15: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ....................................................................... 94

Lampiran 2 Profil Responden ............................................................ 98

Lampiran 3 Pembiayaan Mudharabah ................................................ 103

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas .......................................................... 106

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................... 109

Lampiran 6 Hasil Uji Tanda Pangkat Wilcoxon ................................. 111

Lampiran 7 Dokumentasi ................................................................... 114

Page 16: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan lembaga keuangan syariah memiliki peranan yang signifikan

pada pertumbuhan lembaga keuangan Indonesia. Peranan ini dibuktikan oleh

partisipasi masyarakat menggunakan lembaga keuangan syariah untuk

mengembangkan usahanya. Lembaga keuangan syariah sebagai bagian dari sistem

ekonomi syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari

jaringan Syariah. Oleh karena itu, Lembaga keuangan syariah tidak akan mungkin

membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan,

proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat luas. Bisnis syariah

ditunjukan untuk memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan

sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik. Bisnis secara syariah dijalankan untuk

mencapai iklim bisnis yang baik dan lepas dari praktik kecurangan.

Lembaga keuangan secara umum dibagi ke dalam dua jenis yaitu lembaga

keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Lembaga perbankan

merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara antara pihak yang

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Pada praktiknya, bank–bank

ini menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit. Sementara itu lembaga keuangan non bank

melakukan aktivitas salah satu dari fungsi bank, yaitu melakukan penghimpun

Page 17: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

2

dana saja dari masyarakat atau menyalurkan saja kepada masyarakat. Ciri-ciri

sebuah lembaga keuangan syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: (1)

dalam menerima titipan dan investasi, lembaga keuangan syariah harus sesuai

dengan fatwa dewan pengawas syariah; (2) hubungan antara investor (penyimpan

dana), pengguna dana, dan lembaga keuangan syariah sebagai intermediary

institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur; (3) bisnis

lembaga keuangan syariah bukan hanya berdasarkan profit oriented, tetapi juga

falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat; (4) konsep

yang digunakan dalam transaksi lembaga syariah berdasarkan prinsip kemitraan

bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-

meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial; (5) lembaga keuangan syariah

hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta

tidak merugikan syiar Islam.

Di Indonesia lembaga keuangan syariah yang pertama kali muncul adalah

Bank syariah. Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank

muamalat syariah. Adiwarman (2006) menjelaskan berdasarkan data Bank

Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2013 diperkirakan cukup baik.

Industri perbankan syariah diprediksi masih akan berkembang dengan tingkat

pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika posisi November 2012, volume usaha

perbankan syariah telah mencapai 15,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhan

yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 83,3 %, volume usaha perbankan syariah

diakhir tahun 2013 diperkirakan akan mencapai 20 triliun rupiah. Dengan volume

tersebut, diperkirakan industri perdagangan syariah akan mencapai pangsa pasar

Page 18: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

3

sebesar 1,6 % dari industri perbankan nasional dibandingkan sebesar 1,3% pada

akhir tahun 2012. Perkembangan yang pesat Bank syariah mendorong munculnya

Lembaga keuangan syariah non bank, misalnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

BMT adalah salah satu produk dari lembaga kuangan syariah yang saat ini

telah mampu memberikan pembiayaan untuk usaha anggota dan calon anggota

agar usahanya dapat berkembang. Koperasi Simpan Pinjam dan BMT memiliki

badan hukum yang sama yakni koperasi. Oleh karena berbadan hukum koperasi,

maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian dan UU no. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro (LKM). Selama ini BMT harus juga dijalankan berdasarkan Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KepMen) no. 91 tahun

2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

Syariah (KJKS).

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BMT di Jombang

Sumber : BPS 2013, diolah

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah BMT di Jombang

mengalami kenaikkan. Hal ini dapat membantu meratakan pembiayaan untuk

kemajuan usaha mikro di Jombang. Semakin banyak BMT yang muncul maka

Tahun Jumlah BMT

2009 9 Unit

2010 10 Unit

2011 10 Unit

2012 11Unit

2013 11 Unit

Page 19: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

4

akan mampu meningkatkan jumlah permodalan usaha anggota usaha mikro.

Faktor penting dalam sebuah badan usaha adalah modal. Modal adalah

sumber dana untuk membiayai aktivitas-aktivitas usaha. Sumber modal dalam

koperasi adalah modal sendiri dan modal pinjaman. Penggunaan modal sendiri

lebih baik dibandingkan modal pinjaman, karena penggunaan modal sendiri

tidak akan menimbulkan beban bunga yang sangat besar

Adapun yang menjadi sumber utama modal sendiri dalam koperasi adalah

setoran pokok, modal penyertaan, dan simpanan. Ukuran untuk menilai

keberhasilan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) bukan terletak pada besarnya laba

yang dihasilkan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tetapi lebih ditekankan pada

efisiensi pengelolaan modal Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang digunakan untuk

membiayai usaha anggotanya.

Tabel 1. 2 Perkembangan Modal dan Volume Usaha

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah Tahun (2009-2012)

Sumber: BPS 2012, diolah

Tahun Jumlah Modal (juta) Volume Usaha

2009 367.718 626.725

2010 400.7 626.725

2011 514.226 453.408

2012 580.648 453.408

Page 20: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

5

Koperasi muncul sebagai solusi atas keresahan penduduk kalangan ekonomi

lemah untuk memajukan usahanya karena keterbatasan modal yang dimiliki.

Namun koperasi konvensional masih menerapkan sistem bunga/riba, sedang

dalam Islam hal tersebut dilarang. Hal itu menjadi salah satu faktor berdirinya

koperasi yang berlandaskan syariah. Koperasi lebih menekankan konsep

perbankan (sistem bunga) dalam pengelolaan simpanan dan pinjaman untuk

nasabah. Sedangkan BMT lebih menekankan pada konsep syariah Islam dengan

sistem bagi hasil tanpa adanya riba. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada

kemampuan pengeloalaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi

nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan dengan sistem tawar menawar

yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil dengan Akad.

Akad syariah yang digunakan biasanya menggunakan akad mudharabah

muthlaqah. Nasabah menyerahkan investasinya dalam bentuk deposito kepada

pihak-pihak bank dan bank boleh memutarkan dana tersebut secara bebas sesuai

kebijakan bank. Akad Mudharabah deposito menggunakan prinsip bagi hasil

sebagi return investasinya melalui nisah atau prosi presentasi antara nasabah dan

pihak bank. BMT sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat dan memiliki

prospek yang baik karena mayoritas penduduk muslim, sehingga bisa dikatakan

lembaga keuangan syariah mengalami kemajuan yang pesat dari tahun ke tahun.

Page 21: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

6

Tabel 1.3 Jumlah BMT Di Jombang

No Nama BMT Jumlah Anggota Modal ( juta )

1 BMT Al Ikhlas 25 5.707

2 BMT Al Madjid 34 2.140

3 BMT Al Ittihal 31 200

4 BMT Al Arifin 49 11.442

5 BMT Al Hasan 29 1.450

6 BMT Al Faiz 33 2.120

7 BMT Bina Artha Mulia 25 14.495

8 BMT Surya Sejahtera 30 163.196

9 BMT Mu’amalah Syariah 771 367.718

10 BMT An Nur 26 154.423

11 BMT Surya Amanah 3

Sumber : BPS, 2010

Mekanisme bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik

antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership merupakan

karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama ekonomi harus dilakukan

dalam semua kegiatan ekonomi yaitu : produksi, distribusi barang maupun jasa.

Salah satu bentuk kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau

mudharabah. Qirad atau mudhrabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau

uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam

pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui qirad atau

mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga,

Page 22: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

7

tetapi mendaptkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi

yang disepakati bersama( Muhammad, 2001).

Tabel 1.4 Perbedaan koperasi konvensional dan KJKS

Perbedaan KJKS Koperasi

Konvensional

Investasi Melakukan investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram

Bunga Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa

Memakai perangkat bunga

Profit Profit dan falah oriented (mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat)

Profit Oriented

Pengawas Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : Antonio, 2001

Antonio (2001) mengatakan riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan).

Dalam pengertian lain, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Menurut istilah

teknis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara

batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum

terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil

atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang

terdapat di Jombang. Perkembangan BMT Mu’amalah syariah sangat cepat hal ini

dikarenakan Koperasi BMT ini memiliki modal yang tinggi dibandingkan dengan

lembaga keuangan syariah yang lainnya. Modal adalah salah satu komponen yang

Page 23: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

8

penting untuk menjalankan suatu usaha. BMT memberikan pinjaman untuk usaha

anggotanya agar lebih berkembang. Di Jombang terdapat beberapa BMT yang

menawarkan modal usaha atau disebut juga dengan sistem pembiayaan

mudharabah.

Pada Peraturan Bank Indonesia No.10/16/PBI/2008 dijelaskan tentang

pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana serta pelayanan syariah. Karakteristik pembiayaan mudharabah meliputi

ketentuan, syarat dan rukun pembiayaan serta ketentuan bagi hasilnya diatur

dalam Fatwa MUI No.7/DSN/IV/2000. Dalam standar akuntansi, pembiayaan

mudharabah diatur dalam PSAK No.59 tentang perlakuan akuntansi Bank

syariah. Secara hukum BMT masih berbadan hukum pada koperasi akan tetapi

sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan bank syariah sehingga

produk–produk yang berkembang dalam BMT sama halnya yang terdapat pada

bank syariah.

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia usaha mikro selalu digambarkan

sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar

jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil

baik disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi

bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang

dikelola oleh dua departemen yakni: (1) Departemen Perindustrian dan

Perdagangan; (2) Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, namun

demikian usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan

hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan usaha kecil menengah sangat kecil

Page 24: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

9

dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan

kebijaksanaan usaha kecil menengah oleh pemerintah selama Orde Baru, sedikit

saja yang dilaksanakan lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga

hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha

besar hampir disemua sektor, antara lain : perdagangan, perbankan, kehutanan,

pertanian dan industri (Sartika, 2004).

Perkembangan usaha mikro di Pedesaan pada awalnya tidak bisa berkembang

karena permodalan mereka sangat terbatas. Sebagian lembaga keuangan

perbankan belum bisa menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah.

Sebelum adanya lembaga simpan pinjam syariah, masyarakat kecil dan

menengah menambah modal usahanya dengan cara meminjam kepada rentenir

atau lembaga simpan pinjam konvensional. Selain peminjam harus

mengembalikan dana sejumlah pinjaman pokok, peminjam juga harus

membayar beban bunga yang tinggi. BMT tidak menempuh cara transaksi

simpan pinjam berbunga. BMT mencari keuntungan usaha melalui kegiatan yang

bebas riba. Salah satu ruang lingkup kegiatan operasional BMT adalah

kerjasama bagi hasil berupa pembiayaan mudharabah.

Page 25: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

10

Tabel 1.5 Dana Bantuan Alokasi Pembiayaan Usaha Mikro

Koperasi BMT Mu’amalah Syari’ah Tahun 2009-2014 ( Dalam juta rupiah)

Sumber : Data Keuangan BMT Mu’amalah Syari’ah 2014, diolah

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa dana alokasi yang diberikan kepada

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah kepada pelaku usaha mikro tiap tahunnya

mengalami kenaikan disetiap jenis usaha per sektor. Sektor jasa memperoleh

pembiayaan paling besar dibandingkan sektor perdagangan karena masyarakat

sekitar Jombang khususnya daerah Kecamatan Diwek memiliki usaha konveksi

yang besar. Permintaan akan souvenir baju para penziarah makam KH.

Abdurrahman Wahid yang cukup besar mengakibatkan berkembangnya usaha

konveksi di Kecamatan Diwek.

Mengingat fenomena diatas cukup menarik untuk dibahas, penulis tertarik

untuk mengkaji permasalahan dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi

dengan judul. “Peranan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Perkembangan Usaha

Mikro Dari Anggota dan Calon Anggota Koperasi BMT Mu’amalah Syariah

Tebuireng Jombang”.

Jenis Usaha (Per Sektor)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Perdagangan 13 13.5 13 14 15 15

Pertanian 2 2 1.5 2 3 5

Jasa 5 5 5 5 10 10

Peternakan 2 2 3 3 4 4

Perikanan 2 2 2 2 3 3

Page 26: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

11

1.2 Rumusan Masalah

Banyak kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, salah satunya adalah

modal. Padahal modal merupakan unsur pertama dalam mendukung

peningkatan produksi. Dengan adanya modal, usaha akan lebih berkembang.

Namun di Jombang khususnya daerah Kecamatan Diwek yang memiliki pelaku

usaha mikro terbesar di Jombang ternyata susah mendapatkan modal untuk

usahanya. Mereka telah mengenal lembaga keuangan formal untuk mendapatkan

modal seperti Bank. Tetapi kenyataannya tidak mudah mendapatkan pembiayaan

dari Bank, karena persyaratan yang terlalu rumit sehingga para pelaku usaha

mikro enggan meminjam di Bank. Usaha mikro di Kabupaten Jombang terdiri dari

berbagai macam jenis usaha misalnya pertanian, perikanan, jasa dan perdagangan.

Dengan adanya Koperasi BMT Mu’amalah dapat menjadi jalan alternatif

untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan modal sektor usaha mikro.

Koperasi BMT Mu’amalah syariah menerapkan sistem pembiayaan mudharabah

yang tidak memiliki bunga. Kuncoro (2005) menjelaskan mudharabah adalah

kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian

atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek

usaha. Melalui mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan

mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing

dari proyek ekonomi yang disepakati bersama. Hal ini akan menarik untuk dikaji

sehingga timbul penelitian sebagai berikut:

Page 27: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

12

1. Bagaimana perbedaan omzet penjualan usaha mikro antara sebelum

dan sesudah mendapat bantuan pembiayaan mudharabah di Koperasi

BMT Mu’amalah Syariah?

2. Bagaimana perbedaan keuntungan usaha mikro antara sebelum dan

sesudah mendapat bantuan pembiayaan mudharabah di Koperasi BMT

Mu’amalah Syariah?

3. Bagaimana perbedaan jam kerja usaha mikro antara sebelum dan

sesudah mendapat bantuan pembiayaan mudharabah di Koperasi BMT

Mu’amalah Syariah?

4. Bagaimana perbedaan jumlah persediaan barang usaha mikro antara

sebelum dan sesudah mendapat bantuan pembiayaan mudharabah di

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menganalisis perbedaan omzet penjualan usaha mikro antara

sebelum dan sesudah mendapat bantuan pembiayaaan mudharabah di

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah.

2. Untuk menganalisis perbedaan keuntungan usaha mikro antara

sebelum dan sesudah mendapat bantuan pembiayaaan mudharabah di

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah.

Page 28: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

13

3. Untuk menganalisis perbedaan jam kerja usaha mikro antara sebelum

dan sesudah mendapat bantuan pembiayaaan mudharabah di Koperasi

BMT Mu’amalah Syariah.

4. Untuk menganalisis perbedaan jumlah persediaan barang usaha mikro

antara sebelum dan sesudah mendapat bantuan pembiayaaan

mudharabah di Koperasi BMT Mu’amalah Syariah.

Kegunaan Penelitian ini adalah :

1. Untuk Koperasi BMT Mu’amalah Syariah Jombang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi

serta masukan bagi manajemen Koperasi BMT Muamalah Syariah

Jombang dalam mengelola pembiayaan mudharabah sehingga dapat

meningkatkan kemajauan Koperasi BMT Muamalah Syariah Pondok

Pesantren Tebuireng.

2. Untuk Masyarakat

Memberikan informasi yang berguna bagi semua masyarakat bahwa

pembiayaan mudharabah merupakan salah satu alternatif untuk

peningkatan modal usaha tanpa adanya riba.

3. Untuk Peneliti

Dapat menambah perbendaharaan pengetahuan praktis bagi penulis

dalam rangka menerapkan teori yang diperoleh sebelumnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk kejelasan dan ketetapan arah pembahasan dalam skripsi ini

penulis menyusun sistematika sebagai berikut :

Page 29: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

14

BAB I : Pendahuluan

Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Menguraikan tentang landasan teori yang berkaitan dengan topik

penelitian, pembahasan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini, kerangka pemikiran

yang menerangkan secara ringkas hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat yang akan diteliti, serta hipotesis penelitian

yang menjadi pedoman dalam analisis data.

BAB III : Metode Penelitian

Menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional

variabel, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini.

BAB IV : Hasil dan Analisis

Menguraikan tentang deskriptif objek penelitian yang menjelaskan

secara umum obyek penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian ini, serta proses pengintepretasian data yang diperoleh

untuk mencari makna dan implikasi dari hasil analisis.

Page 30: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

15

BAB V : Penutup

Mencakup uraian yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian serta saran-saran.

Page 31: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1. Koperasi

adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum

koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk

menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang

ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperasi

merupakan kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Koperasi harus

mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Kerjasama dalam koperasi didasarkan

pada rasa persamaan derajat, dan kesadaran para anggotanya. Koperasi merupakan

wadah demokrasi ekonomi dan sosial. Koperasi adalah milik bersama para

anggota, pengurus maupun pengelola. Usaha tersebut diatur sesuai dengan

keinginan para anggota melalui musyawarah rapat anggota.

Koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi :

a) keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka; b) pengawasan oleh

Anggota diselenggarakan secara demokratis; c) anggota berpartisipasi aktif dalam

kegiatan ekonomi Koperasi; d) koperasi merupakan badan usaha swadaya yang

otonom, dan independen; e) koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan

informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan

Page 32: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

17

koperasi; f) koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan

koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal,

nasional, regional, dan internasional; dan g) koperasi bekerja untuk pembangunan

berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang

disepakati oleh anggota

2.1.2 Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

2.1.2.1 Pengertian BMT

BMT adalah singkatan dari istilah Baitul Mal wa Tamwil. Secara

singkat, bait al-mal merupakan lembaga pengumpulan dana masyarakat yang

disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-tamwil merupakan lembaga

pengumpulan dana (uang) guna disalurkan dengan orientasi profit dan

komersial. Sumiyanto (2008) mengatakan bahwa, BMT merupakan salah satu

jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro

seperti koperasi simpan pinjam (KSP).

2.1.2.2 Azas Dan Badan hukum BMT

BMT berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta

berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/

koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara hukum BMT

masih berbadan hukum pada koperasi, hal ini dikarenakan BMT masih belum

memiliki status dan perundang-undangan yang jelas walaupun mendapat

dukungan dari pemerintah. Solusinya hingga saat ini BMT masih menginduk pada

perundang-undangan walaupun secara mekanisme kerja berbeda. Efek dari

Page 33: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

18

berbadan hukum koperasi, BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 17

tahun 2012 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaa

usaha simpan pinjam oleh koperasi, juga dipertegas oleh KEP. MEN Nomor 91

tahun 2004 tentang Koperasi jasa keuangan syariah. Undang-undang tersebut

sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga keuangan mikro syariah).

Secara prinsip BMT dan bank syariah sama-sama menjunjung asas

ekonomi Islam dalam sistem maupun operasionalnya. Namun, BMT memiliki

beberapa perbedaan dengan bank syariah. Modal awal BMT tidak sebesar bank

syariah, karena salah satu syarat berdirinya bank adalah mencapai modal awal

sebesar yang telah ditentukan dalam undang–undang perbankan, demikian juga

dengan bank syariah harus memenuhi syarat tersebut. Pangsa pasar BMT lebih

kecil dari pada bank syariah yaitu seputar Kabupaten, khususnya bagi masyarakat

dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Pada nisbah bagi hasil produk

tabungan Bank Syariah dan BMT cenderung memiliki perbedaan dimana BMT

menentukan nisbah yang lebih kecil bagi nasabah. Hal ini disebabkan karena

pertimbangan modal BMT yang lebih kecil, system profit dan lost sharing yang

berbeda dengan Bank syariah (revenue sharing) dan tidak adanya pembebasan

biaya administratif bagi nasabah. Pada produk pembiayaan, BMT tidak

menentukan nisbah tertentu. Presentase bagi hasil tersebut ditentukan melalui

kesepakatan antara pihak BMT dengan calon peminjam secara personal. Hal ini

disebabkan karena BMT tidak tunduk kepada regulasi BI (Bank Indonesia)

sehingga lebih leluasa dalam menerapkan konsep bagi hasil yang sesungguhnya.

Page 34: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

19

2.1.2.3 Ciri-ciri BMT

Menurut A. Djazuli (2002:184) mengemukakan empat ciri utama dan ciri

khas BMT yaitu :

Ciri utama BMT :

1. Mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak

untuk anggota.

2. Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan

penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyrarakat di

sekitarnya.

4. Milik bersama masyarakat kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan

milik seorang atau orang dari luar masyrakat itu.

Ciri khas BMT adalah :

1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan produktif,

tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik penyetor dana maupun

sebagai penerima pembiayaan usaha.

2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggu oleh sejumlah staf yang

terbatas, karena sebagian staf harus bergerak ke lapangan untuk

mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi usaha

nasabah.

Page 35: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

20

3. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan islami.

Selanjutnya Muhammad (2003:136) mengemukakan ciri BMT sebagai

lembaga keuangan informal, yaitu :

1. Modal awal lebih kurang Rp 5 juta s.d. Rp 10 juta.

2. Memberikan pembiayaan kepada anggota relatif lebih kecil, tergantung

perkembangan modalnya.

3. Calon pengelola atau manajer dipilih yang beraqidah, komitmen tingggi

pada pengembangan ekonomi umat, amanah, jujur, dan jika mungkin

lulusan D3 atau S1.

4. Menerima titipan zakat, infaq dan sadaqah dari bazis.

5. Dalam operasi menggiatkan dan menjemput berbagai simpanan

mudharabah, demikian pula terhadap nasabah pembiayaan tidak

menunggu.

6. Manajemen profersional dan Islami.

7. Administrasi pembukuan dan prosedur perbankan

8. Aktif, menjemput,berprakarsa.

9. Berprilaku ansahu’amalan : service excellent

Page 36: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

21

2.1.2.4 Produk Pembiayaan BMT

Dalam pembiayaan produktif, baik yang diperuntukkan sebagai modal

kerja maupun investasi, masyarakat dapat memilih empat model pembiayaan

BMT. Pola pembiayaan ini merupakan kontrak yang mendasari berbagai produk

layanan masyarakat BMT dalam usahanya. Ascarya mengklasifikasikan

pembiayaan BMT kepada empat kategori umum, yaitu (2008: 140):

a. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Syirkah dalam bahasa Arab berarti pencampuran atau interaksi atau

membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan yang

ada. Di dalam terminology Fikih Islam, Syirkah dibagi dalam dua jenis :

1. Syirkah al – milk atau syirkah kepemilikan yaitu kepemilikan bersama

dua pihak atau lebih dari suatu properti.

2. Syirkah al-aqd atau syirkah akad yaitu berarti kemitraan yang terjadi

karena adanya kontrak bersama atas usaha komersil bersama.

Akad dalam lembaga keuangan syariah seperti bank syariah dan BMT

yang utama dan paling penting disepakati oleh para ulama adalah akad

dengan pola bagi hasil dengan prinsip mudharabah (trustee profit sharing) dan

musyarakah (joint venture profit sharing).

1) Musyarakah

Page 37: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

22

Merupakan kerjasama dalam usaha oleh dua pihak. Ketentuan umum

dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut :

a) Semua modal disatukan untuk menjadi modal proyek musyarakah

dan dikelola bersama-sama.

b) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan

usaha yang dijalankan oleh pelaksana usaha.

c) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah

dengan tidak boleh melakukan tindakan seperti; seperti

menggabungkan dana proyek dengan dana pribadi, mejalankan

proyek dengan pihak lain tanpa seizing pemilik modal lainnya,

memberi pinjaman kepada pihak lain.

d) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan

oleh pihak lain.

e) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama bila menarik

diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hukm.

Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek jangka waktu proyek

harus diketahui bersama dan proyek yang dijalankan harus

disebutkan dalam akad.

Menurut Muhammad Syafi’i (2001), macam-macam musyarakah :

Page 38: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

23

a. Syirkah al-‘inan

Syirkah al-‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap

pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dan dan

beroartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan

dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan

tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja

atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan

kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis al-

musyarakah ini.

b. Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang

atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan

dana dan secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis al-

musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja,

tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing

pihak.

c. Syirkah A’maal

Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi

untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan

dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk

menggarap sebuah proyek atau kerja sama dua orang penjahit

untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Al-

Page 39: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

24

musyarakah ini kadang-kadang disebut usyarakah abdan atau

sanaa’i

d. Syirkah Wujuh

Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang

memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka

membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual

barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan

dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang

disediakan oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini tidak

memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada

jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai

musyarakah piutang.

Gambar 2.1 Akad Musyarakah

Sumber : Antonio, 2011

Masalah Parsial

Asset Value

Bank Syariah Parsial

Pembiayaan

Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal

(nisbah)

KEUNTUNGAN

PROYEK USAHA

Page 40: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

25

2) Mudharabah

a. Pengertian mudharabah

Menurut Ascarya (20011: 60), mudharabah adalah akad bagi hasil

ketia pemilik dana/modal (pemodal), biasanya disebut shahibul

mal/ rabbul mal, menyediakan modal (100 persen) kepada

pengusaha sebagai pengelola, biasanya disebut mudharib, untuk

melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan

yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan

yang ditentukan sebelumnya dalam akad (yang bsarnya juga

dipengaruhi olek kekuatan pasar)

b. Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah

(1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksanana usaha)

Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak

pertama bertindak sebagai pelaksana pemilik modal (shahib

almal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha

(mudharib atau ‘amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad

mudharabah tidak ada.

(2) Objek mudaharabah (modal dan kerja)

Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,

sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek

mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau

Page 41: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

26

barang yang dirinci berapa nilai uangnya. sedangkan kerja yang

diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill,

management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad

mudharabah pun tidak akan ada.

(3) Persetujuan kedua belah pihak (ija-qabul) Faktor ketiga, yakni

persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari

prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah

pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam

akad mudharabah. Pemilik dana setuju dengan perannya untuk

mengkontribusikan dana, sementara pelaksana usaha pun setuju

dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.

(4) Nisbah Keuntungan

Menurut Karim (2011), penentuan nisbah didasarkan pada:

a. Prosentase, nisbah keuntungan yang harus dinyatakan dalam

bentuk prosentas eantara kedua belah pihak, bukan dinyatakan

dalam nilai nominal.

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi, ketentuan itu merupakan

konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri,

yang tergolong kedalam kontrakinvestasi (natural uncertainty

contracs). Dalam kontrak ini return tergantung kepada kinerja

sektor riilnya, bila laba bisnisnya besar kedua belah pihak

mendapat bagian yang besar pula akan tetapi bila labanya kecil

Page 42: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

27

maka bagiannya kecil juga, jadi filosofi ini hanya dapat berjalan

jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam

bentuk nominal.

c. Jaminan tujuan pengenaan jaminan dalam akad mudharabah

adalah untuk menghindari moral hazard mudharib bukan untuk

“mengamankan” nilai investasi kita jika terjadi kerugian karena

faktor risiko binis. Bila kerugian yang timbul disebabkan karena

faktor risiko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh

shohibul maal.

d. Menentukan besarnya nisbah, besarnya nisbah ditentukan

berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak.

Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagi hasil tawar menawar

antara shohibul maal dengan mudharib.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian. Jika terjadi kerugian, cara

menyelesaikannya adalah:

1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena

keuntungan merupakan pelindung modal.

2. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari

pokok modal.

Page 43: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

28

c. Ketentuan Kerjasama Mudharabah

Kerjasama shahibul maal dalam memberikan dana 100%

kepada mudharib adalah :

(1) jumlah modal yang diserahkan kepada anggota selaku

pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang

atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.

(2) hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara yaitu : pertama; hasil usaha

dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada bulan

atau waktu yang ditentukan. BMT selaku pemilik modal

menanggung seluruh kegiatan kecuali akibat kelalaian dan

penyimpangan pihak pengusaha, kedua; BMT berhak

melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak

berhak mencampuri urusan pekerjaan anggota.

d. Bentuk-bentuk akad mudharabah antara lain :

(1) Mudharabah Bilateral (Sederhana)

Mudharabah bilateral adalah bentuk mudhrabah antara satu pihak

sebagai shahibul mal dan satu pihak lain sebagai mudharib.

Page 44: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

29

Gambar 2.2 Akad Mudharabah

Sumber : Antonio, 2011

b. Prinsip Jual Beli (Tijarah)

Jual beli secara entimologi berarti menukar harta dengan harta, sedangkan

secara terminologis artinya adalah transaksi penukaran selain fasilitas dan

kenikmatan. Dalam Fikih Islam dikenal berbagai macam jual beli. Dari sisi

objek yang diperjual-belikan, jual beli dibagi tiga, yaitu :

1) Jual beli mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan

uang.

Nasabah

(Mudharib)

Bank (Syahibul Maal)

PROYEK / USAHA

PEMBAGIAN

KEUNTUNGAN

MODAL

PERJANJIAN

BAGI HASIL

KEAHLIAN/

KETERAMPILAN

MODAL

100%

NISBAH

X%

NISBAH

Y%

Pengambilan

Modal Pokok

Page 45: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

30

2) Jual beli sharf, yaitu jual beli atau pertukaran anatara satu mata uang

dengan mata uang lain.

3) Jual beli muqayyadah, yaitu jual beli di mana pertukaran terjadi antara

barang dengn barang (barter), atau pertukaran antara barang dengan

barang yang dinilai dengan valuta asing (counter trade).

Dari sisi cara menetapkan harga, jual beli dibagi empat, yaitu :

1) Jual beli musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika

penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang

didapatnya.

2) Jual beli amanah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan

modal jualnya (harga perolehan barang). Jual beli amanah ada tiga,

yaitu :

(a) Jual beli murabhahah, yaitu jual beli ketika penjual menyebutkan

harga pembelian barang (termasuk biaya perolehan) dan keuntungan

yang diinginkan.

(b) Jual beli muwadha’ah (discount), yaitu jual beli dengan harga di

bawah modal dengan jumlah kerugian yang diketahui, untuk

penjualan barang atau aktiva yang nilai bukunya sudah sangat

rendah.

(c) Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan harga modal tanpa

keuntungan dan kerugian.

Page 46: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

31

3) Jual beli dengan harga tangguh, Bai’ bitsaman ajil, yaitu jual beli

dengan penetapan harga yang akan dibayar kemudian. Harga tangguh

ini boleh lebih tinggi daripada harga tunai dan bisa dicicil (concern

pada cara menetapkan harga, bukan pada cara pembayaran).

4) Jual beli muzayadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari

penjual dan para pembeli berlomba menawar, lalu penawar tertinggi

terpilih sebagai pembeli. Kebalikannya, disebut jual beli munawadhah,

yaitu jual beli dengan penawaran pembeli untuk membeli barang

dengan spesifikasi tertentu dan para penjual berlomba menawarkan

dagangannya, kemudian pembeli akan membeli dari penjual yang

menawarkan harga termurah.

Dari sisi cara pembayaran, jual beli dibagi empat, yaitu :

1) Jual beli tunai dengan penyerahan barang dan pembayaran langsung.

2) Jual beli dengan pembayaran tetunda, bai’ muajjal (deferred payment),

yaitu jual beli dengan penyerahan barang secara langsung (tunai), tetapi

pembayaran dilakukan kemudian dan bisa dicicil.

3) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda (deferred delivery), yaitu

meliputi :

(a) Bai’ as salam, yaitu jual beli ketika pembeli membayar tunai di

muka atas barang yang dipesan (biasanya produk pertanian) dengan

spesifikasinya yang akan diserahkan kemudian; dan

Page 47: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

32

(b) Bai’ al istishna, yaitu jual beli di mana pembeli membayar tunai

atau bertahap atas barang yang dipesan (biasanya produk

manufaktur) dengan spesifikasinya yang harus diproduksi dan

diserahkan kemudian.

4) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama

tertunda.

Beberapa syarat pokok jual beli menurut Usmani (1999), antara lain

a) Barang yang akan diperjualbelikan harus ada pada saat transaksi

dilakukan. Oleh karena itu, barang yang belum ada tidak dapat

diperjualbelikan. Jika terjadi transaksi semacam ini, meskipun atas dasar

saling ridha, maka jual beli tersebut tidak sah secara Syariah. Misalnya,

penjualan anak sapi yang masih dalam kandungan.

b) Barang yang akan diperjualbelikan harus merupakan milik dari penjual.

Jika terjadi jual beli barang yang belum dimiliki penjual pada saat

transaksi, maka jual beli tersebut tidak sah secara syariah. Misalnya, A

menjual ke B sebuah mobil milik C yang akan dibeli A, dan setelah itu

baru diserahkan ke B. jual beli tersebut batal Karen mobil belum dimiliki

oleh A pada saat transaksi dengan B.

c) Barang yang akan diperjualbelikan harus berada dalam kekuasaan

konstruktif (constructive possession) dari penjual. Hak milik konstruktif

adalah situasi ketika barang secra fisik belum di tangan penjual, tetapi

Page 48: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

33

sudah dalam kendalinya, dan semua hak dan kewajiban dari barang

tersebut sudah dipindahkan, termasuk risiko kerusakan barang.

d) Jual beli harus langsung dan mutlak. Ini berarti, jual beli untuk waktu yang

akan datang atau jual beli dengan syarat kejadian di waktu yang akan

datang tidak sah. Jika para pihak ingin jual beli menjadi efektif, mereka

harus melakukannya dengan jual beli baru setelah sampai pada waktu yang

akan datang tersebut, atau suatu peristiwa terjadi.

e) Objek yang diperjualbelikan harus merupakan barang yang memiliki nilai.

Jadi, barang yang tidak memiliki nilai perdagangan tidak dapat dijual atau

dibeli.

f) Objek yang diperualbelikan harus bukan barang haram, seperti minuman

keras, daging babi, dan sebagainya.

g) Objek yang diperdagangkan harus dapat diketahui dan diindentifikasi

secara spesifik oleh pembeli.

Obejk yang diperdagangkan dapat diidentifikasi dengan cara penunjukan

atau dengan spesifikasi rinci yang dapat dibedakan dari barang lain yang

tidak dijual.

h) Penyerahan barang kepada pembeli harus tertentu dan tidak bergantung

pada suatu syarat atau kemungkinan.

i) Kepastian harga barang merupakan syarat yang diperlukan (necessary

condition) agar jual beli sah. Jika harga belum pasti, jual beli tidak sah.

Page 49: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

34

j) Jual beli harus tanpa syarat (unconditional). Jual beli dengan syarat tidak

sah, kecuali syarat tersebut dikenal sebagai bagian dari transaksi sesuai

dengan penggunaannya dalam perdagangan.

Namun demikian, bentuk jual beli yang diadopsi dalam perbankan

syariah dalam pemberian pembiayaan secara luas ada tiga, yaitu bai’ al-

murabhahah (biasa disebut murabhahah saja), bai’ as salam (biasa disebut

salam saja), dan bai’ al istishna (biasa disebut istishna saja). Sedangakan, bai’

al sharf (biasa disebut sharf saja) diterapkan dalam jasa pertukaran uang

(Karim, 2013).

1. Murabhahah

Munurut (Antonio, 2011) Murabhahah adalah jual beli barang pada

harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam

murabhahah, penjual harus member tahu harga produk yang ia beli

dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.

Syarat dalam murabhahah adalah :

a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c) Kontrak harus bebas dari riba.

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembeli.

Page 50: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

35

Ketentuan umum dalam murabhahah adalah :

a) Jaminan

Jaminan bukan satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi

dalam murabhahah. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar

si pemesan tidak main-main dengan pesanan.

b) Utang dalam murabhahah kepada pemesan pembelian

Secara prinsip, penyelesain utang pemesan dalam transaksi

murabhahah kepada pemesan pembelian tidak ada kaitannya

dengan transaksi lain yang dilakukan pemesan kepada pihak

ketiga atas barang pesanan tersebut. Jika pemesan menjual

barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, pemesan

tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

c) Bangkrut

Jika pemesan yang beruntung dianggap pailit dan gagal

menyelesaikkan utangnnya karena benar-benar tidak mampu

secara ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan pemesan

mampu,kreditur harus menunda tagihan utang sampai pemesan

menjadi sanggup kembali.

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Page 51: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

36

Manfaat murabhahah adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih

harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem

murabhahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan

administrasinya di bank syariah. Beberapa kemungkinan risiko yang harus

diantisipasi antara lain sebagai berikut.

a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b. Fuktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik

setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah

harga jual beli tersebut.

c. Penolkan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah

karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga

nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan

asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang

tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani

kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik

bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada

pihak lain.

d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka

ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah

bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk

menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

Page 52: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

37

c. Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Objek transaksi

dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa, BMT dapat saja menjual

barang yang disewakan kepada anggota. Karena dalam kaidah syariah

dikenal dengan nama ijarah mutahiyah bit tamlik (sewa yang diikuti dengan

perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal

perjanjian.

Gambar 2.3 Akad Ijarah

Sumber: Karim,2013

Keterangan :

1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah

2. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh

nasabah

Bank Syariah Nasabah

Supplier / Penjual / Pemilik Objek Ijarah

Permohonan

pembiayaan ijarah

Menyewa / membeli

objek ijarah Ijarah

Page 53: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

38

3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai

barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya

pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani.

Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.

4. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang

disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah

mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank.

5. a. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai wal ijarah),

setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh

bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali.

b. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut ( al-ijrah wal ijarah

atau ijarah parallel) setelah periode ijarah berakhir objek ijarah

tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik.

Ada dua jenis ijarah dalam hukum islam (ascarya,2011) yaitu:

1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkejakan jasa

seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut musta’jir, piha pekerja disebut ajir, upah yang

dibayarkan disebut ujrah.

2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu

memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada

orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan

Page 54: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

39

leasing ( sewa) pada sistem keuangan di bisnis konvensional karena

keduanya terdapat pengalihan sesuatudari satu pihak kepada pihak lain

atas dasar manfaat. Pihak yang menyewa (lessee) disebut musta’jir,

pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir, sedangkan

biaya sewa disebut ujrah. Namun karakter keduanya berbeda seperti

tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan Ijarah dan Leasing

No Item Ijarah Leasing

1 Objek Manfaat barang dan jasa

Manfaat barang saja

2 Metode Pembayaran

1. Tergantung pada kinerja objek sewa

2. Tidak tergantung pada kinerja objek sewa

Tidak tergantung pada kinerja objek sewa

3 Alih Kepemimpinan

Jelas :

1. Ijarah - tidak ada

2. IMBT – ada

Tidak semuanya jelas :

1. Operating lease – tidak ada

2. Financial lease - ada pilihan untuk membeli atau tidak pada akhir periode

4 Sewa beli Tidak boleh karena ada unsur gharar (tidak jelas) antara sewa dan beli

Boleh

5 Sale and Lease Back

Boleh Boleh

Sumber : Ascarya, 2011

Page 55: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

40

d. Prinsip Jasa

Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah

ta’awuni atau tolong-menolong. Berbagai pengembangan dalam akad ini

meliputi:

1) Al Wakalah

Wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan

menanam modalnya kepada anggota, investor menjadi percaya kepada

anggota karena adanya BMT yang akan mewakilinya dalam penanaman

investasi. Atas jasa ini, BMT dapat menerapkan management fee yang

besarnya tergantung kesepakatan para pihak.

Gambar 2.4 Akad wakalah

Sumber : Antonio, 2001

NASABAH

(MUWAKIL)

INVESTOR

(MUWAKIL)

AGENCY

ADMINISTRATI

ON

COLLECTION

PAYMENT

CO ARRANGER

DLL

(TAUKIL)

BANK (WAKIL)

KONTAK +FEE

KONTAK +FEE

Page 56: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

41

2) Kafalah

Kafalah berarti pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin

kepada orang lain yang menjamin. BMT dapat berperan sebagai penjamin

atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya. Rekan bisnis

anggota dapat semakin yakin atas kemampuan anggota BMT dalam

memenuhi atau membayar sejumlah dana yang terhutang. Atas jasa ini,

BMT dapat menerapkan management fee sesuai kesepakatan.

Gambar 2.5 Akad Kafalah

Sumber: Ascarya, 2011

Jenis kafalah ada tiga (Ascarya, 2011) yaitu:

1. Kafalah bit taslim yaitu jaminan pengembalian barang yang disewa

2. Kafalah al-munjazah yaitu jaminan mutlak tanpa batas waktu

3. Kafalah al-mualaqah yaitu jaminan yang dibatasi jangka waktu

tertentu.

BANK (PENANGGUNG)

KAAFIL

JASA/OBJEK (TERTANGGUNG)

MAKFUL’ALAIH

NASABAH (DITANGGUNG)

MAKFUL

Page 57: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

42

3) Hawalah

Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang yang

berhutang kepada si penanggung. Hawalah dapat terjadi kepada :

a) factoring atau anak piutang, yaitu anggota yang mempunyai piutang

mengalihkan piutang tersebut kepada BMT dan BMT membayarnya

kepada nasabah, lalu BMT akan menagih kepada orang yang berhutang.

b) post date check, yaitu BMT bertindak sebagai juru tagih atas piutang

nasabah tanpa harus mengganti terlebih dahulu.

c) bill discounting, secara prinsip transaksi ini sama dengan hawalah pada

umumnya

Gambar 2.6 Akad Hawalah

Sumber : ascarya, 2011

Manfaat hawalah (Antonio, 2001) yaitu:

a) Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan

simultan

b) Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan

BANK (AMBIL ALIH)

MUHAL’ALAIH

PENYUPLAI (PIUTANG)

MUHIL

PEMBELI (UTANG)

MUHAL

1.Suplai Barang

3.Bayar 4.Tagih

2.Invoice 5.Bayar

Page 58: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

43

c) Dapat menjadi salah satu fee-based income/ umber pendapatan non-

pembiayaan bagi bank syariah.

4) Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan

atas pembiayaan yang diterimanya. Barang yang ditahan adalah barang-

barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Dalam sistem ini orang yang menggadaikan barangnya tidak

akan dikenai bunga tetapi BMT dapat menetapkan sejumlah fee atau biaya

atas pemeliharaan, penyimpanan dana dministrasi. Besarnya fee sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya masa gadai dan jenis barangnya.

Manfaat rahn yaitu :

1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan

fasilitas pembiayaan yang diberikan bank

2. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito

bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam

ingkar janji karena ada suatu aset atau barang( marhun) yang dipegang

oleh bank

3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu

akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di

daerah-daerah (Antonio, 2001).

Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan

sebagai produk:

Page 59: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

44

1. Resiko tak terbayarkannya utang nasabah (wanprestasi)

2. Resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.

Gambar 2.7 Akad Rahn

Sumber: Antonio, 2001

2.1.3 Anggota BMT

Seperti halnya koperasi koperasi BMT juga memiliki badan hukum yang

sama dengan koperasi konvensional oleh sebab itu keanggotaan koperasi BMT

juga sama dengan keanggotaan koperasi. Namun Anggota Koperasi atau koperasi

BMT Adalah orang-orang/ badan hukum koperasi yang mempunyai kepentingan

ekonomi yang sama sebagai pemilik yang sekaligus pengguna jasa, berpartispasi

aktif untuk mengembangkan usaha dan syarat-syarat lain yang ditentukan dalam

anggaran dasar koperasi serta terdaftar dalam buku daftar anggota.

Keanggotaan Koperasi BMT Terdiri dari :

1. Anggota Penuh adalah anggota yang mempunyai suara, artinya telah

memenuhi syarat-syarat keanggotaan sesuai yang ditentukan dalam

Marhun Bih Pembiayaan

Marhun Jaminan

Murtahin Bank

Rahin Nasabah

1 c

2 Permohonan Pembiayaan

3 Akad Pembiayaan

4 Utang + Mark Up

1 a

1 b Titipan / Gadai Pembiayaan

Page 60: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

45

AD/ART serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan telah

membubuhkan tanda tangannya dalam Buku Daftar Anggota.

2. Calon anggota adalah orang-orang yang belum melunasi pembayaran

simpanan pokok, secara formal belum sepenuhnya melengkapi persyaratan

admininstrasi sebagaimana ditentukan dalam AD/ART, sehingga belum

bisa diterima sebagai anggota penuh. Memiliki hak bicara tetapi tidak

memiliki hak memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus ataupun

pengawas. Memperoleh pelayanan yang sama. Calon anggota mempunyai

kewajiban: a) Membayar simpanan wajib sesuai dengan ketetuan yang

diputuskan rapat anggota; b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi;

c) Mentaati ketentuan AD/ART, keputusan rapat anggota dan ketentuan

lainnya; d) Memelihara nama baik dan kebersamaan Koperasi.

3. Anggota dilayani adalah warga masyarakat yang mendapat pelayanan

secara teratur dari koperasi, namun belum mengajukan permohonan

menjadi anggota koperasi.

4. Anggota luar biasa adalah seseorang dapat menjadi anggota luar biasa,

bilamana yang bersangkutan adalah warga Negara yang mampu

melakukan tindakan hukum, tetapi belum sepenuhnya dapat memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam AD/ART kopersi. Selain itu warga

Negara asing yang telah memiliki kartu ijin menetap yang ingin mendapat

pelayanan dalam koperasi, namun tidak memiliki persyaratan untuk

menjadi anggota koperasi. Anggota luar biasa mempunyai hak bicara,

tetapi tidak memiliki hak memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus atau

Page 61: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

46

pegawai koperasi. Anggota luar biasa berhak atas sisa hasil usaha (SHU)

sesuai dengan keputusan rapat anggota.

5. Anggota pendiri adalah orang-orang yang mendirikan koperasi, yang hadir

dalam rapat pembentukan/pendirian dan telah memenuhi persyaratan

keanggotaan serta menyatakan diri menjadi anggota

2.1.4 Usaha Mikro

2.1.4.1 Pengertian Usaha Mikro

Ada beberapa pengertian usaha mikro menurut para ahli atau pihak yang

langsung berhubungan dengan usaha mikro, antara lain:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria

sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan

usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah)

2. Usaha Kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :

Page 62: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

47

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil

atau usaha besar yang memenuhi kriteria :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus

juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi usaha mikro berdasarkan

kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga

kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan

usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

3. Menurut Kementrian Keuangan

Page 63: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

48

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994

tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang

telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun

setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 atau asset (aktiva) setinggi-tingginya

Rp.600.000.000 (diluar tanah dan bangunan yang ditempati). Contohnya Firma,

CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam

bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga, peternak, nelayan,

pedagang barang dan jasa dan yang lainnya. Dari berbagai pendapat diatas,

pengertian usaha mikro dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi kekayaan yang

dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi penjualan/omset

pelaku usaha mikro.

2.1.4.1 Kendala Usaha Mikro

Kendala dan permasalahan antara lain dari aspek permodalan,

kemampuan manajemen usaha, dan kualitas sumberdaya manusia pengelolanya.

Kendala dan permasalahan usaha kecil dan informal lainnya juga disebabkan

karena sulitnya akses terhadap informasi dan sumber daya produktif seperti

modal dan teknologi, yang berakibat menjadi terbatasnya kemampuan usaha kecil

untuk berkembang.

Besarnya modal bagi setiap usaha adalah merupakan masalah yang

sangat penting, modal yang terlalu besar dari apa yang dibutuhkan akan

menambah beban pembiayaannya, terlebih lagi bila modal tersebut bukan modal

sendiri. Akan tetapi modal yang terlalu sedikit (dari kebutuhannya) juga akan

menyulitkan jalannya usaha yang akan dilakukan.

Page 64: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

49

Pada usaha mikro dan usaha kecil sering kali belum ada pemisahan

antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha, sehingga masalah besarnya

modal ini bisa menghambat keberhasilannya. Mengingat peran strategis usaha

mikro dan masih terbatasnya kemampuan usaha mikro untuk berkembang, maka

saat ini pengembangan usaha kecil merupakan salah satu strategi yang diambil

Pemerintah dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka pengembangan

usaha kecil ini diperlukan informasi yang lengkap, mudah dan cepat dapat di

akses, terutama informasi potensi suatu sektor usaha ekonomi atau komoditas

untuk dikembangkan pada suatu wilayah (Kecamatan) tertentu, faktor - faktor

yang mempengaruhi pengembangannya, serta prospek pengembangan program

kemitraan terpadu untuk sektor usaha atau komoditas tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Selain tinjaun teoritis mengenai pengertian dari variabel penelitian, pada

penelitian ini juga dilakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang sejenis.

Penelitian mengenai pengaruh pengaruh pembiayaan mudharabah pada koperasi

BMT telah beberapa kali dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan diberbagai

lokasi di Indonesia. Dengan penelusuran penelitian ini akan dapat dipastikan sisi

ruang yang akan diteliti yang dapat diteliti dalam ruangan ini, dengan harapan

penelitian ini tidak tumpang tindih dan tidak terjadi penelitian ulang dengan

penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang berhasil dipilih untuk

dikedepankan dapat dilihat pada table 2.1:

Page 65: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

50

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian/ Peneliti/

Tahun Metode Penelitian dan Alat Analisis

Hasil

1 Analisis Usaha Mikro Monel Yang Memperoleh Kredit Dari Dinas UMKM Kabupaten Jepara (Studi Kasus : Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara) Indah Yuliana Putri, 2010

Analisis Pangkat Tanda Wilcoxon

Hasil penelitian adalah ada perbedaan modal, produksi, omset penjualan, jumlah tenaga kerja, keuntungan sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari Dinas UMKM

2 Analisis Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah Dari BMT At Taqwa Halmahera Di Kota Semarang Fitra Ananda, 2011

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas dan uji pangkat tanda wilcoxon

Hasil penelitian adalah ada perbedaan modal, omset penjualan , keuntungan sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari BMT At Taqwa Halmahera Di Kota Semarang

3 Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Rasio Profitabilitas Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Manfaat Surabaya Aji Prasetyo, 2013

analisis data menggunakan regresi dan uji T sederhana untuk mengetahui pentingnya pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap rasio profitabilitas pada KJKS Manfaat Surabaya

Hasil penelitian adalah bahwa Mudharabah berpengaruh positif terhadap Rasio Profitabilitas

4 Pengaruh Pembiayaan Teknik analisis data Hasil

Page 66: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

51

Mudharabah BMT Binamas Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapan Nasabah Mudrabah Di BMT Binamas Purworejo Suryati, 2012

menggunakan: analisis statistik deskriptif melalui perhitungan mean (M), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (SD); analisis konfirmatori SEM (Structural Equation Modeling)

penelitian adalah terdapat pengaruh pemberian pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan nasabah mudharabah melalui perkembangan usaha

6 Pendampingan Perempuan Pedagang Pasar Tradisioanal Melalui Kredit Mikro (Studi Kasus Bagor Semarang) Piet Budjono, 2005

Teknik analisis deskritif dan uji pankat tanda wilcoxon dan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan keuntungan usaha, dan meningkatkan kemandirian perempuan pedagang pasar Tradisional

6 Pendampingan Perempuan Pedagang Pasar Tradisioanal Melalui Kredit Mikro (Studi Kasus Bagor Semarang) Piet Budjono, 2005

Teknik analisis deskritif dan uji pankat tanda wilcoxon dan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan keuntungan usaha, dan meningkatkan kemandirian perempuan pedagang pasar tradisional

Lanjutan

Page 67: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

52

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha mikro di Jombang

sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari Koperasi

BMT Mu’amalah Syariah. Analisis tersebut akan dapat dilihat perbedaan

besarnya modal usaha, omzet penjualan, keuntungan dan jumlah jam kerja

pada usaha mikro sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan

mudharabah dari Koperasi BMT Mu’amalah Syariah di Jombang. Berikut

dibawah ini gambar kerangka pemikiran penelitian.

Gambar 2. 8 Kerangka Pemikiran

Page 68: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

53

2.4 Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti dibawah dan thesa yang

berarti kebeneran. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang

kebenarannya masih harus diuji atau dirangkum simpulan teoritis yang diperlukan

dari tinjaun pustaka. Hipotesis juga merupakan proporsi yang akan di uji

keberlakuannya atau merupakan suata jawaban sementara atas pertanyaan

penelitian (Martuno,2014)

Menurut Nawawi (2001) mengatakan hipotesis adalah dugaan pemecahan

masalah yang bersifat sementara yakni pemecahan masalah yang mungkin benar

dan mungkin salah. Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna

memberi arah dan pedoman dalam melakukan penelitian. Dasar pengambilan

keputusan adalah:

H0 = Tidak ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan sesudah

pembiayaan mudhrabah terhadap perkembangan usaha mikro di

Kabupaten Jombang.

H1 = Ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan sesudah

pembiayaan mudhrabah terhadap perkembangan usaha mikro di

Kabupaten Jombang

Dengan adanya dasar pengambilan keputusan maka hipotesis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 69: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

54

1. Diduga omzet penjualan berbeda antara sebelum dan sesudah pembiayaan

mudharabah dari Koperasi BMT Muamalah Syariah Tebuireng Jombang.

2. Diduga laba berbeda antara sebelum dan sesudah pembiayaan

mudharabah dari Koperasi BMT Muamalah Syariah Tebuireng Jombang.

3. Diduga jam kerja berbeda antara sebelum dan sesudah pembiayaan

mudharabah dari Koperasi BMT Muamalah Syariah Tebuireng Jombang.

4. Diduga jumlah persediaan berbeda antara sebelum dan sesudah

pembiayaan mudharabah dari Koperasi BMT Muamalah Syariah

Tebuireng Jombang.

Page 70: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

55

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam-macam nilai, sebuah

konsep dapat diubah bentuknya dengan cara menempelkan nilai pada konsep

tersebut dan menurut Sugiyono (2010:58) menerangkan

bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian ditarik kesimpulannya.

3.1.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan mengukur

konstrak atau variabel tersebut (Vera, 2013). Definisi masing-masing variabel

yaitu :

a. Omzet Penjualan

Adalah jumlah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam

sekali bakulan/penjualan yang dihasilkan oleh pengusaha UMK.

Page 71: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

56

Adapun omzet penjualan ini dapat dihitung dengan mengalikan total

jumlah yang terjual dengan harga. Satuan untuk omzet penjualan

ditetapkan dalam bentuk nominal uang setiap bulannya (Rupiah)

b. Keuntungan

Dalam penelitian ini yang disebut keuntungan adalah perbandingan antara

pendapatan dengan beban. Laba berasal dari semua transaksi atau kejadian

yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan

perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara

pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban

maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka

perusahaan mendapatkan rugi. Adapun satuan untuk keuntungan

ditetapkan dalam bentuk nominal uang setiap bulannya (Rupiah).

c. Jam Kerja

Dalam penelitian ini yang dimaksud jam kerja adalah lama bekerja para

pelaku usaha untuk menghasilkan hasil output produksi biasanya jam kerja

karyawan umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan berdasarkan

kebutuhan perusahaan, peraturan pemerintah, kemampuan karyawan

bersangkutan. Adapun satuan untuk Jam kerja ditetapkan dalam waktu

(setiap jamnya).

Page 72: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

57

d. Persediaan Barang

Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk

digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan

terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan

persediaan barang jadi. persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja

(aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti pada

banyak perusahaan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi

modal dalam persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan,

karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan

perusahaan. Adapun satuan dalam mengukur persediaan barang adalah

dalam rupiah (nominal)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah usaha mikro dan kecil yang

memperoleh pembiayaan dari Koperasi BMT Mu’amalah Syariah. Dipilihnya

BMT ini karena banyak usaha mikro dan kecil yang telah berhasil menjadi sumber

pendapatan bagi masyarakat banyak. Metode sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah proposional proposional sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha mikro di Jombang

yang memperoleh pembiayaan mudharabah dari Koperasi BMT Mu’amalah

Syariah. Keanggotaan pada Koperasi BMT Mu’amalah syariah terdiri dari

anggota dan calon anggota. Jumlah anggota Koperasi BMT Mu’amalah syariah

pada tahun 2013 adalah 65 orang sedangkan calon anggota adalah 271 orang.

Page 73: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

58

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Anggota dan Calon Anggota

Sub Kelompok Jumlah Populasi Sampel

( Secara Proporsional)

Anggota 65 19

Calon Anggota 271 81

Jumlah 336 100

Sumber : Data Koperasi BMT Mu’amalah Syariah, diolah

Dari tabel diatas dapat disimpulkan dalam pengambilan sampel penelitian

adalah 19 orang dari anggota Koperasi BMT Mu’amalah Syariah dan 81 orang

dari calon anggota Koperasi BMT Mu’amalah Syariah. Pada calon anggota

koperasi terdiri dari berbagai macam sektor usaha. Menurut data keuangan

Koperasi BMT Mu’amalah Syariah terdiri dari berbagai sektor usaha. Misalnya,

sektor perdagangan, jasa, perikanan, peternakan, pertanian serta kerajinanan. Pada

tahun 2013 jumlah calon anggota dari seluruh sektor berjumlah 85 orang. Oleh

sebab itu dalam pengambilan sampel dari calon anggota harus dilakukan secara

stratified sampling.

Page 74: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

59

Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel Dari Calon Anggota

Sumber: Data Koperasi Mu’amalah syariah 2013, diolah

Dari tabel diatas dapat disimpulkan sampel penelitian dari calon anggota

sebesar 81 orang, dimana pada sektor perdagangan 54 orang dari jumlah populasi

57 orang, sektor jasa 8 orang dari jumlah populasi 8 orang, pertanian 14 orang

dari jumlah populasi 14 orang, peternakan 2 orang dari jumlah populasi 2 orang,

kerajinan 2 orang dari jumlah populasi 2 orang dan perikanan 1 orang dari jumlah

populasi 1 orang. Dari perhitungan tersebut akan mendapatkan jumlah sampel

responden yang proporsional sehingga mampu membuat penelitian yang relevan.

Sektor Usaha Jumlah Populasi Sampel

(Secara Proporsioanal)

Dagang 57 54

Jasa 8 8

Tani 14 14

Ternak 2 2

Kerajinan 2 2

Perikanan 1 1

Jumlah 85 81

Page 75: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

60

Tabel 3.3

Perhitungan Jumlah Sampel Dari Anggota

Sumber : Data Koperasi BMT Mu’amalah Syariah, diolah

Dari tabel diatas dapat disimpulkan sampel penelitian dari anggota sebesar

81 orang, dimana pada sektor perdagangan 54 orang dari jumlah populasi 57

orang, sektor jasa 8 orang dari jumlah populasi 8 orang, pertanian 14 orang

dari jumlah populasi 14 orang, peternakan 2 orang dari jumlah populasi 2

orang, kerajinan 2 orang dari jumlah populasi 2 orang dan perikanan 1 orang

dari jumlah populasi 1 orang. Dari perhitungan tersebut akan mendapatkan

jumlah sampel responden yang proporsional sehingga mampu membuat

penelitian yang relevan.

Sektor Usaha Jumlah Populasi Sampel

(Secara Proporsioanal)

Dagang 35 9

Jasa 20 6

Tani 3 1

Ternak 3 1

Kerajinan 2 1

Perikanan 2 1

Jumlah 65 19

Page 76: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

61

3.3 Jenis dan Sumber data

Penelitian ini merupakan studi kasus di Koperasi BMT Mu’amalah Syariah.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-

bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Untuk mendukung penelitian

diperlukan data yang aktual. Berdasarkan sumbernya, data-data yang diperoleh

dibedakan menjadi :

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh secara langsung dengan memberikan kuesioner atau daftar

pertanyaan kepada usaha mikro dan kecil anggota Koperasi BMT

Mu’amalah Syariah. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diajukan

disusun berdasarkan variabel yang diteliti dengan menyediakan

jawaban alternatif yang dipilih oleh responden sesuai dengan kondisi riil

atas persepsi, pendapat dan opini tersebut, sehingga diharapkan didapat

data yang akurat atas penelitian ini.

2. Data Sekunder

Page 77: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

62

Data ini dapat diperoleh dari dokumen dan laporan tahunan yang

diperlukan dalam penelitian ini di Koperasi BMT Mu’amalah Syariah,

sumber literatur, internet, dokumentasi dan data pendukung lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam

sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi

untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Kuesioner

Adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

memberi daftar pertanyaan tertutup kepada objek penelitian (responden) yang

selanjutnya responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tertutup

tersebut. Daftar pertanyaan ini disusun berdasarkan acuan indikator-indikator

yang telah ditetapkan.

2. Metode dokumentasi

Yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan variabel

penelitian yaitu variabel pembiayaan, modal usaha, omzet penjualan dan

keuntungan. yang diperoleh langsung dari usaha mikro dan kecil di

Kabupaten Jombang.

Page 78: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

63

3. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung

kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat secara

sistematis (Hasan, 2002). Wawancara dilakukan secara berstruktur

dimana peneliti menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman saat

melakukan wawancara.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis data meliputi analisis kualitatif dimana digunakan untuk

menilai objek penelitian berdasarkan sifat tertentu dimana dalam penilaian

sifat dinyatakan tidak dalam angka-angka dan digunakan untuk menjelaskan

analisis data yang diolah. Sebelum data di analisis, maka kuesioner (instrument

penelitian) di uji terlebih dulu dengan Uji Validitas dan Reliabilitas. Setelah itu

data dianalisis dengan Uji Statistik Pangkat Tanda Wilcoxon untuk

mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan

BMT Mu’amalah Syariah yang meliputi perkembangan usaha mikro seperti

modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan.

3.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Sebelum pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

pengujian validitas dan reabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan.

1. Uji Validitas

Page 79: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

64

Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan

kuesioner Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Suatu

kuesioner dikatakan valid jika memiliki muatan faktor lebih besar dari

0,32 (muatan faktor > 0,32) dan memiliki pearson correlation kurang dari

0,05 (pearson correlation < 0,05).

Menurut Ferdinand (2006), untuk mengukur validasi terdapat beberapa

istrumen yang dapat digunakan antara lain :

a) Construct validity

Dalam penelitian, construct adalah sebuah bangunan variabel yang tidak

dapat diamati secara langsung tetapi harus dikonstrukah/dibangun dari

beberapa amatan yang relevan. Validasi konstruk menggambarkan

mengenai kemampuan sebuah alat ukur untuk menjelaskan sebuah konsep

“ to represent the underlying construct (concept)”.

b) Content validity

Validasi konten disebut juga validasi muka (face validity) menggambarkan

kesesuaian sebuah pengukuran data dengan apa yang akan diukur. Validasi

konten juga menunjukkan kebocoran sebuah instrument menjelaskan

konten atau isi dari sebuah konsep yang akan diteliti. Dalam penelitian

banyak kali orang menggunakan panel ahli untuk memastikan varidasi

konten dari instrument yang digunakan. Dapat juga dilakukan dengan

merujuk publikasi-publiksi hasil penelitian yang ada yang mengukur hal

Page 80: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

65

sama sehingga dengan demikian dipastikan bahwa instrument yang

digunakan memenuhi kriteria validasi.

c) Convergent validity

Sebuah instrument mampu mengumpulkan data yang menghasilkan

validasi konvergen yang baik bila instrument itu mendapatkan data

mengenai sebuah konstruk memiliki pola yang sama dengan yang

dihasilkan oleh instrument yang lain untuk mengukur konstruk yang sama

itu. Dua alat ukur digunakan untuk mengukur hal yang sama dari orang

yang sama disebut kedua alat ukur itu memenuhi convergent validity yang

baik.

d) Predictive validity

Validasi prediktif dari sebuah instrument adalah kemampuan dari

instrument itu untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi di waktu yang

akan datang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya ( Azwar, 2000). Menurut Sugiyono

(2000), pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal

maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-

retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas

Page 81: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

66

instrument dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang

ada pada instrument dengan teknik tertentu.

a) Test-retest

Instrument penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest

dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada

responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan

waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara

percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif

dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatatakan reliable.

Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

b) Ekuivalen

Instrument yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,

tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup

dilakukan sekali tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama,

waktu sama, instrument berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan

cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data

instrument yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan,

maka instrument dapat dinyatakan reliabel.

c) Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua

instrument yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi

Page 82: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

67

cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrument

dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu

dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara

silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan

dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi

itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa

instrument tersbut reliabel.

d) Internal consistency

Pengujian dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

mencobakan instrument sekali saja, kemudian yang data diperoleh

dianalisis dengan teknik tertentu.

3.5.2. Uji Statistik Pangkat Wilcoxon

Uji statistik pangkat tanda Wilcoxon menurut Ferdinand (2006), adalah

penyempurnaan dari uji tanda. Kalau pada uji tanda besarnya selisih angka antara

positif dan negatif tidak diperhitungkan, maka dalam uji wilcoxon besarnya

selisih tanda itu diperhatikan. Menurut Supranto (2001), uji statistik ini termasuk

jenis statistik non parametrik dipakai apabila peneliti tidak mengetahui

karakteristik kelompok item yang menjadi sampelnya. Pengujian non

parametrik bermanfaat untuk digunakan apabila sampelnya kecil dan lebih

mudah dihitung daripada metode parametrik.

Uji pangkat wilcoxon digunakan sebagai uji beda dengan alasan data

yang diteliti berasal dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan

Page 83: peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha ...

68

dengan periode waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah

memperoleh pembiayaan mudharabah dari Koperasi BMT Mu’amalah Syariah

untuk usaha mikro yang menjadi anggotan dan calon anggota).

Dengan uji ini, dijelaskan penelitian ini akan menguji apakah

penelitian ini mengalami perubahan saat variabel ini diamati pada awal periode

maupun pada akhir periode. Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji

adalah pendapatan, modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan dalam

usaha mikro. Setelah uji tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan

nilai probabilitas (p).

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan sesudah

pembiayaan Mudharabah terhadap perkembangan usaha mikro Di

Kabupaten Jombang.

H1 = Ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan sesudah pembiayaan

Mudharabah terhadap perkembangan usaha mikro Di Kabupaten

Jombang.

Jika probabilitas (p) > 0,05 maka H0 diterima, jika probabilitas (p)< 0,05

maka H1 diterima. Pengambilan keputusan dengan membandingkan Zhitung dan

Ztabel. Jika Zhitung > Ztabel maka H0 diterima, jika Zhitung < Ztabel maka H1

diterima (Singgih, 2004). Dengan tingkat signifikansi α=5% dengan uji dua sisi

maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah Z0.025 = 1,96 dan -Z0.025 = -

1,96. Daerah kritis adalah Zhitung > 1,96 atau Zhitung < -1,96.