Manajemen Mutu Kelompok 8 - Quality Control for Subcontracting and Purchasing

10
BAB IX KENDALI MUTU UNTUK SUBKONTRAK DAN PEMBELIAN I. JAMINAN MUTU BAGI PARA PEMASOK DAN PEMBELI Selama tahun 1950-an, pabrik-pabrik mobil dan alat-alat listrik Jepang membuat produk- produk murahan dengan biaya tinggi dan mutu rendah. Salah satu alasan atas terjadinya hal itu adalah kenyataan bahwa banyak pemasok merupakan perusahaan kecil atau menengah yang tidak mempunyai program kendali mutu yang baik. Dikemudian hari pabrik-pabrik tersebut memilih para pemasoknya dengan teliti, dan sebaliknya para pemasok melaksanakan kendali mutu secara konsisten. Asal mula mutu tinggi, keandalanm dan keuntungan harga produk-produk Jepang adalah pada peralihan peristiwa-peristiwa itu. Salah satu faktor utama yang telah mendukung mutu produk-produk Jepang adalah tingginya tingkat kendali mutu yang dipertahankan oleh para pemasok. Mereka telah bekerja sama dengan para pembeli untuk memungkinkan mutu itu. Beberapa perusahaa Amerika lebih suka memproduksi sendiri segala sesuatu yang mereka butuhkan. Kebijakan itu mengkin timbul dari kenyataan bahwa mereka tidak atau tidak dapat mempercayai para pemasoknya. Ford Motor Company, misalnya, mempunyai peleburan baja sendiri, yang boleh dikatakan menjadi beban tambahan. Negara Cina mengatakan “Pabrik kami adalah suatu pabrik yang t erintegrasi dengan potensi besar”. Cina menggunakan istilah “pabrik intergrasi” itu berarti bahwa pabrik tidak mengandalkan subkontrak, dan tidak akan ada pemasok dari luar yang digunakan. Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pabrik dibuat oleh pabrik itu. Rupanya ada dua alasan mengapa Cina melakukan hal itu. Pertama, di Cina sistem distribusinya begitu kuno sehingga sulit untuk mendapatkan komponen-komponen. Jadi, pabrik lebih suka untuk memproduksi sendiri. Yang kedua ialah jika terjadi perang Cina ingin mempunyai suatu sistem industri yang dapat bertahan hidup tanpa bergantung kepada jaringan para pemasok.

Transcript of Manajemen Mutu Kelompok 8 - Quality Control for Subcontracting and Purchasing

  • BAB IX

    KENDALI MUTU UNTUK SUBKONTRAK DAN PEMBELIAN

    I. JAMINAN MUTU BAGI PARA PEMASOK DAN PEMBELI

    Selama tahun 1950-an, pabrik-pabrik mobil dan alat-alat listrik Jepang membuat produk-

    produk murahan dengan biaya tinggi dan mutu rendah. Salah satu alasan atas terjadinya hal

    itu adalah kenyataan bahwa banyak pemasok merupakan perusahaan kecil atau menengah

    yang tidak mempunyai program kendali mutu yang baik. Dikemudian hari pabrik-pabrik

    tersebut memilih para pemasoknya dengan teliti, dan sebaliknya para pemasok

    melaksanakan kendali mutu secara konsisten. Asal mula mutu tinggi, keandalanm dan

    keuntungan harga produk-produk Jepang adalah pada peralihan peristiwa-peristiwa itu.

    Salah satu faktor utama yang telah mendukung mutu produk-produk Jepang adalah

    tingginya tingkat kendali mutu yang dipertahankan oleh para pemasok. Mereka telah

    bekerja sama dengan para pembeli untuk memungkinkan mutu itu.

    Beberapa perusahaa Amerika lebih suka memproduksi sendiri segala sesuatu yang mereka

    butuhkan. Kebijakan itu mengkin timbul dari kenyataan bahwa mereka tidak atau tidak

    dapat mempercayai para pemasoknya. Ford Motor Company, misalnya, mempunyai

    peleburan baja sendiri, yang boleh dikatakan menjadi beban tambahan.

    Negara Cina mengatakan Pabrik kami adalah suatu pabrik yang terintegrasi dengan potensi

    besar. Cina menggunakan istilah pabrik intergrasi itu berarti bahwa pabrik tidak

    mengandalkan subkontrak, dan tidak akan ada pemasok dari luar yang digunakan. Segala

    sesuatu yang dibutuhkan oleh pabrik dibuat oleh pabrik itu. Rupanya ada dua alasan

    mengapa Cina melakukan hal itu. Pertama, di Cina sistem distribusinya begitu kuno sehingga

    sulit untuk mendapatkan komponen-komponen. Jadi, pabrik lebih suka untuk memproduksi

    sendiri. Yang kedua ialah jika terjadi perang Cina ingin mempunyai suatu sistem industri

    yang dapat bertahan hidup tanpa bergantung kepada jaringan para pemasok.

  • Di Amerika Serikat, perusahaan juga cendrung ingin memproduksi segala sesuatu sendiri.

    Rata-rata pabrik-pabrik Amerika hanya membeli sebanyak sekitar 50% biaya produksinya

    dari pemasok-pemasok luar.

    Kebijakan dasar jangka panjangnya yang berhubungan dengan subkontrak dan pembelian

    harus dibuat sejelas-jelasnya. Prosedurnya adalah:

    1. Pilihlah suatu perusahaab yang melakukan spesialisasi. Mengenai komponen yang

    dibutuhkan oleh perusahaan, jelaskan komponen mana yang ingin dibeli dari

    pemasok ini, dan komponen mana yang ingin diproduksi sendiri. Garis batas yang

    jelas harus dibuat sejak semula

    2. Apakah anda ingin subkontraktor (pemasok) anda menjadi suatu pabrik

    terspesialisasi yang independen dan dapat menyuplai produk-produknya bagi

    perusahaan lain juga, ataukah anda lebih suka pemasok itu menjadi suatu bagian

    dalam sistem industri anda sendiri (keiretsu).

    Dari sudut pandangan pembeli, hubungan antara pembeli dan pemasok harus sejelas-

    jelasnya sebelum suatu kontrak atau pembelian dilaksanakan. Kedua hal diatas akan

    membantu pembeli dalam menjelaskan hubungan itu.

    II. PRINSIP KENDALI MUTU DALAM HUBUNGAN PENJUAL DAN PEMBELI

    Dalam upaya memperbaiki jaminan mutu dalam suatu perusahaan dan untuk

    menghilangkan kondisi yang kurang bahkan tidak memuaskan yang terjadi di antara

    perusahaan selaku pembeli dan pemasok selaku penjual, maka terdapat sepuluh prinsip

    yang ditetapkan untuk transaksi tersebut. Prinsip prinsip ini pertama kali dikemukakan

    pada tahun 1960 dalam suatu konfrensi tentang kendali mutu yang berikutnya diperbaiki

    enam tahun setelah itu dan diperkenalkan pada masyarakat Amerika pada tahun 1972 yang

    diterima dengan baik. Dalam prinsip ini baik pembeli maupun pemasok harus mempunyai

    kepercayaan yang kuat satu sama lain, keinginan untuk kerja sama yang tinggi, dan bertekad

    luhur untuk hidup dan member kesempatan untuk hidup atau live-and-let-live

    berdasarkan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat. Dengan melekatnya

    semangat ini pada jiwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian ,maka mereka dirasa

    akan sungguh-sungguh mempraktekkan the ten QC berikut :

  • 1. Pembeli maupun pemasok bertanggung jawab penuh atas penerapan kendali mutu

    dengan saling pengertian dan kerja sama di antara sistem kendali mutu mereka.

    2. Pembili maupun pemasok harus tidak bergantung satu sama lain dan saling

    menghargai ketidakbergantungan pihak lain.

    3. Pembeli berkewajiban untuk memberikan informasi dan syarat-syaratnya dengan

    jelas dan memadai kepada pemasok sehingga pemasok dapat mengetahui secara

    tepat apa yang diinginkan dan harus diproduksinya

    4. Pembeli maupun pemasok sebelum melaksanakan transaksi bisnis harus

    menandartangani kontak yang rasional diantara mereka mengenai mutu, kuantitas,

    harga , syarat penyerahan dan cara pembayaran.

    5. Pemasok bertanggung jawab atas jaminan mutu yang akan memberikan kepuasan

    kepada pembeli, dan ia juga berkewajiban memberikan data yang diperlukan dan

    benar jika pembeli memintanya.

    6. Pembelii mauppun pemasok harus menentukan cara penilaian berbagai barang

    sebelumnya, yang akan diakui sebgai memuaskan oleh kedua belah pihak.

    7. Pembeli maupun pemasok harus menetapkan di dalam kontak mereka sistem dan

    prosedur untuk menyelesaikan perselisihan secara bersahabat jika terjadi masalah.

    8. Pembeli maupun pemasok dengan mempertimbangkan kedudukan pihak lain, harus

    tukar-menurkar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kendali mutu yang

    lebih baik.

    9. Baik pembeli maupun pemasok harus selalu melakukan kegiatan bisnis

    pengendalian dengan memadaai, seperti pada pemesanan, perencanaan produksi

    dan invertori, pekerjaan adminsitrasi, dan sistem-sistem sehingga hubungan mereka

    dipertahankan atas dasar yang ber sahabat dan memuaskan.

    10. Baik pembeli maupun pemasok jika melakukan transaksi usaha harus selalu

    memperhatikan kepentingan konsumen spenuhnya.

    III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN KOMPONEN

    Pada pelaksanaan kegiatan pabrikasi, baik pembeli maupun pemasok harus

    menetukan spesifikasi bahan baku dan komponen-komponen. Spesifikasi ini harus

  • ditentukan secara statistic, sesudah perusahaan melaksanakan analisis mutu dan analisis

    proses serta memperhatikan kelayakan dari segi ekonominya. Permintaan konsumen

    terhadap mutu terus meningkat, sehingga bila pabrik pabrik yang puas akan apa yang

    mereka hasilkan sekarang ,suatu saat mereka akan menemukan bahwa produknya tidak lagi

    dapat memuaskan konsumen. Oleh karena alas an tersebut makan pembeli dan pemasok

    harus bekerja sama secara kontinyu untuk mengubah dan memperbaiki spesifikasi mutu

    yang ada. Hal-hal yang harus selalu diingat utnuk penentuan spesifikasi adalah :

    Mula-mula selidiki apakah terdapat spesifikasi bagi bahan baku dan komponen-

    komponen. Jika ada, buatlah spesifikasi.

    Jika terdapat spesifikasi, analisis dan tentukan apakah spesifikasi itu memadai.

    Gunakan analisis mutu dan analisis proses (termasuk survey tentang kemampuan

    proses). Pelajari dan analisis produk-produk yang cacat, produk yang membutuhkan

    pengolahan ulang, dan pengaduan dari konsumen. Gunakanlah data yang diperoleh

    untuk memperbaiki spesifikasi secara terus-menerus.

    IV. MEMBEDAKAN KOMPONEN BUATAN PERUSAHAAN SENDIRI DENGAN BUATAN

    PEMASOK

    Kegiatan membedakan komponen dan bahan baku buatan perusahaan sendiri dan

    buatan pemasok adalah fungsi manajemen mutu yang sangat penting. Fungsi manajemen

    ini memutuskan apakah akan memproduksi komponen dalam perusahaan atau membelinya

    kepada perusahaan lain atau vendor. Dalam memutuskan kebijakan tersebut manajemen

    harus memiliki pandangan jangka panjang bagi kesejahteraan perusahaan, dan harus

    mempertimbangkan masalah- masalah berikut :

    1. Tingkat kepentingan komponen tersebut bagi perusahaan

    2. Kemampuan untuk memproduksi, baik dalam proses maupun kemampuan untuk

    pelatihan pengembangan kecakapan teknik dan seberapa baik investasi tersebut.

    3. Perusahaan harus mengadakan analisa yang sangat teliti dalam masalah spesialisasi

    bahan mentah dan komponen yang diperlukan perusahaan.

    4. Pertimbangan Faktor-faktor diatas berdasarkan perspektif biaya, kuantitas dan

    akumulasi teknologi serta tingkat ke efektifannya.

  • Masalah masalah diatas tersebut dipelajari oleh divisi rekayasa produksi atau divisi

    purchasing dimana divisi-divisi tersebut mengajukan rencana kepada manajemen untuk

    memperoleh kebijakan yang akan diambil.

    V. MEMILIH DAN MEMBINA PEMASOK

    Jika bahan-baha dan komponen didapatkan dari sumber luar, pembeli harus menyelidiki,

    memeriksa dan membuat keputusan tentang manajemen pemasoknya, terutama yang

    berhubungan dengan kendali mutu. Menurut pengalaman, secara jangka panjang sistem

    yang paling baik adalah memilih pemasok dengan bebas, yang akan membantu baik pembeli

    maupun pemasok. Pembeli harus mempertimbangkan hal-hal berikut sebelum memilih

    pemasok :

    1. Pemasok memahami filosofi manajemen pembeli sehingga aktif memelihara

    hubungan dengan pembeli.

    2. Pemasok mempunyai sistem manajemen yang stabil sehingga dihormati oleh

    perusahaan lain.

    3. Pemasok mempertahankan standar teknik yang tinggi dan mempunyai kemampuan

    dalam menghadapi inovasi teknologi di masa depan.

    4. Pemasok dapat menyumplai bahan baku dan komponen tepat sesuai dengan

    permintaan pembeli dan sesuai spesifikasi mutu pembeli.

    5. Pemasok mempunyai kemampuan mengendalikan jumlah produksi / mempunyai

    kemampuan melakukan investasi dengan cara menjamin kemampuan dalam

    memenuhi jumlah produksi.

    6. Tidak ada bahaya / jaminan bahwa pemasok tidak akan membocorkan rahasia

    perusahaan

    7. Pemasok bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketentuan kontrak.

    Untuk menjamin bahwa syarat-syarat di atas dipenuhi, maka pembeli harus bertemu

    dengan pemasok dan menyelidiki masalah masalah di bawah ini :

    1. Filosofi manajemen pemasok

    2. Perhatian yang diberikan oleh pemasok terhadap pembeli

  • 3. Organisasi organisasi yang sekarang berhubungan dengan pemasok

    4. Sejarah perusahaan pemasok dan perkembangannya yang terakhir

    5. Jenis jenis produk yang ditangani oleh pemasok

    6. Keterangan lengkap tentang peralatan, proses, dan kemampuan produksi pemasok.

    7. Sistem jaminan mutu pemasok dan program pendidikan dan pelaksanaan kendali

    mutu

    8. Pengendalian pemasok terhadap cara memperoleh bahan baku dan subkontrak

    sekunder

    Sesudah survei itu selesai, pembeli biasanya memilih dua subkontraktor dan membeli dari

    keduanya. Itu berarti bahwa pembeli harus memperoleh bahan dan komponen yang sama

    dari kedua perusahaan itu. Salah satu alasan melakukan kebijakan ini adalah jika terjadi

    kebakaran / bencana alam / bencana oleh manusia tidaklah bijaksana untuk bergantung

    hanya pada satu sumber penyedia.

    Jika kedua perusahaan telah dipilih langkah selanjutnya adalah melakukan tahap transaksi

    pendahuluan dengan masing-masing perusahaan. Jika memuaskan, pembeli dapat

    mengadakan transaksi resmi. Dalam transaksi pendahuluan, pada prinsipnya pembeli

    berhubungan dengan pemasok selama jangka waktu yang telah ditetapkan dengan dasar

    percobaan. Dan jika sudah cocok / sesuai dengan permintaan kualitas mutu akan dilakukan

    transaksi resmi. Ini menegaskan bahwa kepentingan kedua belah pihak dilayani dengan

    paling baik dengan mempertahankan persetujuan pembelian untuk jangka panjang.

    Pemasok harus terus-menerus berusaha untuk memperbaiki mutu, harga, dan efisiensi

    penyerahan. Pembeli sebagai imbalannya juga haus memberikan saran dan bantuan jika

    diperlukan dan diminta oleh pemasok. Pembeli harus melakukan survei secara berkala

    terhadap pemasok :

    1. Memelihara hubungan erat dengan pihak pihak yang bertanggung jawab di dalam

    perusahaan pemasok.

    2. Periksa, analisis, dan nilai catatan penerimaan barang barang oleh pembeli, catatan

    penyerahan dan catatan prestasi barang barang yang dibeli.

    3. Gunakan pemeriksaan kendali mutu di perusahaan pemasok.

  • 4. Tetapkan suatu sistem pemberian penghargaan kepada setiap pemasok mmengenai

    melaksanakan kendali mutu.

    Penghentian jual beli dapat terjadi jika komponen dan bahan-bahan bermutu jelek, cacat,

    dan tidak sesuai dengan permintaan, jika barang tidak dikirimkan pada waktunya dan

    metode penyerahannya tidak membaik. Membina subkontraktor merupakan suatu tugas

    yang esensial bagi pembeli. Jika pemasok tidak mengetahui manajemen yang efektif, maka

    pembeli bisa mensponsori seminar kendali dalam bidang itu. Manajemen pembeli harus

    menetapkan kebijakan jangka panjang dan mempertimbangkan pembinaan para

    subkontraktornya untuk keuntungan jangka panjang kepada kedua belah pihak.

    VI. JAMINAN MUTU BARANG-BARANG YANG DIBELI

    Jaminan mutu komponen dan bahan-bahan yang dibeli dari pemasok merupakan kunci

    jaminan mutu pabrik itu sendiri. Ia juga penting untuk lancarnya perencanaan operasi

    pembikinan, meningkatkan produktivitas, dan untuk merencanakan penghematan biaya.

    Pandangan umum hubungan jaminan mutu yang terdapat di antara pembeli dan pemasok:

  • Langkah 1: Pemasok mengirimkan produknya ke pembeli tanpa melakukan pemerikasaan

    pengiriman. Pembeli juga tidak melakukan pemerikasaan langsung dikirim ke divisi

    pembikinan. Divis pembikinan memilih malekukan pemeriksaan dan memilih bahan-bahan

    yang memenuhi syarat untuk pembikinan. Langkah 1 menunjukan keadaan perkembangan

    kendali mutu yang paling rendah.

    Langkah 2: Mengharuskan pembeli melakukan pemeriksaaan, dan hanya mengirimkan

    bahan-bahan dan komponen yang baik kepada divisi pembikinan. Prosedur ini tidak

    memuaskan.

    Langkah 3: Pemasok melaksanakan pemeriksaan, tetapi jika metodenya tidak memadai,

    pemeriksanya mungkin tidak dapat dipercaya. Hal tersebut memaksa pembeli untuk

    melanjutkan pemeriksaan 100%.

    Langkah 4: Pemasok dipercaya, pembeli melakukan pemeriksaan 100%, ia menggunkan

    pemeriksaan sampling atau pengujian.

    Langkah 5: terlihat dalam perusahaan pemasok sendiri, tanggung jawab sepenuhnya harus

    dipikul oleh divisi pembikinan. Bagi divisi pemeriksaannya tidak rasional untuk melakukan

    pemeriksaan 100%, maka tugas diambil oleh divisi pembikinan.

    Langkah 6: Pengendalian proses dilakukan oleh divisi pembikinan untuk mengurangi produk-

    produk yang rusak. Jika ada kurang dalam kemampuan proses yang mengakibatkan

    kerusakan maka perlu melaksanakan pemeriksaan 100% kemudian perusahaan harus

    melakukan analisis proses untuk meningkatkan kemampuan prosesnya.

    Langkah 7: Pada tahap ini pemeriksa mungkin menguji beberapa contoh yang dipilih, dan

    memeriksanya dari sudut pandang konsumen; jaminan mutu memadai dan pembeli dapat

    menerima produk-produk itu tanpa pemeriksaan pengujian.

    Langkah: Merupakan keadaan yang paling ideal dimana analisis proses telah berjalan,

    kemampuan proses telah meningkat, dan pengendalian proses yang andal telah

    dilaksanakan. Disini pemeriksaan dalam pengiriman oleh pemasok tidak diperlukan lagi. Tapi

    manusia mungkin saja melakukan kesalahan.

  • Jika sistem jaminan mutu berjalan baik, baik pembeli maupun pemasok dapat secara drastis

    mengurangi jumlah personel yang diperlukan bagi tugas pemeriksaan. Pengurangan ini

    diikuti oleh kenaikan produktivitas; penurunan biaya, dan pemantapan suatu system

    jaminan mutu yang handal.

    VII. Pengendalian Perlengkapan Yang Dibeli

    Di perusahaan-perusahaan Jepang, perlengkapannya sedikit dibandingkan dengan

    perusahaan-perusahaan yang setaraf di Eropa dan Amerika. Mempunyai perlengkapan yang

    besar sering merugikan perusahaan. Di barat, perusahaan-perusahaan memiliki

    perlengkapan yang besar karena pertimbangan transportasi jarak jauh, seringnya ada

    pemogokan, tindakan yang kurang tepat dalam pergantian dri satu proses ke proses lainnya,

    jeleknya mutu produk yang dibeli, dan banyak lagi yang tidak dapat diterima.

    Hal lain yang juga menimbulkan keheranan mengapa pejabat Cina begitu bangga

    dengan perlengkapan mereka yang berlebihan yaitu penerapan sistem kanban Toyota.

    Sistem Kanban yang ditemukan oleh Toyota memungkinkan suatu perusahaan menerima

    komponen-komponen tepat pada waktunya (just in time). Sistem Kanban Toyota (just in

    time system) dikembangkan dalam jangka waktu lama oleh Toyota dan para

    subkontraktornya. Jika para subkontraktor tidak dapat memberikan jaminan mutu yabg

    memadai, lot yang disuplai oleh mereka akan mengandung banyak komponen yang cacat,

    dan sistem kanban tidak dapat berfungsi. Dalam hal semacam itu, sistem Kanban akan

    menghancurkan diri sendiri.

    Tujuan pengendalian perlengkapan yang dibeli ialah untuk membeli produk-produk

    yang baik, untuk mengurangi perlengkapan yang dibeli dari luar, dan untuk menggerakan

    perlengkapan dengan lancar tanpa menghentikan proses produksi. Untuk mencapai hal

    tersebut harus dipraktekkan hal-hal berikut ini:

    1. Baik pembeli maupun pemasok harus melaksanakan kendali mutu yang mantap.

    2. Baik pembeli maupun pemasok harus melaksanakan pengendalian jumlah yang

    mantap.

    3. Pembeli tidak boleh terlalu sering mengubah jadwal produknya.

  • 4. Pesanan-pesanan yang dilakukan oleh pembeli kepada pemasok harus jelas, dan

    spesifikasi, cetak biru, dan bahan-bahan yang diberikan oleh pembeli kepada

    pemasok harus ditangani dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak

    memungkinkan terjadinya kesalahan.

    5. Sesudah sesutau pesanan diterima, pemasok harus segera memenuhinya. Semakin

    pendek waktu penyelesaiiannya berarti semakin efektif.

    6. Pemasok harus mempunyai sistem built-in untuk menyesuaikan terhadap perubahan

    jadwal produksi.

    Singkatnya pergunakan sistem kendali mutu dan sistem kendali manajemen yang baik.

    Yang lain-lainnya akan mengikuti dengan sendirinya.