Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan
Transcript of Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan
1
I. PROFIL PERUSAHAAN
A. Gambaran Singkat
Indomie adalah merek mi instan populer di Indonesia, diproduksi oleh
PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Ketika mi instan pertama kali
diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia di tahun 1969, oleh Sudono
Salim banyak yang meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena mi instan sendiri
harganya relatif terjangkau, mudah disajikan dan awet, Indomie
berkembang pesat seiring dengan diterimanya mi instan di Indonesia.
Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah
Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah masyarakat
Indonesia. Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya
varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada tahun 1983,
Produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia
dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng. Selain di
Indonesia, Indomie juga dijual di luar negeri, antara lain Amerika
Serikat, Australia, Asia, Afrika dan negara-negara Eropa. Di Indonesia,
sebutan "Indomie" juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk
kepada mi instan. Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera
Indonesia, sampai tidak jarang orang membawa Indomie ke luar negeri
bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi bencana alam, orang
Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Indomie, tentu
2
saja beserta barang-barang kebutuhan lainnya. Berikut contoh gambar
produk Indomie :
3
B. Pengertian Dimensi Kualitas
Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Berikut ini
adalah definisi kualitas yang dikemukakan oleh para ahli (Suardi, 2003,
pp. 2-3) :
Philip B. Crosby
Crosby berpendapat bahwa mutu/kualitas berarti kesesuaian terhadap
persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter
ahli. Crosby juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap
orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan
proses top down.
4
W. Edwards Deming
Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah
untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan
kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan
Deming merupakan bottom up.
Joseph M. Juran
Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan
penggunaan, seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau
sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta.
Pendekatan Juran merupakan orientasi pada upaya pemenuhan
harapan pelanggan.
K. Ishikawa
Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan.
Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki
pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan
kepuasan pelanggan organisasi.
Kualitas menurut ISO didefinisikan sebagai derajat atau tingkat
karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan
atau keinginan. Arti derajat/tingkat menandakan bahwa selalu terdapat
peningkatan setiap saat. Sedangkan, karakteristik pada istilah tersebut
5
berati hal-hal yang dimiliki produk, yang dapat terdiri dari berbagai
macam, antara lain sebagai berikut (Suardi, 2003) :
1. Karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal), seperti
handphone, mobil, rumah.
2. Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), seperti rumah sakit
dan perbankan.
3. Karakteristik sensoori (bau, rasa), seperti minuman dan makanan.
C. Dimensi Kualitas
Bagian dari kualitas produk adalah perihal kualitas produk. Kualitas
suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui
dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk dapat dipaparkan berikut
ini.
1. Produk berupa Barang
Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk
menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi
seperti yang dipaparkan berikut ini:
a. Performance (Kinerja Produk)
Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan
dalam membeli barang tersebut.
b. Features (Ciri-ciri Produk)
6
Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi
dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
c. Reability (Kehandalan)
Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu
barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan
dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
d. Conformance (Kesesuaian Produk)
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara
karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas standar
yang telah ditetapkan.
e. Durability (Daya Tahan Produk)
Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan
atau masa pakai barang.
f. Serviceability (Pelayanan Purna Jual)
Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi,
kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk
perbaikan barang.
g. Aesthetics (Estetika)
7
Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-
nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan
refleksi dari preferensi individual.
h. Fit and finish (Kemantapan)
Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai
keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.
2. Produk berupa Jasa/Servis
Zeithaml et. al. Mengemukakan lima dimensi dalam menentukan
kualitas jasa, yaitu :
a. Realibility
yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan.
b. Responsivenss
yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan,
kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan
keluhan pelanggan/ pasien.
c. Assurance
Meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan terhadap
produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan
kesopanan dalam memberi pelayanan, kertampilan dalam
memberi informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan
8
didalam memanfaakan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan
dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari
dimensi :
1. Kompetensi ( Competence ), artinya ketrampilan dan
pengetahuann yang dimiliki oleh para karyawan untuk
melakukan pelayanan.
2. Kesopanan ( Courtesy, yang meliputi keramahan, perhatian
dan sikap para karyawan.
3. Kredibilitas ( Credibility ), meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi,
prestasi dan sebagainya.
d. Emphaty
Yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi
perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan
pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan
kebutuhan pelanggannya.
Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :
1. Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa
yang ditawarkan perusahaan.
9
2. Komunikasi ( Comunication ), merupakan kemampuan
melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada
pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.
3. Pemahaman pada Pelanggan ( Understanding the Customer ),
meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
e. Tangible
Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan
Front Office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan
dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan
penampilan karyawan.
D. Analisis Dimensi Kualitas terhadap Indomie
Karena Indomie adalah perusahaan manufacture maka dimensi
kualitasnya adalah untuk produk barang, yaitu :
a. Performance yang menjadi andalan indomie dimana rasanya sudah
melekat di lidah pelanggan dan sejauh ini walaupun banyak pesaing
namun rasa dari bumbu indomie belum ada yang menyamai.
b. Features dari produk indomie beraneka warna di tiap jenis rasanya
sehingga menjadi salah satu daya tarik utama serta kemasan yang
selalu ada gambar mi yang dihidangkan secara komplit menambah
fungsi dasar indomie.
c. Reability tampak dari produk indomie sendiri yang selalu ada di
setiap rumah dan selalu jadi bekal wajib untuk bepergian, cocok di
10
konsumsi disaat apa saja dan dimana saja. Indomie juga sebagai
salah satu alternatif untuk di berikan atau membantu orang lain yang
kesusahan.
d. Conformance didapat dari kesesuaian produk dengan karateristik
desain produk, dalam hal ini ketika indomie memasang hidangan mi
yang tampak lezat dengan bentuk mi yang keriting dan standart
kualitas yang baik, isi dari indomie atau produk ini pun sudah
semestinya demikian sehingga saat dihidangkan sama dengan desain
produknya.
e. Durability indomie di lihat dari masa produknya dari awal produksi
hingga waktu dimana produk tidak bisa lagi digunakan (expired)
untuk indomie sendiri berjangka waktu 8 bulan hingga satu tahun
dari tanggal pembuatan.
f. Serviceability indomie dilihat dari penjualannya terhitung sangat
cepat karena sehari saja berapa ribu orang yang mengkonsumsi
indomie jika satu orang memakan satu indomie, selain itu indomie
juga mudah ditemukan atau didapat dari mulai mall – mall besar
hingga pasar tradisional, warung-warung kecil, gerobak kaki lima di
pinggir jalan semua menyediakan indomie untuk dijual, untuk semua
keluhan jika membutuhan perbaikan barang ada layanan konsumen
(consumer service) yang tertera dalam kemasan.
g. Fit and finish untuk produk indomie terlihat dari respon positif
pelanggan, bahkan hampir semua orang menyukai indomie dari
11
masa ke masa berarti produk indomie memang berkualitas dan
bahkan banyak orang menyebut mie instant merek apapun dengan
sebutan indomie.
II. MERANCANG MUTU
Mutu (Quality) adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa
dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat
produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan - harapan pelanggan.
(A.V Feigenbaum.1992:7)
A. Mengembangkan Keistimewaan Produk
Keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen; dimana
mutu yang lebih tinggi memungkinkan prusahaan untuk:
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan
2. Membuat produk mudah laku dijual
3. Memenangkan persaingan
4. Meningkatkan pangsa pasar
5. Memperoleh pemasukan dari penjualan
6. Menjamin harga premium
7. Dampak yang terutama adalah terhadap penjualan
8. Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan biaya lebih banyak
B. Mengembangkan Keistimewaan Proses
1. Mengurangi tingkat kesalahan, baik pada subsistem produksi,
pengolahan, maupun pada subsistem pemasaran hasil.
12
2. Mengurangi pemborosan-pemborosan dalam hal penggunaan input,
proses produksi dan pemasaran hasil.
3. Mengurangi kegagalan hasil dengan memperhatikan pemilihan
kualitas input dan keunggulan teknologi proses yang didukung SDM
yang bermutu.
4. Memperpendek waktu penempatan produk baru di pasar dengan cara
pengembangan jaringan bisnis dengan dukungan sarana distribusi
yang tangguh.
5. Mengurangi ketidakpuasan pelanggan dengan cara mengidentifikasi
dinamika kebutuhan pelanggan, preferensi, dan daya beli pelanggan.
C. Pengendalian Proses Menerjemahkan ke dalam Operasi
a. Menjaga keamanan dan keselamatan kerja
Keamanan dalam operasi suatu pabrik merupakan kebutuhan primer
untuk orang-orang yang bekerja di pabrik dan untuk kelangsungan
perusahaan. Untuk menjaga terjaminnya keamanan, berbagai kondisi
operasi pabrik seperti tekanan operasi, temperatur, konsentrasi bahan
kimia, dan lain sebagainya harus dijaga tetap pada batas-batas
tertentu yang diizinkan.
b. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan
Pabrik harus menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai
kapasitas desain) dan dengan kualitas tertentu sesuai spesifikasi.
Untuk itu dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk menjaga tingkat
produksi dan kualitas produk yang diinginkan.
13
c. Menjaga peralatan proses dapat berfungsi sesuai yang
diinginkan dalam desain
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi proses produksi
memiliki kendala-kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi,
serta masih banyak kendalakendala lain yang harus diperhatikan.
d. Menjaga agar operasi pabrik tetap ekonomis.
Operasi pabrik bertujuan menghasilkan produk dari bahan baku yang
memberi keuntungan yang maksimum, sehingga pabrik harus
dijalankan pada kondisi yang menyebabkan biaya operasi menjadi
minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksimum.
e. Memenuhi persyaratan lingkungan
Operasi pabrik harus memenuhi berbagai peraturan lingkungan yang
memberikan syarat-syarat tertentu bagi berbagai buangan pabrik.
D. Analisis Merancang Mutu Untuk Indomie
Secara umum, kita dapat menilai mi instan berkualitas baik dari
beberapa kriteria, yaitu mi bersifat kenyal dan tidak mudah putus, daya
serap airnya rendah, memiliki daya simpan lama, serta selalu
menggunakan bahan baku yang alami dengan mutu terbaik.
Sebagai makanan populer dimakan sehari-hari, mi instan Indomie
memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, yaitu energi, protein,
vitamin A, C, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat, Mineral
Besi dan Natrium.
14
Untuk mi instan Indomie terbuat dari terigu Bogasari yang bermutu
tinggi. Dengan begitu memiliki kandungan protein (gluten) paling tinggi
karena terigu tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi (Fe), Zinc (Zn),
Vit B1, B2, dan Asam Folat. Dalam mi instan Indomie, protein yang
dominan adalah protein gandum yang kaya asam amino glutamate dan
glutamin. Sedangkan kandungan lysin sangat sedikit.
Untuk memperkaya mutu protein, Indomie bisa dicampur dengan
protein hewani seperti telur, daging, ayam, keju, dan lain-lainnya. Kita
juga bisa menambahkan sayuran seperti sawi hijau, kangkung, wortel,
dan lain-lainnya. Adapun Indomie blok mi dan bumbu bersifat kering.
Artinya jumlah air yang tersedia rendah sehingga mikroba sulit tumbuh.
Pembuatan Indomie blok mi ini dilakukan secara higienis dan tidak
menggunakan bahan pengawet apa pun. Saat memasak Indomie, kita
juga tidak perlu membuang air rebusan pertama Indomie karena
mengandung pati dan minyak, yang membuat Indomie terasa lezat.
Mi instan mengandung minyak karena proses pembuatannya digoreng
dalam suhu tertentu. Dengan demikian, isu mi instan mengandung lilin
tidak benar. Selain memperhatikan kandungan gizi, Indomie juga
memperhatikan tingkat keamanan konsumsi. Indomie telah dinilai aman
dan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan bagi keamanan pangan.
III. BIAYA PENGENDALIAN KUALITAS
15
Biaya Mutu merupakan keseluruhan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai dan memeriksa tingkat mutu yang dipersyaratkan, atau biaya-
biaya yang dipersyaratkan, atau biaya-biaya yang terjadi untuk menemukan
dan memperbaiki pekerjaan yang tidak sempurna.
A. Komponen Biaya Mutu
1. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost), merupakan biaya
biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (error
and nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk
itu ke pelanggan. Biaya biaya ini tidak akan muncul apabila tidak
ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum
pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan internal adalah :
a. Scrap
b. Pekerjaan Ulang (Rework)
c. Analisis Kegagalan (Failure Analysis)
d. Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and Retesting)
e. Downgrading
f. Avoidable Process Losses
2. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost), merupakan
biaya biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi
9 errors and nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu
diserahkan kepada pelangan. Biaya biaya ini tidak akan muncul
apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam
produk setelah pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan Eksternal:
16
a. Jaminan (Warranty)
b. Penyelesaian keluhan (Complaint Adjustment)
c. Produk dikembalikan (Returned Product)
d. Allowances
3. Biaya penilaian (Apraisal Cost), merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan penentuan derajat konformansi terhadap
persyaratan kualitas (spesifikasi yang diterapkan). Contoh dari biaya
penilaian adalah :
a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material
b. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses
c. Inspeksi dan pengujian produk akhir
d. Audit kualitas produk
e. Pemeliharaan akurasi peralatan pengujian
f. Evaluasi stok
4. Biaya pencegahan (prevention Cost), merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan upaya pencegahan terjadi kegagalan internal
maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan
internal dan biaya kegagalan eksternal. Contoh dari biaya
pencegahan adalah :
a. Perencanaan kualitas
b. Tinjau-ulang produk baru (new product review)
c. Pengendalian proses
d. Audit kualitas
17
e. Evaluasi kualitas pemasok
f. Pelatihan
B. Analisis Trade Off
Analisis Trade-off adalah pendekatan sistematik untuk
menyeimbangkan trade-off antara waktu, biaya dan kinerja. Informasi
yang diperlukan dari biaya, penjadwalan, laporan proyek review, dan
rencana asli.
Total biaya kualitas dapat dikurangi dengan mengawasi hubungan antara
biaya kualitas dan tingkat penyesuaian pada keinginan pelanggan.
1. Jika tingkat penyesuaian tinggi yaitu terbukti dengan tingkat
kerusakan yang rendah, maka biaya kerusakan menjadi rendah tetapi
biaya pengendalian kualitas menjadi tinggi.
2. Jika tingkat penyesuaian rendah yaitu terbukti dengan tingkat
kerusakan yang tinggi, maka biaya kerusakan menjadi tinggi dan
biaya pengendalian kualitas menjadi rendah.
C. Analisis Biaya Mutu Terhadap Indomie
Proses pembuatan mi instan memerlukan biaya pengendalian kualitas
atau biaya pengendalian mutu. Hal ini dimaksudkan agar menu - menu
yang dihasilkan untuk membuat mi memiliki mutu dan kualitas yang
baik. Biaya yang dikeluarkan atau disebut dengan biaya pengendalian
mutu, antara lain:
18
1. Biaya pencegahan
Perencanaan mutu : syarat tempat bersih, bahan-bahan yang
digunakan semua dalam kondisi baik dan berkualitas, fasilitas
memadai, selalu ada inovasi dalam produk.
Evaluasi rancangan produk baru : indomie selalu memunculkan
varian rasa terbaru, yang paling baru adalah rasa vegetarian untuk
pelanggan yang suka vegetarian atau memang diharuskan
vegetarian. Rasanya unik karena kombinasi rasa sayuran di dalam
mi namun tetap mengenyangkan dan enak.
Perencanaan proses : proses produksi indomie memang baik karena
di dukung alat-alat yang jauh lebih modern dan canggih.
2. Biaya penilaian
Pemeriksaan bahan masuk : semua bahan baku untuk indomie di
periksa dengan ketat, seperti ijin masuk bahan baku dengan
serangkaian proses dan aturan yang berlaku.
Pemeriksaan proses : proses pembuatan mi harus terus diawasi
karena dari mulai suhu ruangan, kebersihan tepung sebagai bahan
utama dan takaran untuk setiap adonan mie dan bumbu harus
benar-benar sesuai jika ingin menghasilkan produk yang baik.
Pemeriksaan barang jadi : karena menggunakan mesin dalam
kemasan maka pemeriksaan dilakukan dengan kontrol atau
pengamatan produk yang ada di mesin untuk memperkecil cacat
produk. Menurut saya proses pengolahan tepung menjadi mi, telah
19
sesuai dengan teori pengendalian biaya mutu. Komponen biaya
kualitas terdiri dari dua macam biaya yaitu biaya pencegahan dan
biaya penaksiran. Biaya pencegahan terdiri dari perencanaan mutu
dan proyek penyempurnaan. Sedangkan biaya pencegahan terdiri
dari pemeriksaan bahan masuk, pemeriksaan proses, pemeriksaan
barang jadi, dan laboratorium. Konsep – konsep tersebut sedikit
telah diterapkan dalam proses pengolahan mi indomie.
IV. MANAJEMEN MUTU MODERN
A. Tokoh/Pakar Mutu
1. F.W. Taylor (1856-1915)
Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan
dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan
pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk
pekerjaan manual, memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah”
(The Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut
Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen,
yaitu:
1. Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus
diselesaikan dalam satu hari.
2. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk
menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
20
3. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi
maksimal.
4. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak
mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan
demikian memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk
memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967)
Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama
periode 1920-1930. Dalam bukunya “The Economic Control of
Quality Manufactured Products”, merupakan suatu kontribusi yang
menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil
pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi
pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat
statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk
membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu,
untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.
Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana
kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari
bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu
secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer
21
yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : “Quality
is not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada
1950, beliau diundang oleh, “The Union to Japanese Scientists and
Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu.
Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Quality is primarily the result of senior management actions and
not the results of actions taken by workers.
2. The system of work that determines how work is performed and
only managers can create system.
3. Only manager can allocate resources, provide training to
workers, select the equipment and tools that worekers use, and
provide the plant and environment necessary to achieve quality.
4. Only senior managers determine the market in which the firm will
participate and what product or service will be solved.
Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak
mungkin tercapai manajemen mutu terpadu.
4. Prof Juran
Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu
pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu
mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk
mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk
pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu
22
“management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga
proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang
dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial
control, financial improvement. Adapun rincian trilogy itu sebagai
berikut :
1. Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan
dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan
karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan
ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
2. Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar
diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah
diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki.
3. Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang
sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai
berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber,
menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu,
melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada
umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar
mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya
B. Teori - Teori Dalam Mutu Modern
23
Secara tradisional, para pembuat produk biasanya melakukan inspeksi
terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir
produk yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian-
bagian produk yang cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional
tentang konsep kualitas hanya berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk
mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan. Kegiatan
inspeksi ini dipandang dari perspektif sistem kualitas modern adalah sia-
sia, karena tidak memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas
(quality improvement).
Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas
daripada sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari konsep
kualitas adalah membangun sistem kualitas modern. Pada dasarnya,
sistem kualitas modern dicirikan oleh lima karakteristik sebagai berikut:
1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.
Produk-produk di disain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui
suatu riset pasar, kemudian diproduksi dengan cara-cara yang baik
dan benar sehingga produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
disain, serta pada akhirnya memberikan pelayanan purna jual kepada
pelanggan.
2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang
dipimpin oleh manajemen puncak (top management) dalam proses
peningkatan kualitas secara terus-menerus.
24
3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap
orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
Meskipun kualitas seharusnya merupakan tanggung jawab setiap
orang, namun patut pula diketahui bahwa setiap orang memiliki
tanggung jawab berbeda, tergantung pada posisi kerjanya dalam
perusahaan.
4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang
berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang
menganggap bahwa kualitas merupakan ”jalan hidup”.
Dengan demikian, sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya kultur
perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus-
menerus.
C. Analisis Manajemen Mutu Modern Terhadap Indomie
Dari teori yang didapatkan dan setelah dicermati Indomie menerapkan
Manajemen Mutu Modern yang berdasarkan oleh Prof Juran dengan
trilogy Juran yaitu Quality Planning, Quality Control, Quality
Improvement. Dimana segala aspek trilogynya digunakan indomie
sebagai dasar manajemen mutu modern yang diberikan bagi
pelanggannya.
a. Quality Planning dalam perkembangannya, Indomie mencoba
menghadirkan pilihan menu makanan yang merupakan citra rasa
25
masakan daerah, yang setidaknya akan dapat menciptakan
kebanggaan penduduk di setiap daerah di seluruh Indonesia,
sekaligus menumbuhkan rasa persatuan bangsa. Karena meskipun
kita berbeda suku dan rasa, semuanya adalah bagian dari Indoensia.
Oleh Indofood, hal ini kemudian diwujudkan dalam bentuk program
yang bernama Mutiara Lintas Budaya, sebagai bentuk kepedulian
Indofood terhadap keanekaragaman daerah dan budaya Indonesia
yang sangat berharga dan patut dijaga kelestariannya. Mutiara Lintas
Budaya merupakan wujud rasa terima kasih bagi seluruh masyarakat
Indonesia yang merupakan konsumen setia selama ini. Hal ini
dimaksudkan agar setiap orang dapat menikmati cita rasa khas
kampung halaman, meski mereka berada di tempat lain. Juga bagi
mereka yang berada di daerah dapat menjadi makanan kebanggaan
ataupun dapat dijadikan oleh-oleh khas untuk dibawa wisatawan
lokal maupun manca negara. Indofood telah berhasil
mengaplikasikan sejumlah masakan khas daerah ke dalam bentuk mi
instan dengan brand Indomie, dan telah tercipta setidaknya 32 rasa
khas daerah yang mewakili jumlah provinsi di Indonesia, antara lain
rasa kuah ayam pedas sebagai khas Kalimantan Barat, rasa soto
Betawi sebagai khas dari Jakarta, dan rasa sup hipare sebagai khas
dari Papua Timur.
b. Quality Control Indofood sangat memperhatikan safety first dan
kesehatan, keselamatan kerja untuk karyawannya, demi menghindar
26
hal-hal yang tidak diinginkan. Proses pengolahan produksi Indofood
dengan berbagai macam produk-produk yang beredar di pasaran juga
di perhatikan. Hasil dari sisa produksi baik cair dan padat diolah
lebih lanjut untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Pengendalian limbah sudah dilakukan dengan memisahkan dan
memproses limbah cair dan padat. Limbah cair sendiri didapat dari
sisa hasil proses produksi untuk pembersihan IPA (instalasi perairan
air limbah) untuk QC (Quality Control). Mesin-mesin produksi
dengan nilai residu 5 tahun sudah harus diganti dengan yang baru,
untuk menjaga rasa, kandungan gizi, dan kualitas dari makanan
tersebut.
Produk yang gagal produksi akan segera dibuang dan diolah
sebagaimana limbah cair atau padat. Hal ini dilakukan agar
kebersihan dan kesehatan tetap terjaga. Sementara itu, pembinaan
terhadap karyawan sendiri sudah sering dilakukan dengan adanya
serikat kerja, penambahan fasilitas kerja serta jaminan kesehatan
keluarga yang diberlakukan untuk masyarakat. Kegiatan Indofood
sangat gencar dalam bidang CSR untuk membantu masyarakat yang
kurang mampu.
c. Quality Improvement dilakukan peluncuran Indomie rasa baru khas
Jawa Tengah dan Yogyakarta, yakni Indomie Goreng Ayam
Kalasan, Indomie rasa sambal goreng tahu, Indomie rasa Mie
Goreng Jawa, dan Indomie rasa Soto Kudus. Ayam goreng Kalasan
27
dan sambal goreng tahu merupakan masakan khas di Yogyakarta.
Ayam goreng Kalasan, yang mempunyai ciri khas dengan taburan
"kremesan" serta dilengkapi bumbu yang pas, telah diaplikasikan
secara sempurna oleh Indofood dalam bentuk mi instan yang secara
praktis dapat dinikmati di mana dan kapan saja. Penambahan solid
ingredient (sayuran kering) yang dikemas sebagai tambahan bahan
pelengkap seperti bumbu, bubuk cabe, dan minyak sayur membuat
Indomie rasa Ayam Goreng Kalasan memiliki cita rasa yang sesuai
dengan ayam goreng Kalasan yang sebenarnya. Sementara masakan
khas Yogyakarta lainnya yang diaplikasikan dalam bentuk mi instan,
yakni Indomie rasa Sambal Goreng Tahu, juga dilengkapi
penambahan kacang tolo, tahu, dan sayuran yang telah dikeringkan.
Soto Kudus, masakan yang dikenal hampir semua orang dan dengan
cita rasa yang hampir dapat diterima, merupakan masakan khas dari
Jawa Tengah yang patut dibanggakan. Indomie Soto Kudus ini
disertai pula dengan bawang putih goreng dan cabe rawit hijau yang
membuat sajiannya dengan cita rasa khas masakan daerah menjadi
lezat dan berselera. Indomie Rasa Mie Goreng Jawa, yang disertai
tambahan berupa sayuran kering seperti kol yang membuat mi
goreng khas Jawa Tengah, makin mirip dengan hasil masakan para
penjual yang terdapat di hampir seluruh kota di Jawa Tengah,
apalagi tekstur mi yang besar dan kenyal serta penambahan bumbu
28
menjadi manis dan lezat sesuai dengan ciri khas dari masakan Mie
Goreng Jawa.
Dalam sebungkus mi instan terdapat kandungan gizi, selain
karbohidrat, lemak dan protein. Juga ditambahkan vitamin dan
mineral zat besi yang berguna bagi kesehatan tubuh. Ditambahkan
pula, mi instan produk Indofood tidak mengandung bahan pengawet
karena pada proses produksinya telah dilakukan penggorengan
dengan menggunakan minyak sayur yang bersuhu tinggi, sehingga
menyebabkan produk memiliki kadar air yang rendah yang
kemudian akan membuat produk mampu bertahan lama tanpa
memerlukan bahan pengawet.
V. TOTAL QUALITY MANAGEMENT
A. Evolusi Mutu
Pada zaman modern fungsi mutu berkembang melalui berbagai tahap
(http://digilib.petra.ac.id/william-both) yaitu :
1. Inspeksi (Inspection)
Selama produksi, para inspektor mengukur hasil produksi
berdasarkan spesifikasi. Bagian inspeksi tidak independent, biasanya
mereka melapor ke bagian pabrik. Hal ini menyebabkan terjadinya
perbedaan kepentingan. Seandainya bagian inspeksi menolak hasil
29
satu alur produksi yang tidak sesuai maka bagian pabrik berusaha
meloloskan tanpa memperdulikan mutu.
2. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi bagian
pengendalian mutu (QC). Adanya Perang Dunia II mengharuskan
produk militer yang bebas cacat. Mutu produk militer menjadi salah
satu faktor yang menentukan kemenangan dalam peperangan. Hal ini
harus dapat diantisipasi melalui pengendalian yang dilakukan selama
proses produksi. Tanggungjawab mutu dialihkan ke bagian QC yang
independent. Bagian QC memiliki otonomi penuh dan terpisah dari
bagian pabrik. Para pemeriksa mulai dibekali dengan perangkat
statistika, seperti diagram pengendalian kendali dan penarikan
sampel.
3. Pemastian Mutu (Quality Assurance)
Rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistis sering kali
tidak dapat dilayani oleh struktur pengambilan keputusan yang ada.
Pengendalian mutu berkembang menjadi pemastian mutu (QA).
Bagian QA difokuskan untuk memastikan proses dan mutu produk
melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan analisis kinerja teknis,
dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu. QA bekerja sama
dengan bagian lain yang bertanggungjawab penuh terhadap mutu
kinerja masing-masing bagian.
4. Manajemen Mutu (Quality Management)
30
Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo, sehingga upaya
yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian
mutu tapi sangat sedikit berpengaruh untuk meningkatkannya.
Karena itu, untuk mengantisipasi persaingan aspek mutu perlu selalu
dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-
fungsi manajemen mutu.
5. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya
fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap
mutu. Dalam hal ini tanggungjawab terhadap mutu tidak cukup
hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu, tapi sudah menjadi
tanggungjawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang
disebutkan sebagai Total Quality Management (TQM).
B. Pengertian TQM
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu.
Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22) “TQM diartikan sebagai
perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu
perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan
pelanggan”.
31
Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7) “TQM pada dasarnya
merupakan upaya untuk menciptakan ‘a culture of continous
improvement’ di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai
teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan
perhatian pada kepuasan “customer”.
TQM menghendaki komitmen total dari manajemen dimana komitmen
ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level
atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi TQM
sangat ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk
merealisasikannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM
adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan
yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan
perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan
yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen
perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif.
C. Karakteristik TQM
Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan
Davis dalam Nasution (2005: 22).
1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun
eksternal
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk
atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
32
internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan
eksternal menentukan kualitas. Dengan ditetapkannya kualitas
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi
apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya
berdasarkan perspektif. Cara kita agar dapat melakukannya dengan
lebih baik jika suatu organisasi dapat terobsesi dengan kualitas, mak
akan berlaku prinsip “good enough is never good enough”.
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Memiliki komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh
karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna
33
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan
dengan sukses.
5. Membutuhkan kerja sama tim (teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali
diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi
tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan
hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan
maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan
masyarakat sekitarnya.
6. Memperbaiki proses secara kesinambungan
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan
proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh
karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus
agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
7. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu
menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan
sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era
persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan
34
TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang
fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Memberikan kebebasan yang terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan
terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian,
kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan
tersebut hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana
dengan baik.
9. Memiliki kesatuan tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini
tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan
kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan
kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik,
35
atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan
dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan
situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab
atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya.
D. Perbedaan TQM dengan Manajemen Mutu Lainnya
Asal intelektualnya
TQM : teori statistik (analisis sampling dan variant).
Manajemen lainnya : ilmu sosial (ekonomi makro, psikologi dan
sosiologi).
Sumber inovasinya
TQM : insinyur industri dan fisikawan yang bekerja disektor industri
dan lembaga pemerintahan.
Manajemen lainnya : sekolah bisnis yang terkemuka dan perusahaan
konsultan manajemen.
Asal negara
TQM : Internasional (dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke
Jepang setelah itu tersebar ke Amerika utara dan Eropa).
Manajemen lainnya : Amerika Serikat kemudian ditransfer secara
internasional.
Proses penyebaran
36
TQM : Populist (perusahaan-perusahaan kecil dan manajer madya
memainkan peranan yang menonjol).
Manajemen lainnya : Hierarkis (dari perusahaan-perusahaan industri
terkemuka ke perusahan yang lebih kecvil dan kurang menonjol dan
dalam perusahaan dari manajemen puncak ke manajemen di bawahnya).
E. Analisis TQM Terhadap Indomie
Ditinjau dari pengertian TQM, Indomie sudah mengutamakan mutu dan
kualitas dalam menghasilkan produknya agar para pelanggannya merasa
puas. Penerapan konsep Total Quality Management (TQM) pada
Indomie dapat dilihat sebagai berikut:
1. Indomie memfokuskan produknya kepada konsumen atau
pelanggannya. Fokus kepada konsumen dimulai dengan memuaskan
konsumen secara internal, misal: indomie selalu mendengarkan
keluhan baik dari dalam yaitu dari para karyawannya maupun dari
luar yaitu pelanggannya. Indomie tidak melayani pengaduan secara
sms atau telepon pengaduan atas ketidakpuasan konsumen atas
pelayanan dari indomie bisa dilakukan dengan mengadu langsung
kepada pihak Indomie atau melalui surat.
2. Para karyawan Indomie sudah mengikuti beberapa pelatihan sebelum
bekerja di indomie hal ini dilakukan agar karyawan bisa
menggunakan mesin produksi dengan baik dan memuaskan
menghasilkan produk sesuai target.
37
3. Di setiap mesin ada seorang manager yang bertugas untuk
mengawasi jalannya proses produksi. Tingkatan manajer di Indomie
terdiri dari bottom manager sampai top manager.
4. Indomie selalu mengeluarkan produk – produk baru untuk memberi
kepuasan kepada pelanggannya, yaitu seluruh varian rasa yang
mengangkat kekhasan masakan daerah dari sabang sampai merauke.
5. Perkembangan indomie yang pesat tidak lepas dari hubungan
internal yang erat yang dilakukan indomie dengan pemilik, karyawan
dan pemasok.
VI. QUALITY CONTROL
A. Pengertian QC
Quality Control adalah aktivitas, prosedur, metode, atau program yang
menjamin pemeliharaan hubungan dari spesifikasi dan standarisasi suatu
produk dari penangannya, prosesnya, persiapannya, sampai dengan
kemasannya dengan menjamin atau mempertahankan kelayakannya
sampai ke tahap penyimpanan, proses, persiapan dan akhirnya
dikonsumsi oleh konsumen (Manning, 1976, p.1).
Quality Control merupakan teknik dan aktivitas untuk mencapai,
mempertahankan, dan mengembangkan kualitas suatu produk (Dale,
1994, p.2).
Quality Control adalah suatu aktivitas pengendalian material yang
bertujuan untuk mengetahui secara aktual material agar sesuai dengan
38
kondisi yang ditetapkan pada saat perencanaan. Proses kontrol material
mencakup proses penerimaan material dan inspeksi penerimaan
(Supriyanto, 200, p.93).
Jadi Quality Control adalah suatu aktivat untuk menjaga standarisasi
kualitas suatu produk atau material mulai dari proses persiapan,
penyimpanan, produksi, sampai ke tahap pemakain oleh konsumen.
B. Pengendalian Pemasok dan Sistem Distribusi Inventory
Pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan
sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk
memproduksi barang dan jasa tertentu. Dari pengertian ini dapat
didefinisikan bahwa pemasok tidak hanya work-in-proses. Dengan
demikian hubungan pemasok dapat dibagi ke dalam hubungan eksternal
(external relationship), hubungan internal (intracompany relationship),
dan hubungan antar – pabrik (inter-plant relationship).
1. Hubungan Eksternal (Intracopany Relationship)
Berkaitan dengan pemasok internal atau internal supplier, perlu
diperhatikan bentuk keterkaitan komunikasi dan informasi yang
menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Perencanaan material, berkaitan dengan masalah-masalah
kwalitas inventory balance errors, perubahan jadwal, dll.
39
2. Jadwal produksi, berkaitan dengan informasi yang sama seprti
perencanaan material ditambah dengan breakdowns yang tidak
diharapkan, group setup opportunities, dll.
3. Rekayasa desain, menyangkut masalah-masalah produksi yang
berkaitan dengan desain, saran-saran untuk perbaikan produk,
kesalahan bills of material (BOM), cara membangun untuk
mengembangkan produk berkwalitas secara mudah, efisien,dll.
4. Rekayasa manufacturing (manufacturing engineering),
menyangkut : masalah-masalah proses, equipment, tooling,
routing serta kesempatan perbaikan terus-menerus.
5. Pelayanan pelanggan atau penjualan (customer service or sales),
berkitan dengan keterlambatan penerimaan dan pengiriman
pesanan, kebutuhan pelanggan dang spesifikasinya, dll
6. Accounting, berkaitan dengan ongkos-ongkos alternative untuk
menyelesaikan masalah-masalah material atau penjadwalan,
equitment justifications, make-or-buy decision, dll
7. Pembelian (purchasing) berkaitan dengan alternate sources or
material, expedited materials, subkontraktor,dll
8. Bagian personalia, berkaitan dengan karyawan baru, koordinasi
dari transfer karyawan, bantuan sementara, pendidikan dan
pelatihan, pengembangan karir,dll
40
9. Jaminan kuwalitas (quality assurance), berkaitan dengan
perbaikan kuwalitas proses, pelatihan pengendalian proses
statistical ( statistical process control training), dll.
10. Perubahan –perubahan rekayasa (engineering changes),
menyangkut koordinasi dan rekayasa desain dan manufacturing
(design and manufacturing engineering), perencanaan dan
penjadwalan produksi, perencanaan dan penjadwalan material
(material planning and scheduling), pembelian, Akutanti, dll
11. Departemen manufacturing yang lain dan pusat-pusat kerja
(work centers), berkaitan dengan membangun team kerja sama
dan partisipasi total dalam hubungan sebagai pemasok dan
pelanggan guna mencapai tujuan strategi dari perusahaan.
2. Hubungan Eksternal (Eksternal Relationship)
Pemasok luar (external supplier) dapat dipandang sebagai perluasan
pabrik. Kerja sama yang erat diperlukan untuk meningkatkan
pelayanan pelanggan, meminimumkan investasi inventori, dan
meningkatkan efisiensi operasi manufacturing. Beberapa prinsip
utama yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan pemasok,
adalah : (Vincent Gaspersz)
1. Pemasok material seharusnya diperlakukan sebagai mitra
bisnis (partners), di mana mereka seharusnya : mengerti
tentang kebutuhan – kebutuhan pabrik, diberikan informasi
tentang kebutuhan yang akan datang guna meencanakan sumber
41
– sumber daya, menghargai pentingnya kualitas, penyerahan
tepat waktu, dan perbaikan terus – meneruslainnya.
2. Filosifi Just – in – Time (JIT) mendorong komitmen
hubungan jangka panjang dan lebih erat dan lebih erat
dengan lebih sedit pemasok. Beberapa cara dapat dilakukan
dengan cara : mengundang pemasok untuk mengunjungi,
menagamati operasi manufacturing dan penggunaan material,
mendiskusikan masalah, dan bekerjasama untuk mencapai
manfaat bersama. Kunjungan balasan dari pabrik ke pemasok
dapat dilakukan dengan memberikan bantuan teknik,
meningkatkan proses produksi dan kualitas pemasok, serta
meningkatkan komunikasi.Pihak pabrik dapat juga menawarkan
pendidikan dan pelatihan kepada pemasok.
3. Melakukan kontak langsung di antara orang – orang pabrik
(Shop people) dan pemasok untuk mencegah masalah –
masalah lebih lanjut, di mana dalam hal ini kita dapat
membangun hubungan informal, misalnya dengan menggunakn
saluran komunikasi melalui telepon atau lat lainnya. Dengan
kontak langsung ini, pertanyaan – pertanyaan teknis dapat
diajukan ke pemasok serta memperoleh saran – saran dari
pemasok itu. Petunjuk atau prosedur harus ditetapkan guna
mendefinisikan operasi atau masalah – masalah yang harus
disalurkan melalui bagian pembelian (purchasing department)
42
4. Outsite Services dapat diperlakukan seperti work centers di
dalam pabrik, di mana hal-hal dapat dilakukan : mengirim
kepada mereka dispatch list yang menunjukkan prioritas kerja
dan pekerjaan yang datang, mempertimbangkan kapasitas
mereka apabila melakukan pemesanan, serta memberikan shoup
documentation (drawings, bills of matrial,dll) yang mungkin
mereka butuhkan.
5. Apa bila hubungan jangka panjang telah berkembang,
pihak pabrik yang telah menerapkan sistem JIT dapat
mengajak pemasok untuk ikut menerapkan konsep JIT itu.
Dalam hal ini, bagian pembelian dapat mengubah bentuk
transaksi dengan pemasok yang menggunakan system
kosvensional, yaitu menggunakan paperwork (purchase request,
request for quote, quote receved, and purchase order placed)
kepengguna elektronik data interchange (EDI). EDI adalah
bentuk transaksi tanpa menggunakan kertas tatapi dilakukan
secara elektronik menggunakan computer. Melalui terminal
computer dapat dilakukan pesanan pembelian, pemberitahuan
pengiriman in voices, dll. Menggunakan format dokumen
standart.
3. Hubungan Antarpabrik (Interplant Relationship)
Beberapa lokasi manufacturing mungkin memasok satu sama lain
atau menghasilkan produk-produk serupa untuk beberapa
43
warehouses. Komunikasi dan koordinasi antar pabrik adalah penting
dalam hal-hal berikut :
1. Perencanaan dan penjawalan terpusat (certralized planning and
scheduling) dapat memberikan koordinasi.
2. Komunikasi akan lebih sulit apabila dibatasi oleh jarak
(bampered by distance).
3. Sister dividions are often the worst suppliers. Apply the
principles of good suppliyer relationship. Dalam hal ini divisi
dan pabrik bukan saja merupakan mitra kerjasama, tetapi
merupakan anggota dari suatu keluarga besar dari perusahaan
yang sama.
C. Analisis QC Terhadap Indomie
Quality control yang meliputi pengawasan selama pengolahan dan
pengawasan selama proses produksi hingga proses akhir di terapkan
indomie sedemikian rupa mulai dari :
Hubungan Eksternal (external relationship)
1. Pemasok material seharusnya diperlakukan sebagai mitra bisnis
(partners), setiap kali diadakan evaluasi pemasok mulai dari keadaan
umum pemasok hingga pelayanan dan materialnya indomie berusaha
menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan baik.
44
2. Filosifi Just – in – Time (JIT) mendorong komitmen hubungan
jangka panjang dan lebih erat dan lebih erat dengan lebih sedit
pemasok. Dalam hal ini indomie sering mengadakan tour ke tempat-
tempat pemasok seperti supplier tepung, suplier bawang, supllier
kemasan (plastik) dan sub supliers lainnya. Begitu juga indomie
yang membuka perusahaannya untuk di datangi para pemasoknya.
3. Melakukan kontak langsung di antara orang – orang pabrik (Shop
people) dan pemasok untuk mencegah masalah – masalah lebih
lanjut, Indomie memberikan staff layanan dalam perusahaan untuk
menerima dan menanggapi apa yang akan di sampaikan para
pemasok lewat sarana telepon dan online.
4. Outsite Services dapat diperlakukan seperti work centers di dalam
pabrik, di mana hal-hal dapat dilakukan di perusahaan sehingga
memudahkan akses dan proses produksi baik dari pengadaaan bahan
baku tepung dan lainnya hingga pendistribusian.
Hubungan Internal (Intracopany Relationship)
1. Pengawasan selama pengolahan Indomie sudah menggunakan
mesin yang khusus dengan menggunakan tepung yang khusus pula,
dimana jika penggilingan dilakuakn perlu kontrol agar mi kenyal
dan dapat memanjang dan keriting sesuai standart.
2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan
Pengawasan atas hasil dari produk - produk indomie sudah
diproses dan diolah dengan proses yang benar dan aman untuk
45
dikonsumsi, sehingga untuk setiap kemungkinan produk cacat
kecil.
3. Perencanaan material Indomie memiliki kualitas rasa yang sangat
sesuai dengan lidah orang Indonesia dan produk yang selalu
memberikan inovasi pada rasa serta bahan pelengkap di dalamnya.
4. Rekayasa Desain
Semua produk yang dihasilkan indomie Pemberian desain label
pada indomie yang bertujuan membuat produk lebih menarik.
Logo yang digunakan pada label ini adalah logo indomie yang
sangat kental dengan gaya standar Indofood. Selain untuk
membuat produk lebih menarik, label juga menberikan informasi
produk yang dijual, dan memberikan informasi kepada konsumen
mengenai produsen, selain itu gambar hidangan mi yang membuat
mata ingin makan atau bahkan lapar sehingga diharapkan dapat
meningkatkan daya tarik konsumen akan indomie dan juga
meningkatkan pendapatan yang diperoleh indomie oleh Indofood.
Hubungan Antar-Pabrik (interplant Relationship)
1. Perencanaan dan penjawalan terpusat oleh seluruh CPB baik di
Indonesia maupun yang di luar negeri.
46
2. Setiap CPB Indomie menjalin mitra kerjasama agar dapat saling
melengkapi jika ada kekurangan persediaan bahkan dalam hal
tranportasinya di tiap divisi mi, kecap dan bumbu serta kemasan.
Sistem Distribusi Inventory
Untuk mencapai tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan indomie
melakukan system distribusi inventory, yang berhubungan dengan
pelayanan pelanggan misalnya waktu tunggu penyerahan produk saat
pemesanan tepat waktu karena hanya dibutuhkan sehari untuk supply
pengiriman. Leadtime juga telah disepakati bersama biasanya paling
lambat seminggu dari waktu pemesanan.
VII. ISO 9000 DAN ISO 14000
A. Mengenai ISO
1. Pengertian Standar
Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah
didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai
spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang
digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai
dengan yang telah dinyatakan. Salah satu contohnya adalah
penetapan standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu
“pintar” (smart) lainnya yang telah mengikuti standar internasional
ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri
47
(ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan
demikian standar internasional telah membantu kehidupan manusia
menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan
kegunaan barang dan jasa.
2. Pengertian ISO
Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global
yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang
beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu
organisasi di luar pemerintahan (Non-Government
Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO
adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-
kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu
perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan
kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian
dipublikasikan sebagai standar internasional.
3. Nama ISO
Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan antara nama
lengkap “International Organization for Standardization” dengan
kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat.
Anggapan itu benar bila penetapan nama didasarkan pada
kependekannya. Yang sebenarnya, istilah ISO bukan merupakan
48
kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi internasional
tersebut. “ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang
mempaunyai arti “sama” (equal). Awalan kata “iso-“ juga banyak
dijumpai misalnya pada kata “isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan
sebagainya.
Dari kata “sama” (equal) menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih
sebagai nama organisasi yang mudah untuk dipahami. ISO sebagai
nama organisasi juga dalam rangka menghindari penyingkatan
kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara
anggota, misalnya IOS dalam bahasa Inggris, atau OIN
(Organisation Internationale de Normalisation) dalam bahasa
Perancis, atau OSI (Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian apapun bahasa yang digunakan,
organisasi ini namanya tetap ISO.
4. Kebutuhan Standar Internasional
Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan
terhadap teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah
yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam
“technical barriers to trade (TBT)” atau “hambatan teknis
perdagangan”. Industri-industri pengekspor telah lama merasakan
perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat membantu
mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan
49
internasional. Dari timbulnya permasalahan inilah awalnya
organisasi ISO didirikan.
Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi yang
mencakup berbagai bidang, antara lain bidang informasi dan
telekomunikasi, tekstil, pengemasan, distribusi barang, pembangkit
energi dan pemanfaatannya, pembuatan kapal, perbankan dan jasa
keuangan, dan masih banyak lagi. Hal ini akan terus berkembang
untuk kepentingan berbagai sektor kegiatan industri pada masa-masa
yang akan datang.
Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain karena hal-
hal sebagai berikut :
1. Kemajuan dalam perdagangan bebas di seluruh dunia
2. Penetrasi teknologi antar sektor
3. Sistem komunikasi di seluruh dunia
4. Standar global untuk pengembangan teknologi
5. Pembangunan di negara-negara berkembang
Standardisasi industri adalah suatu kenyataan yang diperlukan di
dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa
yang dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah dikenal.
Standar seperti ini perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan
melalui konsensus dari semua pihak yang berperan dalam sektor
tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan seringkali
juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi
50
dan kriteria untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan
mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan persyaratan dari
jasa yang ditawarkan.
Tujuan penyusunan standar adalah untuk memfasilitasi perdagangan,
pertukaran, dan alih teknologi melalui :
1. Peningkatan mutu dan kesesuaian produksi pada tingkat harga
yang layak.
2. Peningkatan kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan,
dan pengurangan limbah.
3. Kesesuaian dan keandalan inter-operasi yang lebih baik dari
berbagai komponen untuk menghasilkan barang maupun jasa
yang lebih baik.
4. Penyederhanaan perancangan produk untuk peningkatan
keandalan kegunaan barang dan jasa.
5. Peningkatan efisiensi distribusi produk dan kemudahan
pemeliharaannya.
Pengguna (konsumen) lebih percaya pada barang dan jasa yang telah
mendapatkan jaminan sesuai dengan standar internasional. Jaminan
terhadap kesesuaian tersebut dapat diperoleh baik dari pernyataan
penghasil barang maupun melalui pemeriksaan oleh lembaga
independen.
B. ISO 9000
51
ISO 9000 Series sekarang merupakan salah satu sistem manajemen mutu
yang formal serta diterapkan di hampir semua jenis organisasi, termasuk
industri otomotif. Sejak peluncuran pertamanya pada tahun 1987, ISO
9000 Series mendominasi di semua bidang yang terkait dengan sistem
manajemen mutu bahkan mengecualikan beberapa issue di bidang
kualitas lainnya. Seperti contoh : birokrasi prosedur, paper work , tidak
ada nilai tambah. Hal ini terjadi karena standar ISO 9000 Series
menjelaskan mengenai “What”, sehingga sangat bergantung kepada
penerimaan suatu organisasi mengenai pemahaman persyaratan
minimum yang dapat diterapkan organisasi untuk mencapai kualitas
produk atau service.
Salah satu persyaratan utama dari ISO 9000 Series adalah proses yang
terkait dengan supplier, dimana persyaratannya adalah bahwa organisasi
harus menyediakan produk /jasa yang sesuai dengan persyaratan
tersebut. Persyaratan ISO 9000 di dalam konteks bisnis
merepresentasikan spesifikasi yang telah dipersyaratkan/ditetapkan.
Artinya apabila organisasi tidak menyediakan produk/service yang
sesuai dengan persyaratan/spesifikasi maka sistemnya sebenarnya fail,
tetapi tidak berarti standardnya salah, hal ini bisa saja disebabkan karena
interprestasi yang tidak sesuai dari organisasi. Atau jika
spesifikasi/persyaratanya sudah ditetapkan tetapi kualitasnya lebih
rendah maka dampaknya bisa saja produk tersebut menjadi tidak cukup
untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
52
Tujuan ISO 9000 (Tjiptono 2000)
1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk
atau jasa yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pembeli.
2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemen
bahwa kualitas tersebut dicapai dan dipertahankan.
3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli
produk atau jasa yang dijual telah mencapai kualitas yang
ditentukan.
Manfaat ISO 9000 (Gaspersz, 1999)
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui
jaminan kualitas yang teroganisir dan sistematik.
2. Perusahaan yang bersertifikat ISO 9000 diijinkan untuk
mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen kualitas
dari perusahaan tersebut telah dialui secara internasioanal.
3. Audit sistem manajmeen kualitas dari perusahaan yang telah
memperoleh sertifikat ISO 9000 dilakukan secara periodik oleh
registar dari lembaga registrasi.
4. Perusahaan yang telah memperolah sertifikat ISO 9000 secara
otomatis terdaftar pada lembaga registrasi.
5. Meningkatkan kualitas dan produktifitas dari manajemen melalui
kerja sama dan komunikasi yang lebih baik.
6. Meningkatkan kesadran kualitas dalam perusahaan.
53
7. Membarikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan
dan manajer organisasi melalui prosedur – prosedur dan instruksi –
instruksi yang terdefinisi secara baik.
8. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur dari anggota organisasi.
Type - type 9000 (Woryodiningrat 1997)
1. ISO 9001
Merupakan model sistem jaminan kualitas pada tahap perancangan
dan pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan jasa. ISO ini
digunakan bagi perusahaan manufaktur yang merancang produk dan
membuatnya sendiri.
2. ISO 9002
Merupakan model sistem jaminan kualitas dalam prediksi dan
instalasi. ISO ini ditunjukkan pada kemampuan produksi instalasinya
dan juga merupakan standar yang lebih umum bagi pabrikasi dan
bila digunakan terdapat suatu desain yang merupakan syarat khusus
bagi produksinya.
3. ISO 9003
Merupakan model sistem jaminan kualitas dalam inspeksi dan
pengujian akhir ISO. ISO ini merupakan sistem mutu model untuk
menjamin mutu dalam inspeksi akhir dan tes apabila produk dipasok
dari suatu pabrik sesuai ayarat maka perusahaan akan melakukan
inspeksi dan tes produk yang memuaskan dan secara terpisah maka
54
akan dibutuhkan suatu sistem pengendalian dokumen, identifikasi
produk dan sistem penanganan,penyimpangan dan pelatihan.
4. ISO 9004
Digunakan untuk kepentingan intern dan bukan untuk situasi
kotraktual. Standar ini mencakup unsur – unsur pokok yang ikut
mempengaruhi sistem jaminan kualitas termasuk di dalamnya
tanggung jawab manajemen, pemasaran, pengadaan, langkah
pengendalian dan pemanfaatan sumber daya manusia, faktor
keamanan produk serta penggunaan metode statistik.
Keuntungan perusahaan apabila memperoleh ISO 9000
a. ISO 9000 membantu perusahaan memenuhi permintaan pelanggan.
b. ISO 9000 membantu perusahaan memenuhi kepuasan pelanggan.
c. ISO 9000 membantu perusahaan meningkatkan kinerja mencapai
tujuan perusahaan.
C. ISO 14000
ISO 14000 bukan suatu jaminan untuk mengembangkan organisasi,
namun bermanfaat bagi perusahaan karena mencakup kriteria
lingkungan yang harus diperhatikan dalam proses produksi pada setiap
perusahaan. Dengan adanya sertifikat ISO 14000 akan meningkatkan
image bagi perusahaan karena sertifikat tersebut menunjukan bahwa
perusahaan peduli dan memiliki komitmen untuk memelihara
lingkungan.
Macam – macam standar dalam ISO 14000 (Gaspersz 1995)
55
1. ISO 14001,04: Sistem manajeman lingkungan
2. ISO 14010-14015: Audit Lingkungan
3. ISO 14020-14024: Label lingkungan
4. ISO 14031,32: Evaluasi kinerja Lingkungan
5. ISO 14040-14044: Kajian daur hidup produk
6. ISO 14060: Aspek lingkungan dari produk
ISO 14000 Semua sistem Manajemen lingkungan yang dapat
memberikan jaminan kpeada produsen dan konsumen bahwa dengan
menerapkan isitem tersebut produk yang dihasilkan / dikonsumsi,
limbah, produk bekas pakai ataupun layananny sudah melalui suatu
proses yang memperoleh kaidah – kaidah / upaya pengelolaan
lingkungan.
ISO 14001 Sistem yang mengorganisasikan kebijakan
lingkungan ,perancanaan ,implementasi ,pemeriksaan ,tindakan koreksi
dan tinjauan manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan terus – menerus / berkesinambungan.
ISO 14010-14015 Suatu alat manajemen untuk menguji efektivitas /
kinerja perusahaan dalam melaksankan kegiatan pengelolaan
lingkungan dengan menggunkan kriteria audit yang disepakati,
didokumentasikan dan hasilnya dikomunikasikan kepada klien.
Keuntungan memperoleh ISO 14000
1. Perlindungan lingkungan
a. Mengurangi/meminimalisasikan limbah.
56
b. Optimalisasi penggunaan sumber alam.
c. Membantu mengatasi isu-isu lingkungan global.
2. Pengurangan kerugian
Sistem akan melindungi atau meminimumkan akibat ke lingkungan,
dan juga meminimumkan akibat buruk bagi karyawan, pengurangan
luka dan penyakit jika perusahaan mengadopsi sistem manajemen
lingkungan ISO 14000.
3. Perlindungan lingkungan
a. Mengurangi/meminimalisasikan limbah.
b. Optimalisasi penggunaan sumber-sumber alam.
c. Membantu mengatasi isu-isu lingkungan global.
4. Memiliki kekuatan pasar
a. Mampu memasuki pasar dengan produk ramah lingkungan.
b. Meningkatkan peran pasar (Market Share).
c. Memenuhi persyaratan pelanggan.
d. Membuka peluang investasi.
5. Mengembangkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Dengan dimilikinya sertifikat ISO-14001, pelanggan akan merasa lebih
aman dan lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan
pelanggan bahwa pemasok peduli lingkungan dan mempunyai dokumen
yang sesuai untuk mendukung pernyataan tersebut.
D. Analisis ISO Terhadap Indomie
57
Produk Indofood diproduksi dengan bahan baku yang telah memenuhi
persyaratan halal dan semuanya telah diproses secara halal. Adapun
sertifikasi halal diperoleh dari Majelis Ulama Indonesia, Departemen
Agama, dan Departemen Kesehatan. Dengan sistem standar operational
prosedur yang telah terstandarisasi dengan sertifikasi ISO 9002 dalam
proses produksi mulai dari incoming quality control, process quality
control, sampai outgoing quality control, akan menghasilkan produk
sesuai dengan persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) mie
instan, sehingga dapat dipastikan hal ini sesuai dengan komitmen dari
Indofood untuk mempersembahkan mi instan dengan aneka cita rasa
khas dari seluruh provinsi Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan
terpilih serta komitmen yang tinggi atas mutu dan kehalalan produk.
Perusahaan indomie mempekerjakan tim kontrol yang sangat kompetitif
kualitas yang bertindak sebagai pengontrol kualitas produk di lokasi
pabrik saat proses produksi. Minyak yang bersumber diuji untuk
memenuhi persyaratan kualitas yang ketat sebelum digunakan untuk
produksi. Indomie merupakan produk yang telah melalui proses
produksi yang sangat higienis dengan standar Internasional dan
didukung dengan teknologi berkualitas tinggi. Selain telah bersertifikasi
“Halal” dari Majelis Ulama Indonesia, pabriknya sendiri telah
disertifikasi ISO 9001:2001 dan HACCP (High Analysis Critical
Control Point) dari SGS. Sertifikasi ini membuktikan bahwa Indomie
telah memenuhi persyaratan sebagai bahan pangan dengan standar
58
Internasional. Walaupun belum bersertifikasi ISO 14000 namun indomie
tetap menjaga mutunya berdasarkan ISO 14000 karena masih dalam
proses pengajuan sertifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
www.indomie.com
59
Jack Campanella. “ Principles Of Quality Costs”, ASQC Quality Press,
Milwakeee, 1990.
Vincent Gasperz. “Manajemen Produktivitas Total”, Garamedia, Jakarta, 2000.
Juran, J.M. 1995. Kepemimpinan Mutu. PPM. Jakarta
Diana, A. Dan Tjiptono, F. 1994. Total Quality Management. Andi Offset
Yogyakarta.
Syafaruddin. 2001. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,
Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia
http://jiunkpe/s1/tmi/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-25493152-16197-william_booth-
chapter2.pdf
http://www.dephut.go.id/Halaman/
STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_VI02/
V_VI02.htm
http://prodiindustri.wordpress.com/2011/03/19/tentang-iso-9000/
Jurnal : SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK MENYONGSONG
ERA RAMAH LINGKUNGAN, SITI LATIFAH, S.Hut., Msi.
Jurnal : ANALISA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14000) DAN
KEMUNGKINAN IMPLEMENTASINYA OLEH PARA KONTRAKTOR
KELAS A DI SURABAYA , Herry P. Chandra, Djoni, Christian
60
http://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/
http://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/
Ahyari, Agus. 2002. Management produksi “Pengendalian Kualitas”.
Yogyakarta : FEUGM.
Garvin, David A. 1988. Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge.
Free Pre.
Prawirosentono, S. 2001. Filosofi Baru Manajemen Mutu Terpadu, Quality
Management Abad 21. Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta.
Jack Campanella. “ Principles Of Quality Costs”, ASQC Quality Press, Milwakeee, 1990.