Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

93
1 I. PROFIL PERUSAHAAN A. Gambaran Singkat Indomie adalah merek mi instan populer di Indonesia, diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Ketika mi instan pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia di tahun 1969, oleh Sudono Salim banyak yang meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena mi instan sendiri harganya relatif terjangkau, mudah disajikan dan awet, Indomie berkembang pesat seiring dengan diterimanya mi instan di Indonesia. Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada tahun 1983,

Transcript of Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

Page 1: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

1

I. PROFIL PERUSAHAAN

A. Gambaran Singkat

Indomie adalah merek mi instan populer di Indonesia, diproduksi oleh

PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Ketika mi instan pertama kali

diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia di tahun 1969, oleh Sudono

Salim banyak yang meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena mi instan sendiri

harganya relatif terjangkau, mudah disajikan dan awet, Indomie

berkembang pesat seiring dengan diterimanya mi instan di Indonesia.

Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah

Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah masyarakat

Indonesia. Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie

mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya

varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada tahun 1983,

Produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia

dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng. Selain di

Indonesia, Indomie juga dijual di luar negeri, antara lain Amerika

Serikat, Australia, Asia, Afrika dan negara-negara Eropa. Di Indonesia,

sebutan "Indomie" juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk

kepada mi instan. Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera

Indonesia, sampai tidak jarang orang membawa Indomie ke luar negeri

bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi bencana alam, orang

Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Indomie, tentu

Page 2: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

2

saja beserta barang-barang kebutuhan lainnya. Berikut contoh gambar

produk Indomie :

Page 3: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

3

B. Pengertian Dimensi Kualitas

Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Berikut ini

adalah definisi kualitas yang dikemukakan oleh para ahli (Suardi, 2003,

pp. 2-3) :

Philip B. Crosby

Crosby berpendapat bahwa mutu/kualitas berarti kesesuaian terhadap

persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter

ahli. Crosby juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap

orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan

proses top down.

Page 4: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

4

W. Edwards Deming

Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah

untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan

kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan

Deming merupakan bottom up.

Joseph M. Juran

Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan

penggunaan, seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau

sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta.

Pendekatan Juran merupakan orientasi pada upaya pemenuhan

harapan pelanggan.

K. Ishikawa

Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan.

Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki

pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan

kepuasan pelanggan organisasi.

Kualitas menurut ISO didefinisikan sebagai derajat atau tingkat

karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan

atau keinginan. Arti derajat/tingkat menandakan bahwa selalu terdapat

peningkatan setiap saat. Sedangkan, karakteristik pada istilah tersebut

Page 5: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

5

berati hal-hal yang dimiliki produk, yang dapat terdiri dari berbagai

macam, antara lain sebagai berikut (Suardi, 2003) :

1. Karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal), seperti

handphone, mobil, rumah.

2. Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), seperti rumah sakit

dan perbankan.

3. Karakteristik sensoori (bau, rasa), seperti minuman dan makanan.

C. Dimensi Kualitas

Bagian dari kualitas produk adalah perihal kualitas produk. Kualitas

suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui

dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk dapat dipaparkan berikut

ini.

1. Produk berupa Barang

Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk

menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi

seperti yang dipaparkan berikut ini:

a. Performance (Kinerja Produk)

Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan

merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan

dalam membeli barang tersebut.

b. Features (Ciri-ciri Produk)

Page 6: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

6

Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi

dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan

pengembangannya.

c. Reability (Kehandalan)

Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu

barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan

dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

d. Conformance (Kesesuaian Produk)

Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi

yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara

karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas standar

yang telah ditetapkan.

e. Durability (Daya Tahan Produk)

Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan

atau masa pakai barang.

f. Serviceability (Pelayanan Purna Jual)

Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi,

kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk

perbaikan barang.

g. Aesthetics (Estetika)

Page 7: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

7

Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-

nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan

refleksi dari preferensi individual.

h. Fit and finish (Kemantapan)

Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai

keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

2. Produk berupa Jasa/Servis

Zeithaml et. al. Mengemukakan lima dimensi dalam menentukan

kualitas jasa, yaitu :

a. Realibility

yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai

dengan janji yang ditawarkan.

b. Responsivenss

yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,

yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan,

kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan

keluhan pelanggan/ pasien.

c. Assurance

Meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan terhadap

produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan

kesopanan dalam memberi pelayanan, kertampilan dalam

memberi informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan

Page 8: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

8

didalam memanfaakan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan

dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari

dimensi :

1. Kompetensi ( Competence ), artinya ketrampilan dan

pengetahuann yang dimiliki oleh para karyawan untuk

melakukan pelayanan.

2. Kesopanan ( Courtesy, yang meliputi keramahan, perhatian

dan sikap para karyawan.

3. Kredibilitas ( Credibility ), meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi,

prestasi dan sebagainya.

d. Emphaty

Yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan

kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi

perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan

pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan

kebutuhan pelanggannya.

Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :

1. Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa

yang ditawarkan perusahaan.

Page 9: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

9

2. Komunikasi ( Comunication ), merupakan kemampuan

melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada

pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.

3. Pemahaman pada Pelanggan ( Understanding the Customer ),

meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

e. Tangible

Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan

Front Office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan

dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan

penampilan karyawan.

D. Analisis Dimensi Kualitas terhadap Indomie

Karena Indomie adalah perusahaan manufacture maka dimensi

kualitasnya adalah untuk produk barang, yaitu :

a. Performance yang menjadi andalan indomie dimana rasanya sudah

melekat di lidah pelanggan dan sejauh ini walaupun banyak pesaing

namun rasa dari bumbu indomie belum ada yang menyamai.

b. Features dari produk indomie beraneka warna di tiap jenis rasanya

sehingga menjadi salah satu daya tarik utama serta kemasan yang

selalu ada gambar mi yang dihidangkan secara komplit menambah

fungsi dasar indomie.

c. Reability tampak dari produk indomie sendiri yang selalu ada di

setiap rumah dan selalu jadi bekal wajib untuk bepergian, cocok di

Page 10: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

10

konsumsi disaat apa saja dan dimana saja. Indomie juga sebagai

salah satu alternatif untuk di berikan atau membantu orang lain yang

kesusahan.

d. Conformance didapat dari kesesuaian produk dengan karateristik

desain produk, dalam hal ini ketika indomie memasang hidangan mi

yang tampak lezat dengan bentuk mi yang keriting dan standart

kualitas yang baik, isi dari indomie atau produk ini pun sudah

semestinya demikian sehingga saat dihidangkan sama dengan desain

produknya.

e. Durability indomie di lihat dari masa produknya dari awal produksi

hingga waktu dimana produk tidak bisa lagi digunakan (expired)

untuk indomie sendiri berjangka waktu 8 bulan hingga satu tahun

dari tanggal pembuatan.

f. Serviceability indomie dilihat dari penjualannya terhitung sangat

cepat karena sehari saja berapa ribu orang yang mengkonsumsi

indomie jika satu orang memakan satu indomie, selain itu indomie

juga mudah ditemukan atau didapat dari mulai mall – mall besar

hingga pasar tradisional, warung-warung kecil, gerobak kaki lima di

pinggir jalan semua menyediakan indomie untuk dijual, untuk semua

keluhan jika membutuhan perbaikan barang ada layanan konsumen

(consumer service) yang tertera dalam kemasan.

g. Fit and finish untuk produk indomie terlihat dari respon positif

pelanggan, bahkan hampir semua orang menyukai indomie dari

Page 11: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

11

masa ke masa berarti produk indomie memang berkualitas dan

bahkan banyak orang menyebut mie instant merek apapun dengan

sebutan indomie.

II. MERANCANG MUTU

Mutu (Quality) adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa

dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat

produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan - harapan pelanggan.

(A.V Feigenbaum.1992:7)

A. Mengembangkan Keistimewaan Produk

Keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen; dimana

mutu yang lebih tinggi memungkinkan prusahaan untuk:

1. Meningkatkan kepuasan pelanggan

2. Membuat produk mudah laku dijual

3. Memenangkan persaingan

4. Meningkatkan pangsa pasar

5. Memperoleh pemasukan dari penjualan

6. Menjamin harga premium

7. Dampak yang terutama adalah terhadap penjualan

8. Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan biaya lebih banyak

B. Mengembangkan Keistimewaan Proses

1. Mengurangi tingkat kesalahan, baik pada subsistem produksi,

pengolahan, maupun pada subsistem pemasaran hasil.

Page 12: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

12

2. Mengurangi pemborosan-pemborosan dalam hal penggunaan input,

proses produksi dan pemasaran hasil.

3. Mengurangi kegagalan hasil dengan memperhatikan pemilihan

kualitas input dan keunggulan teknologi proses yang didukung SDM

yang bermutu.

4. Memperpendek waktu penempatan produk baru di pasar dengan cara

pengembangan jaringan bisnis dengan dukungan sarana distribusi

yang tangguh.

5. Mengurangi ketidakpuasan pelanggan dengan cara mengidentifikasi

dinamika kebutuhan pelanggan, preferensi, dan daya beli pelanggan.

C. Pengendalian Proses Menerjemahkan ke dalam Operasi

a. Menjaga keamanan dan keselamatan kerja

Keamanan dalam operasi suatu pabrik merupakan kebutuhan primer

untuk orang-orang yang bekerja di pabrik dan untuk kelangsungan

perusahaan. Untuk menjaga terjaminnya keamanan, berbagai kondisi

operasi pabrik seperti tekanan operasi, temperatur, konsentrasi bahan

kimia, dan lain sebagainya harus dijaga tetap pada batas-batas

tertentu yang diizinkan.

b. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan

Pabrik harus menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai

kapasitas desain) dan dengan kualitas tertentu sesuai spesifikasi.

Untuk itu dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk menjaga tingkat

produksi dan kualitas produk yang diinginkan.

Page 13: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

13

c. Menjaga peralatan proses dapat berfungsi sesuai yang

diinginkan dalam desain

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi proses produksi

memiliki kendala-kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi,

serta masih banyak kendalakendala lain yang harus diperhatikan.

d. Menjaga agar operasi pabrik tetap ekonomis.

Operasi pabrik bertujuan menghasilkan produk dari bahan baku yang

memberi keuntungan yang maksimum, sehingga pabrik harus

dijalankan pada kondisi yang menyebabkan biaya operasi menjadi

minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksimum.

e. Memenuhi persyaratan lingkungan

Operasi pabrik harus memenuhi berbagai peraturan lingkungan yang

memberikan syarat-syarat tertentu bagi berbagai buangan pabrik.

D. Analisis Merancang Mutu Untuk Indomie

Secara umum, kita dapat menilai mi instan berkualitas baik dari

beberapa kriteria, yaitu mi bersifat kenyal dan tidak mudah putus, daya

serap airnya rendah, memiliki daya simpan lama, serta selalu

menggunakan bahan baku yang alami dengan mutu terbaik.

Sebagai makanan populer dimakan sehari-hari, mi instan Indomie

memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, yaitu energi, protein,

vitamin A, C, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat, Mineral

Besi dan Natrium.

Page 14: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

14

Untuk mi instan Indomie terbuat dari terigu Bogasari yang bermutu

tinggi. Dengan begitu memiliki kandungan protein (gluten) paling tinggi

karena terigu tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi (Fe), Zinc (Zn),

Vit B1, B2, dan Asam Folat. Dalam mi instan Indomie, protein yang

dominan adalah protein gandum yang kaya asam amino glutamate dan

glutamin. Sedangkan kandungan lysin sangat sedikit.

Untuk memperkaya mutu protein, Indomie bisa dicampur dengan

protein hewani seperti telur, daging, ayam, keju, dan lain-lainnya. Kita

juga bisa menambahkan sayuran seperti sawi hijau, kangkung, wortel,

dan lain-lainnya. Adapun Indomie blok mi dan bumbu bersifat kering.

Artinya jumlah air yang tersedia rendah sehingga mikroba sulit tumbuh.

Pembuatan Indomie blok mi ini dilakukan secara higienis dan tidak

menggunakan bahan pengawet apa pun. Saat memasak Indomie, kita

juga tidak perlu membuang air rebusan pertama Indomie karena

mengandung pati dan minyak, yang membuat Indomie terasa lezat.

Mi instan mengandung minyak karena proses pembuatannya digoreng

dalam suhu tertentu. Dengan demikian, isu mi instan mengandung lilin

tidak benar. Selain memperhatikan kandungan gizi, Indomie juga

memperhatikan tingkat keamanan konsumsi. Indomie telah dinilai aman

dan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan bagi keamanan pangan.

III. BIAYA PENGENDALIAN KUALITAS

Page 15: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

15

Biaya Mutu merupakan keseluruhan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk

mencapai dan memeriksa tingkat mutu yang dipersyaratkan, atau biaya-

biaya yang dipersyaratkan, atau biaya-biaya yang terjadi untuk menemukan

dan memperbaiki pekerjaan yang tidak sempurna.

A. Komponen Biaya Mutu

1. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost), merupakan biaya

biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (error

and nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk

itu ke pelanggan. Biaya biaya ini tidak akan muncul apabila tidak

ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum

pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan internal adalah :

a. Scrap

b. Pekerjaan Ulang (Rework)

c. Analisis Kegagalan (Failure Analysis)

d. Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and Retesting)

e. Downgrading

f. Avoidable Process Losses

2. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost), merupakan

biaya biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi

9 errors and nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu

diserahkan kepada pelangan. Biaya biaya ini tidak akan muncul

apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam

produk setelah pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan Eksternal:

Page 16: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

16

a. Jaminan (Warranty)

b. Penyelesaian keluhan (Complaint Adjustment)

c. Produk dikembalikan (Returned Product)

d. Allowances

3. Biaya penilaian (Apraisal Cost), merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan penentuan derajat konformansi terhadap

persyaratan kualitas (spesifikasi yang diterapkan). Contoh dari biaya

penilaian adalah :

a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material

b. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses

c. Inspeksi dan pengujian produk akhir

d. Audit kualitas produk

e. Pemeliharaan akurasi peralatan pengujian

f. Evaluasi stok

4. Biaya pencegahan (prevention Cost), merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan upaya pencegahan terjadi kegagalan internal

maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan

internal dan biaya kegagalan eksternal. Contoh dari biaya

pencegahan adalah :

a. Perencanaan kualitas

b. Tinjau-ulang produk baru (new product review)

c. Pengendalian proses

d. Audit kualitas

Page 17: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

17

e. Evaluasi kualitas pemasok

f. Pelatihan

B. Analisis Trade Off

Analisis Trade-off adalah pendekatan sistematik untuk

menyeimbangkan trade-off antara waktu, biaya dan kinerja. Informasi

yang diperlukan dari biaya, penjadwalan, laporan proyek review, dan

rencana asli.

Total biaya kualitas dapat dikurangi dengan mengawasi hubungan antara

biaya kualitas dan tingkat penyesuaian pada keinginan pelanggan.

1. Jika tingkat penyesuaian tinggi yaitu terbukti dengan tingkat

kerusakan yang rendah, maka biaya kerusakan menjadi rendah tetapi

biaya pengendalian kualitas menjadi tinggi.

2. Jika tingkat penyesuaian rendah yaitu terbukti dengan tingkat

kerusakan yang tinggi, maka biaya kerusakan menjadi tinggi dan

biaya pengendalian kualitas menjadi rendah.

C. Analisis Biaya Mutu Terhadap Indomie

Proses pembuatan mi instan memerlukan biaya pengendalian kualitas

atau biaya pengendalian mutu. Hal ini dimaksudkan agar menu - menu

yang dihasilkan untuk membuat mi memiliki mutu dan kualitas yang

baik. Biaya yang dikeluarkan atau disebut dengan biaya pengendalian

mutu, antara lain:

Page 18: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

18

1. Biaya pencegahan

Perencanaan mutu : syarat tempat bersih, bahan-bahan yang

digunakan semua dalam kondisi baik dan berkualitas, fasilitas

memadai, selalu ada inovasi dalam produk.

Evaluasi rancangan produk baru : indomie selalu memunculkan

varian rasa terbaru, yang paling baru adalah rasa vegetarian untuk

pelanggan yang suka vegetarian atau memang diharuskan

vegetarian. Rasanya unik karena kombinasi rasa sayuran di dalam

mi namun tetap mengenyangkan dan enak.

Perencanaan proses : proses produksi indomie memang baik karena

di dukung alat-alat yang jauh lebih modern dan canggih.

2. Biaya penilaian

Pemeriksaan bahan masuk : semua bahan baku untuk indomie di

periksa dengan ketat, seperti ijin masuk bahan baku dengan

serangkaian proses dan aturan yang berlaku.

Pemeriksaan proses : proses pembuatan mi harus terus diawasi

karena dari mulai suhu ruangan, kebersihan tepung sebagai bahan

utama dan takaran untuk setiap adonan mie dan bumbu harus

benar-benar sesuai jika ingin menghasilkan produk yang baik.

Pemeriksaan barang jadi : karena menggunakan mesin dalam

kemasan maka pemeriksaan dilakukan dengan kontrol atau

pengamatan produk yang ada di mesin untuk memperkecil cacat

produk. Menurut saya proses pengolahan tepung menjadi mi, telah

Page 19: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

19

sesuai dengan teori pengendalian biaya mutu. Komponen biaya

kualitas terdiri dari dua macam biaya yaitu biaya pencegahan dan

biaya penaksiran. Biaya pencegahan terdiri dari perencanaan mutu

dan proyek penyempurnaan. Sedangkan biaya pencegahan terdiri

dari pemeriksaan bahan masuk, pemeriksaan proses, pemeriksaan

barang jadi, dan laboratorium. Konsep – konsep tersebut sedikit

telah diterapkan dalam proses pengolahan mi indomie.

IV. MANAJEMEN MUTU MODERN

A. Tokoh/Pakar Mutu

1. F.W. Taylor (1856-1915)

Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan

dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan

pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk

pekerjaan manual, memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah”

(The Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut

Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen,

yaitu:

1. Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus

diselesaikan dalam satu hari.

2. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk

menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.

Page 20: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

20

3. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi

maksimal.

4. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak

mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).

Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan

demikian memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk

memperbaiki kerja.

2. Shewhart (1891-1967)

Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama

periode 1920-1930. Dalam bukunya “The Economic Control of

Quality Manufactured Products”, merupakan suatu kontribusi yang

menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil

pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi

pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat

statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk

membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu,

untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.

Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana

kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.

3. Edward Deming

Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari

bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu

secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer

Page 21: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

21

yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : “Quality

is not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada

1950, beliau diundang oleh, “The Union to Japanese Scientists and

Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu.

Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Quality is primarily the result of senior management actions and

not the results of actions taken by workers.

2. The system of work that determines how work is performed and

only managers can create system.

3. Only manager can allocate resources, provide training to

workers, select the equipment and tools that worekers use, and

provide the plant and environment necessary to achieve quality.

4. Only senior managers determine the market in which the firm will

participate and what product or service will be solved.

Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak

mungkin tercapai manajemen mutu terpadu.

4. Prof Juran

Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu

pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu

mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk

mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk

pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu

Page 22: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

22

“management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga

proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang

dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial

control, financial improvement. Adapun rincian trilogy itu sebagai

berikut :

1. Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan

dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan

karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan

ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan

pelanggan.

2. Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar

diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-

kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah

diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak

segera diperbaiki.

3. Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang

sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai

berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber,

menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu,

melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada

umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar

mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya

B. Teori - Teori Dalam Mutu Modern

Page 23: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

23

Secara tradisional, para pembuat produk biasanya melakukan inspeksi

terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir

produk yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian-

bagian produk yang cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional

tentang konsep kualitas hanya berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk

mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan. Kegiatan

inspeksi ini dipandang dari perspektif sistem kualitas modern adalah sia-

sia, karena tidak memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas

(quality improvement).

Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas

daripada sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari konsep

kualitas adalah membangun sistem kualitas modern. Pada dasarnya,

sistem kualitas modern dicirikan oleh lima karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.

Produk-produk di disain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui

suatu riset pasar, kemudian diproduksi dengan cara-cara yang baik

dan benar sehingga produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi

disain, serta pada akhirnya memberikan pelayanan purna jual kepada

pelanggan.

2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang

dipimpin oleh manajemen puncak (top management) dalam proses

peningkatan kualitas secara terus-menerus.

Page 24: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

24

3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap

orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.

Meskipun kualitas seharusnya merupakan tanggung jawab setiap

orang, namun patut pula diketahui bahwa setiap orang memiliki

tanggung jawab berbeda, tergantung pada posisi kerjanya dalam

perusahaan.

4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang

berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus

pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.

5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang

menganggap bahwa kualitas merupakan ”jalan hidup”.

Dengan demikian, sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya kultur

perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus-

menerus.

C. Analisis Manajemen Mutu Modern Terhadap Indomie

Dari teori yang didapatkan dan setelah dicermati Indomie menerapkan

Manajemen Mutu Modern yang berdasarkan oleh Prof Juran dengan

trilogy Juran yaitu Quality Planning, Quality Control, Quality

Improvement. Dimana segala aspek trilogynya digunakan indomie

sebagai dasar manajemen mutu modern yang diberikan bagi

pelanggannya.

a. Quality Planning dalam perkembangannya, Indomie mencoba

menghadirkan pilihan menu makanan yang merupakan citra rasa

Page 25: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

25

masakan daerah, yang setidaknya akan dapat menciptakan

kebanggaan penduduk di setiap daerah di seluruh Indonesia,

sekaligus menumbuhkan rasa persatuan bangsa. Karena meskipun

kita berbeda suku dan rasa, semuanya adalah bagian dari Indoensia.

Oleh Indofood, hal ini kemudian diwujudkan dalam bentuk program

yang bernama Mutiara Lintas Budaya, sebagai bentuk kepedulian

Indofood terhadap keanekaragaman daerah dan budaya Indonesia

yang sangat berharga dan patut dijaga kelestariannya. Mutiara Lintas

Budaya merupakan wujud rasa terima kasih bagi seluruh masyarakat

Indonesia yang merupakan konsumen setia selama ini. Hal ini

dimaksudkan agar setiap orang dapat menikmati cita rasa khas

kampung halaman, meski mereka berada di tempat lain. Juga bagi

mereka yang berada di daerah dapat menjadi makanan kebanggaan

ataupun dapat dijadikan oleh-oleh khas untuk dibawa wisatawan

lokal maupun manca negara. Indofood telah berhasil

mengaplikasikan sejumlah masakan khas daerah ke dalam bentuk mi

instan dengan brand Indomie, dan telah tercipta setidaknya 32 rasa

khas daerah yang mewakili jumlah provinsi di Indonesia, antara lain

rasa kuah ayam pedas sebagai khas Kalimantan Barat, rasa soto

Betawi sebagai khas dari Jakarta, dan rasa sup hipare sebagai khas

dari Papua Timur.

b. Quality Control Indofood sangat memperhatikan safety first dan

kesehatan, keselamatan kerja untuk karyawannya, demi menghindar

Page 26: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

26

hal-hal yang tidak diinginkan. Proses pengolahan produksi Indofood

dengan berbagai macam produk-produk yang beredar di pasaran juga

di perhatikan. Hasil dari sisa produksi baik cair dan padat diolah

lebih lanjut untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Pengendalian limbah sudah dilakukan dengan memisahkan dan

memproses limbah cair dan padat. Limbah cair sendiri didapat dari

sisa hasil proses produksi untuk pembersihan IPA (instalasi perairan

air limbah) untuk QC (Quality Control). Mesin-mesin produksi

dengan nilai residu 5 tahun sudah harus diganti dengan yang baru,

untuk menjaga rasa, kandungan gizi, dan kualitas dari makanan

tersebut.

Produk yang gagal produksi akan segera dibuang dan diolah

sebagaimana limbah cair atau padat. Hal ini dilakukan agar

kebersihan dan kesehatan tetap terjaga. Sementara itu, pembinaan

terhadap karyawan sendiri sudah sering dilakukan dengan adanya

serikat kerja, penambahan fasilitas kerja serta jaminan kesehatan

keluarga yang diberlakukan untuk masyarakat. Kegiatan Indofood

sangat  gencar dalam bidang CSR untuk membantu masyarakat yang

kurang mampu.

c. Quality Improvement dilakukan peluncuran Indomie rasa baru khas

Jawa Tengah dan Yogyakarta, yakni Indomie Goreng Ayam

Kalasan, Indomie rasa sambal goreng tahu, Indomie rasa Mie

Goreng Jawa, dan Indomie rasa Soto Kudus. Ayam goreng Kalasan

Page 27: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

27

dan sambal goreng tahu merupakan masakan khas di Yogyakarta.

Ayam goreng Kalasan, yang mempunyai ciri khas dengan taburan

"kremesan" serta dilengkapi bumbu yang pas, telah diaplikasikan

secara sempurna oleh Indofood dalam bentuk mi instan yang secara

praktis dapat dinikmati di mana dan kapan saja. Penambahan solid

ingredient (sayuran kering) yang dikemas sebagai tambahan bahan

pelengkap seperti bumbu, bubuk cabe, dan minyak sayur membuat

Indomie rasa Ayam Goreng Kalasan memiliki cita rasa yang sesuai

dengan ayam goreng Kalasan yang sebenarnya. Sementara masakan

khas Yogyakarta lainnya yang diaplikasikan dalam bentuk mi instan,

yakni Indomie rasa Sambal Goreng Tahu, juga dilengkapi

penambahan kacang tolo, tahu, dan sayuran yang telah dikeringkan.

Soto Kudus, masakan yang dikenal hampir semua orang dan dengan

cita rasa yang hampir dapat diterima, merupakan masakan khas dari

Jawa Tengah yang patut dibanggakan. Indomie Soto Kudus ini

disertai pula dengan bawang putih goreng dan cabe rawit hijau yang

membuat sajiannya dengan cita rasa khas masakan daerah menjadi

lezat dan berselera. Indomie Rasa Mie Goreng Jawa, yang disertai

tambahan berupa sayuran kering seperti kol yang membuat mi

goreng khas Jawa Tengah, makin mirip dengan hasil masakan para

penjual yang terdapat di hampir seluruh kota di Jawa Tengah,

apalagi tekstur mi yang besar dan kenyal serta penambahan bumbu

Page 28: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

28

menjadi manis dan lezat sesuai dengan ciri khas dari masakan Mie

Goreng Jawa.

Dalam sebungkus mi instan terdapat kandungan gizi, selain

karbohidrat, lemak dan protein. Juga ditambahkan vitamin dan

mineral zat besi yang berguna bagi kesehatan tubuh. Ditambahkan

pula, mi instan produk Indofood tidak mengandung bahan pengawet

karena pada proses produksinya telah dilakukan penggorengan

dengan menggunakan minyak sayur yang bersuhu tinggi, sehingga

menyebabkan produk memiliki kadar air yang rendah yang

kemudian akan membuat produk mampu bertahan lama tanpa

memerlukan bahan pengawet.

V. TOTAL QUALITY MANAGEMENT

A. Evolusi Mutu

Pada zaman modern fungsi mutu berkembang melalui berbagai tahap

(http://digilib.petra.ac.id/william-both) yaitu :

1. Inspeksi (Inspection)

Selama produksi, para inspektor mengukur hasil produksi

berdasarkan spesifikasi. Bagian inspeksi tidak independent, biasanya

mereka melapor ke bagian pabrik. Hal ini menyebabkan terjadinya

perbedaan kepentingan. Seandainya bagian inspeksi menolak hasil

Page 29: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

29

satu alur produksi yang tidak sesuai maka bagian pabrik berusaha

meloloskan tanpa memperdulikan mutu.

2. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi bagian

pengendalian mutu (QC). Adanya Perang Dunia II mengharuskan

produk militer yang bebas cacat. Mutu produk militer menjadi salah

satu faktor yang menentukan kemenangan dalam peperangan. Hal ini

harus dapat diantisipasi melalui pengendalian yang dilakukan selama

proses produksi. Tanggungjawab mutu dialihkan ke bagian QC yang

independent. Bagian QC memiliki otonomi penuh dan terpisah dari

bagian pabrik. Para pemeriksa mulai dibekali dengan perangkat

statistika, seperti diagram pengendalian kendali dan penarikan

sampel.

3. Pemastian Mutu (Quality Assurance)

Rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistis sering kali

tidak dapat dilayani oleh struktur pengambilan keputusan yang ada.

Pengendalian mutu berkembang menjadi pemastian mutu (QA).

Bagian QA difokuskan untuk memastikan proses dan mutu produk

melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan analisis kinerja teknis,

dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu. QA bekerja sama

dengan bagian lain yang bertanggungjawab penuh terhadap mutu

kinerja masing-masing bagian.

4. Manajemen Mutu (Quality Management)

Page 30: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

30

Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo, sehingga upaya

yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian

mutu tapi sangat sedikit berpengaruh untuk meningkatkannya.

Karena itu, untuk mengantisipasi persaingan aspek mutu perlu selalu

dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-

fungsi manajemen mutu.

5. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya

fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap

mutu. Dalam hal ini tanggungjawab terhadap mutu tidak cukup

hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu, tapi sudah menjadi

tanggungjawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang

disebutkan sebagai Total Quality Management (TQM).

B. Pengertian TQM

TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh

perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja

manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu.

Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22) “TQM diartikan sebagai

perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu

perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun

berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan

pelanggan”.

Page 31: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

31

Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7) “TQM pada dasarnya

merupakan upaya untuk menciptakan ‘a culture of continous

improvement’ di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai

teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan

perhatian pada kepuasan “customer”.

TQM menghendaki komitmen total dari manajemen dimana komitmen

ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level

atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi TQM

sangat ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk

merealisasikannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM

adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan

yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan

perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan

yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen

perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif.

C. Karakteristik TQM

Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan

Davis dalam Nasution (2005: 22).

1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun

eksternal

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal

merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk

atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan

Page 32: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

32

internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,

proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan

eksternal menentukan kualitas. Dengan ditetapkannya kualitas

tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi

apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan

pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya

berdasarkan perspektif. Cara kita agar dapat melakukannya dengan

lebih baik jika suatu organisasi dapat terobsesi dengan kualitas, mak

akan berlaku prinsip “good enough is never good enough”.

3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,

terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan

dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau

prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Memiliki komitmen jangka panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.

Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh

karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna

Page 33: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

33

mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan

dengan sukses.

5. Membutuhkan kerja sama tim (teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali

diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi

tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam

organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan

hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan

maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan

masyarakat sekitarnya.

6. Memperbaiki proses secara kesinambungan

Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan

proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh

karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus

agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.

7. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap

pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu

menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan

sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era

persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan

Page 34: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

34

TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang

fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus

belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat

meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Memberikan kebebasan yang terkendali

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur

yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat

meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan

terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian,

kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan

tersebut hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana

dengan baik.

9. Memiliki kesatuan tujuan

Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus

memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat

diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini

tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara

pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan

kondisi kerja.

10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan

kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik,

Page 35: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

35

atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan

dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan

situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab

atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus

melaksanakannya.

D. Perbedaan TQM dengan Manajemen Mutu Lainnya

Asal intelektualnya

TQM : teori statistik (analisis sampling dan variant).

Manajemen lainnya : ilmu sosial (ekonomi makro, psikologi dan

sosiologi).

Sumber inovasinya

TQM : insinyur industri dan fisikawan yang bekerja disektor industri

dan lembaga pemerintahan.

Manajemen lainnya : sekolah bisnis yang terkemuka dan perusahaan

konsultan manajemen.

Asal negara

TQM : Internasional (dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke

Jepang setelah itu tersebar ke Amerika utara dan Eropa).

Manajemen lainnya : Amerika Serikat kemudian ditransfer secara

internasional.

Proses penyebaran

Page 36: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

36

TQM : Populist (perusahaan-perusahaan kecil dan manajer madya

memainkan peranan yang menonjol).

Manajemen lainnya : Hierarkis (dari perusahaan-perusahaan industri

terkemuka ke perusahan yang lebih kecvil dan kurang menonjol dan

dalam perusahaan dari manajemen puncak ke manajemen di bawahnya).

E. Analisis TQM Terhadap Indomie

Ditinjau dari pengertian TQM, Indomie sudah mengutamakan mutu dan

kualitas dalam menghasilkan produknya agar para pelanggannya merasa

puas. Penerapan konsep Total Quality Management (TQM) pada

Indomie dapat dilihat sebagai berikut:

1. Indomie memfokuskan produknya kepada konsumen atau

pelanggannya. Fokus kepada konsumen dimulai dengan memuaskan

konsumen secara internal, misal: indomie selalu mendengarkan

keluhan baik dari dalam yaitu dari para karyawannya maupun dari

luar yaitu pelanggannya. Indomie tidak melayani pengaduan secara

sms atau telepon pengaduan atas ketidakpuasan konsumen atas

pelayanan dari indomie bisa dilakukan dengan mengadu langsung

kepada pihak Indomie atau melalui surat.

2. Para karyawan Indomie sudah mengikuti beberapa pelatihan sebelum

bekerja di indomie hal ini dilakukan agar karyawan bisa

menggunakan mesin produksi dengan baik dan memuaskan

menghasilkan produk sesuai target.

Page 37: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

37

3. Di setiap mesin ada seorang manager yang bertugas untuk

mengawasi jalannya proses produksi. Tingkatan manajer di Indomie

terdiri dari bottom manager sampai top manager.

4. Indomie selalu mengeluarkan produk – produk baru untuk memberi

kepuasan kepada pelanggannya, yaitu seluruh varian rasa yang

mengangkat kekhasan masakan daerah dari sabang sampai merauke.

5. Perkembangan indomie yang pesat tidak lepas dari hubungan

internal yang erat yang dilakukan indomie dengan pemilik, karyawan

dan pemasok.

VI. QUALITY CONTROL

A. Pengertian QC

Quality Control adalah aktivitas, prosedur, metode, atau program yang

menjamin pemeliharaan hubungan dari spesifikasi dan standarisasi suatu

produk dari penangannya, prosesnya, persiapannya, sampai dengan

kemasannya dengan menjamin atau mempertahankan kelayakannya

sampai ke tahap penyimpanan, proses, persiapan dan akhirnya

dikonsumsi oleh konsumen (Manning, 1976, p.1).

Quality Control merupakan teknik dan aktivitas untuk mencapai,

mempertahankan, dan mengembangkan kualitas suatu produk (Dale,

1994, p.2).

Quality Control adalah suatu aktivitas pengendalian material yang

bertujuan untuk mengetahui secara aktual material agar sesuai dengan

Page 38: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

38

kondisi yang ditetapkan pada saat perencanaan. Proses kontrol material

mencakup proses penerimaan material dan inspeksi penerimaan

(Supriyanto, 200, p.93).

Jadi Quality Control adalah suatu aktivat untuk menjaga standarisasi

kualitas suatu produk atau material mulai dari proses persiapan,

penyimpanan, produksi, sampai ke tahap pemakain oleh konsumen.

B. Pengendalian Pemasok dan Sistem Distribusi Inventory

Pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan

sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk

memproduksi barang dan jasa tertentu. Dari pengertian ini dapat

didefinisikan bahwa pemasok tidak hanya work-in-proses. Dengan

demikian hubungan pemasok dapat dibagi ke dalam hubungan eksternal

(external relationship), hubungan internal (intracompany relationship),

dan hubungan antar – pabrik (inter-plant relationship).

1. Hubungan Eksternal (Intracopany Relationship)

Berkaitan dengan pemasok internal atau internal supplier, perlu

diperhatikan bentuk keterkaitan komunikasi dan informasi yang

menyangkut hal-hal berikut ini:

1. Perencanaan material, berkaitan dengan masalah-masalah

kwalitas inventory balance errors, perubahan jadwal, dll.

Page 39: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

39

2. Jadwal produksi, berkaitan dengan informasi yang sama seprti

perencanaan material ditambah dengan breakdowns yang tidak

diharapkan, group setup opportunities, dll.

3. Rekayasa desain, menyangkut masalah-masalah produksi yang

berkaitan dengan desain, saran-saran untuk perbaikan produk,

kesalahan bills of material (BOM), cara membangun untuk

mengembangkan produk berkwalitas secara mudah, efisien,dll.

4. Rekayasa manufacturing (manufacturing engineering),

menyangkut : masalah-masalah proses, equipment, tooling,

routing serta kesempatan perbaikan terus-menerus.

5. Pelayanan pelanggan atau penjualan (customer service or sales),

berkitan dengan keterlambatan penerimaan dan pengiriman

pesanan, kebutuhan pelanggan dang spesifikasinya, dll

6. Accounting, berkaitan dengan ongkos-ongkos alternative untuk

menyelesaikan masalah-masalah material atau penjadwalan,

equitment justifications, make-or-buy decision, dll

7. Pembelian (purchasing) berkaitan dengan alternate sources or

material, expedited materials, subkontraktor,dll

8. Bagian personalia, berkaitan dengan karyawan baru, koordinasi

dari transfer karyawan, bantuan sementara, pendidikan dan

pelatihan, pengembangan karir,dll

Page 40: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

40

9. Jaminan kuwalitas (quality assurance), berkaitan dengan

perbaikan kuwalitas proses, pelatihan pengendalian proses

statistical ( statistical process control training), dll.

10. Perubahan –perubahan rekayasa (engineering changes),

menyangkut koordinasi dan rekayasa desain dan manufacturing

(design and manufacturing engineering), perencanaan dan

penjadwalan produksi, perencanaan dan penjadwalan material

(material planning and scheduling), pembelian, Akutanti, dll

11. Departemen manufacturing yang lain dan pusat-pusat kerja

(work centers), berkaitan dengan membangun team kerja sama

dan partisipasi total dalam hubungan sebagai pemasok dan

pelanggan guna mencapai tujuan strategi dari perusahaan.

2. Hubungan Eksternal (Eksternal Relationship)

Pemasok luar (external supplier) dapat dipandang sebagai perluasan

pabrik. Kerja sama yang erat diperlukan untuk meningkatkan

pelayanan pelanggan, meminimumkan investasi inventori, dan

meningkatkan efisiensi operasi manufacturing. Beberapa prinsip

utama yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan pemasok,

adalah : (Vincent Gaspersz)

1. Pemasok material seharusnya diperlakukan sebagai mitra

bisnis (partners), di mana mereka seharusnya : mengerti

tentang kebutuhan – kebutuhan pabrik, diberikan informasi

tentang kebutuhan yang akan datang guna meencanakan sumber

Page 41: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

41

– sumber daya, menghargai pentingnya kualitas, penyerahan

tepat waktu, dan perbaikan terus – meneruslainnya.

2. Filosifi Just – in – Time (JIT) mendorong komitmen

hubungan jangka panjang dan lebih erat dan lebih erat

dengan lebih sedit pemasok. Beberapa cara dapat dilakukan

dengan cara : mengundang pemasok untuk mengunjungi,

menagamati operasi manufacturing dan penggunaan material,

mendiskusikan masalah, dan bekerjasama untuk mencapai

manfaat bersama. Kunjungan balasan dari pabrik ke pemasok

dapat dilakukan dengan memberikan bantuan teknik,

meningkatkan proses produksi dan kualitas pemasok, serta

meningkatkan komunikasi.Pihak pabrik dapat juga menawarkan

pendidikan dan pelatihan kepada pemasok.

3. Melakukan kontak langsung di antara orang – orang pabrik

(Shop people) dan pemasok untuk mencegah masalah –

masalah lebih lanjut, di mana dalam hal ini kita dapat

membangun hubungan informal, misalnya dengan menggunakn

saluran komunikasi melalui telepon atau lat lainnya. Dengan

kontak langsung ini, pertanyaan – pertanyaan teknis dapat

diajukan ke pemasok serta memperoleh saran – saran dari

pemasok itu. Petunjuk atau prosedur harus ditetapkan guna

mendefinisikan operasi atau masalah – masalah yang harus

disalurkan melalui bagian pembelian (purchasing department)

Page 42: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

42

4. Outsite Services dapat diperlakukan seperti work centers di

dalam pabrik, di mana hal-hal dapat dilakukan : mengirim

kepada mereka dispatch list yang menunjukkan prioritas kerja

dan pekerjaan yang datang, mempertimbangkan kapasitas

mereka apabila melakukan pemesanan, serta memberikan shoup

documentation (drawings, bills of matrial,dll) yang mungkin

mereka butuhkan.

5. Apa bila  hubungan jangka panjang telah berkembang,

pihak pabrik yang telah menerapkan sistem JIT dapat

mengajak pemasok untuk ikut menerapkan konsep JIT itu.

Dalam hal ini, bagian pembelian dapat mengubah bentuk

transaksi dengan pemasok yang menggunakan system

kosvensional, yaitu menggunakan paperwork (purchase request,

request for quote, quote receved, and purchase order placed)

kepengguna elektronik data interchange (EDI). EDI adalah

bentuk transaksi tanpa menggunakan kertas tatapi dilakukan

secara elektronik menggunakan computer. Melalui terminal

computer dapat dilakukan pesanan pembelian, pemberitahuan

pengiriman in voices, dll. Menggunakan format dokumen

standart.

3. Hubungan Antarpabrik (Interplant Relationship)

Beberapa lokasi manufacturing mungkin memasok satu sama lain

atau menghasilkan produk-produk serupa untuk beberapa

Page 43: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

43

warehouses. Komunikasi dan koordinasi antar pabrik adalah penting

dalam hal-hal berikut :

1. Perencanaan dan penjawalan terpusat (certralized planning and

scheduling) dapat memberikan koordinasi.

2. Komunikasi akan lebih sulit apabila dibatasi oleh jarak

(bampered by distance).

3. Sister dividions are often the worst suppliers. Apply the

principles of good suppliyer relationship. Dalam hal ini divisi

dan pabrik bukan saja merupakan mitra kerjasama, tetapi

merupakan anggota dari suatu keluarga besar dari perusahaan

yang sama.

C. Analisis QC Terhadap Indomie

Quality control yang meliputi pengawasan selama pengolahan dan

pengawasan selama proses produksi hingga proses akhir di terapkan

indomie sedemikian rupa mulai dari :

Hubungan Eksternal (external relationship)

1. Pemasok material seharusnya diperlakukan sebagai mitra bisnis

(partners), setiap kali diadakan evaluasi pemasok mulai dari keadaan

umum pemasok hingga pelayanan dan materialnya indomie berusaha

menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan baik.

Page 44: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

44

2. Filosifi Just – in – Time (JIT) mendorong komitmen hubungan

jangka panjang dan lebih erat dan lebih erat dengan lebih sedit

pemasok. Dalam hal ini indomie sering mengadakan tour ke tempat-

tempat pemasok seperti supplier tepung, suplier bawang, supllier

kemasan (plastik) dan sub supliers lainnya. Begitu juga indomie

yang membuka perusahaannya untuk di datangi para pemasoknya.

3. Melakukan kontak langsung di antara orang – orang pabrik (Shop

people) dan pemasok untuk mencegah masalah – masalah lebih

lanjut, Indomie memberikan staff layanan dalam perusahaan untuk

menerima dan menanggapi apa yang akan di sampaikan para

pemasok lewat sarana telepon dan online.

4. Outsite Services dapat diperlakukan seperti work centers di dalam

pabrik, di mana hal-hal dapat dilakukan di perusahaan sehingga

memudahkan akses dan proses produksi baik dari pengadaaan bahan

baku tepung dan lainnya hingga pendistribusian.

Hubungan Internal (Intracopany Relationship)

1. Pengawasan selama pengolahan Indomie sudah menggunakan

mesin yang khusus dengan menggunakan tepung yang khusus pula,

dimana jika penggilingan dilakuakn perlu kontrol agar mi kenyal

dan dapat memanjang dan keriting sesuai standart.

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan

Pengawasan atas hasil dari produk - produk indomie sudah

diproses dan diolah dengan proses yang benar dan aman untuk

Page 45: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

45

dikonsumsi, sehingga untuk setiap kemungkinan produk cacat

kecil.

3. Perencanaan material Indomie memiliki kualitas rasa yang sangat

sesuai dengan lidah orang Indonesia dan produk yang selalu

memberikan inovasi pada rasa serta bahan pelengkap di dalamnya.

4. Rekayasa Desain

Semua produk yang dihasilkan indomie Pemberian desain label

pada indomie yang bertujuan membuat produk lebih menarik.

Logo yang digunakan pada label ini adalah logo indomie yang

sangat kental dengan gaya standar Indofood. Selain untuk

membuat produk lebih menarik, label juga menberikan informasi

produk yang dijual, dan memberikan informasi kepada konsumen

mengenai produsen, selain itu gambar hidangan mi yang membuat

mata ingin makan atau bahkan lapar sehingga diharapkan dapat

meningkatkan daya tarik konsumen akan indomie dan juga

meningkatkan pendapatan yang diperoleh indomie oleh Indofood.

Hubungan Antar-Pabrik (interplant Relationship)

1. Perencanaan dan penjawalan terpusat oleh seluruh CPB baik di

Indonesia maupun yang di luar negeri.

Page 46: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

46

2. Setiap CPB Indomie menjalin mitra kerjasama agar dapat saling

melengkapi jika ada kekurangan persediaan bahkan dalam hal

tranportasinya di tiap divisi mi, kecap dan bumbu serta kemasan.

Sistem Distribusi Inventory

Untuk mencapai tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan indomie

melakukan system distribusi inventory, yang berhubungan dengan

pelayanan pelanggan misalnya waktu tunggu penyerahan produk saat

pemesanan tepat waktu karena hanya dibutuhkan sehari untuk supply

pengiriman. Leadtime juga telah disepakati bersama biasanya paling

lambat seminggu dari waktu pemesanan.

VII. ISO 9000 DAN ISO 14000

A. Mengenai ISO

1. Pengertian Standar

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah

didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai

spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang

digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu

untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai

dengan yang telah dinyatakan.  Salah satu contohnya adalah

penetapan standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu

“pintar” (smart)  lainnya yang telah mengikuti standar internasional

ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri

Page 47: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

47

(ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan

demikian standar internasional telah membantu kehidupan manusia

menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan

kegunaan barang dan jasa.

2. Pengertian ISO

Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global

yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang

beranggotakan tidak kurang dari 140 negara.  ISO merupakan suatu

organisasi di luar pemerintahan (Non-Government

Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947.  Misi dari ISO

adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-

kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu

perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan

kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan

kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan

kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian

dipublikasikan sebagai standar internasional.

3. Nama ISO

Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan antara nama

lengkap “International Organization for Standardization” dengan

kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat. 

Anggapan itu benar bila penetapan nama didasarkan pada

kependekannya.  Yang sebenarnya, istilah ISO bukan merupakan

Page 48: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

48

kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi internasional

tersebut.  “ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang

mempaunyai arti “sama” (equal).  Awalan kata “iso-“ juga banyak

dijumpai misalnya pada kata “isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan

sebagainya.

Dari kata “sama” (equal) menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih

sebagai nama organisasi yang mudah untuk dipahami. ISO sebagai

nama organisasi juga dalam rangka menghindari penyingkatan

kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara

anggota, misalnya IOS dalam bahasa Inggris, atau OIN

(Organisation Internationale de Normalisation) dalam bahasa

Perancis, atau OSI (Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam

bahasa Indonesia.  Dengan demikian apapun bahasa yang digunakan,

organisasi ini namanya tetap ISO.

4. Kebutuhan Standar Internasional

Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan

terhadap teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah

yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam

“technical barriers to trade (TBT)” atau “hambatan teknis

perdagangan”.  Industri-industri pengekspor telah lama merasakan

perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat membantu

mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan

Page 49: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

49

internasional.  Dari timbulnya permasalahan inilah awalnya

organisasi ISO didirikan.

Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi yang

mencakup berbagai bidang, antara lain bidang informasi dan

telekomunikasi, tekstil, pengemasan, distribusi barang, pembangkit

energi dan pemanfaatannya, pembuatan kapal, perbankan dan jasa

keuangan, dan masih banyak lagi.  Hal ini akan terus berkembang

untuk kepentingan berbagai sektor kegiatan industri pada masa-masa

yang akan datang.

Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain karena hal-

hal sebagai berikut :

1. Kemajuan dalam perdagangan bebas di seluruh dunia

2. Penetrasi teknologi antar sektor

3. Sistem komunikasi di seluruh dunia

4. Standar global untuk pengembangan teknologi

5. Pembangunan di negara-negara berkembang

Standardisasi industri adalah suatu kenyataan yang diperlukan di

dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa

yang dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah dikenal. 

Standar seperti ini perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan

melalui konsensus dari semua pihak yang berperan dalam sektor

tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan seringkali

juga pihak pemerintah.  Mereka menyepakati berbagai spesifikasi

Page 50: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

50

dan kriteria untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan

mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan persyaratan dari

jasa yang ditawarkan.

Tujuan penyusunan standar adalah untuk memfasilitasi perdagangan,

pertukaran, dan alih teknologi melalui :

1. Peningkatan mutu dan kesesuaian produksi pada tingkat harga

yang layak.

2. Peningkatan kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan,

dan pengurangan limbah.

3. Kesesuaian dan keandalan inter-operasi yang lebih baik dari

berbagai komponen untuk menghasilkan barang maupun jasa

yang lebih baik.

4. Penyederhanaan perancangan produk untuk peningkatan

keandalan kegunaan barang dan jasa.

5. Peningkatan efisiensi distribusi produk dan kemudahan

pemeliharaannya.

Pengguna (konsumen) lebih percaya pada barang dan jasa yang telah

mendapatkan jaminan sesuai dengan standar internasional.  Jaminan

terhadap kesesuaian tersebut dapat diperoleh baik dari pernyataan

penghasil barang maupun melalui pemeriksaan oleh lembaga

independen.

B. ISO 9000

Page 51: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

51

ISO 9000 Series sekarang merupakan salah satu sistem manajemen mutu

yang formal serta diterapkan di hampir semua jenis organisasi, termasuk

industri otomotif. Sejak peluncuran pertamanya pada tahun 1987, ISO

9000 Series mendominasi di semua bidang yang terkait dengan sistem

manajemen mutu bahkan mengecualikan beberapa issue di bidang

kualitas lainnya. Seperti contoh : birokrasi prosedur, paper work , tidak

ada nilai tambah. Hal ini terjadi karena standar ISO 9000 Series

menjelaskan mengenai “What”, sehingga sangat bergantung kepada

penerimaan suatu organisasi mengenai pemahaman persyaratan

minimum yang dapat diterapkan organisasi untuk mencapai kualitas

produk atau service.

Salah satu persyaratan utama dari ISO 9000 Series adalah proses yang

terkait dengan supplier, dimana persyaratannya adalah bahwa organisasi

harus menyediakan produk /jasa yang sesuai dengan persyaratan

tersebut. Persyaratan ISO 9000 di dalam konteks bisnis

merepresentasikan spesifikasi yang telah dipersyaratkan/ditetapkan.

Artinya apabila organisasi tidak menyediakan produk/service yang

sesuai dengan persyaratan/spesifikasi maka sistemnya sebenarnya fail,

tetapi tidak berarti standardnya salah, hal ini bisa saja disebabkan karena

interprestasi yang tidak sesuai dari organisasi. Atau jika

spesifikasi/persyaratanya sudah ditetapkan tetapi kualitasnya lebih

rendah maka dampaknya bisa saja produk tersebut menjadi tidak cukup

untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

Page 52: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

52

Tujuan ISO 9000 (Tjiptono 2000)

1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk

atau jasa yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

pembeli.

2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemen

bahwa kualitas tersebut dicapai dan dipertahankan.

3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli

produk atau jasa yang dijual telah mencapai kualitas yang

ditentukan.

Manfaat ISO 9000 (Gaspersz, 1999)

1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui

jaminan kualitas yang teroganisir dan sistematik.

2. Perusahaan yang bersertifikat ISO 9000 diijinkan untuk

mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen kualitas

dari perusahaan tersebut telah dialui secara internasioanal.

3. Audit sistem manajmeen kualitas dari perusahaan yang telah

memperoleh sertifikat ISO 9000 dilakukan secara periodik oleh

registar dari lembaga registrasi.

4. Perusahaan yang telah memperolah sertifikat ISO 9000 secara

otomatis terdaftar pada lembaga registrasi.

5. Meningkatkan kualitas dan produktifitas dari manajemen melalui

kerja sama dan komunikasi yang lebih baik.

6. Meningkatkan kesadran kualitas dalam perusahaan.

Page 53: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

53

7. Membarikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan

dan manajer organisasi melalui prosedur – prosedur dan instruksi –

instruksi yang terdefinisi secara baik.

8. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur dari anggota organisasi.

Type - type 9000 (Woryodiningrat 1997)

1. ISO 9001

Merupakan model sistem jaminan kualitas pada tahap perancangan

dan pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan jasa. ISO ini

digunakan bagi perusahaan manufaktur yang merancang produk dan

membuatnya sendiri.

2. ISO 9002

Merupakan model sistem jaminan kualitas dalam prediksi dan

instalasi. ISO ini ditunjukkan pada kemampuan produksi instalasinya

dan juga merupakan standar yang lebih umum bagi pabrikasi dan

bila digunakan terdapat suatu desain yang merupakan syarat khusus

bagi produksinya.

3. ISO 9003

Merupakan model sistem jaminan kualitas dalam inspeksi dan

pengujian akhir ISO. ISO ini merupakan sistem mutu model untuk

menjamin mutu dalam inspeksi akhir dan tes apabila produk dipasok

dari suatu pabrik sesuai ayarat maka perusahaan akan melakukan

inspeksi dan tes produk yang memuaskan dan secara terpisah maka

Page 54: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

54

akan dibutuhkan suatu sistem pengendalian dokumen, identifikasi

produk dan sistem penanganan,penyimpangan dan pelatihan.

4. ISO 9004

Digunakan untuk kepentingan intern dan bukan untuk situasi

kotraktual. Standar ini mencakup unsur – unsur pokok yang ikut

mempengaruhi sistem jaminan kualitas termasuk di dalamnya

tanggung jawab manajemen, pemasaran, pengadaan, langkah

pengendalian dan pemanfaatan sumber daya manusia, faktor

keamanan produk serta penggunaan metode statistik.

Keuntungan perusahaan apabila memperoleh ISO 9000

a. ISO 9000 membantu perusahaan memenuhi permintaan pelanggan.

b. ISO 9000 membantu perusahaan memenuhi kepuasan pelanggan.

c. ISO 9000 membantu perusahaan meningkatkan kinerja mencapai

tujuan perusahaan.

C. ISO 14000

ISO 14000 bukan suatu jaminan untuk mengembangkan organisasi,

namun bermanfaat bagi perusahaan karena mencakup kriteria

lingkungan yang harus diperhatikan dalam proses produksi pada setiap

perusahaan. Dengan adanya sertifikat ISO 14000 akan meningkatkan

image bagi perusahaan karena sertifikat tersebut menunjukan bahwa

perusahaan peduli dan memiliki komitmen untuk memelihara

lingkungan.

Macam – macam standar dalam ISO 14000 (Gaspersz 1995)

Page 55: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

55

1. ISO 14001,04: Sistem manajeman lingkungan

2. ISO 14010-14015: Audit Lingkungan

3. ISO 14020-14024: Label lingkungan

4. ISO 14031,32: Evaluasi kinerja Lingkungan

5. ISO 14040-14044: Kajian daur hidup produk

6. ISO 14060: Aspek lingkungan dari produk

ISO 14000 Semua sistem Manajemen lingkungan yang dapat

memberikan jaminan kpeada produsen dan konsumen bahwa dengan

menerapkan isitem tersebut produk yang dihasilkan / dikonsumsi,

limbah, produk bekas pakai ataupun layananny sudah melalui suatu

proses yang memperoleh kaidah – kaidah / upaya pengelolaan

lingkungan.

ISO 14001 Sistem yang mengorganisasikan kebijakan

lingkungan ,perancanaan ,implementasi ,pemeriksaan ,tindakan koreksi

dan tinjauan manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan lingkungan terus – menerus / berkesinambungan.

ISO 14010-14015 Suatu alat manajemen untuk menguji efektivitas /

kinerja perusahaan dalam melaksankan kegiatan pengelolaan

lingkungan dengan menggunkan kriteria audit yang disepakati,

didokumentasikan dan hasilnya dikomunikasikan kepada klien.

Keuntungan memperoleh ISO 14000

1. Perlindungan lingkungan

a. Mengurangi/meminimalisasikan limbah.

Page 56: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

56

b. Optimalisasi penggunaan sumber alam.

c. Membantu mengatasi isu-isu lingkungan global.

2. Pengurangan kerugian

Sistem akan melindungi atau meminimumkan akibat ke lingkungan,

dan juga meminimumkan akibat buruk bagi karyawan, pengurangan

luka dan penyakit jika perusahaan mengadopsi sistem manajemen

lingkungan ISO 14000.

3. Perlindungan lingkungan

a. Mengurangi/meminimalisasikan limbah.

b. Optimalisasi penggunaan sumber-sumber alam.

c. Membantu mengatasi isu-isu lingkungan global.

4. Memiliki kekuatan pasar

a. Mampu memasuki pasar dengan produk ramah lingkungan.

b. Meningkatkan peran pasar (Market Share).

c. Memenuhi persyaratan pelanggan.

d. Membuka peluang investasi.

5. Mengembangkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Dengan dimilikinya sertifikat ISO-14001, pelanggan akan merasa lebih

aman dan lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan

pelanggan bahwa pemasok peduli lingkungan dan mempunyai dokumen

yang sesuai untuk mendukung pernyataan tersebut.

D. Analisis ISO Terhadap Indomie

Page 57: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

57

Produk Indofood diproduksi dengan bahan baku yang telah memenuhi

persyaratan halal dan semuanya telah diproses secara halal. Adapun

sertifikasi halal diperoleh dari Majelis Ulama Indonesia, Departemen

Agama, dan Departemen Kesehatan. Dengan sistem standar operational

prosedur yang telah terstandarisasi dengan sertifikasi ISO 9002 dalam

proses produksi mulai dari incoming quality control, process quality

control, sampai outgoing quality control, akan menghasilkan produk

sesuai dengan persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) mie

instan, sehingga dapat dipastikan hal ini sesuai dengan komitmen dari

Indofood untuk mempersembahkan mi instan dengan aneka cita rasa

khas dari seluruh provinsi Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan

terpilih serta komitmen yang tinggi atas mutu dan kehalalan produk.

Perusahaan indomie mempekerjakan tim kontrol yang sangat kompetitif

kualitas yang bertindak sebagai pengontrol kualitas produk di lokasi

pabrik saat proses produksi. Minyak yang bersumber diuji untuk

memenuhi persyaratan kualitas yang ketat sebelum digunakan untuk

produksi. Indomie merupakan produk yang telah melalui proses

produksi yang sangat higienis dengan standar Internasional dan

didukung dengan teknologi berkualitas tinggi. Selain telah bersertifikasi

“Halal” dari Majelis Ulama Indonesia, pabriknya sendiri telah

disertifikasi ISO 9001:2001 dan HACCP (High Analysis Critical

Control Point) dari SGS. Sertifikasi ini membuktikan bahwa Indomie

telah memenuhi persyaratan sebagai bahan pangan dengan standar

Page 58: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

58

Internasional. Walaupun belum bersertifikasi ISO 14000 namun indomie

tetap menjaga mutunya berdasarkan ISO 14000 karena masih dalam

proses pengajuan sertifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

www.indomie.com

Page 59: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

59

Jack Campanella. “ Principles Of Quality Costs”, ASQC Quality Press,

Milwakeee, 1990.

Vincent Gasperz. “Manajemen Produktivitas Total”, Garamedia, Jakarta, 2000.

Juran, J.M. 1995. Kepemimpinan Mutu. PPM. Jakarta

Diana, A. Dan Tjiptono, F. 1994. Total Quality Management. Andi Offset

Yogyakarta.

Syafaruddin. 2001. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,

Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia

http://jiunkpe/s1/tmi/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-25493152-16197-william_booth-

chapter2.pdf

http://www.dephut.go.id/Halaman/

STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_VI02/

V_VI02.htm

http://prodiindustri.wordpress.com/2011/03/19/tentang-iso-9000/

Jurnal : SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK MENYONGSONG

ERA RAMAH LINGKUNGAN, SITI LATIFAH, S.Hut., Msi.

Jurnal : ANALISA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14000) DAN

KEMUNGKINAN IMPLEMENTASINYA OLEH PARA KONTRAKTOR

KELAS A DI SURABAYA , Herry P. Chandra, Djoni, Christian

Page 60: Manajemen Kualitas Secara Keseluruhan

60

http://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/

http://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/

Ahyari, Agus. 2002. Management produksi “Pengendalian Kualitas”.

Yogyakarta : FEUGM.

Garvin, David A. 1988. Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge.

Free Pre.

Prawirosentono, S. 2001. Filosofi Baru Manajemen Mutu Terpadu, Quality

Management Abad 21. Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta.

Jack Campanella. “ Principles Of Quality Costs”, ASQC Quality Press, Milwakeee, 1990.