Manajemen Kesehatan Gizi Buruk

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang bisa terjadi pada semua kalangan umur baik balita, anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan sampai pada lanjut usia, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan (Depkes, 2009) Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1593/Menkes/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan bagi bangsa Indonesia yang 1

description

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang bisa terjadi pada semua kalangan umur baik balita, anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan sampai pada lanjut usia, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan

Transcript of Manajemen Kesehatan Gizi Buruk

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMasalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang bisa terjadi pada semua kalangan umur baik balita, anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan sampai pada lanjut usia, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan (Depkes, 2009)Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1593/Menkes/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan bagi bangsa Indonesia yang tercantum dalam pasal 1 AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal .Keadaan gizi yang baik menyebabkan tubuh mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun. Hasil penelitian yang dilakukan diberbagai negara menunjukan bahwa kematian bayi akan menjadi lebih tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk meningkat.MDGs memiliki 8 tujuan, 16 target dan 48 indikator yang menjadi alat ukur kerangka kerja MDGs. Salah satu tujuan dalam MDGs yaitu menurunkan angka gizi buruk dari 17,9% pada tahun 2010 menjadi 15,1% pada tahun 2015. Data susenas tahun 2010 menunjukan bahwa prevalensi balita dengan berat badan rendah/gizi kurang 31,0% (1989) menjadi 18,4% (2007) dan menurun menjadi 17,9%(2010) (Depkes,2011)

Laju pertambahan jumlah kasus gizi buruk dapat ditekan dengan cara mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi buruk dan berpotensi dalam meningkatkan jumlah kasus gizi buruk. Faktor-faktor yang ditengarai memiliki keterkaitan dan mempengaruhi terjadinya gizi buruk tersebut perlu diketahui apakah benar-benar berpengaruh secara signifikan atau tidak agar pemerintah dapat lebih memperhatikan bagaimana tindak lanjut terhadap faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.Upaya untuk mencegah kasus gizi buruk maka pemerintah melakukan berbagai upaya antara lain adalah peningkatan ketahanan pangan bagi rumah tangga, peningkatan keluarga sadar gizi (kadarzi), pemberian makanan tambahan, peningkatan pelayanan pada masyarakat serta perbaikan lingkungan. untuk mengatasi gizi kurang maka perlu diatasi penyebab langsung gizi kurang yakni peningkatan asupan makanan dan meningkatkan pelayanan serta perbaikan lingkungan dalam upaya mencegah penyakit infeksi pada anak. Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJM) 2010-2014) telah menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, diantaranya adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% (Depkes,2005)Masalah gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir disemua kabupaten/kota diindonesia. Pada saat ini masih terdapat 110 kabupaten/kota dari 440 Kabupaten/kota diindonesia yang mempunyai prevalensi diatas 30%. Menurut WHO keadaan ini masih tergolong sangat tinggi. Kabupaten Bone Bolango yang merupakan salah satu dari sekian daerah diindonesia yang juga mengalami kasus gizi buruk menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam menurunkan presentasi balita yang menderita gizi buruk.Dinas Kesehatan dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan gizi, maka pihak Dinas Kesehatan berupaya untuk lebih meningkatkan pelayanan dalam hal ini pelayanan di bidang program kesejahteraan keluarga yang salah satunya adalah pembentukan Therapeutic Feeding Centre (TFC).Therapeutic Feeding Centre (TFC dibentuk karena melihat jumlah kasus Gizi Buruk yang ada dari tahun ke tahun masih ada. Meskipun pihak Dinas Kesehatan telah berupaya memberikan intervensi berupa pemberian makanan tambahan (PMT) bagi bayi dan Balita gizi buruk. TFC yaitu tempat pemulihan gizi buruk yang diperuntukan bagi balita penderita gizi buruk agar mendapatkan perawatan sesuai dengan standar. TFC didirikan pada tahun 2007 dan pembentukannya sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Dinas kesehatan didasarkan pada perda Nomor 48 Tahun 2007. Namun TFC ini masih memanfaatkan ruang perawatan anak di Rumah Sakit umum daerah. kemudian Pada tahun 2009 baru dibangun gedung TFC melalui kegiatan pengembangan puskesmas.

Dapat dilihat bahwa selama ini sektor pembangunan diindonesia belum cukup mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan beberapa kebijakan dan kegiatannya justru berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat tersebut. dengan kurangnya tenaga kesehatan maka terjadi perangkapan tugas yang menyebabkan beban kerja bertambah sehingga berkurangnya mutu pelayanan dan sistem administrasi yang mengakibatkan terlambatnya sistem pelaporan dan pencatatan terpadu puskesmas .Adapun yang menjadi kendala yakni dengan jumlah kasus gizi buruk yang bertambah tetapi tidak seimbang dengan fasilitas dan tenaga yang ada serta mengingat besarnya anggaran yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Daerah untuk penanggulangn kasus gizi buruk.C. Tujuan Makalah1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manajemen pelayanan kesehatan pada gizi buruk di indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perencanaan pelayanan kesehatan pada gizi buruk di indonesia

b. Untuk mengetahui pengorganisasian pelayanan kesehatan pada gizi buruk di indonesia

c. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan pada gizi buruk di indonesia

D. 1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan pelayanan kasus gizi buruk dan menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya dimasa yang akan datang.2. Sebagai persyaratan melengkapi KKS di Departemen ilmu kesehaatan masyarakat dan ilmu Kedokteran Komunitas dan Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.BAB IITinjauan PustakaI. Manajemena. Definisi ManajemenManajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur, mengurus atau mengelolah secara umum. Manajemen diartikan sebagai suatu proses yang berdiri dari rangka kegiatan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengendalikan/pengawasan yang dilakukan untuk menentukan atau mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainya (Lawrence A.Apley,1983)Kadarman dan Udaya menyampaikan bahwa manajemen adalah suatu rentetan langkah yang terpadu yang mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosio-ekonomis-teknis. Sosio berarti menunjukan peran penting manusia dalam menggerakkan seluruh sistem organisasi. Ekonomi berarti kegiatan dalam sistem organisasi ini bertujuan memenuhi kebutuhan hakiki manusia .Teknis berarti dalam kegiatan ini menggunakan alat dan cara tertentu secara sistematis (Kadarman, 2005).Sementara itu, Siagian menyebutkan ada sedikitnya empat sudut pandang yang dapat dikupas dari defenisi manajeman. Pertama, Penerapan teori manajeman harus tetap bersifat situasional, dimana seni menggerakkan orang lain berperan disini. Kedua, Manajemen selalu berkaitan dengan organisasi dimana ada yang memimpin/mengatur dan ada yang harus menjalankan kegiatan operasional. Ketiga, Keberhasilan organisasi merupakan gabungan antara kemahiran manajerial pimpinan dan ketrampilan teknis pelaksana. Keempat, Kelompok manajerial dan kelompok pelaksana, secara operasional, harus menyatu dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2006) b. Proses ManajemenManajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari melalui fungsi-fungsi manajemen. Yang dimaksud dengan fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dilaksanakan oleh manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Depkes RI dalam Muninjaya (2004) membagi fungsi manajemen dalam empat fungsi. Hal yang sesuai dengan pembagian fungsi yang dikemukakan oleh George Terry yaitu terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi. Meskipun kelima fungsi manajemen ini terpisah satu sama lain, tetapi sebagai sebuah proses kelimanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Berikut uraian fungsi manajemen dalam sebuah organisasi :1) PerencanaanPerencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi perencanaan dapat memberikan kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui fungsi perencanaan akan ditetapkan tugas-tugas pokok staf, dan dengan tugas-tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya. ( Irwan Purwanto 2006).Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada perencanaan,tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif (Mununjaya, 2004).Kegiatan perencanaan dimulai dari :a) Anasisa situasib) Identifikasi masalahc) Prioritas masalahd) Identifikasi penyebab masalahe) Prioritas penyebab masalahf) Plan, Organzation Action g) Pelaksanaan intervensih) Evaluasi program1.Asas-asas Perencanaan (Irwan Purwanto, 2006)a. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada pencapaian tujuan.b. Principle of efficiency of plans. Suatu perencanaan dapat dikatakan efisien jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya.c. Principle of primary of planning. Perencanaan adalah keperluan pertama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya.d. Principle of pervasivness of planning. Asas pemerataan perencanaan.e. Principle of planning premise. Asas patokan perencanaan.f. Principle of policy framework. Asas kebijakan tata kerja.g. Principle of timing. Asas waktu yang relatif singkat dan tepat.h. Principle of palnning communication. Asas tata hubungan perencanaan.i. Principle of alternatives. Alternatif ada pada setiap rangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.j. Principle of timing factor. Asas pembatasan faktor.k. The commtment principle. Asas keterikatan. Perencanaan hatus memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.l. The principle of flexibility. Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan.m. The principle of navigation change. Asas ketetapan arah.n. Principle of strategic planning. Asas perencanaan strategis.2. Fungi-fungsi Perencanaan (Irwan Purwanto, 2006)a. Forecasting (peramalan). Perencanaan harus dapat meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang tentang keadaan pasar, konsumen, kebijakan pemerintahan, dan lain-lain.b. Estabilishing objectives (penetapan sasaran).c. Programming (pemrograman). Perencanaan harus menetapkan prosedur kegiatan-kegiatan yang diperlukan, biaya-biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.d. Scheduling (penjadwalan). Menentukan waktu yang tepat.e. Budgeting (penganggaran).f. Developing procedures (pengembangan prosedur).g. Estabilishing and interpreting policies (penetapan dan penafsiran kebijakan).2) PengorganisasianPengorganisasian adalah rangkain kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya atau potensi yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.Menurut Handoko (2008), pengorgnisasian (orgnizing) merupakan suatu proses penyusunan struktur organisasi, sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. M. Manulang mengemukakan pengertian organisasi sebagai berikut:a. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan atau unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin guna mencapai tujuan. Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.b. Organisasi dalam arti statis adalah setiap gabungan yang bergerak ke arah tujuan bersama, dengan istilah populer adalah struktur organisasi atau bagan organisasi.

Soekarno K. mengemukakan pengertian organisasi sebagai berikut:a. Organisasi sebagai alat manajemen adalah wadah, tempat manajemen, sehingga memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkan manajemen dapat bergerak. Jadi, sama dengan organisasi dalam artin statis.b. Organisasi sebagai alat manajemen (organisasi dalam pengertian dinamis) adalah organisasi yang memberikan kemungkinan manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu mengadakan pembagian kerja.Langkah-langkah manajemen dalam membentuk kegiatan pada proses pengorganisasian adalah sebagai berikut :a. Sasaran, manajemen harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai.b. Penentuan kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan mengspesifikasi kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan yang akan dilakukan.c. Pengelompokkan kegiatan, artinya manajer harus mengelompokkan kegiatan dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama.d. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.e. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah personil pada setiap departmene.f. Rentang kendali perlu dalam organisasi, karena terbatasnya kemampuan fisik dan mental manusia atau adanya limits factor (keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan, perhatian).g. Perincian peranan seseorang, artinya manajer harus menetapkan tugas-tugas perorangan.h. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akan dipakai, apakah lini, staf organisasi atau yang lainnya.i. Bagan organisasi, artinya manajer harus menetapkan bagan/struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan.Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi juga dapat dipandang sebagai wadah kerjasama sekelompok orang (Organisasi bersifat statis). Organisasi juga dapat dikaji dari sisi proses kerjasama. Dalam hal ini organisasi dilihat dari proses kerjasama staf yang berisi uraian tugas untuk mencapai tujuan (Organisasi bersifat dinamis) (Muninjaya, 2004).3) PelaksanaanFungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Dibutuhkan kejelasan kemunikasi, pengembangan motivasi, dan penerapan kepemimpinan yang efektif untuk dapat menjalankan fungsi ini secara baik.Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program untuk mencapai tujuan program.Oleh karena itu fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Untuk menggerakkan dan sumberdaya manusia dalam organisasi, peran kepemimpinan (Leadership), motifasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian para manajer organisasi (Muninjaya, 2004)4) PengawasanMonitoring atau Pengawasan dan pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus melaksanakan kegiatan agar sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja staf sesuai dengan prosedur tetap.Fungsi Pengawasan dan pengendalian (Controlling) mempunyai kaitan erat dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya , terutama dalam fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi harus segera diatasi. Penyimpangannya harus harus dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan.fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004)5) Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah yang telah ditetapkan.Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen pada dasarnya berusaha untuk mempertanyakan sejauh mana efektifitas dan efisisensi pelaksanaan program sekaligus melakukan pengukuran obyektif terhadap hasil pelaksanaan suatu rencana.Evaluasi atau penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses keberhasilan suatu kegiatan dengan membandingkannya dengan standar atau ketentuan tertentu. Evaluasi dalam proses manajemen dapat dibedakan beberapa macam yaitu: a) .InputKomponen yang menjadi input adalah 6 M yaitu Man (staf), Money (dana), Material (logistic, obat, alat medis dan lain-lain), Methode (ketrampilan, produser kerja, peraturan, kebijakan, dan sebagainya), minute (jangka waktu pelaksanaan kegiatan progran, market (sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan program) b) .Proces Proces manajemen dalam pendekatan sistem terdiri fungsi fungsi manajemen yaitu : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan program, pengawasan dan pengendalian.c).OutputMeliputi cakupan kegiatan program, jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan kesehatan (memerator), dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program (denominator) d) .Effect (Efek)Efek atau dampak dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.e) .Outcome / impact (Dampak) Dampak program yang diukur melalui peningkatan status kesehatan masyarakat (Muninjaya, 2004)II. Status GiziStatus Gizi (Nutrition Status) merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrition dalam bentuk variabel tertentu , sedangkan menurut Almatsier (2005) Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang seimbang. Status gizi dapat dibedakan antara status gizi baik, sedang, kurang dan buruk.Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan balita, oleh karena itu indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi bayi dan balita (Notoadmodjo, 2007b).Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference, dan ukuran baku antopometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS (Word Healt Organization-National Centre for Healt Statistics), diantaranya berdasarkan salah satu standar antroprometri yaitu baku harvard yang datanya ditunjukkan dalam persentil berat badan terhadap umur yang dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, dkk. 2008) a. Gizi baik (well nourished) yaitu keadaan gizi yang jika susunan hidangan yang dikonsumsi seimbang baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya.b. Gizi sedang (moderate) yaitu keadaan gizi yang jika susunan hidangan yang dikonsumsi hampir mencapai seimbang baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya. c. Gizi kurang (under weight) yaitu keadaan gizi yang jika susunan hidangan yang dikonsumsi seimbang akan tetapi tidak mencukupi kebutuhan tubuh seperti halnya PCM (Protein Calori Mallnutrition).d. Gizi buruk (severe PCM) yaitu keadaan gizi yang jika susunan hidangan yang dikonsumsi tidak seimbang dan tidak mencukupi kebutuhan tubuh seperti halnya marasmus, marasmik-kwasiokor dan kwasiorkor.Balita merupakan pengertian yang digunakan untuk anak dengan usia di bawah lima tahun, dimana masa balita adalah the point of no return (masa yang tidak akan kembali), masa perkembangan otak tidak bisa diperbaiki bila mereka kekurangan gizi pada masa emas ini. Pertumbuhan fisik dan intelektualitas anak akan terganggu. Hal ini menyebabkan mereka menjadi generasi yang hilang (the lost generation), dan negara akan kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas.(Kompas.tk,2005) Balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Oleh karena itu dalam memenuhi zat-zat yang tinggi setiap Kg berat badan balita, diantaranya perlu memperhatikan makanan yang akan diberikan nantinya. Seperti halnya menurut Depkes R.I. (1991) makanan untuk balita (umur 1-5 tahun) yaitu :a. Anak-anak umur 1-5 tahun membutuhkan makanan dengan nilai gizi yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan sehari-hari relatif lebih banyak, dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa.b. Dalam pemberian makanan diperhatikan hal-hal sebagai berikut :1) Berilah makanan seperti makanan yang dimakan oleh anggota keluarga dengan memperhatikan susunan dan rasanya. Berilah makanan secara teratur. Waktu makan harus dalam keadaan tenang dan menyenangkan untuk merangsang nafsu makan.2) Perhatian orang tua selama makan adalah perlu sekiranya nafsu makan mereka berkurang, janganlah dipaksa untuk makan. Berilah mereka kesempatan untuk memilih makanan yang mereka sukai.

3) Hendaknya makanan yang dimakan sehari-hari cukup, terutama makanan yang mengandung benyak protein dan sayuran daun hijau.Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.Masalah gizi khususnya pada balita muncul akibat masalah ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya, selain itu adanya anggapan orang tua dan masyarakat bahwa penyediaan makanan bagi kelompok balita justru hanya merugikan hal ini karena :a. Balita masih dalam proses transisi dari makanan bayi kemakanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi.b. Balita dianggap umur yang paling belum berguna bagi keluarga, karena belum sanggup ikut dalam membantu menambah kebutuhan keluarga, baik tenaga maupun kesanggupan kerja penambah keuangan. Anak ini sudah tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada saudaranya yang lebih tua, tetapi sering belum cukup umur untuk mempunyai pengalaman dan ketrampilan untuk mengurus anak dengan baik.c. Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh, sehingga tidak lagi dapat memberikan perhatian kepada anak balita, apalagi mengurusnya.d. Balita masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan baik, dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya. Kalau makan bersama keluarga, balita masih diberi jatah makanannya dan walaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya.e. Balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi yang memberikan infeksi atau penyakit lain, padahal tubuhnya belum cukup mempunyai imunitas atau daya tahan untuk melawan penyakit atau menghindarkan kondisi lain yang memberikan bahaya kapada dirinya (Achmad, 2007).Situasi rawan gizi pada balita merupakan hal yang tidak boleh dipandang sebelah mata karena menimbulkan akibat lanjutan yang kompleks dan berujung pada degredasi kualitas sumber daya seperti halnya :a. Masalah gizi yang parah akan menghambat laju tumbuh kembang fisik anak, KEP berkelanjutan menyebabkan anak menderita marasmus-kwasiorkor, kekurangan yodium dalam jangka panjang dapat nenimbulkan gondok, anemia zat besi berkepanjangan menghambat pertumbuhan fisik dan meningkatkan resiko penyakit infeksi.b. Masalah gizi menghambat perkembangan kecerdasan.c. Masalah gizi menyebabkan penyakit degeneratif pada usia muda nantinya yang bukan disebabkan oleh faktor genetika. Pada penderita gizi buruk struktur sel tubuh tidak tumbuh sempurna misalnya jumlah pertumbuhan sel otak tidak maksimum.d. Masalah gizi kurang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita) (Depkes RI,2006).Menurut persatuan ahli gizi indonesia merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang yakni penyebab langsung adalah asupan makanan dan penyakit infeksi, penyebab tidak langsung adalah persediaan makanan dirumah, perawatan anak dan ibu hamil sedang pokok masalah adalah kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang keterampilan.III. Therapeutic Feeding Centre ( TFC) a. perawatan Balita Gizi Buruk di TFCTherapeutic Feeding Centre (TFC) adalah pusat perawatan balita gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan anak secara intensif dan adekuat sesuai usia dan kondisinya yang memberikan pelayanan 24 jam kepada balita gizi buruk, dengan melibatkan peran serta orang tua (Ibu) agar dapat mandiri ketika kembali kerumah. TFC merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan terapi diet dan medis pada anak yang menderita gizi buruk yang bertujuan mengurangi angka kematian balita. Perawatan di TFC meliputi 3 aspek yaitu aspek medis, nutrisi dan keperawatan. TFC pertama kali diperkenalkan di indonesia oleh CARE international dan dilaksanakan di dua propinsi yaitu propinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Perawatan Balita gizi Buruk dilakukan dengan melibatkan orang tua balita tersebut dengan maksud memberikan kepada mereka pemahaman tentang cara perawatan balita dan cara hidup bersih dan sehat. Di TFC anak balita tidak hanya diberikan makanan berfortifikasi tetapi juga diberikan perawatan medis untuk mengobati penyakit infeksi yang biasanya menyertai (Indomedia,2008)Pusat-pusat pemberian pangan ini menyediakan perawatan gizi kepada anak-anak yang menderita kekurangan gizi berat langsung di desa mereka, sehingga keluarga mereka tidak perlu dipisahkan agar dapat merawat anak-anak yang sangat kekurangan gizi itu. Anak-anak yang setiap hari menerima makanan yang diperkaya dan berenergi tinggi diawasi, ditimbang dan dipantau secara medis, sedangkan para ibu menerima intruksi khusus cara memberi makan kepada anak mereka serta informasi tentang kebersihan dan kesehatan (Candraningrum, 2008).Terapi pemberian makanan (Therapeutic feeding) dengan penberian suplemen yang sesuai sangat dibutuhkan oleh anak dengan kasus gizi buruk berat atau anak gizi buruk yang disertai dengan adanya edema paling kurang yang terlihat di kaki. Anak-anak ini membutuhkan perawatan intensif selama 24 jam di sebuah TFC, yang juga menyediakan kesempatan untuk pemberian ASI yang optimal dan jika memungkinkan pemberian ASI kembali (WHO,2004)Pencegahan kematian pada anak-anak gizi buruk berat, khususnya selama masa emergensi tergantung pada pemenuhan kebutuhan secara cepat, penyedian sarana dan mulainya perawatan Metode yang digunakan di TFC dalam merawat balita gizi buruk adalah dengan melalui tahapan stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi( WHO,2005)b. Kriteria Pemulangan Anak Gizi BurukPemulang anak Gizi buruk dari ruang rawat inap tergantung dari tiga faktor yaitu anak, ibu, institusi.1) Anaka) Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan bisa dihabiskanb) Ada perbaikan kondisi mentalc) Anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai dengan umurnyad) Suhu tubuh berkisar antara 36,5 37,5 Ce) Tidak ada muntah atau diaref) Tidak ada edemag) Terdapat kenaikan berat badan 5 gram/kgBB/hr selama 3 hari berturut-turut atau kenaikan sekitar 50 gram/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turuth) Sudah berada di kondisi gizi kurang (BB/TB >-3 SD) dan tidak ada gejala klinis gizi buruk.2) Ibua) Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar dirumahb) Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar kepada anak3) Institusi LapanganPuskesmas pemulihan Gizi siap untuk menerima rujukan paska perawatan.c. Jenis-jenis Pelayanan TFC1. Pelacakan Kasus Gizi BurukKegiatan pelacakan kasus gizi buruk merupakan upaya pengelola TFC untuk meningkatkan cakupan pelayanan. Kegiatan ini di lakukan pihak TFC setelah menerima laporan dari petugas gizi puskesmas. kegiatan pelacakan di lakukan dengan mengunjungi langsung sasaran balita gizi buruk.Dalam proses pelacakan balita yang ditemukan terlebih dahulu diverifikasi, apabila masih dalam kategori gizi kurang maka balita dianjurkan untuk dibawa ke Puskesmas untuk memperoleh PMT, namun apabila balita yang ditemukan berada pada kategori gizi buruk dengan atau tanpa komplikasi, maka balita tersebut segera dibawa ke TFC untuk mendapatkan perawatan setelah mendapat persetujuan dari orang tuanya.2. Terapi MedisKegiatan pertama yang dilakukan dalam proses perawatan balita Gizi Buruk di TFC adalah pemeriksaan klinis oleh dokter TFC. Balita Gizi Buruk yang baru masuk ke TFC diperiksa untuk menegakkan diagnosa medis, termasuk mengkategorikan marasmic, kwashiorkor, marasmic- kwashiorkor ataupun non klinis. Bila dibutuhkan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan merujuk balita tersebut ke Rumah Sakit Daerah Gorontalo atas biaya TFC.3. Terapi Diet Pemberian terapi diet di TFC dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari Dokter TFC. Jenis Diet dan frekuwensi pemberian diet ditentukan oleh Ahli Gizi yang disesuaikan dengan kondisi balita, cara pemberian diet dapat diberikan melalui oral ataupun melalui pipa nasogatrik Tube (NGT). Jenis diet yang biasa diberikan pada balita gizi buruk adalah Formula WHO 75, Formula WHO100 Dan formula WHO 135.

Formula WHO atau diTFC dikenal dengan HEM (High Enegy Milk) di buat oleh Ahli Gizi TFC. Pembelian Formula WHO di jadwalkan selama 2 Minggu atau sampai berat badan anak menjadi normal.

Pengaturan fase perawatan dibagi menurut lama waktu perawatan. Fase stabilisasi diberlakukan selama 7 hari atau pada minggu pertama perawatan, selanjutnya perawatan pada minggu ke dua adalah Fase Transisi, dan minggu ketiga dan keempat adalah fase Rehabilitasi.

3.1 Penegakan diagnosis

Gizi buruk ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antopometri. Anak didiagnosis gizi buruk jika:

a. BB/TB