Manajemen Angkutan Umum

39
BAB I SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN UMUM 1. PENDAHULUAN Operasi system angkutan yang efisien dan efektif dan membutuhkan kerangka kerja yang memungkinkan dilakukannya monitoring, evaluasi dan penyesuaian. Kerangka kerja ini terdiri dari standart dan indikator kinerja dimana keduanya memungkinkan evaluasi yang efektif dari suatu system pelayanan yang sudah ada atau yang kan dibuat 2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat mengetahui dan memahami cara mengevaluasi kinerja suatu sistem pelayanan angkutan umum 3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS a. Memahami konsep kinerja jaringan pelayanan angkutan umum b. Memahami konsep kinerja pelayanan angkutan umum c. Memahami konsep kinerja kepengusahaan angkutan umum 4. URAIAN MATERI POKOK 4.1 Konsep dasar Kinerja Angkutan Umum 4.1.1 Definisi Konsep kinerja disini mencakup dua arti, yaitu efektifitas dan efisiensi, Efektifitas meliputi penilaian terhadap hasil dari suatu system pelayanan 1

description

Contoh Format

Transcript of Manajemen Angkutan Umum

Page 1: Manajemen Angkutan Umum

BAB I

SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN

UMUM

1. PENDAHULUAN

Operasi system angkutan yang efisien dan efektif dan membutuhkan

kerangka kerja yang memungkinkan dilakukannya monitoring, evaluasi

dan penyesuaian. Kerangka kerja ini terdiri dari standart dan indikator

kinerja dimana keduanya memungkinkan evaluasi yang efektif dari suatu

system pelayanan yang sudah ada atau yang kan dibuat

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat mengetahui dan

memahami cara mengevaluasi kinerja suatu sistem pelayanan angkutan

umum

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

a. Memahami konsep kinerja jaringan pelayanan angkutan umum

b. Memahami konsep kinerja pelayanan angkutan umum

c. Memahami konsep kinerja kepengusahaan angkutan umum

4. URAIAN MATERI POKOK

4.1 Konsep dasar Kinerja Angkutan Umum

4.1.1 Definisi

Konsep kinerja disini mencakup dua arti, yaitu efektifitas dan

efisiensi, Efektifitas meliputi penilaian terhadap hasil dari suatu

system pelayanan sedangkan efisiensi merupakan ukuran

penilaian terhadap cara atau alat untuk mencapai hasil

tersebut. Ukuran efektifitas digunakan unutk membandingkan

hasil akahir dan dampak pelayanan terhadap obyektif yang

telah ditetapkan. Sedangkan ukuran efisiensi digunakan untuk

mengevaluasi suatu system dengan cara membandingkan hasil

1

Page 2: Manajemen Angkutan Umum

dengan usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil

tersebut. Pada dasarnya peningkatan efisiensi dapat diartikan

sebagai cara untuk meminimasi biaya (cost)

Untuk menilai atau mengukur obyek suatu pandang, digunakan

indicator yaitu sebagai alat untuk menunjukan kualitas obyek

yang akan dievaluasi, Indikator umumnya berbentuk ratio

(angka perbandingan) yang terdiri dari angka-angka yang

diroleh dari system informasi maupun data base, baik dari segi

keuangan (biaya, pendapatan) maupun dari segi

operasional )jumlah perjalanan, waktu tempuh)

4.1.2 Aplikasi Pada Jaringan Angkutan Umum

Bagi penyelanggara angkutan umum (agen) maupun pembuat

keputusan, ukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting, yaitu

untuk:

a. Menunjukan apakah ada pengelola angkuatn umum mengelola

jaringannya dengan benar.

b. Menilai apakah jaringan tersebut efektif sesuai dengan obyektif yang

telah ditetapkan.

c. Menilai pengaruh jaringan terhadap lahan lain yang terkena dampak

4.2 Indikator Kinerja dan Pengaruh

4.2.1 Dua Perspektif Dasar Indikator

Indikator kinerja dapat dikelompokan dalam:

1. Indikator bagi efisiensi system

2. Indikator bagi efektifitas system

Indikator efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara biaya

(sebagi inpit) dengan pelayanan /operasi (sebagi output). Termasuk

dalam indicator efisiensi ini adalah indicator efisiensi system secara

keseluruhan, pemanfaatan sumber daya serta pemanfaatan armada.

Indikator efektifitas secara umum menggambarkan kemampuan

operasi angkutan umum untuk memenuhi obyektif yang telah

ditetapkan

4.2.2 Delapan Perspektif Kinerja

2

Page 3: Manajemen Angkutan Umum

Delapan pihak yang berkaitan dengan Kinerja Angkutan Umum, yaitu:

1. Pengelola angkutan umum

2. Pengelola Kota

3. Pembuat Kebijakan

4. Perencana Daerah

5. Pengelola system lalu lintas

6. Pemerintah Pusat dan Daerah

7. Pengguna Angkutan Umum

8. Masyarakat peneliti

4.3 Parameter dan Data Kinerja

Dalam evaluasi kinerja, cara pendekatan untuk mendesain data

maupun mengumpulkan data yang merupakan hal yang sangat penting

karena indicator hanya berlaku untuk data dan informasi yang digunakan

untuk menentukan indicator tersebut. Selain itu juga karena pembuatan

dat-base merupakan pekerjaan yang sangat memakan waktu dan biaya.

Data yang menggambarkan system transportasi dapat diperoleh dari

dua sumber, yaitu dari administrasi dan system akuntasi keuangan dari

market transportasi

4.4 Indikator Kinerja dan Penggunaannya

Indikator kinerja ini berguna untuk memprediksikan dampak dari

suatu keputusan, selain itu juga memonitor bagian dari suatu system

yang berada dalam keadaanm kritis dan membutuhkan suatu tundakan.

Indikator memiliki keterbatasan-keterbatasan karena indicator bersifat

unique untuk tiap-tiap system dan memiliki perbedaan dalam proses

perencanaan maupun pengambilan keputusan. Oleh karenanya,

indicator perlu dibuat dalam suatu paket dan disesuaikan dengan

lingkungan dari suatu system. Dalam pemanfaatannya indicator kinerja,

salah satunya sebagai alat pembandingbagi operator operator di daerah

yang berbeda, perlu dilakukanpenyesuaian terhadap kondisi local daerah

masing-masing. Sehingga indicator tersebut tidak salah diterjemahkan.

Kondisi tersebut meliputi:

Ukuran dan kepadatan kota

Ratio kepemilikam kendaraan

Moda Split

3

Page 4: Manajemen Angkutan Umum

Kapasitas jaringan jalan

Kebijakan parkir

Ratio jam sibuk

Sistem tariff

Peraturan ketenagakerjaan

Jarak antar pemberhentian bus

Jenis pelayanan

Kondisi geografi

Faktor sejarah

5. RANGKUMAN

Indicator kinerja dan standard- standard memungkinkan untuk

melakukan evaluasi yang efektif dari suatu system pelayanan yang

sudah ada atau yang akan dibuat. Indikator- indicator yang dibuat

adalah sesuai dengan perspektif pembuatnya serta tergantung

kepada kondisi lokal

4

Page 5: Manajemen Angkutan Umum

BAB II

KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN

UMUM

1. PENGANTAR

Ukuran kinerja pelayanan angkutan lebih menekankan kepada

kepentingan pengguna jasa. Jika pelayanan kepada pengguna jasa dapat

diberikan secara memuaskan pada gilirannya akan meningkatkan

efisiensi pengoperasian dari segi operator.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat mengetahui dan

memahami cara mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan umum.

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Memahami konsep kinerja pelayanan angkutan umum

4. URAIAN MATERI POKOK

Aksesibilitas

Komponen yang kan dipertimbangkan menurut ukuran pelayanan

ini adalah:

Waktu berjalan atau jarak berjalan ke fasilitas angkutan

umum

Waktu menunggu angkutan umum

Waktu di dalam kendaraan

Waktu pergantian moda

Waktu menunggu

Ketepatan jadwal

5

Page 6: Manajemen Angkutan Umum

Komponen aksesibilitas tersebut di atas selain berkaitan dengan

aspek operasional juga tinggi rendahnya ukuran aksesibilitas

tersebut berkaitan dengan aspek perencanaan trayek.

Nilai waktu

Waktu merupakan pengorbanan yang harus dipergunakan untuk

melakukan perjalanan. Sudah menjadi praktek yang umum untuk

menghitung waktu yang dikorbankan tersebut dalam bentuk uang.

Nilai ini penting untuk mengukur pengorbanan secara keseluruhan

yang biasa disebut denagn istilah “Generalised cost” dari orang-

orang yang melakukan perjalanan, yaitu kombinasi dari waktu

yang hilang, tariff angkutan dan penalty dari ketidaknyamanan,

serta aspek-aspek mutu pelayanan lainnya.

Kenyamanan

Sebagai alternatif dari memasukan nilai kenyamanan (yang sulit

untuk dihitung) ke dalam generalized cost, yaitu mengukurnya

secara tersendiri. Terdapat tiga kelompok kenyamanan selama orang

melakukan perjalanan dengan kendaraan angkutan umum, yakni

untuk menuju dan dari fasilitas umum, pada tempat pemberhentian

dan didalam kendaraan.

Kenyamanan dari dan menuju fasilitas angkutan umum biasanya

diukur dengan waktu berjalan kaki dari tempat kegiatan atau

hunia ke fasilitas tersebut. Sedangkan pada tempat

pemberhentian adalah ada tidaknya rambu bus stop atau shelter.

Pada lokasi transit kita juga bisa memasukan fasilitas transfernya,

lift pada terminal bertingkat, jalan khusus penumpang dan

sebagainya. Kenyamanan di dalam kendaraan biasanya diukur

dengan ruang di dalam kendaraan, kesesakan, ada tidaknya AC,

recleaning seat dan sebagainya, kenyamanan akan berkaitan

dengan kepuasan pengguna jasa.

Keselamatan lalu lintas (safety)

6

Page 7: Manajemen Angkutan Umum

Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau tingkat kecelakaan yang

terjadi dengan kendaraan umum yang dihitung sebagai prosentase

kecelakaan per penumpang-kilometer dapat dijadikan ukuran

keamanan berlalu lintas dengan kendaraan umum. Kita dapat

menggunakan data statistik untuk mengukur hal ini, atau

menggunkan pengalaman empiris kaitan dengan kecelakaan dengan

perbaikan unsure-unsur operasional angkutan umum.

Keamanan (security)

Tiap pengguna jasa mengharapkan tidak terjadi sesuatu yang

diharapkan selama perjalanannya. Citra keamanan di dalam

kendaraan umum barangkali dapat diukur dengan tingkat terjadinya

kriminalitas di dalam maupun di luar kendaraan, seperti pencopetan,

penjambretan, penodongan, dan sebagainya.

Efek Eksternal (lingkungan)

Tiga kelompok pengaruh lingkungan dari pengimplementasian

angkutan umum, yakli kebisingan, polusi dan penggunaan energi.

Anda dapat menambahkan efek sekunder yaitu pengembangan

perekonomian suatu wilayah.

Kebisingan

Pengaruh kebisingan yang diakibatkan oleh bis pada lalu lintas

yang komposisinya tidak terdapat kendaraan berat cukup besar

jika dibandingkan dengan yang terjadi pada lalu lintas yang

komposisinya 10% kendaraan berat.Jika kita menginginkan

ketenangan lingkungan pada suatu kawasan pemukiman, maka

bis bukan jawaban untuk memenuhi kebutuhan tersebut6 dilihat

dari aspek lingkungan.

Polusi udara

Bis jauh lebih rendah menimbulkan polusi udara dibandingkan mobil

pribadi yang menggunakan bensin. Apalagi dari segi emisi karbon

monoksida, dikaji dengan ukuran tiap bis kilometer atau penumpang-

7

Page 8: Manajemen Angkutan Umum

kilometer bis jauh lebih rendah, kecuali di dalam hal emisi debu dan

Nox

Penggunaan energi

Persediaan BBM dunia sudah menipis, dan jenis ini tidak dapat

didaur ulang. Perhatian dunia sekarang mengarah kepada

penyediaan alat angkutan yang menkonsumsi BBM rendah atau

menggantinya dengan bahan bakar lainnya. Bis diketahui lebih

efisien di dalam penggunaan BBm diukur per penumpang-

kilometer

ASPEK FINANSIAL

Kajian finansial di dalam perencanaan trayek adalah salah satu

bentuk perlindungan terhadap pengusaha angkutan. Terdapat

bebarapa alternatif analisis untuk mengevaluasi kelayakan usaha.

Namun kesemua jenis analisis selalu melibatkan perhitungan biaya

dan pendapatan operasi, kriteria evaluasi yang banyak dipergunakan

adalah operating ratio, IRR, BCR dan NPV.

KELEMBAGAAN

Aspek kelembagaan juga mesti dikaji dengan cermat, terutama yang

berkaitan dengan pembagian tanggung jawab masing-masing di

dalam pengoperasian angkutan umum. Pembagian tugas siapa yang

menyediakan, siapa yang mengendalikan, siapa yang

mengendalikan, dan bagaimana cara pemantauan operasionalnya

harus dipikirkan dalam perencanaan.

5. PARAMETER KINERJA

SISI PENGGUNA JASA

Frekuensi

Frekuensi mempengaruhi waktu tunggu rata-rata. Penumpang

mengharapkan frekuensi pelayanan yang tinggi hingga waktu

8

Page 9: Manajemen Angkutan Umum

menunggunya rendah, terutama pada saat kebutuhan akan jasa

angkutan memuncak.

5.1.2 Faktor muat

Penumpang lebih senang factor muat yang rendah, yang dapat

diartikan bahwa selalu tersedia tempat duduk bagi mereka, dan

perjalanannya lebih nyaman pada tingkat pemuatan yang rendah.

5.13 Tingkat perpindahan

Penumpang lebih senang dengan tingkat perpindahan moda yang

sedikit, dalam arti bahwa angkutan umum tersaebut memiliki

tingkat aksesibilitas yang tinggi.

5.1.4 Umur rata-rata kendaraan

Kendaraan-kendaraan baru mempunyai beberapa keuntungan

potensial kepada penumpang disbanding kendaraan yang

berumur lebih tua, oleh karena kendaraan baru memungkinkan

untuk memberikan pelayanan yang lebih nyaman, lebih dapat

diandalkan dan lebih aman.

SISI OPERATOR

Kinerja suatu trayek dari sudut pandang operator berkaitan

dengan kelangsungan hidup finansial. Ini akan merupakan suatu

fungsi dari dua factor, yak ni pendapatan dam biaya. Pada

umumnya ukuran kinerja finansial yang lazim digunakan adalah

operating ratio, yak ni pendapatan operasi dinagi biaya

operasional. Namun criteria berikut ini juga dapat dipergunakan

pada tahap awal identifikasi permasalahan angkutan umum dari

segi opearator.

1. Penumpang tiap perjalanan

9

Page 10: Manajemen Angkutan Umum

2. Kemerataan penumpang

3. Pendapatan per penumpang per kilometer

PARAMETER KINERJA ANGKUTAN UMUM REKOMENDASI BANK DUNIA

1. Minimum frekuensi

Rata-rata 3- 6 kendaraan/jam, minimum 1.5-2 kendaraan/jam

2. Waktu tunggu

Rata-rata 5-10 menit, maksimum 10-20 menit

3. Tingkat Perpindahan

Rata-rata 0-1, maksimum 2

4. Waktu perjalanan

Rata-rata 1-1,5 jam, maksimum 2 jam

Konsep Tingkat Pelayanan Transportasi Research Board, USA

Waktu dan jarak berjalan kaki

Tingkat pelayanan Waktu berjalan

kaki

(Menit)

Jarak berjalan kaki

(meter)

A 2 0-100

B 2 - 4 101-200

C 4 – 7.5 201-400

D 7.5 – 12 401-600

E 12 - 20 601-1000

F 20 100

Perpindahan dan waktu tunggu

Tingkat pelayanan Jumlah

perpindahan

Angkutan umum

Waktu menunggu

(menit)

A0 -

B 1 5

C 1 5-10

D 1 10

10

Page 11: Manajemen Angkutan Umum

E 2

F 2

Waktu Menunggu

Tingkat

pelayanan

Waktu menunggu (menit)

8 9-12 13-20 21

A85-100% 90-100% 95-100% 89-100%

B 75-84 80-89 90-94 95-98

C 66-74 70-79 80-89 90-94

D 55-65 60-69 65-79 75-89

E 50-54 50-59 50-64 50-74

F 50 50 50 50

Headway dan Kepadatan penduduk

Tingkat

PelayananKepadatan penduduk/km2

4000 3000-4000

Headway (menit) Headway (menit)

Sibuk Tak sibuk Sibuk Tak sibuk

A2 5 4 9

B 2-4 15-19 5-9 10-14

C 5-9 10-14 10-14 15-19

D 10-14 15-20 15-19 20-29

E 15-20 21-30 20-30 30-60

F 20 30 30 60

Tingkat

Pelayanan

Kepadatan penduduk/km2

2000-3000 750-2000

11

Page 12: Manajemen Angkutan Umum

Headway (menit) Headway (menit)

Sibuk Tak sibuk Sibuk Tak sibuk

A9 14 9 14

B 10-15 15-19 10-14 15-29

C 15-24 20-30 15-24 30-44

D 25-39 31-45 25-39 45-59

E 40-60 46-60 40-60 60-19

F 60 60 60 90

Kepadatan Penumpang

Tingkat

Pelayanan

Kepadatan penduduk

ATempat duduk terpisah dengan sandaran tinggi

B Tempat duduk sejajar membujur per penumpang

minimum 0.46 m2/pnp

C Tempat duduk sejajar melintang per penumpang

minimum 0.46 m2/pnp

D Tempat duduk 0.28 – 0.46 m2/pnp atau factor

muat 100-110%

E Faktor muat 111-125%

F Faktor muat 125 %

Indeks Waktu Perjalanan Thp Kendaraan Pribadi

Tingkat

Pelayanan

Indeks Waktu

Perjalanan

Keterangan

A 2 Indeks waktu perjalanan=

waktu perjalanan

menggunakan angkutan

umum dibagi waktu

perjalanan menggunkan

angkutan pribadi

B2-4

C 4-7.5

D 7.5-12

E 12-20

F 20

12

Page 13: Manajemen Angkutan Umum

6. RANGKUMAN

Meskipun terdapat beberapa ukuran tingkat pelayanan yang

dipergunakan oleh beberapa negara, tetapi pada dasarnya adalah

mengukur tingkat kemudahan dan efisiensi para pengguna jasa, di

samping safety, kenyamanan, dsb.

BAB III

MANAJEMEN PENGELOLAAN ARMADA

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mempelajari pembahasan ini diharapkan peserta memahami

tentang manajemen pengelolaan armada angkutan

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

2.1 Memahami tentang perencanaan angkutan bus

2.2 Memahami tentang penentuan jumlah armada dan pendapatan

berdasarkan waktu perjalanan.

2.3 Memahami tentang route cousting

2.4 Memahami tentang penjadwalan dilihat dari segi pengusaha

3. PENDAHULUAN

Untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien dalam pengoperasian

angkutan umum diperlukan adanya suatu perencanaan operasi angkutan

tersebut, Proses perencanaan operasi tersebut dimulai dengan

merencanakan kapasitas angkut, penetuan jumlah kendaraaan dan

pendapatan, route cousting, penjadwalan bus, kinerja, dan standar

pelayanan.

4. URAIAN MATERI

A. Perencanaan kapasitas angkutan bus

13

Page 14: Manajemen Angkutan Umum

Tahap awal dalam menyususun perencanaan angkutan setipa hari

adalah menentukan kuantitas (jumlah pelayanan) yang dibutuhkan

pada setiap rute atau trayek yang akan dilayani. Penentuan jumlah

bus yang dibutuhkan didasarkan ramalan traffic penumpang

(passenger traffic forecasting) pada setiap rute atau trayek yang

akan dilayani. Dengan mengetahui jumlah kuantitas pelayanan

pada setiap rute, maka dapat diketahui jumlah armada yang

dibutuhkan dan jadwal perjalanan. Kuantitas pelayanan pada setiap

rute adalah besarnya kapasitas rute, yaitu jumlah tempat duduk

yang tersedia setiap jam. Kapasitas rute tergantung pada kpasitas

bus dan frekuensi. Misalnya bus dengan kapasitas 55 tempat duduk

dan frekuensi adalah 10 bus setiap jam, maka kapasitas rute adalah

55 x 10 = 550 tempat duduk setiap jam.

B. Penentuan Jumlah Armada dan Pendapatan berdasarkan

Waktu perjalanan

1. Arti penting dari Waktu perjalanan (Running time)

Efisiensi dari pelayanan angkutan umum adalah suatu fungsi

dari banyak faktor, antara lain adalah waktu bepergian

(journey time). Waktu perjalanan adlah waktu yang digunakan

oleh bus untuk melakukan perjalanan dari awal

pemberangkatan rute sampai tujuan akhir. Waktu perjalanan

merupakan fungsi dari panjang rute, jadi semakin panjang rute

maka waktu perjalanan semakin lama. Waktu perjalanan juga

merupakan fungsi dari kecepatan rata-rata kendaraan. Banyak

faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan rata-rata

kendaraan, seperti:

Jarak pemberhentian bus

Jumlah penumpang per trips

Waktu naik dan turun rata-rata per penumpang

Keadaan jalan

Perilaku pengemudi

Banyaknya tanjakan

Kemacetan lalu lintas, dll

Bagi operator waktu perjalanan adalah sangat penting karen

berpengaruh langsung terhadap kelayakan finansial hasil

14

Page 15: Manajemen Angkutan Umum

pelayanan yang diberikan. Kita coba melihat bagaimana

hubungan antara waktu perjalanan dengan biaya modal

melalui contoh yang sederhana:

Rute I dari A ke B dilayani oleh perusahaan X

Berdasarkan hasil survai, perusahaan X telah

memutuskan untuk mengoperasikan bus dengan frekuensi

rata-rata 12 bus per jam

Dari data operasi, manajemen perusahaan X mengetahui

bahwa waktu perjalanan yang diperlukan pada rute I adalah

20 menit, disamping itu waktu singah pada setiap terminal

adalah 5 menit.

Berdasarkan data di atas dapat, sekarang dapat dihitung .julah

bus yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan dengan

frekuensi 12 perjalanan per jam

Formula yang digunakan:

Waktu perjalanan (menit) bolak-

balik

Jumlah bus yang diperlukan =

Headway (waktu antara

kendaraan)

Waktu perjalanan bolak-balik (round trips time) pada

rute I dihitung sebagai berikut:

Waktu perjalanan (A ke B) + waktu singgah di B + waktu

perjalanan dari (B ke A) + waktu singgah di A, yaitu:

20 + 5 + 20 + 5 = 50 menit

Headway dihitung sebagai berikut:

60 menit

Frekuensi (perjalanan bus/ jam)

Untuk rute 1

15

Page 16: Manajemen Angkutan Umum

Headway = 60 menit / 12 menit = 5 menit

Dari perhitungan di atas, jumlah armada yang

dibutuhkan untuk pelayanan Rute 1:

Waktu perjalanan bolak-balik = 50 menit = 10 bus

Headway 5 menit

Jadi untuk melayani rute I dengan frekuensi 12 perjalanan

bus per jam, perusahaan X harus melakukan investasi

paling tidak 10 bus.

Sekarang diteliti bagaimana pengaruh perubahan

waktu perjalanan, misalnya karena meningkatnya

kemacetan lalu lintas, waktu perjalanan rata-rata pada

bus rute I menjadi lebih lama, dari 20 menit menjadi 30

menit.

Perubahan tersebut mengakibatkan waktu

perjalanan bolak- balik naik menjadi 70 meit, yang

diperoleh dari:

Waktu perjalanan (A-B) 30 menit

Waktu singah di B 5 menit

Waktu perjalanan (B-A) 30 menit

Waktu singgah di A 5 menit +

70 menit

Untuk mempertahankan agar frekuensi

pelayanan tetap ( 12 perjalanan bis per jam), dengan

interval yang sama (5menit), maka diperlukan penyediaan

bus

Waktu perjalanan bus bolak balik = 70 = 14 bus

Interval 5

Ini berarti, kenaikan waktu pejalalan dari 20 menit

menjadi 30 menit karena kemcetan mengakibatkan

peningkatan jumlah bus yang dipelukan 4 lebih banyak

untuk mempertahankan frekuensi pelayanan yang tetap.

2. Spesifikasi pelayanan

16

Page 17: Manajemen Angkutan Umum

Tahap pertama dalam menentukan pelayanan adalah

menspesifikasikan frekuensi pelayanan yang didasarkan pada

permintaan untuk pelayanan itu untuk jam sibuk pagi hari.

Dari data survai ditemukan bahwa jumlah penumpang yang

ingin mengadakan perjalanan pada rute I selama waktu sibuk

pada pagi hari berjumlah 500 penumpang tiap jam.

Permintaan untuk perjalanan keluar pada rute I selama waktu

sibuk pagi hanya 100 orang tiap jam. Kapasitas setiap

kendaraan adalah sebesar 25 penumpang. Dengan demikian,

frekuensi yang diperlukan untuk mengangkut 500 penumpang

masuk tiap jam pada rute I adalah :

500 penumpang per jam = 20 bus tiap jam

25 penumpang per bus

langkah berikutnya asalah mengubah frekuensi ke headway,

sebagai berikut :

Headway = 60 menit = 60 menit = 3 menit

Frekuensi (bus/jam) 20 bus/jam

Tahap berikutnya adalah menghitung round trip time (RTT)

rute I. Dalam round trip time ada 2 komponen yaitu waktu

perjalanan (running time) dan waktu singgah (lay over time).

Running time adalah fungsi panjang rute dan kecepatan rata –

rata.

Panjang rute I adalah 6 km dan kecepatan rata – rata

kendaraan adalah 30 km tiap jam.

Lamanya running time adalah :

Running time = panjang rute ( km ) x 60 menit

Kecepatan rata – rata (km/jam)

= 6 km x 60 menit = 12 menit

30 km/jam

Waktu singgah 3 menit pada setiap terminal. Menghitung

round trip time (RTT) adalah :

17

Page 18: Manajemen Angkutan Umum

RTT = (Running time + lay over time ) x 2

= ( 12 menit + 3 menit ) x 2

= 30 menit

Jumlah bus yang diperlukan untuk mendapatkan frekuansi

dirinci dari 20 bis tiap jam adalah :

jumlah yang diperlukan = RTT

Head way

= 30 = 10 bus

3

3. Waktu Perjalanan dan Pendapatan

Suatu perusahaan X memutuskan untuk menyelenggarakan

pelayanan angkutan bus pada rute I dengan frekuensi 12

perjalanan bus/jam untuk tiap arah. Bertolak dari anggapan tiap

bus mengangkut 50 penumpang untuk tiap perjalanan maka

jumlah penumpang tiap jam pada rute I :

Dari A ke B : 50 pnp x 12 perjalanan/jam= 600 pnp

perjalanan/jam

Dari B ke A : 50 pnp x 12 perjalanan/jam= 600 pnp

perjalanan/jam Jumlah =

1.200 pnp perjalanan/jam

Anggaplah bahwa tarif dasar yang berlaku pada rute tersebut,

yaitu Rp 200 per penumpang pejalanan, maka pendapatan per

jam :

1200 pnp perjalanan/jam x Rp 200/penumpang perjalanan = Rp

240.000/jam

Dengan waktu perjalanan pada rute I sama dengan 20 menit,

jumlah bus yang diperlukan untuk melayani rute I adalah 10 bus.

Jadi pendapatan rata – rata bus per jam :

Rp 240.000/jam : 10 bus = Rp24.000 per bus perjam

18

Page 19: Manajemen Angkutan Umum

Tetapi, bila waktu perjalanan meningkat menjadi 30 menit,

jumlah bus yang diperlukan untuk melayani frekuensi yang sama

( 12 bus/jam) naik menjadi 14 bus.

Dengan anggapan bahwa permintaan angkutan penumpang

tidak berubah yaitu 1200 pnp/jam, pendapatan seluruhnya pada

rute I perjam akan tetap, jadi pendapatan rata-rata per bus per

jam akan berkurang.

Rp.240.000/jam : 14 bus = Rp.17.143 per bus per jam

Dari hasil perhitungan waktu perjalanan dan pendapatan bus

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

Waktu perjalanan memepunyai kaitan

yang sangat erat dengan kelangsungan hidup secara finansial

dari pelayanan angkutan umum

Waktu perjalanan meningkat , maka jumlah armada

untuk memberikan pelayanan tertentu (frekuensi) akan lebih

banyak

Dengan demikian biaya modal dan biaya operasi akan

meningkat sedangkan pendapatan per bus per jam akan turun

Dalam hal efisiensi sistem angkutan, jika kemacetan

lalu lintas dapat dikurangi, kecepatan akan meningkat yang

selanjutnya akan mengurangi waktu perjalanan untuk operator

angkutan umum sehingga investasi modal dalam kendaraan

akan berkurang dan biaya operasi kendaraan juga berkurang.

Efisiensi sistem angkutan jalan dapat menghasilkan

manfaat untuk umum dalam hal,

Waktu bepergian (journey time yang lebih pendek)

Tarif yang lebh rendah

C. BIAYA TRAYEK ( ROUTE COSTING)

Route costing adalah alat manajemen yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dan bagi Pemerintah route costing

dipergunakan dalam proses perencanaan jaringan rute multi moda

secara Nasional.

Ada beberapa tujuan dari perhitungan biaya trayek (route

costing). Pertama , untuk memungkinkan diperkirakannya biaya

19

Page 20: Manajemen Angkutan Umum

per trayek, sehingga dapat dihitung besarnya keuntungan atau

kerugian perusahaan. Perhitungan ini merupakan suatu indikator

bagi manajemen mengenai prestasi keuangan dari trayek

tersebut.

Tujuan kedua, perhitungan biaya trayek adalah untuk menunjukan

bagaimana biaya-biaya terjadi pada masing-masing trayek,

terutama biaya yang tergantung pada jarak, biaya kendaraan,

biaya awak kendaraan, dam biaya over head yang dialokasikan

pada trayek, tujuan ketiga , adalah untuk mengetahui struktur

biaya.

Kegunaan utama route costing adalah peranannya dalam proses

perencanaan trayek, Setelah mengetahui perkiraan demand pada

trayek yang direncanakan dan menghitung jumlah kebutuhan

kendaraan serta menyusun jadwal operasi, akan dapat dihitung

perkiraan pendapatan dan biaya dengan metode route costing

sehingga terhindar dari pengajuan usul yang salah kepada

Pemerintah atau menerima saja penunjukan trayek yang merugi.

Bagi Pemerintah, route costing penting tidak hanya untuk

mengetahui apakah trayek yang direncanakan merupakan trayek

sosial atau memerlukan subsidi, tetapi juga penting dalam rang ka

pembinaan perusahaan-perusahaan angkutan, yaitu dengan route

costing akan diketahui tarif yang wajar untuk trayek tersebut,

sekiranya diperlukan subsidi atau tidak. Dengan route costing

Pemerintah juga dapat menentukan sebaiknya jumlah armada

yang beroperasi untuk mencapai suatu tingkat mutu pelayanan

dan operating ratio tertentu yang dihubungkan dengan subsidi

yang diperkirakan.

Sumber data

Data yang diperlukan untuk menghitung route costing

biasanya didasarkan pada laporan bulanan yang mencakup

data keuangan dan operasional, data yang dipergunakan

tersebut merupakan hasil operasi bus pada trayek yang

volume produksinya terukur dengan benar, data tersebut

meliputi, data pendapatan, biaya operasi , dan volume

produksi.

Pendapatan

20

Page 21: Manajemen Angkutan Umum

Data yang diperlukan adalah data pendapatan yang diperoleh

pada setiap trayek. Untuk trayek yang masih direncanakan

pendapatan dihitung dari hasil perkiraan jumlah penumpang

dengan tarif.

Biaya

Dalam mengoperasikan bus atau kendaraan dikeluarkan

sejumlah biaya yang meliputi:

Biaya Bahan Bakar, Olie, ban

Biaya ini dinyatakan secara sederhana dalam rupiah per km

Biaya awak bus

Kalau tidak terdapat laporan yang memperlihatkan jumlah

pengemudi dan kondektur yang bekerja pada masing-

masing trayek pada tanggal tertentu, maka dapat ditaksir

melalui jumlah bus yang beroperasi dikalikan jumlah awak

bus per shift, untuk menghitung biaya pengemudi dan

kondektur, baik yang bgeroperasi maupun cadangan, libur,

sakit, dll, dipergunakan angka faktor sebagai berikut:

Jumlah pengemudi yang dibayar

Jumlah pengemudi yang beroperasi

Untuk pengemudi dan kondektur, faktor tersebut dihitung

secara terpisah. Oleh karena itu, jumlah pengemudi per hari

pada suatu trayek tertentu sebagai berikut:

2 x jumlah bus x faktor pengemudi

Demikian pula jumlah kondektur. Kalau setiap bus

menggunakan dua kondektur, perhitungannya sebagai

berikut:

4 x jumlah bus x fakto kondektur

Jumlah bus adalah rata-rata per shift dalam suatu bulan

bibagi jumlah hari

dalam satu bulan itu. Biaya awak bus kemudian merupakan

perkalian antara rata-rata jumlah pengemudi yang bekerja

21

Page 22: Manajemen Angkutan Umum

pada trayek itu dengan biaya-biaya seperti gaji, tunjangan

kerja operasi,dan lain-lain.

Biaya penyusutan (interest) atas

kendaraan

Umur kendaraan bus single decker dihitung lima tahun ,

double decker sepuluh tahaun, secara sederhana biaya

penyusutan dengan memperhitungkan bunga dihitung

dengan menggunakan runus capital recovery faktor

Keterangan : i = suku bunga

n = jumlah tahun

= harga bus

Biaya penyusutan dan bunga atas bus dinyatakan dalam

angka biaya per bulan per bus

Misalnya :

- Harga bus dihitung Rp. 80.000.000,- per buah

- Bunga 15% per tahun

- Jangka waktu pengembalian empat tahun

maka penyusutan bus per tahun adalah:

= 0.349 x 80.000.000 = Rp.27.920.000

Biaya perawatan dan perbaikan

Biaya ini dihitung atas dasar km-bus operasi, karena

pekerjaan perawatan bus dilakukan atas dasar jumlah

km-bus operasi

Biaya Asuransi

Biaya asuransi per bus per bulan diperoleh dengan cara

membagi total biaya asuransi per bus dibagi dua belas

bulan.

22

Page 23: Manajemen Angkutan Umum

Biaya Overhead

Biaya overhead diperlukan untuk dialokasikan pada

trayek-trayek, dasar pengalokasian overhead kepada

trayek-trayek selalu sedikit bebas.Pada pembahasan ini

overhead dialokasikan atas dasar jumlah bus operasi

pada suatu rute.

Biaya bukan overhead lainnya

Pajak, izin-izin, biaya pengujian dan surat jalan

dijumlahkan menjadi satu, dan dinyatakan sebagai

angka biaya per bus. Bermacam-macam biaya lainnya

dinyatakan sebagai biaya per km-bus operasi

a. Perhitungan biaya trayek

Beberapa angka biaya dinyatakan sebagai suatu biaya per

kilometer-bus, sebagi biaya per bus, dan sebagai perhitungan

biaya trayek. Biaya masing-masing kategori dikelompokan

bersama-sama untuk mendapatkan parameter besarnya trayek,

berdasarkan pada:

Biaya per kilometer bus

Biaya per bus (tidak termasuk overhead) per bulan

Biaya per bus (termasuk overhead) per bulan

Biaya per pengemudi per bulan

Biaya per kondektur per bulan

1. Biaya Langsung

Biaya kilometer dan biaya bus disebut juga biaya langsung

karena kedua jenis biaya tersebut merupakan biaya yang

harus dikeluarkan agar bus-bus dapat dioperasikan sebagai

pelayanan jasa angkutan umum. Biaya overhead disebut

biaya tak langsung karena merupakan biaya agar usaha

pengoperasian bus dapat berjalan dengan baik.

2. Volume Produksi

Volume produksi menunjukan besarnya produksi yang

dihasilkan oleh perusahaan bus untuk melayani kebutuhan

angkutan umum. Hal ini meliputi:

23

Page 24: Manajemen Angkutan Umum

Bus-bus yang siap melaksanakan operasi yang umumnya

dinyakan dalam bus-hari (merupakan kumulatif jumlah

bus yang beroperasi selama satu bulan)

Kilometer yang dihasilkan oleh bus-bus yang beroperasi

selama satu bulan

Penumpang yang dapat diangkut oleh bus-bus yang

beroperasi selama satu bulan.

Dalam perhitungan route costing, data penumpang yang

terangkut tidak diperlukan, tetapi dapat dipergunakan untuk

analisis lainnya , misalnya menghitung rasio.

b. Identifikasi Masalah Route Costing

Masalah dasar yang umumnya terjadi adalah pengoperasian

trayek yang tidak mencapai sasaran. Hal ini mungkin terjadi

karena kegagalan mencapai keuntungan (profit) yang

ditargetkan atau beberapa kriteria biaya . Upaya untuk

mencapai keuntungan dapat ditunjukan dengan menghitung

nilai operating ratio, yaitu perbandingan biaya terhadap

pendapatan.

1. Key ratio

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah

trayek adalah menghitung key ratio untuk setiap trayek.

Pendapatan dan biaya dibandingkan terhadap produksi

kilometer, produksi bus-hari, dan penumpang yang terangkut.

Key ratio

Trayek bulan

penumpang pendapatan penumpang pendapatan

a b a b a b a b

Per kilometer

Per bus-hari

Per

penumpang

24

Page 25: Manajemen Angkutan Umum

Kolom a : Bagilah jumlah penumpang, pendapatan, biaya dan bus-hari

dalam satu bulan dengan jumlah kilometer, bus dan penumpang

dalam bulan. Masukkan hasil pembagian tersebut ke dalam kolom

yang tersedia.

Kolom b : Bandingkan nilai-nilai dalam kolom a dengan nilai standar. Artinya

nilai-nilai dalam kolom a dan dinyatakan dalam persen.

2. Standar

Diperlukan beberapa standar ratio untuk dibandingkan

dengan key ratios dari setiap trayek. Standar ini dapat

ditentukan melalui tiga cara :

a. Dengan menghitung nilai rata-rata untuk cost centre.

Trayek-trayek yang hasilnya jelek dari nilai rata-rata dapat

dilihat dan selanjutnya dicarikan pemecahan masalahnya.

Kelemahan metode ini adalah kalau pada cost centre itu

sendiri ada masalah, maka masalah tersebut tidak dapat

diidentifikasikan dengan cara ini. Misalnya kalau yang

digunakan bus bertingkat semua (double deck) dan

biayanya tinggi, hal ini tidak akan terlihat sebagai

kelemahan.

b. Dengan cara menghitung dan menetapkan suatu target

teoritas yang akan dicapai. Cara ini berupa suatu

keharusan, yakni standar itulah yang harus dicapai.

Biasanya standar tersebut merupakan target yang ingin

dicapai dan merupakan perkiraan yang objektif tentang

posisi yang mungkin dicapai dalam bulan itu. Selanjutnya

standar atau posisi yang ingin dicapai tersebut dapat

dinaikkan secara teratur dalam jangka waktu tertentu.

c. Dengan menggunakan standar yang ditetapkan pihak lain.

Bank Dunia mempunyai standar untuk pelayanan bus-bus

kota. Standar bank Dunia tersebut mencakup penilaian

aspek-aspek kinerja yang lebih luas daripada yang sedang

dipertimbangkan disini.

Sebaiknya dimulai dengan penggunaan standar type a,

karena standar tersebut masih dalam kontrol.

25

Page 26: Manajemen Angkutan Umum

Bila “key ratio”yang lemah sudah ditemukan, anda perlu

menemukan penyebab dari kelemahan tersebut.

Penyebab-penyebabnya supaya dibedakan dengan melihat

apakah penyebab tersebut berada dalam pengendalian atau

tidak.

Hampir semua penyebab merupakan campuran dari yang

dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan, tetapi

tentunya ada yang lebih dominan antara yang satu dengan

yang lain. Suatu check list dari beberapa penyebab yang

umumnya menjadi permasalahan di Indonesia adalah sebagai

berikut :

(1) Yang umumnya dibawah kendali pengusaha bus :

(a) Dimensi (ukuran) bus yang tidak sesuai dengan

permintaan (demand).

(b) Tata guna lahan menciptakan permintaan akan jasa

angkutan yang mungkin saja terlalu tinggi atau terlalu

rendah untuk menghasilkan keuntungan atau kerugian.

(c) Persaingan dapat dilegalisasi.

(d) Upaya-upaya lalu lintas yang mengakibatkan

meningkatnya biaya.

(e) Trayek-trayek yang tumpang tindih meningkatkan biaya.

(f) Pengemudi dan kondektur gagal menyelesaikan waktu

dinasnya, meningkatkan rasio biaya, dan mengurangi

penghasilan.

(g) Tarif tetap yang berlaku pada trayek-trayek yang

panjang mengurangi pengahsilan per kilometer.

(2) Yang umumnya tidak dapat dikontrol pengusaha bus :

(a) Kemacetan lalu lintas mengurangi kecepatan jelajah

sehingga meningkatkan biaya.

(b) Tata guna lahan menciptakan permintaan akan jasa

angkutan yang mungkin saja terlalu tinggi atau terlalu

rendah untuk menghasilkan keuntungan/kerugian.

(c) Persaingan dapat dilegalisasi.

26

Page 27: Manajemen Angkutan Umum

(d) Upaya-upaya lalu lintas yang mengakibatkan

meningkatnya biaya.

Tidak ada formula untuk memilih yang terbaik untuk

memcahkan masalah. Hal ini tergantung pada pengetahuan dan

pengalaman kita. Adalah benar jika dinyatakan bahwa dua orang

bersama dapat mengemukakan lebih banyak ide yang baik

daripada secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kami

mengusulkan kepada anda untuk dapat melaksanakan proses

dasar ini secara berkelompok daripada secara individu.

Pilihan yang ada dapat dibagi menjadi empat kategori :

(1) mengubah volume pelayanan yang ditawarkan;

(2) mengubah jumlah penumpang sehingga dapat meningkatkan

pendapatan;

(3) mengubah efisiensi, sehingga mengurangi biaya;

(4) mengubah trayek-trayek yang tidak berpotensi.

Ringkasan penjelasan diatasa adalah sebagai berikut :

(1) Volume pelayanan

(a) mengubah headway ;

(b) mengubah panjang trayek ;

(c) mengubah lamanya hari/minggu operasi;

(d) mengubah ukuran bus.

(2) Jumlah penumpang dan pendapatan

(a) menaksir perubahan-perubahan akibat kecenderungan

sosial (social trends) yaitu :

- perubahan populasi ;

- peningkatan peningkatan penduduk

- perubahan tata guna lahan

(b) mengubah trayek untuk melayani peningkatan kebutuhan

angkutan.

(c) Mengubah trayek untuk melayani peningkatan kebutuhan

angkutan.

27

Page 28: Manajemen Angkutan Umum

(d) Memperbaiki keteraturan keteraturan headway dan jumlah

rit.

(e) Subsidi dari pemerintah untuk trayek-trayek yang tidak

menguntungkan tetapi harus dilayani atau untuk trayek-

trayek dengan tarif yang telah ditentukan.

(f) Memindahkan bus-bus ke daerah yang permintaan jasa

angkutannya tinggi.

(g) Mengurangi kebocoran pendapatan

(h) Mengubah kualitas pelayanan, yaitu kenyamanan,

kecepatan, keselamatan dan keamanan.

3) Upaya-upaya efisiensi

(a) menggabungkan trayek-trayek yang mungkin untuk

digabung sehingga produksi kilometer kosongnya dapat

dikurangi khususnya di pusat kota,

(b) meningkatkan jumlah penumpang yang dapat terangkut

(c) mengubah rit-rit pada awal dan akhir keberangkatan,

sehingga kilometer kosongnya dapat dikurangi,

(d) meningkatkan jumlah rit-rit per shift kedua

(e) mengusulkan upaya-upaya manajemen lalu lintas untuk

meningkatkan kecepatan operasi,

(f) pada trayek-trayek yang permintaan angkutannya rendah

dapat dilayani hanya dengan satu kondektur.

4) Upaya-upaya lainnya

(a) mengubah sistem perawatan kendaraan menjadi

perawatan pada malam hari, sehingga meningkatkan

ketersediaan bus dalam operasi (siap operasi= SO)

(b) pertimbangan upaya-upaya produktif untuk meningkatkan

hasil.

5) Menyusun daftar sederhana (short list)

Catatan yang berisikan pilihan-pilihan yang relevan dapat

dilengkapi dan disederhanakan dengan menanyakan pada diri

kita masing-masing sejumlah pertanyaan berikut.

(a) Pengaruh apa yang diberikan oleh pilihan-pilihan

tersebut ? cukup berpengaruh atau tidak

28

Page 29: Manajemen Angkutan Umum

(b) Sampai pada tingkat mana pilihan-pilihan tersebut dapat

kita kontrol dan berada dibawah wewenang kita ?

(c) Berapa lama waktu yang digunakan untuk

merencanakan dan melaksanakannya.

(d) Sumber-sumber apa yang terkait dan memudahkan kita

mendapatkannya.

Penggunaan informasi route costing akan membantu kita untuk

menetapkan pilihan-pilihan. Sekarang kita dapat

menghapuskan beberapa pilihan yang kita nilai kurang baik

dan memprioritaskan pada beberapa pilihan lainnya yang kita

nilai baik, yang ada di dalam chect list. Pilihan-pilihan dapat

diprioritaskan bila:

(a) banyak akibat positif yang dapat ditimbulkannya

(b) semakin besar kewenangan kita untuk mengontrolnya

(c) pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat

(d) tidak banyak memerlukan sumber daya

D. PENJADWALAN BUS

Penjadwalan adalah tugas untuk memastikan bahwa bus yang

dijadwalkan telah disediakan dengan cara yang paling efisien. Ini

menyangkut penjadwalan tugas dari dua sumber khusus:

1) bus

2) awak bus

Bus membutuhakan modal besar dan biaya terkait lainnya. Agar

efisien operator harus berusaha memperkecil jumlah bus yang

dapat diperlukan untuk mengoperasikan pada setiap pelayanan.

Awak bus merupakan bagian yang besar dari jumlah biaya

operasi. Pengoperasian bus merupakan industri padat karya.

Untuk menjadi efisien, operator harus berusaha memperkecil

jumlah awak bus yang diperlukan.

Penjadwalan bus adalah proses menyeluruh yang mencakup

perencanaan operasi pelayanan bus dengan memperkecil jumlah

bus yang diperlukan, termasuk awak bus yang diperlukan. Dalam

hal ini terdapat empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu:

(a) pembuatan daftar perjalanan

29

Page 30: Manajemen Angkutan Umum

(b) kompilasi penjadwalan bus

(c) kompilasi penjadwalan awak bus

(d) kompilasi daftar nama awak bus

Ada hubungan yang erat antara menentukan perjalanan apa yang

perlu dioperasikan, yaitu pembuatan daftar perjalanan dan

bagaimana perjalanan dilakukan. Waktu perjalanan dalam daftar

perjalanan, umpamanya, bertepatan dengan waktu perjalanan

(running time) secara operasional dalam jadwal bus.

a. Pembuatan daftar perjalanan

Daftar perjalanan adalah bagian yang penting dari apa yang

disebut prinsip-prinsip pengoperasian yang dijadwalkan.

Daftar perjalanan umum harus harus mempunyai semua

informasi yang perlu tentang pelayanan bus khusus dan akan

memberitahukan beberapa hal:

- pelayanan yang harus dioperasikan secara rinci

- headways

- waktu frekuensi berubah

- waktu keberangkatan dan waktu tiba di terminal-

terminal dan tempat-tempat penting sepanjang rute,

- waktu perjalanan.

b. Kompilasi Jadwal bus

Setelah menentukan tipe pelayanan yang diperlukan, adalah

tugas pengumpul jadwal untuk memastikan bahwa semua

perjalanan yang direncanakan bersumber dengan cara paling

efisien dan hemat. Ini berarti bahwa ia memperkecil jumlah bus

dalam pelayanan setiap waktu dengan menjaga kelebihan

waktu singgah (layover) pada angka paling rendah.

Ada tiga hal yang paling penting yang perlu kita

pertimbangkandalam running time, yaitu:

1) service “running time”

adalah suatu kelonggaran pengoperasian perjalanan dalam

pelayanan untuk mengangkut penumpang antara dua

tempat.

2) dead “running tome”

30

Page 31: Manajemen Angkutan Umum

walaupun sebagian besar perjalanan dioperasikan untuk

service running time, sering terdapat keperluan selama

proses menggerakan bus secara cepat kemana diperlukan.

3) layover time

adalah waktu yang diperlukan yang dapat ditambahkan

pada akhir perjalanan, atau ditengah perjalanan yang

panjang, yang dipergunakan untuk mengatur operasi dan

memberikan kesempatan untuk awak kendaraan untuk

istirahat

31