Malaria

44
PR MALARIA

description

malaria

Transcript of Malaria

PR

MALARIA

BAGAIMANA CARA MENGHITUNG PARASIT

DALAM DARAH?

APUSAN DARAH TEBAL Alat Diagnosa

Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit dengan

pembesaran 700 – 1000 kali.

APUS DARAH TIPIS

Identifikasi jenis plasmodium

Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.

Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s atau Fields dan juga Romanowsky.

PREPARAT APUS DARAH TIPIS

Gambar Apus Darah

Tipis: Stadium darah

parasit

1 : Eritrosit Normal

2-18 : Tropozoit

2-10 : Tropozoit

stadium cincin

19-26 : Skizon

26 : Skizon ruptur

27,28 : Makrogametosid

matur (♀)

29, 30 : Mikrogametosid

matur (♂).

Semi Kuantitatif

(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)

(++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)

(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)

Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %

Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %

Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %

Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada

sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah

tipis (eritrosit).

Rumus:

Parasit / ul darah = (jumlah parasit yang dihitung x

8000)/(jumlah leukosit yang dihitung)

Contoh :

Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan

jumlah lekosit 8.000/uL maka hitung parasit =

1500 parasit x 8000 / 200 = 60.000 parasit/uL.

Rumus:

Parasit / ul darah = (jumlah parasit yang dihitung x

4.500.000) / (jumlah eritrosit yang dihitung)

Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%.

Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit

= 50 parasit x 4.500.000 / 1000 = 225.000 parasit/uL.

SEKUESTRASI, SITOADHERENSI,

ROSETTING,

Sekuestrasi

•Tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh

Sitoadherens

• Ikatan antara eritrosit terinfeksi parasit dengan endotel vaskuler, terjadi karena pada eritrosit terinfeksi parasit akan timbul tonjolan-tonjolan pada permukaannya yang disebut Knob. Pada tonjolan tersebut terdapat berbagai protein seperti HRP-1, PfEMP-1, PfEMP-2 (MESA). Protein PfEMP-1 pada knob dan / atau pfalhesin / sekuesterin akan berikatan dengan molekul adhesi pada endotel pembuluh darah yaitu CD 36, ICAM-1, ELAM-1 (E-selektin ), VCAM-1, trombospondin, kondroitin sulfat (CSA) .

Rosetting •Eritrosit terinfeksi parasit melalui protein rosetin, HSP-1 atau PfEMP-1 juga dapat saling berikatan dengan protein complement receptor 1 (CR1), CD 36, atau glikoprotein golongan darah A pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi parasit untuk membentuk roset, prosesnya disebut roseting.

•Rosetting adalah perlekatan antara satu buah eritrosit parasit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit sehingga berbentuk seperti bunga. Rosetting berperan dalam terjadinya obstruksi mikrovaskular.

INDIKASI PULANG

Keadaan umum baik dan komplikasi

teratasi

PEMANTAUAN RESPON PENGOBATAN

RAWAT INAP

• Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak ditemukan parasit aseksual dalam darah selama 3 hari berturut-turut. Setelah pasien dipulangkan harus kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan obat anti malaria.

RAWAT JALAN

• Pemantauan dilakukan pada : hari ke-2, hari ke-3, hari ke-7, hari ke- 14 dan hari ke-28 setelah pemberian obat hari pertama, dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Apabila terjadi perburukan gejala klinis sewaktu-waktu segera kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan.

KRITERIA KEBERHASILAN

PENGOBATAN

Sembuh

Gejala klinis (demam) hilangdan parasit aseksual tidak ditemukan pada hari

ke-4 pengobatan sampai dengan hari ke-28

Gagal pengobatan dini/ Early treatment failure

Menjadi malaria berat pada hari ke-1 sampai hari ke-3

dengan parasitemia

Hitung parasit pada hari ke-2 > hari ke-0

Hitung parasit pada hari ke-3 >

25% hari ke-0

Ditemukan parasit aseksual dalam hari ke-3 disertai demam

Gagal Pengobatan kasep/

Late treatment failure

a. Gagal Kasep Pengobatan Klinis dan parasitologis

(1) Menjadi malaria berat pada hari ke-4 sampai ke-28 dan parasitemia

(2) Ditemukan kembali parasit aseksual antara hari ke-4 sampai hari ke-28 disertai demam

b. Gagal kasep ParasitologisDitemukan kembali parasit aseksual dalam hari ke-7, 14, 21 dan 28 tanpa demam

PENATALAKSANAAN

[

Terapi suportif

IVFD D5 ¼ NS kebutuhan cairan 1100 cc, gtt 12

Terapi Simptomatik

Observasi Hb anak, apabila anak kembali pucat, dengan Hb <7,9 gr/dl, berikan transfusi PRC sesuai kebutuhan anak.

Terapi edukatif

Menasehati ibu agar lebih memperhatikan lingkungan, mencegah gigitan nyamuk saat malam hari dengan menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, cairan anti nyamuk, dan menjelaskan kepada ibu bahwa sakit malaria ini diperantai oleh nyamuk sehingga pergertian

CARA PEMBERIAN TRANSFUSI

(Hb yang diinginkan – Hb sekarang) x 4 x BB=

(11 – 2,3) x 4 x 12 = 417, 6 cc

Cara pemberian:

Karena Hb < 5g%, maka pertama diberi 5 cc/kgBB/12 jam

I = 5cc x 12kg = 60 cc / 12 jam

II = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam

III = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam

IV = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam

Pemberian transfusi selama 3-4 jam

RISIKO TRANSFUSI DARAH

REAKSI AKUT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:

Reaksi ringan:

pruritus, urtikaria dan rash hipersensitivitas ringan.

Reaksi sedang berat:

gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, dan nyeri kepala. hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat

reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit) kontaminasi pirogen dan/atau bakteri

Reaksi membahayakan nyawa:

gelisah, nyeri dada, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dispnea, takikardia, hemoglobinyria,

tanda kaku otot, demam lemah

RISIKO TRANSFUSI DARAH

REAKSI AKUT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:

Reaksi anafilaksis

Kelebihan cairan

Hemolisis intravaskular akut

Cedera paru akut akibat transfusi

RISIKO TRANSFUSI DARAH

REAKSI LAMBAT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:

Reaksi hemolitik lambat: 5-10 hari demam, anemia, ikterik, hemoglobinuria

Purpura pasca transfusi: 5-10 hari biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.0000/ul

Penyakit graft-versus host

Demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, timbul 10-12 hari setelah transfusi

Kelebihan besi

Pada pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi

besi dalam tubuhnya (hemosiderosis)

RISIKO TRANSFUSI DARAH

PENULARAN INFEKSI

Transmisi HIV

Virus hepatitis B & C

Kontaminasi bakteri

Kontaminasi parasit

MEKANISME TERJADINYA MALARIA RELAPS

Akhir fase

praeritrosit skizon

pecah

merozoit keluar dan

masuk ke dalam

peredaran darah

aktif kembali dan

mulai dengan

skizogoni eksoeritrosit

sekunder.

Pada P.vivax dan

P.ovale sebagian

sporozoit yang

menjadi hipnozoit s

Sebagian besar

menyerang eritrosit

yang berada di

sinusoid hati tetapi

beberapa di

fagositosis.

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN RELAPS

Tidak efektifnya respon imun dari penderita.

Pengobatan yang tidak sempurna

Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang

Terjadinya penyakit akan menimbulkan

respon imun dari hospes yaitu

dengan adanya reaksi radang.

Terjadinya relaps berkaitan dengan

rendahnya titer antibodi.

Respon imun terhadap malaria

bersifat spesies spesifik, seseorang

yang imun terhadap P.vivax akan terserang

penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh P.falciparum.

PRIMAKUIN

Tablet mengandung 15 mg primakuin basa

Primakuin merupakan senyawa 8 aminokuinolin yang sangat efektif melawan gametosit seluruh spesies

parasit. Obat ini juga aktif terhadap schizon darah P. falciparum dan

P. vivax, tetapi dalam dosis tinggi sehingga harus berhati-hati.

EFEK SAMPING PRIMAKUIN

Anoreksia, mual,

muntah, sakit perut dan kram.

Kejang-kejang atau gangguan kesadaran

Gangguan sistim

hemopoitik

Pada defisiensi

G6PD terjadi hemolisis

• Wanita hamil dan anak <1 tahun

• Penderita defisiensi G6PD

• Penderita dengan aktif reumatoid artritis dan lupus eritematosus

Kontraindikasi:

• Primakuin tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena risiko hemolisis pada fetus yang kemungkinan menderita defisien relatif G6PD.

Penggunaan pada

kehamilan:

NILAI HB NORMAL DARI NEONATUS

Neonatus = 14,5 – 22,5

6 bulan – 6 tahun = 11

6 tahun – 14 tahun = 12

Pria dewasa = 13

Ibu hamil = 11

Wanita dewasa = 12

NILAI HB DI INDIKASIKAN TRANSFUSI

Transfusi sel darah merah pada kadar Hb <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifk lain,

Dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apaila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium

Transfusi pada neonatus dengan gejala hiposia dilakukan bila kadar Hb ≤ 11 g/dl; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (anemia pada bayi prematur), jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.

APAKAH PADA MALARIA PASIFARUM DAPAT

TERKENA MALARIA VIVAX JUGA?

Jawab:

bisa, ini disebut juga infeksi campuran, biasanya 1 spesies yang bisa menimbulakan pola klinis dengan palsifarum yang mendiminai vivax atau sebaliknya. 1 spesies kelompok yang berbeda dapat berkembang karena merozoit dalam hati tidak dibebaskan secara simultan dan skizon eritrsiter tidak semuanya pecah pada saat yang sama.

pada infeksi vivax demam selang sehari, jika kedua spesies yang berkembang maka akan menjadi paroksimal tiap hari, pada malaria palsifarum demam intermiten akan terganggu.

APAKAH BISA PADA PENYAKIT MALARIA

PLASMODIUM