Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

11
Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional Nama : Joko Setiawan Mata Kuliah : Jaminan Sosial Kelas/NRP : II-F / 08.04.100 Dosen : Dra. PY. Pella. M. Si BAHAN I INDIKATOR KEMISKINAN BAPPENAS mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective. Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan (the welfare approach) menekankan pada penilaian 1 Jaminan Sosial Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Transcript of Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Page 1: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

Nama : Joko Setiawan Mata Kuliah : Jaminan Sosial

Kelas/NRP : II-F / 08.04.100 Dosen : Dra. PY. Pella. M. Si

BAHAN I

INDIKATOR KEMISKINAN

BAPPENAS mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective.

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan (the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri (Joseph F. Stepanek, (ed), 1985).

Dari pendekatan-pendekatan tersebut, indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari;(1) Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak

(2) Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif

(3) Kurangnya kemampuan membaca dan menulis

(4) Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup

1

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 2: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

(5) Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi

(6) Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah

(7) Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas

(8) dan sebagainya.

Indikator-indikator tersbut dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh BAPPENAS berikut ini;¨ Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.

¨ Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan mandapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi; jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di PUSKESMAS.

¨ Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas, tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung;

¨ Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga;

¨ Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai;

¨ Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air;

¨ Temahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan

2

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 3: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluargannya untuk bekerja di atas tanah pertanian;

¨ Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan, kawasan pesisir, daerah pertambangan dan daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan;

¨ Lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka;

¨ Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut data BPS, rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, maka indikator utama kemiiskinan adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

Lebih dilanjutkan lagi menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (2) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; (4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; (7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; (8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

3

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 4: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

Setelah mengetahui secara jelas pemahaman di atas, mari kita lihat penggambaran sederhana dari Indikator Operasional Kemiskinan :

5 INDIKATOR KPS (Keluarga Pra Sejahtera) :

1. Tidak mampu makan dua kali sehari

2. Tidak mampu mengkonsumsi daging/ikan/telor minimal sekali seminggu

3. Tidak mampu ke sarana kesehatan modern untuk ber KB atau berobat

4. Tidak mampu menyekolahkan anak usia SD dan SLTP

5. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penghasilan tetap

14 INDIKATOR PSE05 – BPS :

1. Luas lantai rumah <8 meter persegi

2. Jenis lantai terluas (tanah/bambu/kayu murahan)

3. Jenis dinding bangunan (bambu/rumbia/ tembok tanpa pelster

4. Fasilitas buang air besar (tidak ada)

5. Sumber air minum

6. Sumber penerangan utama

7. Bahan bakar untuk masak (kayu/arang/minyak)

8. Tidak mampu beli daging/ikan/telur/susu minimal sekali seminggu

9. Makan kurang dari dua kali sehari

10. Tidak mampu membeli pakaian baru minimal satu stel setahun

11. Tidak mampu bayar untuk berobat ke sarana kesehatan modern

12. Luas sawah < 0,5 ha atau pendapatan <Rp.600.000 per rumah tangga per bulan

13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga SD ke bawah

14. Kepemilikian tabungan/aset kurang dari Rp.500.000,-

6 INDIKATOR LOKAL (Kesepakatan Ciloto)

1. Luas lantai 4 m2/jiwa

2. Tidak mampu biayai pengobatan ke sarana kesehatan non-PKM

3. Tidak mampu berKB secara mandiri

4. Penghasilan kurang dari UMP DKI Jakarta/rumah tangga/bulan

4

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 5: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

5. Terdapat anggota keluarga usia 15 tahun ke atas buta aksara latin

6. Terdapat anggota keluarga usia 7-17 tahun tidak/putus sekolah

BAHAN II

Daftar UMR 2008-2009 Tiap Kabupaten

Sebalum kita mengetahui data-data UMR di tiap kabupaten, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai pengertian dari UMR(Upah Minimum Regional) tersebut.

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan.

Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).

Telah jelas digambarkan mengenai pengertian dari Upah Minimum Regional, selanjutnya mari kita bahas mengenai UMR di tiap kabupaten di Indonesia pada tahun 2008 dan 2009.

Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten yang bersangkutan.

Propinsi Kabupaten Sektor 2010 2009 2008

DKI Jakarta Non Kabupaten Non Sektor 0 1069865 972604

Nangroe Aceh Darussalam Kota Banda Aceh Otomotif 0 0 1000000

Jawa Timur Kabupaten Gresik Perdagangan / Jasa 0 0 803652

DI Yogyakarta Non Kabupaten Non Sektor 0 700000 586000

Sumatera Selatan Non Kabupaten Non Sektor 0 824730 743000

Sumatera Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700000

Sumatera Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 822205

Riau Non Kabupaten Non Sektor 0 0 800000

5

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 6: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

Kepulauan Riau Non Kabupaten Non Sektor 0 0 833000

Jambi Non Kabupaten Non Sektor 0 0 724000

Bangka Belitung Non Kabupaten Non Sektor 0 0 813000

Bengkulu Non Kabupaten Non Sektor 0 0 683528

Lampung Non Kabupaten Non Sektor 0 0 678900

Jawa Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 628191 568193

Jawa Barat Kabupaten Bogor Non Sektor 0 0 873231

Jawa Barat Kota Depok Non Sektor 0 0 962500

Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Non Sektor 0 0 763000

Jawa Barat Kota Bekasi Non Sektor 0 0 994000

Jawa Barat Kabupaten Bekasi Non Sektor 0 0 980589

Jawa Barat Kabupaten Sumedang Non Sektor 0 0 886000

Jawa Barat Kabupaten Karawang Non Sektor 0 0 912225

Jawa Barat Kota Bandung Non Sektor 0 0 939000

Jawa Barat Kabupaten Bandung Non Sektor 0 0 895980

Banten Non Kabupaten Non Sektor 0 917500 537000

Banten Kabupaten Tangerang Non Sektor 0 0 953850

Banten Kota Cilegon Non Sektor 0 0 978400

Jawa Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 547000

Nangroe Aceh Darussalam Non Kabupaten Non Sektor 0 0 1000000

Jawa Timur Kota Malang Non Sektor 0 945373 0

Bali Kabupaten Badung Non Sektor 0 0 605000

Bali Kota Denpasar Non Sektor 0 0 800000

Bali Kabupaten Gianyar Non Sektor 0 0 760000

Bali Kabupaten Jembrana Non Sektor 0 0 737500

Bali Kabupaten Karangasem Non Sektor 0 0 712320

Bali Kabupaten Klungkung Non Sektor 0 0 686000

Bali Kabupaten Bangli Non Sektor 0 0 685000

Bali Kabupaten Tabanan Non Sektor 0 0 685000

Bali Kabupaten Buleleng Non Sektor 0 0 685000

Nusa Tenggara Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 730000

6

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 7: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

Nusa Tenggara Timur Non Kabupaten Non Sektor 0 0 650000

Kalimantan Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 645000

Kalimantan Selatan Non Kabupaten Non Sektor 0 0 825000

Kalimantan Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 765868

Kalimantan Timur Non Kabupaten Non Sektor 0 955000 815000

Maluku Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700000

Maluku Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700000

Gorontalo Non Kabupaten Non Sektor 0 0 600000

Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700000

Sulawesi Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 670000

Sulawesi Selatan Non Kabupaten Non Sektor 0 905000 740520

Sulawesi Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 760500

Papua Non Kabupaten Non Sektor 0 0 1105500

Jawa Timur Kota Madiun Non Sektor 0 645000 522750

Bali Non Kabupaten Non Sektor 0 760000 0

Jawa Tengah Kabupaten Boyolali Non Sektor 0 718500 0

Jawa Tengah Kabupaten Brebes Non Sektor 0 575000 0

Jawa Tengah Kota Semarang Non Sektor 0 838500 0

Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo Non Sektor 0 710000 0

Jawa Tengah Kabupaten Sragen Non Sektor 0 687000 0

Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar Non Sektor 0 0 719000

Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri Non Sektor 0 650000 0

Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Non Sektor 0 971624 0

Jawa Timur Kabupaten Blitar Non Sektor 0 570000 0

Jawa Timur Kabupaten Gresik Non Sektor 0 971624 0

Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Non Sektor 0 955000 0

Jawa Timur Kabupaten Sidoarjo Non Sektor 0 955000 0

Jawa Timur Kabupaten Malang Non Sektor 0 954500 0

Jawa Timur Kota Surabaya Non Sektor 0 948500 0

Jawa Timur Kota Batu Non Sektor 0 879000 0

Jawa Timur Kota Kediri Non Sektor 0 856000 0

7

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Page 8: Makul : Jaminan Sosial "Indikator Kemiskinan Dan UMR"

Indikator Kemiskinan dan Upah Minimum Regional

Jawa Timur Kabupaten Kediri Non Sektor 0 825000 0

Jawa Timur Kota Pasuruan Non Sektor 0 805000 0

Jawa Timur Kabupaten Tuban Non Sektor 0 798000 0

Jawa Timur Kabupaten Jember Non Sektor 0 770000 0

Jawa Timur Kota Mojokerto Non Sektor 0 760000 0

Jawa Timur Kabupaten Lamongan Non Sektor 0 760000 0

Jawa Timur Kabupaten Jombang Non Sektor 0 752500 0

Jawa Tengah Kabupaten Semarang Non Sektor 0 838.500,- 0

Untuk informasi lengkap dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Sumber Bacaan :

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_Minimum_Regional Diakses pada 30 September 2009 pukul 17.00 WIB

Sumber : http://ngasem-bojonegoro.blogspot.com/2008/03/konsep-dan-indikator-kemiskinan.html Diakses pada 30 Sep 2009 pukul 17.15 WIB

Sumber : http://prov.bkkbn.go.id/dkijakarta/program.php?catid=14 Diakses pada 30 September 2009 pukul 17.15 WIB

Sumber : http://allows.wordpress.com/2009/01/12/informasi-upah-minimum-regional-umr-tahun-2009/ Diakses pada 30 September 2009 pukul 17.15 WIB

8

Jaminan Sosial

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung