Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE) "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

6
Nama : Joko Setiawan Mata Kuliah : HBSE/Semester III Kelas/NRP : II-F/08.04.100 Dosen : Dra. Dayne Trikora PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL DALAM HBSE 1. PENDEKATAN PSIKODINAMIK/SPIKOANALISA - Transferensi(Transference) : Pertama kali dijelaskan oleh Freud dan mempermasalahkan perasaan dan perilaku pasien terhadap ahli analisis yang didasarkan pada keinginan infantil pasien terhadap orang tua atau tokoh orang tuanya. Perasaan tersebut adalah tidak disadari tetapi diungkapkan dalam neurosis transferensi, di mana pasien berjuang untuk mernuaskan harapan infantil bawah sadar mereka melalui ahli analisis. Transferensi dapat positif, di mana ahli analisis perlu dilihat sebagai orang dengan nilai, kemampuan, dan karakter yang luar biasa; atau dapat negatif, di mana ahli analisis menjadi perwujudan apa yang dirasakan atau ditakuti pasien dan tokoh parental pada masa lalu. Transferensi negatif dapat diekspresikan dan dialami dalam cara yang sangat labil dan berubah-ubah, khususnya pada pasien dengan kepribadian yang digambankan sebagai ambang atau narsistik. Kedua situasi tersebut mencerminkan kebutuhan pasien untuk mengulangi konflik pada masa anak – anak yang belum terpecahkan. Peranan ahli analisis adalah meinbantu pasien mendapatkan kembali tilikan yang sesungguhnya tentang distorsi transferensi dan, melalui tilikan, meningkatkan kemampuan pasien untuk memuaskan hubungan yang didasarkan pada harapan yang matang dan

Transcript of Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE) "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

Page 1: Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE)  "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

Nama : Joko Setiawan Mata Kuliah : HBSE/Semester III

Kelas/NRP : II-F/08.04.100 Dosen : Dra. Dayne Trikora

PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL DALAM HBSE

1. PENDEKATAN PSIKODINAMIK/SPIKOANALISA

- Transferensi(Transference) : Pertama kali dijelaskan oleh Freud dan mempermasalahkan

perasaan dan perilaku pasien terhadap ahli analisis yang didasarkan pada keinginan infantil

pasien terhadap orang tua atau tokoh orang tuanya. Perasaan tersebut adalah tidak disadari

tetapi diungkapkan dalam neurosis transferensi, di mana pasien berjuang untuk mernuaskan

harapan infantil bawah sadar mereka melalui ahli analisis. Transferensi dapat positif, di

mana ahli analisis perlu dilihat sebagai orang dengan nilai, kemampuan, dan karakter yang

luar biasa; atau dapat negatif, di mana ahli analisis menjadi perwujudan apa yang dirasakan

atau ditakuti pasien dan tokoh parental pada masa lalu. Transferensi negatif dapat

diekspresikan dan dialami dalam cara yang sangat labil dan berubah-ubah, khususnya pada

pasien dengan kepribadian yang digambankan sebagai ambang atau narsistik. Kedua situasi

tersebut mencerminkan kebutuhan pasien untuk mengulangi konflik pada masa anak – anak

yang belum terpecahkan. Peranan ahli analisis adalah meinbantu pasien mendapatkan

kembali tilikan yang sesungguhnya tentang distorsi transferensi dan, melalui tilikan,

meningkatkan kemampuan pasien untuk memuaskan hubungan yang didasarkan pada

harapan yang matang dan realistik, bukannya khayalan yang irasional dan masa anak-anak.4,5

- Transferensi balik (countertransference). Seperti istilah “transferensi” digunakan untuk

mencakup keseluruhan rentang perasaan pasien untuk dan terhadap ahli analisis,

“transferensi balik” mencakup spektrum luas reaksi analisis terhadap pasien. Transferensi

balik memi!iki komponen bawah sadar yang didasarkan pada konflik yang tidak disadari oleh

ahli analisis. Ideailnya, ahli analisis harus menyadari masalah transferensi balik, yang dapat

mengganggu kemampuan ahli analisis untuk tetap terpisah dan objektif. Ahli analisis harus

menghilangkan halangan tersebut dengan analisis lebih lanjut atau analisis diri sendiri,

Tetapi, pada beberapa pasier atau kelompok pasien, ahli analisis tertentu tidak berfungsi

dengan baik, dan dokter yang berpengalainan, yang menyadari kenyataan tersebut, merujuk

pasien tertentu kepada sejawatnya.

- Black Screen : Teknik ini melibatkan penggunaan respon-respon yang sangat non reaktif dan

tidak menunjukkan emosi kepada klien. Pekerja sosial membiarkan dirinya menjadi objek

Page 2: Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE)  "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

pengalihan dan menggunakan layar kosong sebagai satu cara untuk meningkatkan

pengalihan dan menyelesaikan permasalahan yang mungkin mempengaruhi hubungan yang

ada saat ini secara signifikan dan kognitif.

- Interpretation : Teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pemikiran klien dengan

merujuk kepada teori-teori, bukan pandangan subjektif pekerja sosial, dengan tujuan untuk

memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari

rujukan baru tersebut.

- Analisa mimpi : Mimpi adalah sebuah jalan untuk menuju alam bawah sadar, ia merupakan

ketakutan bawah sadar dalam bentuk yang disangkal, dan mimpi merupakan bentuk, isi dan

kegiatan paling primitif dari jiwa seseorang. Setelah klien menceritakan mimpinya, akan

diungkap isi manifes dari suatu mimpi dan kemudian mengasosiasi-bebaskan mimpi

tersebut, pekerja social dan klien berusaha untuk memahami makna bawah sadar.

- Asosiasi bebas : Membiarkan pasien menceritakan keseluruhan pengalamannya, baik yang

mengandung symptom maupun tidak. Cerita yang diceritakan tidak harus runtut, teratur,

logis ataupun penuh makna. Meskipun cerita itu amat memalukan, mesti tetap harus

diceritakan. Setelah symptom diketahui, pekerja social mudah untuk memberikan terapinya.

- Regresi : Regresi ini dipandang sebagai sesuatu yang penting secara terapeutik sebagai suatu

cara untuk berhubungan kembali dengan perasaan-perasaan sang klien dengan cara kembali

pada masa dimana perasaan-perasaan itu belum terkekang.

2. PENDEKATAN PERILAKU/BEHAVIOR

- Systemic/Systematic dissensitisation : Dipandang sebagai proses deconditioning atau

counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan

dengan kecemasan seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang

sebelumnya menimbulkan kecemasan.

- Latihan Asertif(Assertive training) : Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang

mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar.

Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu

mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi

dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan

bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif

ini.

Page 3: Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE)  "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

- Terapi afersy : Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus

yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan

yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang

tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara

tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

- Operant Conditioning : Teknik Pengondisian Operan adalah suatu teknik dari terapi

behavioral yang menggunakan konsekuen menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam

mengubah tingkah laku. Kebiasaan membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa

alasan yang tepat pada jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu pada petugas sekolah

yang dilakukan secara berulang-ulang.

Menurut Skinner, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri

organisme aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan

akibat- akibat. (Gerald Corey, 2005 : 218) Sedangkan menurut Rita L. Atkinson, et. Al yang

diterjemahkan oleh Nurjdanah Taufiq dan Rukmini Barhana (1991 : 337), menyatakan bahwa

“perilaku operan beraksi di lingkungan sekitar untuk menghasilkan dan memperoleh akses

penguat dan diganjar dengan penguatan ”.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkah laku operan adalah tingkah laku

yang menjadi ciri organisme yang aktif di lingkungan sekitar untuk menghasilkan dan

memperoleh penguat dan diganjar dengan penguatan.

- Positive reinforsment/Systematic reinforsment : Didasarkan atas prinsip operan, disertai

dengan pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai dengan

pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk

respon yang tidak diharapkan.

3. PENDEKATAN HUMANISTIK

- Empathy : Kemampuan pekerja sosial untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien,

merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Terdapat 2 macam

empathy : a.empathy primer : bentuk empathy yang hanya berusaha memahami perasaan,

pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka; b.empathy

tingkat tinggi : empathy apabila kebahaman pekerja sosial terhadap perasaan, pikiran,

keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena pekerja

sosial ikut dengan perasaan tersebut.

Page 4: Makul : Human Behaavior on Social Environment(HBSE)  "Tugas Pendekatan Peksos Dalam HBSE"

- Ketulusan/kongruen/genuineness :

- Penghargaan positif tanpa syarat( unconditional positive regard) : Metode penanaman

pemahaman masalah klien sendiri sehingga dirinya dapat menerima dirinya sepenuhnya dan

menjadi seorangan yang adequate. Untuk mencapai itu pekerja sosial hanya menerima apa

yang diucapkan oleh klien dan merespon dengan sikap positif dan ekspesif atau emphatik,

dan memberikan penghargaan tak bersarat pada klien. Maka, jelas pada pendekatan ini yang

lebih aktif adalah klien. Karena pekerja sosial hanya sebagai cermin, tempatnya

merefleksikan dan melihat proyeksi diri.

Sumber :

Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

H.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.

Sugiharto.(2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG

http://bahauddin-amyasi.blogspot.com/2008/11/human-relation-perspektif-psikologi.html diakses

pada 18 Oktober 2009