Makro Ekonomi ISlam

17
1 Makro Ekonomi Islam PENGANTAR Ekonomi Makro dan Ruang Lingkupnya Berbeda dari ekonomi mikro yang memfokuskan mempelajari perilaku ekonomi indivual yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu perilaku konsumen dan perilaku produsen, interaksinya dalam pasar, jenis-jenis pasar apakah kompetitif atau monopolistik, demikian juga studi industri yang merupakan kelompok perusahaan, dalam mempelajari ekonomi makro kita fokus pada perilaku ekonomi secara keseluruhan, dan, umumnya menggunakan data nasional. Dalam ekonomi makro baik konsumen dan produsen mengahadapi masalah yang sama, misalnya krisis di luar negeri yang mungkin berdampak ke nagara kita, peraturan-peraturan internasional, misalnya perundingan world trade organization (WTO) dan general agreement on tariff and trade (GATT) yang cenderung kepada pembebasan bea masuk dalam perdagangan internasional (liberalisasi perdagangan) yang berpengaruh kepada ekonomi nasional kita. Begitu juga kebijakan pemerintah kita sendiri misalnya mengenai anggaran pembangunan dan sektor-sektor yang dibiayai, insentif untuk pegawai negeri, hutang luar negeri dan dalam negeri dari pemerintah. Demikian juga dari sisi moneter, Bank Sentral (BI) memainkan kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga, hal-hal yang disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Secara umum ekonomi makro berusaha menjawab pertanyaan mengapa sebagian negara menjadi kaya dan sebagian miskin? Mengapa negara-negara tumbuh dan berkembang? Apakah yang menjadi sebab atau sumber resesi dan booming? Demikian juga mengapa terjadi pengangguran dan apa yang menyebabkannya? Apa yang menjadi sumber dan bagaimana inflasi terjadi? Dan bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output, pengangguran, dan inflasi? Teori ekonomi mikro disebut juga teori harga, di mana harga yang bebas berfluktuasi menyebabkan respons produsen dan konsumen sedemikian rupa sehingga akan mengahsilkan pasar yang bersih (market clearing), yaitu pasar di mana jumlah yan ingin diproduksi oleh produsen sesuai dengan jumlah yang ingin dikonsumsi oleh konsumen, sehingga pasar akan seimbang, tidak kekurangan pasok dan juga tidak berkelebihan. Dalam ekonomi makro harga tidak bisa berfluktuasi secara bebas, misalnya upah tidak dapat berfluktuasi secara bebas, dan umumnya fleksibel ke atas dan rigid ke bawah. Ketika terjadi pengangguran yang besar, mestinya upah akan turun dan permintaan akan tenaga kerja meningkat dan pengangguran akan berkurang. Upah mungkin turun secara riel dalam jangka yang panjang, yaitu, ketika upah meningkat tidak sepesat pertumbuhan ekonomi riel. Sehingga secara relatif upah dalam jangka panjang

Transcript of Makro Ekonomi ISlam

Page 1: Makro Ekonomi ISlam

1

Makro Ekonomi Islam

PENGANTAR

Ekonomi Makro dan Ruang Lingkupnya Berbeda dari ekonomi mikro yang memfokuskan mempelajari perilaku ekonomi indivual yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu perilaku konsumen dan perilaku produsen, interaksinya dalam pasar, jenis-jenis pasar apakah kompetitif atau monopolistik, demikian juga studi industri yang merupakan kelompok perusahaan, dalam mempelajari ekonomi makro kita fokus pada perilaku ekonomi secara keseluruhan, dan, umumnya menggunakan data nasional. Dalam ekonomi makro baik konsumen dan produsen mengahadapi masalah yang sama, misalnya krisis di luar negeri yang mungkin berdampak ke nagara kita, peraturan-peraturan internasional, misalnya perundingan world trade organization (WTO) dan general agreement on tariff and trade (GATT) yang cenderung kepada pembebasan bea masuk dalam perdagangan internasional (liberalisasi perdagangan) yang berpengaruh kepada ekonomi nasional kita. Begitu juga kebijakan pemerintah kita sendiri misalnya mengenai anggaran pembangunan dan sektor-sektor yang dibiayai, insentif untuk pegawai negeri, hutang luar negeri dan dalam negeri dari pemerintah. Demikian juga dari sisi moneter, Bank Sentral (BI) memainkan kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga, hal-hal yang disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Secara umum ekonomi makro berusaha menjawab pertanyaan mengapa sebagian negara menjadi kaya dan sebagian miskin? Mengapa negara-negara tumbuh dan berkembang? Apakah yang menjadi sebab atau sumber resesi dan booming? Demikian juga mengapa terjadi pengangguran dan apa yang menyebabkannya? Apa yang menjadi sumber dan bagaimana inflasi terjadi? Dan bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output, pengangguran, dan inflasi? Teori ekonomi mikro disebut juga teori harga, di mana harga yang bebas berfluktuasi menyebabkan respons produsen dan konsumen sedemikian rupa sehingga akan mengahsilkan pasar yang bersih (market clearing), yaitu pasar di mana jumlah yan ingin diproduksi oleh produsen sesuai dengan jumlah yang ingin dikonsumsi oleh konsumen, sehingga pasar akan seimbang, tidak kekurangan pasok dan juga tidak berkelebihan. Dalam ekonomi makro harga tidak bisa berfluktuasi secara bebas, misalnya upah tidak dapat berfluktuasi secara bebas, dan umumnya fleksibel ke atas dan rigid ke bawah. Ketika terjadi pengangguran yang besar, mestinya upah akan turun dan permintaan akan tenaga kerja meningkat dan pengangguran akan berkurang. Upah mungkin turun secara riel dalam jangka yang panjang, yaitu, ketika upah meningkat tidak sepesat pertumbuhan ekonomi riel. Sehingga secara relatif upah dalam jangka panjang

Page 2: Makro Ekonomi ISlam

2

atau bagian tenaga kerja dalam memperoleh bagian pembagian produksi nasional makin kecil. Akan tetapi dalam jangka pendek upah cenderung kaku dan tidak bisa menurun walaupun terjadi banyak pengangguran. Dalam ekonomi makro konvensional, peran pemerintah diakui dan dianalisis secara eksplisit, oleh sebab itu ekonomi makro tidak sebebas dalam ekonomi mikro. Intervensi kedalam ekonomi dari pemerintah yang liberal sekalipun didapatkan sangat signifikan dalam ekonomi makro konvensional. Tugas pemerintah dalam ekonomi makro adalah memungut pajak dan membelanjakannya dalam dua kelompok yaitu belanja rutine yaitu menyewa pegawai dan belanja barang dan jasa, serta mencicil pinjaman dan kelompok kedua adalah belanja pembangunan yaitu untuk merawat dan atau membangun baru barang-barang publik, seperti jalan, jembatan, sungai, bandara, taman, dan kantor-kantor negara. Belanja ini tentu berpenaruh kepada perekonomian, karena industri-industri akan memperoleh order dari pemerintah dan industri juga belanja kepada para suplier seperti petani dan penambang. Belanja rutine juga akan meningkatkan order kepada industri, karena pegawai pemerintah yang memperoleh gaji dan belanja barang dan jasa langsung juga berkaitan dengan industri. Di samping itu, pemerintah terlibat langsung dalam memenuhi kebutuhan warga negaranya. Pemerintah memberikan transfer kepada para pensiunan, baik untuk pegawai negeri, dan di negara maju, pemerintah juga memberi skema tunjangan bagi usia pensiun hampir seluruh warga negaranya melalui program pensiun negara. Pemerintah juga menanggung biaya pendidikan sampai level tertentu bisa sampai sekolah menengah atas atau sampai pendidikan tinggi, dan kesehatan dengan sistem pajak dan asuransi. Demikian juga bantuan pangan dan bantuan bagi pekerja yang cacat, serta tunjangan pengangguran. Keseluruhan pengeluaran pemerintah untuk mengkover masalah ini sangat berpengaruh kepada perekonomian. Belanja ini secara langsung atau tidak langaung akhirnya memperbesar permintaan kepada berbagai barang dan jasa dalam produksi nasional. Dunia Islam dewasa ini memiliki sistem transfer dari pemerintah kepada masyarakat yang jauh di belakang dibanding dengan program kesejahteraan di Barat dan negara maju lainnya. Program kesejahteraan untuk mengkover pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan sangat kurang dan kurang teradministrasi secara baik. Program program pemerataan ini secara normatif sangat didorong dalam Islam. Al Qur’an dan hadist memerintahkan secara tegas dan disertai ancaman jika tidak melaksanakannya, program transfer atau program sosial kepada kelompok yang lemah. Namun kemunduran dunia Islam dewasa ini menyebabkan sistem sosial yang buruk yang menggambarkan kemerosotan moral. Pemerintah yang memperhatikan masalah sosial warga negaranya menggambarkan moral yang tinggi kepada kelompok lemah dan miskin. Peran negara dalam melaksanakan program sosial yang ditujukan kepada kelompok lemah, menyebabkan peningkatan permintaan agregate (permintaan

Page 3: Makro Ekonomi ISlam

3

umum) sehingga industri akan berkembang dan lapangan pekerjaan akan semakin terbuka. Pada masa kejayaan Islam, ajaran Islam berupa program sosial kepada yang lemah dijalankan, maka pemerintahan Islam memiliki keberanian moral untuk membebaskan negara-negara di sekitarnya untuk mengikuti jejak ketinggian moralnya terhadap rakyat lemah yang dibebaskan. Dewasa ini keadaan sungguh terbalik kemunduran dan kekalahan dunia Islam disebabkan oleh ketidak peduliannya kepada si lemah yang sering tertindas secara ekonomi, politik, hak-hak hukum, dan hak-hak sosialnya. Sebagai ajaran normatif, walaupun belum dipraktekan secara baik di dunia Islam, sekonomi makro Islam memiliki landsan yang kuat. Transfer atau program sosial, penghematan konsumsi, dan peningkatan tabungan, serta bagaimana efeknya terhadap ekonomi makro akan disimulasikan. Ekonomi Positif, Ekonomi Normatif, dan Islam .

Ekonomi positif berusaha untuk memahami perilaku dan sistem operasi ekonomi apa adanya tanpa memberikan suatu penilaian apakah ia baik atau buruk. Ekonomi positif berusaha memahami bekerjanya hubungan-hubungan variabel. Sebagai contoh apabila pemerintah mengurangi belanja pembangunan, bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian? Industri yang melayani pembelian pemerintah akan berkurang permintaannya, pemasok industri tersebut juga akan berkurang permintaanya, dan akhirnya produksi nasional akan menurun. Hubungan logis semacam itu merupakan wilayah ekonomi positif.

Ekonomi normatif berusaha memahami hasil perilaku ekonomi dan menilai apakah hal itu baik atau kurang baik. Contohnya, perlukah subsidi bahan bakar minyak dikurangi sehubungan dengan akibatnya bagi orang miskin? Apakah sekolah perlu digratiskan dan sampai level apa sekolah gratis tersebut? Pantaskah memberi subsidi pendidikan tinggi, sehubungan dengan penghasilan yang lebih tinggi? Berapa batas peghasilan yang berhak mendapat biaya pengobatan dari pemerintah? Bolehkah produk-produk asing memasuki negara kita yang berpotensi mengancam industri dalam negeri? Lapangan investasi dan industri apa yang boleh dimiliki asing dan sampai berapa persen pemilikan asing tersebut?

Pertanyaan ekonomi normatif meliputi juga ekonomi positif, yaitu bagaimana cara atau jalan mencapai tujuan normatif tersebut sesuai dengan mekanisme dan hubungan antar variabel ekonomi. Sebagai contoh, apabila kita ingin melarang modal asing masuk dalam suatu industri (tujuan normatif sehubungan dengan nasionalisme ekonomi), apa akibatnya terhadap konsumen barang tersebut dan bagaimana efeknya terhadap industri barang tersebut di dalam negeri (analisis ekonomi positif).

Nilai Islam secara umum merupakan ekonomi normatif, misalnya membuat distribusi aset yang tidak hanya dinikmati kelompok kaya, larangan riba dan menggantinya dengan zakat atau dana publik yang intinya adalah untuk menjaga jangan sampai terjadi eksploitasi kelompok lemah, perintah menjaga anak yatim, meringankan beban kelompok miskin,. Bagaimana mencapai semua itu meliputi juga analisis ekonomi positif. Bagaimana membuat sistem ekonomi yang menjamin tujuan normatif Islami seperti tersebut di atas diserahkan kepada umat Islam dengan melihat potensi alam,

Page 4: Makro Ekonomi ISlam

4

sumber daya manusia yang dimiliki, pengetahuan, teknologi yang diketahui atau kekayaan budayanya.

Selanjutnya Islam memberikan rambu normatif bahwa alam dan isinya termasuk benda ekonomi adalah hak milik Allah SWT1, masyarakat atau individu swasta dan pemerintah memperoleh bagian mengelola benda ekonomi tersebut dengan tujuan terwujudnya keadaan ekonomi yang diinginkan oleh Islam sebagaimana dicontohkan dengan terjaminnya hak hak kelompok lemah di atas. Individu swasta diijinkan memiliki benda ekonomi, katakanlah industri besar yang meliputi semua sektor, kecuali barang-brang publik seperti jalan, jembatan, hutan lindung, dan sebagainya yang sudah dikenal dalam ekonomi konvensional. Dan, individu swasta dilarang memiliki industri vital seperti listrik, minyak bumi, TV, sumber air dan sungai¸ pencetakan uang dan perbankan inti, serta benda semacam ini. Di negara Barat, benda ekonomi vital semacam ini, boleh dimiliki oleh individu dalam perseroan swasta. Hal tersebut yang menjadikan perkembangan ekonomi Barat seperti yang terlihat dewasa ini.

Pemilikan swasta dalam pandangan Islam disertai juga dengan mekanisme pasar yang sehat dan bebas2, dan tentu saja barang-barang vital yang disebutkan di atas didistribusikan kepada seluruh penduduk tidak melalui mekanisme pasar, melainkan langsung oleh pemerintah atau badan yang ditunjuk kepada penduduk. Pemilikan pemerintah sebagaimana dalam pengelaman empirik sekarang menyebabkan pengelolaan yang tidak efisien dan sering menimbulkan banyak korupsi, maka pengelolaan barang ekonomi vital tersebut dapat diswastakan. Sebagai contoh, dalam masyarakat Islam acara TV di ruang publik dilarang untuk hanya bersifat bersenng-senang dan mengandung pornografi yang membahayakan mental anak-anak, maka pemilikan pemerintah dalam TV diwujudkan dalam arah isi atau politik budaya yang dikehendaki, sedang aspek bisnis bisa diserahkan kepada swasta. Penyerahan ini bisa dilakukan dengan sistem lelang yang transparan, yaitu kepada siapa yang bersedia memberi bagian keuntungan yang terbesar kepada pemerintah. Transparansi menimbulkan keadilan dan penunjukkan langsung menimbulkan, gosip/ghibah, bahkan fitnah, dan huru-hara, maka Islam sangat cenderung kepada transparnasi dan keadilan.

Dengan perintah memperhatikan si lemah, Islam berasumsi bahwa ekonomi dikuasai oleh swasta yang kuat dan oleh negara. Mekanisme transfer dari swasta kuat dan negara sangat ditekankan melalui zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang semula dipungut negara dan menjadi pendapatan utama. Apabila ZIS ternyata masih kurang Islam mengijinkan memungut pajak. Dalam negara sekular menjadi tidak pantas memungut ZIS maka perannya digantikan oleh pajak saja. Negara negara muslim yang masih religius seenarnya memungkinkan memungut kembali ZIS dan memadukannya dengan pajak dalam kesatuan keuangan negaanya.

Dibanding dengan ekonomi Barat yang ada sekarang ekonomi Islam memiliki kesamaan bahwa secara umum mekanisme pasar diberlakukan. Harga-harga dan perbandingannya merupakan petunjuk bagi prodosen dan konsumen sebagai sinyal berapa mereka akan menmgkonsumsi dan memproduksi suatu benda ekonomi. Ekonomi perencanaan atau sistem komando tidak dikenal dalam Islam bahkan di larang, karena semua transaksi harus berdasar kerelaan3. Sampai pada titik ini ekonomi Barat masih

1 2 3

Page 5: Makro Ekonomi ISlam

5

sesuai dengan nilai Islam, perbedaan utama dengan Barat adalah hak individu atas industri-industri vital dan menguasai hajat hidup rakyat banyak yang di dalam Islam harus dimiliki oleh negara sebgai manifstasi pemilikan bersama, terutama untuk tujuan agar dapat diakses seluruh penduduk. Penyelenggaraannya dapat diserahkan kepada swasta untuk menjaga efisiensi. Tujuan sosial dari suatu benda ekonomi vital dimanifestasikan dalam kepemilikan negara yang bertugas mengendalikan distribusi yang merata. Barang-barang swasta lain yang sebenarnya tidak vital, tetapi apabila terdapat monopoli yang berpotensi mendholomi atau merugikan rakyat sebagai konsumen dapat diintervensi juga oleh negara. Hal seperti ini terjadi misalnya adanya kartel sehingga beberapa perusahaan berperilaku sebagai monopolis yang merugikan rakyat sebagai konsumen dan menghalangi akses ke barang tersebut.4

Enam Variabel Ekonomi Makro Untuk menilai apakah ekonomi dalam keadaan yang baik atau kurang baik, kita harus memperhatikan 6 (enam) variabel berikut.

a. Produk domestik riel b. Tingkat pengangguran c. Tingkat inflasi d. Tingkat suku bunga e. Bursa saham f. Tingkat kurs

Dua variabel yang pertama secara langsung berpengaruh kepada keadaan ekonomi rakyat, sedangkan sisanya berpengaruh signifikan, tetapi dengan cara tidak langsung. a. PDB riel. Produk domestik riel (PDB) merupakan variabel yang paling penting dalam mengukur keadaan ekonomi makro. Kata ”riel” artinya mengukur perkembangan produksi barang dan jasa secara nasional dalam ukuran yang tidak terpengaruh oleh perkembangan harga. PDB nasional merupakan penjumlahan seluruh produksi barang dan jasa dari padi, jagung, tekstil, kendaraan, dan nilai tambah dari jasa seperti perdagangan, perhotelan, perbankan, industri layanan publik, dan industri yang lain. Untuk memudahkan melihat perkembangannya, produk-produk yang beraneka macam tersebut disatukan dalam satu ukuran uang, diperoleh dari jumlah seluruh volume produk dikalikan masing-masing harganya. Namun seringkali produksi tidak berubah, tetapi karena harganya meningkat, maka seolah-olah dalam nilai uang (nilai nominal) PDB sudah meningkat. Oleh sebab itu, nilai PDB yang disajikan dalam bentuk nominal perlu dikoreksi dengan kenaikan harga yang terjadi sehingga diperoleh PDB riel dalam arti berapa produksi barang dan jasa sudah meningkat. Cara memperoleh PDB riel dari informasi PDB nominal adalah dengan jalan mendeflasikan dengan kenaikan harga selama peridoe tertentu. 4

Page 6: Makro Ekonomi ISlam

6

Misalnya pada tahun 2005 jumlah produksi nasional bernilai 4.000 trilyun, harga pada tahun ini kita indeks 100. Harga-harga pada tahun 2010 telah meningkat 20 persen, atau indeksnya adalah 120. Jika PDB nominal pada tahun 2010 nilainya 5.000 trilyun berapa kenaikan produksi yang riel ? Kenaikan PDB nominal adalah 5000 – 4000 = 25 persen.

Kenaikan riel = persen5525

100/)100120(4000/)40005000(

==−− .

Konsep di atas memperlihatkan perbedaan antara kenaikan nominal dan riel. Karena tingkat inflasi yang cukup tinggi maka kenaikan rielnya menjadi rendah. Inflasi menyebabkan PDB riel menjadi turun. PDB riel diharapkan selalu meningkat (tumbuh) dari tahun ke tahun, peningkatan tersebut diperlukan untuk mengganti barang-barang kapital yang rusak, seperti mesin-mesin produksi di perusahaan-perusahaan yang aus dan rusak. Di samping itu pertumbuhan PDB diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertambahan jumlah penduduk. Pertambahan anak yang lahir, apabila tidak disertai dengan meningkatnya produksi barang dan jasa maka barang dan jasa yang dapat dikonsumsi perkapita akan menurun. Pertumbuhan PDB riel selanjutnya diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Total PDB dibagi dengan jumlah penduduk disebut pendapatan perkapita, dan pertumbuhan PDB diperlukan agar pendapatan perkapita ini meningkat. b. Tingkat Pengangguran

Tingkat penganguran adalah jumlah orang yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum menemukan dibagi dengan seluruh angkatan kerja. Angkatan keja adalah seluruh penduduk usia kerja yang untuk Indonesia ditetapkan berusia 15 sampai dengan 60 tahun.

Tingkat pengangguran merupakan indikator ekonomi yang penting. Pengangguran menggambarkan keadaan ekonomi rakyat yang riel. Dengan bekerja orang diharapkan memperoleh penghasilan dan dengan pengahasilan itu orang dapat mengakses produksi barang dan jasa (PDB). Dengan menuurunkan tingkat pengangguran berarti kita menurunkan juga kemiskinan dan rentetannya. Di negara sedang berkembang seperti di Indonesia, pekerjaan bukan sebatas di sektor formal, yaitu sektor pekerjaan yang tercatat, berijin, berlokasi yang jelas, dan yang menggunakan prosedur pngangkatan pekerja yang teradministrasi relatif baik. Penduduk banyak yang melakukan pekerjaan informal, yaitu kontrak kerja yang bersifat kekeluargaan, dengan lesan dan kurang menggambarkan kontrak jangka panjang yang pasti. Sebagian angkatan kerja melakukan aktifas mandiri, seperti menjual barang dagangan secara sendiri, menjual koran, kaki lima dan seterusnya. Di negara sedang berkembang, pekerjaan formal masih terbatas, dan pekerjaan informal dan pekerjaan mandiri memainkan peranan yang sangat penting. Kebijakan ekonomi makro sering hanya memperhatikan penciptaan pekerjaan yang bersifat formal yang terkait dengan instrumen kebijakan ekonomi modern. Investasi baru

Page 7: Makro Ekonomi ISlam

7

baik dalam negeri dan luar negeri menjadi patokan untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Islam memandang kebutuhan akan pekerjaan sebagai keutuhan yang penting dalam mengangkat harkat kemanusiaan. Bekerja adalah ibadah sedangkan menganggur adalah tercela dan bahkan dosa. Nabis SAW tidak memberikan kepada orang yang masih kuat bekerja sedekah dari dana zakat yang ada di kas negara. Penyelesaian masalah kemiskinan pada usia kerja adalah dengan bekerja dan bukan dengan sedekah.

Dengan demikian menurunkan tingkat pengangguran merupakan variabel kunci untuk memberikan income kepada rakyat dan sekaligus menurunkan tingkat kemiskinan. Tingkat pengangguran sendiri dapat diturunkan apabila terdapat penambahan usaha baru atau investasi baru baik berupa pertambahan kapasitas unit-unit usaha maupun yang sama sekali baru. Penambahan investasi baru seperti tersebut di atas tergambar juga dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga kebijakan ekonomi makro untuk menurunkan pengangguran dimulai dari mencipatakan iklim usaha yang memudahkan investasi baru, baik untuk menambah kapasitas usaha yang ada maupun untuk pendirian usaha baru.

Negara-negara Islam ternyata banyak mengalami pengangguran. Hal ini disebabkan oleh rendahnya jumlah pengusaha yang dengan usahanya itu dapat menyerap tenaga kerja dan menghilangkan pengangguran. Adanya investasi dan lebih-lebih pengusaha baru berhubungan erat dengan suku bunga pinjaman. Ketika suku bunga pinjaman tinggi rencana usaha menjadi tidak feaseble (tidak layak) karena investasi yang bersumber dari pinjaman menjadi kurang menarik, dan investasi yang dibiayai sendiri akan juga dibatalkan, karena orang lebih baik menyimpan uangnya di sektor keuangan. Dalam aktifitas ekonomi orang berfikir secara oportunitas, yaitu, orang akan memilih apakah berinvestasi di sektor riel yang menyebabkan pengangguran berkurang atau menempatkan uangnya untuk memperoleh suku bunga yang tinggi misalnya dengan membeli deposito atau obligasi. Islam melarang adanya suku bunga dan menggantikannya dengan dana publik dari zakat atau sedekah yang ada di tangan pemerintah. Dalam ekonomi Islam, pengusaha akan menghadapi bunga riel (bunga dikurangi inflasi) nol, sehingga mereka akan mendapat insentif untuk melakukan investasi dan full employment (tingkat pengerjaan penuh) diharapkan akan terjadi. c. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah istilah dalam ekonomi makro yang menunjukkan adanya gejala kenaikan harga harga secara umum. Karena harga-harga meningkat dengan besaran yang tidak sama, maka inflasi diukur dengan memakai indeks harga. Indeks harga konsumen adalah indeks harga yang digunakan untuk mengukur kenaikan harga harga barang ditingakat konsumen. Indeks harga yang lain adalah indeks harga di tingkat produsen, dan indeks di tingkat pedagang besar.

Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat merosot, seorang pekerja dengan penghasilan dari upah setinggi tertentu nila rielnya akan tinggal setengah apabila harga harga umum meningkat dua kali lipat. Ini artinya bahwa pekerja tersebut hanya dapat membeli barang sejumlah setengah dari biasanya, kesejahteraan pekerja tersebut akan merosot. Karena jumlah barang dan jasa di negara tersebut tidak berubah maka inflasi telah menyebabkan kelompok lain yang tidak menerima upah diuntungakan karena mendapat jumlah barang dan jasa yang lebih banyak. Dengan demikian dapat

Page 8: Makro Ekonomi ISlam

8

disimpulkan bahwa inflasi merugikan bagi kelompok penerima gaji dan menguntungkan kelompok yang memeperoleh penghasilan dengan menjual langsung atau memperoleh laba. Kelompok buruh kecil misalnya dengan upah kurang dari 1 juta misalnya dibebaskan dari pajak. Akan tetapi jika harga harga naik lima persen setahun, berarti daya belinya dan jumla barang yang dapat dibeli berkurang 5 persen setahun. Sebaliknya kelompok penerima penghasilan yang bersumber dari bukan upah mendapat kenaikan dari barang dan jasa yang tidak terbeli oleh kelompok pekerja, kesejahteraan mereka naik 5 persen. Demikianlah bahwa inflasi kepada pekerja sama artinya dengan dikenakan pajak. Inflasi dengan demikian memiliki efek distributif.

Dalam sejarah Islam, uang yang digunakan oelh Nabi SAW dan para sahabat menggunakan mata uang asing dari Romawi dan Persia. Uang yang beredar pada waktu itu dibuat dari emas dan perak. Dalam perjalanan sejarah pemerintahan Islam membuat juga mata uang dari tembaga yang disebut fulus5. Dan dewasa ini seluruh dunia menggunakan mata uang kertas (fiat money), mata uang kertas bisa diterima oleh masyarakat karena kekuatan politik dan kepercayaan kepada pemerintah. Beberapa mata uang yang dikeluarkan oleh negara besar dan maju diterima sebagai alat pembayran internasional yang disebut sebagai mata uang keras (hard currecies).

Mata uang kertas mengandung beberapa masalah, karena diproduksi hampir tanpa biaya menyebabkan over suplai dari yang dibutuhkan dan mendorong kenaikan harga-harga. Kenaikan harga-harga ini sama saja efeknya dengan pajak bagi rakyat kecil. Karena upah-uang yang diterima, ketika dibelanjakan memperoleh barang yang lebih sedikit. Masalah lain adalah, pusat pencetak uang menikmati suatu surplus ekonomi. Bayangkan petani petani yang bekerja keras di pedesaan ditukar dengan selembar kertas yang dicetak di pusat kekuasaan. Hubungan antara pusat yang mencetak uang dengan daerah-daerah yang menghasilkan karya seringkali sangat timpang.

Secara internasional negara-negara yang memiliki pengaruh dan mata uangnya diterima di negara sedang berkembang juga menikmati surplus yang sama. Itulah sebanya beberapa pemikir ekonomi Islam mengajukan proposal untuk kembali kepada mata uang emas dan perak. Mata uang emas dan perak diproduksi dengan biaya yang tinggi, sehingga pertukaran barang-barang kepada emas dan perak merupakan pertukaran yang riel dan setimbang. Dengan menggunakan mata uang emas, maka gaji buruh dan pegawai makin lama makin tinggi nilainya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan barang dan jasa yang pesat tidak diimbangi oleh perkembangan emas yang sama. Akibatnya, diduga terjadi penurunan harga-harga yang menyebabkan meningkatnya nilai tukar upah para pekerja di seluruh dunia. Perjuangan para pekerja di seluruh dunia selalu gagal dalam memperbaiki perolehan ekonominya, dan mata uang emas serta deflasi yang terkendali menyebabkan perbaikan kesejahteraannya. Dalam analisis harga, inflasi yang disebabkan oleh penguatan permintaan umum diduga akan memberi insentif kepada pengusaha untuk berinvestasi atau ekspansi produksi, dan sebaliknya pergeseram penawaran yang disebabkan oleh perbaikan teknologi dan efiensi menyebabkan melimpahnya produksi, pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan produksi domestik akan meningkat dan penyerapan tenaga kerja akan bertambah.

Namun, tidak mudah kembali ke mata uang emas, terdapat permasalahan jika hal ini tidak dilakukan dengan serentak di seluruh dunia. Mata uang kertas akan menggusur mata uang emas, yaitu orang akan menjual ke negara yang menggunakan mata uang 5 Adiwarman K

Page 9: Makro Ekonomi ISlam

9

emas, dan ketika membeli memilih negara lain yang bisa dibeli dengan kertas. Sehingga dengan demikian emas akan disimpan sebagai hasil penjualan dan kertas dikeluarkan ke negara lain yang masih bersedia menerima. Ketika dunia menggunakan mata uang emas sampai awal abad 20 ternyata juga sering terjadi krisis.

Para ulama klasik mengecam keras para penimbun emas yang akan menyebabkan kelangkaan mata uang yang mengganggu pertukaran. Oleh sebab itu yang penting untuk dijaga adalah regulasi mengenai spekulasi mata uang, apapun bahannya. Spekulasi dan rekayasa keuangan secara berulang menyebabkan krisis ekonomi dunia. Solusi terhadap krisis bukan kepada penggantian mata uang tetapi berupa regulasi penggunaan uang, sehingga tidak terjadi spekulasi yang berlebihan yang menyebabkan perubahan fungsi mata uang yang semula sebagai alat tukar dan berubah menjadi komoditi dan menjadi alat spekulasi berlebihan. d. Suku Bunga

Suku bunga dalam ekonomi konvensional atau margin atau sewa dalam ekonomi Islam memainkan peranan penting. Suku bunga mempengaruhi besar investasi, bagi investor yang akan menggunakan dana Bank, suku bunga menjadi pertimbangan langsung apakah usahanya layak untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Bagi investor yang menggunakan dana sendiri, suku bunga juga menjadi pertimbangan, karena apabila suku bunga tinggi akan dipertimbangakan untuk menginvestasikan dananya di Bank denga tanpa resiko. Suku bunga obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau swasta selalu lebih tinggi dari suku bunga deposito Bank, akan tetapi, obligasi tidak dapat dihentikan atau dicairkan sebelum jatuh tempo. Bagi pemilik dana yang menganggur dalam jangka yang panjang, obligasi menjadi alternatif investasi. Demikianlah kaitan suku bunga dan hasrat berinvestasi. Investasi sendiri sangat penting untuk meningkatkan jumlah produksi nasional. Jumlah produksi nasional harus selalu tumbuh, pertama untuk mengganti barang modal yang aus seperti mesin-mesin dan alat transportasi di perusahaan-perusahaan dan juga gedung-gedung tempat bekerja, kedua untuk memenuhi pertambahn penduduk, dan ketiga untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi yang tidak lain berupa ekpansi usaha atau usaha-usaha baru, akan menyediakan lapangan kerja yang dengan itu rakyat memperoleh pendapatan dan terhindar dari kemiskinan. Kunci untuk usaha meningkatkan produksi nasional tersebut adalah adanya investasi dan kunci dari tambahan investasi baru maupun ekspansi tersebut adalah tingkat suku bunga.

Suku bunga juga secara langsung berpengaruh terhadap penyerapan produksi nasional yang dibeli secara kredit seperti rumah, kendaraan, dan alat rumah tangga. Barang-barang ini dijual dengan cara kredit dan suku bunga atau margin dalam Bank Syariah sangat berpengaruh menjadi pertimbangan membeli. Penjualan secara kredit sangat berpengaruh terhadap kemampuan menjual dan memproduksi perusahaan-perusahaan. Dan juga, pada akhirnya perusahaan-perusahaan dapat menyediakan lapangan pekerjaan. Dan lapangan pekerjaan tersebut memberikan upah dan dengan upah tersebut pekerja dapat terbebas dari kemiskinan, dan bahkan menjadi pembeli yang efektif sehingga pertumbuhan produksi akan semakin kuat.

Page 10: Makro Ekonomi ISlam

10

Dalam Islam riba dilarang dengan keras6. Islam sangat condong kepada keadilan ekonomi dan pemerataan pendapatan serta pemenuhan kebutuhan survival rakyat. Di dalam surat Al Maa’un7 disebutkan bahwa orang atau bangsa yang tidak memelihara anak yatim dan tidak menjamin ketersediaan makanan bagi orang miskin, misalnya dengan menulis undang-undang dan melaksanakannya, maka bangsa tersebut disebut sebagai bangsa yang ingkar kepada agama atau bangsa yang tidak beragama. Melarang riba juga dalam nuansa dikhawatirkannya terjadi penghisapan dari rakyat yang bekerja dari pemilik modal yang tidak menanggung resiko dan tidak bekerja. Larangan riba yang pertama adalah yang berlipat ganda8, mencerminkan dilarangnya sistem yang memberatkan rakyat atau sistem yang penghisapan surplus para pekerja. Selanjutnya riba dilarang dengan segala bentuknya dan Allah SWT memerintahkan menggantinya dengan zakat atau shodaqah9.

Zakat dan shadaqah adalah sumber keuangan pemerintah negara Islam sebagaimana pajak dalam negara modern, dengan demikian ajaran Islam menghendaki kebutuhan permodalan yang dalam negara modern diselesaikan dengan sistem perbankan dan pasar modal, dialihkan dalam sistem fiskal. Dari sistem bunga menjadi sistem zakat, dari bank ke sistem pinjaman dari pemerintah, di mana biaya pegawai dan overhead dibayar pemerintah dengan tujuan supaya lapangan kerja benar-benar terbuka luas, dan tidak ada satupun rakyat yang menganggur (full employment). Walaupun Islam melarang riba (pengembalian pinjaman dengan tambahan), tetapi Islam melarang tidak mengembalikan hutang. Orang yang meninggal dengan meninggalkan hutang sama posisinya dengan pengambil riba10. Disiplin pengembalian dan ketertiban pengembalian termasuk penyitaan harta diijinkan, karena peminjam tidak diperbolehkan juga menzalimi fihak yang meminjami, yang dalam gagasan ini adalah sebuah lembaga keuangan milik pemerintah, atau yang disubsidi oleh pemerintah.

Dengan mengambil alih riba menjadi zakat atau sedekah dari dana pemerintah, maka investasi diharapkan akan meningkat pesat dan pengangguran dapat ditekan dan pengerjaan penuh (full employment) mungkin dapat terjadi. Terdapat hubungan yang nyata bahwa semakin rendah suku bunga, maka semakin kecil tingkat pengangguran. Pada saat suku bunga nol sebagaimana dianjurkan dalam Islam untuk diambil alih oleh negara, maka banyak terjadi usaha baru, pertumbuhan ekonomi meningkat dan terjadi pengerjaan penuh. Pengangguran merupakan masalah paling serius di negara-negara muslim dan dampaknya meluas kepada masalah kemiskinan karena tiadanya sumber pendapatan dan juga pengangguran menyebabkan kondisi sosial yang buruk.

Riba dalam sistem kapitalis di mana swasta yang memiliki modal berlimpah melipatgandakan modal tersebut dengan jalan ditanamkan di berbagai perusahaan, dan juga konsumen yang membeli dengan kredit, khususnya kartu kredit dengan bunga yang sangat tinggi, menjamin peningkatkan nilai uang para kapitalis. Di dalam negeri dan di luar negri yang jauh uang tersebut ditempatkan dan menyerap sebagaian surplus yang dikerjakan oleh para pengusaha, pekerja, dan konsumen. Idea dilarangnya riba dan digantikan dengan alokasi anggaran negara (zakat) untuk membiayai operasional

6 Q.S. 2:275; 276; 278; Q.S. 3: 130; dan 30: 39. 7 Q.S. no 107 8 Q.S. 3:130 9 Q.S. 2: 279 ; 2: 276; 30 : 39. 10 Hadits

Page 11: Makro Ekonomi ISlam

11

lembaga kredit, merupakan konsep alternatif dari sistem perbankan yang selalu berulang mengalami krisis yang bersifat embodied/ bawaan atau sistemik dari sistemnya.

Dewasa ini sistem riba dalam perbankan diberikan alternatif menjadi bank Islam yang beroperasi dengan jalan murabahah atau jual beli11. Dalam sistem murabahah pengusaha yang memerlukan barang kapital atau bahan baku disediakan oleh Bank Islam dan menjualnya secara kredit kepada pengusaha tersebut dengna tambahan yang dalam sistem perbankan disebut bunga dan dalam sistem bank syariah disebut margin keuntungan. Kedua sistem tidak berbeda subtantif melainkan hanya pada perbedaan aqad. Pada hal, yang diperintahkan oleh Al Qur’an adalah benar-benar tidak ada tambahan apapun, karena sistem kreditnya ditopang oleh sistem zakat atau pajak yang menjadi tanggung jawab keuangan negara.

Di sektor swasta diijinkan syirkah atau mudharabah atau bagi hasil untuk pendanaan industri yang bisa dilaksanakan dalam sistem pasar saham, tentu saja hanya untuk perusahaan yang bonafid dan dikenal luas serta diawasi dengan ketat oleh lembaga pengawas. Saham tidak lain adalah pendanaan syirkah yang banyak dilakukan pada masa Nabi SAW dan sahabat. Namun demikian, indeks saham yang merupakan produk derivatif, yang tidak berbasis kepemilikan suatu usaha yang jelas tidak dapat dibenarkan di dalam Islam. Indeks menyebabkan uang berputar dalam uang dan tidak berakibat ke sektor riel dan pengurangan pengangguran.

Di samping yang disebutkan di atas, bank berbasis syirkah yang benar-benar merupakan idea dasar sistem Islam dijalankan di perbankan swasta maupun negara. Namun, sampai sekarang belum terdapat model yang dapat diimplementasikan. Bagi hasil tidaklah mesti 50-50, tetapi bisa mengambil bentuk 80-20, 90-10, dan seterusnya. Bank berbasis syirkah tentunya dapat dilaksanakan tentu saja dengan penggalian dan implementasi yang kreatif. Sebagai contoh, pembayaran nasabah hanya dilakukan selama nasabah untung dengan membayar bagi hasil yang diramalkan dengan suatu range statistik dalam akad syirkah. Misalnya apabila sesuai perhitungan pengusaha memperoleh laba antara 1 sampai 2 satuan uang, akan memberikan bagian bank sebesar 0,5 satuan uang. Jika terjadi keuntungan 2,1 sampai dengan 3 satuan uang akan mebayar misalnya 0,75 satuan. Pembayaran 0,5 atau 0,75 satuan uang ini bisa dihentikan apabila perusahaan dinyatakan pailit oleh penelitian akuntan publik yang disepakati dan pengadilan.

Perusahaan memiliki reputasi yang tidak akan memilih bangkrut daripada memenuhi kewajibannya membayar kewajibannya. Pada saat pengusaha rugi atau bangkrut yang tentu saja harus dinyatakan oleh pengadilan, fihak bank memiliki kewajiban menanggung resiko yang besarnya dapat diperhitungkan tidak akan mengganggu survival perbankan, misalnya 10 persen dari jumlah modal.

Pada prinsipnya berapa yang ditanggung Bank Islam hendaknya yang dapat dipikulnya. Mengingat Bank hanyalah perwalian harta fihak ke tiga atau para deposan yang menitipkan uangnya yang dewasa ini sudah berjalan dengan sistem bagi hasil. Kehancuran bank akan menimbulkan kepanikan dan krisis ekonomi, terjadi pengangguran yang luas yang akan menyengsarakan rakyat banyak. Dengan sistem bagi hasil (syirkah/mudharabah), dan jual beli (murabahah) untuk barang konsumsi dan modal tetap, khususnya gedung, mesin, kendaraan dan perumahan yang dikelola di sektor

11

Page 12: Makro Ekonomi ISlam

12

swasta, sistem pasar modal di fihak lain, dan sistem perkreditan bebas bunga yang disubsidi pemerintah, maka full employment dijamin terlaksana.

Ta’awun atau koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan pengusaha merupakan suatu kunci. Sistem ekonomi semacam ini tidak sesuai denga ekonomi pasar atau ekonomi liberal yang kini berlaku secara global dan mengikat dunia Islam melalui peraturan dunia yang diratifikasi. Syirkah itu sendiri berarti kerjasama, dengan demikian pemerintah, perbankan, dan pengusaha melakukan suatu koordinasi bagaimana memperbanyak unit bisnis di masyarakat yang bertujuan meningkatkan PDB dan menurunkan pengangguran menuju full employement.

Ta’awun atau syirkah, koordinasi dan kerjasama ini merupakan inti ekonomi Islam yang berbeda mendasar dari ekonomi pasar yang berbasis persaingan dan mekanisme otomatis. Di mana kerja sama tidak dilakukan, semua pelaku ekonomi melakukan respons terhadap sinyal harga. Dan asumsinya bahwa semua pelaku ekonomi adalah lawan, sehingga untuk meningkatkan payoffnya (perolehan ekonomi) perlu menekan fihak lain. Respons tersebut ternyata tidak berjalan otomatis dan sering menyebabkan masyarakat melakukan kesalahan bersama, misalnya terlalu banyak produk, sebagai contoh, kebebasan ekonomi yang diintrodusir di Indonesia akhir-akhir ini menyebabkan menjamurnya usaha pompa bahan bakar. Jarak antara kota Solo dan Jogja sepanjang 60 km dilayani mungkin lebih dari 30 pompa bahan bakar. Akibatnya beberapa terjadi rugi dan kebangkrutan, atau semuanya mengalami keadaan disisentif. Hal ini menimbulkan kemubadziran dari modal yang sangat langka di negara yang mengalami pengangguran begitu besar.

Islam sangat menghargai pasar dan menghargai pengusaha yang perannya sangat penting dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Tetapi pada saat yang sama tidak ditabukan bahkan dianjurkan melakukan koordinasi atau kerjasama yang memiliki tujuan-tujuan yang rasional seperti misalnya menghilangkan pengangguran. Mengambil contoh, misalnya ketaatan terhadap asas ekonomi pasar, di mana pemerintah tidak boleh melakukan koordinasi, tidak melakukan subsidi bunga sebagaimana usulan di atas, sementara nampak di depan mata 10 juta pengangguran dan 30 juta lainnya setengah menganggur yang siap beralih kerja, tindakan seperti itu justru tidak rasional.

Di Indonesia ekonomi pasar diperkenalkan sejak Orde Baru, dan makin kuat sejak reformasi, berarti sudah dijalankan 50 tahun. Apabila ditunggu 50 tahun ke depan, tentu saja hasilnya akan sama. Pengangguran tidak mungkin teratasi dengan sistem ini. Indonesia adalah negara peserta atau negara pinggiran dalam sitem liberal yang berintikan di negara-negara pemilik kapital. Di negara inti, juga sering terjadi krisis dan pengangguran, apalagi di negara peserta. Negara inti bertugas mengembangkan riset dan teknologi serta penanaman modal, negara peserta bertugas menjual bahan dasar dan energi, dalaam struktur seperti ini, surplus atau manfaat dari sistem tentulah untuk mengatasi dahulu permasalahan di negara inti.

Negara peserta yang patuh harus menunggu, dengan logika setelah negara inti terpenuhi akan terjadi luberan atau trickle down effect berupa pembukaan industri dan akhirnya penyerapan tenaga kerja. Kita sudah menunggu luberan 50 tahun, tenaga kerja yang pada waktu itu tamat sekolah menengah atas sekarang sudah berumur 70 tahun, tentu saja negara-negara ini menjadi tidak rasional atau bodoh jika hanya mengandalkan sistem yang harus dipatuhi yang menyebabkan rakyatnya menganggur begitu besar. Sementara itu, di negara inti, jika terjadi sedikit gangguan dan pengangguran yang tidak

Page 13: Makro Ekonomi ISlam

13

seberapa dilakukan usaha-usaha bailout atau tombok dari uang negara. Sebagaimana terjadi pada saat krisis keuangan di Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Apa bedanya bailout dan koordinasi atau kerjasama (ta’awun) yang diusulkan? Bailout dilakukan di belakang sebagai pintu darurat, sedang ta’awun atau kerja sama dilakukan di depan dengan pemikiran dan tujuan-tujuan yang rasional. Tentu saja batas-batas lain harus dijaga yaitu kemungkinan terjadi kolusi dan nepotisme dalam sistem kerja sama seperti tersebut di atas. Ini adalah batas-batas lain yang harus dipenuhi. Untuk mengatasi hal ini perlu dilaksanakan suatu prinsip tarnsparansi;

Riba dan Zakat, Mekanisme APBN dan Perbankan

Kerugian atau kebangkrutan juga disebut dapat menerima bagian dari dana publik (zakat), yang berarti dapat juga disumbang oleh pemerintah dengan tujuan tidak memberati sistem perbankan. Regulasi yang didasari saling menolong yang rasional12, yang harus difikirkan jangan sampai diakali atau menimbulkan moral hazard, merupakan sistem ekonomi yang dibangun oleh Islam. Negara-negara kapitalis atau negara liberal menganut asas, agar semua alokasi diatur oloeh pasar secara otomatis. Harga-harga, dan dalam hal ini tinggi rendahnya bunga akan mengatur tinggi rendahnya investasi, sedemikian rupa sehingga bekerja otomatis. Jika penduduk atau tenaga kerja terlalu banyak upah akan turun dan menyebabkan investasi menjadi mengungtungkan dan pengangguran akan menghilang. Namun, di negara-negara muslim besar hal seperti ini tidak terjadi. Di Amerika yang merupakan inti negara liberal, sistem pasar dalam dunia keuangannya baru saja menimbulkan krisis. Krisis tersebut pada intinya disebabkan oleh dijual belikannya instrumen keuangan13.

Islam tidak anti pasar, tetapi menyadari bahwa pasar bisa menyebabkan berkembang liar, misalnya melimpahnya tenaga kerja menyebabkan upah yang sangat rendah yang tidak manusiawi. Dan, pasar dalam hal ini penentuan suku bunga berdasar interaksi suplai-demand di sektor perbankan, ternyata belum cukup, masih menyisakan masalah, misalnya pengangguran yang tinggi di negara-negara muslim. Hal ini berarti bahwa sistem pasar saja tidak cukup, pada saat itu pasar harus ditolong, dan dalam Al Qur’an diberi sinyal ditolong dengan zakat, yaitu untuk mengganti bunga bank yang harus ditanggung pengusaha yang diberi tugas memberi lapangan pekerjaan.

Dengan prinsip saling menolong, maka pos APBN atau dana publik (atau zakat) diperintahkan untuk mengganti suku bunga, zakat juga dimungkinkan untuk mengganti perbankan berbasis syirkah pada saat pengusaha mengalami kerugian. Tentu saja semua hal ini harus dibuktikan dengan kejujuran yang merupakan inti agama Islam14, bukan rekayasa yang akan memberatkan APBN. Zakat yang dikelola negara walaupun diijinkan untuk membantu kebangkrutan juga memiliki batas atas yaitu kurang lebih seperdelapan dari dana sosial dialokasikan dalam APBN.

Dengan dukungan seperti ini bank Islam berbasis syirkah diijinkan bekerja menurut sistem pasar yang rasional, tetapi disediakan pintu darurat oleh pemerintah melalui penggunaan dana zakat yang dalam dunia Islam mestinya dikembalikan menjadi sumber dana pemerintah. Islam meregulasi pasar bukan bertujuan membatasi ruang

12 Q.S. 5:2 13 Krisis keungan 14 Ayat dan hadist, Implementasinya bisa dilakukan dengan siste, audit

Page 14: Makro Ekonomi ISlam

14

geraknya seperti dalam sistem komando, tetapi bahkan menolong pasar untuk mencapai tujuan yang dapat difikirkan secara masuk akal dan manusiawi seperti tujuan menghilangkan pengangguran dan membatasi upah minimum. Islam justru sangat menghargai peran pengusaha jangan sampai terjadi kerugian yang menimbulkan dis-insentif. Ibnu Taimiyah bahkan Gozali yang terkenal sufi berpendapat agar para pengusaha memperoleh laba yang cukup.15

Untuk apa dunia Islam mempertahankan sistem ekonomi pasar, yang tidak menyelesaikan masalah misalnya menyisakan jutaan pengangguran? Di Indonesia saja saat ini pengangguran terbuka sebesar 10 juta lebih dan tiga kali lipat lebih orang yang bekerja seadaanya yang siap menjadi tenaga kerja jika lapangan kerja terbuka. Kesetiaan kepada sistem ekonomi pasar, tidak menyelesaikan masalah secara mendasar. Oleh sebab itu harus ada keberanian mengajukan dan memikirkan sistem baru. Dengan misalnya melibatkan dana publik untuk memberi insetif pembukaan lapangan kerja. Suku bunga riel dan nominal.

Dengan adanya inflasi (deflasi) suku bunga yang diterima atau dibayarkan atas

modal tidak semuanya merupakan perolehan atas modal yang riel. Suku bunga nominal harus dikurangi besarnya inflasi (deflasi) baru diperoleh suku bunga yang riel. Dengan demikian jika sesorang mendeposito uangnya mendapat bunga atau margin sebesar 7 persen setahun dan pada saat yang sama terjadi inflasi 6 persen, maka suku bunga rielnya sebesar 1 persen. Negara-negara dengan tingkat inflasi yang tinggi mendorong suku bunga nominal juga tinggi, hal tersebut terjadi supaya suku bunga rielnya menjadi kurang lebih sama dengan suku bunga riel di dunia. Negara sedang berkembang memberi insentif suku bunga yang lebih tinggi supaya pemilik modal di negara lain bersedia menempatkan dananya di dalam negeri. Hal terebut sebagai kompensasi karena umumnya negara sedang berkembang memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi.

Nilai Islam mengajarkan untuk menghapuskan riba (tambahan) atau bunga atas modal, dan sebagai penggantinya diback up oleh zakat yang dalam dunia modern adalah dana negara. Sebagaimana diuraiakan sebelumnya hal tersebut bermakna supaya tumbuh banya wirausaha, dan dengan demikian dapat menyerap pengangguran yang begitu besar di negara-negara muslim besar seperti misalany di Indonesia, Pakistan dan Mesir. Dengan pembedaan atas bunga nominal dan riel, maka tugas pemerintah untuk memback up suku bunga tidaklah sepenuhnya, untuk mencapai suku bunga nol, pengusaha yang meminjam dana masih menanggung sebesar inflasi yang terjadi dan selebihnya dibackup oleh pemeintah, sebagai kompensasi penciptakan lapangan pekerjaan dan munculnya basis pajak (tax base) yang baru.

Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa dengan idea suku bunga riel nol dan menggantinya dengan zakat (dana publik), maka portofolio pembiayaan dalam ekonomi Islam dapat berujud alternatif berikut.

a. Modal sendiri b. Meminjam dari bank swasta tertentu atau bank negara yang beban bunganya

untuk membiayai operasional dan pengembangan bank tersebut sebagian menjadi beban keuangan publik (zakat). Kredit ini diperuntukkan kepada pengusaha baru

15 Karim,

Page 15: Makro Ekonomi ISlam

15

dan pengusaha kecil. Dengan implikasi pemerintah mengintegrasikan zakat dalam sistem pepajakaannya.

c. Meminjam dari bank swasta dan juga bank negara dengan skema murabahah (jual beli secara mengangsur) terutama untuk membiayai kebutuhan barang-barang konsumsi atau barang modal (gedung, mesin, dan kendaraan).

d. Memperoleh dana dari psar modal dengan cara menjual saham, hal mana sesuai dengan skema syirkah atau bagi hasil.

e. Pada saat yang sama Islam tidak setuju dengan perdagangan indeks, karena hal tersebut tidak berhubungan dengan bagi hasil dan sektor riel. Dalam terminologi agama yang disebut dengan maisir16, yang berbasis perjudian atau spekulasi.

Empat skema a sampai d di atas diharapkan akan mendorong banyak usahawan baru,

mensatabilkan yang sudah ada dan akan menyerap banyak tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya full employment yang menjadi ideal dari ekonomi makro. e. Harga Saham di Pasar Modal Harga saham juga merupakan indikator ekonomi makro yang menggambarkan harapan terhadap ekonomi di masa depan. Apabila nilai rata-rata saham meningkat tinggi, menunjukkan ramalan atau dugaan orang bahwa pertumbuhan ekonomi akan tinggi, laba akan tinggi, dan penyerapan tenaga kerja meningkat atau pengangguran akan menurun. Saham adalah kupon yang menunjukkan pemilikan suatu perusahaan. Dengan memiliki saham seseorang berharap akan memperoleh deviden yaitu bagian keuntungan yang dibagi kepada pemilik saham. Harga saham merupakan respons dari performance perusahaan yang lalu dan harapan terhadap masa depan suatu perusahaan. Harga saham secara umum menggambarkan harapan akan perkembangan perusahaan perusahaan dalam suatu ekonomi, atau ringkasanya disebut dari perkembangan ekonomi.

Namun, pembelian saham memiliki pengikut atau buntut, yaitu orang yang hanya berspekulasi untuk ikut membeli saham dan menjualnya kembali manakala harga sudah meningkat. Hal ini menyebabkan harga saham bergerak meningkat melebihi yang seharusnya. Pada saat sebagian besar pemegang saham ingin memperoleh keuntungan dan dalam waktu bersamaan menjual sahamnya, maka harga saham akan jatuh. Meningkat dan menurunnya harga saham tersebut, akan menimbulkan fluktuasi dan spekulasi.

Pembelian saham yang murni yang ditujukan untuk memperoleh dividen atau bagian keuntungan merupakan skema yang sesuai dengan azas syirkah (bagi hasil) dalam ekonomi Islam, namun spekulasi yang dilakukan dengan cara membeli saham supaya harganya meningkat dan menjualnya kembali pada saat harga tinggi, dan karena nilainya melampaui yang seharusnya (overvalue), kemudian harganya jatuh dan merugikan orang lain, hal seperti ini termasuk maisir (judi), atau gharar (memperdaya) yang dilarang di dalam Islam.

Islam menghendaki ekonomi yang jujur, misalnya orang membeli saham hendaknya memang didasari untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan dan bertujuan mendapatkan bagian keuntungan dari laba perusahaan tersebut. Tentu saja kepemilikan tersebut boleh dijual dengan wajar, misalnya karena suatu kebutuhan. 16 Q. S. 5: 90.

Page 16: Makro Ekonomi ISlam

16

Dengan demikian pergerakan harga saham akan berada pada wilayah normal. Namun membeli saham untuk memperoleh keuntungan harga (gain), hal tersebut tidak terkait dengan dukungan terhadap perusahaan yang mengeluarkannnya, dan hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan ekonomi Islam. Spekulasi ini terbukti merupakan biang atau sumber krisis ekonomi dunia dewasa ini. Perdagangan indeks

Di samping pasar modal, juga terdapat pasar derivatif, seperti misalnya indeks. Orang membeli saham bukanlah untuk menyimpan kupon sahamnya, melainkan berharap apabila harga meningkat pembeli tersebut akan menjualnya dan berharap memperoleh keuntungan (capital gain). Kekayaan para pemegang saham dapat naik dan turun sedemikian rupa sesuai dengan naik turunnya nilai sahamnya. Hal ini memberi peluang munculnya pasar indeks. Indeks tidak lain adalah rata-rata nilai saham yang dibatasi dalam indeks tersebut, misalnya indeks 45 saham unggulan. Naik turunnya indeks kemudian dijual ke masyarakat. Masyarakat pembeli indeks bukannya memiliki suatu saham perusahaan secara definitif melainkan hanya angka ikutan. Pembeli indeks berspekulasi dengan rapan indeks akan meningkat di masa mendatang. Peningkatan ini merupakan harapan terhadap perkembangan ekonomi di masa datang.

Derivatif bukan saja dalam indeks tetapi menyangkaut banyak hal. Derivatif dapat melipat gandakan aset dan munculnya derivatif ini untuk mewadahi kelebihan daya beli yang berada tangan masyarakat. Kemajuan ekonomi yang tinggi dan dalam tempo lama menyebabkan pendapatan per kapita suatu bangsa menjadi sangat tinggi. Setelah terpenuhi kebutuhan dasar dan sekundernya, kelihatannya diperlukan aset aset yang dapat dibeli untuk menyerap kekayaan bangsa tersebut. Apabila indeks tidak diperdagangkan maka sisa daya beli akan dipaksa untuk mengalir ke negara-negara sedang berkembang dan kemakmuran dunia tentu akan meningkat. f. Luar Negeri Ekonomi nasional pada era modern sangat tergantung dengan luar negeri. Hubungan keluar negeri dibedakan kedalam dua kelompok besar, pertama adalah ekspor dan impor barang dan jasa, dan kedua, lalu lintas modal yang meiputi transaksi pinjam meminjam antar negara, dan transaksi pengiriman atau penerimaan deviden. Kedua kelompok transaksi tersebut menyebabkan besarnya stock dan permintaan valuta asing di dalam negeri. Jika ekspor melebihi impor akan maka stock valuta asing akan meningkat, sedangkan jika impor melenihi ekspor maka jumlah valuta asing akan menyusut. Pinjaman dalam bentuk valuta asing akan menyebabkan masuknya valuta asing, tetapi angsuran pokok dan bunganya akan menyebabkan aliran valuta asing ke luar. Kesemua gejala ini diwakili oleh tingkat kurs, apabila ekspor tinggi valuta asing masuk dan melimpah, maka kurs turun. Begitu pula sebaliknya jika impor meningkat atau ekspor menurun maka stock valuta akan menurun, jumlah uang asing menurun dan tingkat kurs akan meningkat. Apabila dibalik, maka kurs sebagai indikator hubungan ekonomi suatu negara dengan negara lain atau sering disebut rest of the world.

Page 17: Makro Ekonomi ISlam

17

Valuta asing juga masuk dan keluar untuk mendirikan usaha di dalam negeri, membeli atau menyewa tanah, membangun pabrik, dan menjalankan suatu usaha. Semua ini disebut investasi langsung (foreign direct investment=FDI). FDI akan sangat menolong perekrutan tenaga kerja yang biasanya dibayar lebih tinggi daripada bekerja di perusahaan domestik. FDI sering menjadi masalah dalam hal nasionalisme ekonomi. Sudah menjadi naluri manusia mendahaulukan diri, keluarga, dan bangsa. Ketika perusahaan-perusahaan asing menguasai industri-indsutri terpenting suasana kolonial akan sangat terasa. Hal ini juga menjadi masalah besar di negara-negara muslim. FDI yang menolong tenaga kerja sering yang mengandung banyak polusi, dan sering dalam bidang eksploitasi tambang-tambang yang tidak terbarukan. Dalam hal terakhir ini disebabkan asing membawa kemampuan teknologi. Seringkali peraturan yang lemah di negara sedang berkembang eksploitasi tersebut meninggalkan kerusakan alam yang tidak seimbang dengan bagi hasil atau royalty yang diterima oleh adanya perusahaan asing.

Valuta asing di samping masuk dalam FDI juga masuk untuk membeli saham di dalam negeri, indeks saham, membeli obligasi, ditanam dalam deposito perbankan, dan untuk jual beli valuta itu sendiri. Investasi ini disebut investasi tidak langsung, uang asing tersebut memang dapat mendorong sektor riel misalnya ketika untuk membeli saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan atau oleh negara. Valuta asing yang masuk di sektor ini disebut uang panas. Disebut demikian karena sewaktu-waktu bisa ditarik. Deposito dapat dibatalkan sebelum jatuh tempo, obligasi bisa dijual kembali pada saat menguntungkan, dan demikian juga saham-saham dan bursa valuta. Pada saat valuta asing ditarik secara besar-besarn dan dalam waktu mendadak, valuta tersebut harus dikonversi atau ditukar ke mata uang lain. Hal ini mempengaruhi pasar valuta asing dan menyebabkan kenaikan (penurunan) suatu mata uang. Gelombang masuk dan gelombang penarikan valuta asing bisa menyebabkan krisis, yang pernah dialami oleh Indonesia dan Asia pada akhir tahun 1990an sampai awal 2000an17.

Demikianlah pengantar ekonomi makro Islam yang tidak lain adalah analisis

makro ekonomi dengan menginternalisasi nilai-nali Islam. Dengan internalisasi tersebut kita memerlukan suatu modifikasi model yang tersedia. Makro ekonomi Islam tidak lain adalah, upaya menjawab pertanyaan pertanyaan ekonomi dalam ajaran Islam, dan implikasinya atau prediksinya terhadap perilaku ekonomi agregat. Penulis berpendapat bahwa alat-alat analisis ekonomi yang ada dapat digunakan untuk menjawab atau memprediksi bagaimana hasil atau akibatnya secara agregat apabila suatu ajaran Islam diimplemntasikan.

17