MAKALAH TUJUAN PENDIDIKAN
-
Upload
hasbi-saragih -
Category
Documents
-
view
240 -
download
5
Transcript of MAKALAH TUJUAN PENDIDIKAN
TUJUAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Disusun Oleh :
1. Ahmad Sudarto NIM 111068
2. Dwi Astutik NIM 111076
3. Marfu’ah NIM 111084
4. Nur Huda NIM 111092
5. Suciati NIM 111101
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PATI
2012
i
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq
dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan
makalah tentang “Tujuan Pendidikan” ini dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah
kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai
kehidupan ini.
Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas tentang Pembahasan mengenai
tujuan Pendidikan, kedudukan dan fungsi Tujuan Pendidikan serta taksonomi dan klasifikasi
tujuan pendidikan.
Dalam kesempatan kali ini,penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Aida Husna, MA. selaku Dosen Ilmu Pendidikan yang telah membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Media massa, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam penulisan
Makalah ini
3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi
wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Pati , 6 Mei 2012
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk
ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya.
Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin
berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita
sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses
kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman maka diperlukan satu pendidikan yang
dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Dimana ketiga
hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai
kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin penting. Yang pada akhirnya menjadikan
pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat
baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat
mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan
penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam
proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan
unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu
perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh
karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah
yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
1
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai :
1. Apakah tujuan Pendidikan ?
2. Apakah kedudukan dan fungsi Tujuan Pendidikan ?
3. Bagaimana klasifikasi tujuan pendidikan?
4. Bagaimana taksonomi tujuan pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TUJUAN PENDIDIKAN
Pengertian pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan
(Dirto Hadisusanto, Suryati Sudartho dan Dwi Siswoyo, 1995) sasaran yang dicapai melalui
pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan. Wujud tujuan
pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sehingga tujuan
pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan
kepentingannya yang dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah
maupun luar sekolah. 1
Output dari pendidikan dapat tercapai secara maksimal jika tujuan dari pendidikan ditentukan
dengan tepat dan benar. Oleh karenanya, sebelum menentukan tujuan, sebaiknya kita
menentukan dasar / landasannya terlebih dahulu.
1 Rochmad Wahab. 2011. Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo, hal. 87.
2
Adapun yang menjadi landasan pendidikan nasional kita adalah :
Landasan filosofis : Pancasila dan UUD 1945
Landasan sosiologis : masyarakat Indonesia
Landasan kultural : kebudayaan nasional
Landasan psikologis : perkembangan peserta didik
Landasan ilmiah dan teknologi : perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Setelah dasar / landasan pendidikan ditetapkan, kita dapat menyusun tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Ada beberapa rumusan mengenai tujuan pendidikan nasional
bagi bangsa Indonesia, namun yang akan kita bahas di sini adalah rumusan yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 serta rumusan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang
hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh yang
mengandung makna lebih luas.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut : pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan bahwa manusia
yang ingin dihasilkan dari sistem pendidikan di Indonesia adalah manusia yang mumpuni,
yang mampu menjawab tantangan jaman namun tetap berakar pada nilai-nilai moral yang
dianut oleh bangsa Indonesia.
3
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI TUJUAN PENDIDIKAN2
Dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang mat penting. Lebih –
lebih bila dibandingkan diantara aneka komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen yang diadakan, serta seluruh kegiatan
pendidikan yang diupayakan semua semata-mata hanyalah tertuju pada pencapaiab tujuan
pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan
yang menyimpang dari pencapaian tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan
yang menyimpang juga.
Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting pula selain
penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan
orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-
baiknya. Oleh karena pendidikan memiliki fungsi yang mat penting tersebut, maka tujuan
pendidikan harus dirumuskan secara mantap oleh semua pendidikan disemua jenjang.
Dengan rumusan tujuan pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan pendidikan yang
dilakukan tidak akan menyimpang.
C. KLASIFIKASI TUJUAN PENDIDIKAN3
Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan berdasarkan pendekatan tertentu.
Pengklasifikasian ini perlu diadakan supaya dapat diketahui jenis dan jenjang suatu
tujuan pendidikan, dan hal ini dapat membantu si perancang/pengembang program pendidikan.
Klasifikasi tujuan pendidikan meliputi:
1. Tujuan-tujuan keterampilan kehidupan, yakni keterampilan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, yang meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tujuan-tujuan metodologis, berkenaan dengan cara-cara berpikir dan bertindak terhadap
informasi, dan cara-cara mengetahui disiplin mata ajaran.
3. Tujuan-tujuan isi, yang berkenaan dengan kemampuan siswa yang meliputi konsep,
generalisasi, prinsip, yang ada dalam daerah dan struktur mata ajaran tertentu.
Klasifikasi tujuan pendidikan ini berguna dalam rangka memilih dan merumuskan tujuan-2 Ibid hal 88 - 893 unsam.ac.id/uploads/Tujuan_Belajar.docx
4
tujuan suatu bidang pengajaran / bidang studi.
Klasifikasi tujuan pendidikan dilakukan berdasarkan pendekatan-pendekatan :
1. Langsung/jangka panjang
2. Jenis perilaku (tipe performance)
3. Sumber.
1. Pendekatan langsung
Dengan pendekatan ini diklasifikasikan tujuan menjadi beberapa tujuan pendidikan,
yakni :
a. Tujuan jangka panjang (long term), misalnya pengetahuan dan keterampilan yang
berdayaguna sepanjang kehidupan.
b. Tujuan antara (medium term), yang mencakup hal-hal yang diperoleh dari
sekolah.
c. Tujuan pembelajaran (course), berkenaan dengan bidang studi yang akan
diajarkan.
d. Tujuan unit, berkenaan dengan unit-unit yang akan diajarkan.
e. Tujuan pelajaran (lesson), berkenaan dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan.
f. Tujuan latihan, berkenaan dengan tingkah laku khusus yang akan dilatilikan.
Klasifikasi tujuan pendidikan ini digunakan dalam rangka merancang kurikulum.
2. Pendekatan Jenis Perilaku
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan, yang terdiri dari
a. Tujuan-tujuan kognitif.
b. Tujuan-tujuan afektif.
c. Tujuan-tujuan psikomotorik.
Klasifikasi ini berguna dalam penyusunan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Penjelasan lebih lanjut mengenai taksonomi ini disajikan pada uraian berikutnya.
3. Pendekatan sumber
Pendekatan ini bertitik tolak dari kebutuhan masyarakat, kebutuhan organisasi, atau
kebutuhan individual.
5
Kebutuhan-kebutuhan tersebut diklasifikasikan dari segi input (isi atau informasi),
proses (kemampuan berpikir), produk (keterampilan atau perilaku khusus).
D. TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN4
Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan,
yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan
tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan
psikomotor.
1. Matra5 Kognitif
Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom mengemukakan jenjang
jenjang tujuan kognitif, sebagai berikut:
1. Pengetahuan. Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari,
mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat,
seperti : istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip.
2. Pemahaman. Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.
Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan
memperkirakan. Contoh : memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan lisan,
menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika.
3. Penerapan (aplikasi). Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi : aturan, metode, konsep, prinsip,
hukum, teori. Contoh : melaksanakan konsep dan prinsip ke situasi baru, melaksanakan
hukum dan teori ke situasi praktis, mempertunjukkan metode dan prosedur.
4. Analisis (pengkajian). Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-
bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi identifikasi bagian-
bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip
organisasi. Contoh : menyadari asumsi-asumsi, menyadari logika dalam pemi-
kiran, membedakan fakta dan inferensi.
5. Sintesis. Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu
keseluruhan baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara
memformulasikan pola dan struktur baru. Contoh : menulis cerita pendek yang kreatif,
menyusun rencana eksperimen, menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan masalah.
4 unsam.ac.id/uploads/Tujuan_Belajar.docx
5 Matra (ukuran)
6
6. Evaluasi. Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk
maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kritena ekstemal. Contoh :
mempertimbangkan konsistensi bahan tertulis, kemantapan suatu konklusi berdasarkan
data, nilai suatu pekerjaan berdasarkan kriteria internal dan/atau eksternal.
2. Matra Afektif
Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral, yang
merupakan aspek-aspek penting, perkembangan siswa. Krathwohl, Bloom, dan Masia,
mengembangkan hierarki matra ini, yang terdiri dari:
1. Penerimaan (receiving); suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima,
perhatian terpilih. Contohnya : Siswa mempertunjukkan kemauan untuk
mendengarkan rekaman musik rock, tetapi mengekspresikan perasaan yang lemah
terhadap musik tersebut.
2. Sambutan (responding) : suatu sikap terbuka ke arah sambutan; kemauan untuk
merespons; kepuasan yang timbul karena sambutan. Misalnya : Siswa
memutuskan untuk merespons pada lagu yang disajikan dan mengalami
kesenangan/kepuasan karenanya.
3. Menilai (valuing) : penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai,
membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai. Contoh : Siswa menerima nilai
musik dangdut, menghubungkannya dengan sistem nilainya sendiri, dan membentuk
suatu kesepakatan sehubungan dengan pentingnya musik tersebut.
4. Organisasi (organization) : suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu
organisasi dari suatu sistem nilai. Contoh : Siswa menyatukan apresiasinya
yang baru menjadi/ke dalam sistem nilainya sendiri mengenai musik atau kultur
lainnya.
5. Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai: suatu formasi mengenai perangkat
umum, suatu manifestasi daripada kompleks nilai. Contoh: Siswa menyatukan nilai
musik ke dalam kehidupan pribadi dan menerapkan konsep tersebut pada hobi
pribadinya, atau minat, atau kariernya.
Tingkat-tingkat pada hierarki ini tampak kurang jelas perbedaannya antara yang satu
dengan yang lainnya dan kurang tampak pada siswa, lain halnya pada matra kognitif.
3. Matra Psikomotorik
7
Matra psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan, yang menunjuk
pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecakapan fisik dapat
berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik yang khusus atau urutan
keterampilan.
Struktur hierarki tujuan-tujuan psikomotorik dikembangkan oleh Elizabeth Simpson
(1966 - 67), sebagai berikut :
1. Persepsi (perception). Penggunaan lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang
tujuan dan untuk menerjemahkannya menjadi tindakan (action). Contoh: ketika
bermain volley ball, siswa menggunakan penglihatan, pendengaran dan stimulasi untuk
menyadari unsur-unsur fisik daripada permainan itu.
2. Kesiapan (set). Dalam keadaan siap untuk merespons secara mental, fisik dan
emosional. Contoh : seorang siswa menunjukkan persiapan fisik dan sikap untuk
melakukan kegiatan, misalnya siap start berenang.
3. Respons terbimbing (guided response). Bantuan yang diberikan kepada siswa melalui
pertunjukan peran model, misalnya setelah guru mendemonstrasikan suatu bentuk
tingkah laku, lalu siswa mempraktikkannya sendiri.
4. Mekanisme. Respons fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan, misalnya
menunjukkan keterampilan kerja kayu setelah mengalami pelajaran sebelumnya.
5. Respons yang unik (complex overt response). Suatu tindakan motorik yang rumit
dipertunjukkan dengan terampil dan efisien. Misalnya, setelah siswa latihan mengetik,
maka dia dapat melaksanakan tugas-tugas yang ditentukan secara lengkap tanpa
kesalahan dan dengan kecepatan tinggi.
6. Adaption. Mengubah respons-respons dalam situasi-situasi yang baru. Misalnya,
setelah mempelajari bermain basket ball, siswa menerapkan keterampilan-keterampilan
yang telah dipelajari itu dalam bermain basket di air.
7. Originasi. Menciptakan tindakan-tindakan baru. Misalnya, setelah menyelesaikan
pelajaran cara terjun ke dalam kolam, siswa menciptakan cara-cara terjun baru
dengan mengkombinasikan keterampilan yang telah dipelajari dengan eksperimen fisik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai tujuan pendidikan di atas, Dapat kita ketahui bahwasanya
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat
baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga
dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai,
diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan
keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa
mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan
tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan
pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap
peradaban bangsa.
B. Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk
mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan
pendidikan secara mendalam.
9
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Rochmad. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : CV
Aswaja Pressindo
http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-dasar-dan-tujuan-pendidikan/
unsam.ac.id/uploads/Tujuan_Belajar.docx
10