Makalah Teori Akuntansi

35
BAB 1 PENDAHULUAN Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”, karena pendekatan tersebut ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran baru yang mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita dapat membedakan beberapa pendekatan tersebut menjadi: 1. Pendekatan nonteoritis; 2. Pendekatan deduktif; 3. Pendekatan induktif; 4. Pendekatan secara etis; 5. Pendekatan sosiologis; dan 6. Pendekatan ekonomi. Pada bab ini, masing-masing pendekatan akan dibahas dari segi kontribusinya terhadap formulasi suatu teori akuntansi, dan dari segi keunggulannya secara relatif bagi akuntansi, perbedaan antara penyusunan dan verifikasi teori, hakikat teori akuntansi, daan metodologi untuk memformulasikan teori akuntansi. Page | 1

description

Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”, karena pendekatan tersebut ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran baru yang mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita dapat membedakan beberapa pendekatan tersebut menjadi:1. Pendekatan nonteoritis;2. Pendekatan deduktif;3. Pendekatan induktif;4. Pendekatan secara etis;5. Pendekatan sosiologis; dan6. Pendekatan ekonomi.

Transcript of Makalah Teori Akuntansi

BAB 1

PENDAHULUAN

Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa

dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”, karena pendekatan tersebut

ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu

teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran

baru yang mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi

konseptual. Kita dapat membedakan beberapa pendekatan tersebut menjadi:

1. Pendekatan nonteoritis;

2. Pendekatan deduktif;

3. Pendekatan induktif;

4. Pendekatan secara etis;

5. Pendekatan sosiologis; dan

6. Pendekatan ekonomi.

Pada bab ini, masing-masing pendekatan akan dibahas dari segi kontribusinya terhadap formulasi

suatu teori akuntansi, dan dari segi keunggulannya secara relatif bagi akuntansi, perbedaan antara

penyusunan dan verifikasi teori, hakikat teori akuntansi, daan metodologi untuk

memformulasikan teori akuntansi.

Page | 1

BAB 2

PEMBAHASAN

4.1 HAKIKAT AKUNTANSI: BERBAGAI GAMBARAN

Committee on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants pada

awalnya mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan

aturan baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak

sebagian darinya, memiliki karakter keuangan,dan selanjutnya interpretasi atas

hasilnya.

Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:

Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi

kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang

dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan,

dan dalam membuat pilihan logis di antara serangkaian tindakan.

Definisi-definisi di atas mengacu kepada akuntansi baik sebagai “seni” maupun sebagai suatu

“aktivitas pelayanan” dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup

sekumpulan teknik yang dianggap berguna bagi bidang-bidang tertentu.

4.1.1 Akuntansi sebagai ideologi

Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang perihal dan

mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan

kemungkinan untuk mengubahnya.

Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi (ideology) sebagai suatu sarana untuk

mempertahankan dan melegimitasi aturan-aturan sosial, ekonomi dan politik yang berlaku saat

Page | 2

ini. Akuntansi juga telah dianggap sebagai suatu mitos, simbol, dan ritual yang memungkinkan

penciptaan aturan-aturan simbolis yang mana di dalamnya agen-agen sosial dapat saling

berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat

akuntansi sebagai instrumen dari rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.

Persepsi akuntansi sebagai instrument rasionalitas ekonomi digambarkan dengan sangat

baik oleh Weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi sebagai

“tingkat sampai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin dilakukan secara

teknis dan secara nyata dapat diterapkan”.

4.1.2 Akuntansi sebagai bahasa

Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa (language) bisnis. Akuntansi adalah satu alat

mengkomunikasikan informasi suatu bisnis.

Persepsi akuntansi sebagai suatu bahasa ditekankan dalam banyak buku teks akuntansi

yang paling terkenal. Sebagai contoh, Ijiri berpendapat bahwa:

Sebagai bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa

lain. Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan dilaporkan dalam laporan

akuntansi menggunakan bahasa akuntansi, seperti halnya berita yang dilaporkan

dalam surat kabar dengan bahasa Inggris. Dalam menunjukkan suatu peristiwa

dalam akuntansi, seseorang tidak hanya berhadapan dengan risiko tidak

dimengerti tetapi juga risiko menerima hukuman untuk kesalahan penyajian,

kebohongan atau sumpah palsu. Komparabilitas dari laporan menjadi satu hal

yang penting dalam menjalankan fungsi suatu bahasa secara efektif entah bahasa

inggris maupun bahasa akuntansi. Pada waktu yang sama, bahasa juga harus

fleksibel untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan

buletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris, yang mencoba untuk

mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.

Page | 3

Apa yang menjadikan akuntansi sebagai suatu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini,

mari lihat pada persamaan potensial antara akuntansi dengan bahasa. Hawes mendefinisikan

bahasa sebagai berikut:

Simbol manusia bukanlah tanda-tanda yang disusun secara acak yang mengarah

kepada konseptualisasi referensi yang terisolasi dan terpisah. Simbol manusia

disusun dalam suatu tata cara sistematis atau terpola dengan aturan khusus yang

mengatur penggunaannya. Susunan simbol ini disebut suatu bahasa, serta aturan

yang memengaruhi pola dan penggunaan simbol membentuk tata bahasa dari

bahasa tersebut.

Definisi ini dan definisi lainnya menunjukkan bahwa terdapat dua komponen dari bahasa, yaitu

simbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai dua tingkat dalam akuntansi.

Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:

1. Simbol atau karakter Leksikal. Dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang

memiliki arti” dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun. Simbol-simbol ini

merupakan objek linguistik yang digunakan untuk mengidentifikasi konsep-konsep tertentu.

Penyajian secara simbolik memang ada di akuntansi. Sebagai contoh, McDonald

mengidentifikasi angka dan kata serta debit dan kredit sebagai satu-satunya simbol yang

diterima dan unik dalam disiplin ilmu akuntansi.

2. Aturan tata bahasa. Dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apa

pun. Dalam akuntansi, aturan tata bahasa mengacu pada sekelompok prosedur umum yang

digunakan dan diikuti untuk menciptakan seluruh data keuangan bisnis. Jain membuat

persamaan berikut antara aturan tata bahasa dengan aturan akuntansi:

CPA (ahli dalam akuntansi) mensertifikasi kebenaran dari penerapan aturan sama

halnya dengan ahli bahasa untuk kebenaran tata bahasa dari kalimat. Aturan-

aturan akuntansi merumuskan struktur inheren dari suatu bahasa baku.

Page | 4

4.1.3 Akuntansi sebagai catatan historis

Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis (history)

suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik maupun

pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan

manjer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya Birnberg

membedakannya menjadi empat periode :

a. Periode Pemeliharaan Murni

b. Periode Pemeliharaan Tradisional

c. Periode Utilisasi Aktiva

d. Periode Terbuka

Dua periode pertama mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber daya secara

utuh kepada prinsipal dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna memenuhi fungsi

pemeliharaan. Dalam dua periode ini, pengungkapan data neraca dianggap sudah memadai.

Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk memberikan inisiatif dan wawasan dalam

menggunakan aktiva untuk melakukan rencana yang telah disetujui. Sebagai tambahan selain

neraca, periode ini membutuhkan diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan

aktiva. Terakhir, periode terbuka berbeda dari periode utilisasi aktiva dengan memberikan

fleksibelitas yang lebih tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk

memetakan arah dari utilisasi aktiva. Birnberg menguraikan konsep terakhir ini sebagai berikut:

Hal ini mencakup tidak hanya arah awal, tetapi juga menentukan titik waktu kritis

yang menentukan kapan aturan tersebut harus diubah. Seperti pengendalian

strategis, fungsi kepengurusan membutuhkan adanya suatu tingkat tanggung

jawab signifikan yang dijalankan oleh si pelayan. Gugus tugas ini mungkin

memiliki cirri-ciri struktur yang lemah dan sejumlah ketidakpastian yang

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin menemukan sistem

pelaporan kita terjepit oleh komunikasi. Kebutuhan akan detail di satu sisi dan

risiko kompleksitas yang berlebihan di sisi lain.

Page | 5

4.1.4 Akuntansi sebagai realitas ekonomi masa kini

Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi

masa kini. Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi

harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan ekonomi

daripada biaya historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang

sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu

periode waktu.

4.1.5 Akuntansi sebagai sistem informasi

Akuntansi selalu di pandang sebagai sesuatu sistem informasi (information system).

Akuntansi diasumsikan menjadi suatu proses yang menghubungkan suatu informasi atau

pemancar (biasanya si akuntan), dan serangkaian penerima (penguna eksternal). Pada dasarnya

ketika dianggap sebagai suatu proses komunikasi akuntan didefinisikan sebagai proses

pengodean observasi dalam bahasa sistem akuntansi manipulasi tanda sekaligus pelaporan

sistem dan tambahan empiris. Pertama mengasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah sebagai

satu-satunya sistem pengukuran formal yang ada di organisasi.

Kedua memperbesar kemungkinan perancangan sesuatu sistem akuntansi yang optimal

dan mampu menyediakan informasi yang berguna pada pengguna. Perilaku pengirim adalah hal

terpenting baik dari segi reaksi terhadap informasi maupun kegunaan dari informasi yang dibuat.

Keunggulan gambaran akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:

Sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi dijusdifikasi dalam hal kemampuannya

untuk menunjukkan laba yang sebenarnya maupun ketepatannya dalam menyajikan

sejarah selama pengguna yang berbeda-beda memperoleh manfaat dari informasi

tersebut maka kegunaan dari sistem dapat ditentukan.

4.1.6 Akuntansi sebagai komoditas

Akuntansi juga dipandang sebagi suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatu

aktivitas ekonomi. Akuntansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus dan akuntan

mau dan mampu untuk menghasilkannya. Sebagai suatu komoditas publik, akuntansi

Page | 6

menyediakan dasar ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan publik dan

mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan lingkungannya. Pilihan informasi

akuntan dan teknik akuntan selanjutnya mungkin memiliki dampak pada kesejahteraan dari

berbagai kelompok di masyarakat. Sebagai hasilnya, terdapat suatu pasar untuk informasi

akuntan yang mendorong adanya permintaan dan penyediaan. Sebagai contoh:

Munculnya gambaran akuntansi sebagai suatu komoditas sekali lagi menyediakan

suatu contoh langsung mengenai cara di mana pemikiran akuntansi

mencerminkan isi sosialnya. Akuntansi telah bangkit sebagai suatu era

menjamurnya regulasi dan meningkatnya kepedulian terhadap kepentingan publik

dalam situasi sumber daya yang langka dan banyaknya permintaan yang saling

bersaing. Hal ini telah memberikan pemikiran bagi kebijakan akuntansi yang

mencoba untuk membantu pengalokasian dari sumber daya dalam melayani

kepentingan publik.

4.1.7 Akuntansi sebagai mitos

Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos atau ritual simbolis. Akuntansi

menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan

fenomena kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi kompleks diterjemahkan bagi

para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti, sehingga menciptakan

lebih banyak mitos daripada kenyataan. Sebagai akibatnya, penhgumpulan informasi akuntansi

sebagai ritual yang diharapkan dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa telah dibuat pilihan-

pilihan yang cerdas dan bahwa terdapat suatu komitmen untuk melakukan penerapan secara

sistematis dari informasi akuntansi terhadap keputusan-keputusan. Suatu penggunaan informasi

akuntansi secara simbolis menjadi sebuah perilaku manajerial yang tepat. Seperti yang

dinyatakan oleh Martha Feldman dan James March:

Pengumpulan informasi menyediakan suatu jaminan yang bersifat ritual bahwa

telah dilakukan sikap yang benar dalam pengambilan keputusan. Dengan skenario

kinerja tersebut, informasi tidak hanya menjadi sekadar dasar untuk tindakan.

Informasi adalah suatu sebagai penyajian kompetensi dan pengukuhan dari nilai

sosial. Perintah dari informasi dan sumber informasi meningkatkan kompetensi

Page | 7

dan menginspirasikan keyakinan. Kepercayaan bahwa informasi yang lebih

banyak akan menunjukkan keputusan yang lebih baik menimbulkan suatu

keyakinan bahwa memilki informasi adalah baik. Dan bahwa seseorang atau

organisasi dengan lebih banyak informasi adalah lebih baik jika dibandingkan

dengan seseorang atau organisasi dengan sedikit informasi. Jadi pengumpulan

pengumpulan dan penggunaan informasi dalam organisasi merupakan bagian

kinerja dari suatu pengambil keputusan atau suatu organisasi yang sering

mencoba membuat keputusan yang cerdas dalam suatu situasi di mana verifikasi

dari kecerdasan sangatlah prosedural dan normatif. Seorang pengambil keputusan

yang baik adalah seseorang yang membuat keputusan dengan cara seperti yang

dilakukan oleh seorang pengambil keputusan yang baik, dan para pengambil

keputusan dan organisasi membakukan legitimasi mereka dengan penggunaan

informasi mereka.

4.1.8 Akuntansi sebagai alasan logis

Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai suatu alasan logis (rationale). Akuntansi

mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya menyediakan

suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang. Dengan adanya ketidaktepatan dan

ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi mungkin digunakan

sebagai suatu cara untuk melegitimasi pemunculannya. Oleh sebab itu, akuntansi menjadi suatu

perisai jaminan atau sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan menyediakan suatu alas an

pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut. Pada dasarnya, angka tersebut

bukanlah angka imajiner, angka tersebut adalah produk sah dari akuntansi digunakan untuk

menjustifikasi pengambilan keputusan tertentu. Rasionalisasi tindakan menjadi penggunaan

utama dari laporan-laporan akuntansi. Karena keputusan organisasi, sekali dilakukan, perlu

untuk dijustifikasi, dilegitimasi, dan dirasionalisasikan, akuntansi menjadi suatu sarana tindakan

yang berguna. Pengembangan dari keahlian akuntansi mengikuti kebutuhan untuk menguatkan

tindakan organisasi. Perkembangan ini ditandai oleh dua kecenderungan: meningkatnya

pelembagaan keahlian serta tumbuhnya penentuan tujuan dan abstraksi dari ilmu akuntansi, yang

menyediakan dasar bagi seseorang untuk mencoba secara formal mengimplikasikan peran yang

dijalankan oleh akuntansi.

Page | 8

4.1.9 Akuntansi sebagai perumpamaan

Akuntansi mungkin dipandang sebagai perumpamaan (imagery). Akuntansi

memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi

bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi

yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi

dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi. Konsekuensi kedua adalah bahwa gambaran

yang diciptakan dari interpretasi terseleksi dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya

menciptakan suatu lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar dari pengambilan

keputusan.

4.1.10 Akuntansi sebagai percobaan

Akuntansi dapat dipandang sebagai percobaan (experimentation). Akuntansi cukup

fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah

baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Perusahaan-perusahaan dapat

melakukan percobaan melalui pemakaian data, teknik, laporan, atau pengungkapan akuntansi

yang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan untuk beradaptasi

terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat atau terpaku kepada pendekatan

konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan terutama ketika ia bersifat sukarela,

inovatif, dan tentatif. Akuntansi memungkinkan seseorang untuk menginvestasi respons-respons

yang diberikan terhadap berbagai opsi-opsi akuntansi dilihat dari kegunaannya terhadap berbagai

unsur penyusun dan untuk memastikan dampak dari respons sebelumnya yang belum dipelajari

dan menentukan serangkaian tindakan yang berbeda-beda. Sebagai percobaan, akuntansi

membiarkan dirinya melalui tahap percobaan dan kesalahan menuju pencarian solusi yang paling

kontinjen untuk situasi yang ada serta berbagai respons dan perilaku yang diharapkan.

Kesuksesan akuntansi sebagai percobaan terletak pada berbagai respons yang mungkin

diberikan oleh para individu terhadap data. L.A. Boland dan G.A. Newman mengidentifikasi

tanggapan yang mungkin dari tiga jenis individu terhadap data, tergantung pada teori-teori yang

dianut oleh individu mempertimbangkan pengetahuan yang ada dan bagaimana mereka

seharusnya merespons data tersebut; tiga jenis individu tadi adalah seorang apriori, seorang

skeptik, dan seorang pesimistis.

Page | 9

4.1.11 Akuntansi sebagai distorsi

Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi tindakan-tindakan baik

dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak yang

mencoba untuk memanipulasi arti dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat empat

kelompok yang mungkin memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek

yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi; akuntan yang menyiapkan data;

akuntan yang memeriksa data; dan penerima data. Masing-masing kelompok tersebut mungkin

selanjutnya tergoda untuk melakukan perilaku disfungsional dan bukannya tindakan normal

ketika terlibat dengan sebuah pesan akuntansi. Perilaku disfungsional mencakup pengiriman

suatu pesan yang tidak jujur atau terdistorsi, yaitu, “suatu hal yang diharapkan oleh manajemen

untuk dinterpretasikan dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan keyakina aktual mereka

mengenai atribut-atribut yang belum diteliti dari keputusan mereka.” Insentif untuk

memanipulasi pesan yang hendak diterima oleh pengguna internal atau eksternal berasal dari

adanya kebutuhan untuk memastikan atau meyakinkan bahwa pesan tertentu akan menciptakan

perilaku tertentu dari pengguna internal atau eksternal. Tindakan disfungsional berupa

manipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode yang digunakan untuk mendistorsi

sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar, diantaranya:

a. Perataan atau penghalusan (smoothing) mencakup proses pengubahan arus data alami

atau terencana tanpa mengubah aktivitas aktual dari organisasi.

b. Pembiasan (biasing) mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki

kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.

c. Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek tertentu

dari sekumpulan informasi.

d. Permainan (gaming) mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim

sehingga menyebabkan terkirimnya pesan.

e. Penyaringan (filtering) mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang

menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi

melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan.

f. Tindakan Ilegal (illegal act) mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar

hukum privat atau publik.

Page | 10

4.2 PENYUSUNAN DAN VERIFIKASI TEORI

Walaupun akuntansi adalah kumpulan teknik-teknik yang dapat digunakan di area-area

khusus, akuntansi dipraktikkan dalam suatu kerangka teoretis implisit yang terdiri atas prinsip

dan praktik yang telah diterima oleh profesi karena dugaan kegunaan dan logikanya. “Prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku umum” ini memandu profesi akuntansi dalam memilih teknik

akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai praktik

akuntansi yang baik. Sebagai respons terhadap lingkungan, nilai, dan kebutuhan informasi yang

berubah, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menjadi subjek dari pemeriksaan ulang

dan analisis kritis yang konstan.

Perubahan-perubahan pada prinsip terjadi terutama sebagai akibat dari berbagai usaha

yang dilakukan untuk memberikan solusi kepada masalah-masalah akuntansi yang muncul dan

untuk merumuskan suatu kerangka teoretis bagi disiplin ilmu tersebut. Jadi, suatu hubungan yang

jelas terjadi di antara usaha percobaan penyusunan teori akuntansi baik untuk menjustifikasi

ataupun untuk menyangkal praktik yang ada. Penyusunan teori akuntansi timbul dari adanya

kebutuhan untuk memberikan pemikiran mengenai apa yang dilakukan atau diharapkan

dilakukan oleh para akuntan.

Proses dari penyusunan teori akuntansi harus diselesaikan oleh verifikasi teori atau

validasi teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai berikut:

Verifikasi dalam riset dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal, termasuk

kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan

persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dari

artifak atau relik, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan parafrase, keakuratan

dari akun-akun historis dan statistik, bukti-bukti dari kejadian yang dilaporkan,

kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret,

kemampuan percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau prediktif

dari generalisasi.

Pernyataan ini memiliki arti bahwa teori seharusnya menjadi subjek dari suatu ujian logis

atau empiris untuk memverifikasi keakuratannya. Jika teori itu didasarkan pada matematika,

verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan kekonsistenan logika. Jika teori itu didasarkan atas

Page | 11

fenomena fisik atau sosial, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan hubungan antara

peristiwa-peristiwa yang dideduksikan dan observasi di dunia nyata.

Teori Akuntansi, karenanya, harus menjadi hasil dari suatu proses penyusunan teori dan

verifikasi teori. Teori akuntansi yang sudah ada seharusnya menjelaskan dan memprediksi

fenomena akuntansi: kapan fenomena seperti itu terjadi, mereka seharusnya dapat dianggap

sebagai verifikasi dari teori. Jika suatu teori tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, teori

tersebut akan diganti oleh suatu teori “yang lebih baik.”

4.3 HAKIKAT TEORI AKUNTANSI

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan

menjelaskan perilaku serta kejadian – kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai

“sekumpulan gagasan ataupun konsep, definisi dan dalil yang menyajikan suatu pandangan

sistematis tentang suatu fenomena, dengan menjelaskan suatu variabel yang ada dan bertujuan

untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena.

Diakui sejak awal bahwa tidak ada teori akuntansi komprehensif yang berlaku saat ini.

Sebaliknya, teori-teori yang berbeda telah ada dan terus diusulkan dalam literatur. Teori-teori ini

muncul dari penggunaan pendekatan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari

usaha mengembangkan teori akuntansi tingkat menenga, dan bukan satu-satunya teori

komprehensif tunggal. Teori akuntansi tingkat menengah berasal dari perbedaan cara peneliti

melihat antara “penggunaan”data akuntansi dan “lingkungan” dimana para pengguna dan

pembuat data akuntansi seharusnya berperilaku. Perbedaan opini memancing komite konsep dan

standar (commitee on concepts and standar) atau laporan keuangan eksternal (external financial

report) dari America Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa:

1. Tidak ada satupun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup kaya

untuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkungan penggunaan dengan efektif.

2. Dicantumkan dalam literatur akuntansi keuangan sebagai teori akuntansi keuangan

melainkan kumpulan teori-teori yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi

dalam spesifikasi lingkungan penggunaan.

Ada beberapa pencetus teori yang berpendapat sebaliknya. E.S Hendrikson mendefinisikan teori

akuntansi sebagai sekumpulan prinsip-prinsip luas yang (1) menyajikan suatu kerangka acuan

Page | 12

umum di mana praktek akuntansi dapat dinilai, dan (2) mengarahkan pengembangan praktek dan

prosedur baru. McDonald berpendapat bahwa suatu teori memiliki tiga elemen: 1) pengodean

fenomena 2) manipulasi 3) penerjemahan kembali kedunia nyata.

4.4 METODOLOGI DALAM PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Kita sekarang telah menetapkan bahwa suatu teori akuntansi adalah mungkin jika (1) teori

memberikan suatu kerangka referansi seperti yang disarankan oleh Hendriksen, dan () teori

mencakup tiga elemen : pengodean fenomena ke dalam penyajian simbolis, manipulasi atau

kombinasi yang mematuhi ataran tertentu, dan penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata,

seperti yang disarankan oleh McDonald.

Akuntansi adalah suatu seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang

digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk

menjustifikasikan apa yang telah terjadi dengan memodifikasikan praktek-praktek akuntansi.

Teori tersebut dinamakan akuntansi deskriptif. Sedangkan akuntansi normative adalah teori

akuntansi berusaha untuk menjustifikasikan apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi.

Dengan resiko terlalu menyederhanakan, diasumsikan bahwa sifat dari fenomena dan isu

akuntansi yang kompleks, kedua metodelogi di atas mungkn dibutuhkan untuk merumuskan teori

akuntansi. Metodelogi deskripsi berusaha untuk menjustifikasi beberapa praktik akuntansi ynag

seharusnya dipergunakan. Salah satu teori deskripsi adalah inventory of generally accepted

principles for bussines enterprise (Inventory dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum)

oleh Grady, Accounting Pricinples Board Statement.no.4, dan hasil pekerjaan Skinner dan Ijiri.

Buku Ijiri berbeda dengan usaha lain dalam perumusan suatu teori, dimana ia tidak bersifat

deskriptif tetapi juga merupakan pemeriksaan analitis atas akuntansi melalui (1) suatu

pemeriksaan matematis untuk memeriksa struktur secara logis. (2)suatu pemeriksa ekonomi

untuk memeriksa apa yang diukur, dan (3) suatu pemeriksaan perilaku untuk memeriksa

bagaimana akuntansi dipraktikkan dan digunakan. Dibuat diantara dua orientasi yang beberbeda.

Satu, akuntansi operasional (operational accounting), ditunjukan ke arah informasi yang berguna

bagi manajemen dan keputusan investor, khususnya keputusan yang berkenaan dengan alokasi

sumber daya. Kedua, akuntansi ekuitas (equity accounting), di tunjukan ke arah

Page | 13

perekonsiliasaian ekuitas pemegang saham dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan di

dalam atau di luar organisasiuntuk mencapai pendistribusian yang seimbang atas penerimaan

atau keuntungan operasi.

4.5 PENDEKATAN UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

4.5.1 Pendekatan nonteoretis

Pendekatan nonteoretis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis)dan pendekatan

kekuasaan.

pendekatan pragmatis (pragmatic approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang

ditandai oleh kesamaan dengan praktik di dunis nyata yang berguna dalam artian memberikan

solusi yang sifatnya praktis. Sedangkan pendekatan kekuasaan untuk merumuskan suatu teori

akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional terdiri atas penerbitan

pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik akuntansi.

Karena pendekatan kekuasaan berusaha untuk memberikan solusi praktis, pendekatan ini

dengan mudah disamakan dengan pendekatan pragmatis. Kedua pendekatan berasumsi bahwa

teori akuntansi dan teknik akuntansi harus disebutkan dalam dasar penggunaan akhir laporan

keuangan, jika akuntansi memeiliki suatu fungsi yang berguna. Dengan kata lain, suatu teori

tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk.

Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi

yang telah diikuti oleh otoritasakuntansi di masa lampau, dan berusaha untuk

menurunkan konflik-konflik dari praktik yang ada hingga saat ini masih bersifat

sangat hati-hati dan sementara.

Kita juga berpendapat bahwa pendekatan pragmatis adalah bagian dari suatu teori akun.

Pendekatan ini, yang berdasar pada rasionalisasi dari pembukuan berganda, dimuat dalam

Summa Aritmatica, Geometria, Propotioni et Proponationalita dari Luca Pacioli, yang

diterbitkan oleh di Venesia tahun 1494.

Page | 14

Pendekatan teori akun merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang

berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan laba

akuntansi.

Pernyataan neraca biasanya dinyatakan sebagai :

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS

Persamaan laba akuntansi biasanya dinyatakan sebagai :

LABA AKUNTANSI = PENDAPATAN –BEBAN

Dua persamaan dalam pendekatan teori akun ini mengarahkan kepada berkembangnya dua posisi

yang terdapat dalam badan penyusunan standar, yaitu, posisi yang beorientasi pada neraca dan

berorientasi pada laba. Dalam kasus manapun, pendekata teori akun, seperti juga pendekatan

pragmatis dan kekuasaan, tidak memiliki fondas yang teoritis.

4.5.2 Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif dalam penyususnan teori manapun diawali dengan dalil dasar dan

diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang dipertimbangkan.

Langkah yang dipergunakan untuk memperoleh pendekatan dediktif akan meliputi :

(1) menentukan tujuan dari laporan keuangan

(2) memilih “postulat” dari akuntansi

(3) menghasilkan “prinsip” dari akuntansi

(4) mengembangkan “teknik” dari akuntansi

Karenanya, teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik-teknik akan berhubungan

dengan prinsip, rumus, dan tujuan demikian sehingga teori akuntansi itu benar, maka tekniknya

harus benar. Struktur teoritis dari akuntansi didefinisikan oeh urutan tujuan, rumus, prinsip dan

teknis berdasarkan pada suatu formulasi yang benar dengan tujaun akuntansi. Suatu ujian yang

benar dari teori yang dihasilkan juga dibutuhkan. Menurut Popper, pengujian teori deduktif dapat

dilaksanakan dengan 4 pokok:

Page | 15

Pertama,terdapat perbandingan diantara masing-masing kesimpulan, di mana

kosistenan internal dari sistem yang diuji. Kedua, terdapat investigasi dari bentuk

yang logis teori dengan objek untuk menentukan apakah teori memiliki karakter

yang empiris atau sains. Ketiga, terdapat perbandingan dengan teori lain, terutama

dengan sasaran untuk menentukan apakah teori tersebut dapat dikatakan

merupakan kemajuan ilmiah jika ia dapat melewati berbagai ujian yang kita

berikan. Dan terakhir, terdapat ujian dengan cara penerapan empiris dari

kesimpulan yang diambil dari teori tersebut.

4.5.3 Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif dari penyususnan sebuah teori diawali dengan observasi dan pengukuran

serta berlanjut pada kesimpulan umum. Pendekatan induktif untuk suatu teori mencakup empat

tahap :

(1) mencatat seluruh observasi

(2) menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi danya hubungan

yang berulang kembali.

(3) penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang

menggambarkan hubungan berulang.

(4) menguji generalisasi.

tidak seperti pendekatan induktif, kebenaran, atau ketidakbenaran dari dalil tidak bergantung

pada dalil lain, tetapi harus diverifikasi secara empiris.

Sama halnya, kita boleh menyatakan bahwa dalil akuntansi yang berasal dari esimpulan

induktif diartikan sebagai teknik akuntansi khusus hanya dengan kemungkinan yang lebih tinggi

atau lebih rendah, di mana dalil akuntansi yang berasal dari kesimpulan deduktif mengarah

kepada teknik akuntansi khusus dengan pasti.

Page | 16

Menarik untuk diingat bahwa walaupun pendekatan deduktif diawali dengan dalil umum,

formulasi dari dalil sering diselesaikan dengan alas an induktif, dikondidikan oleh pengetahuan

penulis, dan pengalamannya dengan praktik akuntansi.

4.5.4 Pendekatan Etis

Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), kesadilan (justice),

ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Konsep tersebut merupakan kriteria utama dari D.R.

Scott untuk perumusan teori akuntansi. Scott menyamakan “keadilan” dengan perlakuan yang

sama kepada seluruh pihak yang berkepentingan, “kenyataan” dengan laporan akuntansi yang

benar dan akurat tanpa kesalahan penyajian, dan “kewajaran” dengan jujur, tidask bias, dan

penyajian yang tidak memihak.akuntan sejak zaman Scott telah menganggap bahwa ketiga

konsep ini adalah sama. Sebaliknya, Yu, hanya menerima keadilan dan kewajaran sebagai norma

etis dan melihat kenyataan sebagai suatau pernyataan nilai. Konsep “kewajaran” telah menjadi

etis secara emplisit; secara umum, konsep “kewajaran” mengandung bahwa arti laporan

akuntansi tidak menjadi subjek dari pengaruh yang tidak sepantasnya atau bias. “Kewajaran”

secara umum mengandung arti bahwa pembuat informasi akuntansi telah bertindak dalam

keyakinan yang baik dan menggunakan praktik bisnis yang etis dan pertimbangan akuntansi

yang baik. “Kewajaran” adalah suatu pernyataan nilai yang dipakai dalam akuntansi secara

beraneka ragam. Patillo meranking “kewajaran” adalah suatu standar dasar yang akan digunakan

dalam evaluasi dari standar lain, karena ia adalah satu-satunya standar yang mengandung arti

“pertimbangan etis.”

Suatu diskusi mengenai aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya adalah hal yang

prematur dan tidak berarti hingga prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu

penyajian yang wajar dari fakta dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporan

keuangan ditentukan. Kewajaran dari akuntansi dan laporan ini harus untuk dan

kepada orang, dan orang-orang ini mewakili berbagai segmen dalam komunitas

kita.

Apa pun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi. Committee on

Auditing Procedures mengacu pada kriteria dari “kewajaran dari penyajian” seperti: (1)

Page | 17

kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) pengungkapan, (3)

konsistensi, dan (4) dapat diperbandingkan. Dalam suatu laporan wajar, auditor tidak hanya

menyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang

berlaku umum tetapi juga suatu opini dengan kata-kata “menyajikan secara wajar”.

Di pemeriksaan yang lebih mendalam dari laporan auditor standar ini, kita lihat bahwa

pernyataan “menyajikan secara wajar” dimasukkan sebagai tambahan dari pernyataan auditor

mengenai kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akunasi yang berlaku umum dan standar audit yang

berlaku umum. Keadaan ini bias dilihat sebagai suatu hal yang menguntungkan secara

psikologis, karena dapat meningkatkan keyakinan pengguna. Di lain pihak, hal ini dapat

diartikan sebagai suatu standar ganda, karena konsep dari “kewajaran” disubsitusikan oleh ujian-

ujian dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum.

“Kewajaran” adalah tujuan yang dinginkan dalam penyusunan suatu teori akuntansi jika

apa pun dinyatakan dasarnya diverifikasi secara logis dan empiris dan jika itu dibuat operasional

oleh suatu definisi yang cukup dan identifikasi dari propertinya.

4.5.5 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh social dari teknik

akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran

yang lebih luas, kesejahteraan sosial. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik

akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap

seluruh kelompok dalam komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspektasi

bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan sosial. Untuk

mencapai tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial baku”

yang mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi. Mungkin sulit

untuk mengidentifikasi suatu penerapan yang jelas dari pendekatan sosiologi terhadap

penyusunan teori akuntansi, karena adanya masalah yang berhubungan dengan

menentukan”nilai-nilai sosial” yang dapat diterima oleh semua orang dan dalam

mengidentifikasikan kebutuhan informasi dari mereka yang membuat pertimbangan

kesejahteraan. Akan tetapi, kita dapat mengidentifikasi kasus-kasus di mana akuntansi

diharapkan untuk melayani suatu peran sosial yang berguna. Belkaouidan Beams dan Fertig,

Page | 18

yang antara lain mengacu kepada perlunya “penginternalisasian” biaya sosial dan keuntungan

sosial dari aktivitas pribadi perusahaan bisnis. Ladd dan Littleton dan Zimmerman membuat

beberapa pernyataan bahwa akuntansi seharusnya melayani kepentingan publik dan berevolusi

sebagai antisipasi dari input publik, kepemilikan minoritas, dan bahkan perselisihan di antara

kelompok.

Pendekatan sosiologis terhadap formulasi suatu teori akuntansi telah memberikan kontirbusinya

kepada evolusi dari sebuah subdisiplin ilmu akuntansi baru, yang dikenal sebagai akuntansi

sosioekonomi. Tujuan utama dari akuntansi sosiekonomi adalah untuk mendorong entitas-entitas

bisnis yang berfungsi di sistem pasar bebas untuk memperhitungkan dampak dari pengaruh

kegiatan produksi mereka sendiri dalam lingkungan sosial melalui pengukuran, internalisasi, dan

pengungkapan dalam laporan keuangan mereka. Selama bertahun-tahun, ketertarikan dalam

subdisiplin ini telah meningkat sebagai akibat dari tren tanggung jawab sosial yang didukung

oleh organisasi, pemerintah, dan publik. Akuntansi yang berorientasi nilai sosial-dengan

penekanannya pada “pengukuran sosial,” ketergantungsnnya pada “nilai-nilai sosial”, dan

kesesuaiannya kepada “kriteria kesejahteraan sosial” memungkinkan peran penting dsalam

perumusan masa mendatang dari teori akuntansi.

4.5.6 Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian

perilaku dari indikator-indikator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai

teknik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan

pendekatan sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan sosial,” pendekatan ekonomi berfokus

pada suatu konsep dari “kesejahteraan ekonomi umum.” Berdasarkan pada pendekatan, pilihan

dari teknik akuntansi yang berbeda akan tergantung pada pengaruh mereka pada situasi ekonomi

nasional. Swedia adalah contoh yang biasa dari suatu Negara yang menyamakan arah kebijakan

akuntansinya dengan kebijakan ekonomi makro. Secara lebih ekplisit lagi, pilihan teknik

akuntansi yang bergsntung pada situasi ekonomi khusus. Sebagai contoh, metode ‘masuk-

terakhir keluar-pertama’ (last in, first out-LIFO) menjadi teknik akuntansi yang lebih menarik

selama periode adanya inflasi yang berkelanjutan dibanding metode ‘masuk-pertama keluar-

pertama’ (first in, first out-FIFO) atau metode biaya rata-rata,karena LIFO dianggap akan

Page | 19

menghasilkan laba bersih tahunan yang lebih rendah dengan mengasumsikan biaya yang lebih

tinggi dan lebih terinflasi untuk barang yang dijual.

Kriteria umum dipakai dalam pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa

kebijakan dan teknik akuntansi seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yang

kedua, bahwa pilihan teknik akuntansi seharusnya tergantung pada “konsekuensi ekonomi”

adalah istilah tepat yang digunakan untuk berargumentasi demi kepentingan pendekatan ekonomi

makro.

Hingga sebelum dibentuknya Financial Accounting Standards Board, pendekatan

ekonomi dan konsep dari “konsekuensi ekonomi” tidak banyak dipakai dalam akuntansi. Badan

professional diharapkan untuk menyelesaikan kontroversi penyusunan standar apa pun dalam

konteks dari akuntansi tradisional. Hanya sedikit orang yang peduli dengan konsekuensi

ekonomi dari kebijakan akuntansi. Pada satu kasus, perlakuan akuntansi dari kredit pajak

investasi menimbulkan suatu perdebatan diantara Accounting Principles Board, perwakilan

industri, dan administrasi dari Presiden Kennedy, Johnson, dan Nixon. Pemerintah menentang

penggunaan metode penangguhan tersebut atas dasar pemikiran bahwa ia akan mencairkan

pengaruh insentif dari suatu alat kebijakan pajak.

Oleh karenanya, dalam menyusun standar akuntansi pertimbangan yang tersirat oleh

pendekatan ekonomi adalah lebih ekonomi daripads operasional. Walaupun kepercayaan telah

ada dalam pertimbangan akuntansi teknis di masa lalu, arah dari waktu menyarankan bahwa

penyusunan standar mencakup juga kepentingan sosial dan ekonomi. Konsekuensi ekonomi dari

laporan keuangan termasuk, antara lain, (1) distribusi kesejahteraan, (2) tingkat risiko agregat

dan alokasi risiko diantara individu, (3) konsumsi dan produksi agregat, (4) alokasi sumber daya

antar perusahaan, (5) penggunaan sumber daya untuk produksi, sertifikasi, penyebaran,

pemrosesan, analisis dan interpretasi dari informasi keuangan, (6) penggunaan sumber daya

dalam pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi, dan (7) penggunaan

dari sumber daya dalam sektor privat mencari informasi.

4.6 PENDEKATAN SELEKTIF UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Secara umum, perumusan suatu teori akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi

telah mengikuti pendekatan yang disajikan di sini, pendekatan selektif adalah terutama

merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi

Page | 20

pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi.

Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada pendekatan baru yang sedang

diperdebatkan dalam literatur: pendekatan peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan

kejadian, prediksi, dsn positif.

Page | 21

BAB 3

KESIMPULAN

Pendekatan tradisional terhadap perumusanb suatu teori akuntansi telah menggunakan

metodologi normatif atau metodologi deskriptif, suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu

bentuk alas an deduktif atau induktif, dan telah berfokus pada suatu konsep “kewajaran,”

“kesejahteraan sosial” atau “kesejahteraan ekonomi.” Pendekatan tradisional telah berubah

secara perlahan menjadi pendekatan selektif dan mulai digantikan oleh pendekatan-pendekatan

yang lebih baru. Apa pun pendekatan yang dipilih, penting untuk diingat bahwa suatu teori

akuntansi harus di konfirmasikan untuk dapat di terima.

Page | 22

DAFTAR PUSTAKA

Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

http://wintanghestimumpuni.blogspot.com/2010/10/pendekatan-tradisional-untuk

perumusan.html

http://citramincyza.blogspot.com/2012/04/teori-akuntansipendekatan-tradisional.html

Page | 23