MAKALAH teleskop radio.docx
-
Upload
januar-widakdo -
Category
Documents
-
view
447 -
download
52
Transcript of MAKALAH teleskop radio.docx
MAKALAH
METODE DETEKSI RADIASI
TELESKOP RADIO
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. SINDHU MADYA ZAKIRATKA P (11306141002)2. YULIANI (11306141009)3. TRI EVA LESTARI (11306141011)4. DWI ATMASARI (11306141018)5. TIAS RAHESTIN (11306141020)6. JANUAR WIDAKDO (11306141032)7. RIZKIANA YULIASIH (11306141034)
FISIKA B 2011
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Gelombang Elektromagnetik dan Fungsinya” ini dapat selesai. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Tidak lupa ucapan terima kasih kami persembahkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini yaitu
1. kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik secara materi maupun moral,2. dosen pengampu kami Budi Purwanto, M.Si yang dengan senang hati, memberikan
arahan dan masukannya,3. dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung. Mungkin hanya ucapan terimakasih yang dapat kami ucapkan atas semua bantuan
yang telah diberikan. Semoga semua bantuan tersebut mendapat balasan yang lebih baik dari Sang Pencipta.
Tentu kami mengetahui bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki karya-karya selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Yogyakarta, 11 Desember 2013
Penulis
A. Pengertian
Teleskop radio merupakan suatu alat yang digunakan untuk menangkap sinyal
radio yang dipancarkan dari benda-benda langit. Dari perbedaan sinyal yang ditangkap,
maka bentuk alat yang digunakan untuk menangkap sinyal itu juga berbeda. yang pertama
yaitu teleskop optik. teleskop ini menggunakan lensa atau cermin sebagai komponen
utamanya untuk mengumpulkan cahaya. cahaya yang terkumpul ini kemudian diteruskan
ke detektor optik yang berupa mata manusia atau kamera. dari detektor ini akan tampak
berupa gambar dua dimensi dari obyek yang kita lihat atau rekam. Sedangkan untuk
teleskop radio, alat utama untuk mengumpulkan sinyal radio adalah parabola. Dari
parabola ini kemudian sinyal radio diarahkan ke antena kecil sebagai detektornya. Ada
pula teleskop radio yang tanpa menggunakan parabola, tapi hanya menggunakan kawat
dengan panjang tertentu yang dibentangkan. Untuk bentuk antena bisa bermacam-macam
seperti antena pada umumnya. benda yang bisa diamati dengan teleskop radio juga
berbeda dengan benda yang bisa diamati dengan teleskop optik. tidak semua benda yang
bisa diamati dengan teleskop radio bisa diamatai dengan teleskop optik, begitu juga
sebaliknya. salah satu benda yang cukup mudah diamati dengan teleskop radio dan bisa
dilakukan oleh siapa saja menggunakan teleskop radio yang sangat sederhana adalah
matahari dan jupiter. benda ini memancarkan sinyal radio pada frekuensi rendah sebagai
akibat dari aktifitas yang berlangsung di kedua benda tersebut. teleskop yang digunakan
juga sederhana, hanya menggunakan kawat dengan panjang tertentu yang dibentangkan,
receiver, dan komputer.
Perbedaan mendasar dari teleskop radio dan teleskop optik pada umumnya yang
biasa kita lihat adalah pada sinyal yang ditangkap. jika teleskop optik menangkap
gelombang elektromagnetik yang berupa cahaya maka teleskop radio menangkap
gelombang elektromagnetik yang berupa sinyal radio. Teleskop yang dipakai pada daerah
optik yang disebut daerah visual, yaitu daerah kasatmata yang tampak oleh mata.
Sementara itu kita mengetahui bahwa cahaya sebenarnya terdiri atas berbagai panjang
gelombang, di mana tiap-tiap panjang gelombang membawa energinya sendiri-sendiri.
Besarnya energi yang dibawa pada setiap panjang gelombang tidak sama, tetapi berpuncak
pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang berapa yang memancarkan energi
maksimal bergantung pada suhu objek tersebut, semakin tinggi suhunya semakin pendek
panjang gelombangnya dan semakin biru warnanya. Tidak semua objek memancarkan
energi maksimalnya pada daerah visual (daerah visual didefinisikan berada pada rentang
panjang gelombang 380 – 750 nanometer. Satu nanometer sama dengan satu per semilyar
meter). Banyak sekali objek yang memancarkan energi maksimalnya pada daerah
ultraviolet (lebih pendek dari 300 nanometer) atau daerah inframerah (antara 750
nanometer hingga sekitar 1 mm), sehingga apabila kita mengamati objek-objek tersebut
hanya pada daerah visual akan banyak sekali informasi yang tidak kita peroleh. Oleh
karena itu diciptakan berbagai alat untuk dapat mendeteksi keseluruhan rentang energi
gelombang elektromagnetik (Gambar 2), pada daerah-daerah ultraviolet, inframerah, dan
radio.
Gambar 2. Spektrum radiasi elektromagnetik. Cahaya dapat kita andaikan sebagai
radiasi elektromagnetik yang memancarkan energinya pada berbagai panjang gelombang.
Beberapa rentang gelombang memiliki karakteristik yang berbeda. Sumber: Roy, A.E. dan
Clarke, D. 1989, Astronomy: Principles and Practice, 3rd Ed. Adam Hilger. h.18.
Daerah panjang gelombang yang panjang, dalam skala beberapa mm hingga
kurang lebih 20 m adalah daerah yang disebut daerah radio. Pada daerah ini objek-objek
yang memancarkan energinya dalam panjang gelombang radio dideteksi dengan
menggunakan teleskop radio.
Gelombang radio dari objek-objek astronomi ditemukan pada tahun 1932, namun
astronomi radio baru lahir dan berkembang setelah Perang Dunia II. Dengan
menggunakan teknologi RADAR (Radio Detection and Ranging) yang dikembangkan
pasukan sekutu untuk mendeteksi gerakan pasukan jerman, astronomi radio menjadi
disiplin ilmu baru yang dibangun di atas teknologi perang. Seorang insinyur Bell
Telephone Laboratory (perusahaan telekomunikasi yang didirikan oleh Alexander Graham
Bell), Karl Jansky, pada tahun 1932 menguji antena radio baru yang dibangun sebagai
sarana komunikasi trans-atlantik. Setiap hari ia mendapatkan sinyal radio tak dikenal yang
memiliki periode 23 jam 56 menit, yang sangat cocok dengan periode sideris (waktu yang
dibutuhkan sebuah bintang di langit untuk kembali ke tempatnya semula) Bumi. Jansky
telah memperoleh sinyal dari langit, dari objek-objek radio di alam semesta. Sinyal-sinyal
ini kemudian ditemukan berasal dari Bima Sakti dan paling kuat dalam arah Pusat Galaksi.
Atas: Teleskop Radio Very Large Array (VLA) di Socorro, New Mexico, Amerika
Serikat. VLA terdiri atas 27 buah piringan antena, masing-masing berdiameter 25 m.
Setiap antena dapat digerakkan melalui rel untuk membentuk konfigurasi, seperti yang
ditunjukkan pada gambar adalah konfigurasi berbentuk Y, dengan masing-masing lengan
panjangnya 21 km. Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge Illustrated History of
Astronomy, Cambridge University Press. h.357. Bawah: Obervatorium Arecibo di Puerto
Rico. Teleskop radio dengan diameter 305 m ini dibangun di atas sebuah cekungan alam.
Teleskop ini tidak dapat digerakkan, sehingga daerah langit yang dapat diamati sangat
terbatas. Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge Illustrated History of
Astronomy, Cambridge University Press. h.363.
Teknologi pendeteksian gelombang radio kemudian digunakan dalam Perang
Dunia II. Setelah perang, ahli-ahli fisika yang mengembangkan teknologi ini kemudian
menggunakan alat-alat yang mereka ciptakan dan keahlian mereka untuk membangun
disiplin baru, astronomi radio.
B. Komponen Teleskop Radio
Pada umumnya, sebuah teleskop radio memiliki komponen-komponen berikut ini:
1. Antena
2. Amplifier
3.Band-pass Filter
4.Mixer
5.Detector
6. Integrator
Komponen-komponen di atas diurut berdasarkan urutan yang umum ditemui pada
blok diagram sebuah teleskop radio. Komponen-komponen selain antenna biasanya
digabung menjadi satu, disebut sebagai receiver.Ada komponen-komponen yang posisi
urutannya tidak mungkin diubah, misalnya antenna dan detector. Namun komponen
lainnya boleh untuk diubah urutannya, misalnya menempatkan band-pass filter lebih dulu
sebelum amplifier.
Perubahan urutan posisi komponen tersebut tentu saja menimbulkan efek pada
transmisi sinyal yang dideteksi dari antenna menuju detector.Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui peranan dari masing-masing komponen tersebut.
Antena
Antena berfungsi untuk mengumpulkan sinyal radio, dan mengubahnya menjadi
sinyal listrik. Umumnya antena yang digunakan pada teleskop radio berbentuk dipole atau
parabola. Namun tidak jarang antena yang digunakan berbentuk yagi, yaitu antena yang
biasa digunakan untuk menerima siaran televise terestrial.
Pemilihan jenis antenna didasarkan pada panjang gelombang atau frekuensi yang
ingin diamati. Antena dipole biasanya digunakan untuk pengamatan pada daerah high
frequency (HF) danvery high frequency (VHF). Antena yagi biasanya digunakan untuk
pengamatan pada sebagian kecil daerah ultra high frequency (UHF), sedikitdiatas
VHF.Sedangkan untuk pengamatan pada sebagian besar daerah UHF danfrekuensi yang
lebih tinggi lagi, umumnya menggunakan antenna berbentuk parabola.
Seperti yang tersirat pada satuan pengukuran intensitas sinyal (watt m-2 Hz-1),
luas permukaan antenna memberikan pengaruh yang signifikan pada intensitas sinyal yang
diterima.
Gambar 1.1 Antenadipoldanantena parabola
Amplifier
Umumnya antenna sebuah teleskop radio ditempatkan agak jauh dari work station
dimana receiver berada. Sinyal dari antenna ditransmisikan ke receiver menggunakan
kabel coaxial atau waveguide. Pada saluran transmisi ini terjadi pengurangan daya sinyal
yang disebabkan oleh hambatan (resistance) saluran transmisi itu sendiri. Dan mengingat
daya yang diterima antenna dari objek-objek astronomi amat kecil, maka amat penting
untuk menguatkan sinyal yang akan ditransmisikan, agar dapat dideteksi oleh receiver.
Oleh karena itu, umumnya setelah antenna ditempatkan sebuah amplifier, yang
disebut pre-amplifier atau pre-amp. Menempatkan amplifier tambahan pada receiver juga
umum dilakukan, untuk memperjelas sinyal yang sampai di receiver, sebelum diproses
lebih lanjut.
Band-pass Filter
Dunia astronomi harus berkompromi dengan kepentingan public dalam
memanfaatkan gelombang radio, setidaknya hingga frekuensi belasan giga hertz. Oleh
karena itu, daerah frekuensi pengamatan pada astronomi radio haruslah dipilih dengan
baik agar sinyal yang ingin diamati tidak diinterferensi oleh sinyal komunikasi, kecuali
jika lokasi pengamatan berada sangat jauh dari peradaban, dan daerah frekuensi
pengamatan berada diluar rentang frekuensi komunikasi satelit. International
Telecommunication Union (ITU) telah menetapkan rentang-rentang (bandwidth) frekuensi
yang dijamin untuk kepentingan dunia astronomi.Dan rentang-rentang ini bukanlah
rentang yang lebar. Sehingga bandwidth frekuensi pada pengamatan astronomi radio
haruslah dibatasi agar tidak diinterferensi. Disinilah terletak pentingnya komponen band-
pass filter, yaitu untuk membatasi bandwidth frekuensi yang diamati.
Disisilain, bandwidth yang sangat sempit akan berimbas pada lemahnya intensitas
sinyal yang dideteksi (lihat kembali satuan intensitas di atas). Selain itu membuat filter
untuk bandwidth yang amat sempit sangat sulit, apalagi jika filter tersebut dirancang
berdasarkan ketersediaan komponen dasar (misalnya resistor, kapasitor, transistor, dll)
yang dijual di pasaran. Oleh karena itu, umumnya filter dibuat cukup lebar, tetapi masih
berada di luar daerah frekuensi yang digunakan untuk system komunikasi.
Walaupun begitu, filter dengan bandwidth yang sangat kecil tetap ada
kegunaannya, yaitu untuk melakukan pengamatan spektrum radio (spektroskopi).
Teleskop radio yang digunakan untuk keperluan ini disebut Radio Spectograph. Tentunya
bandwidth yang amat sempit harus dikompensasi oleh komponen lainnya, misalnya
amplifier yang memiliki noise yang sangat kecil sehingga amplifikasi yang besar tidak
disertai dengan noise yang juga besar, dan detector yang sangat sensitif.
Mixer
Pengamatan dalama stronomi radio dapat dilakukan pada frekuensi sekitar 10 MHz
hingga bebera paratus GHz. Sinyal dengan frekuensi yang amat tinggi tersebut sulit untuk
dianalisis. Oleh karena itu, biasanya sinyal yang diterima diubah frekuensinya menjadi
frekuensi yang lebih rendah (mix-down) dengan menggunakan mixer. Perubahan
frekuensi tersebut tidak mengubah parameter-parameter sinyal lainnya sehingga tetap
merepresentasikan kondisi sesungguhnya.
Detector
Di dalam receiver, sinyal biasanya direpresentasikan dalam bentuk tegangan
(voltage). Namun yang sebenarnya ingin diukur oleh astronom adalah intensitas daya atau
rapat daya. Oleh karena itu, pada teleskop radio detector yang biasa digunakan adalah
jenis Square Law Detector, karena dapat secara langsung memberikan gambaran
mengenai daya atau rapat daya sinyal berdasarkan tegangan yang dibaca pada detector
tersebut. Keuntungan lain menggunakan detector jenis ini adalah bahwa detector jenis ini
bekerja dengan baik justru untuk mendeteksi sinyal yang kecil, sekitar -20 hingga -60
dBm. Sehingga amplifikasi sinyal pada amplifier tidak harus sangat besar. Contoh
detector jenis ini adalah diode Schottky.
Integrator
Yaitu komponen yang berfungsi mengakumulasi sinyal yang direkam dalam suatu
interval waktu. Komponen ini amat berguna dalam pengamatan untuk mendeteksi objek-
objek yang sangat redup pada panjang gelombang radio.
Data hasil pengamatan tentu perlu disimpan. Saat ini umumnya computer
digunakan sebagai recorder, karena memudahkan proses analisis data. Namun pita
magnetic juga masih digunakan, terutama di kalangan astronom-astronom amatir.
Umumnya pita magnetic digunakan untuk merekam data variabilitas intensitas sinyal
radio dari sebuah objek astronomi.
Ada empat elemen dasar untuk teleskop radio , yaitun :
1. Reflektor (Mengumpulkan listrik dari sumber astronomi)
2. Subreflector (Permukaan yang berfungsi untuk mengarahkan radiasi di tengah reflektor)
3. Garis pakan dan transmisi
4. Penerima (Penerima menguatkan sinyal radio , memilih rentang frekuensi yang tepat yang
dapat mendeteksi sinyal)
Gambar berikut adalah diagram skematik dari teleskop radio .
Gambar 2. Komponen teleskop radio
Komponen teleskop radio yaitu sebagai berikut :
1. Radio Wave (Gelombang radio)
Gelombang elektromagnetik tak terlihat yang dipancarkan oleh benda-benda
angkasa dan dikumpulkan di Bumi menggunakan teleskop radio .
2. Parabolic Reflector (Reflektor parabola)
Permukaan yang terdiri dari kawat halus mesh yang mengumpulkan gelombang
radio dan mengumpulkannya di satu titik .
3. Steerable parabolic reflector (Pemantul parabolik)
Antena berbentuk mangkuk yang permukaannya berupa parabola ini berfungsi
sebagai penerima/penangkap sinyal, kekuatannya tergantung pada diameternya. Sinyal
yang diterima ini kemudian dipantulkan ke secondary reflector(pemantul kedua).
4. Secondary Reflector (Reflektor sekunder)
Sebagai penerima gelombang yang tercermin dari reflektor parabola dan
mengarahkannya menuju penerima.
5. Receiver (Penerima)
Perangkatyang memperkuatgelombangsebelum merekadiubah menjadisinyal.
6. First focal room (Ruang fokus pertama)
Merupakan fokus utama dari teleskop radio. Ruang fokus pertama ini digunakan
dalam pengamatan benda-benda luar angkasa.
7. Second focal room(Ruang fokus kedua)
Fokus sekunder dari teleskop radio yang merupakan rumah penerima sinyal radio,
biasanya digunakan lebih sering daripada ruang fokus pertama.
8. Rotating track (Lintasan putar)
Rel pada lintasan putar berfungsi untuk mengubah teleskop radio secara vertikal,
sehingga teleskop radio dapat menjangkau suatu titik menuju wilayah tertentu dari langit .
9. Circular track (Lintasan melingkar)
Rel pada lintasan berfungsi untuk mengubah sehingga teleskopradio
secarahorizontalsehinggateleskop radio dapat menjangkau suatu titik menujuwilayah
tertentudarilangit.
10. Support Structure (Struktur pendukung)
Elemen struktur pada pelek yang mencegah reflektor parabolic dari menjadi cacat .
11. Elevator (Penyeimbang)
Suatu penyangga yang memiliki bobot yang samadengan reflektor parabola,
berfungsi sebagai penyeimbang dan penyangga telsekop radio.
12. Upper Laboratory (Laboratoriumatas)
Daerah di manasinyal listrikdisaring, digitaldan dikirim kelaboratorium.
14. Laboratory ( Laboratorium)
Lokasi di mana para astronom menganalisa sinyal digital untuk mendapatkan informasi .
C. Prinsip Kerja
Prinsip kerja teleskop radio persis sama dengan teleskop optik. Sinyal diterima
oleh antena berbentuk mangkuk yang permukaannya berbentuk parabola yang disebut
sebagai pinggan parabol. Antena memfokuskan sinyal pada suatu titik lalu dikirim ke alat
penerima (receiver ), alat rekam, kemudian ke ruang data di pusat pengawasn. Peralatan
komputerlah yang akan mengubah intensitas gelombang radio yang masuk menjadi citra
yang dapat dikenali oleh mata yaitu umumnya berupa peta kontur intensitas energi pada
frekuesi tertentu.
Sumber:books.google.co.id/books: Jendela IPTEK Astronomi Simak dan amati planet dan
bintang Alam Semesta dan sibak misteri Ilmu tertua
D. Aplikasi
Hingga saat ini teleskop radio telah digunakan dalam berbagai hal seiring perkembangan
zaman, berikut adalah perkembangan teleskop radio :
1. Teleskop Radio JOVE
Teleskop radio JOVE tidak lain adalah teleskop radio hasil rancangan NASA
Radio JOVE Project yang ditujukan untuk mengamati semburan radio dari Jupiter
(Jupiter noise storm) serta semburan matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz.
Teleskop ini menggunakan antena array berupa dual-dipole. Receiver dibuat
bekerjasama dengan Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro,
STEI, ITB. Sebanyak dua receiver telah selesai dikerjakan. Sebuah interferometer
JOVE saat ini sedang dalam tahap penyelesaian di Observatorium Bosscha.
Dengan teleskop radio ini, Observatorium Bosscha dapat turut mengikuti
jaringan pengamatan semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus untuk
pengamatan Matahari, teleskop ini menjadi pendamping pengamatan radio untuk
pengamatan optik dari Teropong Surya di Observatorium Bosscha.
2. Teleskop Radio 2.3m
Teleskop Radio Bosscha 2.3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT ( Small
Radio Telescope) yang didesain oleh Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh
Cassi Corporation. Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam
rentang frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi
garis hidrogen netral, sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen
netral, misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat
digunakan untuk mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar.
Matahari juga merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang
gelombang radio ini. Obyek eksotik, seperti pulsar, juga akan menjadi taget
pengamatan dengan teleskop radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk pengamatan dalam mode spektral dengan
resolusi 7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz, atau dengan resolusi sangat tinggi 1,8 kHz
namun dengan bandwidth yang jauh lebih pendek. Mapping juga dapat dilakukan,
namun dengan resolusi beam hanya sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode
kontinum memberikan bandwidth selebar 40 MHz dengan bin sebesar 1 MHz.
Teleskop ini diinstalasi pada puncak bekas menara meteorologi di Observatorium
Bosscha untuk mendapatkan coverage langit yang maksimal (tanpa terhalang
pepohonan). Ruang kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first light pada bulan Desember 2008,
menginisiasi pengembangan astronomi radio di Indonesia dan akan terus
dikembangkan menjadi interferometer radio multi-elemen.
3. ALMA
Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) merupakan sebuah
proyek astronomi terbesar yang pernah ada, yang lahir berkat kerja sama antara Eropa,
Amerika Utara, Asia Timur dengan Republik Cile. ALMA merupakan teleskop radio
spesial yang dapat menangkap gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang
milimeter hingga submilimeter (1-0,01 mm). Sebelum ALMA ada, panjang
gelombang ini sulit diteliti, akibat banyaknya gangguan dari atmosfer berupa
penyerapan energinya oleh uap air. Karena itu, dataran tinggi Chajnator di Republik
Cile yang memiliki tingkat kelembaban hanya 10% dipilih sebagai lokasi dari teleskop
ini, selain karena faktor ketinggian.
Sebagai teleskop radio, ALMA bukanlah sebuah teropong optik, melainkan
antena berbentuk parabola untuk menangkap gelombang radio. ALMA merupakan
kesatuan dari 66 antena berpresisi tinggi ditambah dengan 12 antena kecil (yang
disebut sebagai ALMA Compact Array) sebagai solusi dari kebutuhan untuk
menghasilkan citra dengan resolusi tinggi (aperture synthesis). Bisa dibayangkan jika
ALMA hanya diwakili oleh sebuah antena tunggal, aka diameternya bisa mencapai
berkilo-kilo meter dan akan sangat susah dibuat. Saat ini ALMA telah selesai 60% dan
dijadwalkan untuk selesai 100% pada tahun 2013. Fasilitas baru ini membuka
kesempatan observasi baru bagi para astronom, utamanya bagi yang memiliki minat
pada panjang gelombang milimeter/submilimeter. ALMA untuk mengamati atmosfer
Titan, satelit dari Planet Saturnus, dan mengamati komposisi kimia dari termosfer dan
mesosfer Titan, pada ketinggian 500-900 meter. Radiasi dari lapisan atmosfer ini
memiliki panjang gelombang submilimeter dengan frekuensi sekitar 900 GHz,
sehingga cocok diteliti menggunakan ALMA.
Titan memiliki atmosfer yang sangat tebal dan diperkirakan menyerupai
atmosfer Bumi primitif. Saat ini komposisi dari atmosfer Titan adalah 98% gas
nitrogen, tidak berbeda jauh dengan atmosfer Bumi yang mengandung 78% gas
nitrogen, dengan perkiraan atmosfer Bumi primitif memiliki lebih banyak gas nitrogen
dan lebih sedikit oksigen. Kemiripan lain antara atmosfer Titan dan Bumi adalah
adanya siklus gas, di mana Bumi memiliki siklus hidrologi (air), sementara Titan
memiliki siklus metana dan etana
Gelombang radio terbukti sangat berjasa dalam studi Galaksi kita. Di sekitar
matahari dan bintang-bintang terdapat awan gas dan debu yang kita namakan materi
antar bintang dan seringkali awan-awan tebal ini menghalangi pengamatan optik,
akibatnya penglihatan kita sangat terbatas apabila melakukan pengamatan dalam
daerah optik karena cahaya dari objek-objek jauh yang redup tak dapat menembus
awan ini. Namun gelombang radio dapat menembus awan ini, sebagaimana
diprediksikan oleh astronom Belanda yang bermarkas di Observatorium Leiden, Jan
Oort, yang kemudian mengundang muridnya, Henrik van de Hulst untuk menyelidiki
lebih lanjut sifat-sifat gelombang radio yang dapat diharapkan.
Pada tahun 1945, van de Hulst menunjukkan bahwa pembalikan arah
momentum sudut (spin) dari atom Hidrogen akan menghasilkan energi pada panjang
gelombang 21 cm. Pembalikan ini merupakan kejadian yang sangat langka, hanya 1
kali dalam jutaan tahun. Akan tepati tetapi karena Hidrogen adalah unsur paling
berlimpah di alam semesta ini, pasti akan ada banyak sekali fenomena pembalikan
arah spin yang terjadi di Galaksi kita dan dapat dideteksi di Bumi.
Diagram komposit yang menunjukkan struktur spiral Galaksi Bima Sakti.
Di pusat diagram adalah pusat galaksi, ditandai oleh huruf C, dan posisi matahari
berada di atasnya, ditandai oleh huruf S. Diagram ini merupakan peta kontur yang
menunjukkan distribusi atom hidrogen netral di galaksi kita. Bagian gelap pada
peta menunjukkan daerah-daerah padat atom hidrogen netral, yang mendefinisikan
lengan Galaksi. Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge Illustrated History
of Astronomy, Cambridge University Press. h.353.
Dengan meggunakan antena peninggalan Jerman, grup Leiden berhasil
membuktikan prediksi van de Hulst pada tahun 1951. Kerjasama antara Tim
Belanda dengan Tim Australia kemudian berhasil memetakan intensitas energi dan
kecepatan dari awan-awan Hidrogen ini. Dari hasil penelitian ini, kita berhasil
memperoleh potret diri Galaksi kita (Gambar 9). Lengan-lengan spiral yang semula
hanya hipotesis berdasarkan kenampakan galaksi lain kini berhasil dipetakan,
membuktikan bahwa Galaksi kita adalah sebuah galaksi spiral.
Penelitian pada panjang gelombang radio kini digunakan untuk
mempelajari sifat-sifat materi antar bintang dan benda-benda eksotis seperti pulsar
(pulsating radio source, sumber radio berdenyut) dan quasar (quasi-stellar radio
source, sumber radio menyerupai bintang). Tidak hanya itu, pengetahuan kita
tentang struktur galaksi kita pun bertambah banyak berkat penelitian astoronomi
radio ini.
4. Manfaat dan Kegunaan
Secara rinci kegunaan dari teleskop radio adalah:
1. Teleskop radio alat yang digunakan untuk menangkap sinyal radio yang dipancarkan dari
benda-benda langit (bidang astronomi) yang dapat terdeteksi dari bumi. Teleskop radio
menangkap gelombang elektromagnetik yang berupa sinyal radio yang dihubungkan
dengan antena parabola. Yang biasanya untuk mendeteksi galaksi, planet- planet, bintang
dan benda langit lainya.
2. Digunakan dalam pelacakan dan pengumpulan data dari satelit dan pesawat antariksa. Dan
melacak radiasi yang terdapat dari Galaksi Bima Sakti dan terkuat di arah pusat galaksi.
3. Pengamatan atmosfir bumi yang dilihat dengan satelit luar angkasa yang kemudian
dipancarkan dengan antena parabola yang kemudian data terdeteksi lewat output berupa
sistem elektonika (komputer).
4. Digunakan untuk mendeteksi dan memantau badai matahari dan menyelidiki dengan
menggunakan sinyal audio FM liar untuk melacak puing-puing ruang berbahaya yang
dikembangkan dinegara Australia.
5. Digunakan untuk membuat peta suhu planet (bintik panas). Peta warna berikut
menunjukkan suhu tepat dibawah permukaan merkurius. Karena merkurius sangat dekat
dengan matahari, daerah terpanas adalah equator Merkurius, tampak disini dalam warna
merah. Warna biru adalah daerah terdingin.
Sumber: books.google.co.id/books :Jendela IPTEK Astronomi Simak dan amati planet
dan bintang Alam Semesta dan sibak misteri Ilmu tertua
Dari adanya manfaat yang oleh adanya teleskop radio maka akan ada efek positif dan
negatifnya diantaranya yaitu:
a) Keuntungan dari Teleskop Radio
1. Kemajuan terbaru dalam stabilitas osilator elektronik juga sekarang mengizinkan
interferometri untuk dilakukan oleh rekaman independen dari sinyal di berbagai antena
dan kemudian mengkorelasikan rekaman di beberapa fasilitas pengolahan pusat . Proses
ini dikenal sebagai Very Long Dasar interferometri ( VLBI ) . Interferometri tidak
meningkatkan total sinyal dikumpulkan , tetapi tujuan utamanya adalah untuk sangat
meningkatkan resolusi melalui proses yang disebut Aperture sintesis . Teknik ini bekerja
dengan mensuperposisikan ( campur ) gelombang sinyal dari teleskop yang berbeda pada
prinsip bahwa gelombang yang bertepatan dengan fase yang sama akan menambah satu
sama lain sementara dua gelombang yang memiliki fase berlawanan akan membatalkan
satu sama lain . Hal ini menciptakan sebuah teleskop gabungan yang setara dalam resolusi
( meskipun tidak dalam sensitivitas ) ke antena tunggal yang berdiameter sama dengan
jarak dari antena terjauh terpisah dalam array .
2. Sebuah gambar berkualitas tinggi memerlukan sejumlah besar pemisahan yang berbeda
antara teleskop . Proyeksi pemisahan antara dua teleskop , seperti yang terlihat dari
sumber radio , disebut baseline .
3. Dapat mendeteksi benda luar angkasa dari bumi dengan menggunakan satelit pemancar
dari luar angkasa yang kemudian dihubungkan dengan antena parabola. Yang mana proses
ini dapat membuat penelitian yang lebih mendalam terutama dalam dunia astonomi.
4. Alam semesta memancarkan cahaya dalam berbagai panjang gelombang yang tidak
terlihat oleh mata manusia . Blok atmosfer bumi banyak cahaya terlihat ini . Satelit
mengorbit di atas atmosfer untuk pandangan yang jelas . ALMA radio teleskop menerima
panjang gelombang sekitar 1 milimeter , antara bagian inframerah dan radio dari spektrum
elektromagnetik .
b) Kelemahan Teleskop Radio
1. Uap air di atmosfer bumi menyerap gelombang radio , sehingga astronomi radio sulit dari
permukaan laut . Elevasi dataran tinggi itu ( 16.000 kaki , atau sekitar 5.000 meter )
menempatkannya di atas 40 persen dari atmosfer bumi .
2. Dengan antena parabola atau piringan piringan yang begitu banyak dalam suatu
penangkap sinyal, terkadang terjadi sebuah problem antara mereka. Yang menjadikan
terkadang data yang diperoleh tidak akurat dari sebuah sinyal yang tertangkap.
KESIMPULAN
Teleskop radio merupakan suatu alat yang digunakan untuk menangkap
gelombangelektromagnetik yaitu gelombang radio radio yang dipancarkan dari benda-
benda langit. Komponen-komponen radio teleskop diantaranya:
1. Antena
2. Amplifier
3.Band-pass Filter
4.Mixer
5.Detector
6. Integrator
Beberapa teleskop radio yang telah dikembangkan hingga saat ini diantaranya ialah:
1. Teleskop Radio 2.3m
2. Teleskop Radio JOVE
3. Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA)
Cara kerja dari teleskop radio secara singkat yaitu sinyal diterima oleh antena
berbentuk mangkuk yang permukaannya berbentuk parabola yang disebut sebagai pinggan
parabol. Antena memfokuskan sinyal pada suatu titik lalu dikirim ke alat penerima
(receiver ), alat rekam, kemudian ke ruang data di pusat pengawasn. Peralatan
komputerlah yang akan mengubah intensitas gelombang radio yang masuk menjadi citra
yang dapat dikenali oleh mata yaitu umumnya berupa peta kontur intensitas energi pada
frekuesi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.itb.ac.id/news/3265.xhtml
http://alfannas.wordpress.com/teleskop-radio-jove/
http://books.google.co.id/books?
id=iH90mpQAxSUC&pg=PA33&lpg=PA33&dq=cara+membaca+teleskop+radio&source
=bl&ots=puPxboIEXE&sig=rfaFobE60FjIDJg6uvk1feGoFvI&hl=en&sa=X&ei=iHWoUp
jlHajriAeDrICIBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=cara%20membaca%20teleskop
%20radio&f=false
http://bosscha.itb.ac.id/in/teleskop-radio-jove-mainmenu-119.html
http://buahmanfaat.blogspot.com/2013/07/remote-radio-telescope-captures-first_9.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Radio_telescope
http://langitselatan.com/2008/01/01/menuju-titik-api-sebuah-penjelasan-tak-terlalu-teknis-
tentang-prinsip-kerja-teleskop-bagian-5-tamat-sementara-itu-di-daerah-panjang-
gelombang-lain-teleskop-radio/
Undergraduate Research Educational Initiative (UREI), HAYSTACK, MIT.
Ian Purdie’s Amateur Radio Tutorial Pages Prof. Dale E. Gary. Radio Astronomy
Lecture.NJIT.Field Antenna Handbook, MCRP 6-22D. U.S. Marine Corps.