Makalah TBT.doc
-
Upload
emma-femi-p -
Category
Documents
-
view
108 -
download
0
Transcript of Makalah TBT.doc
MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN
“MAKSIMALISASI PEMANFAATAN ENERGI
BAGI TANAMAN”
Oleh :
KELOMPOK 3
EKA MIFTAKHUL J. H0711036
EMMA FEMI P. H0711039
GUNAWAN SETYO B. H0711047
NUGROHO TRI H. H0711074
Agroteknologi B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
A. KONSEP DASAR ENERGI
Setiap ilmu pengetahuan memiliki konsep yang unik, tak terkecuali
energi dan elektrifikasi. Definisi yang tepat terhadap konsep-konsep dasar
sangat penting untuk membentuk suatu fondasi bagi perkembangan ilmu dan
mencegah kesalahpahaman. Dalam bab ini sistem satuan yang akan
digunakan akan diulas secara singkat, dan konsep-konsep dasar energi akan
dijelaskan. Mempelajari dengan baik konsep-konsep ini sangat penting bagi
pemahaman yang baik terhadap topik-topik di dalam bab-bab berikutnya.
Dalam mekanika energi didefinisikan sebagai kapasitas atau
kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Dapat pula didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menyebabkan perubahan. Meskipun berkaitan,
energi dan daya merupakan konsep yang sangat berbeda. Sebuah tangki
minyak mengandung sejumlah energi, dan kita dapat membakar minyak ini
dalam waktu tertentu, artinya, kita mengkonversi energi minyak menjadi
energi mekanik, misalnya untuk menggerakkan sebuah mobil. Daya adalah
energi yang dihasilkan per satuan waktu. Prinsip yang sama berlaku pada
semua sistem konversi energi lainnya, baik untuk pembangkitan energi atau
penggunaan energi. Hal ini berarti bahwa kita mesti mencirikan sumberdaya
energi dengan satuan energi (jumlah energi yang dikandung), sedangkan
peralatan-peralatan konversi energi dicirikan dengan satuan daya (jumlah
daya yang dapat dihasilkan atau dipakai). Jika kita perhatikan lebih teliti,
terlihat bahwa beberapa bentuk energi sesungguhnya berkaitan dengan istilah
daya (radiasi, energi kinetik, energi mekanik dan energi listrik).
Energi diperlukan dalam semua siklus kehidupan. Hal ini dapat dilihat
dari rantai makanan elementer yang menunjukkan betapa pentingnya energi.
Radiasi surya diperlukan untuk menumbuhkan tanaman, energi manusia
(dalam bentuk kerja) diperlukan untuk pemanenan, dan energi (panas) dari
biomasa diperlukan untuk memasak. Pada gilirannya, bahan makanan
menyediakan energi untuk manusia.
Energi sangat penting di bidang pertanian dibandingkan aktivitas
produktif lain. Intensifikasi untuk memperoleh hasil per hektar yang lebih
tinggi, dan semua kemajuan lain dalam proses produksi pertanian,
mengindikasikan adanya penambahan operasi yang semuanya memerlukan
energi. Sebagai contoh penyiapan dan pengolahan tanah, pemupukan, irigasi,
transportasi, dan pengolahan hasil tanaman. Untuk mendukung semua ini,
mesin dan peralatan pertanian digunakan, yang untuk memproduksinya juga
memerlukan energi.
Perubahan-perubahan utama dalam pertanian, seperti mekanisasi dan
apa yang dinamakan dengan "revolusi hijau" (green revolution),
menunjukkan perubahan-perubahan utama yang berkaitan dengan energi.
Mekanisasi pertanian mengandung arti perubahan sumber-sumber energi, dan
seringkali merupakan peningkatan penggunaan energi. Revolusi hijau telah
memberikan kepada kita berbagai varietas yang menghasilkan produksi
tinggi, tetapi juga dapat disebut varietas rendah residue (per satuan tanaman).
Padahal residu merupakan sumber energi penting bagi sebagian besar
masyarakat di perdesaan.
Sektor-sektor lain dalam kehidupan perdesaan juga memerlukan energi.
Penyiapan rumah, pemanasan ruangan, pengangkatan air, dan konstruksi
jalan, sekolahan dan rumah sakit, merupakan contoh-contoh yang jelas. Lebih
lagi, kehidupan sosial memerlukan energi untuk penerangan, hiburan,
komunikasi, dan sebagainya. Kita mengamati bahwa pembangunan sering
berarti penambahan penggunaan energi.
Saat ini energi merupakan sumberdaya langka, setidaknya bagi
sementara kelompok orang di beberapa tempat dan, mungkin, bagi dunia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, penggunaan energi yang rasional adalah
penting baik dari sudut pandang ekonomi maupun lingkungan. Hal ini
berlaku bagi bidang pertanian dan sektor ekonomi lainnya. Kunci penggunaan
energi yang rasional adalah memahami peranan energi. Bagian-bagian berikut
ini bertujuan untuk membantu memahami peranan energi dalam
pembangunan pertanian dan perdesaan.
B. ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN
Pada dasarnya pertanian berurusan dengan perubahan energi matahari
ke bentuk energi yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam bentuk seratan
maupun pangan. Dalam menaikkan produksi pertanian, haruslah kita
memperhatikan seluruh fase fase transformasi energi, dari matahari ke meja
makan. Setiap hari manusia rata-rata menggunakan 810 gr bahan tanaman
yang mengandung 315 gr karbon.
Belakangan ini cukup banyak usaha usaha yang dilkakukan ahli biologi
yang mencoba mengkuantitatifkan produktifitas tanaman. Bidang ini yang
disebut ekologi produksi. Memperhatikan penangkapan energi penyinaran
pada fotosintesis, pengubahannya pada energi kimia dan alirannya lewat
tanaman dan hewan.
Tujuan utama ahli ahli pertanian adalah untuk menaikkan keefisienan
pengubahan energi matahari ke produk yang berfaedah. Walaupun telah biasa
menggunakan satuan satuan sehari hari (sepikul jagung, sekeranjang
kentang), satuan satuan yang lebih baik untuk mengukur energi telah tersedia.
Produktifitas tanaman dapat dengan tepat ditaksir dengan mengukur baik
oksigen yang dikeluarkan maupun karbondioksida yang digunakan dalam
proses fotosintesis. Juga mungkinlah untuk menduga produksi dengan
menentukan jumlah klorofil yang terdapat pada jumlah vegetasi tertentu pada
luasan tanah tertentu.
Penggunaan energi untuk mengukur produktifitas memerlukan suatu
satuan tunggal yaitu kalori. Mungkin kelak banyak hasil hasil pertanian yang
dinikmati tidak akan diproduksi di tanah pertanian lagi, tetapi dibuat secara
kimia dari komponen komponennya. Bila keadaan demikian dapat tercapai,
produksi pertanian dapat disalurkan pada tanaman tanaman yang memberikan
produktifitas maksimum dari salah satu atau lebih kebutuhan dasar dari menu
manusia. Misalnya tanaman tertentu akan ditanam terutama untuk yang
kandungan kalorinya tinggi.
Salah satu anomali yang dihadapi masa kini adalah bahwa beberapa
daerah dari dunia dikaruniai surplus pertanian, dan yang lainnya terancam
kekurangan. di daerah daerah yang sedang berkembang, produktifitas tanah
dapat dinaikkan dengan banyak teknik pertanian yang sudah merupakan hal
rutin di negara negara maju dewasa ini. Di daerah yang penuh tanaman,
beberapa faktor seperti cahaya, kelembaban tanah, dan hara sering merupakan
faktor dalam keadaan kekurangan. Ini semua merupakan faktor pembatas
pertumbuhan dan yang selalu menjadi urusan setiap ahli pertanian.
Teknologi yang penting untuk identifikasi dan mengatasi faktor faktor
pembatas serta mencegah musuh tanaman seperti hama, penyakit, gulma,
haruslah merupakan arah kemana perbaikan pertanian dinegara sedang
berkembang dilaksanakan. Pemupukan merupakan satu alat yang paling
ampuh untuk menaikkan produksi tanaman.
1. Penggunaan energi untuk kegiatan tanaman
Energi matahari merupakan sumber utama hubungannnya dengan
pertumbuhan tanaman, sembilan puluh persen bahan kering tanaman
pertanian berasal dari perubahan carbon melalui proses fotosintesis yang
tergantung cahaya. Belakangan ini banyak ahli biologi yang mencoba
menghitung produktivitas tanaman dengan memperhatikan penangkapan
energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia melalui proses
fotosintesis. Bahan dan hasil akhir proses fotosintesis ditulis sebagai
berikut:
(energi cahaya 673.000 kalori + klorofil)6 CO2 + 12 H2O C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O
Energi cahaya matahari yang digunakan berasal dari panjang gelombang
0,4 - 0,7 mikron.
Seluruh aktivitas fisiologis tanaman membutuhkan energi. Sebagai
sumber energi utama yang mendukung proses aktivitas fisiologis adalah
matahari. Tanaman memiliki kemampuan menyerap energi matahari
15%-22% untuk proses kehidupannya dan memfotosintesis 2%-5% dari
radiasi matahari yang masuk untuk pembentukan makanan. Energi yang
diperoleh tanaman oleh makhluk herbivora lainnya mengubah materi
tanaman menjadi materi hewan dan proses ini berlanjut terus sampai
kemudian dapat dikonsumsi oleh makhluk karnivora termasuk manusia.
Efisiensi fotosintesis dipengaruhi oleh laju fotosintesis. Laju
fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya cahaya sampai batas-
batas tertentu, walaupun laju fotosintesis meningkat dengan
meningkatnya intensitas cahaya, tetapi peningkatannya lambat sehingga
efisiensi penangkapan cahaya menurun. Apabila intensitas cahaya tinggi
secara relatif lebih banyak cahaya tegak yang dipantulkan oleh daun-
daun. Masuknya cahaya ke tajuk tanaman dipengaruhi oleh sudut
datangnya sinar dan susunan daun, tajuk yang ideal untuk distribusi
cahaya mempunyai susunan daun merata, pada bagian atas tajuk
mempunyai daun-daun lebih tegak dan lebih kecil sedang daun-daun
bawah tersusun secara horizontal.
2. Konsep aliran energi dalam pertanian
Dengan menganggap tanaman sebagai alat penangkap, perubah dan
penyimpan energi, maka timbul usaha menaikkan efisiensi dan
produktivitas tanaman. Didaerah yang padat tanaman, beberapa faktor
lingkungan segera menjadi berkurang, cahaya, kelembaban tanah dan
unsur hara. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam pertanian,
pemupukan merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan
produksi.
Efisiensi pertanian dapat diperoleh dengan perbaikan tanaman
melalui pemuliaan tanaman. Salah satu usaha untuk memperluas alat
penangkap energi dengan memperpanjang musim tanam misalnya
menggunakan rumah kaca untuk tanaman yang memungkinkan input
teknologi dan modal besar seperti tanaman hortikultura di daerah iklim
sedang. Usaha mempengaruhi laju fotosintesis dengan cara pertukaran
CO2 antara dedaunan dan atmosfer di sekitarnya. Di wilayah yang
sebelumnya angin kurang diperhatikan, hasil jagung dapat ditingkatkan
bila barisan tanaman diarahkan tegak lurus arah angin, sehingga pucuk
tanaman tertiup angin dan terjadi perputaran dan pencampuran udara.
Aliran energi dalam pertanian merupakan kunci keseimbangan
energi di ekosistem secara keseluruhan. Seluruh kegiatan pertanian yang
ditunjukkan untuk memperoleh produksi maksimum per unit satuan luas
tertentu dari tanah pertanian, yaitu dengan :
a. melakukan tata cara bertani menggunakan teknologi yang terus
menerus diperbaharui untuk memperoleh keuntungan maksimum,
b. menekan sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi
pertanian,
c. mencegah penurunan kapasitas produksi tetapi secara langsung juga
tidak mengorbankan keseimbangan.
Kebutuhan makanan semua bentuk kehidupan di alam harus
diusahakan berada dalam keseimbangan. Energi surya yang diserap oleh
tumbuhan hijau yang berfotosintesis disalurkan ke berbagai macam
makhluk hidup lain. Penyalurannya ada yang melalui jalur sederhana
dan ada yang melalui jalur yang agak rumit dengan menelusuri berbagai
macam kehidupan dalam biosfer. Akan tetapi, semua energi akan
diradiasikan kembali ke ruang angkasa. Bila daur energi ini terganggu,
suhu bumi akan meningkat dengan tajam yang mengakibatkan ekosistem
akan tertganggu. Zat-zat anorganik dari dalam tanah, air dan udara akan
diserap oleh tumbuhan hijau, kemudian sebagian digunakan dalam proses
fotosintesis sebagai penyusun molekul oerganik sederhana maupun
kompleks. Hasil fotosintesis, kemudian dikonsumsi oleh makhluk hidup.
Konsep Aliran Energi dalam pertanian dapat dilakukan dengan:
a. Mengukur Produktivitas
b. Menaikkan Produksi Tanaman
c. Penggunaan Limbah Pertanian
d. Penakapan Energi
e. Pangan dan Kebutuhan Manusia Gizi
C. PRODIKTIVITAS
Prodiktivitas adalah laju produksi biomasa,jadi berbeda dengan
standing crop yang menyatakan jumlah biomasa dari ekosistem pada saat
tertentu.kajian prodiktivitas ini merupakan bagian yang penting dalam
ekologi,ini meliputi efesiensi dari berbagai bentuk ekosistem dan juga
mengenai perbaikan produksi dari ekosistem binaan. Prodiktivitas dapat
dibagi dalam dua bentuk,pertama produktivitas primer, meliputi produksi
materi organic baru pada tumbuhan atau autrotof.kedua,produktivitas
sekunder, meliputi produksi materi organikbaru pada hewan atau heterotrof.
Produktivitas primer merupakan laju penambahan energy yang
dilakukan oleh produsen. Menurut Campbell (2002), Produktivitas primer
menunjukkan Jumlah energy cahaya yang diubah menjadi energy kimia oleh
autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu. Total
produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross
primary productivity, GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan
sebagai bahan organik pada tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan
yang sedang tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan sebagian
molekul tersebut sebagai bahan bakar organik dalam respirasinya.
1. Proses –Proses Dasar Dalam Produktivitas Primer
Sangat jarang kajian yang bersifat kiantitatif dari produktitifitas
primer ini.produktivitas primer bersih di temtukan oleh perbedaab relatif
dari fotosintesis (menghasilkan karbohidrat) dengan respirasi
(memanfaatkan karbohidrat).untuk memahami factor-faktor yang
membatasi dan mengontrol produktivitas primer ini,perlu ditelaah secara
rinci kedua proses dasar ini.
a. Proses fotosintesis
Dalam proses ini hanya sebagian kecil energi cahaya yang
dimanfaatkan. Diperkirakan dari sejumlah energi cahaya yang
sampai pada tumbuhan, hanya 1 – 5% dapat diubah menjadi energi
kimia. Pemanfaatan energi cahaya untuk membentuk karbohidrat
dalam fotosintesis meliputi beberapa proses kimia yang sangat
kompleks termasuk dengan biokalalisatornya yang berupa enzim.
Gula yang duhasilkan dalam fotosintesis mempunyai berbagai
kemungkinan yaitu, dimanfaatkan kembali dalam proses respirasi
untuk menghasilkan ATP; dikonversi menjadi bentuk senyawa
organik lain; dan dikombinasi dengan gugus tertentu menjadi asam
amino dan selanjutnya diubah menjadi protein.
b. Proses respirasi
Proses ini merupakan kebalikan dari proses fotosintesis yang
melibatkan berbagai reaksi dan biokatalisator yang berupa enzim.
Secara sederhana reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O6 CO2 + 12 H2O
Pada kondisi optimum kecepatan fotosintesis dapat mencapai
30 kali dari kecepatan respirasi, terutama pada tempat-tempat yang
terdedah dengan cahaya matahari. Pada umumnya tumbuhan
menggunakan karbohidrat untuk respirasinya berkisar antara 10 –
75% dari hasil fotosintesisnya, dan ini tergantung dari jenis dan usia
tumbuhan.
D. METODE PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRIMER
Penting sekali untik diperlihatkan cara-cara penentuan produktivitas
primer ini, mengingat proses ini mempunyai arti ekologi yang sangat nyata.
Sebagian besar pengukuran dilakukan secara tidak lamgsung, didasarkan pada
jumlah substansi yang dihasilkan, didasrkan pada jumlah material dasar yang
dipakai, dan ada pula yang didasarkan pada jumlah hasil sampingnya.
1. Metode penuaian
Cara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan.
Dapat dinyatakan secara langsung berat keringnya atau kalori yang
terkandung, tetapi keduanya dinyatakan dalam luas dan priode waktu
tertentu. Metode ini mengukur produktivitas primer bersih. Metode
penuaian ini sangat cocok dan baik pada ekosistem daratan, dan biasanya
untuk vegetasi yang sederhana. Tetapi dapat pula di gunakan untuk
ekosistem lainya dengan syarat tumbuhan tahunan predominan dan tidak
terdapat rerumputan. Untuk ini paling baik mencuplik produktivitas pada
satu seri percontohan(cuplikan)selama satu musim tumbuh. Metode ini
merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas primer.
Caranya adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada diatas
permukaan tanah, baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun
yang didalam air. Bagian yang di potong selanjutnya dipanaskan sampai
seluruh airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut ditimbang,
dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area per
unit waktu, misalnya sebagai gram berat kering/ m2 /tahun.metode ini
menunjukkan perubahan berat kering selama priode waktu tertentu.
Metode penuian memang tidak cocok untuk mengukur
produktivitas primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan
misalnya perubahan biomasa yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh
produktivitas tetapi juga berkurangnya fitoplankton oleh hewan – hewan
pada tropik diatasnya, atau mungkin jumlah fitoplankton berubah karena
gerakan air dan pengadukan. Metode penuaian ini sangat sederhana,
meskipun memiliki potensi-potensi kesalahan-kesalahan: sistim akar
harus termasuk dalam perhitungan, dan adanya hewan herbivora.
2. Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada
hubungan erat antara produktifvitas dengan oksigan yang di hasilkan oleh
tumbuhan. Tetapi harus di ingat sebagian oksigen di manfaatkan oleh
tumbuhan tersebut dalam proses respirasi, dan harus di perhitungkan
dalam penentuan produktivitas.
Metode ini sangat cocok dalam menentukan produktivitas primer
ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai produsennya. Dua
contoh air yang mengandung ganggang di ambil pada kedalaman yang
relatif sama. Satu contoh di simpan di dalam botol bening dan satunya
lagi pada botol yang di cat hitam. Kandungan oksigen dari kedua botol
tadi sebelumnya ditentukan, kemudian di simpan dalam air yang sesuai
dengan kedalaman dan tempat pengambilan air tadi. Kedua botol tadi di
biarkan selama satu sampai 12 jam. Selama itu akan terjadi perubahan
kandungan oksigen di kedua botol tadi. Pada botol yang hitam terjadi
proses respirasi yang menggunakan oksigen, sedangkan pada botol yang
bening akan terjadi baik fotosintesis maupun respirasi. Diasumsikan
respirasi pada kedua botol relatif sama. Dengan demikian produktivitas
pada ganggang dapat di tentukan.
Metode-metode ini memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu hanya
dapat di lakukan pada produsen mikro dan asumsi respirasi pada kedua
botol tadi sama adalah kurang tepat.
3. Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan
dapat di pergunakan sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam
hal ini seperti juga pada metode penentuan oksigen proses respirasi harus
di perhitungkan. Metode ini cocok untuk tumbuhan darat dan dapat di
pakai pada suatu organ daun, seluruh bagian tumbuhan dan bahkan satu
komunitas tumbuhan. Ada dua tehnik atau metode utama yaitu :
a. Metode ruang tertutup
Biasanya di gunakan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan
kecil (herba,perdu pendek). Dua contoh di pilih dan di usahakan satu
sama lainnya relatif sama. Satu contoh di simpan dalam kontainer
bening dan satunya lagi di simpan dalam kontainer gelap (tertutup
lapisan hitam). Udara dibiarkan keluar- masuk pada kedua kontainer
melalui pipa yang sudah di atur sedenikian rupa dan mempergunakan
pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara tertentu.
Konsentrasi karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di
pantau. Dengan cara ini karbondioksida yang di pakai dalam
fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan jumlah yang di
hasilkan dalam kontainerr gelap di tambah dengan jumlah yang di
pakai dalam kontainer bening/terang. Dalam kontainer gelap terdapat
produksi karbondioksida sebagai hasil respirasi, dan pada kontainer
bening karbondioksida di pakai dalam proses fotosintesis daan juga
adanya produksi akibat adanya respirasi. Metode ini juga memiliki
kelemahan seperti pada metode dengan penentuan oksigen dan
meningkatnya suhu dalam kontainer (seperti rumah kaca) sehingga
mempengaruhi proses fotosintesis dan respirasi.
b. Metode aerodinamika
Metode ini maksudnya menutupi kelemahan-kelemahan pada
metode ruang tertutup. Karbondiaksida yang diukur diambil dari
sensor yang di pasang pada tabung tegak dalam komunitas, dan
satunya lagi di pasang lebih tinggi dari tumbuhan. Perubahan
konsentrasi karbondioksida di atas dan didalam komunitas dapat di
pakai sebagai indikasi dari produktivitas. Pada malam hari
konsentrasi karbondioksida akan meningkat akibat terjadi respirasi,
sedangkan pada siang hari konsentrasi akan menurun akibat proses
fotosintesis. Perbandingan konsentrasi ini merupakan indikasi berapa
banyak karbon dioksida yang di manfaatkan dalam fotosintesis.
4. Metode kesamaan
Dalam ekosistem air,kesamaan akan berpengaruh terhadap
kelarutan karbondioksida.perubahan kesamaan dapat dipakai sebagai
indeks dari produktivitas. Metode ini mempunyai potensi
kesalahan,sepeti kandungan nutrisi mempunyai pengaruh juga terhadap
kesamaan air.
5. Kehilangan material dasar
Produktivitas dapat ditentukan berdasarkan laju kehilangan
material seperti nitrat dan posfat.metoda ini menentukan produktivitas
primer bersih dari ekosistem.teknik ini sangat berguna untik ekosistem
perairan yang luas,sepertidanau dan lautan,tetapi haya berlaku bagi
daerahyang beriklim musim (terjadinya penumpukan selama musim
dingin dan dimanfaatkan pada musim semi).
6. Metoda radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan
dalam sistem. Misalnya karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui
suplai karbondioksida yang nantinya di asimilasikan oleh tumbuhan dan
di pantau untuk mendapatkan perkiraan produktivitas. Tehnik ini sangat
mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki
kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat di pakai dalam berbagai tipe
ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap ekosistem.
7. Metoda klorofil
Produktivitas berhubungan erat dengan jumlah klorofil yang ada.
Rasio asimilasi untuk tumbuhan atau ekosistem adalah laju dari
produktivitas pergram klorofil. Konsentrasi klorofil dapat ditentukan
berdasarkan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengekstraksi
pigmen tumbuhan. Mul-mula dilakukan pencuplikan daun dengan ukuran
tertentu. Untuk sampling fitoplankton dilakukan dengan pengambilan
sampel air dalam volume tertentu. Organisme selain fitoplankton harus di
pisahkan dari sampel. Samel selanjutnya di saring dengan menggunakan
filter khusus fitoplankton pada pompa vakum dengan tekanan rendah.
Filter yang mengandung klorofil dilarutkan pada aseton 85% , kemudian
dibiarkan semalam, dan selanjutnya di sentrifuse. Supernatannya dibuang
dan pelet yang mengandung klorofil di keringkan dan di timbang
beratnya. Berat klorofil di ukur dalam mg klorofil/unit area. Pengukuran
klorofil juga bisa di lakukan dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 665 nm. Bila rasio asimilasi, kadar klorofil, dan jumlah
energi cahaya di ketahui, maka produktivitas primer kotor dapat
diketahui. Metode ini dapat di terapkan pada berbagai tipe ekosistem.
E. USAHA-USAHA MENINGKATKAN HASIL PERTANIAN
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada
dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan
di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit. Pada
awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha
Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani.
Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah yang baik
b. Pengairan yang teratur
c. Pemilihan bibit unggul
d. Pemupukan
e. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
f. Pengolahan pasca panen
2. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan
cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan
semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang
belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan
membuka persawahan pasang surut. Ekstensifikasi pertanian banyak
dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa,
khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera,
Kalimantan dan Irian Jaya.
3. Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau
tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu
hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
a. Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani
selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.
b. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu
lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.
4. Mekanisasi Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan
mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak dilakukan
di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada program
mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga
utama.
5. Rehabilitasi Pertanian
Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak
produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau
mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang
lebih produktif. Sebagai tindak lanjut dari program-program tersebut,
pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memperluas,memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang
meluas di seluruh wilayah Indonesia
b. Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui
penerapan berbagai paket program yang diawali dengan program
Bimbingan Masal (Bimas) pada tahun 1970. Kemudian disusul
dengan program intensifikasi Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus
(Insus) dan Supra Insus yang bertujuan meningkatkan produksi
pangan secara berkesinambungan.
c. Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang
dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.
Usaha-usaha meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan antara lain
dengan cara :
a. Membangun gudang-gudang, pabrik penggilingan padi dan
menetapkan harga dasar gabah
b. Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani
agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
c. Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui
pembentukan kelompok tani, dan Koperasi Unit Desa (KUD) di
seluruh pelosok daerah yang bertujuan untuk memberikan motivasi
produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para
petani.