Makalah TB Paru p. Syaifuddin

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yan telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia.1. Prevalensi TB di Indonesia dan Negara – Negara yang sedang berkembang lainnya cukup tinggi.2. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah > 600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (15–55 tahun). Angka kematian karena infeksi Tuberculosis paru berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi >100.000 kematian per tahun.3. Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu upaya penting untuk menekan penularan Tuberculosis paru di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang definitif. Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan 1 | Tubercolusis paru

description

andi

Transcript of Makalah TB Paru p. Syaifuddin

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yan telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia.1. Prevalensi TB di Indonesia dan Negara Negara yang sedang berkembang lainnya cukup tinggi.2. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah > 600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (1555 tahun). Angka kematian karena infeksi Tuberculosis paru berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi >100.000 kematian per tahun.3. Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu upaya penting untuk menekan penularan Tuberculosis paru di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yangdefinitif. Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaandiagnosis Tuberculosis paru adalah berdasarkan pewarnaan tahan asam. Walau demikian, metode ini kurang sensitif, karena baru memberikan hasil positif bila terdapat >103 organisme/ml sputum.4. Metoda diagnosis cepatyang baru dikembangkan yaitu penggunaan Mycobacteriophage.Mycobacteriophage akan menginfeksi Mycobacteriumtuberculosis hidup pada sputum. Deteksi Mycobacteriumtuberculosis pada sputum dapat dilakukan melalui 2 metoda,yaitu menggunakan luciferase reporter phage (LRP) danmenggunakan metode amplifikasi faga. FASTPlaqueTBTM (BiotecLaboratories Ltd., Ipswich, UK) merupakan salah satu metodecepat yang memiliki prinsip kerja berdasarkan teknologiamplifikasi faga. Diharapkan metodeini dapat membantu penegakan diagnosis TB yang cepat, akurat,mudah dan aman sehingga dapat dilakukan secara rutin dinegara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Hudoyo,Ahmad, dkk, 2004)1.2 Rumasan MasalahBagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien penderita Tuberculosis Paru ? 1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumAgar mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada penderita Tuberculosis Paru.

1.3.2 Tujuan KhususMemahami Tuberculosis Paru yang meliputi :1.3.2.1 Definisi TB paru1.3.2.2 Etiologi TB paru1.3.2.3 Tanda dan Gejala TB paru1.3.2.4 Patofisiologi TB paru1.3.2.5 Pelaksanaan Terapi TB paru1.3.2.6 Pemeriksaan Penunjang TB paru1.3.2.7 Prognosis penyakit TB paru1.3.2.8 Konsep asuhan keperawatan TB paru

1.4 Manfaat1.4.1 Bagi Mahasiswa1.4.1.1 Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan tentang TB paru.1.4.1.2 Meningkatkan keterampilan sesuai dengan prosedur yang benar.1.4.1.3 Melakukan askep yang bertanggung jawab dan rasional.1.4.1.4 Menambah pengalaman dan pengetahuan serta penerapan TB paru.

1.4.2 Bagi masyarakat1.4.2.1 Membantu memberi pengetahuan, informasi, dan perawatan mengenai TB paru.

BAB 2PEMBAHASAN2.1 DEFINISI

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.Kumaninipertama kali ditemukan oleh Dokter Robert Koch. (Suzanne, 2002)

2.2 ETIOLOGI

PenyebabMycobacteryumtuberculosisberbentukbatang, berukuranpanjang5cm danlebar 3cm, tidakmembentuksporadantermasukbakteriaerob. Mycobacteria dapatdiberipewarnaansepertibakterilainnyamisalnyadenganpewarnaanGram.Namunsekalidiberiwarnaolehpewarnaan Gram, makawarnatersebuttidakdapatdihilangkandenganasam. Olehkarenaitu, makamycobacteria disebut sebagai Basil TahanAsam (BTA). Padadinding sel mycobacteria, lemakberhubungandenganarabinogalaktandanpeptidoglikan dibawahnya.Strukturinimenurunkanpermeabilitasdindingselsehinggamengurangiefektivitasterhadapantibiotik.Lipoarabinomannansuatumolekullaindalamdindingsel mycobacteria berperandalaminteraksiantarainangdan pathogen menjadikan M. tuberculosis dapatbertahanhidup di dalammakrofag. (PDPI. Tuberkulosis.Pedoman diagnosis danpenatalaksanaan di Indonesia.PerhimpunanDokterParu Indonesia.RevisipertamaJuli 2011.Jakarta: 9-19).

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Penyakit tuberculosis atau TB paling sering menyerang organ paru, tetapisebagiankecildapatmenyerang bagian organ-organ lain, misalnyaotak, tulang, kelenjargetah bening, kulit, usus, mata, telinga, dan lain-lain.Tandadan gejalaparu yang dicurigaimenderita TB parudapatberupa :1. Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan (40-410C). serangan demam pertama dapt sembuh sebentar, tapi kemudian timbul lagi. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini. Keadaan seperti ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.2. Batuk/Batuk darah. Batuk terjadi karena ada iritasi pada. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk paru ada setelah penyakit berkembang setelah dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan yang lanjut adalah beruba baruk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.3. Sesak nafas. pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-paru.4. Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltarsi dada radang sudah sampai kepleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/mengeluarkan napasnya.5. Malaise. Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.(Zulkifli & Asril, 2009).

2.4 PATOFISIOLOGIM.TBC

Droplet

inhalasi

masuk ke saluran pernafasan

invasi ke alveoliDormant

Aktif

TB ParuB 1

Peradangan pada parenkim paruAdanya reaksi peradangan di Parenkim paru untuk aktivasi M. TBC

bradknnDi sekresikan mediator inflamasiBersihan jalan nafas efektifDitandai adanya RonchiTerjadi peningkatan penumpukan sekretMeningkatkan produksi mucus sel goblet di bronkus & bronkeolusdi

Vasokontrks pembuluh darah kapler paruprostaglandn

Vasokontrks pembuluh darah kapler paruMemcu munculnya nyer saat batuk

Resko deficit volume caranhemaptoeRawan pecah saat batukGangguan rasa nyaman nyer10 | Tubercolusis paru

B 3

B 3

Aktivasi M.TBC

Aktivitas M.TBC

Terjadi reaksi pembentukan Anti Gen dan Anti Bodi

Memrlukan nutrisi berkembang secaraberlebihMengeluarkan ekso/indo toksin

Mengambil dari tubuh inangDimanifestasikan dalam suhu tubuhMengalir lewat pembuluh darah

Supply & demand nutrisi sel inang

Terjadi katabolisme sel inangHipertermi Menembus sawar otak

BB inang turun

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDirespon oleh hipothalamus2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG2.5.1 Pemeriksaan Radiologi

2.5.1.1 Berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak jelas.2.5.1.2 Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis, lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal.2.5.1.3 Adanya penebalan pleura, masa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radio-lusen dipinggir paru/pleura.2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium2.5.2.1 Pemeriksaan Sputum Untuk pemeriksaan Tuberkulosis WHO memberikan syarat pengumpulan sampel dahak minimal 3 kali dengan rumus S-P-S yaitu Sewaktu Pagi Sewaktu dan dikumpulkan dalam waktu 2 hari.Sewaktu hari ke-1: Dahak dikeluarkan saat berkunjung ke klinik, kemudian akan diberi pot dahak saat pulang untuk pagi hari berikutnya.Pagi hari ke-2: Mengumpulkan dahak pada pagi hari ke-2 segera setelah bangun tidur dan bawa ke LabSewaktu hari ke-3:Kumpulkan spesimen ke-3 di Lab saat kembali ke Lab di hari ke-2 dengan membawa dahak pagiMungkin saja pengambilan sampel dahak akan diulang jika : Pemeriksaan mikroskopis diragukan atau pasien tidak melengkapi pengumpulan spesimen sputumnya dalam waktu 2 minggu dari pengumpulan sebelumnya. Sampel dahak juga akan ditolak jika yang tertampung bukan dahak melainkan cairan ludah (saliva) atau nasal mucus.Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan Skala IUATLD (International Union Againts Tuberculosis and Lung Diseases ) sebagai berikut :1. Tidak ditemukan BTA dalam 100lp disebut negative, ditemukan 1-9 BTA dalam 100lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.2. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100lp disebut + (1+).3. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1lp, disebut ++ atau (2+) minimal dibaca 50lp.4. Ditemukan > 10 BTA dalam 1lp, disebut +++ atau (3+) minimal dibaca 20lp.

2.5.2.2 Test Tuberkulin / Mantoux test menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D ( purified protein derivative), intra cutan.Hasil: menyatakan apakah SSO (Sistem Saraf Otonom) mengalami infeksi micobakterium Dasar: reaksi alergi tipe lambat.Pembacaan: setelah 48-72 jam indurasi kemerahan yang berhubungan dengan infiltrate limfosit reaksi persenyawaanya antara AB seluler dengan Ag tuberculin . di pengaruhi oleh jumlah Ab humoral.Hasil Mantoux test:Mantoux negative: indurasi 0-5 mm sampai golongan no. sensitivity peran Ab humoral menonjol .Hasil Diragukan: indurasi 6-9 mm sampai golongan low sensitivy . peran Ab humoral menonjol .Mantoux positif: indurasi 10-15 mm sampai golongan normal sensitivity . peran Ab humoral seimbang.Mantoux positif kuat: indurasi > 15 mm sampai golongan hipersensitivity. peran Ab humoral menonjol .(depkes, 2009)2.6 PENATALAKSANAAN2.6.1 Obat Anti TB (OAT)Harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT :1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negative secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.

Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase :1. Fase awal intensif, pasien mendapat obat setiap hari, berlangsung 2 bulan (56 hari). Kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang telah membelah dengan cepat.2. Fase lanjutan, pasien mendapat KDT (kombinasi dosisi tetap) 3 x seminggu dan berlangsung lebih lama (4 bulan). Melalui kegitan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH/H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan streptomisin (S), etambutol (E).(Arif Mansjoer, 2001)Panduan OAT yang digunakan adalah: kategori I: 2(HRZE)/4(HR)3, kategori II: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 dan kategori anak: 2HRZ/4HR. Kategori I diberikan pada pasien baru:1. Tb paru BTA positif, 2. Tb paru BTA negatif,3. foto thoraks positif,4.Tb ekstra paru.Dosis OAT KDT untuk kategori I adalah sebagai berikut:Tabel.1 Dosis KDT untuk kategori I TbBerat badan (kg)Tahap intensif (56 hari)RHZE (150/75/400/275)Tahap lanjutan (3x Seminggu selama 16 minggu).RH(150/150)

30-372 tablet 4KDT2 tablet 2KDT

38-543 tablet 4KDT3 tablet 2KDT

55-704 tablet 4KDT4 tablet 2KDT

715 tablet 4KDT5 tablet 2KDT

Sumber: DepKes, 2006

Kategori II diberikan kepada: pasien kambuh, pasien gagal dan pasien dengan pengobatan setelah default. Dosis OAT KDT untuk kategori II adalah sebagai berikut:Tabel 2. Dosis KDT untuk kategori II TbBerat badan(kg)Tahap intensif tiap hariTahap lanjutan 3x semingguRH(150/150)+E(275)

selama 56 hariselama 28 hariselama 20 minggu

30-372tab 4KDT+inj.streptomisin 500mg2 tab 4KDT2 tab 2KDT+2 tab etambutol

38-543tab 4KDT+inj.streptomisin 750mg3 tab 4KDT3 tab 2KDT+3 tab etambutol

55-704tab 4KDT+inj.streptomisin 1000mg4 tab 4KDT4 tab 2KDT+4 tab etambutol

715tab 4KDT+inj.streptomisin 1000mg5 tab 4KDT5 tab 2KDT+5 tab etambutol

Sumber: DepKes, 20062.7 KOMPLIKASIPenyakit Tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benarakan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.2.7.1 Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, Poncets arthropath2.7.2 Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis), kerusakan parenkim berat SOPT/ Fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.(Zulkifli & Asril, 2009)

2.8 KONSEP KEPERAWATAN2.8.1 Pengkajian2.8.1.1 Aktivitas / istirahat Gejala:kelemahan, kelelahan (fatigue), kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk Tanda: takikardia, trakipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).2.8.1.2 Integritas Ego Gejala:Stres lama, Perasaan tidak berdaya masalah keuangan, rumah, perasaan tak berdaya/tak ada harapan,Tanda: Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah terangsang.2.8.1.3 Makanan / cairan Gejala: tak dapat mencerna, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.Tanda:Turgor kulit jelek, kehilangan otot, kering atau kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan.2.8.1.4 PernafasanGejala: batuk produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat TB pada individu terinfeksiTanda: peningkatan frekuensi pernafasan, perkembangan pernafasan tak simetris, karakteristik sputum; hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah, 2.8.1.5 Nyeri / kenyamanan Gejala :Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.Tanda: Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.2.8.1.6 Interaksi SosialGejala: perasaan isolasi karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab /perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.2.8.1.7 Pemeriksaan Fisik2.8.1.7.1 Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia2.8.1.7.2 Suhu demam (subfebris)2.8.1.7.3 Badan menurun2.8.1.7.4 Ronki basah, kasar, dan nyaring2.8.1.7.5 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.2.8.1.7.6 Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).

2.8.2 Diagnosa1. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan :Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea / larink.2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap. Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.3. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas sehubungan dengan:Penurunan permukaan efektif paru,atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, secret kental tebal,edema bronchial. 4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan: kelemahan,sering batuk, produksi sputum, dispnea, anoreksia, ketidak cukupan sumber keuangan.2.8.3 Intervensi1. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan :Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea / larink.

Kriteria hasil: Dalam waktu 1X24 jam secret mulai berkurangTujuan jangka pendek: Pasien dapat melakukan batuk efektif.Tujuan jangka panjang: Mengeluarkan secret tapa bantuan Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafasINTERVENSIRASIONALISASI

1. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman.2. Berikan pasien posisi semi fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam3. Bersihkan secret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai kebutuhan4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasiKolaborasi 5. Lembabkan udara oksigen inspirasi6. Beri obat-obatan sesuai indikasi; Agen mukolitik, contoh aseltisistein (mucomist) ; Bronkodilator, contoh okstrifillin (choledyl) ; Kortikosteroid (prednisone).7. Bersiap untuk membantu instubasi darurat.

1. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelaktasis ,ronki,mengi, menunjukkan akumulasi ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.2. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilaksi maksimal membuka area atelaktasis dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.3. Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan diperlukan bila pasien tak mampu membuat secret.4. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret membuatnya mudah dikeluarkan5. Mencegah pengeringan membrane mukosa membantu pengenceran secret.6. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trankeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.7. Instubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring atau pendarahan paru akut.

2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap. Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.Kriteria Hasil:Dalam 2X24 jam penyebaran infeksi virus mulia berkurangTujuan jangka pendek: Kondisi pasien mulai membaik.Tujuan jangka panjang: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi. Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk menungkatkan lingkunagan yang aman.INTERVENSIRASIONALISASI

1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara.2. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah.3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah.4. Dorong memilih/mencerna makan seimbang.5. Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh : obat utama, Isoniazid (INH) etambutal (Myambutol); rifampin (RMP).

1. Membantu pasien memerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang.2. Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran.3. Perilaku yang diperlukan untuk menghindari penyebaran infeksi.4. Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya.5. Kombinasi agen antiinfeksi digunakan sebagai mengurangi penyebaran infeksi.

3. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas sehubungan dengan:Penurunan permukaan efektif paru,atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, secret kental tebal,edema bronchial.Kriteria Hasil: Dalam 2X24 jam jalan nafas membaikTujuan jangka pendek: Pasien sedikit tidak kesulitan dalam bernafasTujuan jangka panjang: Melaporkantak adanya/penurunan dipsnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.-Bebas dari gejala distress pernapasan.INTERVENSIRASIONALISASI

1. Kaji dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, dan kelemahan.2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catar sianosis, termasuk membrane mukosa dan kuku.3. Dorong bernapas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.4. Tingkatkan tirah baring dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai aktivitas.5. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

1. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas.2. Akumulasi sekret/pengaruh jalan napas dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan.3. Membuat tahanan udara luar, untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menurunkan napas pendek.4. Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.5. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap menurunnya permukaan alveolar paru.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan: kelemahan,sering batuk, produksi sputum, dispnea, anoreksia, ketidak cukupan sumber keuangan.Kriteria Hasil:Dalamwaktu 3X24 jam nafsu makan bertambahTujuan jangka pendek: Meningkatkan nafsu makan pasien.Tujuan jangka panjang: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk menigkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.INTERVENSIRASIONALISASI

1. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.2. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.3. Dorong dan berikan periode istirahat sering.4. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.5. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.6. Rujuk keahli diet unutk menentukan komposisi diet.7. Konsul dengan terapi pernapasan unutk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.8. Berikan antipiretik tepat.

1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan atau kekuatan khusus.2. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.3. Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.4. Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat unutk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.5. Memaksimalkan masukakn nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energy dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.6. Memberikan banruan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.7. Membantu menurunkan mual muntah sehubungan dengan obat.8. Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori.

2.8.4 Evaluasi 1. Mempertahankan jalan nafas paten dengan mengatasi sekresi menggunakan humidifikasi, masukan cairan, batuk dan drainase postural.2. Ikut serta dalam tindakan preventif : memberi dorongan pada individu yang kontak erat untuk melaporkan diri guna pemeriksaan.3. Menunjukkan tinkat pengetahuan yang adekuata. Menyebutkan obat-obat dengan namanya dan jadwal yang tepat untuk meminumnya.b. Menyebutkan efek samping obat yang diperkirakan.c. Mematuhi regimen pengobatan dengan minum obat sesuai yang diharuskan dan melaporkan skrining tindak lanjut.4. Mempertahankan jadwal aktivitas.5. Melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan efek sampinga. Minum vitamin tambahan sesuai yang diresepkan.b. Melakukan pemeriksaan fisik secara teratur.

BAB 3PENUTUP

Penyakit tuberculosis paru sebenarnya mudah dikenali, mudah di diagnosis dan mudah di obati. Obat yang manjur juga sudah ditemukan dan tersedia.Bahkan di Puskesmas -Puskesmas diseluruh Indonesia dan fasilitas kesehatan milik pemerintah obat dapat diperoleh secara gratis.Masalah yang timbul adalah minum obat secara teratur selama 6 bulan. Dari pengalaman empiris selama ini pasien yang sudah minum obat dua bulan meras sembuh, karena semua gejala dan keluhan menghilang sehingga pasien menghentikan obat sendiri. Supaya penyembuhan terhadap pasien-pasien TB paru dimasyarakat sukses diperlukan strategi suatu pemberantasan maka setiap dokter yang menangani pasie TB hendaknya merujuk pada pedoman international Standards For TB Care (ISTC).Setiap pasien TB paru atau keluarganya juga mengetahui isi pedoman ISTC tersebut agar dapat bekerjasama atau saling mengingatkan pada dokter yang menangani apabila dalam penanganan berbeda dengan standatrds yang telat disepakati tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hudoyo,Ahmad, 2008, Tuberkulosis Mudah Diobati , FKUI : Jakarta.Hudoyo,Ahmad, dkk, 2004, Jurnal Tuberkulosis Indonesia, PPTI : Jakarta.Mansjoer,Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.Sudoyo, Aru W,dkk.2009.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : EGC.Doenges,Marilynn E,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarat : EGC.Smeltzer. Suzanne C, dkk, 2004, Keperawatan Medikal Bedah, Buku Kedokteran: Jakarta. EGC.