Makalah Sudah Jadi
-
Upload
putra-irawan -
Category
Documents
-
view
97 -
download
5
Transcript of Makalah Sudah Jadi
ASAS PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi
karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan
oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia
dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu
sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan
hakikatnya. Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia
pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya
di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna asas – asas pendidikan, asas pendidikan
sepanjang hayat (life long education),asas kasih sayang, asas demokrasi, asas keterbukaan dan
transparansi, asas tanggung jawab, asas kualitas dan panca darma taman siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penyusun dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan asas pendidikan sepanjang hayat (life long education)?
2. Apa yang dimaksud dengan asas kasih sayang?
3. Apa yang dimaksud dengan asas demokrasi?
4. Apa yang dimaksud dengan asas keterbukaan dan transparansi?
5. Apa yang dimaksud dengan asas tanggung jawab?
6. Apa yang dimaksud dengan asas kualitas?
7. Apa yang dimaksud dengan panca darma taman siswa?
1.3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka adapun tujuan penyusun dalam menulis
makalah ini. Tujuan dari pembahasan ini diantaranya :
1. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang asas pendidikan sepanjang hayat (life
long education)
2. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang asas kasih sayang
3. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang asas demokrasi
4. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang keterbukaan dan transparansi
5. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang asas tanggung jawab
6. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang asas kualitas
7. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tentang panca darma taman siswa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Asas – Asas Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing dan
mendidik pesertadidik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk mengembangkan segala
bakat atau potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat berlangsung simultan melainkan
secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangannya. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan pendidikan harus menerapkan asas-asas yang sesuai. Selanjutnya,asas-asas tersebut
akan diuraikana berikut ini (diadopsi dari Nursid Sumaatmadja. 2002:57-68)
2.2. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education)
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang
dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia
selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau
pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia,
semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena
cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Menurut pendapat Sudjana (2001: 217-218) pendidikan sepanjang hayat memberikan arah
supaya pendidikan nonformal dikembangkan di atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini :
1. Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
2. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk
merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisi dan sistimatis.
3. Kegiatan belajar bertujuan untuk mempeoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki.
4. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam
mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang melakukan kegiatan belajar.
5. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untuk
meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah
proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam
pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan
proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan
apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan
ke arah yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang
belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :
1. Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri
peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan
baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan
berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu
perlu dipelajari.
2. Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi
maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhaian peserta ini sangat tergantung pada
pembimbing.
3. Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta
menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang
yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan
pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.
4. Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informsasi baru
saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar
peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan
cara yang mengesankan.
5. Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di
tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan
hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
6. Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahai dan dapat menerapkan apa yang telah
diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka
pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang
diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban
memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan
umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang
diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
Membentuk Kemandirian Melalui Pendidikan Sepanjang hayat.
Setiap manuusia yang lahir di dunia ini tidak langsung dapat hidup mandiri. Di awal
kehidupannya, ia akan membutuhkan bantuan dari orang lain, bahkan cenderung tergantung
terhadap orang lain. Sejak bayi hingga anak-anak ia akan sangat membutuhkan peran keluarga
dan orang-orang di sekitarnya agar dapat membantu ia untuk bertahan hidup. Namun seiring
pertumbuhannya, sedikit demi sedikit ia akan mampu mengurangi tingkat ketergantungannya
kepada orang lain, sehingga lama kelamaan ia dapat menjadi manusia yang mandiri.
Menurut Sudjana (2001: 227-228) perubahan sikap dan perilaku di atas, yaitu dari
menggantungkan diri kepada orang lain ke arah sikap yang mandiri, merupakan indikator orang
terdidik. Di pihak lain seseorang yang hidupnya hanya menggantungkan diri kepada orang lain di
sebut orang yang belum atau tidak terdidik.
Pembelajaran merupakan proses yang meliputi mengajar dan belajar. Belajar adalah
proses mengkonstruksi pengetahuan dan abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi
(Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF, 2006: Vol. 1) Proses belajar akan mampu membuat manusia
tumbuh dan berkembang sehingga mampu menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami
perubahan dari yang sebelumnya selalu tergantung kepada orang lain menjadi manusia yang
mandiri, bahkan justru akan mampu membantu orang lain. Perubahan seperti ini seharusnya terus
terjadi sepanjang hayat selama manusia tersebut masih hidup. Namun pada kenyataannya,
sebagian besar manusia berhenti belajar setelah mereka merasa cukup dewasa. Padahal pada
dasarnya perubahan-perubahan sikap menuju arah yang lebih baik harus selalu dilakukan untuk
mempersiapkan diri terhadap perubahan-perubahan yang timbul seperti halnya perubahan dalam
bidang kemajuan teknologi dan pengetahuan. Mereka yang terus melakukan proses belajar akan
dapat mengikuti perubahan yang ada, sedangkan mereka yang berhenti untuk belajar akan
merasakan kesulitan dalam menghadapi perubahan dan akan cenderung menjadi manusia yang
kurang mandiri.
Sudjana (2001: 228) berpendapat bahwa dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri,
pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat
menyadari dan mengakui potensi dan kemampuan dirinya. Peserta didik perlu dibantu untuk
mampu berdialog dengan dirinya dan lingkungannya. Program-program pendidikan non formal
diarahkan untuk memotivasi peserta didik dalam upaya mengaktualisasi potensi diri, berpikir,
dan berbuat positif terhadap lingkungan, serta mencapai kepuasan diri dan bermakna bagi
lingkungan.
2.2. Asas Kasih Sayang
Manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, diciptakan dengan kasih saying dan agar
hidup dilandasi oleh kasih, maka kasih sayang harus menjadi bagian yang melekat pada diri
masing – masing individu. Kasih saying adalah salah satu kodrat Tuhan Yang Maha Kuasa dan
diberikan dilubuk hati yang paling dalam pada diri manusia, karena itu pelaksanaan proses
kegiatan pendidikan harus menerapkan asas kasih sayang. Di mata Tuhan Yang Maha Kuasa
manusia sama, tidak ada perbedaan sekalipun berbeda dalam ras, suku, golongan, bahasa dan
budaya, status dan social ekonomi, bahkan jenis kelamin itu hanyalah perbedaan yang sifatnya
sementara, namun dalam harkat dan martabat manusia tidak ada perbedaan dimata Tuhan.
Demikian juga peserta didik dan pendidik adalah sama tidak ada bedanya dihadapan Tuhan,
mereka berbeda hanyalah dari segi waktu dan kesempatan. Peserta didik memiliki harkat dan
martabat sebagai manusia, juga memiliki kasih sayang, butuh dikasihi dan butuh mengasihi,
sama halnya dengan pendidik.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, terjadi interaksi diantara semua anggota
masyarakat di sekolah. Interaksi tersebut harus dibangun dengan asas kasih sayang yang terarah
pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai yang bermakna dalam
kehidupan. Kasih sayang, hakikatnya mengabdi atau berkorban demi kebahagiaan orang lain,
seseorang bukan lagi berpikir dan berbuat hanya untuk dirinya sendiri akan tetapi sebahagian
dari hidupnya adalah untuk orang lain. Interaksi yang terjadi dalam proses pendidikan harus
didasarkan pada beberapa hal berikut ini;
a. Kelemah lembutan
b. Kemurahan hati
c. Kesabaran
d. Kesederhanaan
e. Ketulusan
f. Kejujuran
Interaksi yang didasarkan pada asas tersebut untuk menjalankan proses pendidikan, maka hal
inilah yang dapat disebut dengan interaksi edukatif. Suasana dan hubungan interaksi educatif
antara pendidik dengan peserta didik terjalin antara kasih sayang (Nursid Sumaatmadja. 2002:
60). Asas kasih sayang memiliki makna yang sangat berarti dalam proses kegiatan pendidikan
yang dilandasi oleh tanggung jawab dalam menciptakan serta membina sumber daya manusia
yang berperilaku penuh dengan kasih sayang.
2.4. Asas Demokrasi
Pada awalnya konsep istilah demokrasi digunakan dalam pemerintahan atau politik, namun
pada saat ini istilah demokrasi tidak hanya sebatas dalam bidang itu saja, namun juga
menyangkut hal-hal dibidang sosial, ekonomi, hukum, dan HAM. Demokrasi merupakan suatu
sikap dan cara hidup baik di dalam lingkungan terbatas maupun dalam lingkungan bernegara.
(H.A.R. Tilaar. 2002; 28). Pada dasarnya hakikat demokrasi adalah kesetaraan hak dan
kewajiban sebagai umat manusia serta upaya bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Berdasarkan makna diatas, asas demokrasi yang dikembangkan dan diterapkan dalam proses
kegiatan pendidikan, mengacu pada kesetaraan antara subjeksebagai sesama manusia dalam
suasana interaksi edukatif, sesuai dengan posisi dan tugas masing-masing. demokrasi pendidikan
merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga
dengan pengelola pendidikan.
Demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal yaitu:
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia.
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak
manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa. Dalam
pendidikan, nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan antara satu dengan
yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan gurunya yang
saling menghargai dan menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena dengan
pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik dan
sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-
persoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik
memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan individu-individu
lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati kepentingannya.
Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat sesuka hatinya sehingga
merusak kebebasan orang lain atau kebebasannya sendiri.
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah antara lain :
a. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
b. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh
pendidikan
c. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka
Didalam demokrasi pendidikan, terdapat prinsip-prinsip pendidikan yang mengandung ide
dan nilai demokrasi pendidikan dan hal itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat
dan jenis masyarakat dimana mereka berada, karena dalam realitasnya bahwa pengembangan
demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Misalnya masyarakat agraris akan berbeda dengan masyarakat
metropolitan dan modern, dan sebagainya.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan
yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang harus diketahui dan
diperhatikan,diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara dengan cara
adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita dan nilai
demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi
pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka
mengembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak
lain.
Perlakuan demokratis dari pendidik terhadap peserta didik, menjadi acuan dalam rangka
membentuk serta mengembangkan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang bersikap
demokratis.
2.5. Asas Keterbukaan dan Transparansi
Keterbukaan sebagai fenomena yang berkenaan dengan prilaku manusia yang terkait dengan
hati nurani, kebijakan, dan suatu keputusan (Nursid Sumaatmadja). 2002: 63). Keterbukaan
mengandung makna bahwa apa yang dilakukan dan apa yang ada dalam diri seseorang dapat dan
harus diketahui orang lain, tidak ada yang tersembunyi atau rahasia dalam dirinya. Beban yang
ada pada diri dinyatakan dengan terbuka pada orang lain sehingga dapat dengan segera di
temukan solusi atau cara pemecahan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dengan demikian
hidup menjadi ringan dan tehindar dari kehidupan yang steres.
Dalam praktek pelaksanaan pendidikan tidak terlas dari kebijakan atau pengambilan
keputusan terutama dalam pendidikan formal di sekolah yang dilakukan oleh pendidik baik
secara pribadi maupun kelompok pendidik terhadap peserta didik yang menyangkut individu
ataupun kelompok peserta didik. Misalnya, (Kualitatif ataupun kuantitatif) mengenai hasil
prestasi belajar yang di capai peserta didik dalam bidang tertentu adalah suatu keputusan. Oleh
karena itu, maka dalam penetapan pemberian nilai tersebut harus ada keterbukaan tentang
prosedur yang digunakan pendidik dalam menentukan nilai dimaksud sehingga peserta didik
benar-benar dapat termotivasi untuk meningkatkan usaha dan kreatifitasnya dalam belajar.
Dengan adanya keterbukaan dalam menetapkan sesuatu yang berkitan dengan pengambilan
keputusan, akan mengurangi dan bila mungkin meniadakan timbulnya kecurigaan dalam pihak
yang menerima keputusan. Keputusan yang di ambil merupakan hasil kesepakatan atau
sekurang-kurangnya, orang atau subyak yang dikenai keputusan telah mengetahui criteria yang
digunakan dalam pengambialan keputusan itu. Hal ini merupakan jaminan terjadinya tanggung
jawab dan sekaligus akan menimbulakan dan meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging)
dari semua pihak yang terlibat dalam kebijakan tersebut. Selain untuk membina adanya tanggung
jawab dan rasa memiliki pada semua pihak yang terkait, tidak kalah pentingnya adalah membina
timbulnya rasa kejujuran pada diri subyek didik dan juga para pendidik dalam pengambilan
keputusan.
Sedangkan transparansi atau transparan dapat diartikan dengan bening, walaupun ada yang
menghalangi atau yang membatasi namun tetap terlihat dengan jelas (Nursid Sumaatmadja.
2002: 63). Keterbukaan atau transparansi sering disatukan dalam penggunaannya karena makna
yang dikandung adalah kejujuran. Terbuka dan transparan berarti tidak ada yang tersembunyi
apalagi dibohongi. Dengan demikian, keputusan atau tindakan maupun perbutan yang dilakukan,
dilakukan dengan tulus, jujur, senang hati, dan bertanggung jawab.
Bila dikaitkan dengan asas demokrasi seperti yang di jelaskan di atas, ketrbukaan dan
transparansi merupakan komponen prilaku yang sangat penting. Demokrasi yang sesungguhnya
tidak akan munkin terjadi dalam kehidupan masyarakat-bangsa dan Negara Indonesia apabila
ketrbukaan dan transparansi tidak terwujud dalam hidup dan kehidupan setiap warga Negara.
Karena itu, penerapan asas demokrasi tidak dapat dipisahkan dari asas keterbukaan dan
transparansi.
Pengembangan dan penerapan asas keterbukaan dan transparansi dalam proses pelaksanaan
kegiatan pendidikan, berarti bahwa program, kebijakan, dukungan dan perangkat-perangkat
lainnya, harus didasari oleh kejujuran, tidak ada yang ditutup-tutupi, serta tidak ada kebohongan.
Dengan demikian, segala kegiatan, penerimaan, perangkatan, kebijakan, program, dan
keputusan yang menyangkut pendidikan, harus berasaskan keterbukaan serta transparansi, tidak
dicemari oleh kebohongan. Melalui pendidikan yang berasaskan keterbukaan dan transparansi
diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang jujur, tulus, dan berdedikasi tinggi, yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat-bangsa dan Negara Indonesia saat ini dan waktu-waktu
mendatang. Keterbukaan dan transparansi akan memerangi kebencian, iri hati, dendam, menang
sepihak, mengambil jalan pintas untuk keuntungan sesaat dan kelompok tertentu, kebohongan
dan sejenisnya yang merupakan penyakit yang mencemari kehidupan masyarakat – bangsa dan
Negara menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
2.6. Asas Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya; fungsi menerima pembebanan
sebagai akibat sikap tidak sendiri atau pihak lain (Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Hal. 974). Tanggungjawab berkaitan dengan kewajiban seseorang
terhadap tugas atau perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang dilakukan harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi tujuan dan konsekuensi lain yang ditimbulkannya. Sesuatu
aktivitas atau perbuatan yang dilakukan tanpa tanggungjawab akan terjadi secara tidak terarah
dan mungkin asal-asalan saja dan akibatnya adalah menimbulkan masalah atau hal-hal yang
tidak diharapkan. Jika perbuatan, prilaku, dan tindakan yang dilakukan dilandasi oleh
tangggungjawab kepada segala pihak yang berhadapan dengan orang tersebut, maka orang itu
akan selalu berada di jalan yang benar.
Aktivitas yang dilakukan dalam proses pendidikan harus selalu di dasarkan pada asas
tanggungjawab, karena kegiatan apapun yang dilakukan dalam pendidikan selalu diarahkan
untuk mencapai tujuan yakni mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan segala potensi yang dimiliki. Sekecil
apapun tindakan atau perbuatan yang dilakukan pendidik dalam proses pendidikan harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi pencapaian tujuan, bukan berdasarkan selera, atau kemauan
pendidik. Secara lebih luas dan menyeluruh, tangggungjawab itu meliputi tanggungjawab kepada
diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat-bangsa dan Negara Indonesia, dan terutama
tanggungjawab terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha tahu.
Aktualisasi dari pengembangan dan penerapan asas tangggungjawab dalam proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan akan tercermin dalam pemilihan dan penetapan materi, metode,
strategi, pelaksanaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, samapi pada evaluasi, harus
bersumber dan bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan atau pembelajaran. Pendidikan
tanpa asas tanggungjawab, bukanlah pendidikan dalam pengertian yang hakiki untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki sifat dan sikap bertanggungjawab pada
penampilan, prilaku, tindakan, serta perbuatannya.
2.7. Asas Kualitas
Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai. Kualitas hasil akan
bergantung atau dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan yang mencakup materi, metode,
strategi, pelaksanaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, pengelolaan, sampai pada
evaluasi hasilnya sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan demikian asas kualitas dalam proses
dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari asas-asas pendidikan sepanjang
hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparansi, serta tanggungjawab.
Proses kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, haruslah berlandaskan asas kualitas dalam segala perangkat, kerja, dan kinerjanya.
Kegiatan pendidikan yang berlandaskan kualitas akan dapat melahirkan peserta didik menjadi
manusia yang berkualitas yang menyangkut jasmani, keterampilan, etos kerja, intelektual,
emosional, sosial, spiritual, dan akhlak mulia sebagai pribadi utuh, jujur, terbuka, dan bermakna
bagi hidup dan kehidupan diri sendiri dan orang lain.
Dinamika kehidupan yang telah berkembang dan berada dalam suasana global dan
perdagangan bebas, menghadapkan berbagai hambatan dan tantangan sekaligus peluang untuk
peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk mengisi peluang pasar bebas. Daya saing akan
semakin tinggi, dan ukuran yang digunakan adalah bukan saja tergantung pada kualitas hasil
akan tetapi justru lebih diutamakan pada kualitas proses pencapaiannya. Dalam mengantisipasi
dinamika, baik yang positif menguntungkan, maupun yang negative merugikan, bangsa
Indonesia sebagai warga dunia, harus memiliki kualitas, kualitas penguasaan IPTEK, kualitas
keterampilan, kualitas etos kerja, sosial kemasyarakatan, emosional, dan kualitas spiritual. Tanpa
memiliki kualitas-kualitas seperti itu, bangsa Indonesia akan semakin tergantung kepada bangsa
lain, menjadi sapi perah bangsa lain dalam segala aspek khidupan. Oleh karena itu, penerapan
dan pengambangan asa kualitas dalam proses pendidikan, sangat strategis untuk membiana
peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dalam segala aspek kehidupan
manusia.
Untuk memperjelas keterkaitan pengembangan dan penerapan asas-asas pendidikan yang
telah dijelaskan diatas, berikut ini akan disajikan gambar dengan harapan akan dapat lebih
memperjelas asas tersebut dan kaitannya satu dengan lainnya.
2.8. Panca Darma Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara menerapkan lima asas yang disebut panca darma taman siswa pada
perguruan yang beliau dirikan yaitu perguruan Taman Siswa.
1. Asas Kodrat Alam
Asas ini berkaitan dengan hakikat dan kedudukan manusia sebagai makhluk hidup di dunia, agar
senantiasa mengatur dan menempatkan diri dalam hubungannya yang harmonis dengan alam dan
lingkungan sekitar. Keharmonisan hubungan tersebut akan mendukung tercapainya
kesejahteraan. Sebaliknya, jika terjadi pertentangan, maka akan mengarah kepada kehancuran
harkat manusia. Kesadaran manusia akan hakikat dan dan kedudukannya di dunia ini, niscaya
akan memperkokoh pijakan bagi dirinya dalam berbuat positif demi masa depannya. Sebaliknya,
kekeliruan dalam menghadapi dunia ini, akan berujung kepada kesesatan atau kekeliruan yang
bersangkutan dalam usaha memperoleh keberhasilan hidup.
2. Asas Kemerdekaan
Inti dari pandangan ini adalah bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan bebas
merdeka, dalam arti memiliki hak asasi yang bersifat asli untuk hidup dan menyelenggarakan
kehidupannya. Tak seorangpun bisa memaksakan kehendak atau kekuasaanya terhadap orang
lain, yang berarti menodai kebebasan individu manusia di muka bumi ini. Padahal, kebebasan
dan kemerdekaan itu merupakan anugerah dari Tuhan, sehingga tidaklah pantas bila ada pihak
tertentu yang ingin mencabutnya.
Asas kemerdekaan tersebut, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dan jangan sampai
disalahgunakan semaunya. Dengan asas ini, maka tiap-tiap individu didorong untuk memiliki
sikap disiplin dan budi luhur. Dengan adanya sikap-sikap tersebut, maka akan tercipta
keteraturan, kesungguhan, dan pantang menyerah dalam menghadapi hidup. Kedisiplinan, pada
akhirnya akan menjadi salah satu pilar pendukung kemajuan hidup manusia, baik sebagai
individu maupun masyarakat.
3. Asas Kebudayaan
Salah satu cirri dari kemajuan individu atau masyarakat dapat dilihat dari corak dan mutu
kebudayaan yang berhasil diciptakan dan sekaligus merupakan bagian integral dari realitas
kehidupan individu atau masyarakat tertentu. Oleh karena itu, bagi suatu bangsa, sangat penting
sekali adanya usaha memelihara dan mengembangkan budidaya individu dan masyarakatnya.
Dengan demikian, menjadi salah satu pembentuk identitas bangsa sekaligus pembeda dengan
bangsa lain. Kebudayaan suatu bangsa juga merupakan cermin kemajuan dan keberhasilan
bangsa itu sendiri.
Menurut Ki Hajar, pelestarian dan pengembangan kebudayaan suatu bangsa tidak berarti hanya
memelihara dan melindunginya dari pengaruh luar. Tetapi yang lebih penting adalah, membawa
budaya tersebut ke suatu tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan tuntutan dan realitas perubahan
zaman. Dengan demikian, asas kebudayaan dan pengembangannya ini lebih bersifat dinamis, dan
bukan suatu pertahanan yang statis sifatnya. Kebudayaan yang selayaknya dikembangkan dan
dipelihara, menurut beliau, mencakup segala hal yang berkaitan dengan kepentingan hidup
bangsa itu sendiri, lahir maupun batin.
4. Asas Kebangsaan
Sudah sedemikian lazimnya bahwa setiap bangsa di dunia ini mencintai dan memegang teguh
ikatan kenegaraan dan kebangsaannya. Hal yang demikian ini bukanlah buruk, karena di sana
terkandung realitas dan makna persatuan sebagai modal keberhasilan perjuangan bangsa. Tanpa
adanya kebanggaan akan identitas kebangsaan, jelas tidak mungkin dicapai keberhasilan dan
persatuan, bahkan sebaliknya bisa mengarah kepada pertikaian antar kelompok tertentu atau
malah kehancuran bangsa itu sendiri.
Akan tetapi, jangan sampai cinta kebangsaan bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Asas
kebangsaan harus menampilkan bentuk perbuatan yang nyata, jangan sampai mengarah kepada
permusuhan terhadap bangsa lain. Pada lingkup bangsa sendiri, asas tersebut antara lain
mendorong rasa persatuan antar kelompok yang ada, juga persatuan dalam kehendak maupun
cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup lahir batin bagi seluruh komponen bangsa.
5. Asas Kemanusiaan
Seluruh dharma, usaha atau pengabdian manusia di tengah perjalanan hidup ini, pada hakikatnya
adalah untuk kepentingan harkat dan martabat kemanusiaan. Sebagai layaknya manusia baik
secara individual maupun sosial, ia akan berupaya sekuat tenaga agar hajat dan kebutuhan hidup
manusiawinya terpenuhi secukupnya. Selama kebutuhan manusiawi tersebut belum terpenuhi,
maka perjuangan akan terus berlangsung. Padahal, kebutuhan manusiawi jenis dan ragamnya
banyak sekali, termasuk di dalamnya pemenuhan harkat kemanusiaan.
Menurut Ki Hajar, asas kemanusiaan harus ditegakkan di atas prinsip kesucian hati dan rasa cinta
kasih terhadap sesama manusia, dan di lebih dari itu juga kepada seluruh makhluk Tuhan. Atas
dasar itulah, maka jangan sampai ada pihak yang mengatasnamakan kemanusiaan tetapi
dilakukan dengan cara-cara yang menyakiti, bahkan menghancurkan hak hidup manusia lain.
Prinsip ini sedemikian penting sehingga tidak dapat terpisahkan dari kemanusiaan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing dan
mendidik pesertadidik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk mengembangkan segala
bakat atau potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat berlangsung simultan melainkan
secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangannya.
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang
dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia
selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau
pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia,
semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena
cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Tujuan dari proses belajar sepanjang hayat adalah untuk mengembangkan diri, memberikan
kemampuan peserta didik untuk berbuat seperti orang lain, membebaskan dari kebodohan,
menjadi manusia yang kreatif, sensitive, dan dapat berperan aktif dalam proses pembangunan.
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan diri, memberikan kemampuan kepada
peserta didik agar dapat berbuat seperti orang lain, menumbuhkan sikap mandiri, terampil,
terbuka terhadap perubahan kemajuan teknologi, untuk mendorong inklusi sosial dan keperluan
masyarakat, bagaimana pendidikan masyarakat dapat berkontribusi untuk membangun
masyarakat yang demokratis dan adil (Adult Education Quarterly, 2005: vol. 55)
Kesamaan kedudukan dan hak sebagai manusia mengandung arti bahwa hidup dan
kehidupan yang satu dengan yang lainnya sangat tergantung dan pengaruh mempengaruhi, bukan
menjadi alat dan diperalat untuk memenuhi kebutuhan orang atau kelompok tertentu. Karena itu
sangat dituntut dalam kehidupan manusia adanya kepedulian msing - masing sebagai umat
manusia, dengan mengabaikan kualitas, pangkat, status, atau posisinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Lilian H.2005. Community Education, Lifelong Learning, and Social Inclusion. Adult Education
Quarterly, volume 5 nomor 2, February 2005: 151-153.
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah.Bandung: Falah Production.
http://pendidikantataniaga.blogspot.com/2011/10/normal-0-microsoftinternetexplorer4.html
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Tim Pengajar.2011. Diktat Filsafat Pendidikan. UNIMED : Medan