Makalah Sosiologi Keluarga Fix

24
MAKALAH SOSIOLOGI KELUARGA “Pembagian Kerja Dalam Keluarga” Diajukan Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Oleh: Fika Andriyani / 08120002 SYARI’AH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 1

Transcript of Makalah Sosiologi Keluarga Fix

Page 1: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

MAKALAH SOSIOLOGI KELUARGA

“Pembagian Kerja Dalam Keluarga”

Diajukan Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester

Oleh:

Fika Andriyani / 08120002

SYARI’AH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

1

Page 2: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya banyak nilai-nilai ajaran agama Islam yang bersifat

universal, misalnya tentang kesetaraan antara pria dan wanita dalam rumah tangga

yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Padahal bentuk-bentuk kerja

sama antara suami istri dalam Islam di antaranya adalah memimpin keluarga jika

ada musyawarah, memberi nafkah, mengasuh, mendidik anak dan mengerjakan

urusan rumah tangga. Namun demikian, masyarakat lebih mengenal kewajiban

suami istri dari pada hak-hak di antara keduanya dalam rumah tangga. Barangkali

kondisi seperti ini tidak menjadi masalah bagi keluarga yang istrinya tidak bekerja

di luar rumah. Akan tetapi bagi istri yang bekerja di luar rumah, nampaknya kondisi

ini sangat tidak menguntungkan. Karena dengan pemahaman yang diskriminatif atas

gender membuat beban kerja wanita lebih berat.

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan

rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga menjadi tanggung jawab

kaum perempuan. Konsekuensi dari pandangan seperti itu, banyak kaum perempuan

terutama dari kalangan keluarga kelas ke bawah harus bekerja keras, lama untuk

menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga mulai dari membersihkan, mengepel

lantai, memasak, menyapu, mencuci dan memelihara anak.

Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut sering kali diperkuat

oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang

dianggap sejenis oleh masyarakat sebagai pekerjaan jenis “perempuan”,

dikategorikan sebagai “tidak produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam

statistik ekonomi negara. Sementara kaum perempuan – karena anggapan perbedaan

gender ini – sejak dini disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. Di

lain pihak kaum lelaki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni berbagai

jenis pekerjaan domestik kesemuanya ini telah memperkuat pelanggengan secara

kultural dan struktural beban kerja kaum perempuan.1

Fondasi kehidupan keluarga adalah ajaran agama, sedang jalinan perekatnya

adalah hak dan kewajiban terhadap suami, istri dan anak. Namun hanya sedikit

1 Mansur Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 1996. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 21

2

Page 3: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

sekali dari pasangan suami istri yang mengetahui ruang lingkup dari pengelolaan

pekerjaan dalam rumah tangga. Sering kali hal ini menyebabkan konflik pada

pasangan dan akhirnya saling melempar tugas, apalagi bagi pasangan karier ganda.

Dan biasanya yang sering terbebani tugas domestik adalah istri, yang mulai bekerja

sejak pagi hingga sore hari. Sementara para suami enggan membantu tugas domestik

itu dengan dalih pembagian peran.

Pemerintah dengan tegas mengakui perbedaan peran tersebut dan

menyatakan bahwa peran serta kaum wanita dalam proses pembangunan harus

berkembang selaras dan serasi dengan peran mereka dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Dengan kata lain peran yang diberikan wanita adalah peran

ganda, dalam artian mereka bertanggung jawab atas urus dan rumah tangga akan

tetapi juga diharapkan melakukan aktivitas di luar rumah sebagai anggota

masyarakat.

Namun dalam prakteknya, hal seperti itu belum terwujud. Masih banyak

terjadi ketidakadilan peran antara wanita dan pria dalam keluarga. Pembagian kerja

yang tidak adil dalam keluarga merupakan hal yang sudah menjamur dan

melembaga bahkan merupakan hal tertua dan terkuat. Umurnya sudah ribuan tahun

dan sampai sekarang masih tetap bertahan. Sehingga orang sering kali menganggap

pembagian kerja secara seksual merupakan suatu yang alamiah.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah kali ini penulis mencoba mengerucutkan akar permasalahan menjadi

rumusan masalah di bawah ini:

1. Teori apa yang mendasari pembagian kerja atau peran suami Istri dalam

keluarga?

2. Bagaimana seharusnya keluarga Islam membagi tugas atau kerja dalam

keluarga?

BAB II

PEMBAHASAN

3

Page 4: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

A. Teori-Teori Ketidaksamaan

Sebagian masyarakat nampaknya masih menggunakan jenis kelamin sebagai

patokan dalam pembagian kerja sosial individu. Karena memang pada dasarnya

antara laki-laki dan perempuan dicetak dalam keadaan yang berbeda. Dari

ketidaksamaan jenis kelamin tersebut, maka lahirlah beberapa teori yang menuju

pada pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.

Murdock dan Provost telah berusaha untuk mengidentifikasi pekerjaan-

pekerjaan yang paling konsisten untuk maskulin dan feminin yang dapat dijumpai

di seluruh Indonesia. pada umumnya, kegiatan-kegiatan yang secara konsisten

diperuntukkan bagi kaum pria (maskulin) adalah kegiatan-kegiatan yang

memerlukan kekuatan fisik yang lebih besar, tingkat risiko dan bahayanya lebih

tinggi, sering keluar rumah dll. Sebaliknya kerja yang dilakukan feminin secara

konsisten, relatif kurang berbahaya, cenderung lebih bersifat mengulang, tidak

memerlukan konsentrasi yang intens, kurang memerlukan latihan yang intensif dan

keterampilan rendah. 2

Ada beberapa teori untuk menjelaskan sifat pembagian kerja dan

ketidaksamaan menurut jenis kelamin. Sebagian teori tersebut terpusat pada

penjelasan mengenai pola universal, sementara yang lain lebih memperhatikan

penjelasan-penjelasan mengenai perbedaan dan peranan jenis kelamin, di antaranya

adalah

1. Teori Sosiobiologi

Teori ini berusaha menjelaskan sifat semesta keunggulan laki-laki

dengan mengacu kepada perbedaan-perbedaan biologis yang mendasar

di antara jenis kelamin itu. Teori ini sependapat bahwa tanpa

memperhatikan elaborasi sosial ketidaksamaan menurut jenis kelamin,

perbedaan peranan seks terbentuk menurut ciri-ciri tertentu yang

mendasar dan biologi manusia.

2. Teori Materialistis

Teori ini berusaha untuk menjelaskan pola-pola peranan jenis kelamin

sebagai produk pengaturan infrastruktur suatu masyarakat. Mereka lebih

memusatkan perhatian kepada variasi dalam sistem peranan jenis

2 Su’aidah, Sosiologi Keluarga, 2005, Malang: UMM Press. Hal 187.

4

Page 5: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

kelamin, dan pada umumnya setuju bahwa sifat teknologi, produksi

ekonomi, dan ekologilah bukan keharusan biologis yang pada dasarnya

menentukan bagaimana konsep mengenai jenis kelamin itu selain

berhubungan

3. Teori Politik

Teori ini juga berusaha untuk menjelaskan perbedaan dalam pola

peraturan jenis kelamin. Yang menonjol dari pada teori politik adalah

memberi penekenan pada perbedaan-perbedaan dalam kelaziman

berperan sebagai penentu kunci dari adanya perbedaan-perbedaan

dalam peranan jenis kelamin itu.3

B. Ketidakadilan Gender Dalam Rumah Tangga

Gender adalah konsep yang merujuk pada sistem peranan dan hubungan

antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan

tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya.4 Sebagai

perumpamaan, wanita dikenal cantik, lemah lembut, emosional dan keibuan,

sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dan sifat itu

dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan, yang bisa mengubah dari waktu

ke waktu.

Banyak sekali ahli di bidang antropologi, sosiologi dan ekonomi yang

mengasumsikan bahwa diferensiasi peranan dalam keluarga berdasarkan jenis

kelamin dan alokasi ekonomi mengarah pada adanya peranan yang besar atau

menyeluruh pada wanita dalam pekerjaan rumah tangga (reproduksi) dan laki-laki

dalam pekerjaan produktif (mencari nafkah). Walaupun demikian dari hasil

penelitian tentang curahan waktu pria dan wanita dalam rumah tangga di berbagai

pekerjaan menunjukkan tidak sedikit wanita yang mempunyai peranan sebagai

pencari nafkah dalam bidang pertanian, perdagangan dan industri kecil.5

Karena peran perempuan adalah mengelola rumah tangga dan memelihara

anak, maka hal ini mengakibatkan terjadi ketidakadilan gender dalam keluarga yang

bermanifestasi dalam berbagai bentuk yaitu:

3 Ibid, hal 186-2114 Mansur Fakih, Op.Cit hal. 85 Akif Khilmiyah. Menata Ulang Keluarga Sakinah, Keadilan Sosial dan Humanisasi Mulai dari Rumah. 2003. Yogyakarta: Pondok Pustaka Jogja. Hal. 9.

5

Page 6: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

1. Burden. Perempuan menanggung beban kerja domestik lebih banyak

dan lebih lama dari pada laki-laki.

2. Subordinasi. Adanya anggapan rendah (menomor duakan) terhadap

perempuan dalam segala bidang baik pendidikan, ekonomi dan politik

3. Marginalisasi. Adanya proses pemiskinan terhadap perempuan karena

tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang

terkait dengan ekonomi keluarga

4. Stereotype. Adanya pembelaan negatif terhadap perempuan karena

dianggap sebagai pencari nafikan tambahan

5. Violence. Adanya tindak kekerasan baik psikis maupun fisik terhadap

perempuan karena anggapan suami sebagi penguasa tunggal dalam

rumah tangga 6

Untuk membongkar adanya berbagai macam ketidakadilan tersebut, maka

tindakan yang strategis untuk dilakukan adalah membongkar pola pembagian kerja.

Karena dengan pola pembagian kerja yang adil dalam rumah tangga, di mana

suami, istri dan anak sama-sama mempunyai akses dan kontrol secara adil di bawah

kepemimpinan yang demokratis, tidak sewenang-wenang, tanggung jawab dan siap

dikontrol oleh seluruh anggota keluarga sehingga akan tercipta keadilan relasi

antara pria dan wanita dalam keluarga dan masyarakat.

Adapun beberapa indikator ketidakadilan suami istri dalam pembagian kerja

rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. Pembagian peran berdasarkan jenis kelamin tidak berdasarkan keahlian

2. Anggapan rendah pekerjaan domestik

3. Anggapan ringan pekerjaan domestik

4. Pekerjaan domestik merupakan tanggung jawab istri

5. Istri berdosa apabila tidak menyelesaikan pekerjaan domestik7

C. Pembagian Kerja Menurut Jenis Kelamin

Pengalaman pemasyarakatan yang dini itu, di mana anak-anak muda

mulai memperoleh nilai-nilai dan keahlian-keahlian orang tua mereka merupakan

6 Mansur Fakih. Op.Cit. Hal 15.7 Akif Khilmiyah. Menata Ulang Keluarga Sakinah, Keadilan Sosial dan Humanisasi Mulai dari Rumah. 2003. Yogyakarta: Pondok Pustaka Jogja. Hal. 11.

6

Page 7: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

dasar bagi tingkah laku dewasa mereka kelak, jika mereka menjadi orang tua dan

suami/istri. Perbedaan dalam peran sex sangat menonjol dalam pembagian kerja

menurut jenis kelamin. Pada semua masyarakat tugas-tugas tertentu diberikan pada

wanita, ada yang lainnya pula diberikan pada laki-laki dan ada pula yang diberikan

pada kedua-duanya.

Seorang laki-laki tidak dapat melahirkan anak atau merawatnya. Laki-

laki lebih kuat dari pada perempuan yang sebaliknya kadang-kadang terhalang oleh

waktu hamil, menstruasi dan melahirkan. Tetapi sebaliknya wanita cukup

mempunyai kekuatan, kecepatan dan ketelitian untuk mengerjakan hampir semua

pekerjaan di tiap masyarakat. 8

Sama pentingnya bahwa apa yang dianggap sebagai pekerjaan laki-laki

dalam suatu masyarakat mungkin saja dianggap pekerjaan wanita pada masyarakat

lain. Dengan demikian menunjukkan bahwa banyak pembagian itu ditentukan oleh

kebudayaan dan faktor biologis hanya beberapa persennya saja.

Rata-rata pekerjaan laki-laki itu menenmpati porsi pekerjaan yang

berat-berat dan membutuhkan tenaga ektra. Sebaliknya perempuan kebanyakan

mendominasi pekerjaan yang relative lebih ringan dan tidak membutuhkan tenaga

super. Seperti mencuci, memasak, menyapu dan lain sebagainya.

Namun tidak menutup kemungkinan antara pekerjaan laki-laki dan

perempuan tersebut dicampur adukkan dan tidak ada pemisahan antara mereka.

Karena pada kenyataannya tidak sedikit wanita yang menempati ruang pekerjaan

laki-laki. Pembagian itu bukan didasarkan atas pertimbangan kemampuan terlihat

dari kenyataan bahwa laki-laki pun mampu melakukan pekerjaan wanita. Dalam

hal ini, apapun tugas laki-laki dianggap lebih terhormat dari pada perempuan.

Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dapat dibagi dalam tiga

jenis, yaitu: produksi, reproduksi dan komunitas atau yang disebut juga 3 peran

gender (triple role), yaitu sbb:

1. Kerja produktif

Adalah semua pekerjaan terkait dengan produksi barang dan jasa untuk

mendapatkan penghasilan dan subsitensi (pemenuhan kebutuhan dasar).

8 William. J. Goode. Sosiologi Keluarga. 1983, Jakarta: Bina Aksara. Hal. 141

7

Page 8: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

Perempuan dan laki-laki sama-sama bekerja untuk pekerjaan produktif, namun

tidak semua dari jenis pekerjaan ini sama nilai atau harganya.9

2. Kerja reproduktif

Adalah pekerjaan yang berkaitan dengan perawatan dan pemeliharaan

rumah tangga dan anggotanya.10 Jenis pekerjaan ini sangat dibutuhkan dan

penting sifatnya, akan tetapi sering dianggap tidak sama nilainya dengan

pekerjaan produktif. Pekerjaan ini penting bagi keberlangsungan hidup

manusia serta berguna untuk pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja, namun

jarang sekali dianggap sebagai pekerjaan ‘riil’.

Sebagai contoh, ketika orang ditanya apa pekerjaan mereka, maka

tanggapan mereka adalah biasanya berkaitan dengan pekerjaan yang dibayar

atau pekerjaan untuk peningkatan pendapatan. Biasanya pekerjaan reproduktif

umumnya tidak dibayar dan tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi

yang konvensional. Umumnya pekerjaan ini dilakukan oleh perempuan.

3. Kerja komunitas

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas kemasyarakatan

seperti upacara dan perayaan yang tujuannya untuk meningkatkan solidaritas

dalam masyarakat serta mempertahankan tradisi setempat, meningkatkan

partisipasi dalam kelompok atau organisasi sosial, kegiatan politik di tingkat

lokal. Tipe pekerjaan ini jarang sekali diperhitungkan dalam analisis ekonomi

dan dianggap sebagai pekerjaan sukarela dan dianggap penting untuk

pengembangan spiritual dan kultural dari suatu komunitas. Baik perempuan

dan laki-laki terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan ini, meskipun tidak

terlepas dari sistem pembagian kerja berdasarkan gender. Jenis kerja

komunitas ini diklasifikasi atas dua tipe, yaitu:

a) Pekerjaan yang berkaitan dengan pemeliharaan komunitas (community-

managing activitis) adalah pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh

perempuan sebagai perpanjangan dari peran reproduktif mereka.

Kegiatan ini dilakukan untuk menjamin adanya pengadaan dan

9 Jenis pekerjaan kategori inilah yang paling utama diakui dan dianggap lebih bernilai sebagai pekerjaan baik oleh individu maupun masyarakat, secara umum yang paling banyak dimasukkan ke dalam statistik ekonomi nasional

10 Seperti memasak, mencuci, menyapu, membersihkan, merawat, menjaga dan membesarkan anak, memelihara tempat tinggal, dan sebagainya.

8

Page 9: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

pemeliharaan atas sumberdaya yang terbatas yang dimanfaatkan oleh

setiap orang seperti air, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Pekerjaan

ini bersifat sukarela, dilakukan pada waktu luang perempuan.

b) Pekerjaan yang berkaitan dengan politik masyarakat (community politics)

adalah pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki dalam

organisasi politik formal, seringkali dalam kerangka politik nasional.

Umumnya mereka dibayar secara tunai dalam pekerjaan ini, atau

mendapat keuntungan secara tidak langsung dengan meningkatnya status

atau kuasa.11

D. Pembagian Kerja dalam Keluarga Muslim

Pola pembagian kerja dalam keluarga lebih banyak didasarkan pada

perbedaan jenis kelamin dari pada keterampilan yang dimiliki oleh suami istri

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Arif Budiman bahwa pembagian kerja

secara seksual lebih didasarkan pada struktur perbedaan genetis antara laki-laki dan

wanita.12

Sebagaimana kita lihat pada budaya masyarakat Jawa, perempuan biasanya

ditugaskan untuk melakukan tugas dalam peristiwa sosial (perkawinan dan

kelashiran), sedangkan suami diberi tuga dalam acara ritual keagamaan.

Diferensiasi peranan dalam keluarga, Nampak bahwa perbedaan posisi anggota

keluarga didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti perbedaan umur, jenis

kelamin, ekonomi dan kekuasaan.

Sebenarnya dalam pembagian pekerjaan rumah tangga keluarga muslim, ada

tiga kata kunci yang sering diperdebatkan yakni kata “Pemimpin, Taat, Dan Adil”.

Ketiga kata ini hendaknya dipahami dengan menggunakan paradigma laki-laki dan

perempuan, untuk mencari format yang ideal dalam mengaplikasikan ketiga kata

ini. Misalnya kalau laki-laki benar sebagai pemimpin dalam rumah tangga, maka

pola kepemimpinan apa yang tepat untuk diterapkan apakah demokrasi atau

otoriter.juga dalam pengaplikasian ketaantan, aturan-aturan apa saja yang harus

ditaati dan mana yang tidak perlu ditaati.

11 http://genderpedia.blogspot.com/2010/08/pembagian-kerja-berdasarkan-gender.html. diakses pada tanggal 13 Juni 2011 jam 16.13 WIB.

12 Arif Budiman. Pembagian Kerja Secara Seksual.1978. Jakarta: Gramedia. Hal 7

9

Page 10: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

Demikian juga halnya dengan konsep aplikasi “keadilan”, proporsi yang

bagaimnbakan yang bisa dikatakan adil dalam pembagian kerja dalam keluarga,

karena pada dasarnya pria dan wanita memliki potensi yang sama untuk

berkembang. Apakah konsep pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, atau

berdasarkan berat ringannya pekerjaan, atau berdasar kemampuan yang dimiliki

suami istri atau pula berdasarkan siapa ynag berkuasa dalam rumah tangga.

Dalam wacana keislaman klasik, secara umum wanita digeneralisasikan

sebagai makhluk yang melebur ke dalam citra laki-laki yakni sebagai obyek dan

makhluk domestic.13 Kitab-kitab fikih telah mengaburkan posisi sentral perempuan

sebagai “keibuan” yang penuh kewibawaan dan kebijaksanaan menjadi posisi

“keistrian” yang submisif dan tergantung. Bahkan dalam kitab fikih tidak punya

gambaran sama sekali tentang masalah perempuan lebih banyak didasarkan pada

hadis-hadis nabi yang kondisional dan dipengaruhi oleh perspektif para ulama yang

mengedepankan konsep ird (kehormatan suku Arab) dari pada dikembalikan

menurut al-Qur;an yang menjamin keuniversalitasan Islam.

E. Tugas atau Kewajiban dan Hak Anggota Keluarga

Salah satu dari tujuan perkawinan ialah harapan akan mendapatkan karunia

anak keturunan yang akan meneruskan sejarah riwayat hidup seseorang untuk

membina keluarga sakinah. Dari proses perkawinan hingga lahirnya anak keturunan

ini timbullah masalah-masalah hukum yang harus dipatuhi oleh masing-masing

suami istri yang statusnya berganti menjadi bapak, ibu dan anak.

Dalam perspektif islam, berikut beberapa uraian mengenai tugas hak dan

kewajiban orang tua dan anak14.

1. Tugas Ibu

13 Akif Khilmiyah. Op Cit. hal.6914 Imam Muchlas, Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan, 2006, Malang: UMM Press. Hlm. 89

10

Page 11: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

Ibu sebagai orang tua dari anaknya dia mempunyai tugas mengasuh anak

bayinya, secara khusus di sebut dengan al-hadhonah15Tugas kewajiban ibu

dengan al-hadhanah ini mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

a. Mengasuh anak yang masih belum mampu mengurus masalah-masalah diri

sendiri

b. Mencegah apa yang bisa membahayakan dia seperti kisah keluarga Imran

berebut untuk menjadi pengasuh dan menjaga Maryam ibunda nabi Isa (ali

Imran 37 dan 44)

c. Mengatasi urusan untuk kepentingannya

d. Melayani masalah makan minum, tidur, mandi, berpakaian, mencuci pakaian

sekaligus menumpahkan cinta dan kasih sayang kepada anak.

e. Mendidik anak. Khusus untuk ibu, tugas ini sangat erat mengikat dia ialah

pada umur dan periode sebelum mumayyiz. Kompilasi Hukum Islam pasal

105 (a) menetapkan umur mumayyiz anak ialah 12 tahun.

Az-zuhaili dalam al-Fiqhul Islami (1989:7/718) menyatakan bahwa untuk

mengasuh anak (al-hadhanah) ini melekat kepada 3 orang, yaitu: anak, ibu, dan

bapak. Untuk anak sudah jelas, dia mempunyai hak penuh untuk dirawat, sedangkan

bapak dan ibu akan terlihat jelas bagaimana haknya untuk mengasuh anak, ketika

terjadi perceraian dari perkawinan itu maka hak dan kewajiban untuk mengasuh anak

menjadi masalah yang sangat serius.

Dalam hal hadlanah maka terdapat tugas kewajiban yang terpadu menjadi tugas

kewajiban bersama-sama si ibu maupun bapak itu.16

2. Tugas Bapak

Sebagai kepala keluarga dituntut menanggung jawab masalah sebagai berikut :

a. Mampu mengatasi ujian atas tanggungannya berupa anak maupun istri (ali

imran 14; al anfal 28; al ankabut 85; al kahfi 45; al munafiqun 9; at taghabun

15)

15 Al-qur’an surat al-baqarah 233; al-ahqaf 15; luqman 14. Secara etimologi, hadlanah berasal dari bahasa arab yang berarti "bagian samping tubuh yang bisa dipergunakan untuk menggendong anak kecil".Sedang secara terminologi, hadlanah berarti mengasuh, memelihara dan mendidik anak kecil yang belum mumayyiz.16 Imam Muchlas, Op.cit. hlm. 90

11

Page 12: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

b. Anak merupakan anugrah dan rahmat Allah, maka harus disayangi dan

dicintai tidak boleh ada rasa tidak suka kepada anak (yusuf 13, 64, 67, 84-

85)

c. Anak sebagai penyambung sejarah dan riwayat hidup diri dia harus didoakan

untuk memperoleh keberkahan dan rahmat allah (maryam 6; al furqan 74; al

ahqaf 15)

d. Berusaha keras mendidiknya agar anak itu kelak akan membawa harum

nama orang tua (al kahfi 82)

e. Bersikap adil atas semua anak tidak boleh menganaktirikan yang satu dari

yang lain (yusuf 8)

f. Memberi nasehat masalah-masalah yang sangat penting kepada anak (al

baqarah 132-133; hud 42-43)

g. Memberikan pendidikan islam yang ideal (luqman 13, 17-19)

h. Memberikan pelatihan kecakapan mengatasi segala macam masalah (al

anbiya 78-79) dan pelajaran ibadah (al baqarah 132-133; luqman 13; at

tahrim 6; thaha 132)

Az-zuhaili dalam al-fiqhul islami (1989:7/718) memberikan rincian yang

senada bahwa tugas kewajiban bapak menanggung sepenuhnya kebutuhan

keluarga meliputi masalah-masalah berikut:

a. Menentukan kebijakan mengatur rumah tangga

b. Sangat peduli, amper, dan kritis atas tanggung jawabnya

c. Penuh perhatian atas masalah rumah tangganya

d. Teguh hati, pantang mundur

e. Menciptakan suasana dan nuansa yang mengutamakan al akhlaqul karimah.17

3. Hak-hak anak dan kewajiban orang tua untuk anaknya

a. Untuk jangka panjang : Hak untuk Beragama tauhid18

Dalam hal ini para ulama lebih menekankan bahwa hak anak dan wajib

dipenuhi oleh orang tua itu ialah untuk mengasuh akidah kepercayaan amal

ibadah dengan baik. Dalam hal ini Allah menetapkannya dalam al-qur’an

surat at tahrim ayat 6 :

17 Ibid, Hlm. 9218 Ibid, Hlm. 275

12

Page 13: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.”

b. Untuk jangka pendek : hak untuk hidup yang lebih baik19

Al-quran surat al baqarah ayat 233 menunjuk langsung hak anak yang masih

bayi, yaitu : (1) hak untuk hidup; (2) hak untuk mendapat perawatan bagi

dirinya untuk hidup yang lebih baik lagi. Keduanya diwujudkan berupa

pemberian air susu dari ibunya sendiri selama dua tahun dan perawatannya

sampai dewasa.

Lebih rinci lagi Az-zuhaili dalam al fiqhul islami (1989:7/671) mencatat ada

5 (lima) macam hak anak sekaligus menjadi kewajiban bapak ibunya,

yaitu:20

Hak atas ikatan nasab atau asal usul garis keturunan ke atas,

suatu faktor yang sangat menentukan soal siapa orang yang

bertanggungjawab merawat anak. Allah sendiri yang mengatur garis

keturunan dan asal usul setiap bayi.

Hak untuk mendapat susuan dari ibunya sendiri dan susuan ini sangat

penting untuk menjadi sarana pertama untuk hidup. Dalam al-qur’an surat al

baqarah 233 Allah menetapkan tenggang waktu untuk memberi air susu ibu

dua tahun dimaksudkan agar supaya pertumbuhan jiwa dan raga anak itu

menjadi sempurna

Hak mendapat santunan yang disebut hadhanah tersebut

diberikan hingga si anak mencapai usia yang memungkinkan kemampuan

untuk mengurus dirinya sendiri. Menurut ulama malikiyyan sampai dewasa,

menurut ulama syafi’iyyah sampai usia 7 tahun.

Hak perwalian anak untuk melaksanakan perbuatan hukum

mengenai diri dan hak-hak kebendaan. Hak nafkah, yaitu hak atas seluruh

biaya hidup yang diperlukan olehnya, mulai dari kebutuhan makan, minum,

19 Ibid. Hlm. 27720 Ibid. Hlm. 278-283

13

Page 14: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

pakaian, perawatan sampai membesarkan anak sampai dewasa sehingga

sapat mandiri mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

Yang perlu di catat disini bahwa 5 macam hak tersebut di atas

harus ditambah lagi dengan suatu hak yang berlaku sebelum anak dimaksud

lahir ke dunia, maka sebenarya anak dalam kandungan itu sudah mempunyai

hak asasi, yaitu hak untuk hidup.

14

Page 15: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

BAB III

ANALISIS DAN KESIMPULAN

Menurut pandangan dan sesuai pengetahuan - keagamaan dan sosial -

penulis mengenai pembagian kerja dalam rumah tangga, penulis sedikit menganalisa

bahwa pada dasarnya pembagian kerja dalam rumah tangga harus sesuai dengan

kemampuan masing-masing anggota keluarga. Sesama anggota keluarga harus saling

memahami antara satu sama lain.

Sistem pembagian kerjanya jika dikaitkan dengan gender atau jenis kelamin,

maka menurut penulis hal itu tidak masalah, bahkan baik karena memang padasarnya

laki-laki dan perempuan diciptakan dengan postur tubuh yang berbeda. Begitu pula

dengan besar kekuatan yang dimiliki mereka sangat berbeda. Wanita identik lebih

lemah dan lembut dari pada laki-laki. Oleh karena itu pembagian kerjanya pun harus

disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sehingga tidak njomplang dan tumpang tindih.

Dalam keluarga, seharusnya antara suami dan istri harus bisa saling

memahami. Bukan berarti jika istri hanya melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,

mengepel, mencuci dan merawat anak itu dianggap remeh. Justru pekerjaan domestik

seperti itulah yang sangat urgen dalam keberlangsungan rumah tangga. Bayangkan saja

jika istri tidak menjalankan semua itu, maka yang terjadi rumah akan kotor, semua

anggota keluarga kelaparan, baju pada kotor, dan rumah akan tampak seperti layaknya

kandang atau tempat sampah yang tidak nyaman bagi para penghuninya. Pun begitu

terhadap pekerjaan suami.

Keluarga dalam hal ini harus mempu memposisikan peran masing-masing

dan seharusnya pemimpin dalam keluarga yakni suami harus menjadi seortang imam

yang bretanggung jawab atas kesejahteraan anggota keluarganya. Di sini pemimpin

harus pandai-pandai menempatkan posisi adil dan bijaksana

Dalam hal ini, penulis memandang bahwa pekerjaan suami istri sama sama

penting dan alangkah romantisnya jika keduanya saling membantu satu sama lain jika

pekerjaan mereka telah usai, sehingga yang tercipta dalam kaluarga adalah suasana

nyaman dan membahagiakan. 21

21

Penulis sengaja meletakkan analisis dan kesimpulan pada satu bab saja karena isi dari analisis inilah yang nantinya juga merupakan kesimpulan dari pada makalah yang paenulis buat.

15

Page 16: Makalah Sosiologi Keluarga Fix

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arif. Pembagian Kerja Secara Seksual.1978. Jakarta: Gramedia

Muchlas, Imam. Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan, 2006, Malang:

UMM Press.

Fakih, Mansur. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 1996. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Su’aidah, Sosiologi Keluarga, 2005, Malang: UMM Press.

Khilmiyah Akif. Menata Ulang Keluarga Sakinah, Keadilan Sosial dan

Humanisasi Mulai dari Rumah. 2003. Yogyakarta: Pondok Pustaka Jogja.

William. J. Goode. Sosiologi Keluarga. 1983, Jakarta: Bina Aksara. Cetakan

pertama.

http://genderpedia.blogspot.com/2010/08/ pembagian-kerja-berdasarkan -

gender .html . Diakses pada tanggal 13 Juni 2011 jam 16.13 WIB.

Tarjamah Al-Qur’an al Karim

16